Anda di halaman 1dari 14

Ekonomi Pariwisata Berkelanjutan

“ Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan “

Oleh :
Kelompok 8
I Putu Rama Pramana Semitha 1607512088
Koming Syun Mastra J.S. 1607512111
Putu Sri Diana Wedari 1607512121
I Komang Agusrai Nugraha 1607512125

Ekonomi Pembangunan / Non Reguler


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2018/2019
I.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Saat ini pariwisata sudah dikembangkan sebagai industri di setiap negara di


dunia. Perhatian pada sektor pariwisata kini sudah semakin lebar hal ini disebabkan
karena masyarakat mulai sadar bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan
keuntung ekonomi bagi negara – negara yang menerima kedatangan
wisatawan(tourist receiving countries). Begitu juga dengan Negeri Khayal yang
memiliki keragaman potensi wisata baik itu keindahan alam, adat – istiadat, dan
keramah – tamahan dari masyarakat lokalnya menjadikan pengembangan pariwisata
di Negeri Khayal sebagai daerah tujuan wisata yang unik dan menarik. Pemerintah
Negeri Khayal pun mengundang seorang konsultan dari Negeri Impian untuk
merencakan pariwisata di Negeri Khayal dan berhasil. Sehingga arus kedatangan
wisatawan sangat lancar, masyarakat lokal pun dapat merasakan manfaat ekonomi
dari pengembangan parwisata tersebut. Tetapi akibatnya keinginan wisatawan terus
meningkat untuk memfasilitasi kegiatan pariwisatanya, bukan hanya dalam
mengunjungi berbagai objek wisata untuk pengalaman dan kepuasan batinnya tetapi
tentu saja para wisatawan juga menginginkan sarana dan prasarana pariwisata yaitu
akomodasi dan fasilitas.

Pendukung pariwisata lainnya seperti hotel dan villa yang mewah, restoran, bar,
spa yang memiliki standar internasional. Para pelaku pariwisata di Negeri Khayal
pun terus berusaha untuk mengejar keinginan – keinginan para wisatawan yang tidak
terbatas tersebut dengan membangun dan menyediakan semua fasilitas tersebut demi
memberikan kemudahan dan kenyamananbagi para wisatawan. Tetapi dalam
mewujudkan akomodasi serta fasilitas- fasilitas yang mewah tersebut para pelaku
pariwisata termasuk para investor akhir merubah beberapa perencanaan yang telah
dibuat. Terutama dalam hal alih fungsi lahan di negeri tersebut dimana banyaknya
lahan pertanian, jalur hijau bahkan kawasan yang semestinya menjadi kawaan
konservasi dirubah menjadi kawasan villa dan hotel mewah, juga banyak pemukiman
tradisional dirubah menjadi fasilitas- fasilitas pendukung pariwisata lainnya. Dalih
dari para pihak berwenang karena telah memutuskan hal tersebut adalah agar dapat
memenuhi kebutuhan pariwisata sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah
dan penerimaan devisa di Negeri Khayal. Perubahan dalam perencanaan tersebut
akan mempengaruhi pengembangan pariwisata di Negeri Khayal dan akan
mengakibatkan dampak yang negatif bagi negeri itu sendiri. Karena dalam
pengembangan pariwisata di suatu destinasi tidak akan berhasil tanpa perencanan
yang matang. Seperti yang diungkapkan Yoeti (2008;47) bahwa: “Pelaku pariwisata
harus menyadari akan pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata
sebagai suatu industri agar sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil
mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial,
budaya, juga lingkungan hidup”. Sehingga dapat dilihat bahwa fenomena yang
terjadi di Negeri Khayal sudah melenceng jauh dari perencanaan pariwisata yang
awalnya telah dibuat, sehingga akan menyebabkan beberapa kerugian. Tulisan ini
akan membahas bagaimana menyikapi fenomena perencanaan pariwisata di “Negeri
Khayal” sebagai sebuah destinasi baru dimana arah kebijakan pengembangannya
hanya semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi. Dengan memaparkan mengenai
pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata di suatu destinasi,
pentingnya 5 pilar dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata, proses
perencanaan, dan prinsip – prinsip perencanaan.

2. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini, antara lain :

1. untuk mengetahui konsep perencanaan pariwisata


2. untuk mengetahui kerangka dasar perencanaan
3. untuk mengetahui proses perencanaan pariwisata
4. untuk mengetahui isu-isu strategis dalam penyusunan rencana
5. untuk mengetahui strategi dan metode perencanaan
II. PEMBAHASAN
2.1 Konsep Perencanaan Pariwisata
2.1.1 Perencanaan Destinasi Pariwisata

Destinasi pariwisata, antara lain :

1. Gabungan komponen produk wisata (atraksi, amenitas, aksesibilitas) yang


menawarkan pengalaman utuh/terpadu bagi wisatawan. (Davidson & Maitland,
1997)
2. Tidak hanya berupa sekumpulan daya tarik wisata dengan suatu tema dominan,
namun merupakan keterkaitan secara sinergis daya tarik wisata dengan unsur
pendukung dan penunjang dalam suatu sistem pariwisata (Gunn, 1992)
3. Suatu area yang memiliki batasan fisik atau administrasi tertentu, yang menjadi
tujuan kunjungan wisatawan dengan menghabiskan waktu minimal 1 malam, dan
di dalamnya terdapat komponen produk wisata. Batasan fisik atau administrasi
akan memberikan pengaruh pada aspek pengelolaan, sedangkan citra atau
persepsi berimplikasi pada aspek daya saing (UN-WTO, 2004)
4. Kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan (UU 10/2009)

Berdasarkan PP No. 50 2011 :

1. Destinasi pariwisata nasional (DPN) adalah destinasi pariwisata yang berskala


nasional
2. Kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN) adalah suatu ruang
pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan
komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk wisata
tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan
tersebut.
3. Kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) adalah kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata
nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam,
daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Perencanaan pariwisata mengaplikasikan konsep-konsep dasar perencanaan pada


umumnya dengan penyesuaian terhadap karakteristik sistem pariwisata, untuk
mencapai tujuan pembangunan pariwisata (Inskeep, 1991).

2.1.2 Mengapa perlu perencanaan pariwisata ?


1. Memaksimalkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif pengembangan
pariwisata
2. Mengkoordinasikan kegiatan pariwisata dengan sektor lainnya
3. Mengawasi terjadinya pengembangan pariwisata secara spontan
4. Menarik bantuan dana dan teknis dalam rangka pengembangan pariwisata
5. Pariwisata makin kompetitif dan promosi antar destinasi makin gencar

Pada intinya, perencanaan pembangunan pariwisata membutuhkan perencanaan


yang berbeda dengan perencanaan di sektor lain. Kebutuhan untuk perencanaan
pariwisata yang terintegrasi dan terkoordinasi muncul untuk menyeimbangkan
kebutuhan yang berbeda dalam sebuah daerah. Pembangunan rencana pariwisata yang
terstruktur mengakui implikasi jangka panjang dari kegiatan pariwisata dan berupaya
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dan pada saat yang sama mencoba
meningkatkan dampak yang menguntungkan. Penting bagi setiap daerah untuk membuat
rencana yang lebih spesifik secara teratur dalam perencanaan pariwisata. Rencana
tersebut akan memberikan fokus dan tindakan langsung pada kegiatan tertentu dan
pengembangan program. Selanjutnya supaya lebih efektif, maka rencana tersebut
diselaraskan dengan sistem perencanaan yang sedang berjalan. Seringkali rencana
dilihat hanya menjadi sebuah dokumen tanpa diintegrasikan dengan tindakan secara
teratur (Gunn,1994:30).

2.2 Kerangka Dasar Perencanaan

Perencanaan pariwisata secara tradisi dilakukan oleh komunitas bisnis, pelaku


bisnis pariwisata tertarik pada analisis pasar dengan menggunakan variabel yang dapat
dimainkan sehingga mampu menghasilkan kesuksesan keuangan. Namun ada tipe selain
pariwisata secara korporasi, yakni pembelajaran sosial dan pembangunan kapasitas
masyarakat.

