LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Manusia dan sumber daya alam tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu
kesatuan. Tuhan melengkapi manusia dengan alam semesta dan segala sesuatu yang
dibutuhkan manusia, darat, dan laut dengan segala isinya. Diatur dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya di sebut
UUPPLH menjelaskan bahwa sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang
terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.
Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia terjadi akibat eksploitasi Sumber Daya
Alam (SDA) yang berlebihan dan pelanggaran peruntukan tata ruang yang massif di
berbagai daerah di Indonesia. Isu politik Lingkungan dan Ekonomi merupakan dua kutub
yang saling berlawaman. Para ahli ekonomi berkeyakinan bahwa sumberdaya Alam
diperlukan sebanyak-banyaknya untuk mengakomodasi keperluan manusia sedangkan
para pemerhati lingkungan memaknai pemanfaatan sumberdaya Alam sesuai dengan
koridor dan tingkat kecukupan akan sumberdaya sampai pada kurun waktu yang tak
terhingga. Melihat permasalahan tersebut di atas, perlu perhatian serius dari pemerintah
terkait kondisi lingkungan Indonesia saat ini. (Aries Setiawan, 2012)
Inti permasalahan dari Lingkungan Hidup ialah hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, apabila hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya berjalan secara teratur dan merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi maka terbentuklah suatu komponen hidup dan tak hidup yang
berinteraksi secara teratur sebagai suatu kesatuan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Keadaan ini mendorong di perlukannya upaya-upaya pengendalian pencemaran
lingkungan, sehingga resiko yang diterima dapat ditekan sekecil-kecilnya. Kekayaan
sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam perspektif pemerintah
sebagai pihak atau lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengelola dan
memanfaatkannya, hal itu merupakan suatu modal penting dalam proses
penyelenggaraan pembangunan nasional
1
Pengelolaan lingkungan hidup perlu di awali dengan memperhatikan tuntutan
penerapan hak asasi, demokrasi dan lingkungan hidup dalam suatu kelestarian fungsi
lingkungan yang bertujuan menunjang kelestarian fungsi lingkungan. Pada saat yang
bersamaan, semua orang bersama-sama memiliki tanggung jawab untuk membantu
kebaikan bersama, menyeimbangkan tindakan mereka kepada keamanan dan
kesejahteraan orang lain, melindungi kepentingan masa depan dengan mengejar
perkembangan terus menerus dan menjaga publik global, memelihara warisan intelektual
dan kultural manusia, aktif berpatisipasi dalam pengaturan global dan bekerja untuk
menghapus korupsi dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi
dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja,
melainkan tanggung jawab setiap manusia di bumi. Setiap orang harus melakukan usaha
untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya
masing- masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi
terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. (Pradieta,2011)
Untuk pelestarian terhadap masalah lingkungan hidup sangat kompleks dan pemecahan
masalahnya memerlukan perhatian yang bersifat komperehensif dan menjadi tanggung
jawab pemerintah didukung pertisipasi masyarakat dan memerlukan adanya aturan yang
dapat mengkat secara hukum. Dalam sejarahnya Indonesia telah memiliki undang-
undang yang telah mengatur mengenai lingkungan hidup. Undang-Undang Perlindungan
Lingkungan Hidup (PLH) di Indonesia telah mengalami tiga kali fase evolusi dan akan
dipaparkan dalam isi makalah berikut ini.
B. Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan antara UU No. 4 Tahun 1982, UU No.23 tahun 1997
dan UU No.32 Tahun 2009
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
umum PPB memutuskan untuk menyelenggarakan konferensi di Rio de Janeiro, Brasil
1992 (Inarotul, 2013).
Kesadaran bangsa - bangsa di Asia Tenggara untuk melaksanakan perlindungan
dan pelestarian lingkungan hidup ditandai dengan adanya beberapa kerja sama antara
mereka. Kerja sama itu antara lain dapat dilihat melalui "tripartite Agreement" dan
Deklarasi Manila. Setelah Deklarasi Manila, negara - negara ASEAN pada tahun 1976
telah menyusun ASEAN Contingensy Plan. Negara - negara ASEAN juga telah
menyusun " Rencana Tindak" (Action Plan). Sasaran utama dari Rencana Tindak ini
adalah perkembangan dan perlindungan lingkungan laut dan kawasan dan kawasan
pesisir bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kesehatan generasi sekarang dan masa
mendatang (Inarotul, 2013).
