Anda di halaman 1dari 4

MATERI 4.

PEMBANGUNAN PARIWISATA

Pembangunan kepariwisataan berkaitan dengan perencanaan pembangunan,

pariwisata berkelanjutan, dan pengembangan pariwisata. Memahami pembangunan

kepariwisataan harus dikaitkan dengan paradigma pembangunan yang mempunyai tujuan

dan strategi. Secara dinamik, pembangunan kepariwisataan ini harus dapat melihat fokus

dan beradaptasi pada kondisi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat

setempat.

Sunaryo (2013:129), mendefenisikan pembangunan pariwisata merupakan suatu

proses perubahan pokok yang dilakukan manusia secara terencana pada suatu kondisi

kepariwisataan tertentu yang dinilai kurang baik, yang diarahkan menuju ke suatu kondisi

kepariwisataan tertentu yang dianggap lebih baik atau lebih diinginkan. Pembangunan

kepariwisataan tidak terlepas dari tujuan dan strategi dalam kepariwisataan. Teguh (2015:1),

mengemukakan bahwa pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk mengelola sumber

daya dan menciptakan nilai tumbuh secara arif, terintegrasi, holistik, sistemik agar

meningkatkan kualitas pengalaman keberlangsungan nilai dan manfaat bagi masyarakat

lokal. Pembangunan pariwisata menjadi sektor unggulan dan memiliki kontribusi yang

signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkaitan dengan peningkatan

perolehan devisa.

Pembangunan pariwisata dalam perspektif pembangunan sumber daya manusia,

mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya masyarakat

yang hidup di sekitar destinasi pariwisata. Pembangunan pariwisata tidak hanya

meningkatkan kesejahteraan material dan spiritual tetapi juga meningkatkan kesejahteraan

kultural dan intelektual. Dengan demikian, sangat penting dalam pembangunan pariwisata

mempunyai standar perencanaan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan

program-programnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS pada pasal 2 ayat

(1), ada empat unsur utama dalam pembangunan kepariwisataan, yaitu destinasi pariwisata,
pemasaran pariwisata, industri pariwisata dan kelembagaan pariwisata. Maka, keempat

unsur tersebut didefenisikan sebagai berikut:

Pertama, Destinasi pariwisata dalam sistem kepariwisataan dimaksudkan


sebagai kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi
yang didalamnya terdapat daya Tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.
Kedua, Pemasaran Wisata dalam sistem kepariwisataan, merupakan serangkaian
proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan
mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan
seluruh pemangku kepentingannya.
Ketiga, Industri Pariwisata, merupakan kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Keempat, Kelembagaan Pariwisata sebagai keseluruhan institusi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi serta
mekanisme operasional yang terkait dengan kepariwisataan

Pembangunan pariwisata yang diatur dalam undang-undang kepariwisataan bukan

hanya sekedar sebagai bentuk interaksi antara wisatawan dan obyek wisata saja tetapi juga

sebagai sebuah kesatuan sistem yang saling berkaitan. Pariwisata sebagai sektor unggulan

dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui

peningkatan pendapatan daerah. Dengan demikian, untuk mewujudkannya maka

pemerintah harus dapat membuat perencanaan dan strategi yang matang dalam

mendorong pembangunan pariwisata berkelanjutan khususnya di kawasan Danau Toba

sehingga tujuan pengembangan pariwisata di daerah ini dapat terlaksana sesuai dengan

yang diharapkan.

Perencanaan pembangunan pariwisata harus mempunyai prinsip-prinsip dalam

perumusannya. Yoeti (2016: 58), adapun prinsip-prinsip perumusan perencanaan

pembangunan pariwisata, sebagai berikut:

1. Perencanaan pengembangan kepariwisataan haruslah mempunyai satu kesatuan


dengan pembangunan regional, atau nasional dari pembangunan perekonomian
negara. Karena itu, perencanaan pengembangan kepariwisataan hendaknya
termasuk di dalam kerangka kerja dari pembangunan ekonomi dan sosial budaya
yang hidup di negara tersebut.
2. Seperti halnya perencanaan sektor perekonomian lainnya, perencanaan
pengembangan kepariwisataan menghendaki pendekatan terpadu dengan sektor-
sektor lainnya yang banyak berkaitan dengan bidang kepariwisataan.
3. Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah haruslah di bawah
koordinasi perencanaan fisik daerah secara keseluruhan.
4. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus pula berdasarkan
suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan memperhatikan perlindungan
terhadap lingkungan, alam dan budaya di daerah tersebut.
5. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus didasarkan atas
penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan
faktor geografi yang luas dan tidak meninjau dari segi administrasi saja.
6. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan kepariwisataan
pada suatu daerah harus memperhatikan faktor ekologi daerah yang bersangkutan.
7. Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya memperhatikan masalah
dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah pentingnya memperhatikan masalah
sosial yang mungkin ditimbulkannya.
8. Pada masa-masa yang akan datang jam kerja para buruh dan karyawan akan
semakin singkat dan waktu senggang akan semakin panjang, karena itu dalam
perencanaan pariwisata, khususnya di daerah yang dekat dengan industry perlu
diperhatikan pengadaan fasilitas rekreasi dan hiburan di sekitar daerah yang
disebut sebagai pre urban.
9. Pariwisata, walau bagaimana bentuknya, tujuan pengembangannya tidak lain untuk
meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa membedakan ras, agama, dan
bangsa. Karena itu pengembangan pariwisata perlu pula memperhatikan
kemungkinan peningkatan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain yang saling
menguntungkan.

Prinsip ini harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam penyusunan

perencanaan pembangunan pariwisata dan diperlukan keputusan politik yang bersifat

strategis. Dengan adanya prinsip tersebut, maka dalam penyusunan perencanaan

pembangunan pariwisata dapat disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan, dan dinamika

perkembangan sektor pariwisata berdasarkan isu-isu strategis. Melalui prinsip perencanaan

pembangunan pariwisata tersebut juga diharapkan dapat menciptakan standarisasi dalam

perumusan perencanaan pembangunan pariwisata sehingga menghasilkan perencanaan

yang berkualitas dan bermutu.

strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan, seperti yang dikemukakan oleh

Sunaryo (2013: 131) yaitu

1. Keberpihakan terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran prioritas tertentu dari
proses pembangunan kepariwisataan yang akan diselenggarakan. Keseluruhan
dokumen visi, misi, tujuan dan sasaran ini biasanya dirumuskan oleh kehendak
politik dari pihak otoritas yang berwenang.
2. Fleksibilitas yang adaptif dari pertumbuhan pembangunan kepariwisataan yang
sesuai dengan dinamika perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politik di
kawasan nasional maupun internasional
3. Terjaganya keberlanjutan pembangunan kepariwisataan yang telah mencakup
antisipasi untuk tuntutan kebutuhan bagi generasi yang akan datang.
4. Antisipatif dan responsif yang di dalam ini perencanaan pembangunan
kepariwisataan harus selalu memperhatikan, memperhitungkan, dan
mempertimbangkan keseluruhan dinamika situasi dan realitas kenyataan
kepariwisataan di seluruh wilayah yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai