Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

“Aspek Manajemen dan Peraturan Perundangan Dalam Pengelolaan Sampah”

Dosen Pengampu :
Catur Puspitawati, ST., M.KM.
Tugiyo, SKM., M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Alia vivi az zahra (P21345120005)

Alifah shafa pelangi (P21345120006)

Bunga herlina ramadhan (P21345120014)

Hikhwal uhuddimansyach (P21345120030)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12120
KATA PENGANTAR

Dengan memohon ridho dari Allah SWT penulis semoga Taufik dan
Hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada segenap insan yang selalu bertaqwa
kepadanya dan semoga seluruh nikmat dirasakan itu senantiasa mendatangkan
keberkahan, amin. Selanjutnya bershalawat kita kepada Nabi Muhammad SAW
dengan harapan semoga safaatnya dapat kita terima. Makalah Pengelolaan
Sampah yang berjudul “Aspek Manajemen dan Peraturan Perundangan
Dalam Pengelolaan Sampah”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penugasan makalah ini


terdapat banyak kekurangan-kekurangan baik dari segi penggunaan kata dan
bahasa yang belum memenuhi kaidah yang tepat, maupun dari isi makalah ini
sendiri. Oleh karena itu tim penulis sangat mengharapkan bantuan, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca makalah penugasan
ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Undang-undang Pengelolaan Sampah...................................................................................

2.2 Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Sampah............................................................

2.3 Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sampah................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengelolaan sampah sudah menjadi salah satu permasalahan yang harus


dihadapi masyarakat perkotaan. Dapat dilihat dengan aktivitas manusia yang saat
ini tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah baik itu
limbah oraganik maupun limbah non oraganik. Kegiatan utama dari pengelolaan
sampah yaitumemindahkan sampah dari sumber atau tibulan ke tempat
pembuangan sampah yang telah ditetapkan.Penanganan ini membutuhkan sebuah
sistem yang baik karena dapat menimbulkan menurunnya estetika lingkungan dan
ancaman bagi kesehatan masyarakat umum.

Sampah rumah tangga diatur di dalam Pasal 1 Angka 1 Peraturan


Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yang dimaksud sampah rumah
tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga
yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga yang
dihasilkan setiap harinya bila tidak dikelola dengan baik dan tidak berwawasan
lingkungan maka lama-kelamaan akan mengakibatkan adanya penumpukan
sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Adanya penumpukan sampah rumah
tangga yang tidak dikelola secara baik dengan cara yang berwawasan lingkungan
maka akan menyebabkan timbulnya berbagai dampak, baik bagi lingkungan hidup
maupun bagi kesehatan masyarakat. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh sampah
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat antara lain pencemaran
lingkungan, berkembangnya vektor penyakit, kemacetan lalu lintas, gangguan
estetika dan gangguan kebisingan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana undang-undang pengelolaan sampah?
2. Bagaimana peraturan pemerintah tentang pengelolaan sampah?
3. Bagaimana peraturan daerah tentang pengelolaan sampah?

1
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui apa saja undang-undang, peraturan pemerintah, dan
peraturan daerah tentang pengelolaan sampah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN SAMPAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008


TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Definisi

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam


yang berbentuk padat.
2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
4. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah.
5. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
6. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut
ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
7. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

3
8. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia
dan lingkungan.
9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena
dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di
tempat pemrosesan akhir sampah.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan
hukum.
11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.
12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain
yang terkait.
Bagian Kedua

Ruang Lingkup

Pasal 2

(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:

a. sampah rumah tangga;


b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik.

4
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; b. sampah yang


mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang timbul akibat bencana;
c. puing bongkaran bangunan;
d. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
e. sampah yang timbul secara tidak periodik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab,


asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Pasal 4

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan


kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak

Pasal 11

5
(1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan


berwawasan lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu;
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan
pengawasan di bidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai
penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari
kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah
secara baik dan berwawasan lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan daerah
sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 12

(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
yang berwawasan lingkungan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.

Pasal 13

Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,


kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib
menyediakan fasilitas pemilahan sampah.

Pasal 14

6
Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan
dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya.

Pasal 15

Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang


tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. Pasal 16 Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara penyediaan fasilitas pemilahan sampah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13, tata cara pelabelan atau penandaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, dan kewajiban produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diatur
dengan peraturan pemerintah.

BAB VI

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Bagian Kesatu

Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Pasal 19

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas:

a. pengurangan sampah; dan


b. penanganan sampah.
Paragraf Kesatu Pengurangan sampah

Pasal 20

(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi


kegiatan:

a. pembatasan timbulan sampah;


b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.

