Oleh :
Aziz Alfa Antoni
150710101145
i
PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
Oleh :
Aziz Alfa Antoni
150710101145
ii
PERSETUJUAN
Oleh :
Dosen Pembimbing Utama,
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Jember
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Panitia Penguji;
Ketua, Sekretaris,
Anggota Penguji,
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENETAPAN ........................................................................... iv
HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Koperasi ....................................................................................... 7
2.1.1 Istilah dan Pengertian Koperasi ......................................... 7
2.1.2 Landasan Koperasi ............................................................. 8
2.1.3 Prinsip dan Asas Koperasi ................................................. 9
2.1.4 Bentuk dan Jenis Koperasi ................................................. 10
2.1.5 Usaha Perkoperasian .......................................................... 11
2.2 Gadai ............................................................................................ 13
2.2.1 Istilah dan Pengertian Gadai .............................................. 13
2.2.2 Dasar Hukum Gadai........................................................... 14
2.2.3 Operasional Gadai.............................................................. 15
2.3 Teori Kewenangan ....................................................................... 15
2.3.1 Pengertian Wewenang ....................................................... 15
2.3.2 Sumber Wewenang ............................................................ 16
2.4 Teori Pengawasan ........................................................................ 18
2.4.1 Konsep Pengawasan .......................................................... 18
2.4.2 Kewenangan Pengawasan .................................................. 19
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................. 21
3.1 Tipe Penelitian ............................................................................. 21
3.2 Pendekatan Masalah..................................................................... 21
v
3.3 Bahan Hukum .............................................................................. 22
3.3.1 Bahan Hukum Primer ........................................................ 22
3.3.2 Bahan Hukum Sekuder ...................................................... 23
3.3.3 Bahan Non Hukum ............................................................ 23
3.4 Analisa Bahan Hukum ................................................................. 24
BAB 4. SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I PENDAHULUAN
1
2
4
Koperasi simpan pinjam, http://www.citraniaga.com/index.php/faq/31-general/90-
koperasi-simpan-pinjam, Diakses pada 28 Januari 2019, Pukul 20.00 WIB.
5
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 37
3
6
Tarita Kooswanto, Eksistensi Gadai Sebagai Lembaga Jaminan di Tengah Menjamurnya
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Dewasa Ini. Jurnal
Repertorium Universitas Sebelas Maret Volume 1 Nomor 2, 2014, hlm. 16
7
Menurut Pasal 1 Angka 13 POJK Nomor 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian,
Penaksir adalah orang yang memiliki sertifikat keahlian untuk melakukan penaksiran atas nilai
Barang Jaminan dalam transaksi Gadai
8
Susanti, Konsep Harga Lelang Barang Jaminan Gadai dalam Ekonomi Islam di
Pergadaian Syariah Cabang Simpang Patal Palembang, Jurnal Intelektua Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang Volume 5 Nomor 1, 2016, hlm. 46
4
2.1 Koperasi
2.1.1 Istilah dan Pengertian Koperasi
Secara etimologis, kata koperasi berasal dari bahasa latin yaitu “Cum” dan
“Aperari” yang berarti dengan bekerjasama. Dalam bahasa Belanda disebut dengan
istilah Cooperative dan dalam bahasa Inggris disebut dengan Cooperation. Secara
leksikologis, koperasi bermakna sebagai suatu perkumpulan kerja sama yang
beranggotakan orang atau badan-badan dimana ia diberikan kebebasan untuk keluar
masuk menjadi anggotanya. Lebih lanjut G. Kartasaputra mendefinisikan koperasi
sebagai
“Suatu badan usaha bernama yang bergerak dalam bidang perekonomian,
beranggotakan mereka yang berekonomi lemah yang bergabung secara
sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu
usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya”.9
Berkaitan dengan itu, koperasi juga turut berjuang dalam membebaskan diri
para anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh
mereka. Atas dasar itulah, masyarakat bergabung secara sukarela atas kesadaran
adanya kebutuhan bersama tanpa ada paksaan dari pihak lain.
Pengertian koperasi menurut Pasal 1 UU Perkoperasian menyatakan bahwa
koperasi
“merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan”.10
Mohammad Hatta sebagai bapak koperasi Indonesia juga memberikan
pengertian koperasi sebagai usaha bersama yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki perekonomian berdasarkan tolong-menolong.11 Koperasi merupakan
self-help lapisan masyarakat kecil agar bisa mengendaikan pasar. Berdasarkan hal
tersebut maka koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara
menerapkan prinsip efisiensi.
