(D1A020184)
HUKUM INTERNASIONAL A2
Deklarasi Stockholm telah mengakui hak-hak asasi setiap orang untuk hidup atas lingkungan
yang baik dan sehat. Hal ini memberikan suatu kewajiban bagi setiap orang, atau badan untuk
memelihara lingkungan hidup manusia dan habitat lainnya serta sumber daya sedemikian rupa
agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Apabila dikaji secara mendalam hasil-hasil komperensi Stockholm tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa baik pembukaannya, asqas-asasnya maupun rekomendasi-rekomendasinya
telah memberikan pengerahan yang cukup jelas terhadap penanganan masalah lingkungan hidup,
termasuk di dalamnya pengaturan melelui perundang-undangan. Asas-asas Deklarasi Stockholm
1972 telah memungkinkan dibentuknya ukuran-ukuran nasonal yang berbeda daripada ukuran-
ukuran internasional (International standard). Hal mungkin terjadi dalam hal-hal dimana penting
atau perlu untuk melakukannya, karena sistem nilai yang berlaku disetiap negara, idak saja yang
disebabkan sifat unik daripada lingkungannya, tetapi juga didasarkan pertimbangan bahwa
berlakunya ukuran-ukuran (standard) yang berlaku bagi kebanyakan negara maju mungkin tidak
tepat bagi negara-negara berkembang, atau mengakibatkan ongkos sosial yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
Tidak berlebihan apabila dikatakana baahwa kerangkaa konsepsional untuk pendekatan global
terhadap perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan yang didasaarkan atas asas-
asas ekologi itu diletakkan dalam Deklarasi Stockholm 1972 menjadi dasar pembentukan sistem
hukum lingkungan modern. Karena mengingat sangat pentingnya lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan untuk kepentingan generasi mendatang. Konsep pembangunan
berwawasan lingkungan juga menjadi isu sentral dalam komprensi Rio Jeneiro (Komprensi
Bumi).
Yang perlu didasari, walaupun implementasi hasil Rio Jeneiro sangat diperlukan untuk
menangani masalah lingkungan yang makin memburuk, namun harus diwaspadai agar tidak
dirugikan oleh implementasi. Sebab semua persetujuan merupakan kompromi antara pihak-pihak
yang melakukan persetujuan itu sehingga masing-masing pihak akan berusaha untuk
menginterprestasikan persetujuan itu sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Apabila asas Deklarasi Stockholm marupakan patukan dasar dalam konsepsi hukum lingkungan
modern, maka adalah suatu kewajiban bagi setiap negara untuk meretivikasi batas-batas tersebut
sebagai suatu undang-undang lingkungan hidup. Walaupun asas-asas dari Deklarasi Stockholm
hanyaa merupakan kesepakatan moral.
Dalam hukum lingkungan modern, mangandung tiga konsepsional, yaitu pertama pengelolaan
lingkungan yang seimbang, serasi, dan berwawasan lingkungan. Suatu perbedaan yang sangat
esensi dengan hukum lingkungan klasik, dimana hukum lingkungan klasik menetapkan
ketentuan-ketentuan dan norma-norma dengan tujuan mengeksploitasi sumber-sumber daya
dengan berbagai cara guna mencapai hasil yang maksimal dalam jangka waktu yang
sesingkatnya.
Kedua konsep menyeluruh atau komprehensif integral. Ini berarti hukum lingkungan memiliki
sifat yang berhubungan dengan lingkungan alam. Karena itu pengelolaan lingkungan perlu
didasarkan pada keseimbangan antara satu species dengan species lainnya. Hukum lingkungan
modern memiliki watak bahwa pengelolaan lingkungan untuk kemanfaatan lingkungan. Oleh
karena itu,lingkungan laut, udara, daraat, air dan makhluk hidupnya merupakaan suatu kesatuan
lingkungan yang utuh.
Ketiga konsep berkelanjutan. Hukum lingkungan modern menetapkan suatu dasar bahwa
pengelolaan lingkungan dan pelaksanaan pembangunan bukan terbatas pada waktu tertentu atau
pada generasi tertentu. Tetapi, pengelolaan lingkungan harus memperhitungkan keterbatasan
daya dukung sumber daya dan bahwa lingkungan hidup adalah suatu rahmat Tuhan yang harus
diwariskan kepada setiap generasi. Dengan demikian pembangunan yang dilaksanakan adalah
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga setiap generasi yang
akan merasakan kemanfaatan lingkungan dengan pembangunannya.
Bagi Indonesia konsep hukum lingkungan modern telah dijadikan sebagai dasar pembentukan
hukum lingkungan dan pembangunan berwawasan lingkungan. Harus diakui bahwa Indonesia
dengan berbagai perangkat aturannya memasukkan asas pertanggung jawaban negara, asas
kemanfaatan dan asas berkelanjutan pembangunan menjadi asas hukum lingkungan hidup telah
menetapkan suatu garis batas agar lingkungan hidup jangan dieksploitasi tanpa
memperhitungkan daya dukung sumber daya, dan kehidupan generasi yang akan datang.
Bagi Indonesia faktor aturan tentang lingkungan hidup telah mendekati kesempurnaan. Namun
yang menjadi masalah kebijaksanaan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan. Faktor
pengawasan lingkungan, faktor penegakan hukum, dan faktor kesadaran hukum masyarakat
pelaku ekonomi (para perusahaan, HPH, Industri dan semacamnya) dan masyarakat belum
menganggap lingkungan sebagai teman hidupnya. Mereka hanya memahami lingkungan sebatas
pemanfaatannya bagi dirinya.
Deklarasi Stockholm mempunyai arti penting untuk pertama kalinya, hak atas lingkungan yang
bermutu, kehidupan begitu tajam diformulasikan sebagai hak asasi. Lagi pula permasalahan
lingkungan, politik dan hukum lingkungan ditempatkan pada tingkat yang berbeda dari waktu
sebelumnya. Oleh sebab itu Deklarasi Stockholm menjadi dasar dari hukum lingkungan modern.
Hukum lingkungan hukum modern, menetapkan asas pertanggung jawaban, kemanfaatan dan
pembangunan berwawasan lingkungan, sebagai landasan bagi setiapa negara maupun badan-
badan internasional dengan berorientasi pada pengelolaan lingkungan yang bersifat
komprehensif dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi yang akan datang.