Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REVIEW JURNAL

MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN

OLEH :
Msy. Aulia Ramadhani
10021282126049

Dosen Pengampu :
Ery Erman, S.Km., M.A

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021/2022
UU No.18 TAHUN 2008 TENTANG PENGOLAHAN SAMPAH

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat.
2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.
3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
4. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan
timbulan sampah.
5. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
6. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat
pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
7. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah.
8. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke
media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat
pengelolaan sampah yang tidak benar.
12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang terkait.

Pola konsumsi masyarakat turut menyumbang terciptanya jenis sampah yang semakin
beragam, termasuk sampah kemasan yang dianggap berbahaya atau sulit terurai oleh proses
alam. Penimbunan sampah dalam jumlah besar di tempat pengolahan sampah akhir
berpotensi melepaskan gas metan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan
berkontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui
proses alami, penanganannya memakan waktu lama dan penanganan dengan biaya yang
besar. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak
sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu
pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan
ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut
dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah
meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan
kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 memberikan hak kepadasetiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa
pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah.

PP 81 TAHUN 2012 PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA & SAMPAH


SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal darikegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.Kebijakan dan strategi nasional dalam
pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan presiden. Kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditetapkan dengan peraturan gubernur. Dalam menyusun
kebijakan strategi provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berpedomanpada
kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah.Pemerintah kabupaten/kota selain
menetapkan kebijakan dan strategi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat , juga
menyusun dokumen rencana induk dan studi kelayakan pengelolaan sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah tangga.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah diatur dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Dalam hal dua atau lebih kabupaten/kota melakukan pengolahan sampah bersama dan
memerlukan pengangkutan sampah lintas kabupaten/kota, pemerintah kabupaten/kota dapat
mengusulkan kepada pemerintah provinsi untuk menyediakan stasiun peralihan antara dan
alat angkut.Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyediakan informasi
Mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Informasi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memberikan informasi mengenai:
a. Sumber sampah;
b. Timbulan sampah;
c. Komposisi sampah;
d. Karakteristik sampah;
e. Fasilitas pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga; dan
f. Informasi lain terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga yang diperlukan dalam rangka pengelolaan sampah.

Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhubung sebagai satu jejaring sistem
informasi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang
dikoordinasikan oleh menteri yang menyelengarakan urusan pemerintahan dibidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus apat diakses oleh setiap orang. Masyarakat berperan serta dalam proses
pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

PP 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH B3

Pasal 2

Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai:


1. Penetapan Limbah B3
2. Pengurangan Limbah B3
3. Penyimpanan Limbah B3
4. Pengumpulan Limbah B3
5. Pengangkutan Limbah B3
6. Pemanfaatan Limbah B3
7. Pengolahan Limbah B3
8. Penimbunan Limbah B3
9. Dumping (Pembuangan) Limbah B3
10. Pengecualian Limbah B3
11. Perpindahan lintas batas Limbah B3
12. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
dan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup
13. Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah B3
14. Pembinaan
15. Pengawasan
16. Pembiayaan
17. Sanksi administratif.

Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan hidup dapat menimbulkan bahaya
terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan
Limbah B3 dimaksudkan agar Limbah B3 yang dihasilkan masing-masing unit produksi
sesedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, dengan mengupayakan reduksi pada
sumber dengan pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan
digunakannya teknologi bersih. Jika masih dihasilkan Limbah B3 maka diupayakan
Pemanfaatan Limbah B3. Penggunaan kembali (reuse) Limbah B3 untuk fungsi yang sama
ataupun berbeda dilakukan tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi,
dan/atau secara termal. Daur ulang (recycle) Limbah B3 merupakan kegiatan mendaur ulang
yang bermanfaat melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, atau secara termal
yang menghasilkan produk yang sama, produk yang berbeda, dan/atau material yang
bermanfaat. Sedangkan perolehan kembali (recovery) merupakan kegiatan untuk
mendapatkan kembali komponen bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologi, dan/atau
secara termal. Terhadap Pengelolaan Limbah B3 perlu dilakukan pengelolaan yang terpadu
karena dapat menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia, mahluk hidup lainnya, dan
lingkungan hidup jika tidak dilakukan pengelolaan dengan benar. Oleh karena itu, diperlukan
Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah B3 yang secara terpadu mengatur
keterkaitan setiap simpul Pengelolaan Limbah B3 yaitu kegiatan penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemanfaatan, dan penimbunan Limbah B3.
Pentingnya penyusunan Peraturan Pemerintah ini secara tegas juga disebutkan dalam Agenda
21 Indonesia, Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan dan sebagai pelaksanaan
dari Pasal 59 ayat (7) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai