2. Apakah eksploitasi sumber daya alam dan deforestasi menjadi penyebab terjadinya
pencemaran atau kerusakan lingkungan? Jelaskan!
Jawaban:
Eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan, seperti pencemaran air dan udara, kerusakan lahan, dan penurunan kualitas
lingkungan hidup. Contohnya, kegiatan pertambangan yang menggunakan bahan kimia beracun
seperti merkuri dan sianida dapat mencemari air dan tanah di sekitar lokasi tambang. Sementara
itu, kegiatan industri yang menggunakan bahan-bahan berbahaya dapat menyebabkan
pencemaran udara dan limbah yang merusak lingkungan hidup. Deforestasi atau penggundulan
hutan juga menjadi penyebab kerusakan lingkungan. Hutan memiliki peran penting dalam
menjaga kelestarian lingkungan, seperti mengatur iklim, menjaga keseimbangan ekosistem, dan
menjaga ketersediaan air. Deforestasi dapat mengurangi kapasitas hutan dalam menjaga
kelestarian lingkungan dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti banjir dan tanah
longsor.
3. Bagaimana berbagai instrumen hukum nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup mampu
mendukung prinsip hukum lingkungan internasional? Apakah pemerintah Indonesia turut
berkontribusi dalam penanganan deforestasi dan kebakaran hutan secara internasional? Jelaskan!
Jawaban:
Berbagai instrumen hukum nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup mampu mendukung
prinsip hukum lingkungan internasional dengan menjamin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan di tingkat nasional. Melalui instrumen hukum nasional,
negara-negara di seluruh dunia dapat memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip hukum
lingkungan internasional dan memperkuat sistem hukum nasional dalam melindungi lingkungan
hidup. Misalnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Indonesia memiliki tujuan untuk melindungi dan mengelola lingkungan
hidup secara berkelanjutan, sehingga sesuai dengan prinsip-prinsip hukum lingkungan
internasional.
Pemerintah Indonesia turut berkontribusi dalam penanganan deforestasi dan kebakaran hutan
secara internasional dengan menjadi salah satu negara penghasil karbon terbesar di dunia dan
menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP) ke-13 di Bali pada tahun 2007.
Pemerintah Indonesia juga telah memperkenalkan berbagai program untuk mengurangi
deforestasi dan kebakaran hutan, seperti program REDD+ (Reducing Emissions from
Deforestation and Forest Degradation), yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
dari kegiatan deforestasi dan degradasi hutan.
4. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan instrumen hokum lingkungan internasional?
Bagaimana hubungan sistem pencegahan dengan penindakan secara internasional dalam konteks
pencemaran udara dan laut lintas batas negara?
Jawaban:
Beberapa kendala yang dapat terjadi dalam pelaksanaan instrumen hukum lingkungan
internasional adalah:
Keterbatasan sumber daya: Pelaksanaan instrumen hukum lingkungan internasional
membutuhkan sumber daya yang cukup baik dari segi manusia maupun keuangan. Namun,
seringkali negara-negara yang memiliki sumber daya terbatas kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan ini.