Anda di halaman 1dari 192

ASUHAN KEBIDANAN PARIPURNA

PADA NY “Y” G2P1001 MASA HAMIL SAMPAI DENGAN KB


DI PMB HENI HARYANI, S.Tr.Keb
DESA BOJONG RENGED KECAMATAN TELUKNAGA
KABUPATEN TANGERANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

SYIFAA AULIA QUR’ANI


NIM. 201802050

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2021
ASUHAN KEBIDANAN PARIPURNA
PADA NY “Y” G2P1001 MASA HAMIL SAMPAI DENGAN KB
DI PMB HENI HARYANI, S.Tr.Keb
DESA BOJONG RENGED KECAMATAN TELUKNAGA
KABUPATEN TANGERANG

LAPORAN TUGAS AKHIR


Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
kebidanan pada Program Studi Diploma 3 Kebidanan
STIKES Karya Husada Kediri

Oleh :

SYIFAA AULIA QUR’ANI


NIM. 201802050

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Asuhan Kebidanan Paripurna pada Ny “Y” G2P1001 Masa Hamil sampai dengan KB
di PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb Desa Bojong Renged Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang

Oleh:

SYIFAA AULIA QUR’ANI


NIM. 201802050

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan pada Ujian Sidang
Laporan Tugas Akhir
Tanggal : 19 April 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Qorinah Estiningtyas SA,SST., M.Keb. PhD Wahyu Wijayati, SsiT., M.Keb


NIK.0731280402203 NIK. 0731280402204

Ketua Program Studi D3 Kebidanan


STIKES Karya Husada Kediri

Endah Luqmanasari, SSiT., M.Kes


NIK. 073128040103

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

Asuhan Kebidanan Paripurna pada Ny “Y” G2P1001 Masa Hamil sampai dengan KB
di PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb Desa Bojong Renged
Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Oleh :
SYIFAA AULIA QUR’ANI
NIM 201802050

Dipertahankan di depan penguji


pada tanggal : 19 April 2021
dan dinyatakan memenuhi syarat

Tim Penguji

Tanda Tangan

Ketua : Eka Sri Purwandari, SST., MPH _______________


NIK. 0731280404206

Anggota I : Qorinah Estiningtyas SA,SST., M.Keb., PhD


NIK.0731280402203

Anggota II : Wahyu Wijayati,SSiT,.M.Keb ______________


NIK. 0731280402204

Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Kebidanan
STIKES Karya Husada Kediri

Endah Luqmanasari, SSiT., M.Kes


NIK. 07312804010

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

di dalam Naskah Laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah

diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan

Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat atau hasil asuhan yang pernah tertulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini

dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Laporan Tugas Akhir ini dapat dibuktikan

terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Laporan Tugas Akhir ini digugurkan

dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20

Tahun 2003, Pasal 25 Ayat 2 dan Pasal 70).

Tangerang, 6 Februari 2020


Mahasiswa

SYIFAA AULIA QUR’ANI


NIM 201802050

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan

rahmat dan hidayah-Nya. Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan

Paripurna pada Ny “Y” G2P1001 Masa Hamil sampai dengan KB di PMB Heni

Haryani, S.Tr.Keb Desa Bojong Renged Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang” telah tersusun memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program

Studi Diploma 3 Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri. Ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ita Eko Suparni, SSiT., M.Keb selaku Ketua STIKES yang telah memberikan

kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

2. Endah Luqmanasari, SSiT., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma 3

Kebidanan yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir

ini.

3. Qorinah Estiningtyas SA, SST., M.Keb., PhD selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

4. Wahyu Wijayati, SSiT., M.Keb selaku Pembimbing II telah memberikan

bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

5. Dosen Program Studi Diploma 3 Kebidanan yang turut memberikan sumbangsih

ilmu serta dukungan kepada saya selama saya belajar di kampus ini.

6. Heni Haryani, S.Tr.Keb selaku Bidan Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

v
7. Ny. “Y” dan suami serta keluarga yang telah bersedia dikaji dalam pengkajian

Laporan Tugas Akhir ini.

8. Bapak dan Ibu ku tercinta (Bapak Suwadi dan Ibu Sutiah) yang tidak henti-

hentinya beliau selalu mengingatkan untuk senantiasa belajar dan berdoa, serta

keluarga besarku, yang telah memberikan dukungan dan motivasi terima kasih

atas segala dukungan, cinta kasih dan semangat yang kalian berikan sehingga

Laporan Tugas Akhir ini selesai pada waktunya.

9. Teman-teman terdekatku yang selalu mendengarkan keluh kesahku yang

sebenarnya tidak penting sama sekali serta teman-teman seperjuangan angkatan

2018 yang selalu bersama dalam menempuh studi ini. Terima kasih atas

dukungan dan semangat dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak keterbatasan

yang dimiliki sehingga perlu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan

Laporan Tugas Akhir ini.

Tangerang, 6 Februari 2020

Penulis

vi
INTISARI

ASUHAN KEBIDANAN PARIPURNA


PADA NY “Y” G2P1001 MASA HAMIL SAMPAI DENGAN KB
DI PMB HENI HARYANI, S.Tr.Keb
DESA BOJONG RENGED KECAMATAN TELUKNAGA
KABUPATEN TANGERANG

Oleh:
SYIFAA AULIA QUR’ANI

Kesehatan ibu dan bayi merupakan indikator derajat kesehatan suatu negara.
Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas diperlukan upaya
pencegahan risiko komplikasi menggunakan asuhan kebidanan komprehensif
berkelanjutan. Tujuan dari studi kasus ini adalah memberikan asuhan kebidanan pada
Ny. “Y” dari masa kehamilan TM III sampai dengan KB dengan menggunakan
metode Continuity of Care.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. “Y” menggunakan metode studi
kasus dengan memberikan asuhan kebidanan mulai hamil sampai dengan KB
dilaksanakan di PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb, Rumah Ny. “Y” dan RS Mitra Husada
pada 22 September 2020 sampai dengan 15 Januari 2021. Metode pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menerapkan
etika penelitian Informed Consent, Anonymity, Confidentiality, dan Respect for
Human Dignity.
Hasil studi kasus pada Ny. “Y” umur 33 tahun G2P1001 UK 40 minggu dengan
KRT karena preekampsia, dilakukan asuhan dengan memberikan KIE agar ibu
melakukan pembatasan aktivitas dan banyak istirahat, menganjurkan ibu diet rendah
garam, dan melalukan rujukan. Pada proses persalinan ibu dirujuk ke RS Mitra
Husada untuk dilakukan tindakan Sectio Caesaria karena indikasi preeklampsia. Pada
masa nifas ditemukan ketidaknyamanan nyeri luka jahitan SC dengan pemberian KIE
menjaga kebersihan luka jahitan SC, mengajurkan ibu melakukan mobilisasi dini dan
relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri. Pada neonatus tidak ditemukan masalah, serta
masa KB Ny. “Y” memilih kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
Asuhan kebidanan secaraContinuity of Care sangat penting diberikan kepada
ibu hamil dengan kasus preeklampsia, melalui asuhan kebidanan yang tepat dapat
membantu mengurangi risiko yang dapat membahayakan ibu dan bayi.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus, dan KB

vii
ABSTRACT

THE CONTINUITY OF CARE


ON NY "Y" G2P1001 PREGNANCY UNTIL KB
IN PMB HENI HARYANI, S.Tr.Keb
BOJONG RENGED VILLAGE TELUKNAGA SUB-DISTRICT
TANGERANG DISTRICT

By:
SYIFAA AULIA QUR'ANI

Maternal and infant health is an indicator of a country’s health status.


Inrealizing quality health services, efforts to prevent the risk of complications using
sustainable comprehensive midwifery care. The aim of this case study was to provide
midwifery care to Mrs. "Y" from TM III's pregnancy to family planning using the
Continuity of Care method.
Midwifery care carried out at Mrs. "Y" using a case study method by providing
midwifery care from pregnancy until family planning carried out at Midwife Heni
Haryani, S.Tr.Keb, Mrs. "Y"s house and Mitra Husada Hospital on 22 September
2020 until 15 January 2021. The data collection method uses interview, observation,
and documentation techniques by applying Informed Consent, Anonymity,
Confidentiality, and Respect for Human Dignity research ethics.
The results of a case study on Mrs. "Y" 33 years old G2P1001 UK 40 weeks with
KRT due to preeclampsia,provided care by providing IEC so thatmothers limit their
activities and get plenty of rest, encourage mothers to diet low in salt, and make
referrals. During the delivery process, the mother was referred to Mitra Husada
Hospital for a Caesarean section due to indications of preeclampsia. During the
postpartum period, there was discomfort in the pain of the SC suture wound by
administering IEC to maintain the cleanliness of the SC suture wound, encouraging
mothers to do early mobilization and relaxation to reduce pain. The neonate did not
find any problems, and the family planning period, Mrs. "Y" chose the 3-month
injection contraceptive.
Midwifery care using the Continuity of Care method is very important given to
pregnant women with cases of preeclampsia, through proper midwifery care can
harm mother and baby.

Keywords : Pregnancy Midwifery Care, Childbirth, Postpartum, Neonates, and


Family Planning

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN DEPAN..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii

LEMBAR ORISINALITAS........................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

INTISARI....................................................................................................... vii

ABSTRACT..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah................................................................ 7

1.3 Tujuan..................................................................................... 7

1.4 Manfaat .................................................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 10

2.1 Konsep Kehamilan .............................................................. 10

2.2 Konsep Persalinan ............................................................... 34

2.3 Konsep Nifas ....................................................................... 56


ix
2.4 Konsep BBL / Neonatus ...................................................... 62

2.5 Konsep KB .......................................................................... 79

2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan ....................................... 92

BAB 3 METODE STUDI KASUS.............................................................. 97

3.1 Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan CoC............................. 97

3.2 Pendekatan/Desain Penelitian (Case Study) ........................ 98

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian............................................... 98

3.4 Obyek Penelitian/Partisipan ................................................. 99

3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................. 99

3.6 Etika Penelitian .................................................................... 101

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 104

4.1 Hasil...................................................................................... 104

4.2 Pembahasan.......................................................................... 138

4.3 Keterbatasan......................................................................... 147

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 148

5.1 Kesimpulan........................................................................... 148

5.2 Saran..................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 150

LAMPIRAN ................................................................................................ 154

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Tanda APGAR SCORE....................................................... 63

Tabel 2.2 Kunjungan Neonatus............................................................ 71

xi
DAFTAR BAGAN

Halaman
Gambar 3.1Gambaran Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan CoC pada
Ny. “Y”............................................................................
97

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Kelaikan Etik........................................................................ 154

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden......................................... 155

Lampiran 3 InformedConsent.................................................................. 156

Lampiran 4 KSPR ................................................................................... 157

Lampiran 5 Catatan Pelayanan Kesehatan Ibu ....................................... 158

Lampiran 6 Penapisan Ibu Bersalin......................................................... 159

Lampiran 7 Catatan Kesehatan Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir......... 160

Lampiran 8 Catatan Kesehatan Ibu Nifas................................................ 161

Lampiran 9 Catatan Pelayanan Kesehatan Bayi ..................................... 162

Lampiran 10 Formulir Bayi Muda Umur Kurang Dari 2 Bulan................ 163

Lampiran 11 KMS..................................................................................... 165

Lampiran 12 Catatan Kesehatan Anak...................................................... 166

Lampiran 13 Penapisan KB....................................................................... 167

Lampiran 14 Prosedur Penapisan KB........................................................ 168

Lampiran 15 Format Kunjungan KB......................................................... 169

Lampiran 16 Kartu KB.............................................................................. 170

Lampiran 17 Lembar Konsultasi............................................................... 171

xiii
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

AKB : Angka Kematian Bayi

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

BBL : Bayi Baru Lahir

CoC : Continuity of Care

DJJ : Denyut Jantung Janin

HIV : Human Immunodeficiency Virus


IMS : Infeksi Menular Seksual

INC : Intranatal Care

IMD : Inisiasi Menyusu Dini

IUD : Intra Uterine Device

IUFD : Intra Uterine Fetal Death

KB : Keluarga Berencana

KRR : Kehamilan Risiko Rendah

KEK : Kekurangan Energi Kronis

KH : Kelahiran Hidup

xiv
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KMS : Kartu Menuju Sehat

KN : Kunjungan Neonatal

KSPR : Kartu Skor Poedji Rochjati

LILA : Lingkar Lengan Atas

LH : Luteinizing Hormone

MSH : Melanosit Stimulatting Hormone

MAL : Metode Amenorhea Laktasi

PDVK : Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K1

PNC : Post Natal Care

SBR : Segmen Bawah Rahim

TB : Tinggi Badan

TT : Tetanus Toxoid

TFU : Tinggi Fundus Uteri

UK : Usia Kehamilan

WHO : World Health Organisation

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan ibu dan bayi merupakan indikator yang menggambarkan derajat

kesehatan di suatu negara. Kesehatan pada ibu dan bayi meliputi masa kehamilan,

persalinan, BBL, nifas, neonatus serta KB. Menurut World Health Organisation

(WHO) kematian ibu bisa terjadi selama kehamilan dan 42 hari setelah persalinan

terkait adanya komplikasi pada saat kehamilan ataupun pada penanganan pada

proses persalinan. (WHO, 2014).

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat (Kemenkes 2015). Derajat kesehatan masyarakat salah satunya dapat

dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) (Kemenkes 2017). Berdasarkan hal tersebut indonesia masih termasuk

negara dengan AKI dan AKB tertinggi di Asia. Penyebab tingginya AKI dan

AKB antara lain pengetahuan, tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, status

ekonomi, dan pelayanan Antenatal Care (ANC) yang kurang memadai (IBI,2016).

Angka Kematian Ibu dan AKB merupakan salah satu faktor dari derajat

kesehatan. AKI dan AKB menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan ibu dan

anak sehingga menjadi prioritas utama dalam upaya peningkatan pembangunan

xvi
17

kesehatan kesehatan. Jumlah kasus kematian bayi turun dari 33.278 pada tahun

2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan juga mengalami penurunan pada

tahun 2017 sebanyak 10.294 kasus. Dan demikian pula dengan jumlah angka

kematian ibu turun ditahun 2015 dari 4.999 menjadi 4.912 di tahun 2016 dan

ditahun 2017 sebanyak 1.712 kasus. (Depkes RI,2017)

Angka Kematian Ibu di Provinsi Banten pada tahun 2017 sebanyak 226

kasus dan Tahun 2018 sebanyak 135 Kasus. Kabupaten atau kota dengan kasus

kematian ibu tertinggi Tahun 2017 adalah Kabupaten Serang yaitu 58 kasus,

diikuti Kabupateten Tangerang 44 kasus, dan Lebak 40 kasus. Kabupaten atau

kota dengan kasus kematian ibu terendah adalah Kota Tangerang yaitu 7 kasus,

diikuti Kota Cilegon 12 kasus, dan Kota Serang 13 kasus. Kabupaten atau kota

dengan kasus kematian ibu tertinggi Tahun 2018 adalah Kota Tangerang yaitu 77

kasus, diikuti Kabupaten Serang 61 kasus, dan Pandeglang 53 kasus. Kabupaten

atau kota dengan kasus kematian ibu terendah adalah Kota Tangerang Selatan

yaitu 13 kasus, diikuti Kota Cilegon 14 kasus, dan Kota Serang 24 kasus. (Dinkes

Provinsi Banten, 2017 ; Dinkes Provinsi Banten, 2018)

Angka Kematian Bayi di Provinsi Banten tahun 2018 sebesar 822 per 1.000

kelahiran hidup Lebih rendah dibanding data tahun 2017 sebesar 1035 per 1000

kelahiran hidup. Kabupaten atau kota dengan AKB tertinggi adalah Kabupaten

Lebak yaitu 351 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Kabupaten Serang 172 per

1.000 kelahiran hidup, dan Kabupaten Tangerang 161 per 1.000 kelahiran hidup.

Kabupaten atau kota dengan AKB paling rendah adalah Kota Serang 19 per 1.000
18

kelahiran hidup, diikuti Kota Cilegon 32 per 1.000 kelahiran hidup, Kota

Tangerang 38 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten atau kota dengan AKB

tertinggi 2017 adalah Kabupaten Tangerang yaitu 268 per 1.000 kelahiran hidup,

diikuti Lebak 236 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kab Serang 197 per 1.000

kelahiran hidup. Kabupaten/kota dengan AKB paling rendah adalah Kota Serang

Serang 30 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Kota Tangerang Selatan 41 per 1.000

kelahiran hidup, Kota Tangerang 47 per 1.000 kelahiran hidup. (Dinkes Provinsi

Banten, 2017 ; Dinkes Provinsi Banten, 2018)

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 tercatat

sebanyak 43 per 100.000 KH. Angka Kematian Bayi sebanyak 161 per KH. Pada

tahun 2017 tercatat sebanyak 44 per 100.000 KH. Angka Kematian Bayi

sebanyak 268 per KH. Ada beberapa faktor penyebab kematian bayi, tingkat

pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan

KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Faktor yang menyebabkan

kematian pada ibu yaitu tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang

berkualitas, terutama pelayanan kegawat daruratan tepat waktu yang

dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil

keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan

pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak

terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4

“terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada
19

saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak

kelahiran/paritas (<2 tahun). (Dinkes Kabupaten Tangerang 2018)

Berdasarkan analisis data di atas tenaga kesehatan harus melakukan

pemantauan atau berkelanjutan yaitu dengan cara membangun hubungan

kooperatif antara pasien dan tenaga kesehatan dengan menerapkan upaya

promotif dan preventif dalam upaya penurunan AKI dan AKB dengan intervensi

seminimal mungkin.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 27

November 2020 di Desa Bojong Renged pada Ny “Y” umur 33 tahun G2P1001

umur kehamilan 40 minggu dengan KSPR 10 (skor awal ibu hamil 2 dan

preeklamsia 8) termasuk dalam kategori Kehamilan Resiko Tinggi (KRT).

Persalinan Ny. “Y” dilakukan secara SC (sectio cessarea) dengan indikasi ibu

mengalami preeklampsia penting dilakukan pemantauan hingga detik persalinan

sehingga dapat mengantisipasi 5K yaitu ketidaknyaman, ketidakpuasan,

kesakitan, kecacatan bahkan kematian dan juga 3 keterlambatan yaitu

keterlambatan dalam mengambil keputusan dalam penanganan, keterlambatan

sampai ke tempat rujukan, keterlambatan mendapat penanganan karena

terbatasnya sarana dan sumber daya manusia (Syaiful, Y & lilis, F, 2019).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor risiko yang

dapat membahayakan ibu dan bayinya adalah dengan melakukan pelayanan

antenatal yang sesuai standar (10 T) meliputi timbang berat badan, dan ukur

tinggi badan, tentukan puncak rahim (Tinggi Fundus Uteri), pemeriksaan tekanan
20

darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas atau LILA), menentukan

presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus

toxoid (TT) dan berikan imunisasi TT bila diperlukan, pemberian tablet Fe

(tambah darah), test laboratorium, tatalaksana atau penanganan khusus dan temu

wicara atau konseling yang bertujuan untuk mengetahui secara dini faktor risiko

apa saja yang dapat membahayakan kehamilan, apabila faktor risiko diketahui

dengan segera maka dapat ditangani dengan cepat sehingga dapat menurunkan

AKI dan AKB (Kemenkes RI, 2012).

Upaya dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas sehinga

dapat menurunkan AKI dan AKB maka diperlukan kompetensi bidan yang

komprehensif untuk melakukan penatalaksanaan yang meliputi kehamilan,

persalianan, nifas, neonatus, dan KB sebagai salah satu pencegahan risiko tinggi.

Upaya mencegah timbulnya risiko-risiko yang terjadi kepada ibu sehingga

perlu dilakukan asuhan kebidanan komprehensif berkelanjutan dengan

menggunakan metode Continuity of Care (CoC) yaitu asuhan yang harus

didapatkan oleh seorang wanita dari seseorang tenaga kesehatan profesional yang

sama, agar kondisi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan ibu dan bayi dapat

terpantau dengan baik, dan dapat diketahui atau dideteksi komplikasinya sejak

dini. (Adnani dan Nuraisya, 2013).

Upaya pencegahan umum yang dapat dilakukan oleh ibu hamil, bersalin dan

nifas di masa pandemi Covid-19 yaitu menjaga diri sendiri dan bayi yang ada

didalam kandungan, tetap di rumah dan hindari bertemu orang luar. Cuci tangan
21

dengan sabun dan air atau gunakan antiseptik berbahan dasar alkohol.

mempersiapkan pengiriman dan membuat pengaturan untuk mencapai rumah

sakit. Lebih aman melahirkan di rumah sakit, bahkan selama pandemi covid-19,

selalu waspada terhadap tanda peringatan terkait kehamilan. Lanjutkan

mengunjungi dokter atau bidan Anda untuk pemeriksaan rutin. Segera hubungi

dokter jika timbul gejala seperti nyeri di perut, pendarahan, keluar cairan encer,

dan sakit kepala parah. Dalam kasus darurat kunjungi rumah sakit terdekat, cuci

tangan sebelum dan sesudah menyentuh dan memberi makan bayi anda. Cuci

pakaian dan sterilkan semua peralatan & barang yang bersentuhan dengan Anda

atau bayi anda, menyusui dalam waktu 1 jam setelah lahir dan lanjutkan. Ini

melindungi bayi anda dari infeksi. Jaga bayi anda tetap dekat dengan anda.

Lakukan kontak kulit-ke-kulit (perawatan kanguru) untuk bayi kecil atau

prematur, kenakan masker medis saat menyusui bayi. Cuci tangan anda dengan

sabun dan air atau gunakan antiseptik berbasis alkohol sebelum menyusui. Rutin

bersihkan dan disinfeksi permukaan di sekitar anda. Jaga jarak setidaknya 1 meter

dari orang lain. (WHO,2020)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melaksanakan Asuhan Kebidanan Secara Continuity of Care pada Ny. Y

G2P1001 Masa Hamil Sampai Dengan Masa KB PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb

Desa Bojong Renged Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.


22

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap subjek dalam studi kasus yang telah

diteliti pada tangggal 27 November 2020 diketahui bahwa Ny. “Y” umur 33 tahun

G2P1001 umur kehamilan 40 minggu dengan KSPR 10 (2 skor awal ibu hamil,

preeklamsia berat 8) termasuk dalam kategori risiko tinggi. Kondisi ini

menunjukkan bahwa Ny. “Y” membutuhkan asuhan kebidanan. Asuhan

kebidanan apakah yang sesuai untuk diberikan pada Ny “Y” Masa Hamil TM III

sampai dengan KB.

1.3 Tujuan

Menerapkan dan mengaplikasikan manajemen asuhan kebidanan dengan

melakukan pengkajian, merencanakan asuhan kebidanan dan mewujudkan

asuhan secara nyata dengan Continuity Of Care pada Ny. “Y” saat hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB di PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb Desa

Bojong Renged Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Profesi

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menambah pengetahuan

tentang memberikan asuhan pada masa kehamilan trimester III,

persalinan, nifas, neonatus, serta KB secara komprehensif.


23

2. Bagi Institusi

Dapat dijadikan sebagai penambahan wawasan bagi mahasiswa

untuk lebih mengetahui proses dan perubahan yang terjadi pada masa

kehamilan trimester III, persalinan, nifas, serta KB secara

komprehensif.

3. Bagi Klien

Dapat dijadikan sebagai penambahan pengetahuan dan wawasan

klien terhadap pentingnya asuhan kebidanan kehamilan trimester III,

persalinan, nifas, serta KB secara komprehensif.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Klien

Asuhan kebidanan secara CoC diharapkan dapat meminimalkan

terjadinya resiko pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi

baru lahir.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan asuhan kebidanan

secara CoC serta menjadi masukan dalam upaya meningkatkan

kualitas pelayanan asuhan kebidanan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi mahasiswa dalam

melaksanakan tugasnya menyusun laporan studi kasus, mendidik dan

membimbing mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan


24

asuhan kebidanan kehamilan trimester III, persalinan, nifas, serta KB

secara kompresensif.
25

BAB 2

TUJUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan

1) Pengertian kehamilan

Kehamilan merupakan proses pembuahan antara sperma dan ovum yang

dilanjutkan dengan proses implantasi, nidasi, dan perkembangan janin di

dalam uterus (Setyowati,2019). Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi dalam 3 periode yaitu triwulan pertama dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan

ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2011).

Kehamilan trimester III adalah periode kehamilan tiga bulan terakhir

atau pada sepertiga masa kehamilan terakhir. Trimester tiga merupakan

periode kehamilan dari bulan ketujuh sampai sepuluh bulan (29-40 minggu)

(Hutahaean, 2013 : 139)

2) Perubahanfisiologis pada masa kehamilan trimester III

(1) Uterus

Usia kehamilan 36 minggu tfu (tinggi fundus uteri) satu jari

dibawah prosesus xhipoideus, dan pada kehamilan 40 minggu TFU

berada tiga jari dibawah Prosesus xhipoideus. Trimester III, kontraksi

otot-otot bagian atas uterus menyebabkan SBR (Segmen Bawah Rahim)


26
27

menjadi lebih lebar dan tipis (tampak batas yang nyata antara bagian

atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis) (Setyowati,

2019).

(2) Serviks

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan

adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak.

Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan

mengeluarkan sekresi yang lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang

sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.

Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan

fisiologis, karena peningkatan hormon progesteron. Servis menjadi

lunak dan lebih muda berdilatasi pada waktu persalinan (Setyowati,

2019).

(3) Ovarium

Ovulasi terhenti, fungsi pengeluaran hormon estrogen dan

progesteron diambil alih oleh plasenta (Setyowati, 2019).

(4) Vagina dan vulva

Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh estrogen.

Akibat dari hipervaskularisasi vagina dan vulva terlihat kemerahan atau

kebiruan. Warna livid pada vagina atau portio serviks disebut tanda

chadwick. (Setyowati, 2019).


28

(5) Mammae

Pada ibu hamil trimester III terkadang muncul aliran air dari

payudara berwarna kekuningan yang disebut colostrum (Hutahaean,

2013).

(6) Kulit

Peningkatan aktivitas Melanosit Stimulatting Hormone (MSH)

mengakibatkan hiperpigmentasi wajah (kloasma gravidarum), payudara,

linea alba, dan striae gravidarum. Pigmentasi timbul akibat peningkatan

hormon hipofisis anterior melanotropin selama masa hamil (Hutahaean,

2013).

(7) Jantung

Hipertrofi (pembesaran) atau dilatasi ringan jantung mungkin

disebabkan oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Karena

diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi ke

depan, Antara minggu ke-14 dan ke-20, denyut meningkat perlahan,

mencapai 10-15 kali per menit, kemudian menetap sampai aterm (Hani,

2014).

(8) Sistem perkemihan

Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit dan

asam-basa, mengatur volume cairan ekstrasel, mengeluarkan sampah

metabolisme, dan menyimpan nutrien yang sangat penting (Hutahaean,

2013).
29

(9) Sistem neurologi dan muskuloskeletal

Penurunan kalsium terjadi akibat perubahan pada sistem

pernafasan, tekanan uterus pada saraf, keletihan, dan sirkulasi yang

buruk pada tungkai. Perubahan titik pusat gaya berat akibat uterus yang

bertambah besar dan berat membuat wanita mengambil sikap yang dapat

menekan saraf (Hani, 2014).

3) Ketidaknyamanan pada kehamilan pada trimester III dan

penatalaksanaannya

(1) Hemoroid

Hemoroid merupakan pelebaran vena pada anus. Penanganan yang

dapat dilakukan untuk mengatasi kehamilan ibu trimester III tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Hindari konstipasi.

b. Beri rendaman hangat/dingin pada anus.

c. Bila mungkin gunakan jari untuk memasukkan kembali hemoroid

kedalam anus dengan pelan-pelan.

d. Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah defekasi.

e. Oleskan jelly ke dalam rectum sesudah defekasi.

f. Usahakan BAB yang teratur dan beri kompres dingin


30

(2) Sering buang air kecil

Janin yang sudah sedemikian membesar menekan kandung kemih

ibu. Akibatnya, kapasitas kandung kemih terbatas sehingga ibu sering

ingin BAK. Dorongan untuk bolak-balik ke kamar mandi inilah yang

mau tidak mau akan mengganggu istirahat ibu termasuk waktu tidurnya.

Menurut Hutahaean (2013), penanganan yang dapat dilakukan

untuk mengurangi atau mengatasi keluhan sebagai berikut :

a. Ibu hamil disarankan tidak minum saat 2-3 jam sebelum tidur.

b. Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur. Namun agar

kebutuhan air pada ibu hamil tetap terpenuhi, sebaiknya minumlah

lebih banyak di siang hari.

(3) Pegal-pegal

Pada kehamilan trimester III pembesaran uterus akan memaksa

ligamen, otot, serabut, dan pinggang teregang sehingga beban tarikan

tulang punggung kearah depan akan bertambah dan menyebabkan

lordosis fisiologis. Hal ini yang menyebabkan ibu mengalami nyeri

punggung (Hutahaean, 2013).

Penyebab lainnya, yaitu ibu hamil kurang banyak bergerak atau

olahraga. Penanganan yang dapat dilakukan menurut Hutahaean (2013)

sebagai berikut :

a. Ibu hamil sebaiknya menyempatkan waktu berolahraga atau

setidaknya beraktivitas ringan atau melakukan senam hamil.


31

b. Ibu hamil sebaiknya menjaga sikap tubuh dalam kehidupan sehari-

hari, memperbaiki cara berdiri, duduk, dan bergerak. Jika harus

duduk atau berdiri lebih lama jangan lupa istirahat setiap 30 menit.

c. Ibu dianjurkan mengompres dengan air hangat dan mengonsumsi

makanan yang kaya akan kalsium.

(4) Braxthon hicks

Kontraksi braxthon hicks merupakan kontraksi akibat peregangan

sel-sel otot uterus yang biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu,

tetapi baru dapat di amati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ke

3. Kontraksi ini akan terus mengalami peningkatan frekuensi, lama, dan

kekuatannya sampai mendekati persalinan.

Kontraksi braxthon hicks merupakan salah satu ketidaknyamanan

yang timbul pada trimester ketiga karena janin yang semakin membesar

dan mencari posisi yang nyaman. Penatalaksanaan dan asuhan yang

diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang

berat yang dapat membuat ibu merasakan kelelahan yang berlebihan

terutama pada malam hari, karena akan sangat berpengaruh terhadap

kesejahteraan janinnya. Selain itu juga menganjurkan ibu untuk istirahat

yang cukup agar tidak stres dan mengganggu pikiran (Hani, 2011).
32

(5) Gangguan pernafasan

Nafas dangkal terjadi pada 50% ibu hamil, ekspansi diafragma

terbatas karena pembesaran uterus, rahim membesar mendadak

diafragma ke atas. Penanganan yang dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Latihan napas sebelum hamil.

b. Tidur dengan bantal yang tinggi.

c. Makan tidak terlalu banyak.

d. Hentikan merokok.

e. Konsultasi ke dokter bila ada kelainan asma dan lain-lain.

f. Berikan penjelasan bahwa hal ini akan hilang setelah melahirkan.

(6) Oedema

Sebanyak 75% ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki,

yang umumnya terjadi pada trimester akhir. Oedema pada ibu hamil

terjadi karena beberapa penyebab berikut :

a. Peningkatan sodium yang amat berlebih dan meningkatnya

permeabilitas kapiler sehubungan dengan peningkatan hormon

esterogen.

b. Peningkatan tekanan vena.

c. Penurunan vena kembali ke struktur awal.

d. Varies vena dengan kongesti.

e. Defisiensi diet protein


33

Penanganan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Letakkan kaki lebih tinggi. Ambil bangku kecil untuk menempatkan

kaki di saat duduk

b. Hindari melipat kaki saat duduk

c. Jangan terlalu banyak berdiri dan juga jangan terlalu banyak duduk.

Meluangkan waktu untuk berjalan sebentar di sela-sela aktivitas

duduk anda dapat membantu menjaga kelancaran aliran darah

d. Pakai sepatu yang nyaman dan jangan memakai kaos kaki atau

stocking yang terlalu ketat

e. Banyak minum air putih. Ini dapat membantu mengurangi

kelebihan air dalam tubuh

f. Batasi makan makanan yang mengandung garam. Makanan tinggi

garam (natrium) dapat menyebabkan tubuh menahan cairan.

Natrium dalam garam menarik cairan ke dalam sel sehingga cairan

tertahan di sel. Jika kaki bengkak saat hamil sebiknya batasi

konsumsi garam maksimal setengah sendok teh per hari

g. Olahraga teratur, terutama berjalan dan berenang. Berenang dapat

membantu mengurangi tekanan pada kaki.

(7) Rasa khawatir dan cemas

Penyebab rasa khawatir dan cemasadalah karena adanya gangguan

hormonal, kurangnya informasi dan pengetahuan yang tepat mengenai

kehamilan. Penanganan untuk mengurangi kekhawatiran yaitu dengan


34

sering membaca literatur yang tepat, bertanya pada petugas kesehatan

dan selalu berdoa kepada Tuhan (Hani, 2011).

4) Asuhan kebidanan pada kehamilan

Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko

mengalami penyulit atau komplikasi. Pelayanan antenatal terintegrasi

merupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas yang

dilakukan melalui :

(1) Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan

gizi.

(2) Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan.

(3) Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.

(4) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika

terjadi penyulit/komplikasi.

(5) Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

diperlukan.

(6) Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga kesehatan

dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi

penyulit/komplikasi

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar (10T) yang terdiri

dari :
35

(1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan

adanya gangguan pertumbuhan janin.

(2) Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >140/90

mmHg) pada kehamilan dan pre-eklamsi (hipertensi disertai edema

wajah dan atau tungkai bawah, dan atau proteinuria).

(3) Nilai status gizi

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh

tenaga kesehatan di trimester I untuk skrinning ibu hamil beresiko

KEK.

(4) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) pada setiap kali

kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin

sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

(5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.


36

(6) Skrinning status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila perlu.

(7) Beri tablet tambah darah (tablet besi).

(8) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)

a. Pemeriksaan golongan darah.

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb).

c. Pemeriksaan protein dalam urin.

d. Pemeriksaan kadar gula.

e. Pemeriksaan darah malaria.

f. Pemeriksaan tes sifilis.

g. Pemeriksaan HIV.

h. Pemeriksaan BTA

i. Tes SWAB

Contoh : Ibu hamil mengalami gejala demam (78%), batuk (44%),

nyeri otot (33%), rasa lemas menyeluruh (22%), sesak nafas (11%),

dan sakit tenggorokan (22%) maka bisa disimpulkan bahwa ibu

hamil tersebut terpapar virus Covid-19.

(9) Tatalaksana/penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan bidan.


37

(10) Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal meliputi :

a. Kesehatan ibu.

b. Perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan.

d. Tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

dalam menghadapi komplikasi.

e. Asupan gizi seimbang.

f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.

g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah

epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan

TB di daerah epidemik rendah.

h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif.

i. KB pasca persalinan.

j. Imunisasi(Sulistiyawati, 2011).

5) Menurut Kemenkes RI 2020, pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak

terpapar Covid-19 pada ibu hamil yaitu:

1. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor

risiko (termasuk Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan

Hepatitis B dari ibu ke anak / PPIA). Oleh karena itu, dianjurkan


38

pemeriksaannya dilakukan oleh dokter di fasilitas pelayanan kesehatan

dengan perjanjian agar ibu tidak menunggu lama. Apabila ibu hamil

datang ke bidan tetap dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu hamil

dirujuk untuk pemeriksaan oleh dokter.

2. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu

menderita Tuberculosis.

3. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan

pertama dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu

berinsektisida.

4. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk

pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut.

5. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu

dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi

dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap

sebagai kasus risiko tinggi.

6. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari termasuk mengenali tanda bahaya pada

kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera

memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan.

7. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media

komunikasi.Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru

Lahir di Era Pandemi COVID-19


39

8. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19

atau dapat mengikuti kelas ibu secara online.

9. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan

antenatal dapat dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali

dijumpai keluhan atau tanda bahaya.

10. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor

risiko atau penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada trimester

kedua. Jika Ibu tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, maka

tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan

pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor penyulit. Jika

diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan

untuk mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut, termasuk

pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B.

11. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga harus dilakukan dengan tujuan

utama untuk menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan

sebelum taksiran persalinan.

12. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan

janinnya. Jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku

KIA), seperti mualmuntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin

berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi,

kontraksi berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan penyakit diabetes

mellitus gestasional, pre-eklampsia berat, pertumbuhan janin terhambat,


40

dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau riwayat obstetri

buruk maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.

13. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah

usia kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri

(minimal 10 gerakan per 2 jam).

14. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan

mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan

tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu

hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu tetap

bugar dan sehat.

15. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan

oleh tenaga kesehatan Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan

Bayi Baru Lahir di Era Pandemi COVID-19

16. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 tidak

diberikan tablet tambah darah karena akan memperburuk komplikasi

yang diakibatkan kondisi COVID-19.

17. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca

perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah

periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi

apabila pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan USG

antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi

penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan


41

janin (IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga

kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi

pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan.

18. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan

diduga/dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa

rekomendasi berikut: Pembentukan tim multi-disiplin idealnya

melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia,

dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang

bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin setelah

masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan

keluarga tersebut.

19. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak

melakukan perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran

perjalanan (traveladvisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter harus

menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari

daerah dengan penyebaran luas COVID-19.

6) Menurut Kemenkes RI 2020, pelayanan ANC di masa pandemi Covid-19 :

1. Pra Pelayanan

a. Konsultasi, Penyuluhan, KIE & Konseling dilakukan melalui online

termasuk pemberian informasi tentang covid-19

b. Jika memerlukan pelayanan membuat janji melalui telpon/WA


42

c. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dan gali

informasi yang berkaitan dengan kewaspadaan Covid-19.

d. Lakukan skrining faktor resiko termasuk resiko terinfeksi covid-19

apakah sedang isolasi mandiri [ODP/PDP/Covid +)

e. Rujukan terencana bagi Ibu dan Bayi dengan resiko

2. Pelaksanaan Pelayanan ANC

a. Memeriksa hasil kajian komprehensif.

b. Pemberian informasi dan informed consent

c. Lakukan skrining faktor resiko termasuk resiko terinfeksi covid-19

d. Jika ditemukan faktor risiko segera rujuk sesuai standar

e. Menggunakan APD sesuai kebutuhan

f. Memberikan pelayanan sesuai standar dengan menerapkan prosedur

pencegahan covid-19.

g. Pasien dan pendamping maksimal 1 orang serta Tim kesehatan yg

bertugas selalu menggunakan masker.

3. Pasca pelayanan

a. Selanjutnya melalui telpon/WA

b. Lakukan pemantauan mandiri kecuali ada keluhan segera datang ke

PMB dengan membuat janji terlebih dahulu

c. Konsultasi, KIE dan konseling dilakukan secara online

d. Ibu membaca dan menerapkan buku KIA daam kehidupan sehari-

hari
43

7) Hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi merupakan 5-10% komplikasi dalam kehamilan dan

merupakan salah satu penyebaba kematian tersering selain perdarahan dan

infeksi. Dikatakan hipertensi pada ibu hamil apabila ditemukan tekanan

darah > 140/90 mmHg. (Alatas, 2019)

Hipertensi digolongkan menjadi :

1. Hipertensi gestasional, adalah bila tekanan darah >140/90 mmHg pada

usia kehamilan >20 minggu tanpa riwayah hipertensi sebelumnya dan

tanpa disertai dengan proteinuria. Waktu persalinan untuk hipertensi

gestational:

a. Tekanan darah < 160/110 mmHg dengan atau tanpa obat anti

hipertensi tidak diperbolehkan melakukan persalinan sebelum 37

minggu kehamilan.

b. Tekanan darah < 160/110 mmHg dengan atau tanpa obat anti

hipertensi setelah minggu ke-37 melakukan konsultasi mengenai hari

persalinan.

c. Persalinan dapat dilakukan setelah kartikosteroids selesai. (Alatas,

2019)

2. Pre-eklampsia

a. Pengertian
44

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa

berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas

endotel yang ditandai dengan proteinuria dan hipertensi. Hipertensi

yang dimaksudkan disini adalah terjadinya peningkatan tekanan

diastolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan diastolik

sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik

sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-

kurangnya 90 mmHg. Pemeriksaan dilakukan sekurang-kurangnya

dua kesempatan dengan perbedaan waktu 6 jam dan harus

didasarkan pada nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui.

(Indah dan Apriliana, 2016)

b. Faktor predisposisi

(1) Penyakit trofoblas

(2) Kehamilan multiple

(3) Penyakit hipertensi vaskuler kronik

(4) Penyakit renal kronik

(5) Diabetes melitus

(6) Usia maternal diatas 35 tahun

(7) Nuliparitas

(8) Riwayat preeklampsia terdahulu dan riwayat keluarga. (Indah

dan Apriliana, 2016)

c. Tanda gejala
45

(1) Gambaran klinik

a) Pertambahan berat badan berlebihan

b) Edema

c) Hipertensi

d) Proteinuria

d. Gejala subyektif

(1) Sakit kepala di daerah frontal

(2) Nyeri epigastrium

(3) Gangguan visus (penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual,

muntah)

(4) Gangguan serebral (reflek meningkat dan tidak tenang). (Indah

dan Apriliana, 2016)

e. Klasifikasi

(1) Preeklampsia ringan, ditandai dengan pertambahan berat

badan, edema umum di kaki dan muka, hipertensi dengan

tekanan darah lebih atau sama dengan 140/90 mmHg setelah

gestasi 20 minggu, proteinuria lebih atau sama dengan 300 mg

per liter dan 1+ atau 2+ pada dipstick, belum ditemukan gejala

subyektif.

(2) Preeklampsia berat, ditandai dengan tekanan darah sistolik >

160 mmHg dan tekanan darah diastolik > 110 mmHg,

proteinuria 2 gram per liter atau > 2+ pada dipstick, oligouria <
46

400 ml/24 jam, kreatinin serum > 1,2 mg/dL, nyeri epigastrum,

edema pulmonum, sakit kepala di daerah frontal, diplopia dan

pandangan kabur, serta perdarahan retina. (Indah dan Apriliana,

2016)

f. Kompetensi bidan dalam penanganan preeklampsia

(1) Pengenalan gejala dan tanda preeklampsia

(2) Pemberian infus RL

(3) Melakukan pemeriksaan protein urin

(4) Pemberian obat anti kejang Magnesium Sulfat secara intravena

untuk mencegah infark cerebral dan perdarahan

(5) Pemberian obat anti hipertensi untuk PEB adalah metildopa,

sedangkan pada kasus eklampsia obat anti hipertensi adalah

nifedipine.

(6) Memberikan oksigen sesuai dosis standar

(7) Menganjurkan posisi miring untuk pasien preeklampsia selama

dilakukan rujukan untuk meningkatkan aliran balik vena, curah

jantung dan perfusi ginjal/plasenta. Posisi miring dapat

mencegah terjadi aspirasi cairan ke paru-paru akibat kejang.

(Putriana dan Risneni, 2015)

Syndrom preeklampsia dengan hipertensi, oedema dan proteinuria

sering tidak diperhatikan seingga tanpa disadari dalam waktu yang

singkat, jika tidak dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah hal
47

tersebut akan muncul preeklampsia berat bahkan akan menjadi

eklampsia. Pengobatan definitif untuk mengatasi preeklampsia adalah

dengan proses persalinan. Oleh karena itu, ibu hamil dengan

preeklampsia akan dimonitor secara ketat saat menjelang persalinaan

yang tepat. Resiko persalinan pada ibu dengan preeklampsia berat

sangatlah tinggi karena dapat mengancam keselamatan ibu dan janin,

bahkan dapat menjadi eklampsia, maka perlu tindakan yang optimal

untuk menurunkan kejadian tersebut yaitu mengakhiri kehamilan

dengan tindakan.(Prasetyowati dan Supriatiningsih, 2012)

3. Eklampsia adalah terjadinya kejang pada wanita dengan pre-eklampsia

yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lainnya (Karthikeyan,

2015). Eklampsia keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa, terjadi

pada sebelum, saat, dan setelah persalinan (antepartum, intrapartum,

postpartum). Eklampsia didahului dengan sakit kepala dan perubahan

penglihatan, kemudian kejang selama 60-90 detik (Alatas, 2019)

Prinsip manajemen kejang eklampsia :

a. Menjaga kesadaran

b. Menghindari polifarmasi

c. Melindungi jalur nafas dan meminimalkan risiko aspirasi


48

d. Mencegah cedera pada ibu hamil

e. Pemberian magnesium sulfat untuk mengontrol kejang

f. Mengikuti proses kelahiran normal. (Alatas, 2019)

4. Superimposed preeclampsia

a. Proteinuria onset baru pada wanita dengan hipertensi kurang 20

minggu

b. Jika hipertensi dan proteinuria timbul < 20 minggu

a) Proteinuria meningkat tiba – tiba jika hipertensi dan proteinuria

timbul < 20 minggu

b) Hipertensi meningkat tiba – tiba pada wanita dengan riwayat

hipertensi terkontrol

c) Trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3)

d) Peningkatan SGOT dan SGPT

Gejala dengan hipertensi kronis dengan nyeri kepala persisten,

skoma atau nyeri ulu hati juga dapat disebut dengan superimposed

preeclampsia.(Alatas, 2019)

5. HELLP syndrome (Haemolysis Elevated Liver enzyme Low Platelet

count)
49

HELLP terjadi pada < 1% dari seluruh kehamilan, tetapi terjadi

pada 20% komplikasi kehamilan dengan pre-eklampsia berat. HELLP

dapat terjadi pada sebelum, saat dan setelah kehamilan. Diagnosis cukup

sulit karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Evaluasi

membutuhkan tes darah komplit dan tes transaminase hati. Wanita

dengan HELPP sebaiknya diberi magnesium sulfat saat masuk rumah

sakit hingga 24-48 jam setelah persalinan.

Dinyatakan HELPP syndrome apabila mengalami salah satu kriteria

dibawah ini :

a. Hemolisis, lactate dehydrogenase> 600 U/L, atau total bilirubin >

1.2 mg/dL

b. SGOT > 70 U/L

c. Trombosit <100,000/mm3

Penatalaksanaan

Menurut Dhonna Anggreini, dkk (2018) Penatalaksanaan hipertensi

dalam kehamilan bisa dilakukan dengan terapi secara non-farmakologis dan

secara farmakologis.

1. Penatalaksanaan secara non farmakologis seperti :

a. Dietary Approanches to Stop Hypertention (DASHI), yaitu diet

dengan menekan pola makan rendah garam namun tetap

mengandung nutrisi seimbang.


50

b. Melakukan diet rendah lemak, meningkatkan konsumsi buah dan

sayur. Kurangi da hindari makanan gorengan, daging yang banyak

lemak, daging kambing, telur dan sebagainya.

c. Melakukan olahraga atau aktifitas fisik secara teratur seperti

melakukan senam hamil, jalan kaki, dan berenang.

d. Mengurangi asupan natrium

e. Menurunkan berat badan yang berlebihan dengan konsultasi dokter

spesialis.

f. Menghindari mengonsumsi alkohl, merokok, dan stres.

2. Sedangkan penatalaksanaan secara farmakologi seperti:

a. Pemberian anti hipertensi pada penderita tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg.

b. Apabila tekanan darah terlalu rendah maka turunkan perfusi utero

plasenta.

c. Diuretika, terutama jenis thiazide (thiaz) ataualdosterone

antagonist (aldo ant).

d. Beta Blocker (BB)

Pilihlah obat yang mempunyai keefektifan yang paling tinggi, efek

samping sedikit, dan peluang terbaik untuk diterima oleh

pasien.Terdapat kelas obat sebagai terapi jalur utama seperti

diuretik dan Beta Blocker (BB).


51

2.2 Konsep Persalinan

1) Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Nurasiah, 2012 :2)

2) Teori Persalinan

Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi keseimbangan

sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua

hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis

pars posterior dapat menimbulkan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi

Braxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan,

oleh karena itu semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering.

3) Komplikasi Pada Saat Persalinan

(1) Gawat Janin

Fetal distress disebabkan oleh kekurangan oksigen (Hipoksia di

dalam uterus). Yang menyebabkan kerusakan intracranial yang

menyebabkan cerebral palsi dan kadang kadang terjadi IUFD atau

kematian Neonatus. Pada waktu lahir mungkin asfiksia dan

membutuhkan resusitasi dengan segera.


52

(2) Presentasi Muka

Penyebabnya adalah keadaan yang memaksa terjadi fleksi kepala

atau keadaan yang menghalangi terjadi fleksi kepala yang sering di

temukan pada janin besar dan panggul sempit. Contohnya Multi paritas,

perut gantung, anensefalus, dan tumor leher bagian depan.

(3) Distosia Bahu

Masalah pada Distosia bahu adalah kepala janin yang telah

dilahirkan, tetapi bahu tersangkut dan tidak dapat dilahirkan, kepala

janin dapat dilahirkan, tetapi tetap berada dekat vulva. Tarikan pada

kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang simfisis.

(4) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi

merupakan bagian terendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana

janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong

berada di bawah vakum uteri)

(5) Letak Lintang

Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang dalam

uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada

sisi lain. Pada umumnya bokong sedikit lebih tinggi daripada kepala

janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin

berada di depan.

(6) Atonia Uteri


53

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana uterus tidak berkontraksi

dengan baik setelah persalinan. 75-80% perdarahan di akibatkan oleh

Atonia Uteri.

(7) Retensio Plasenta

Retensio Plasenta Adalah plasenta yang belum lahir setengah jam

setelah bayi lahir, penyebabnya plasenta terlalu merekat lebih dalam.

(Rohani, 2011)

4) Permulaan Persalinan

(1) Lightening

Minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus

karena kepala bayi yang sudah masuk ke panggul. Penyebab dari proses

ini adalah :

a) Kontraksi Braxton hicks

b) Ketegangan dinding perut

c) Ketegangan ligamentum rotundum (Damayanti, 2014)

(2) Terjadinya His permulaan

Adanya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan

oksitosin semakin meningkat dan menimbulkan kontraksi atau his

permulaan. Ciri-ciri sebagai berikut:

a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.

b) Datang tidak teratur.


54

c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda

kemajuan persalinan.

d) Durasi pendek.

e) Tidak bertambah bila beraktivitas ( Damayanti,2014)

(3) Tanda masuknya persalinan

a) Terjadinya his persalinan

Karakter dari his persalinan yaitu :

(a) Pinggang terasa sakit sampai ke ari-ari dan ke perut

(b) Sifat his teratur, semakin sering, dan kekuatan makin besar

(c) Terjadi perubahan dan serviks

(d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan

maka kekuatan his akan bertambah

b) Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan)

His persalinan menyebabkan perubahan pada serviks yang

menimbulkan:

(a) Pendataran dan pembukaan

(b) Pembukaan menyebabkan selaput lender yang terdapat pada

kanalis servikalis terlepas

(c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah yang pecah.

c) Pengeluaran cairan

Pengeluaran air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika

ketuban pecah, jika ketuban sudah pecah maka di targetkan


55

persalinan dapat berlangsung 24 jam. Namun jika ternyata tidak

tercapai maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan

tertentu. Misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesaria (Damayanti,

2014: 9-11).

5) Tahapan Persalinan

(1) Kala I (Pembukaan)

Kala I Pembukaan yaitu dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

dan pembukaan serviks. Kala I adalah kala pembukaan yang

berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).

Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam, sedangkan

multigravida sekitar 6-8 jam.

Proses pada kala I Terbagi menjadi dua fase, yaitu :

a) Fase Laten : pembukaan serviks berlangsung lambat sejak awal

kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara

bertahap sampai pembukaan 3 cm, (berlangsung 7-8 jam).

b) Fase Aktif : ( pembukaan serviks 4-10 cm, berlangsung selama 6

jam dan dibagi menjadi 3 fase:

(a) Fase akselerasi: berlangsung selama 2 jam,pembukaan menjadi

4 jam.

(b) Fase dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.


56

(c) Fase deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan

jadi 10 cm atau lengkap. (Rohani, 2011 : 5)

(2) Kala II (Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara berlangsung selama 1

jam.

Tanda dan Gejala Kala II :

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai3 menit.

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

c) Ibu merasa ada peningkatan tekanan pada rectum vagina.

d) Perineum terlihat menojol.

e) Vulva- vagina membua.

f) Peningkatan pengeluaran lendir darah. (Rohani, 2011 : 7)

(3) Kala III (Pelepasan Plasenta)

Kala III adalah proses persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses

kala III berlangsung selama 5-30 menit setelah bayi lahir.

Tanda-tanda pelepasan Plasenta adalah :

a) Uterus menjadi berbentuk bulat

b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen bawah

Rahim
57

c) Tali pusat memanjang

d) Keluar semburan darah ( Rohani, 2011 : 8)

(4) Kala IV (Observasi)

Kala IV adalah proses dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam.

Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Tingkat kesadaran pasien.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,

pernafasan

c) Kandung kemih kosong.

d) Kontraksi uterus.

e) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (Rohani, 2011 : 9)

6) Perubahan Fisiologis Persalinan

(1) Perubahan persalinan kala I

a) Uterus

Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi

dan berelaksasi seperi otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi,

ia tidak akan kembali keukuran semula tetapi berubah keukuran

yang lebih pendek.

b) Serviks

(a) Penipisan serviks (effacement)


58

Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi serviks

mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis

(b) Dilatasi

Setelah serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahap

berikutnya adalah pembukaan, berdasarkan diameternya

pembukaan serviks.

(c) Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan

hamper atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus

dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap.

c) Tekanan darah

(a) Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai

peningkatan sistole rata-rata 15-20 mmHg dan diastole 5-10

mmHg

(b) Pada waktu tertentu di antara kontraksi tekanan darah kembali

ke tingkat sebelum persalinan

(c) Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin

meningkatkan tekanan darah.

d) Suhu tubuh

(a) Suhu tubuh meningkat selama persalinan tertingginya selama

dan segera setelah melahirkan


59

(b) Peningkatan suhu tubuh yang tidak lebih 0,5-1ºC dianggap

normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolism

selama persalinan

e) Detak Jantung

(a) Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi di

banding selama periode menjelang persalinan

(b) Sedikitnya peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka

di perlukan pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan

kemungkinan proses infeksi.

f) Pernafasan

(a) Sedikitnya peningkatan pernafasan dianggap normal selama

persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan

metabolisme

(b) Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan

dapat menyebabkan alkalosis.

(2) Perubahan Fisiologis kala II

a) Kontraksi Uterus

Saat ada his, uterus teraba keras karena seluruh ototnya

berkontraksi

b) Serviks
60

Perubahan serviks pada kala II di tandai dengan pembukaan

lengkap, dan pada pemeriksaan dalam tidak lagi teraba bibir portio,

Segmen Bawah Rahim, dan Serviks.

c) Perubahan pada Organ dan Dasar Panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan

menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perineum

yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.

d) Ekspulsi janin

Setelah terjadi rotasi luar, bahu depan depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah

kedua bahu lahir, disusul trochanter depan dan sampai lahir janin

seluruhnya

e) Tekanan darah

Tekanan darah dapat meningkat lagi 15-25 mmHg selama kala

II persalinan.

f) Metabolisme

Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II

persalinan.

g) Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran.

h) Suhu
61

Peningkatan suhu tertinggi terjadi saat proses persalinan dan

segera setelahnya peningkatan suhu normal adalah 0,5-10C.

i) Pernapasan

Pernapasan sama seperti pada kala I persalinan. Yaitu

Sedikitnya peningkatan pernafasan dianggap normal selama

persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.

j) Perubahan gastrointestinal

Penurunan mortilitas lambung dan absorbs yang hebat berlanjut

sampai kala II. Biasanya mual dan muntah pada saat transisi akan

mereda selama kala II persalinan, tapi bisa terus ada pada beberapa

pasien.

(3) Perubahan fisiologi kala III

Mekanisme pelepasan plasenta

Pada kala III Persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah bayinya lahir,

penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan

plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta yang menjadi kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,

menebal kemudian lepas dari dinding uterus.

Tanda-tanda klinis pelepasan plasenta

a) Semburan darah

b) Pemanjangan tali pusat


62

c) Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat)

d) Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen

(4) Perubahan fisiologi kala IV

a) Tanda vital

Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi,

dan pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien akan

mengalami sedikit peningkatan, tapi masih di bawah 38 0C, hal ini

disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan.

b) Gemetar

Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah

energy selama melahirkan dan merupakan respons fisiologis

terhadap penurunan volume intra abdomen dan serta pergeseran

hematologi.

c) Sistem gastrointestinal

Selama dua jam pasca persalinan kadang dijumpai pasien

merasa mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang

memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum

ke seluruh pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat

tidur.

d) Sistem renal

Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam

keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering


63

dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami

pembesaran.

e) Sistem kardiovaskular

Selama kehamilan, volume darah normal di gunakan untuk

menampung aliran darah meningkat yang di perlukan oleh plasenta

dan pembuluh darah uterus.

f) Uterus

Uterus terletak ditengah abdomen kurang dari 2/3 -¾ antara

symphisis pubis sampai umbilicus.

g) Serviks

Perubahan-perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi

lahir, bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini

disebabkan oleh korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antar korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

h) Perineum

Perineum menjadi kendur Karena sebelumnya teregang oleh

tekanan bayi yang bergerak maju.

i) Vulva dan vagina


64

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalam

keadaan kendur.

j) Pengeluaran ASI

Dengan penurunnya hormone estrogen, progesterone, dan

plasenta lactogen hormone setelah plasenta lahir, prolactin dapat

berfungsi membentuk ASI dan mengeluarkannya kedalam alveoli

bahkan sampai duktus kelenjar (Damayanti, 2014: 64-86)

7) Perubahan Psikologis pada Persalinan

(1) Perubahan Psikologis kala I

Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan merupakan

suatu standar pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin biasanya

mengalami perubahan emosional yang tidak stabil.

(2) Perubahan Psikologis kala II

Pada kala II his terkoordinasi lebih kuat, cepat, dan lama kira-kira

2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul,

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum,


65

ibu merasa ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada

waktu terjadinya his,kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang.

(3) Perubahan Psikologis Kala III

a) Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya.

b) Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya

c) Ibu merasa lelah.

d) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu

dijahit.

e) Menaruh perhatian terhadap plasenta.

(4) Kebutuhan dasar pada ibu bersalin

Tindakan pendukung dan penenang selama persalinan sangat

penting karena akan memberikan efek yang positif terhadap ibu dan

janin. Kebutuhan wanita bersalin sebagai berikut:

(1) Personal hygiene

Menjaga kebersihan diri, menganjurkan ibu membasuh sekitar

kemaluannya sesudah BAK/BAB, dan menjaganya agar tetap bersih

dan kering. Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan relaksasi

serta menurunkan risiko infeksi, karena dengan adanya kombinasi

antara bloody show, keringat, cairan amnion, larutan untuk


66

pemeriksaan vagina, dan juga feses dapat membuat ibu bersalin

tidak nyaman.

(2) Peran Orang Terdekat

Suami atau orang terdekat dapat memainkan peran penting bagi

wanita yang sedang dalam proses persalinan. Apabila pendamping

terus mendampingi ibu selama kehamilannya, maka orang tersebut

dapat membantu yang dan menemani ibu dalam proses persalinan.

Bantuan yang di berikan berupa :

a) Menggosok punggung ibu ketika ada his

b) Mengusap keringat

c) Memberikan support

d) Menemani membimbing ibu jalan-jalan.

e) Memberikan minuman.

f) Mengubah posisi.

(3) Pengurangan rasa nyeri

Adapun tindakan pendukung yang dapat di berikan untuk

mengurangi rasa nyeri tersebut adalah sebagai membiarkan ibu

untuk memilih posisi yang nyaman sehingga dapat meningkatkan

relaksasi, Beberapa hal ini juga dapat mengurangi rasa nyeri pada

ibu :

(1) Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi nyaman baginya


67

(2) Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, atau jongkok, berbaring

miring atau merangkak

(3) Jangan menempatkan ibu pada posisi terlentang

(4) Penerimaan terhadap sikap dan perilakunya

Pada beberapa ibu mungkin akan berteriak pada puncak

kontraksi, berusaha untuk diam, dan ada pula yang menangis. Itu

semua merupakan tingkah laku yang pada saat itu dapat

dilakukannya. Sebagai seorang bidan, yang dapat dilakukan adalah

dengan menyemangatinya dan bukan memarahi ibu.

(5) Informasi dan Kepastian tentang hasil pemeriksaan

Setiap ibu bersalin selalu ingin mengetahui apa yang terjadi

pada tubuhnya, informasi yang bisa kita berikan adalah :

(1) Penjelasan tentang proses dan perkembangan janin

(2) Jelaskan semua hasil pemeriksaan

(3) Penjelasan prosedur dan adanya pembatasan prosedur

(4) Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat

ketegangan dari rasa takut

(6) Makan dan minum

Jika pasien berada dalam situasi yang memungkinkan untuk

makan, biasanya pasien akan makan sesuai dengan keinginannya,

namun ketika masuk dalam persalinan fase aktif biasanya ia hanya

membutuhkan cairan. Selain itu sangat penting untuk


68

memperhatikan situasi nutrisi pasien artinya, memperhatikan intake

cairan dan nutrisi (Damayanti, 2014: 106-115)

8) Asuhan Pada Ibu Bersalin

(1) Asuhan bersalin pada kala I :

a) Mempersiapkan Ruangan Untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi :

b) Ruangan yang memiliki suhu yang hangat.

c) Tempat yang lapang untuk berjalan jalan ibu.

d) Tempat tidur yang bersih dan nyaman.

e) Persiapan Perlengkapan, Bahan-Bahan, dan Obat-Obatan yang

diperlukan.

(a) Sebelum dan setelah menolong ibu bersalin, periksa peralatan

dan obat obatan dan bahan-bahan. Segera ganti setelah

digunakan atau hilang.

(b) Pastikan bahan-bahan sudah steril.

f) Persiapan Rujukan

(a) Apabila ada penyulit dalam persalinan.

(b) Persiapan dokumentasi tertulis mengenai semua asuhan

(termasuk partograf)

g) Memberikan Asuhan Sayang Ibu

(a) Memberikan dukungan emosional

(b) Membantu pengaturan posisi

(c) Memberikan cairan dan nutrisi.


69

(d) Pencegahan infeksi.

(2) Asuhan bersalin kala II :

Pemantauan Ibu

a) TTV

b) Kandung kemih.

c) Hidrasi

9) Menurut Kemenkes RI 2020, pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak

terpapar Covid-19 pada ibu bersalin yaitu:

1. Ibu melakukan tes swab pada usia kehamilan 38 minggu atau sebelum

persalinan dilakukan

2. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas

kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.

3. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

4. Tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:

a. Kondisi ibu sesuai dengan level fasilitas pelayanan kesehatan

penyelenggara pertolongan persalinan. Pedoman Bagi Ibu Hamil,

Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi COVID-19

b. Status ibu ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau bukan

ODP/PDP/COVID-19.

5. Ibu dengan status ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 bersalin di

rumah sakit rujukan COVID-19,


70

6. Ibu dengan status BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19

bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kondisi kebidanan (bisa di

FKTP atau FKTRL).

7. Saat merujuk pasien ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sesuai

dengan prosedur pencegahan COVID-19.

10) Persalinan dengan Sectio Caesarea

1. Pengertian

Sectio Caesarea merupakan persalinan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding dengan perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan uttuh serta berat janin diatas 500 gram.

(Salawati, 2013)

2. Indikasi persalinan sectio caesarea

a. Indikasi mutlak

a) Indikasi ibu

(1) Panggul sempit absolut

(2) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang kuatnya

stimulasi

(3) Adanya tumor jalan lahir

(4) Stenosis serviks


71

(5) Plasenta previa

(6) Disproporsi sefalopelvik

(7) Ruptur uteri. (Yaeni, 2013)

b) Indikasi janin

(1) Kelainan otak

(2) Gawat janin

(3) Prolapsus plasenta

(4) Perkembangan bayi yang terhambat

(5) Mencegah hipoksia janin karena preeklamsi. (Yaeni, 2013)

b. Indikasi relatif

a) Riwayat sectio caesarea sebelumnya

b) Presentasi bokong

c) Distosia fetal distress

d) Preeklamsi berat

e) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu

f) Gameli. (Yaeni, 2013)

c. Indikasi sosial

Permintaaan ibu untuk melakukan sectio caesarea sebenarnya

bukanlah suatu indikasi untuk dilakukan sectio caesarea. Alasan yang

spesifik dan rasional harus dieksplorasi dan didiskusikan. Beberapa

alasan ibu meminta dilakukan persalinan sectio caesarea, antara lain:

ibu yang melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya, ibu yang


72

ingin sectio caesarea secara elektif karena takut bayinya mengalami

cedera atau asfiksia selama persalinan, namun keputusan pasien harus

tetap dihargai dan perlu ditawari pilihan cara melahirkan yang

lainnya. (Yaeni, 2013)

3. Kontra indikasi sectio caesarea

a. Janin mati

b. Syok

c. Anemia berat

d. Kelainan konginetal berat

e. Infeksi progenik pada dinding abdomen

f. Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea. (Yaeni, 2013)

4. Sebelum dilakukan persalinan SC perlu dilakukan pemeriksaan :

a. Kadar HB

b. Pemeriksaan ultra sound pada usia 12 sampai 20 minggu

c. Pemeriksaan doppler untuk mengetahui kondisi jantung janin

d. Pemeriksaan hrmone Hcg untuk mengetahui umur kehamilan

e. Amniosentesis untuk mengetahui fungsi paru janin. (Yaeni, 2013)

2.3 Konsep nifas

1) Pengertian nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa


73

nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium adalah masa pulih

kembali. Sekitar 50% kematian ibu terjadi alam 24 jam pertama post partum

sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas(Andriyani,dkk 2014)

2) Proses masa nifas

(1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan.

(2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.

(3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu pesalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu,

bulan, atau tahun (Kumala, dkk 2017).

3) Lochea

Lochea adalah cairan/sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Macam – macam lochea, yaitu :

(1) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua,

verniks caseosa, lanugo, dan mekonium,selama 2 hari nifas.

(2) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari ke

3 – 7 nifas.
74

(3) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ke

7 – 14 nifas.

(4) Lochea alba : cairan putih, keluar setelah 2 minggu mas nifas.

(5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

(6) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya(Kumala,dkk 2017).

4) Tahapan masa nifas

(1) Periode taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

a. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

b. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

c. Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan.

d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal.

e. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses

pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal (Astutik,

2015)

(2) Periode taking on/taking hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

a. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

b. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,

BAB dan daya tubuh.


75

c. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti

menggendong , menyusui, memandikan dan mengganti popok.

d. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.

e. Kemungkinan ibu mengalami depresi post partum karena merasa

tidak mampu membesarkan bayinya (Astutik, 2015).

(3) Periode letting go

a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan

perhatian keluarga.

b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu

dalam kebebasan dan hubungan sosial.

c. Depresi post partum sering terjadi pada masa ini (Astutik, 2015).

5) Asuhan kebidanan ibu nifas di rumah

Jadwal kunjungan rumah paling sedikit 4 kali kunjungan untuk menilai

keadaan ibu dan Bayi Baru Lahir (BBL), selain untuk mencegah,

mendeteksi, dan menangani masalah – masalah yang terjadi.

(1) Kunjungan pertama (6 – 8 Jam setelah persalinan)

Tujuan :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


76

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan.

c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga mengenai cara untuk

mencegah perdarahan.

d. Mengusahakan pemberian ASI dini.

e. Mengusahakan hubungan (Bounding and Attachment) antara ibu dan

bayi.

(2) Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)

Tujuan :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal.

b. Mengecek fundus uteri berada dibawah pusat dan tidak terjadi

pendarahan abnormal serta tidak ada bau.

c. Menilai tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

d. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan , dan istirahat.

e. Memastikan ibu menyusui dengan baik.

f. Memberikan konseling tentang asuhan untuk merawat bayi sehari –

hari.

(3) Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan)

Tujuannya sama dengan kunjungan kedua.

(4) Kunjungan keempat (5-6 minggu setelah melahirkan)

Tujuan :

a. Menanyakan penyulit yang dialami ibu dan bayi.

b. Memberikan konseling untuk KB dini (Roito,2013).


77

6) Menurut Kemenkes RI 2020, pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak

terpapar Covid-19 pada ibu nifas yaitu :

1. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat

Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka periksakan diri ke

tenaga kesehatan.

2. Pelaksanaan kunjungan nifas pertama dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan. Kunjungan nifas kedua, ketiga dan keempat dapat dilakukan

dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan

menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah

terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan

penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.

3. Periode kunjungan nifas (KF) : a. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam

sampai dengan 2 (dua) hari pasca persalinan; b. KF 2 : pada periode 3

(tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca persalinan; c. KF 3 : pada

periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari pasca

persalinan; d. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai

dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca persalinan.

7) Nyeri luka jahitan post Sectio Caesarea

Tindakan operasi Sectio Caesarea menyebabkan nyeri dan

mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena adanya

pembedahan. Nyeri tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah, salah

satunya masalah laktasi. Ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan


78

dengan perawatan bayi, bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur

posisi yang nyaman selama menyusui akibat nyeri. Rasa nyeri tersebut

dapat menyebabkan pasien menunda untuk menyusui bayinya.

Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri post

sectio caesarea biasanya menggunakan analgesic. Namun pemberian

farmakologi tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien sendiri

untuk mengontrol nyerinya, sehingga dibutuhkan kombinasi farmakologi

dengan non farmakologi untuk mengontrol nyeri agar sensasi nyeri dapat

berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang. Salah satu terapi non

farmakologi untuk mengurangi nyeri post SC adalah menyusui dengan

posisi biologic nurturing baby led feeding. Posisi ini direkomendasikan

bagi ibu nifas post SC karena lebih dirasa rileks sehingga menyebabkan

nyeri luka jahitan lebih minimal. (Rini dan Susanti, 2018)

2.4 Konsep BBL dan Neonatus

1) Pengertian BBL dan Neonatus

Menurut Dep. Kes. RI, (2009) Bayi baru lahir Normal adalah bayi yang

lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2

500 gram sampai 4000 gram. (Dwienda, 2014:14)

Bayi baru lahir Normal adalah berat antara 2500-4000 gram, cukup bula

n, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan conginetal (cacat bawaa

n) yang berat. (Dwienda, 2014:15)


79

Ciri-ciri bayi Bayi lahir Normal adalah :

(1) Berat badan 2500-4000 gram

(2) Panjang badan 48-52 cm

(3) Lingkar dada 30-38 cm

(4) Lingkar kepala 33-35 cm

(5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

(6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit

(7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup, ramb

ut lanugo tidak terlihat dan rambut di kepala biasanya telah sempurna

(8) Genetalia pada perempuan labiamayora menutupi labia minora, laki-laki

testis sudah turun, skrotum sudah ada dan kuku agak Panjang dan lemas

(9) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

(10) Refleks morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

(11) Refleks graps atau menggenggam sudah baik

(12) Reflex rotting mencari putting susu dengan baik rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik

(13) Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconiu

m berwarna hitam kecoklatan (Dwienda, 2014: 15-16)

2) Proses BBL dan Neonatus

(1) Tahapan I
80

Segera setelah bayi lahir, selama menit-menit pertama kelahiran, pa

da tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gra

y untuk interaksi bayi dan ibu.

(2) Tahapan II

Tahap reaktivitas, pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 ja

m pertama terhadap adanya perubahan perilaku.

(3) Tahapan III

Tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama melip

uti pemeriksaan seluruh tubuh (Dwienda, 2014: 17)

Tabel 2.1 Tanda APGAR SCORE


Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Apparreance (warn Pucat/biru seluruh t Tubuh merah, e Seluruh tubuh kemera
a kulit) ubuh kstremitas biru han

Pulse (denyut jantu Tidak ada < 100 >100


ng)
Grimace (tonus oto Tidak ada Ekstremitas sedi Gerakan aktif
t) kit fleksi
Activity (aktivitas) Tidak ada Sedikit gerak Langsung menangis
Respiration (pernaf Tidak ada Lemah/tidak ter Menangis
asan) atur
Sumber : Dwienda, 2014: 16

Intepretasi :

1. Nilai 1-3 asfiksia berat

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang

3. Nilai 7-9 asfiksia ringan (normal)

3) Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

(1) Pernafasan
81

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi 30 menit pertama

sesudah lahir. Usia bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan

alveoli selain karena adanya surfaktan, yang adanya tarikan nafas dan

pengeluaran nafas dengan merintis sehingga udara bisa bertahan di

dalam. Cara neonatus bernafas dengan cara bernafas diafragmatik dan

abdominal sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya pernafasan belum

teratur.

(2) Peredaran darah

Setelah bayi lahir paru akan berkembang yang akan mengakibatkan

tekanan pada atriol dalam paru menurun yang diikuti dengan

menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan

tekanan jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan dan hal

tersebut lah yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup.