7
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka


waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin,
dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur
ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 21

(1) Pemerintah memberikan:

a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan


b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan
sampah.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian insentif
dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Paragraf Kedua

Penanganan Sampah

Pasal 22

8
(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
meliputi:

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai


dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah atau dengan
peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Kedua

Pengelolaan Sampah Spesifik

Pasal 23

(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

2.2 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah. Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

9
Sampah juga memiliki ukuran, seperti: Sampah berukuran besar,
rongsokan kendaraan, reruntuhan bangunan berupa puing-puing, abu, batu,
batang-batang pepohonan yang tumbang, dedaunan, Sampah perkotaan dan
Sampah aktifitas lainnya seperti pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan,
perindustrian, dan kegiatan pariwisata.

Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


terdiri atas:
• menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
• melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah;
• memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
• melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
• mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan
sampah;
• memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan
• melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:
1. sampah rumah tangga;
Berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.
2. sampah sejenis sampah rumah tangga;
Berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya
3. sampah spesifik.
meliputi:
• sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
• sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

10
• sampah yang timbul akibat bencana;
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas:
1. pengurangan sampah yang mliputi:
• pembatasan timbulan sampah;
• pendauran ulang sampah; dan/atau
• pemanfaatan kembali sampah.
2. penanganan sampah
• kegiatanya mliputi:
• pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
• pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
• pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
PP 27 tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik adalah aturan
pelaksanaan UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah menyebutkan bahwa Sampah Spesifik terdiri atas:

a. Sampah yang Mengandung B3,

b. Sampah yang Mengandung Limbah B3,

c. Sampah yang Timbul Akibat Bencana,

d. Puing Bongkaran Bangunan,

e. Sampah yang Secara Teknologi Belum Dapat Diolah, dan/atau

f. Sampah yang Timbul Secara Tidak Periodik.

11
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, Pengelolaan Sampah Spesifik didasarkan pada dua pendekatan utama
yaitu:

1. pengurangan yang mencakup pembatasan, pendauran ulang dan


pemanfaatan kembali, serta
2. penanganan yang meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.

Karena adanya perbedaan dari masing-masing jenis Sampah Spesifik yang


cukup signifikan, maka penyelenggaraan pengelolaan jenis Sampah Spesifik
diatur dalam pasal dan ayat yang berlainan.

2.3 PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA


JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2019

Menimbang:

a. bahwa dalam rangka optimalisasi pengelolaan sampah, perlu dilakukan


kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain dalam pengelolaan sampah di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

b. bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013


tentang Pengelolaan Sampah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini
sehingga perlu diubah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a


dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

12
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 61);

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman


Pengelolaan Sampah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
274);

9. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Tahun 2007 Nomor 5);

10. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Peraturan


Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun
2010 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 1), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor

13
10 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2010 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013 Nomor 202,Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2002);

11. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah


(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013
Nomor 401);

12. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan


Susunan Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2016
Nomor 201, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 2005);

PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN


DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN
SAMPAH.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang


Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Tahun 2013 Nomor 401, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4001), diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 angka 6 dan angka 37 diubah dan ditambahkan angka


42, 43, 44, 45 dan 46 sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden


Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

14
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta perangkat daerah sebagai


unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD


adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.

6. Dinas Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas


Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah


Perangkat Daerah sebagai unsur pembantu Gubernur dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.

8. Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat UKPD adalah


Unit Kerja atau sub ordinat Satuan Kerja Perangkat Daerah.

9. Forum Masyarakat Peduli Kebersihan adalah wahana koordinasi pemangku


kepentingan yang bersifat tetap sebagai mitra Pemerintah Daerah.

10. Reduce, Reuse dan Recycle yang selanjutnya clisingkat dengan 3R,
adalah kegiatan pengurangan sampah dengan cara mengurangi, memakai atau
memanfaatkan kembali dan mendaur ulang.

11. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat.

12. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dan i kegiatan
seharihari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik.

13. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal
dan i rumah tangga dan berasal dan i kawasan permukiman, kawasan

15
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial
dan/atau fasilitas lainnya.

14. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

15. Air limbah adalah semua cairan yang berasal dan i kegiatan proses
produksi dan kegiatan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali.

16. Sumber sampah adalah setiap orang, badan usaha dan/atau kegiatan yang
menghasilkan timbulan sampah.

17. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah. 18. Pengelolaan sampah adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.

19. Pengelolaan air kotor adalah kegiatan penyedotan lumpur tinja dan
pengolahannya di dalam Instalasi Pengolahan Air Kotor (IPAK).

20. Basis Permintaan (tidak terjadwal) adalah pelayanan penyedotan limbah


air kotor rumah tangga berdasarkan permintaan masyarakat.

21. Basis Terjadwal adalah pelayanan penyedotan air kotor limbah rumah
tangga yang dijadwalkan secara berkala atau periodik.