Sejak era 1980-an, berkembang tuntutan yang meluas agar kebijakan-kebijakan
resmi negara yang pro lingkungan dapat tercermin dalam bentuk perundang-undangan
yang mengingat untuk ditaati oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder). Tak
terkecuali, Indonesia juga menghadapi tuntutan yang sama, yaitu perlunya disusun suatu
kebijakan yang dapat dipaksakan berlakunya dalam bentuk undang-undang tersendiri
yang mengatur mengenai lingkungan hidup (Inarotul, 2013).
Itu juga sebabnya, maka Indonesia menyusun dan akhirnya menetapkan berlakunya
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UULH 1982). Inilah produk hukum pertama yang dibuat di
Indonesia, setelah sebelumnya dibentuk satu kantor kementerian tersendiri dalam
susunan anggota Kabinet Pembangunan III, 1978- 1983. Menteri Negara Urusan
Lingkungan Hidup yang pertama adalah Prof. Dr. Emil Salim yang berhasil meletakkan
dasar-dasar kebijakan mengenai lingkungan hidup dan akhirnya dituangkan dalam
bentuk undang-undang pada tahun 1982 (Inarotul, 2013).
Lahirnya UULH 1982 tanggal 11 Maret 1982 dipandang sebagai pangkal tolak atau
awal dari lahir dan pertumbuhan hukum lingkungan nasional. Sebelum lahirnya UULH
1982 sesungguhnya telah berlaku berbagai bentuk peraturan perundang-undangan
tentang atau yang berhubungan dengan lingkungan hidup atau sumber daya alam dan
sumber daya buatan, yang dipandang sebagai rezim hukum nasional klasik. Rezim
hukum lingkungan klasik berisikan ketentuan-ketentuan yang melindungi kepentingan
sektoral, sementara masalah-masalah lingkungan yang timbul semakin kompleks
sehingga peraturan perundang-undangan klasik tidak mampu mengantisipasi dan
menyelesaikan masalah-masalah lingkungan secara efektif, sedangkan rezim hukum
4
lingkungan modern yang dimulai lahirnya UULH 1982 berdasarkan pendekatan lintas
sektoral atau komprehensif integral (Inarotul, 2013).
UULH 1982 merupakan sumber hukum formal tingkat undang-undang yang
pertama dalam konteks hukum lingkungan modern di Indonesia. UULH 1982 memuat
ketentuan-ketentuan hukum yang menandai lahirnya suatu bidang hukum baru, yakni
hukum lingkungan karena ketentuan-ketentuan itu mengandung konsep-konsep yang
sebelumnya tidak dikenal dalam bidang hukum. Di samping itu, ketentuan-ketentuan
UULH 1982 memberikan landasan bagi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup.
(Inarotul, 2013).
Akan tetapi, setelah UULH 1982 berlaku selama sebelas tahun ternyata oleh para
pemerhati lingkungan hidup dan juga pengambil kebijakan lingkungan hidup dipandang
sebagai instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang tidak efektif. Sejak
pengundangan UULH 1982 kualitas lingkungan hidup di Indonesia ternyata tidak
semakin baik dan banyak kasus hukum lingkungan tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan perubahan terhadap UULH 1982, setelah selama dua
tahun dipersiapkan, yaitu dari sejak naskah akademis hingga RUU, maka pada tanggal 19
September 1997 pemerintah mengundangkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH 1997). (Inarotul faizah 2013) Lahirnya
UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup yang salah satu acuannya
adalah UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok Pengelolaan lingkungan hidup
merupakan kemajuan besar bagi bangsa Indonesia dalam usaha pemanfaatan sumber
daya alamnya secara maksimal. Lingkungan hidup yang baik akan menyokong semua
elemen dalam kehidupan, kemudian mendorong sebuah gagasan pembangunan yang
berwawasan lingkungan (Marpaung, 2010).
