Anda di halaman 1dari 11

DISASTER MANAGEMENT BENCAN A

OLEH:

VITA DWI YUMANTI

202107069

PRODI SARJANA KEBIDANAN STIKES KARYA HUSADA


KEDIRI

TAHUN AJARAN 2021-2022


A. Penebangan Hutan
Dampak kerusakan hutan terhadap lingkungan, memberi akibat kepada
mahluk hidup di sekitarnya, baik dalam hutan maupun di luar hutan. Kerusakan hutan
dengan intensitas yang besar berakibat negatif pada ekosistem hutan, namun ada
kerusakan hutan memberikan dampak positif terhadap kelangsungan permudaan di
dalam hutan.
Menurut Novianty (2008: 26) “dalam proses alami pohon-pohon akan menjadi
tua dan mati, tumbangnya pohon-pohon tua ini membuka peluang bagi hidupnya
semai-semai yang memerlukan cahaya dalam pertumbuhan. Kerusakan hutan atau
istilahnya "disturbance" ganguan-gangguan dalam intensitas yang terbatas
memberikan dampat posistif terhadap pertumbuhan semai-semai dan regenerasi di
dalam hutan”. Semua ini terjadi agar keseimbangan ekosistem dalam hutan dapat
terjadi melalui proses alami yang berjalan dengan baik. Namun bila intensitas
kerusakan hutan itu tinggi melebihi "daya lenting" yang ada, maka akan terjadi
deforestasi yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di
bumi:
1.  Efek Rumah Kaca (Green house effect)
Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi
mengabsorsi gas Co2. Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian
energi fosil (minyak, batubara dll) akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di
atmosfer yang menyelebungi bumi. Menurut Soedomo (2001: 14) “Gas ini
makin lama akan semakin banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan
yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu meneruskan pancaran sinar
matahari yang berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak dapat
dilewati oleh pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi
panas akan dipantulkan kembali kepermukaan bumi oleh lapisan Co2 tersebut,
sehingga terjadi pemanasan di permukaan bumi. Inilah yang disebut dengan
efek rumah kaca”.
Keadaan ini menimbulkan kenaikan suhu atau perubahan iklim bumi
pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi akan semakin
meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan selatan akan mencair.
Hal ini akhirnya akan berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga
beberapa kota dan wilayah di pinggir pantai akan terbenam air, sementara
daerah yang kering karena kenaikan suhu akan menjadi semakin kering.
2. Kerusakan Lapisan Ozon
Menurut Achmad (2004: 6) “lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti
bumi berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya bagi
kehidupan di bumi”. Di tengah-tengah kerusakan hutan, meningkatnya zat-
zat kimia di bumi akan dapat menimbulkan rusaknya lapisan ozon.
Kerusakan itu akan menimbulkan lubang-lubang pada lapisan ozon yang
semakin lama dapat semakin bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu
sinar ultraviolet akan menembus sampai ke bumi, sehingga dapat
menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.
3. Kepunahan Spesies
Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di
dalamnya. Dengan rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi
dapat dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan. Menurut Novianty
(2008: 26) “Dalam peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun
yang lalu Departemen Kehutanan mengumumkan bahwa setiap harinya
Indonesia kehilangan satu spesies (punah) dan kehilangan hampir 70 %
habitat alami pada sepuluh tahun terakhir ini”.
4. Merugikan Keuangan Negara
Sebenarnya bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik,
jujur, dan adil pendapatan dari sektor kehutanan sangat besar tetapi yang
terjadi adalah sebaliknya. Menurut Novianty (2008: 26) “pada tahun 2003
jumlah produksi kayu bulat yang legal (ada ijinnya) adalah sebesar 12 juta
m3/tahun. Padahal kebutuhan konsumsi kayu keseluruhan sebanyak 98 juta
m3/tahun”. Data ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara pasokan dan
permintaan kayu bulat sebesar 86 juta m3. Kesenjangan teramat besar ini
dipenuhi dari pencurian kayu (illegal loging). Dari praktek tersebut
diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia mencapai Rp.30 trilyun/tahun.
Hal inilah yang menyebabkan pendapatan sektor kehutanan dianggap masih
kecil yang akhirnya mempengaruhi pengembangan program pemerintah
untuk masyarakat Indonesia.
5. Banjir
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini,
menurut Winarno (2011: 2) “disebutkan bahwa salah satu akar penyebab
banjir adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan
dan tangkapan air (catchment area)”. Hutan yang berfungsi untuk
mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan menjamin ketersediaan air
di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari makin
berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi)
sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah
jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya.
Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga
menyebabkan banjir. Bencana banjir akan semakin bertambah dan akan
berulang apabila hutan semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak
hanya akan menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan
menjadi taruhannya.

B. Wabah Hama

Dampak Bahan Aktif Pestisida Rumah Tangga terhadap Kesehatan. Tujuan responden
menggunakan pestisida adalah untuk melindungi keluarga dari penyakit yang ditularkan oleh
serangga, memenuhi rasa estetika masyarakat serta untuk kenyamanan penghuni rumah
tangga ketika beristirahat. Namun penggunaan pestisida tidak hanya beracun bagi serangga
sasaran, tetapi juga beracun bagi organisme lainnya seperti manusia dan hewan bukan sasaran
(hewan piaraan). Menurut De Hond, et al (2003) dampak penggunaan pestisida dibedakan
menjadi dua yaitu dampak terhadap kesehatan manusia dan dampak terhadap lingkungan.
Dampak terhadap kesehatan manusia terdiri dari dampak langsung dan dampak tidak
langsung. Dampak langsung berupa paparan pestisida secara langsung terhadap manusia,
sedangkan dampak tidak langsung berupa kontaminasi pestisida ke dalam makanan dan
minuman, pencemaran air sungai dan air tanah. Baik dampak langsung maupun dampak tidak
langsung dapat menimbulkan keracunan dan menyebabkan berbagai penyakit. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa beberapa responden pernah mengalami keracunan atau gejala-gejala
mirip keracunan pada saat/setelah menggunakanpestisida rumah tangga. Gejala keracunan
yang langsung terlihat akibat terpapar pestisida merupakan keracunan akut, sedangkan gejala
yang baru terlihat setelah berulangkali atau dalam jangka panjang merupakan keracunan
kronik. Tanda-tanda keracunan pestisida yang terjadi bila terkena kulit yaitu iritasi lokal serta
kulit menjadi kering,sementara bila terhirup akan menimbulkan iritasi saluran nafas atas
seperti rhinitis dan radang kerongkongan. Pestisida juga dapat menyebabkan alergi pada
pasien penderita asma yang sensitif bila menghirup racun secara berulang-ulang, oleh karena
itu dapat menyebabkan bersin, batuk, nafas pendek serta sakit pada bagian dada pada anak-
anak yang mengidap asma dan alergi. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah dan
diare. Jika tertelan dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf pusat
dan dapat mengakibatkan sesak nafas serta koma. Data tentang gejala keracunan atau gejala
mirip keracunan menunjukkan angka yang cukup tinggi dari responden yang mengalami
gejala keracunan/mirip keracunan yang berasal dari semua wilayah di DKI Jakarta. Data
tentang gejala keracunan ini tidak didukung oleh data dari catatan medis, kemungkinan
karena kasus keracunan pestisida rumah tangga tidak pernah diperiksakan dan tidak pernah
ditabulasikan dan hanya orang yang mempunyai gejala simptomatik saja yang diperiksa ke
dokter.

C. Wabah Penyakit

Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian


berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Penyebab Wabah secara garis besar
adalah karena Toxin ( kimia & biologi) dan karena Infeksi (virus, bacteri, protozoa
dan cacing). Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda
yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat menimbulkan
wabah. Daerah Wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah.
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah. Penyakit Karantina adalah Pes (Plague); Kolera (Cholera); Demam Kuning
(Yellow Fever); Cacar (Smallpox); Typhus bercak wabahi Typhus exanthe maticus
infectosa (Louse borne Typhus); Demam balik-balik (Louse borne Relapsing
fever).Tindakan Karantina adalah tindakan-tindakan terhadap kapal/pesawat udara
beserta isinya dan daerah pelabuhan untuk mencegah penjangkitan dan penjalaran
penyakit karantina. Isolasi adalah pengasingan seseorang atau beserta orang dari yang
lain dalam suatu stasiun karantina, rumah sakit atau tempat lain oleh dokter
pelabuhan untuk mencegah penularan penyakit. Peristiwa bertambahnya penderita
atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit menular di suatu wilayah tertentu,
kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat heboh
masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini disebut dengan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan dapat menimbulkan suatu wabah yang menyerang masyarakat luas
dalam waktu singkat yang diakibatkan oleh penyakit menular. Di lain pihak, dampak
dari perkembangan ilmu dan teknologi saat ini menimbulkan berbagai penemuan baru
dari penyakit-penyakit menularyang semakin bertambah dan sulit diatasi
pengobatannya, misalnya HIV-AIDS, SARS, Flu Burung dan lain-lain. Demikian
juga dalam aspek perundang-undangan terjadi perubahan-perubahan seperti undang-
undang otonomi daerah, undang-undang perlindungan konsumen, undang-undang
narkotika dan psikotropika, akan mempengaruhi sistem dan kebijakan pengumpulan,
pengolahan, analisis penyajian dan pelaporan kasus-kasus penyakit menular.
Mengingat seriusnya dampak yang ditimbulkan dari kejadian luar biasa dan wabah
akibat penyakit menular, sehingga perlu diambil langkah-langkah perlindungan bagi
masyarakat. Perlindungan dimaksud dapat meliputi perlindungan terhadap masyarakat
umum, aparat kesehatan, korban dan pelapor. Untuk itu perlu dilihat peraturan
perundang-undangan yang komprehensip di bidang penanganan wabah penyakit.
Untuk itu perlu dilihat peraturan perundang-undangan yang sudah ada, mencermati
kenyataan yang sedang in saat ini dan mengantisipasinya
D. Kecelakaan Industri
Salah satu masalah yang hampir setiap hari terjadi di tempat kerja adalah
kecelakaan yang menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti kerusakan
peralatan kerja, cedera tubuh, kecacatan bahkan kematian. Apabila kematian
menyangkut banyak nyawa, maka yang terjadi adalah bencana. Menurut International
Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan
oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000
kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena
penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit
akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.
Bencana di industri (industrial disasters) dikategorikan sebagai bencana
karena ulah manusia. Sesuai dengan jumlah korban yang terjadi misalnya sekitar 20
korban disebut industri berskala kecil, 20 sampai 50 korban disebut bencana industri
skala menengah dan bila menyangkut 50 - 100 orang atau lebih termasuk skala berat.
Definisi Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan tidak
diharapkan. Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja khususnya di lingkungan industri dan kecelakaan ini belum tentu kecelakaan
akibat kerja, karena untuk sampai ke diagnosa Kecelakaan Akibat Kerja harus melalui
prosedur investigasi. Didalam terjadinya kecelakaan industri (studi kasus 3) tidak ada
unsur kesengajaan apalagi direncanakan, sehingga bila ada unsur sabotase atau
tindakan kriminal merupakan hal yang diluar makna dari kecelakaan industri.
Setiap kecelakaan ada sebabnya, termasuk kecelakaan di industri, oleh karena
itu kecelakaan dapat dicegah. Secara umum terdapat 2 hal pokok, yaitu: perilaku kerja
yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions).
Dari penelitian-penelitian yang telah sering dilakukan ternyata faktor manusia
memegang peran penting dalam hal timbulnya kecelakaan. Penelitian menyatakan
bahwa 80% - 85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor
manusia. Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam
industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja,
kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya. Semuanya ini
termasuk hal-hal yang dapat/berpotensi membahayakan para pekerja lazim disebut
sebagai potensial (potential hazard). Bahaya potensial di tempat kerja/di industri
dapat berupa : bahaya-bahaya fisik, kimia, biologi, masalah ergonomi, dan masalah
psikososial.
Sebagai akibat dari kecelakaan industri terjadi 5 jenis kerugian: kerusakan,
kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan kecacatan, serta kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta


Mulyadi. 2012. Sisi Kriminologi Pembalakan Hutan Ilegal: Suatu Telaah Awal. Jurnal
Kriminologi Indonesia. Vol. 3 No. 1
Novianty, Rini. et.al. 2008. Identifikasi Kerusakan dan Upaya Rehabilitasi Ekosistem
Mangrove di Pantai Utara Kabupaten Subang. Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Vol. 2 No. 3
Sastrawijaya, Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: ITB
Winarno, Setya. 2011. Kerentanan Rumah Seismik dan Mitigasi Gempa yang Strategi di
Kota Yogyakarta. Jurnal Penanggulangan Bencana. Vol. 2
Badan Pusat Statistik. 2001. Jumlah Rumah Tangga yang Menggunakan Jenis Barang
Beracun dan Berbahaya http://www.kimpraswil.go.id/ditjenmukim/statistik-
bps/2001/table 611.htm
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Cetakan Ke-1. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta Selatan.
EPA. 2007. Beyond Pesticides. Gateway on Pesticide Hazards and Safe Pest Management.
701 E Street SE# 200, Washington DC 20003.
http://www.beyondpesticides.org/gateway/about.htm
Flint, M.L. dan Van Den Bosch R. 2002. Pengendalian Terpadu, Sebuah Pengantar. Cetakan
Ke-10. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sigit, S. H. dan Upik Kesumawati Hadi (eds.). 2006. Hama Indonesia, Pengenalan, Biologi
dan Pengendalian. Unit Kajian Pengendalian Hama, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Tomlin, C.D.S. (Editors). 1977. A World Compendium. The Pesticide Manual.
EleventhEdition. The British Crop Protection Council Publications. 49 Downing
Street,Farnham, Surrey GU9 7PH, UK.
WHO. 2009. The WHO Recommended Classification of Pesticides by Hazard and
Guidelines to Classification.
http://www.who.int/ipcs/publications/pesticides_hazard_2009.pdf
Yuliani, T. S. Hermanu Triwidodo, Kooswardhono Mudikdjo, Nurmala K. Panjaitan,
Syafrida Manuwoto. 2011. Perilaku Penggunaan Pestisida: Studi Kasus Pengendalian
Hama Di Perkotaan DKI Jakarta.
Wojowarsito WS, Tito Wasito W, Kamus Lengkap, Hasta Bandung
Echols JM, Shadilly H. Kamus Inggris - Indonesia , Gramedia, Jakarta
Haryono R, Mahmud M, Kamus Mini Lengkap, Lintas Media, Jombang
UU No 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
Kep Menkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelengaraan Sistim
Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Kep Menkes No 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sisitim
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular

Anda mungkin juga menyukai