22. Pengurangan sampah adalah kegiatan pembatasan timbulan sampah,


pendaur ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah.

23. Pemilahan sampah adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan


sampah sesuai dengan jenis.

24. Pengumpulan sampah adalah kegiatan mengambil dan memindahkan


sampah dan i sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah dengan prinsip 3R.

25. Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dan i sumber


atau tempat penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah
dengan prinsip 3R atau tempat pengelolaan sampah terpadu atau tempat

16
pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor atau tidak
bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.

26. Pengolahan sampah adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi


dan/atau jumlah sampah.

27. Pemrosesan akhir sampah adalah kegiatan mengembalikan sampah


dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.

28. Tempat sampah yang selanjutnya disebut wadah sampah adalah tempat
penampungan sampah secara terpilah dan menentukan jenis sampah.

29. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah


tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

30. Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R yang selanjutnya disebut


TPS 3R adalah tempat dilaksanakan kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.

31. Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya disingkat TPST


adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir.

32. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat
untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan.

33. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena


dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penanganan sampah di tempat
pemrosesan akhir sampah.

34. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.

35. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah
pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang khusus oleh

17
Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah.

36. Pelaku usaha adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan yang melakukan usaha meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, persekutuan dan bentuk badan lainnya melakukan
usaha secara tetap.

37. Badan usaha adalah pelaku usaha yang diberikan izin dan/atau mendapat
penugasan dan/atau melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk
melakukan kegiatan pengelolaan sampah.

38. Produsen adalah pelaku usaha yang memproduksi barang yang


menggunakan kemasan, mendistribusikan barang yang menggunakan
kemasan dan berasal dan i impor, atau menjual barang dengan menggunakan
wadah yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.

39. Petugas kebersihan adalah orang yang diberi tugas menjalankan


pelayanan kebersihan oleh Pemerintah Daerah dan/atau badan usaha.

40. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan


hukum.

41. Masyarakat adalah perorangan atau kelompok orang atau badan usaha
atau lembaga/organisasi kemasyarakatan.

42. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD


adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahunan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

43. Anggaran Biaya Pengelolaan Sampah adalah dana yang dialokasikan


dalam APBD dalam rangka pelaksanaan pengeluaran Biaya Pengelolaan
Sampah pada setiap tahun anggaran.

44. Biaya Pengelolaan Sampah adalah biaya yang dibayarkan oleh


Pemerintah Daerah kepada Badan Usaha dalam rangka Pengelolaan Sampah

18
di Daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Anggaran Biaya Pengelolaan
Sampah.

45. Biaya Layanan Pengolahan Sampah adalah bagian dan i Biaya


Pengelolaan Sampah yang dibayarkan oleh Pemerintah Daerah kepada Badan
Usaha yang melakukan kegiatan Pengolahan Sampah berdasarkan volume
yang dikelola per ton.

46. Fasilitas Pengolahan Sampah Antara yang selanjutnya disingkat FPSA


adalah fasilitas pengolahan sampah untuk mengurangi sampah, melalui
perubahan bentuk, komposisi, karakteristik, dan jumlah (volume dan berat)
sampah dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah yang tepat guna,
teruji, dan ramah lingkungan.

2. Ketentuan Pasal 5 huruf c dan huruf d diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 5

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pemerintah


Daerah mempunyai wewenang:

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah


berdasarkan kebijakan nasional;

b. melakukan kerjasama antar daerah, kemitraan dan jejaring dalam


pengelolaan sampah;

c. menetapkan lokasi TPS, TPS 3R, TPST, FPSA dan TPA di dalam Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR);

d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap TPS, TPS 3R, TPST, FPSA,
dan TPA;

e. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap TPA setelah TPA dinyatakan


ditutup secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali selama 20 (dua puluh)
tahun;

f. memfasilitasi dan menyelesaikan perselisihan dalam pengelolaan sampah;

19
g. melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah; dan

h. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan


sampah sesuai dengan kewenangannya.

3. Ketentuan ayat (1) huruf d Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 50

(1) Prasarana dan sarana pengelolaan sampah, terdiri atas:

a. wadah sampah;

b. TPS;

c. TPS 3R;

d. TPST dan FPSA;

e. TPA;

f. sarana pengumpulan sampah; dan

g. sarana pengangkutan sampah.

(2) Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik berupa instalasi
pengolahan air kotor (IPAK).

4. Di antara Pasal 55 dan Pasal 56 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 55A
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 55A

(1) Dalam rangka mengurangi volume dan berat sampah yang dibuang ke
TPST atau TPA, dapat dibangun FPSA untuk melakukan Pengolahan
sampah.