Dalam perjalanannya, ternyata UU No.23 Tahun 1997 memiliki beberapa
kekurangan. UU No.23 Tahun 1997 hanya mampu bertahan selama 12 tahun.
Penyempurnaan dari UU No.23 Tahun 1997 lahir dalam bentuk UU No.32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Marpaung, 2010).
Keluarnya Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPPLH) No. 32 Tahun 2009 menggantikan Undang Undang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH) tahun 1997 yang dianggap belum bisa menyelesaikan persoalan-
persoalan lingkungan banyak mendapat apresiasi dan sebagai upaya yang serius dari
pemerintah dalam menangani masalah-masalah pengelolaan lingkungan.( Ahmad
Amrullah Sudiarto, 2010).
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan
wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup).
2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alama yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Tetapi
dalam undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu daerah belum menyusun RPPLH
maka pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.
3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
Hal-hal penting baru yang terkait dengan AMDAL yang termuat dalam UU No. 32
Tahun 2009, antara lain:
1. AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
2. Penyusun dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen
AMDAL;
3. Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun kab/kota wajib memiliki lisensi
AMDAL;
4. Amdal dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penerbitan izin lingkungan;
5. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai
kewenangannya.
Selain kelima hal tersebut di atas, ada pengaturan yang tegas yang diamanatkan dalam
UU No. 32 Tahu 2009, yaitu dikenakannya sanksi pidana dan perdata terkait pelanggaran
bidang AMDAL. Pasal-pasal yang mengatur tentang sanksi-sanksi tersebut, yaitu:
1. Sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan;
2. Sanksi terhadap orang yang menyusun dokumen AMDAL tanpa memiliki sertifikat
kompetensi;
3. Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan yang tanpa dilengkapi dengan
dokumen AMDAl atau UKL-UPL.
Perbedaan UU No. 23 Tahun 1997 dengan UU No. 32 Tahun 2009 Undang-undang ini
terdiri dari 17 bab dan 127 pasal yang mengatur secara lebih menyeluruh tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Perbedaan mendasar dari Undang-undang
No. 23 tahun 1997 dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 adalah adanya penegasan
yang terdapat dalam Undang-undang No. 32 tahun 2009 mengenai prinsip-prinsip dalam
melindungi dan mengelola lingkungan hidup yang berdasarkan pada pengelolaan yang
7
dilakukan oleh pemerintah karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen
pencegahan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan
penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas,
dan keadilan. Perbandingan antara UU No. 4 Tahun 1982, UU No.23 tahun 1997 dan UU
No.32 Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :
8
lingkungan usaha dan/atau kegiatan
hidup yang tidak berdampak
penting terhadap
lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.
5. Pengertian Pencemaran Pencemaran Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah lingkungan hidup hidup adalah masuk atau
Lingkungan masuknya atau adalah masuknya dimasukkannya makhluk
dimasukannya atau dimasukkannya hidup, zat, energi,
makhluk hidup, zat, makhluk hidup, zat, dan/atau komponen lain
energi dan atau energi, dan/atau ke dalam lingkungan
komponen lain ke komponen lain ke hidup oleh kegiatan
dalam lingkungan dalam lingkungan manusia sehingga
dan atau berubahnya hidup oleh kegiatan melampaui baku mutu
tatanan lingkungan manusia sehingga lingkungan hidup yang
oleh kegiatan kualitasnya turun telah ditetapkan.
manusia atau oleh sampai ke tingkat
proses alam, tertentu yang
sehingga kualitas menyebabkan
lingkungan menjadi lingkungan hidup
kurang atau tidak tidak dapat berfungsi
berfungsi lagi sesuai sesuai dengan
dengan peruntukannya;
peruntukannya.