(3) Suhu

Proses kehilangan panas pada bayi dapat juga melalui konveksi,

radiasi, konduksi.Berikut ini penjelasan tentang empat proses

Mekanisme kehilangan panas pada BBL :

a) Evaporasi
82

Kehilangan panas yang melalui proses penguapan yang

tergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan

panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap)

b) Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin oleh objek yang kontak secara

langsung.

c) Konveksi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang dingin, hembusan udara melalui ventilasi atau

pendingin ruangan.

d) Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi yang di tempatkan

didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu

tubuh bayi.

(4) Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang

dewasa sehingga, metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Pada

jam-jam pertama energy didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan

pada hari kedua energy bersal dari pembakaran lemak. Setelah


83

mendapat susu di hari keenam energi diperoleh dari lemak dan

karbohidrat yang masing-masing 60-40%

(5) Imunoglobulin

Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang,

lamina propia ilium serta apendiks, pada BBL hanya terdapat

gamaglobin G, sehinggan Imonologis dari ibu dapat berpindah melalui

plasenta karena berat molekulnya kecil.

(6) Traktus Digestivus

Pada Neonatus, traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam

kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga dengan

meconium. Pengeluaran mekonium biasanya terjadi pada 10 jam

pertama kehidupan.

(7) Hati

Segera setelah lahir hati, menunjukan perubahan kimia dan

morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar

lemak serta glikogen. Sel Hemopoetik juga mulai berkurang, dan enzim

hati pun belum benar aktif pada bayi baru lahir.

(8) Keseimbangan asam basa

Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena

glikolisis anaeorobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi

asidosis. (Sembiring, 2017 : 4-12)

4) Asuhan Pada Bayi baru lahir (BBL)


84

(1) Pengaturan suhu.

Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan

bayi mudah kehilangan panas. Kehilangan panas secara konduktif jarang

terjadi kecuali bayi diletakan pada alas yang dingin.

a) Cara konveksi

Suhu udara dikamar bersalin tidak boleh kurang dari 20o C dan

sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang

terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari area

resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai untuk meminimalkan

konveksi ke udara sekitar bayi.

b) Cara evaporasi

Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas

dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan

seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegara mungkin setelah

bayi dilahirkan lebih baik bila menggunakan handuk hangat untuk

mencegah hilangnya panas secara konduktif.

c) Cara radiasi.

Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat,

misalnya jendela pada musim dingin. Karena itu, bayi harus

diselimuti, termasuk kepalanya, idealnya dengan handuk hangat

lebih cepat.
85

(2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protokol tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan

di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit 1 jam untuk memberi

kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting ibunya.

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan

inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan

mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat

normal karena pengaruh mekonium lebih cepat sehingga dapat

menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir.

(3) Pengikatan dan pemotongan tali pusat

Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan

banyak dilakukan secara luas diseluruh dunia, tetapi penelitian

menunjukkan hal ini tidak bermanfaat bagi ibu ataupun bayi, bahkan

dapat berbahaya bagi bayi. Penundaan pengikatan tali pusat memberikan

kesempatan bagi terjadinya transfusi fetomaternal sebanyak 20-50%

(rata-rata 21%) volume darah bayi. Variasi jumlah darah transfusi

fetomaternal ini tergantung dari lamanya penundaan pengikatan tali

pusat dan posisi bayi dari ibunya, apakah bayi diletakkan lebih tinggi

atau lebih rendah dari ibu.

(4) Perawatan tali pusat


86

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam

minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada

neonatus.Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar

tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air

bersih sebelum merawat talipusat, hindari pengunaan apapun pada tali

pusat bayi selain kasa steril.

(5) Memberi label nama

Label nama bayi atau nama ibu harus dilekatkan pada pergelangan

tangan atau kaki sejak diruang bersalin. Pemasangan dilakukan dengan

sesuai agar tidak terlalu ketat ataupun longgar sehingga mudah lepas.

(6) Profilaksis mata

Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi

dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore dan

klimidiasis. Sebagian besar konjungtivitis muncul pada 2 minggu

pertama setelah kelahiran.Pemberian antibiotik profilaksis pada mata

terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata yang

sering digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1%, salep mata

eritromisin, dan salep mata tetrasiklin.

(7) Pemberian vitamin K

Pemberian vitamin K1 baik secara Intramuscular maupun oral

terbukti menurunkan insiden kejadian Perdarahan Akibat Defisiensi

Vitamin K1 (PDVK).
87

(8) Pengukuran berat dan panjang lahir

Bila diperlukan data mengenai panjang lahir, maka sebaiknya

dilakukan dengan menggunakan stadiometer bayi dengan menjaga bayi

dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam keadaan ekstensi.

(9) Memandikan bayi

Hal terpenting dalam memandikan bayi adalah mencegah terjadinya

Hipotermi, Suhu ruang saat memandikan bayi harus hangat >25ºC dan

suhu air yang optimal 40ºC untuk bayi kurang dari 2 bulan, dandapat

berangsur turun 30ºC untuk bayi di atas 2 bulan. (Prawirohardjo, 2014:

367-372).

5) Kunjungan Neonatus

Cakupan pelayanan neonatus adalah cakupan neonatus yang

mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan

distribusi waktu:

Tabel 2.2 Kunjungan Neonatus


Kunjungan Waktu Keterangan
Kunjungan 6 – 48 jam setelah - Mempertahankan suhu tubuh bayi
Neonatal ke-1 (KN bayi lahir. - Dilakukan pemeriksaan fisik
1) - Gunakan tempat yang hangat dan bersih
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan

Kunjungan hari ke-3 sampai - Menjaga tali pusat dalam keadaan


Neonatal ke-2 (KN hari ke-7 setelah bersih dan kering.
2) bayi lahir. - Menjaga kebersihan bayi
- Pemeriksaan tanda bahaya seperti
88

kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,


diare, berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI
- Memberikan ASI bayi harus disusukan
minimal 10 sampai 15 kali dalam 24
jam dalam 2 minggu pasca persalinan
- Menjaga keamanan bayi
- Menjaga suhu tubuh bayi
- Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan buku
KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan.
Kunjungan hari ke-8sampai - Pemeriksaan fisik
Neonatal ke-3 (KN hari ke-28 setelah - Menjaga kebersihan bayi
3) bayi lahir - Memberitahu ibu tentang tanda-tanda
bahaya bayi baru lahir
- Memberikan ASI bayi harus disusukan
minimal 10 sampai 15 kali dalam 24
jam selama 2 minggu pasca persalinan
- Menjaga keamanan bayi
- Menjaga suhu tubuh bayi
- Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI eksklusif
pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan buku
KIA
- Memberitahu ibu tentang imunisasi
BCG.
- Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan

6) Komplikasi pada Neonatus

(1) Ikterus

Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang ter

dapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinnemia. Icterus


89

merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir

sebanyak 25-50%. Ikterus patologis adalah icterus yang mempunyai das

ar hyperbilirubinemia, dengan tanda dan gejala :

a) Ikterus terjadi 24 jam pertama

b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonates cukup bulan atau

melebihi 12,5 mg% pada neonates cukup bulan dan peningkatan bili

rubin melebihi 5 mg% per hari

c) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.

(2) Perdarahan Tali Pusat

Perdarahan tali pusat terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akib

at dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan pro

ses pembentukan thrombus normal.

(3) Diare

Diare adalah proses pengeluaran feses yang tidak abnormal dan cair,

bisa juga di definisikan sebagai buang air besar yang tidak normal berb

entuk cair dan frekuensi yang sering, neonates di katakana diare jika BA

B lebih dari 4 kali.

(4) Infeksi

Infeksi Perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada post

natal, yaitu infeksi pada periode postnatal dapat terjadi setelah bayi lahir

lengkap, tindakan yang melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat y


90

ang tidak steril, tindakan antiseptic atau dapat juga terjadi akibat infeksi

silang, missal neonatrum, omfalitis, dan lain-lain.

(5) Kejang

Kejang pada Neonatus bukanlah suatu penyakit, namun merupakan

suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab atau ad

anya kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama adalah kelainan baw

aan otak, sedangkan penyebab sekundernya adalah gangguan metabolic

atau penyakit lain seperti infeksi. Kejang pada bayi baru lahir kurang bis

a di kenali karena bentuknya berbeda dengan orang dewas atau anak. Ha

l ini karena ketidakmatangan organ orteks pada bayi baru lahir (Vivian,

2011: 101-106).

7) Menurut Kemenkes RI 2020, pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak

terpapar Covid-19 pada BBL dan Neonatus yaitu :

1. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan

belum sempurna fungsi imunitasnya.

2. Bayi baru lahir dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi

COVID-19 tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0

– 6 jam) yaitu pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu

Dini (IMD), injeksi vit K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik, dan

imunisasi Hepatitis B.

3. Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:
91

a. Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed

ChordClamping).

b. Bayi dikeringkan seperti biasa.

c. Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak

menunggu setelah 24 jam.

d. Tidak dilakukan IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial

lainnya tetap diberikan.

4. Bayi lahir dari ibu hamil HbsAg reaktif dan COVID-19 terkonfirmasi

dan bayi dalam keadaan:

a. Klinis baik (bayi bugar) tetap mendapatkan pelayanan injeksi vitamin

K1 dan tetap dilakukan pemberian imunisasi Hepatitis B serta

pemberian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin kurang dari 24 jam).

b. Klinis sakit (bayi tidak bugar atau tampak sakit) tetap mendapatkan

pelayanan injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian HbIg

(Hepatitis B immunoglobulin kurang dari 24 jam). Pemberian vaksin

Hepatitis B ditunda sampai keadaan klinis bayi baik (sebaiknya

dikonsultasikan pada dokter anak untuk penatalaksanaan vaksinasi

selanjutnya)

5. Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan ARV profilaksis,

pada usia 6-8 minggu dilakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis

(EID) bersamaan dengan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib pertama

dengan janji temu.


92

6. Bayi lahir dari ibu yang menderita sifilis dilakukan pemberian injeksi

Benzatil Penisilin sesuai Pedoman Neonatal Esensial.

7. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat dilakukan perawatan RAWAT

GABUNG di RUANG ISOLASI KHUSUS COVID-19.

8. Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi COVID-19 dilakukan

perawatan di ruang ISOLASI KHUSUS COVID-19, terpisah dari

ibunya (TIDAK RAWATGABUNG).

9. Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan

mengenai risiko utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat

dengan ibu, yang cenderung terjadi penularan melalui droplet

infeksius di udara. Sesuai dengan protokol tatalaksana bayi lahir dari

Ibu terkait COVID-19 yang dikeluarkan IDAI adalah :

a. Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu dengan

melaksanakan prosedur pencegahan COVID-19 antara lain

menggunakan masker bedah, menjaga kebersihan tangan sebelum

dan setelah kontak dengan bayi, dan rutin membersihkan area

permukaan di mana ibu telah melakukan kontak.

b. Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap

diberikan dalam bentuk ASI perah dengan memperhatikan:

1) Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan

pembersihan pompa setelah digunakan.


93

2) Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus

diperhatikan.

3) Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan

kondisi yang sehat untuk memberi ASI.

4) Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau

elektrik), sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan

untuk menjaga persediaan ASI agar proses menyusui dapat

berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan kembali. Jika

memerah ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus

dibersihkan dan didesinfeksi dengan sesuai.

5) Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi

penyimpanan harus menggunakan kantong spesimen plastik.

Kondisi penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan

kantong ASI harus ditandai dengan jelas dan disimpan dalam

kotak wadah khusus, terpisah dengan kantong ASI dari pasien

lainnya.

c. Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan swab

negatif, sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat menyusui

langsung setelah 14 hari dari pemeriksaan swab kedua negatif.

10. Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes swab,

sementara pada bayi lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi COVID-19

dilakukan pemeriksaan swab dan sediaan darah pada hari ke 1, hari ke


94

2 (dilakukan saat masih dirawat di RS), dan pada hari ke 14 pasca

lahir.

11. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,

pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan. Idealnya waktu pengambilan sampel

dilakukan pada 48 – 72 jam setelah lahir. Untuk pengambilan

spesimen dari bayi lahir dari Ibu ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19,

tenaga kesehatan menggunakan APD level 2. Tata cara penyimpanan

dan pengiriman spesimen sesuai dengan Pedoman Skrining Hipotiroid

Kongenital. Apabila terkendala dalam pengiriman spesimen

dikarenakan situasi pandemi COVID-19, spesimen dapat disimpan

selama maksimal 1 bulan pada suhu kamar.

12. Pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan. Kunjungan neonatal kedua dan ketiga dapat

dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan

atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan dengan

kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-

upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan

keluarga.

13. Periode kunjungan neonatal (KN) yaitu :

a. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat puluh

delapan) jam setelah lahir


95

b. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari

setelah lahir

c. KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari setelah lahir.

14. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI

ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang

tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda bahaya pada

bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus

untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), apabila

ditemukan tanda bahaya atau permasalahan segera dibawa ke Rumah

Sakit.

15. Penggunaan face shield neonatus menjadi alternatif untuk pencegahan

COVID-19 di ruang perawatan neonatus apabila dalam ruangan

tersebut ada bayi lain yang sedang diberikan terapi oksigen.

Penggunaan face shield dapat digunakan di rumah, apabila terdapat

keluarga yang sedang sakit atau memiliki gejala seperti COVID-19.

Tetapi harus dipastikan ada pengawas yang dapat memonitor

penggunaan face shield tersebut.

2.5 Konsep KB

1) Pengertian KB
96

Keluarga Berencana adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya kehamilan, baik untuk menunda atau menjarangkan

jarak kehamilan (Hanafi, 2008).

Keluarga Berencana (family planning/ planned parenthood) merupakan

suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan.

Menurut WHO (Expert Commite), tindakan yang membantu untuk

mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di

antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga

(Sulistyawati, 2011).

2) Konsep KB untuk ibu menyusui

(1) Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

a. Yang boleh menggunakan MAL :

a) Menyusui secara penuh, efektif jika minimal 8 kali sehari

b) Belum mendapatkan haid

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan

b. Yang tidak boleh menggunakan MAL :

a) Wanita pasca melahirkan yang sudah haid

b) Wanita pasca melahirkan yang tidak menyusui eksklusif

c) Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi lain

c. Kelebihan :

a) Mengurangi perdarahan postpartum dan risiko anemia


97

b) Membantu proses involusi uteri

d. Kekurangan :

a) Hanya efektif 6 bulan postpartum

b) Hanya untuk wanita yang menyusui secara eksklusif

e. Cara kerja

Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah

menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi atau

menyusui,hormonyang berperan adalah prolaktindan oksitosin.

Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktinmeningkat

dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat.

Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen sehingga tidak

terjadi ovulasi.

f. Efektifitas

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98% apabila digunakan

secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan

selama enam bulan pertama setelah melahirkan,belum mendapat haid

pascamelahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa

memberikan makananatau minuman tambahan). Efektifitas dari

metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas

menyusui. (Rusmini, 2017)

(2) Kontrasepsi mini pil

Kontrasepsi pil progestin (minipil) yaitu:


98

a. Yang dapat menggunakan kontrasepsi pil progestin :

a) Usia reproduksi.

b) Telah memiliki anak ataupun yang belum.

c) Wanita yang menginginkan kontrasepsi dengan efektivitas

tinggi.

d) Kontrasepsi yang efektif selama periode menyusui

e) Pasca keguguran.

f) Anemia karena haid berlebihan, nyeri haid yang hebat, dan

siklus haid yang tidak teratur

b. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi progestin :

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Perdarahan pervaginam yang abnormal

c) Penderita hepatitis

d) Hipertensi

e) Diabetes

f) Sakit kepala hebat atau migrain dan gejala neurologic fokal

(epilepsi/riwayat epilepsi) (Bari, 2011)

c. Kelebihan :

a) Dapat diberikan untuk wanita yang menderita keadaan trombo

embolik.

b) Tidak mempengaruhi ASI


99

c) Mengurangi keluhan premenstrual sindrom ( nyeri payudara,

sakit kepala, perut kembung, nyeri pada betis, mudah marah),

banyak darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi

nyeri haid.

d) Tidak mengganggu hubungan seksual.

e) Mudah dihentikan setiap saat.

f) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

d. Kekurangan :

a) Kurang efektif dalam mencegah kehamilan daripada pil oral

kombinasi.

b) Menambah insiden bercak darah (spotting), perdarahan

menyerupai haid (breakthrough bleeding), variasi dalam

panjang siklus haid.

c) Peningkatan/penurunan pada berat badan

d) Payudara tegang, mual, pusing dan dermatitis/berjerawat.

e. Efek samping

a) Amenorhea

b) Tidak selalu ditemukan peningkatan atau penurunan berat

badan

c) Perdarahan yang tidak teratur/spotting

f. Cara kerja
100

Kontrasepsi pil progestin/mini pil dalam

mencegah kehamilan antara lain dengan cara :

a) Menghambat ovulasi.

b) Endometrium yang mengalami transformasi lebih awal dapat

mencegah implantasi

c) Dapat mengentalkan lendir pada serviks sehingga mengganggu

motilitas atau daya hidup spermatozoa.

d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sel telur

menjadi terganggu (Fitri, 2018).

(3) Suntik KB 3 bulan

Menurut (Rusmini 2017), kontrasepsi suntik yaitu :

a. Pengertian

KB suntik merupakan salah satu alat kontrasepsi yang digunakan

untuk merencanakan suatu kehamilan ataupun mencegah kehamilan.

Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang

berisi hormon progesteron dan disuntikkan kedalam tubuh wanita

secara periodik yaitu 3 bulan sekali.

b. Mekanisme kerja

a) Mencegah ovulasi.

a) Mengentalkan lendir serviks dan menjadi sedikit sehingga

menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

b) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.


101

c) Menghambat transportasi gamet dan tuba.

d) Mengubah endometrium menjadi tidak sempurna untuk

implantasi hasil konsepsi.

c. Keuntungan

a) Sangat efektif.

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c) Tidak memiliki pengaruh pada ASI.

d) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

e) Dapat digunakan oleh perempuan usia ˃ 35 tahun sampai pre-

menopause.

f) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

g) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

h) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

i) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

d. Kerugian

a) Gangguan haid.

b) Timbulnya spotting sedikit atau banyak

c) tidak dapat dihentikan sewaktu waktu.

d) Permasalahan berat badan.

e) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.
102

f) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang.

g) Dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas).

h) Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kekeringan

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala,

nervositas, dan jerawat.

e. Indikasi

a) Usia reproduksi.

b) Nulipara dan yang telah memiliki anak.

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.

d) Menyusui

e) Setelah abortus.

f) Telah banyak anak, tapi belum menghendaki tubektomi.

g) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung

estrogen.

h) Menggunakan obat epilepsy dan obat tuberculosis.

i) Tekanan darah ˂ 180/110 mmHg.

j) Anemia bulan sabit dan anemia defisiensi besi.

f. Kontra indikasi

a) Hamil atau dicurigai hamil.

b) Perdarahan pervaginam.
103

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

(4) Kontrasepsi AKDR

Menurut (Rusmini 2017), kontrasepsi AKDR yaitu :

a. Pengertian

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau yang biasa disebut

dengan Intra Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan

ke dalam rahim yang berbentuk bermacam–macam, terdiri plastik

(polyrthyline). Ada yang dililit tembaga (Cu), adapula yang tidak,

adapula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada

pula yang batangnya berisi hormon progesteron.

b. Cara kerja

a) Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum

uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

b) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi sehingga

menyebabkan terhambatnya implantasi.

c) Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di

dalam endometrium.

d) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba falopi.


104

e) Imobilisasi spermatozoa saat melewati kavum uteri.

c. Keuntungan

a) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

b) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan

tidak perlu diganti).

c) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat

d) Tidak mempengaruhi kualitas ASI

e) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila

tidak ada infeksi).

f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

d. Kerugian

a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia

sebelum pemasangan IUD.

b) Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat.

c) Pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan amenorea.

d) Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi.

e) Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi.

f) Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul

g) Efek umum yang terjadi perubahan siklus haid, haid lama dan

banyak, perdarahan antar menstruasi, dan saat haid lebih sakit.

h) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

e. Indikasi
105

a) Usia reproduksi

b) Keadaan nulipara

c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d) Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi

e) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

f. Kontra Indikasi

a) Kehamilan

b) Gangguan perdarahan yang tidak diketahui sebelumnya.

c) Peradangan pada alat kelamin, endometrium, dan pangkal

panggul.

d) Kecurigaan tumor ganas pada alat kelamin.

e) Tumor jinak rahim dan kelainan bawaan rahim.

(5) Kontrasepsi Implant

Menurut (Rusmini 2017), kontrasepsi implant yaitu :

a. Pengertian

Kontrasepsi implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan

pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan

masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversible untuk wanita.

b. Mekanisme Kerja
106

a) Lendir serviks menjadi kental, kadar levonorgestrel yang konstan

mempunyai efek nyata terhadap mucus servik. Mukus tersebut

menebal dan dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar

untuk penetrasi sperma.

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap

maturasi siklik endometrium yang di induksi estradiol, dan

akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini mencegah

implantasi sekalipun terjadi fertilisasi.

c) Mengurangi transportasi sperma, perubahan lendir serviks

menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat

pergerakan sperma.

d) Menekan ovulasi, levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap

lonjakan Luteinizing Hormone LH, baik pada hipotalamus

maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.

c. Indikasi

a) Usia reproduksi

b) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang

c) Ibu menyusui

d) Pasca keguguran atau abortus

e) Sering lupa mengkonsumsi pil

d. Kontra indikasi
107

a) Hamil atau diduga hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya

c) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

d) Diabetes mellitus

e) Penyakit jantung atau darah tinggi.

e. Keuntungan

a) Daya guna tinggi

Efektif penggunaan implant sangat mendekati efektivitas

teoritis. Efektivitas 0,2-1 kehamilan per100 perempuan.

b) Perlindungan jangka panjang.

Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis

implant tertentu (contoh :uniplant) dan masa kerja pada jenis

norplant.

c) Pengembalian kesuburan yang cepat.

d) Pasien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan.

e) Mengurangi jumlah darah menstruasi, terjadi penurunan dalam

jumlah rata-rata darah menstruasi yang hilang.

f. Kerugian

a) Kepala nyeri.

b) Peningkatan berat badan.

c) Jerawat.
108

d) Klien tidak dapat dapat menghentikan sendiri pemakaian

kontrasepsi.

e) Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.

Dalam memerikan asuhan KB pada situasi pademi Covid maka

diperlukan AMD yang memadai yaitu menggunakan sarung tangan

(handscoon), masker, face shiled dan cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan pemeriksaan atau gunakan hand sanitizer untuk lebih amannya

pasien bisa test rapid terlebih dahulu untuk mengantisipasi kejadian yang

tidak diinginkan.

2.6 Standar Manajemen Asuhan Kebidanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 938/MENKES/VIII/2007

dasar asuhan kebidanan, yaitu :

2.6.1 Standar I : Pengkajian

1) Pernyataan standar
109

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan.

2) Kriteria pengkajian

(1) Data tepat, akurat dan lengkap.

(2) Terdiri dari data subyektif (hasil Anamnesa : biodata, keluhan

utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang

sosial budaya).

(3) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

2.6.2 Standar II : Diagnosa kebidanan

1) Pernyataan standar

Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah yang tepat.

2) Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah

(1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

(2) Masalah dirumuskan dengan asuhan secara sendiri, kolaborasi,

dan rujukan

2.6.3 Standar III : Perencanaan


110

1) Pernyataan standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

2) Kriteria perencanaan

(1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien: tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

(2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

(3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya

klien/keluarga.

(4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang

diberikan bermanfaat untuk klien.

(5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku sumber

daya serta fasilitas yang ada.

2.6.4 Standar IV : Implementasi

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada


111

klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Digunakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

2) Kriteria

(1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-

spiriual-kultural.

(2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (informed consent).

(3) Melakukan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.

(4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

(5) Menjaga privacy klien/pasien.

(6) Menggunakan prinsip pencegahan infeksi.

(7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.

(8) Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

(9) Melakukan tindakan sesuai standar.

(10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

2.6.5 Standar V : Evaluasi

1) Pernyataan standar
112

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

2) Kriteria evaluasi

(1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien.

(2) Hasi l evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan

atau keluarga.

(3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

(4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

2.6.6 Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dalam memberikan

asuhan kebidanan.

2) Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

(1) Pencatatan dilakukan segera setelah melakukan asuhan pada

formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku

KIA).

(2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

(3) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.

(4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.


113

(5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

(6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antipasif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan,

dukungan, kolaborasi evaluasi/follow up dan rujukan (Kemenkes

RI, 2007).
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan COC


Ny.“Y” dengan KSPR 10 yang termasuk dalam KRT

Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kebidanan pada Rujuk


kehamilan fisiologis

Bersalin

Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan Rujuk (dilakukan SC


kebidanan pada dengan indikasi
persalinan fisiologis Preeklamsia)

Nifas

Bayi Ibu

Fisiologis Patologis Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kebidanan pada nifas Rujuk


Rujuk fisiologis

Penerapan asuhan kebidanan pada


BBL-neonatus fisiologis KB suntik 3
Keterangan : bulan
: Dilakukan : Tidak dilakukan
Gambar 3.1 Gambaran Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan CoC pada Ny. “Y”

114
3.2 Pendekatan atau Desain Penelitian (case study )

Desain penelitian adalah suatu prosedur yang digunkan oleh peneliti untuk

memperoleh data penelitian. Desain penelitian yang digunkan yaitu study kasus

yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini adalah ibu hamil. Ibu hamil

yang menjadi kasus tersebut secara mendalam di analisis baik dari segi yang

berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang

mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan

kasus, maupun tindakan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan

tertentu. Meskipun didalam studi kasus ini yang diteliti hanya dalam bentuk unit

tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup

luas, serta penggunaan berbagai tehnik secara integratif (Hidayat, 2013).

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

1) Tempat

Asuhan kebidanan Continuity of Care (CoC) telah dilaksanakan

dirumah pasien dan PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb Desa Bojong Renged

Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

2) Waktu

Asuhan kebidanan telah dilaksanakan pada tanggal 21 September 2020

sampai dengan 31 Januari 2021.

115
3.4 Obyek Penelitian/Partisipan

Obyek dari penelitian ini meliputi obyek primer dan sekunder. Sebagai

obyek primer yaitu Ny. “Y” G2P1001 usia kehamilan 30 minggu dilaksanakan di

PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb Desa Bojong Renged Kecamatan Teluknaga

Kabupaten Tangerang, dengan memperhatikan CoC dimulai dari kehamilan

trimester III, persalinan dan BBL, nifas, sampai dengan KB. Sebagai obyek

sekunder yaitu suami Ny. Y” dan keluarga.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang dilakukan dalam

penelitian dengan memberikan asuhan sesuai kebutuhan pada Ny. “Y” sebanyak

16 kali kunjungan yaitu 6 kali kunjungan ANC trimester III, 1 kali kunjungan

saat persalinan (INC), 4 kali kunjungan pada masa nifas (PNC), 3 kali

kunjungan pada saat neonatus dan 2 kali kunjungan pada masa KB. Pengambilan

data berasal dari wawancara, dan observasi (pengamatan) dalam pengambilan

data subjektif (anamnesa dari Ny “Y”, suami dan keluarga) secara langsung dan

tidak langsung/melalui KIA Ny “Y” serta pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan penunjang lainnya, kemudian didokumentasikan dengan SOAP.

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan yaitu sebagai berikut :

1) Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai secara langsung. Metode ini memberikan hasil secara

116
langsung. Metode dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

secara mendalam serta jumlah responden sedikit. Dalam metode wawancara

ini, dapat digunakan instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar

periksa atau checklist (Hidayat, 2013).

Wawancara yang dilakukan melalui pedoman wawancara yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan yang lalu. Wawancara yang dilakukan

meliputi data subyektif ibu, mengetahui keluhan-keluhan maupun penyulit

yang dialami. Selain itu juga untuk mengetahui keberhasilan KIE dan asuhan

yang akan diberikan, mengevaluasi dengan memberikan pertanyaan yang

kemudian bisa dijawab dengan benar atau tidak oleh Ny.”Y”. Jika jawaban

salah kita akan memberikan koreksi, sehingga mampu diimplementasikan

untuk asuhan selanjutnya.

Pengumpulan data yang diperlukan juga dilakukan dengan melakukan

wawancara secara langsung kepada keluarga Ny.”Y” dimana wawancara

yang dilakukan meliputi data subyektif berupa second opinion yang

menguatkan data subjektif yang sudah kita dapatkan dari Ny.”Y”.

2) Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan atau

melakukan pengamatan secara langsung kepada klien untuk mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini,

instrumen yang dapat digunakan, adalah lembar observasi, panduan

pengamatan (observasi), atau lembar checklist (Hidayat, 2013).

117
Penelitian yang dilakukan pada Ny. “Y” menggunakan metode

pengamatan dengan lembar observasi yang yang mencakup waktu

kunjungan, usia kehamilan atau nifas atau neonatus, keluhan yang

ditemukan pada saat kunjungan, diagnosa, rencana tindak lanjut serta

konseling yang diberikan.

3) Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin

situasi/kondisi yang dapat dianalisa. Dokumentasi ini diperoleh dari data

primer dan data sekunder Ny “Y” dimana peneliti melakukan dokumentasi

dengan cara pengambilan gambar yang berasal dari buku KIA seperti hasil

pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan di PBM, hasil USG, dan

pemeriksaan penunjang lainnya dari Ny “Y” yang selanjutnya

didokumentasikan ke dalam SOAP.

3.6 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang penting dalam

melakukan penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung

dengan manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2011).

1) Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara penulis dan

klien dengan memberikan lembar persetujuan pelayanan pemeriksaan

kehamilan sampai dengan KB (Notoatmodjo, 2012).

118
Informed Consent tersebut diberikan sebelum asuhan kebidanan

dilakukan. Tujuan informed consent adalah agar Ny. “Y” mengerti maksud

dan tujuan penelitian. Pada kunjungan pertama sebelum dilaksanakan

asuhan kebidanan, Ny. “Y” bersedia untuk menjadi responden dan bersedia

menandatangani lembar persetujuan yang diberikan.

2) Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan asuhan dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama klien (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini peneliti

hanya menuliskan Ny. “Y”dan Tn. “I” sebagai inisial nama responden dan

suami responden pada lembar dokumentasi dalam bentuk SOAP.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil asuhan, baik informasi atau masalah-masalah lainnya. Semua di

informasi yang telah di kumpulkan di jamin kerahasiaanya (Notoatmodjo,

2012)

Kerahasiaan informasi Ny. “Y” dijamin oleh penulis karena hanya

kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

pencatatan dari asuhan kebidanan. Hasil tersebut berupa data subjektif

yangberasal dari hasil wawancara dengan Ny. “Y” dan data objektif dari

hasil pemeriksaan yang dilakukan.

4) Repect for human dignity (menghormati harkat dan martabat manusia)

119
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak klien, seperti mendapatkan

informasi tentang tujuan penelitian dan memberikan kebebasan kepada

klien untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi

(Notoatmodjo, 2012).

Hak-hak Ny. “Y” seperti mendapatkan informasi tentang tujuan

peneliti melakukan penelitian tersebut telah diberikan dalam bentuk

informed consent. Peneliti juga memberikan kebebasan kepada Ny. “Y”

untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi.

120
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil pendokumentasian asuhan kebidanan pada

Ny. “Y” dari kehamilan sampai dengan KB di PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb.

Desa Bojong Renged, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Waktu

pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif (Continuity of Care) yaitu pada

tanggal 21 September 2020 sampai dengan 30 Januari 2021. Ny. “Y” usia 33

tahun G2P1001 dengan KSPR ibu hamil 10 (Skor awal 2, preeklamsia 8).

4.1 Hasil Asuhan Kebidanan

4.1.1 Asuhan Masa Kehamilan

Tanggal pengkajian : 21 September 2020

Pukul : 14.00 WIB

Tempat : PMBHeni Haryani, S.Tr.Keb

Oleh : Syifaa Aulia Qur’ani (201802050)

Kunjungan :1

I. Pengkajian

A. Data Subyektif

1. Biodata/ Identitas

Nama Ibu : Ny. “Y” Nama Suami : Tn. “I”

Umur : 33 tahun Umur : 33 tahun

Suku/ Bangsa : Betawi/ Indo Suku/Bangsa : Betawi /Indo

Agama : Islam Agama : Islam

121
122

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan

Penghasilan :- Penghasilan :±1.500.000–2.000.000/bln

Alamat : Bojong Renged, Kecamatan Teluknaga

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Riwayat Menstruasi

Menarche : 11 tahun

Siklus Haid : Teratur 28 hari

Lama : 5-7 hari

Konsistensi : Cair

HPHT : 19 – 02 – 2020

TP : 26 – 11 – 2020

4. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Bayi Nifas KET


Penyu
Jenis Penolong Tempat Sex Bb/Pb Umur Laktsi Penyul
Peny Lit
No SuamAn
UK u
i ak
lit Spt Tndkn SC Dkn Bdn Dr Rmh Bpm RS

39 3,8 kg / hidu
1 1 1
Mg −¿ √ −¿ −¿ −¿ √ −¿−¿ √ −¿−¿ P
47 cm
8 th √ −¿ p
2 1 2 H A M I L I N I

5. Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan pernah menggunakan KB Suntik 3 bulan

sejak kelahiran anak pertama, keluhan yang dirasakan pada

saat memakai KB suntik 3 bulan yaitu menstruasi yang tidak


123

teratur dan kadang hanya keluar flek darah kemudian berhenti

karena ingin memiliki anak kedua. Setelah kelahiran anak

kedua ini ibu berencana kembali menggunakan KB Suntik 3

bulan.

6. Riwayat Kehamilan Sekarang

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan anak kedua,

ibu tidak pernah memeriksakan kehamilannya setelah telat 1

bulan. Setelah telat 2 bulan kemudian ibu baru memeriksakan

kehamilannya ke bidan dengan rincian sebagai berikut:

Trimester I : 2 kali pemeriksaan pada usia kehamilan 8

minggu ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ibu diberi

terapi/multivitamin dan tambah darah. KIE menganjurkan ibu

untuk melakukan ANC terpadu. Usia kehamilan 12 minggu

ibu datang ke PMB untuk memeriksakan kehamilan. Ibu

mengatakan tidak ada keluhan dan ibu diberikan multivitamin

dan tablet tambah darah. Menganjurkan ibu kembali periksa 1

bulan atau ketika ada keluhan.

Trimester II : (2 kali periksa) ibu mulai merasakan

gerakan janin pada usia kehamilan 21 minggu, ibu

mengatakan tidak ada keluhan dan ibu diberi

terapi/multivitamin dan tambah darah. KIE memberitahukan

ibu tanda bahaya kehamilan, menganjurkan ibu untuk

melakukan ANC terpadu di PMB Heni Haryani. Pada usia


124

kehamilan 24 minggu ibu datang ke PMB Heni Haryani untuk

melakukan ANC terpadu, ibu mengatakan tidak ada keluhan

dan ibu diberikan tablet tambah darah. Menganjurkan ibu

untuk kembali periksa 1 bulan atau jika ada keluhan.

Trimester III : pada usia kehamilan 30 minggu ibu

datang ke PMB untuk memeriksakan kehamilaannya dan ibu

mengatakan tidak ada keluhan diberikan multivitamin dan

tambah darah. Menganjurkan ibu kembali 2 minggu atau jika

ada keluhan. Pada usia kehamilan 32 minggu ibu datang ke

PMB untuk memeriksakan kehamilan ibu mengatakan tidak

ada keluhan diberikan multivitamin dan menganjurkan ibu

untuk makan makanan bergizi.

7. Riwayat Kesehatan Ibu :

Ibu tidak menderita penyakit menahun, menular, dan

menurun seperti hipertensi, diabetes militus, asma, HIV, TBC,

jantung dan lainnya.

8. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Dari pihak keluarga ayah dan ibu Ny. “Y” tidak ada

riwayat penyakit yang membahayakan, kedua orang tua tidak

memiliki riwayat dan sedang tidak menderita penyakit

hepatitis, jantung, ginjal, diabetes militus, dan tidak memiliki

riwayat keturunan kembar dari pihak suami maupun istri.


125

Namun Ny. “Y” memiliki saudara sepupu yang memiliki

riwayat preeklamsi saat kehamilannya.