(2) Penyediaan FPSA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:

a. dilengkapi dengan teknologi Pengolahan sampah yang tepat guna,

20
teruji, dan ramah lingkungan;

b. dilengkapi dengan fasilitas pengendalian pencemaran;

c. memperhatikan aspek geologi tata lingkungan lokasi dan sekitar;

d. memperhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat sekitar; dan

e. memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan.

(3) Penyediaan FPSA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat


diintegrasikan dengan daerah sekitarnya dan/atau dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan Badan Usaha dan/atau penugasan kepada Badan Usaha
Milik Daerah, termasuk pengoperasiannya.

(4) Kerjasama dalam penyediaan dan/atau pengoperasian FPSA sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(5) Kegiatan Pengolahan Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dilakukan oleh Badan Usaha diberikan Biaya Layanan Pengolahan Sampah
oleh Pemerintah Daerah.

(6) Perubahan terhadap Biaya Layanan Pengolahan Sampah sebagaimana


dimaksud pada ayat (5), ditetapkan berdasarkan tingkat inflasi atau hal
lainnya.

(7) Perubahan terhadap Biaya Layanan Pengolahan Sampah balk karena


inflasi atau hal lainnya dibahas dan disetujui oleh DPRD.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai FPSA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan ayat (7) diatur dengan Peraturan Gubernur dan

disampaikan kepada DPRD setelah diundangkan.

5. Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 92, disisipkan 4 (empat) ayat, yakni
ayat (2a), ayat (2b), ayat (2c), dan ayat (2d) sehingga berbunyi sebagai
berikut: Pasal 92 (1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan
pemerintah daerah lain dan/atau pihak lain dalam Pengelolaan sampah.

21
(2) Kerjasama antar pemerintah daerah dan/atau pihak lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam:

a. pembatasan timbulan sampah;

b. pendauran ulang sampah;

c. pemanfaatan kembali sampah;

d. pemilahan sampah;

e. pengumpulan sampah;

f. pengangkutan sampah;

g. pengolahan sampah; dan

h. pemrosesan akhir sampah.

(2a) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan sesuai


dengan standar pelayanan minimal yang diatur dengan Peraturan Gubernur.

(2b) Dinas melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan


kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(2c) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2b),


dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh Gubernur.

(2d) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2c) perlu mendapatkan


persetujuan DPRD.

(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Di antara Pasal 104 dan Pasal 105 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
104A sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 104A

(1) Pemerintah Daerah memberikan Biaya Pengelolaan Sampah kepada


Badan Usaha yang menyelenggarakan Pengelolaan Sampah yang jangka
waktunya disesuaikan dengan tujuan kerja, beban kerja, dan target kerja.

22
(2) Biaya Pengelolaan Sampah meliputi biaya yang dikeluarkan untuk
Pengurangan Sampah dan penanganan sampah.

(3) Biaya yang dikeluarkan untuk Penanganan sampah meliputi biaya untuk
Pemilahan sampah, Pengumpulan sampah, Pengangkutan sampah,
Pengolahan sampah, dan Pemrosesan akhir sampah.

(4) Biaya Pengelolaan Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dianggarkan dalam bentuk penanaman modal daerah, hibah, atau belanj a
langsung dan belanj a tidak langsung sesuai ketentuanperaturan perundang-
undangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Biaya Pengelolaan
Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Gubernur.

(6) Mekanisme penetapan Anggaran Biaya Pengelolaan Sampah

dilaksanakan se suai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

7. Ketentuan Pasal 137 ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (6) sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 137

(1) Selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan berdasarkan Peraturan


Daerah ini, peraturan pelaksanaan yang ada tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah mi.

(2) Penyediaan fasilitas pemilahan sampah dilakukan paling lama 3 (tiga)


tahun sejak Peraturan Daerah ini mulai berlaku.

(3) Penyediaan TPS 3R oleh Pemerintah Daerah dilakukan paling lama 3


(tiga) tahun sejak Peraturan Daerah ini mulai berlaku.

(4) Penyediaan TPST dan TPA oleh Pemerintah Daerah dilakukan paling
lama 5 (lima) tahun sejak Peraturan Daerah ini mulai berlaku.

23
(5) Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan oleh Peraturan Daerah ini
diselesaikan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini
diundangkan.

(6) Peraturan Gubernur yang telah ditetapkan sebelum berlakunya peraturan


daerah ini tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
daerah mi.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:

1. sampah rumah tangga;

Berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.

2. sampah sejenis sampah rumah tangga;

Berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas


sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya

3. sampah spesifik.

meliputi:

• sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;


• sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
• sampah yang timbul akibat bencana;

25
DAFTAR PUSTAKA

UU RI Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

https://www.jogloabang.com/lingkungan/pp-27-2020-pengelolaan-sampah-
spesifik

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2008-pengelolaan-sampah
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2019

26

Anda mungkin juga menyukai