6. Pengertian Tidak ada Audit lingkungan Audit lingkungan hidup
Audit hidup adalah suatu adalah evaluasi yang
Lingkungan proses evaluasi yang dilakukan untuk menilai
Hidup dilakukan oleh ketaatan penanggung
penanggung jawab jawab usaha dan/atau
usaha dan/atau kegiatan terhadap
kegiatan untuk persyaratan hukum dan
menilai tingkat kebijakan yang
ketaatan terhadap ditetapkan oleh
persyaratan hukum pemerintah. Pemerintah
yang berlaku mendorong penanggung
dan/atau jawab usaha dan/atau
kebijaksanaan dan kegiatan untuk
standar yang melakukan audit
ditetapkan oleh lingkungan hidup dalam
penanggung jawab rangka meningkatkan
usaha dan/atau kinerja lingkungan hidup.
kegiatan yang Pelaksanaan audit
bersangkutan;Tidak lingkungan hidup
ada ketentuan terhadap kegiatan
khusus terhadap tertentu yang berisiko
perusahaan yang tinggi dilakukan secara
melakukan usaha berkala.
9
berresiko tinggi.
7. Pengertian Baku mutu Baku mutu Baku mutu lingkungan
Baku mutu lingkungan adalah lingkungan hidup hidup adalah ukuran
lingkungan batas atau kadar adalah ukuran batas batas atau kadar makhluk
hidup makhluk hidup, zat, atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
energi, atau hidup, zat, energi, komponen yang ada atau
komponen yang ada atau komponen yang harus ada dan/atau unsur
atau harus ada dan ada atau harus ada pencemar yang
atau unsur pencemar dan/atau unsur ditenggang
yang ditenggang pencemar yang keberadaannya dalam
adanya dalam suatu ditenggang suatu sumber daya
sumber daya tertentu keberadaannya tertentu sebagai unsur
sebagai unsur dalam suatu sumber lingkungan hidup.
lingkungan hidup daya tertentu sebagai
unsur lingkungan
hidup
8. Pendayagunaan Tidak ada penetapan tidak ada penetapan
pendekatan wilayah ekoregion wilayah ekoregion Ada wilayah ekoregion
ekosistem
9. Pengelolaan Belum dijelaskan Pengelolaan bahan Pengelolaan limbah B3
Limbah B3 berbahaya dan adalah kegiatan yang
beracun meliputi: meliputi pengurangan,
menghasilkan, penyimpanan,
mengangkut, pengumpulan,
mengedarkan, pengangkutan,
menyimpan, pemanfaatan,
menggunakan pengolahan, dan/atau
dan/atau membuang. penimbunan.
10. Asas Pengelolaan asas tanggung jawab a. tanggung jawab
lingkungan hidup negara, negara;
berasaskan asas berkelanjutan, b. kelestarian dan
pelestarian dan keberlanjutan:
kemampuan asas manfaat c. keserasian dan
lingkungan yang keseimbangan;
serasi dan seimbang d. keterpaduan;
untuk menunjang e. manfaat;
pembangunan yang f. kehati-hatian;
berkesinambungan g. keadilan;
bagi peningkatan h. ekoregion;
kesejahteraan i. keanekaragaman
manusia. hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola
pemerintahan yang
baik.
n. n) otonomi daerah.
11. Ruang meliputi ruang, meliputi ruang, perlindungan dan
Lingkup tempat Negara tempat Negara pengelolaan lingkungan
10
Republik Indonesia Kesatuan Republik hidup, meliputi:
melaksanakan Indonesia yang a. perencanaan;
kedaulatan, hak berWawasan b. pemanfaatan;
berdaulat, serta Nusantara dalam c. pengendalian;
yuridiksinya. melaksanakan d. pemeliharaan;
kedaulatan, hak e. pengawasan; dan
berdaulat, dan f. penegakan hukum.
yurisdiksinya.