9. Pola Kebiasaaan Sehari-hari

Pola Kebiasaan
No Sebelum Hamil Selama Hamil Masalah
Sehari-hari
1 Pola Nutrisi
a.Makan 3x sehari porsi sedang 3-4x sehari porsi sedang Tidak ada
(Nasi, lauk, sayur) (Nasi, lauk, sayur) masalah
b. Minum 7-8 gelas air putih 8-9 gelas air putih
2 Pola Eliminasi
a. BAK 3-4x sehari 5-6x sehari Tidak ada
b. BAB 1x sehari (lunak) 1x sehari (lunak) masalah
3 Pola Istirahat
a. Tidur Siang ± 1-2 jam ± 2 jam Tidak ada
b. Tidur Malam ± 8 jam ± 8 jam masalah
4 Pola Aktivitas Mengajar, melakukan Melakukan aktivitas Tidak ada
Sehari-hari aktivitas rumah tangga ; rumah tangga sesuai masalah
masak, mencuci, dll kemampuan dan di
bantu suami
5 Pola Personal Mandi 2x sehari Mandi 2x sehari Tidak ada
hygiene Gosok gigi 2x sehari Gosok gigi 2x sehari masalah
Ganti pakaian 2x sehari Ganti pakaian 2x sehari
Keramas 3x seminggu Keramas 3x seminggu
6 Pola Aktivitas 2-3x dalam seminggu 1x dalam seminggu Tidak ada
Seksual masalah
7 Pola Kesehatan Tidak merokok/minuman Tidak Tidak ada
alkohol/obat-obatan merokok/minuman masalah
ataupun jamu tradisional alkohol/jamu
tradisional, ibu
mengonsumsi obat-
obatan dari bidan (tablet
Fe dan vitamin)

10. Riwayat Sosial Budaya, Pengetahuan, dan Spritual

Ibu menikah : 1 kali

Kehamilan ini : direncanakan

Keluarga dan suami menunggu serta menerima dengan

senang. Ibu dan keluarga siap. Suami juga selalu mendukung

ibu, saat pemeriksaan kehamilan ibu didampingi oleh

suaminya (saat suami dirumah). Tradisi dalam keluarga ibu


126

tidak ada pantangan makan dan minum, kebiasaan upacara 7

bulanan.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

c. Denyut nadi : 88 x/menit

d. Pernapasan : 22 x/menit

e. Suhu : 36,7˚C

f. Lila : 28 cm

g. BB/TB : 64 kg/160 cm

h. BB sebelum hamil : 58 kg

2. Pemeriksaan Fisik

a. Muka : Tidak pucat, tidak terdapat edema, tidak

terdapat cloasma gravidarum

b. Mata : Conjungtiva merah muda kanan/kiri dan

sklera putih keabu” an kanan/kiri.

c. Mulut : Bibir lembab, tidak ada sariawan, dan tidak

ada caries gigi

d. Dada : Payudara simetris kanan/kiri,

hiperpigmentasi kanan/kiri, puting susu

menonjol kanan/kiri, tidak ada benjolan


127

kanan/kiri dan kolostrum belum keluar kanan

dan kiri.

e. Abdomen :

Tidak ada bekas luka SC

Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, bagian fundus

uteri teraba bulat, lunak dan tidak

melenting (kesan bokong)

Leopold II :Teraba keras memanjang dikanan abdomen

ibu (kesan punggung/ puka) dan teraba

bagian terkecil janin di abdomen kiri

(kesan ekstremitas).

Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras,

melenting (kesan kepala). Bagian terendah

janin dapat digoyangkan (belum masuk

PAP)

Leopold IV :-

McDonald : TFU : 26 cm

TBJ : (26-12) x 155 = 2.170 gram

Auskultasi : DJJ 136 x/menit, kuat dan teratur,

punctum maximum pada bagian abdomen

bawah pusat sebelah kanan.


128

f. Ekstremitas

Atas : Tidak ada oedem kanan/kiri

Bawah : Tidakada oedem kanan/kiri dan tidak ada

varises kanan/kiri

3. Pemeriksaan penunjang

a. HB : 11,2

b. Skor Poedji Rochyati

Skor awal ibu hamil : 2

Total skor :2
129

II. INTEPRETASI DATA DASAR


Tanggal/
Dx/Mx Keb Data Dasar
Jam
21-09-2020 G2P1001 UK DS :
14.00 WIB 30 minggu, a. Ibu mengatakan ini kehamilan anak kedua usia ibu saat
janin tunggal, ini 33 tahun, HPHT 19-02-2020
hidup, b. Ibu mengatakan tidak ada keluhan
intrauterin, DO :
presentasi a. Pemeriksaan Umum
kepala, Kesadaran : Composmentis
keadaan jalan Tanda-tanda Vital
lahir normal Tekanan Darah : 120/80 mmHg
dengan Denyut nadi : 88 x/menit
keadaan umum Pernapasan : 22 x/menit
ibu baik. Suhu : 36,7˚C
Lila : 28 cm
BB/TB : 64 kg/160 cm
BB sebelum hamil : 58 kg
b. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat, tidak terdapat edema, tidak
terdapat cloasma gravidarum
Mata : Conjungtiva merah muda kanan/kiri dan
sklera putih keabu”an kanan/kiri.
Mulut : Bibir lembab, tidak ada sariawan, dan tidak
ada caries gigi
Dada : Payudara simetris kanan/kiri, hiperpigmentasi
kanan/kiri, puting susu menonjol kanan/kiri,
tidak ada benjolan kanan/kiri dan kolostrum
belum keluar kanan dan kiri
Abdomen
Tidak ada bekas luka SC
Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, bagian fundus
uteri teraba kurang bulat, lunak dan
kurang melenting (kesan bokong)
Leopold II : Teraba keras memanjang dikanan
abdomen ibu (kesan punggung/ puka)
dan teraba bagian terkecil janin di
abdomen kiri (kesan ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat,
keras, melenting (kesan kepala). Bagian
terendah janin dapat digoyangkan
(belum masuk PAP).
Leopold IV : -
McDonald : TFU : 26 cm
TBJ : (26-12) x 155 = 2.170 gram
Auskultasi : DJJ 136 x/menit, kuat dan teratur,
punctum maximum pada bagian
abdomen bawah pusat sebelah kanan.
Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedem kanan/kiri
Bawah : Tidak ada oedem kanan/kiri dan tidak ada
varises kanan/kiri
c. Pemeriksaan penunjang
a. Hb : 11,2 gr/dL
Skor Poedji Rochyati : 2
130

III. INTERVENSI
Tanggal Intervensi Rasional
21-09-2020 Dx :
14.00WIB G2P1001 UK 30 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterine, presentasi
kepala, keadaan jalan lahir normal
dengan keadaan ibu baik.
Masalah :
Tidak ada keluhan
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan kebidanan
diharapkan
a. Kehamilan ibu berjalan dengan
normal.
b. Ibu sehat dan janin mengalami
pertumbuhan sesuai dengan umur
kehamilan.
Kriteria Hasil :
a. TTV dalam batas normal Tekanan
Darah (100/60- 130/90 mmHg)
Nadi (60 - 90 x/menit)
Pernafasan (18 - 24 x/menit)
Suhu (36,5 – 37,5 x/menit)
b. Berat Badan bertambah dalam batas
normal (12,5 – 18 kg)
c. Muka : tidak oedem
d. Mata : Konjungtiva merah muda
(tidak pucat)
e. Abdomen:
Leopold I : TFU sesuai Usia
Kehamilan. Bagian fundus teraba
bulat, lunak dan tidak melenting
(kesan bokong)
Leopold II : Teraba keras
memanjang disebelah kiri atau
kanan (kesan punggung). Teraba
bagian kecil janin ( kesan
ekstremitas) disebelah kanan atau
kiri.
Leopold III : Teraba bulat, keras,
melenting (kesan kepala). Dapat
digerakkan atau tidak
Leopold IV : Divergen atau
Konvergen
f. DJJ dalam batas normal
(120-160 x/menit)
g. Ekstremitas : Tidak oedem
(atas/bawah)
h. LILA dalam batas normal (≥23,5
cm)
i. Hb ≥11 gr%/dL
j. Protein urine : Negatif (-)
k. Reduksi : Negatif (-)
131

Tanggal Intervensi Rasional


Intervensi : Rasional :
1. Informasikan hasil pemeriksaan 1. R/ Dengan menginformasikan
pada ibu bahwa kehamilan ibu hasil pemeriksaan diharapkan
beresiko rendah ibu lebih mengerti tentang
keadaannya saat ini.
2. Ajarkan pada ibu teknik senam 2. R/Senam hamil berfungsi
hamil yang benar mengurangi dan mencegah
timbulnya gejala yang
mengganggu selama masa
kehamilan seperti sakit
pinggang,bengkak kaki dll
3. Anjurkan ibu mengkonsumsi 3. R/ dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi, seperti sayur makanan yang bergizi dapat
hijau yang mengandung banyak zat membantu menjaga kebutuhan
besi, makanan yang mengandung nutrisi ibu selama kehamilan
protein, seperti telur, tahu, tempe, sehingga dapat membantu
dan yang mengandung vitamin C proses pertumbuhan janin
secara maksimal
4. Anjurkan ibu secara rutin 4. R/Dengan mengonsumsi tablet
mengonsumsi tablet Fe setiap hari Fe secara rutin maka
pada waktu sebelum tidur malam kebutuhan zat besi akan
terpenuhi dan anemia teratasi.
5. Bemberitahu ibu tentang Tanda 5. R/Dengan mengetahui tanda
bahaya kehamilan TM III bahaya kehamilan TM III
dapat mendeteksi dini
komplikasi kehamilan dan ibu
segera memeriksakan diri jika
terjadi salah satu tanda.
6. Memberitahu ibu untuk sering 6. R/Dengan ANC rutin maka
memeriksakan kandungannya akan terdeteksi adanya
terutama apabila ada keluhan masalah atau komplikasi.

IV. IMPLEMENTASI
Tanggal Implementasi
22-09-2020 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu
serta keadaan janin baik.

14.00 WIB 2. Mengajari ibu teknik senam hamil yang benar, karena senam hamil
berguna untuk melatih otot-otot tertentu yang dapat membantu proses
melahirkan normal, seperti otot perut, otot panggul dan otot paha.

14.10 WIB 3. Menganjurkan ibu makan makanan bergizi. Karena makanan bergizi
untuk ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin. Seperti sayur mayur khususnya yang berwarna
hijau karena banyak mengandung zat besi, kemudian makanan yang
banyak mengandung protein seperti protein hewani contohnya telur
dan protein nabati contohnya tempe dan tahu. Kemudian asupan
vitamin bisa di dapat pada buah, dianjurkan untuk mengonsusmsi buah
yang mengandung vitamin C karena bisa membantu penyerapan dari
Fe. Dan ditunjang dengan minum susu ibu hamil dan makanan
tambahan.
132

14.30 WIB 4. Menganjurkan ibu untuk rutin mengonsumsi tablet tambah darah
setiap malam sebelum tidur satu tablet, tidak boleh diminum dengan
kopi, teh atau susu lebih baik dengan air putih atau perasan jeruk.

14.35 WIB 5. Memberikan KIE tentang Tanda bahaya kehamilan TM III yaitu
perdarahan, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di
wajah, keluar air ketuban sebelum waktunya, bayi dalam kandungan
gerakan berkurang / tidak bergerak, nyeri perut yang hebat.

14.38 WIB 6. Memberitahu ibu untuk selalu memeriksakan kehamilannya setiap


terdapat masalah

14.45 WIB 7. Membuat janji dengan ibu untuk jadwal kunjungan ulang atau
sewaktu-waktu ada keluhan segera memeriksakan ke bidan.

V. EVALUASI
Tanggal Evaluasi
22-09-2020 S : Ibu mengatakan telah mengetahui kondisi kehamilannya dan
14.50 WIB mengerti penjelasan yang diberikan bidan

O : Ibu dapat mengulang kembali penjelasan tentang makan bergizi,


dan tanda bahaya kehamilan pada TM III. Ibu mau melakukan
senam hamil dan ibu menyetujui jadwal kunjungan ulang.

A : G2P1001 usia kehamilan 30 minggu, janin tunggal,hidup,


intrauterine, presentasi kepala, dengan keadaan fisiolgis dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal

P :
14.55 WIB 1. Mengingatkan ibu untuk melaksanakan KIE yang telah
diberikan.
15.00 WIB 2. Mengingatkan ibu untuk melakukan senam hamil yang sudah
diajarkan.
3. Mengingatkan ibu untuk banyak mengkonsumsi makanan
yang bergizi
4. Mengingatkan ibu untuk selalu rutin mengkonsumsi tablet Fe
5. Meminta ibu untuk mengulangi apa saja tanda tanda bahaya
kehamilan TM III.
6. Memotivasi ibu untuk kembali kontrol atau sewaktu waktu
ada keluhan.
Kunjungan ANC 2
Tempat : PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb Tanggal : 28-09-2020
Pukul 12.30 WIB
Subyektif Obyektif Analisis Data
Ibu mengatakan tidak Pemeriksaan umum G2P1001 UK 31 minggu 1. 12.30 W
ada keluhan dan ingin TD : 110/80 mmHg janin tunggal, hidup, Menjel
memeriksakan Nadi : 84x/menit intrauteri, presentai bahwa
kehamilannya Nafas : 20 x/menit kepala, keadaan jalan keadaa
Suhu : 36,8 ˚C lahir normal dengan E/Ibu m
133

Subyektif Obyektif Analisis Data


BB Sekarang : 64 kg keadaan umum ibu baik. dan ma
BB Sebelumnya : 62 kg 2. 12.45 W
LILA Sekarang : 28 cm Memb
LILA Sebelumnya : 28 cm mengo
Pemeriksaan Fisik banyak
Muka : tidak pucat, tidak terdapat edema E/ Ibu
Mata : konjungtiva merah muda (ka/ki), 3. 12.50 W
sklera putih keabu”an (ka/ki). Mengi
Mulut : bibir lembab, tidak ada sariawan, minum
dan tidak ada caries gigi keham
Dada : kolostrum sudah keluar E/ Ibu
Abdomen 4. 12.54 W
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan px, Memb
teraba bulat, lunak dan tidak cukup
melenting (kesan bokong). E/Ibu t
Leopold II : Teraba keras memanjang dikanan 5. 13.05 W
abdomen ibu (kesan punggung/ Menge
puka) dan teraba bagian kecil janin dan m
diabdomen sebelah kiri (kesan melaks
ekstremitas) E/ Ibu
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting 6. 13.10 W
(kesan kepala) dan dapat digerakan Menga
(bagian terendah belum masuk PAP) kemba
Leopold IV : - ada ke
TFU : (MC Donald) : 29 cm
TBJ : (29–12) x 155 : 2.635 gram
Auskultasi : DJJ : 140 x/menit, kuat dan teratur
Ekstermitas
Atas : Tidak ada oedema kanan/kiri
Bawah : Tidak ada oedema kanan/kiri dan
tidak ada varises kanan/kiri
Pemeriksaan penunjang :
Hb : 11,5
Protein urine : negatif
Glukosa : negatif
Skor Poedji Rochyati :2
134

Kunjungan ANC 3
Tempat : Rumah Ny. “Y” Tanggal : 15 -10-2020 Pukul
10.00 WIB
Subyektif Obyektif Analisis Data
Ibu mengatakan tidak Pemeriksaan umum G2P1001 UK 33 minggu 1. 10.00
ada keluhan TD : 110/80 mmHg janin tunggal, hidup, Menjel
Nadi : 84x/menit intrauteri, presentai bahwa
Nafas : 20 x/menit kepala, keadaan jalan keadaa
Suhu : 36,8 ˚C lahir normal dengan E/Ibu m
BB Sekarang : 65 kg keadaan umum ibu baik. 2. Meng
BB Sebelumnya : 64 kg puting
LILA Sekarang : 28 cm E/ Ibu
Pemeriksaan Fisik 3. Meng
Muka : tidak pucat, tidak terdapat edema E/ Ibu
Mata : konjungtiva merah muda (ka/ki), 4. Memb
sklera putih keabu”an (ka/ki). meng
Mulut : bibir lembab, tidak ada sariawan, banya
dan tidak ada caries gigi dagin
Dada : kolostrum sudah keluar E/ Ibu
Abdomen 5. Meng
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan px, minum
teraba bulat, lunak dan tidak keham
melenting (kesan bokong). E/ Ibu
Leopold II : Teraba keras memanjang dikanan 6. Memb
abdomen ibu (kesan punggung/ E/Ibu t
puka) dan teraba bagian kecil janin 7. Mengev
diabdomen sebelah kiri (kesan dan m
ekstremitas) melaks
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting E/ Ibu
(kesan kepala) dan dapat digerakan 8. Mengan
(bagian terendah belum masuk PAP) kembal
Leopold IV : - keluhan
TFU : (MC Donald) : 30 cm
TBJ : (30–12) x 155 : 2.790 gram
Auskultasi : DJJ : 140 x/menit, kuat dan teratur
Ekstermitas
Atas : Tidak ada oedema kanan/kiri
Bawah : Tidak ada oedema kanan/kiri dan
tidak ada varises kanan/kiri
Pemeriksaan penunjang :
Skor Poedji Rochyati :2
135

Kunjungan ANC 4
Tempat : Rumah Ny. “Y” Tanggal : 24-10-2020 Pukul 11.00
WIB
Subyektif Obyektif Analisis Data
Ibu mengatakan tidak Pemeriksaan umum G2P1001 UK 35 minggu 1. 11.00
ada keluhan TD : 110/80 mmHg janin tunggal, hidup, Menjel
Nadi : 84x/menit intrauteri, presentasi bahwa
Nafas : 20 x/menit kepala, keadaan jalan keadaa
Suhu : 36,8 ˚C lahir normal dengan E/Ibu m
BB Sekarang : 65 kg keadaan umum ibu baik. 2. Membe
BB Sebelumnya : 64 kg mengon
LILA Sekarang : 28 cm banyak
LILA Sebelumnya : 28 cm E/ Ibu
Pemeriksaan Fisik 3. Mengin
Muka : tidak pucat, tidak terdapat edema tablet ta
Mata : konjungtiva merah muda (ka/ki), E/ Ibu
sklera putih keabu”an (ka/ki). 4. Membe
Mulut : bibir lembab, tidak ada sariawan, E/Ibu t
dan tidak ada caries gigi 5. Mengev
Dada : kolostrum sudah keluar senam h
Abdomen E/ Ibu
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan px, 6. Mengev
teraba bulat, lunak dan tidak dan m
melenting (kesan bokong). melaks
Leopold II : Teraba keras memanjang dikanan E/ Ibu
abdomen ibu (kesan 7. Mengan
punggung/puka) dan teraba bagian kembal
kecil janin diabdomen sebelah kiri keluhan
(kesan ekstremitas)
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting
(kesan kepala) dan tidak dapat
digerakan (bagian terendah sudah
masuk PAP)
Leopold IV : Sebagian kecil kepala sudah masuk
PAP (Konvergen), penurunan 4/5
TFU : (MC Donald) : 32 cm
TBJ : (32–11) x 155 : 3.255 gram
Auskultasi : DJJ : 143 x/menit, kuat dan teratur
Ekstermitas
Atas : Tidak ada oedema kanan/kiri
Bawah : Tidak ada oedema kanan/kiri dan
tidak ada varises kanan/kiri
Pemeriksaan penunjang :
Skor Poedji Rochyati :2
136