9
G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berasaskan Pancasila dan UUD 1945,
Cetakan ke-5, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 1
10
R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), hlm. 4
11
Pengertian Koperasi Menurut Ahli, https://pengertianahli.com/2013/09/pengertian-
koperasi-menurut-ahli.html?m=1, Diakses pada 26 April 2019, Pukul 13.00 WIB
7
8
12
R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit., hlm. 4
9
13
Pandji Anorogo dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 19
10
14
Kamus Hukum Online Indonesia–Arti Istilah Hukum, https://kamushukum.web.id/arti-
kata/asaskekeluargaan/, Diakses pada 28 Maret 2019, Pukul 20.00 WIB
15
Lihat penjelasan Pasal 15 UU Perkoperasian
11
mendirikan koperasi sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini
dikenal sebagai pusat, gabungan, dan induk, maka jumlah tingkatan maupun
penamaannya diatur sendiri oleh koperasi yang bersangkutan. Contoh koperasi
sekunder adalah pusat atau induk KUD dan Koperasi tingkat sekunder lainnya.
Pada penjelasan Pasal 16 UU Perkoperasian juga membagi jenis koperasi
berdasarkan kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Secara
mendasar, koperasi di Indonesia meliputi :16
1) Koperasi Simpan Pinjam. Jenis koperasi ini didirikan untuk
memberikan kesempatan pada anggotanya dalam memperoleh
pinjaman dengan mudah dan biaya bunga yang ringan. Koperasi dapat
memberikan pertolongan kepada anggotanya karena koperasi memiliki
dana atau modal dalam jumlah yang cukup. Untuk itu, koperasi perlu
melakukan akumulasi modal dalam hal simpanan wajib, pokok, dan
sukarela. Dari uang simpanan tersebut koperasi kemudian mampu
menyalurkan kredit kepada para anggotanya.
2) Koperasi Konsumsi. Sesuai dengan namanya bahwa koperasi konsumsi
merupakan koperasi yang menangani pengadaan berbagai barang guna
memenuhi kebutuhan anggotanya. Tujuan dibentuknya koperasi
konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan anggotanya terhadap
barang konsumsi dengan harga dan mutu yang layak.
3) Koperasi Produksi. Koperasi produksi merupakan koperasi yang
bergerak dalam bidang produksi barang baik yang dilaksanakan oleh
koperasi yang bersangkutan maupun anggotanya. contoh koperasi
produksi diantaranya adalah koperasi sapi perah, koperasi pengusaha
tahu dan tempe, koperasi pengusaha batik yang kegiatannya bertumpu
pada kegiatan produksi.
4) Koperasi Jasa. Koperasi jasa adalah koperasi yang bergerak di bidang
penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum
seperti koperasi angkutan, koperasi jasa audit, koperasi perumahan, dll.
Berdasarkan uraian di atas, pembagian koperasi menjadi beberapa jenis
tentu tidaklah mudah karena berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
Undang-undang telah memberikan peluang secara luwes guna memilih dan
mengembangkan kegiatan usaha yang akan dijalankan oleh koperasi sesuai dengan
kebutuhan anggota serta masyarakat pada umumnya.
2.1.5 Usaha Perkoperasian
Sehubungan dengan peranan dan tugas koperasi dalam rangka
pembangunan ekonomi di Indonesia, maka penanganan dan pengelolaan koperasi
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak mengalami hambatan-
16
Pandji Anorogo dan Djoko Sudantoko, Op.Cit., hlm. 20-21
12
hambatan atau patah di tengah jalan. Kenyataannya, tidak sedikit jumlah koperasi
yang tidak mampu melaksanakan tugas dan fungsinya, salah satu penyebabnya
adalah pengelolaan yang tidak baik sehingga ditinggalkan anggotanya. Agar
koperasi dapat terkelola dengan baik, dapat bertahan, dan berkembang maka perlu
diperhatikan usaha yang dapat menopang keberadaan koperasi itu sendiri.
Berbagai bidang usaha koperasi sesungguhnya dapat menciptakan
lapangan kerja baru baik bagi para anggota maupun masyarakat umumnya. 17
Berkaitan dengan makna koperasi dari, oleh, dan untuk anggota, maka lapangan
usaha koperasi pun tiada lain bertujuan untuk menyejahterakan anggota pada
khusunya dan masyarakat pada umumnya. Dalam hubungan ini maka pengelola
usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien. Hal ini
berarti, koperasi harus mempunyai kemampuan untuk mewujudkan pelayanan
usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-
besarnya untuk anggota. Koperasi dinilai perlu melakukan rekayasa
kelembagaan dengan cara membagi organisasi koperasi ke berbagai sektor usaha
baik jasa, produksi dan konsumsi. Berbagai macam kegiatan usaha yang dapat
dilakukan koperasi berupa :18
1) Kegiatan Usaha Simpan Pinjam: Sebagai pelaksanaan dari ketentuan
Pasal 44 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, telah dibuat
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi. Kegiatan usaha
simpan pinjam merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menghimpun dan menyalurkan dana melalui kegiatan usaha simpan
pinjam kepada anggota, calon anggota dan koperasi lain dan
anggotanya. 19 Melalui kegiatan simpan pinjam dapat memberikan
kesempatan kepada para anggota dalam memperoleh pinjaman dana
dengan mudah dan biaya bunga yang ringan.
2) Perusahaan Asuransi: Kegiatan usaha koperasi tidak terbatas pada
kegiatan simpan pinjam saja, tetapi juga dapat menjalankan
perusahaan asuransi. Hal ini sesuai dengan Ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang
menyebutkan bahwa selain perseroan terbatas, koperasi juga dapat
menyelenggarakan usaha perasuransian. Usaha Perasuransian
merupakan segala usaha yang menyangkut jasa pertanggungan dan
17
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Jakarta: PT. Citra Aditya Abadi, 2015), hlm. 81
18
Agne Yasa, Koperasi Perlu Lakukan Pembagian Sektor Usaha, https:// m.bisnis.com/
amp/read/20180321/87/752310/koperasi-perlu-lakukan-pembagian-sektor-usaha, Diakses pada 9
Mei 2019, Pukul 20.00 WIB
19
Ahmad Subagyo, Manajemen Koperasi Simpan Pinjam, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2014), hlm. 23
13
22
R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, (Jakarta:
Intermasa, 1980), hlm. 158
15
23
Ibid., hlm. 43
24
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),
hlm. 76
16
25
Philipus M. Hadjon, 1987, Lembaga Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara
Menurut UUD 1945 SuatuAnalisis Hukum dan Kenegaraan, Gajah Mada University, Yogyakarta,
hlm. 9
26
Lukman Hakim, Filosofi Kewenangam Organ dan Lembaga Daerah: Perspektif Teori
Otonomi dan Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Negara Hukum dan Kesatuan,
(Malang: Setara Press, 2012), hlm. 118
27
Harjono, Kedudukan dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, dalam Firmansyah Arifin dkk, 2004; Cetakan I, Konsorsium
Reformasi Hukum Nasional, Jakarta. Selanjutnya disebut Firmansyah Arifin dkk. 2, hlm. 27 – 29
17
atau kekuasaan dibentuk dari keadaan yang belum ada wewenang menjadi ada.
Oleh karena itu, pembentukan wewenang ini menyebabkan adanya wewenang
baru yang bersifat asli, misalnya Badan Pembentuk Undang-Undang Dasar.
Disamping itu, ada pula sumber wewenang yang tidak asli, yaitu yang dilakukan
oleh suatu institusi yang dibentuk berdasarkan konstitusi, dimana konstitusi ini
membentuk suatu wewenang baru. Adapun ciri-ciri atribusi yaitu melahirkan
wewenang baru diantaranya dilakukan oleh suatu instansi yang pembentukannya
didasarkan pada peraturan perundangan, dan tidak mengenal dasar sistem
pertanggungjawaban tetapi terdapat masalah pengawasan.
Delegasi (delegatie) berarti penyerahan wewenang dari pejabat yang lebih
tinggi kepada pejabat yang lebih rendah. Semua bentuk penyerahan dapat
dibenarkan jika dilakukan berdasarkan ketentuan hukum. Pada delegasi terjadi
penyerahan wewenang antarinstitusi satu ke yang lainnya, sehingga institusi yang
sudah menyerahkan wewenangnya tidak lagi berwenang lagi atas wewenang
tersebut. Jika delegan ingin menarik kembali wewenang yang telah diserahkan
kepada delegetaris, maka harus dilakukan dengan peraturan perundangan yang
sama. Dengan demikian, ciri delegasi yaitu harus dilakukan oleh lembaga yang
berwenang, hilangnya wewenang berada pada pihak delegan, dan delegataris
bertindak atas nama dan tanggungjawab sendiri.
Mandat (mandaat) berasal dari bahasa latin mandatum atau mandare-atum
yang berarti melimpahkan, mempercayakan, memerintahkan. Mandat dapat
diartikan sebagai pemberian kekuasaan oleh alat perlengkapan yang memberikan
wewenang (mandant) kepada orang lain yang akan melaksanakannya. Berbeda
dengan delegasi, bahwa
“pemberi wewenang (mandant) pada mandat tetap berwenang melakukan
sendiri wewenangnya. Kata mandant berasal dari kata mandans,
mandataris berasal dari kata mandatarius yang berarti barang siapa yang
memiliki suatu kuasa atas pemegang kuasa”.28
Mandat dapat diartikan sebagai pemberian kuasa, sedangkan mandataris
bertindak atas nama mandant. Dalam hal ini tidak terjadi pelimpahan
tanggungjawab. Tanggungjawab pelaksanaan wewenang tetap berada pada pihak
mandant, sehingga pada mandant tidak terjadi pergeseran wewenang secara yuridis.
28
Suwoto Mulyosudarmo, Peralihan Kekuasaan: Kajian Teoritis dan Yuridis terhadap
Pidato Nawaksara, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 44
18
29
Ahmad Subagyo, Pengawasan Koperasi di Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2017), hlm. 1
30
Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.
Rafika Aditam, 1999), hlm. 360
31
Makmur, Efektivitas Kebijakan Pengawasan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011),
hlm. 176
19
32
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Gunung Agung, 1970), hlm. 107
33
Ahmad Subagyo, Op. Cit., hlm. 2
BAB 3 METODE PENELITIAN
34
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2016), hlm. 27
35
Ibid
21
22
37
Ibid., hlm. 164
24
38
Ibid., hlm. 171
BAB 4 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam menyusun kerangka proposal atau skripsi ini
terdiri dari 4 (empat) bab dan masing-masing bab terdiri dari uraian-uraian yang
saling berkaitan satu sama lainnya dan merupakan rangkaian yang tidak
terpisahkan. Sistematika penulisan ini bertujuan untuk menjaga konsistensi dan
sebagai pedoman agar penulis tidak keluar dari substansinya. Adapun sistematika
yang digunakan penulis dalam menyusun kerangka proposal atau skripsi ini
sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan
masalah,tujuan, dan manfaat penulisan. Bagian latar belakang menguraikan secara
singkat mengenai permasalahan Lembaga Koperasi dalam menjalankan kegiatan
usahanya di Indonesia, serta alasan penulis mengambil judul skripsi tersebut.
Rumusan masalah yang dimuat dalam penulisan skripsi ini ada 2 (dua) rumusan
yaitu : Pertama, Permasalahan hukum apa saja yang terjadi pada lembaga
koperasi yang menjalankan kegiatan usaha pergadaian dan Kedua, Bagaimana
kepastian hukum bagi koperasi yang menjalankan kegiatan usaha pergadaian.
Selain kedua hal tersebut, terdapat juga tujuan umum dan tujuan khusus yang
menyangkut kepentingan akademisi serta tujuan dan manfaat disusunnya skripsi
tersebut. Metode Penelitian, merupakan bagian yang berisi mengenai metode yang
digunakan dalam penulisan skripsi, metode ini digunakan sebagai langkah awal
penulis dalam menganalisa permaalahan hukum yang akan dibahas. Pada
umumnya bagian ini berisi mengenai Metode Penelitian yang terdiri dari Tipe
Penelitian Yuridis Normatif, Pendekatan Masalah yang digunakan terdiri dari
Pendekatan Perundang-undangan dan Pendekatan Konseptual, Bahan Hukum
yang terdiri dari Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum Sekunder dan Bahan Non
Hukum, serta Analisis terhadap bahan hukum tersebut dengan cara mengidentifikasi
fakta hukum, mengeliminasi hal-hal yang tidak relavan guna menetapkan isu
hukum yang hendak dipecahkan, serta menyimpulkan pembahasan dari yang
bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus (Deduktif).