12. Tujuan a. tercapainya mewujudkan a. melindungi wilayah
keselarasan pembangunan Negara Kesatuan
hubungan antar berkelanjutan yang Republik Indonesia
manusia dengan berwawasan dari pencemaran
lingkungan hidup lingkungan hidup dan/atau kerusakan
sebagi tujuan dalam rangka lingkungan hidup;
membangun pembangunan b. menjamin
manusia manusia Indonesia keselamatan,
indonesia seutuhnya dan kesehatan, dan
seutuhnya. pembangunan kehidupan manusia;
b. terkendalinya masyarakat c. menjamin
pemnfaatan Indonesia seluruhnya kelangsungan
sumber daya yang beriman dan kehidupan makhluk
secara bijaksana ; bertaqwa kepada hidup dan kelestarian
c. terwujudnya Tuhan Yang Maha ekosistem;
manusia Esa. d. menjaga kelestarian
indonesia sebagai fungsi lingkungan
pembina hidup;
lingkungan e. mencapai keserasian,
hidup; keselarasan,
d. terlaksananya dankeseimbangan
pembangunan lingkungan hidup;
berwawasan f. menjamin
lingkungan untuk terpenuhinya
kpentingan keadilan generasi
generasi sekarang masa kini dan
dan mendatang; generasi masa depan;
e. terlindunginya g. menjamin
negara terhadap pemenuhan dan
dampak kegiatan perlindungan hak atas
diluar wilayah lingkungan hidup
negara yang sebagai bagian dari
mnyebabkan hak asasi manusia;
kerusakan dan h. mengendalikan
pencemaran pemanfaatan sumber
lingkungan daya alam secara
bijaksana;
i. mewujudkan
pembangunan
berkelanjutan; dan
b. j) mengantisipasi
isu lingkungan
11
global.
13. Perencanaan Belum dijelaskan Belum dijelaskan Perencanaan
perlindungan perlindungan dan
dan pengelolaan lingkungan
pengelolaan hidup dilaksanakan
lingkungan melalui tahapan:
hidup a.inventarisasi
lingkungan hidup;
b. penetapan
wilayah ekoregion; dan
c.penyusunan RPPLH.
12
pasal-pasal selanjutnya yang mengatur tentang hal ini khususnya didalam UU No. 23
tahun 1997.
2. Dalam UU No. 32 tahun 2009 mengatur mengenai perencanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sedangkan dalam UU sebelumnya tidak mengatur hal itu.
UUPPLH mengatur pula tentang pemanfaatan sedangkan UU sebelumnya tidak mengatur
tentang itu. Begitu halnya untuk Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup, Analisis Risiko
Lingkungan Hidup, Kewajiban setiap orang dalam hal penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup, kewajiban Setiap orang yang melakukan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dalam hal pemulihan fungsi
lingkungan hidup, system informasi, Gugatan Administratif, Penyidik terpadu, Tugas dan
wewenang pemerintah dan pemerintah daerah, dsb. Semua yang telah disebutkan itu
tidak ditemukan dalam UU. No.23 tahun 1997.
3. Dalam hal Pembuktian, UUPPLH menyebutkan Alat bukti yang sah dalam tuntutan
tindak pidana lingkungan hidup yang terdiri atas: a. keterangan saksi; b. keterangan ahli;
c. surat; d. petunjuk; e. keterangan terdakwa; dan/atau f. alat bukti lain, termasuk alat
bukti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sedangkan UU sebelumnya tidak
diatur mengenai alat bukti.
Setelah mengetahui hal tersebut, maka selanjutnya penulis mencoba membandingkan
serta menemukan perbedaan ketentuan dalam kedua undang-undang ini dengan
menambahkan juga komentar terhadap beberapa ketentuan tersebut. Yang disebutkan
pertama merupakan ketentuan pasal dalam UU No. 23 tahun 1997 dan yang disebut terakhir
merupakan ketentuan pasal dalam UU No. 32 tahun 2009
1. Pasal 1 Ketentuan Umum mengenai pengertian sumber daya
a. Sumber daya adalah unsur lingkungan bidup yang terdiri atas sumber daya manusia,
sumber daya alam, baik hayati maupun nonhayati, dan sumber daya buatan;
b. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.
Dalam UUPPLH tidak lagi disebutkan SDM dan SDA karena menurut asumsi
penulis dengan disebutkannnya sumber daya hayati dan nonhayati saja sudah dinilai
mencangkup pula didalamnya SDA dan SDM.