Inskeep mendefinisikan perencanaan sebagai mengorganisasikan masa depan


untuk meraih tujuan tertentu (1991:26). Pendekatan yang komprehensif dan menyeluruh
dibutuhkan bukan saja karena keseluruhan aspek (dalam perencanaan pariwisata) saling
terkait, melainkan pula terhubung dengan lingkungan alamiah dan area sosial. Dengan
segera, pemikiran Inskeep merubah kecenderungan para perencana pariwisata
dalam memandang alam dan komunitas. Kedua hal itu kini dipandang sebagai subjek,
bukan objek yang bisa dieksplorasi maupun dieksploitasi. Ide inilah yang kemudian
diresapi oleh Inskeep dalam berbagai penjelasan selanjutnya terhadap cara serta proses
bagaimana melakukan perencanaan pariwisata dalam lingkup nasional dan regional, serta
dalam menganalisis perencanaan, memformulasikan kebijakan, mendesain
pembangunan, mempertimbangkan dampak, maupun menstrategikan dan
mengimplementasikan tourism plan.

Inskeep (1991) & Gunn (1994), mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik
dan berhasil bila secara optimal didasarkan kepada empat aspek, yaitu:

a) Mempertahankan kelestarian lingkungannya;

b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dikawasan tersebut;

c) Menjamin kepuasan pengunjung; dan

d) Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat disekitar kawasan dan


zone pengembangannya.

Dengan demikian melalui konsep perencanaan pariwisata yang dijelaskan oleh


Gunn dan Inskeep dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan sebuah
perencanaan suatu objek wisata, diperlukan adanya fokus yang lebih menyeluruh
pada aspek lain selain sumber daya (atraksi) yang ada daerah sehingga pembangunan dan
pengembangan objek pariwisata di suatu daerah selain untuk menggerakan roda
ekonomi, diharapkan dapat berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya melalui keterlibatan secara
langsung dalam sebuah pembangunan dan pengembangan pariwisata tersebut
(Community Involvement).

2.3 Proses Perencanaan


2.3.1 Rencana Induk Pembangunan Kepariwistaan Daerah (RIPPARDA)

Cakupan pembangunan kepariwisataan :

1. Pembangunan industri pariwisata : pembangunan struktur industri pariwisata,


daya saing produk pariwisata, kemitraan usaha pariwisata, kredibilitas bisnis,
serta tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya
2. Pembangunan destinasi pariwisata : pemberdayaan masyarakat, pembangunan
daya tarik wisata, prasarana, fasilitas umum, serta fasilitas pariwisata secara
terpadu & berkesinambungan
3. Pembangunan pemasaran : pemasaran pariwisata bersama, terpadu, dan
berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan serta
pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun citra Indonesia sebagai
destinasi pariwisata yang berdaya saing
4. Pembangunan kelembagaan kepariwisataan : pengembangan organisasi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat, pengembangan sumber
daya manusia, regulasi, serta mekanisme operasional di bidang kepariwisataan
2.3.2 Muatan RIPPARDA

Memuat visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi, rencana, strategi dan program
pembangunan kepariwisataan daerah.