Bab 2 Tinjauan Pustaka, dalam hal ini tinjauan pustaka menguraikan
tentang pengertian-pengertian, istilah-istilah, dasar-dasar hukum yang digunakan
sebagai penyusunan pembahasan dalam skripsi. Secara garis besar pada
25
26
a. Buku
Ahmad Subagyo. 2014. “Manajemen Koperasi Simpan Pinjam”. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
------------------. 2017. “Pengawasan Koperasi di Indonesia”. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Budi Untung. 2005. “Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia”. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta.
Cita Yustitia Serfiyani, dkk. 2017. “Restrukturisasi Perusahaan Dalam Perspektif
Hukum Bisnis pada Berbagai Jenis Badan Usaha”. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.
G. Kartasaputra. 2001. “Koperasi Indonesia yang Berasaskan Pancasila dan
UUD 1945”. Jakarta: Rineka Cipta.
H. Salim H.S. 2011. “Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia”. Jakarta:
Rajawali Pers.
Hani Handoko. 1999. “Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia”.
Jakarta: PT. Rafika Aditam.
Lukman Hakim. 2012. “Filosofi Kewenangam Organ dan Lembaga Daerah:
Perspektif Teori Otonomi dan Desentralisasi dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Negara Hukum dan Kesatuan”. Malang: Setara Press.
Makmur. 2011. “Efektivitas Kebijakan Pengawasan”. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Pandji Anoraga dan H. Djoko Sudantoko. 2002. “Koperasi, Kewirausahaan dan
Usaha Kecil”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Peter Mahmud Marzuki. 2014. “Penelitian Hukum (Edisi Revisi)”. Jakarta:
Prenamedia Group.
Prajudi Atmosudirjo. 1988. “Hukum Administrasi Negara”. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. “Kitab Undang-undang Hukum Perdata”.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma. 2002. ”Hukum Koperasi Indonesia”.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sentosa Sembiring. 2015. “Hukum Dagang”. Jakarta: PT. Citra Aditya Abadi.
Soerjono Soekanto. 1988. “Pokok-Pokok Sosiologi Hukum”. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sondang P. Siagian. 1970. “Filsafat Administrasi”. Jakarta: Gunung Agung.
Suwoto Mulyosudarmo. 1997. “Peralihan Kekuasaan: Kajian Teoritis dan
Yuridis terhadap Pidato Nawaksara”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
b. Peraturan Perundang-Undangan
c. Jurnal
1. Hadjon, Philipus M. 1987. “Lembaga Tertinggi dan Lembaga-lembaga
Tinggi Negara Menurut UUD 1945 Suatu Analisis Hukum dan
Kenegaraan”. Gajah Mada University.
2. Harjono. 2004. “Kedudukan dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi
dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, dalam Firmansyah Arifin dkk,
2004; Hukum dan Kuasa Konstitusi: Catatan-catatan untuk Pembahasan
Rancangan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi”. Cetakan I,
Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Jakarta.
3. Kooswanto, Tarita. 2014. “Eksistensi Gadai Sebagai Lembaga Jaminan di
Tengah Menjamurnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Dewasa Ini”. Jurnal Repertorium Universitas
Sebelas Maret Volume 1 Nomor 2.
4. Susanti. 2016. ”Konsep Harga Lelang Barang Jaminan Gadai dalam
Ekonomi Islam di Pergadaian Syariah Cabang Simpang Patal
Palembang”. Jurnal Intelektua Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang Volume 5 Nomor 1.
d. Internet
1. Citraniaga. 2019. “Koperasi Simpan Pinjam”. http://www.citraniaga.com
/index.php/faq/31-general/90-koperasi-simpan-pinjam. Diakses pada 28
Januari 2019, Pukul 20.00 WIB.
2. Kamus Hukum Online Indonesia–Arti Istilah Hukum,
https://kamushukum.web.id/arti-kata/asaskekeluargaan/. Diakses pada 28
Maret 2019, Pukul 19.00 WIB.
3. Pengertian Koperasi Menurut Ahli, https://pengertianahli.com/2013/09
/pengertian-koperasi-menurut-ahli.html?m=1, Diakses pada 26 April 2019,
Pukul 13.00 WIB.