13
a. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan
b. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut Amdal,
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Dalam UU No. 23 tahun 1997 tertulis kata “dampak besar dan penting”
menimbulkan asumsi, berarti ada dua dampak yaitu dampak besar dan dampak penting,
sedangkan UU ini tidak mengatur lebih lanjut dalam pasal-pasal selanjutnya mengenai
apa saja dampak besar itu, jadi sulit untuk dimengerti maksud keberadaan kata “besar”
dalam UU ini ataupun terkesan rancu dan mubazir. Selain ketidakjelasan maksud kata
itu, hilangnya kata “besar” dalam UUPPLH menimbulkan asumsi lain dari penulis yang
mungkin dampak “besar” itu sudah dikaji atau dimasukkan dalam lingkup suatu
permasalahan yang penting sehingga tidak lagi rancu dan tidak perlu lagi disebutkan
kata “besar” hanya dampak penting saja yang disebutkan dalam UUPPLH dengan
penegasan pada ayat (2) pasal ini mengenai apa saja dampak penting itu.
3. Dalam hal pengertian mengenai Pencemaran Lingkungan hidup
a. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.
b. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Menurut asumsi penulis, pengertian pencemaran lingkungan hidup menurut
UUPLH yaitu bilamana terjadi penurunan kualitas atau turun dari standar yang
semestinya, sedangkan dalam UUPPLH, dikatakan pencemaran lingkungan bilamana
“melampaui baku mutu lingkungan hidup” atau dapat dikatakan pencemaran
linggkungan terjadi bila ada overlimit dari baku mutu yang sudah ditetapkan.
14
a. Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab
negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas: a.
tanggung jawab negara; b. kelestarian dan keberlanjutan; c. keserasian dan
keseimbangan; d. keterpaduan; e. manfaat; f. kehati-hatian; g. keadilan; h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati; j. pencemar membayar; k. partisipatif; l. kearifan lokal; m.
tata kelola pemerintahan yang baik. n. otonomi daerah.
Jelas terlihat bahwa terdapat penambahan Asas dalam hal pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup termasuk asas dalam otonomi daerah,
tata kelola pemerintahan yang baik, yang kesemua asas dalam UUPPLH ini membuat
suatu penguatan perlindungan yang menjadi nilai lebih ketimbang UU sebelumnya.
5. Pasal 4 UUPLH dengan Pasal 3 UUPPLH Mengenai Tujuan
a. Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah : 1). tercapainya keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup; 2).
terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap
dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup; 3). terjaminnya kepentingan
generasi masa kini dan generasi masa depan; 4). tercapainya kelestarian fungsi
lingkungan hidup; 5). terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana; 6).
terlindungnya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau
kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.
b. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan: a). melindungi wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup; b). menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c).
menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d).
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; e). mencapai keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan lingkungan hidup; f). menjamin terpenuhinya keadilan generasi
masa kini dan generasi masa depan; g). menjamin pemenuhan dan perlindungan hak
atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; h). mengendalikan
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i). mewujudkan pembangunan
berkelanjutan; dan j). mengantisipasi isu lingkungan global.
15
Dapat dilihat bahwa terdapat penambahan tujuan atau sasaran termasuk
diantaranya tujuan untuk mengantisipasi isu lingkungan global.
6. Mengenai Audit Lingkungan Hidup
a. Pasal 1 Ketentuan Umum angka 23, Audit lingkungan hidup adalah suatu proses
evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau
kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan
b. Pasal 48 dan Pasal 49 ayat 1-3, Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah
mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan audit
lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kinerja lingkungan hidup. Pelaksanaan
audit lingkungan hidup terhadap kegiatan tertentu yang berisiko tinggi dilakukan
secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
16
Aries Setiawan,2012 http://www.imahagiregion3.org/2012/10/eksploitasi-sumberdaya-alam
-dalam-kaca.html -
Pradieta,2011http://pradieta-pelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-
lingkungan-lingkungan-hidup.htm
17