 Visi dan Misi


1. Visi : rumusan keadaan yang akan dicapai pada suatu periode perencanaan
berjangka panjang
2. Fungsi visi : memberikan gambaran kondisi kepariwisataan di masa depan
dan dasar perumusan misi
3. Visi dirumuskan berdasarkan : visi pembangunan kepariwisataan nasional dan
pembangunan daerah, prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan daerah,
ketersediaan sumber daya pembangunan daerah
4. Misi : pernyataan tentang komitmen mewujudkan visi
5. Fungsi misi : pengejawantahan visi, dasar perumusan tujuan, kebijakan,
strategi, dan rencana
6. Misi dirumuskan berdasarkan : visi kepariwisataan dan sumber daya
kepariwisataan daerah
 Tujuan
1. Tujuan : keadaan yang harus dicapai pada akhir masa perencanaan, mencakup
aspek industri, destinasi, pemasaran, dan kelembagaan
2. Fungsi tujuan : sebagai indikator keberhasilan pembangunan kepariwisataan
3. Tujuan dirumuskan berdasarkan : visi dan misi kepariwisataan daerah, isu-
isu strategis pembangunan daerah dan kepariwisataan daerah, posisi daerah
dalam pembangunan kepariwisataan pada wilayah lebih luas, posisi
kepariwisataan daerah terhadap sektor lain baik internal maupun eksternal
 Kebijakan
1. Kebijakan : arahan untuk mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan,
mencakup aspek industri, destinasi, pemasaran, dan kelembagaan. Kebijakan
merupakan pendekatan/konsep yang diterapkan dalam pembangunan
kepariwisataan
2. Fungsi kebijakan : sebagai dasar dalam perumusan perangkat pemantauan
dan pengendalian
3. Kebijakan dirumuskan berdasarkan : visi dan misi kepariwisataan
daerah, isu-isu strategis pembangunan daerah dan kepariwisataan daerah,
posisi daerah dalam pembangunan kepariwisataan nasional, posisi
kepariwisataan daerah terhadap sektor lain baik internal maupun eksternal,
peraturan perundang-undangan terkait
 Strategi
1. Strategi : pilihan cara untuk mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan
daerah. Strategi merupakan skenario pembangunan kepariwisataan daerah yang
bersifat multidimensi dan lintas sektor
2. Fungsi strategi: sebagai dasar dalam perumusan perangkat pemantauan dan
pengendalian
3. Strategi dirumuskan berdasarkan : kebijakan kepariwisataan daerah, isu-isu
strategis pembangunan kepariwisataan daerah, posisi kepariwisataan daerah
terhadap sektor lain baik internal maupun eksternal, peraturan perundang-
undangan terkait
 Rencana
1. Rencana : rumusan tentang kepariwisataan yang dituju dan bersifat
multidimensi dan lintas sektoral
2. Fungsi rencana : sebagai dasar dalam perumusan perangkat pemantauan
dan pengendalian
3. Rencana dirumuskan berdasarkan : kebijakan dan strategi kepariwisataan
daerah, isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan daerah, posisi
kepariwisataan daerah terhadap sektor lain baik internal maupun eksternal, daya
dukung lingkungan, penataan ruang, peraturan perundang-undangan lain yang
terkait
4. Rencana memuat : rencana struktur perwilayahan pariwisata, rencana
kawasan strategis pariwisata, rencana kawasan andalan pariwisata, dan rencana
pengembangan produk pariwisata

2.4 Isu – isu Strategis dalam Penyusunan Rencana


 Struktur perwilayahan pariwisata merupakan kerangka perwilayahan pariwisata
yang meliputi pusat-pusat pertumbuhan pariwisata yang berhirarki satu sama lain,
memiliki fungsi sesuai dengan daya tarik yang dikembangkan, dan dihubungkan
oleh jaringan transportasi sebagai elemen pengikat.
 Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi pengembangan pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek.
 Rencana stategis parwisata merupakan arahan pengembangan kawasan pariwisata
yang dinilai strategis untuk menjawab isu-isu strategis pembangunan wilayah dan
pembangunan kepariwisataan daerah

Rencana kawasan strategis pariwisata mencakup:

-  tema pengembangan produk pariwisata

-  jenis wisata yang menjadi unggulan

-  target pasar

-  sistem keterkaitan

 Kawasan andalan pariwisata adalah kawasan budidaya yang memiliki potensi


pengembangan pariwisata yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah
tersebut.
 Rencana kawasan andalan pariwisata merupakan arahan pengembangan kawasan
pariwisata yang menjadi andalan dalam meningkatkan perekonomian daerah.
Rencana kawasan andalan pariwisata mencakup:

-  tema pengembangan kawasan

-  jenis wisata yang menjadi unggulan

-  target pasar

 Produk pariwisata adalah daya tarik dan utilitas fasilitas pariwisata


 Rencana pengembangan produk pariwisata merupakan arahan pengembangan
daya tarik wisata dan utilitas fasilitas pariwisata di kawasan strategis dan
kawasan andalan pariwisata untuk mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan
daerah

Rencana pengembangan produk pariwisata terdiri dari:

-  atraksi wisata unggulan dan pendukung

-  rencana sebaran daya tarik wisata

-  fasilitas pendukung

-  akses internal

2.5 Strategi dan Metode Perencanaan


 Strategi tiap aspek kepariwisataan
1. Strategi pengembangan industri pariwisata

Merupakan pilihan cara pengembangan industri pariwisata dalam mewujudkan


rencana pembangunan kepariwisataan daerah. Berfungsi dalam merumuskan program
pengembangan industri pariwisata daerah dan perangkat pemantauan dan pengendalian.
Dirumuskan berdasarkan rencana pembangunan kepariwisataan daerah, kapasitas,
kinerja, dan permasalahan industri pariwisata, tingkat perkembangan industri pariwisata,
kebijakan pengembangan industri dan investasi

Strategi pengembangan industri pariwisata mencakup:

-  strategi pengembangan struktur industri pariwisata

-  strategi pengembangan aliansi industri pariwisata

-  Strategi pengembangan UKM masyarakat

-  Strategi pengelolaan industri pariwisata yang memenuhi standar pelayanan


internasional

2. Strategi pengembangan destinasi pariwisata

Merupakan pilihan cara pengembangan untuk mewujudkan daerah sebagai destinasi


pariwisata dalam dimensi keruangan dan lokasi industri pariwisata beroperasi. Berfungsi
dalam merumuskan program pengembangan keruangan (fisik) kepariwisataan daerah dan
perangkat pemantauan dan pengendalian. Dirumuskan berdasarkan rencana
pembangunan kepariwisataan daerah, sebaran potensi dan permasalahan pengembangan
destinasi, tingkat perkembangan destinasi, kebijakan penataan ruang wilayah (RTRW)

Strategi pengembangan destinasi pariwisata mencakup:

-  strategi pengembangan perwilayahan: kawasan strategis dan andalan

-  strategi pengembangan produk pariwisata

-  strategi pengembangan sistem transportasi dan infrastruktur lainnya

-  strategi pengelolaan dampak

-  strategi pelibatan masyarakat

3. Strategi pengembangan pemasaran pariwisata

Merupakan pilihan cara pengembangan pemasaran pariwisata daerah . Berfungsi


dalam merumuskan program pengembangan pemasaran pariwisata dan perangkat
pemantauan dan pengendalian Dirumuskan berdasarkan rencana pembangunan
kepariwisataan daerah, hasil analisis sumber daya dan pasar pariwisata daerah (profil,
persepsi, preferensi, ekspektasi), kebijakan pemasaran pariwisata daerah.

Strategi pengembangan pemasaran pariwisata mencakup:

-  strategi segmentasi dan pemilihan pasar sasaran

-  strategi pemosisian destinasi

-  strategi bauran pemasaran daerah

4. Strategi pengembangan kelembagaan pariwisata

Merupakan pilihan cara pengembangan kelembagaan pariwisata daerah.


Berfungsi dalam merumuskan program pengembangan kelembagaan pariwisata dan
perangkat pemantauan dan pengendalian.Dirumuskan berdasarkan rencana pembangunan
kepariwisataan daerah, hasil analisis posisi dan peran kelembagaan pariwisata, kebijakan
pengembangan kelembagaan pariwisata

Strategi pengembangan kelembagaan pariwisata mencakup:

-  strategi pengembangan sumber daya kelembagaan dan efektivitas pembiayaan

-  strategi pengembangan organisasi birokrasi, swasta, profesi, dan organisasi


masyarakat

-  strategi regulasi untuk investasi, ijin usaha, perpajakan, pengendalian pembangunan


fisik, pembangunan industri, pemasaran, serta pembinaan karir di bidang kepariwisataan
 Program pengembangan industri pariwisata

Berfungsi sebagai acuan pelaksanaan atau implementasi strategi pengembangan


industri pariwisata.

Program pengembangan industri pariwisata mencakup:

-  deskripsi program pengembangan industri pariwisata

-  indikator keberhasilan pelaksanaan program

-  waktu pelaksanaan program

-  para pemangku kepentingan

 Program pengembangan destinasi pariwisata

Berfungsi sebagai acuan pelaksanaan atau implementasi strategi pengembangan


destinasi pariwisata.

Program pengembangan destinasi pariwisata mencakup:

-  deskripsi program pengembangan destinasi pariwisata

-  indikator keberhasilan pelaksanaan program

-  waktu pelaksanaan program

-  para pemangku kepentingan

 Program pengembangan pemasaran pariwisata

Berfungsi sebagai acuan pelaksanaan atau implementasi strategi pengembangan


pemasaran pariwisata.

Program pengembangan pemasaran pariwisata mencakup:

-  deskripsi program pengembangan pemasaran pariwisata

-  indikator keberhasilan pelaksanaan program

-  waktu pelaksanaan program

-  para pemangku kepentingan

 Program pengembangan kelembagaan pariwisata

Berfungsi sebagai acuan pelaksanaan atau implementasi strategi pengembangan


kelembagaan pariwisata.

Program pengembangan kelembagaan pariwisata mencakup:


-  deskripsi program pengembangan kelembagaan pariwisata

-  indikator keberhasilan pelaksanaan program

-  waktu pelaksanaan program

-  para pemangku kepentingan

 Tingkat kedalaman muatan RIPPARDA


1. Luasan wilayah perencanaan
2. Pemosisian pariwisata dalam pembangunan daerah (sebagai sektor unggulan atau
bukan)
3. Tingkat perkembangan pariwisata
4. Anggaran
 Jangka waktu RIPPARDA
1. Jangka waktu 20 tahun, dengan penyesuaian periode perencanaan cakupan
kepariwisataan yang lebih dinamis yaitu 5 tahun
2. Peninjauan kembali akan dilakukan setiap 5 tahun
III. PENUTUP
Kesimpulan

Pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri


tidak lain ialah agar perkembangan industri pariwisata sesuai dengan apa yang
dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi
ekonomi, sosial, budaya dan lingkunagn hidup. Negeri Khayal sebagai suatu destinasi
wisata yang memiliki banyak potensi wisata sebaiknya memiliki perencanaan yang
memperhatikan keterkaitan 5 pilar dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata,
proses perencanaan pariwisata, dan juga prinsip – prinsip perencanaan pariwisata yang
telah dikemukakan sebelumnya. Dengan kata lain jika dalam pengembangan pariwisata
tidak terencana dengan baik maka akan terjadi masalah – masalah sosial dan budaya
terhadap penduduk lokalnya dengan pendatang (wisatawan). Oleh karena itu dalam
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri di suatu destinasi harus
mempertimbangkan seluruh aspek tanpa terkecuali karena indutri pariwisata berkaitan
erat dengan aspek lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup.
Pemerintah dan juga masyarakat local pun juga harus konsekuen dalam menjalani
rencana tersebut tanpa mengadakan perubahan – perubahan yang signifikan demi
mengejar keuntungan ekonomi semata dengan mengabaikan kepentingan – kepentingan
dari aspek lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Hall,Michael C (145), bahwa negara
penerima wisatawan akan memiliki dampak positif dan dampak negatif baik dalam
bidang ekonomi, sosial budaya, bahkan lingkungan. Jadi, jika pengembangan tidak
terarah dan tidak terencanakan dengan baik maka nantinya akan menimbulkan kerugian
– kerugian karena terbenturnya aspek – aspek tersebut yang akan berimbas kepada
kenyamanan wisatawan, yang akhirnya akan mematikan usaha-usaha yang telah lama
dibangun dengan susah payah.

Dalam usaha menekan dampak negatif dari pengembangan pariwisata, dan


meningkatkan dampak positif yang dapat diberikan maka perlu adanya suatu daya
dukung guna membatasi penggunaan sumber daya. Seperti yang dijelaskan dalam
Michael Hall, Collin (2006: 151 - 154), konsep daya dukung kemudian merupakan suatu
metodologi dan nilai konseptual untuk dapat memetakan dan menganalisis masalah
keruangan seperti ledakan penduduk serta toleransi terhadap kunjungan wisatawan. Dari
suatu model menejemen terhadap suatu sumber daya pariwisata yang baik, dengan
penentuan daya dukung di masing – masing bidang yang tersebut diatas, maka
diharapkan akan mampu menjaga keberlangsungan kegiatan pariwisata di destinasi itu
dalam hal ini adalah Negeri Khayal. Dengan hubungannya terhadap penentuan daya
dukung pariwisata adalah dapat menekan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak
positif, sehingga akan dicapai keberlangsungan pariwisata dapa destinasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Gunn, Clare A. Tourism Planning. 4th Ed. New York: Routledge. 2002

Hall, Michael C. & Page, Stephen J. The Geography of Tourism and Recreation:
Environment, Place and Space. 3rd Ed. New York: Routledge. 2006

Inskeep, Edward. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development


Approach. New York: Van Nostrand. 1991

Paturusi, Samsul A. (2001). Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata, Materi kuliah
Perencanaan Kawasan Pariwisata Program Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar.

Widiatedja, IGN Parikesit. 2011. Kebijakan Liberalisasi Pariwisata. Denpasar: Udayana


University press

Anda mungkin juga menyukai