Kunjungan ANC 5
Tempat : Rumah Ny. “Y” Tanggal : 06-11-2020 Pukul 16.00
WIB
Subyektif Obyektif Analisis Data
Ibu mengatakan tidak Pemeriksaan umum G2P1001 UK 37 minggu 1. 16.0
ada keluhan TD : 140/100 mmHg janin tunggal, hidup, Men
Nadi : 84x/menit intrauteri, presentai bah
Nafas : 20 x/menit kepala, keadaan jalan kead
Suhu : 36,8 ˚C lahir normal dengan E/Ib
BB Sekarang : 67 kg hipertensi dan bengkak ini.
BB Sebelumnya : 65 kg pada kaki. 2. Mem
LILA Sekarang : 28 cm men
LILA Sebelumnya : 28 cm men
Pemeriksaan Fisik E/
Muka : tidak pucat, tidak terdapat edema berg
Mata : konjungtiva merah muda (ka/ki), 3. Mem
sklera putih keabu”an (ka/ki). dara
Mulut : bibir lembab, tidak ada sariawan, men
dan tidak ada caries gigi gara
Dada : kolostrum sudah keluar E/ I
Abdomen 4. Men
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan px, akti
teraba bulat, lunak dan tidak posi
melenting (kesan bokong). men
Leopold II : Teraba keras memanjang dikanan E/ i
abdomen ibu (kesan 5. Men
punggung/puka) dan teraba bagian min
kecil janin diabdomen sebelah kiri keh
(kesan ekstremitas) E/ I
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting 6. Mem
137

Subyektif Obyektif Analisis Data


(kesan kepala) dan tidak dapat cuk
digerakan (bagian terendah sudah E/Ib
masuk PAP) dibe
Leopold IV : Sebagian kecil kepala sudah masuk 7. Men
PAP (Konvergen), mel
TFU : (MC Donald) : 32 cm E/ I
TBJ : (32–11) x 155 : 3255 gram 8. Men
Auskultasi : DJJ : 143 x/menit, kuat dan teratur dan
Ekstermitas mel
Atas : Tidak ada oedema kanan/kiri E/
Bawah : oedema kanan/kiri dan tidak ada dije
varises kanan/kiri 9. Men
Pemeriksaan penunjang : keh
Skor Poedji Rochyati : 6 (di dapatkan dari skor setia
awal kehamilan dan skor 4
dari kaki bengkak dan
tekanan darah tinggi)
138

6.1.2 Kunjungan Persalinan

Tanggal Kunjungan : Jum’at 27 November 2020

Pukul : 16.30 WIB

Tempat : PMB Heni Haryani,S.Tr.Keb

Pukul 16.30 WIB waktu kunjungan ke PMB Heni

Haryani,S.Tr.Keb ibu mengatakan ini adalah kehamilan kedua usia

kehamilan 40 minggu ibu mengeluh mulas-mulas dan keluar lendir

bercampur darah lalu dilakukan pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan di dapat dari rekam

medis pada tanggal Jum’at 27 November 2020 pukul 16.45 WIB :

Keadaan ibu : Baik

TD :160/100 mmHg

S : 36,7 0C

RR : 24 x/menit

Palpasi Abdomen :

Leopold I : tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah px, teraba

lunak bulat tidak melenting (kesan bokong)

Leopold II : Bagian kanan teraba keras, datar memanjang seperti

papan (kesan punggung) bagian kiri teraba bagian

terkecil janin (kesan ekstermitas)

Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat keras melenting

sudah masuk PAP

Leopold IV : sudah masuk 3/5 bagian


139

Mc Donald : 33 cm

TBJ : (33 - 11) x 155 = 3.410gram

DJJ : 144 x/menit punctum maksimum berada di bawah

pusat kanan

VT : porsio lunak, pengeluaran lendir, pembukaan 3 cm,

ketuban cukup (keruh), eff : 35%, molase 2, Hodge

2, denominator ubun-ubun kecil kiri depan, tali pusat

tidak menumbung.

Pemeriksaan penunjang

Protein Urine : (+)

Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian ibu disarankan untuk

segera dirujuk untuk tindakan lanjutan. Setelah mendapat

persetujuan pihak suami dan keluarga ibu segera dirujuk ke RS

MITRA HUSADA. Pada jam 18.00 ibu datang di RS MITRA

HUSADA dilakukan pemeriksaan di ruang VK didapatkan hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan di dapat dari rekam medis pada

tanggal 27 November 2020 pukul 18.20 WIB :

Keadaan ibu : Baik

TD :160/100 mmHg

S : 36,7 0C

RR : 24 x/menit

Palpasi Abdomen :
140

Leopold I : tinggi fundus uteri teraba 1 jari bawah px, teraba

lunak bulat tidak melenting (kesan bokong)

Leopold II : Bagian kanan teraba keras, datar memanjang seperti

papan (kesan punggung) bagian kiri teraba bagian terkecil janin

(kesan ekstermitas)

Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat keras melenting

sudah masuk PAP

Leopold IV : sudah masuk 3/5 bagian

Mc Donald : 33 cm

TBJ : (33 - 11) x 155 =3.410 gram

DJJ : 145 x/menit punctum maksimum berada di bawah pu

sat kanan

VT : porsio lunak, pengeluaran lendir, pembukaan 4 cm,

ketuban cukup (keruh), eff : 25%, molase 2, Hodge 2, denominator

ubun-ubun kecil kiri depan, tali pusat tidak menumbung.

Selama ibu berada di ruang VK dilakukanlah observasi tanda –

tanda persalinan oleh bidan jaga dan ibu telah diberikan obat

perangsang per oral yang telah direkomendasikan oleh dokter

untuk mempercepat kontraksi dan pembukaan, sambil menunggu

reaksi dari obat maka bidan melakukan observasi dan melakukan

pemeriksaan dalam dan hasilnya ada pembukaan bertambah yaitu 1

cm tetapi belum ada penipisan. Drip pun dilanjutkan dan bidan

melakukan pemeriksaan dalam setelah 4 jam dan hasilnya tidak ada


141

kemajuan persalinan sehingga dokter menyarankan ibu untuk

melakukan persalinan dengan Setio Saesaria untuk `mencegah

terjadinya keracunan pada janin. Dari ibu maupun keluarga

menyetujui tindakan SC yang akan dilakukan pada tanggal 27

November 2020.

Pada tanggal 27 November 2020 setelah ibu berpuasa ibu

masuk ruang operasi dan jam 22.20 WIB bayi lahir dengan jenis

kelamin laki-lai menangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan,

ketuban keruh hanya sedikit, dengan berat badan 3500 gram,

panjang badan 50 cm, lingkar kepala 32 cm Dan lingkar dada 30

cm Nadi 140×/menit, pernapasan 48×/menit, suhu 37,3°C, anus

(+) dan tidak ada kelainan.

Berdasarkan data rekam medis RS MITRA HUSADA hasil

pemeriksaan pada Ny. “Y” P2002 setelah 6 jam post SC adalah

sebagai berikut : ditemukan nyeri pada bekas luka SC.

Pemeriksaan umum : KU baik, TD 120/80 mmHg, Nadi 81x/menit,

Suhu 36,70C, RR 20 x/menit. Pemeriksaan fisik : Abdomen : TFU

2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, uterus teraba keras, kandung

kemih kosong, terdapat bekas luka SC tertutup kasa. Genetalia :

terdapat pengeluaran lochea rubra, perdarahan + 100cc, terpasang

kateter. Ibu diberikan terapin obat Amoxillin 3x500 mg, Asam

femenamat 3x500 mg, vitamin C 3x100 mg.


142

6.1.3 Kunjungan Nifas I

Tempat Pengkajian : Sabtu , 28 November 2020


Pukul : 20.30 WIB
Tempat : RS MITRA HUSADA
Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanakan
Ibu 1. Pemeriksaan Umum P2002 post 1. Memberitahu bahwa ibu dalam kondisi baik dan
mengataka 1) Kesadaran : Composmetis SC hari ke 1 nifas berjalan secara fisiologis
n agak 2) TD : 120/80 mmHg dengan nyeri E/ ibu mengerti dan mengetahui kondisinya
nyeri pada 3) Nadi : 81×/ menit jahitan SC. 2. Memberikan KIE pada ibu tentang mobilisasi
4) Suhu : 36,8°C dini
jahitan SC
5) RR : 18×/ menit E/ ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran
di perutnya 2. Pemeriksaan Fisik 3. Memberi KIE pada ibu tentang nutrisi pada ibu
1) Muka : tidak odema nifas dan tidak perlu tarak makan,
2) Mata : sklera putih ka/ki, conjungtiva merah muda ka/ki E/ ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran.
3) Bibir : tidak pucat, lembab dan bersih. 4. Memberitahu ibu tentang cara personal hygiene
4) Dada : payudara simetris ka/ki karena luka jahitan sudah dibalut dengan kasa
Hiperpigmentasi : ada, kanan dan kiri. anti air, ibu mengerti.
Papilla mammae : kurang menonjol kanan dan kiri 5. Memberitahu ibu cara mengatasi nyeri luka
Benjolan/ tumor : tidak ada kanan dan kiri jahitan dengan mengajarkan relaksasi
Keluaran : kolostrom ada kanan dan kiri E/ ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran
Kebersihan : bersih kanan dan kiri 6. Menyepakati jadwal kunjungan ulang pada
5) Abdomen : terdapat luka jahitan bekas SC tertutup kasa tanggal, 03 Desember 2020 atau sewaktu –waktu
anti air, TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, bila ada keluhan.
kandung kemih kosong
6) Anogenetalia : Lochea rubra, tidak odema, bersih.
7) Ekstermitas
Atas : tidak odema kanan dan kiri
Bawah : tidak odema ka/ki, tiak varises ka/ki.
143

KUNJUNGAN NIFAS II

Tanggal Pengkajian : Kamis, 03 Desember 2020


Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. “Y”
Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan
- Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan umum P2002 post SC 1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil
keluaran ASI 1) K/U : Baik hari ke 6 dengan dri pemeriksaan bahwasannya darah
hanya sedikit. 2) Kesadaran : Composmetis nyeri luka nifas ibu itu dalam batas.
- Ibu mengatakan 3) TD : 110/80 mmHg jahitan. E/ ibu mengerti
sepulang dari 4) Nadi : 82×/ menit 2. Menganjurkan ibu untuk tetap
RS banyinya 5) Suhu : 36,8°C melatih bayinya untuk menetek agar
masih belum 6) RR : 22×/ menit ASI bisa terproduksi lebih banyak.
mau minum 7) Berat badan sekarang : 62kg E/ ibu mengerti dan mau melakukan.
ASI langsung 2. Pemeriksaan Fisik 3. Mengajarkan ibu cara melakukan
dari ibu karena 1) Muka : tidak odema perawatan payudara dengan benar
puting susu 2) Mata : skera putih ka/ki, conjungtiva merah muda ka/ki agar melancarkan pengeluaran ASI
tidak begitu 3) Bibir : tidak pucat, lembab dan bersih. dan rutin melakukan sebelum atau
menonjol 4) Dada : payudara simetris ka/ki, sesudah mandi
- Ibu juga Hiperpigmentasi : ada, kanan dan kiri. E/ ibu mengerti dan bisa mengulangi
mengatakan Papilla mammae : kurang menonjol kanan dan kiri kembali gerakan dari perawatan
nyeri jahitan Benjolan/ tumor : tidak ada kanan dan kiri dan terdapat payudara.
masih terasa bendungan ASI ka/ki 4. Menganjurkan ibu untuk tidak tarak
tetapi sudah Keluaran : ASI ada kanan dan kiri makan agar pemulihan luka jahitan
sangat Kebersihan : bersih kanan dan kiri operasi segera pulih.
berkurang. 5) Abdomen : terdapat luka jahitan bekas SC tertutup kasa anti air, E/ ibu mengerti.
TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong
6) Anogenetalia : Lochea rubra, tidak odema, bersih.
7) Ekstermitas
Atas : tidak odema kanan dan kiri
Bawah : tidak odema ka/ki, tiak varises ka/ki.
Pemeriksaan Penunjang :
144

Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan


HB : 12, 8 gr/ dl
Kunjunagan Nifas III

Tanggal pengkajian : Sabtu,12 Desember 2020


Pukul : 09.30 WIB
Tempat : Rumah Ny.”Y”
Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan
- Ibu 1. Pemeriksaan Fisik P2002 post SC 1. Menjelaskan pada ibu hasil dari
mengatakan 1) K/U : Baik hari ke 15 pemeriksaan yang telah dilakukan
kalau 2) Kesadaran : Composmetis dengan gatal- bahwa keadaan ibu baik
jahitannya 3) TD : 110/80 mmHg gatal pada luka E/ ibu mengerti dan mengetahui
terasa agak 4) Nadi : 80×/ menit kondisinya
SC
gatal. 5) Suhu : 37,0°C 2. Menjelaskan pada ibu tentang rasa
- Ibu 6) RR : 22×/ menit gatal pada lukanya itu adalah
mengatakan 7) Berat badan sekarang : 62kg tumbuhnya jaringan baru yang akan
ASI sudah 2. Pemeriksaan Fisik menutup dan tandanya jahitan ibu
mulai keluar 1) Muka : tidak odema bagus dan tidak ada tanda infeksi
dan lebih 2) Mata : skera putih ka/ki, conjungtiva merah muda ka/ki E/ ibu mengerti.
banyak dari 3) Bibir : tidak pucat, lembab dan bersih. 3. Menganjurkan ibu untuk tetap
minggu 4) Dada : payudara simetris ka/ki memberikan ASI pada bayinya setiap
kemarin. Hiperpigmentasi : ada, kanan dan kiri. 2 jam sekali atau sesering mungkin
Papilla mammae : kurang menonjol kanan dan kiri E/ ibu mengerti dan mau melakukan
Benjolan/ tumor : tidak ada kanan dan kiri dan terdapat bendungan
ASI ka/ki
Keluaran : ASI ada kanan dan kiri
Kebersihan : bersih kanan dan kiri
5) Abdomen : terdapat luka jahitan bekas SC tertutup kasa anti air,
TFU 2 jari diatas simpisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong
6) Anogenetalia : tidak odema, bersih. Lochea serosa
7) Ekstermitas
Atas : tidak odema kanan dan kiri
Bawah : tidak odema ka/ki, tiak varises ka/ki.
145

Kunjunagan Nifas IV

Tanggal pengkajian : Sabtu, 26 Desember 2020


Pukul : 14.30 WIB
Tempat : Rumah Ny.”Y”
Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan
- Ibu 3. Pemeriksaan Fisik P2002 post SC 1. Menjelaskan pada ibu hasil dari
mengatakan 8) K/U : Baik hari ke 29. pemeriksaan yang telah dilakukan
tidak ada 9) Kesadaran : Composmetis bahwa keadaan ibu baik
keluhan 10) TD : 110/80 mmHg E/ ibu mengerti dan mengetahui
11) Nadi : 80×/ menit kondisinya
12) Suhu : 37,0°C
13) RR : 22×/ menit 2. Menganjurkan ibu untuk tetap
14) Berat badan sekarang : 60kg memberikan ASI pada bayinya
4. Pemeriksaan Fisik setiap 2 jam sekali atau sesering
8) Muka : tidak odema mungkin
9) Mata : skera putih ka/ki, conjungtiva merah muda ka/ki E/ ibu mengerti dan mau melakukan
10) Bibir : tidak pucat, lembab dan bersih.
11) Dada : payudara simetris ka/ki 3. Menganjurkan ibu untuk segera
Hiperpigmentasi : ada, kanan dan kiri. menentukan pilhan kontrasepsi
Papilla mammae : kurang menonjol kanan dan kiri E/ Ibu mengerti dan bersedia
Benjolan/ tumor : tidak ada kanan dan kiri dan terdapat bendungan
ASI ka/ki
Keluaran : ASI ada kanan dan kiri
Kebersihan : bersih kanan dan kiri
12) Abdomen : terdapat luka jahitan bekas SC, TFU teraba setinggi
simpisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong
13) Anogenetalia : tidak odema, bersih. Lochea alba
14) Ekstermitas
Atas : tidak odema kanan dan kiri
Bawah : tidak odema ka/ki, tiak varises ka/ki.
146

4.1.4 Kunjungan Neonatus

Tempat Pengkajian : Sabtu , 28 November 2020


Pukul : 20.30 WIB
Tempat : RS MITRA HUSADA
KUNJUNGAN NEONATUS I
Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan
ibu mengatakan bayi Pemeriksaan antropometri dari data rekam Neonatus aterm 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa tidak
sudah mulai medik RS MITRA HUSADA, 28 usia 1 hari ada kelainan pada bayi, keadaan umum bayi baik dan
menyusu dan tidak dengan keadaan sehat
November 2020 diperoleh :
ada masalah. baik E/ ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
Panjang badan: 50 cm
2. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk menjaga
Berat badan : 3500 gram
kehangatan bayi dengan memakaikan bayi baju, topi,
Lingkar dada : 30 cm
sarung tangan dan kaki, dan di bedong
Lingkar lengan : 11 cm
E/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan
Ukuran belakang kepala
3. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk cara perawatan
SOB (Suboksipito bregmatika) : 33 cm
bayi sehari-hari seperti membiarkan tali pusat tetap
FO (Fronto oksipito) : 31 cm
kering dan d bungkus kasa steril serta menganjurkan
MO (Mento Oksipito) : 32 cm
mengganti popok bayi bila basah segera ganti dengan
Pemeriksaan Umum popok yang kering dan bersih
Keadaan umum : baik E/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan
Denyut nadi : 136 x/menit 4. Memberikan konseling ibu tentang tanda bahaya bayi
Pernafasan : 48 x/menit baru lahir, seperti macam-macam tanda bahaya BBL,
Suhu : 36 , 7 ℃ terjadi infeksi tali pusat, warna kulit bayi kuning, suhu
Pemeriksaan Fisik tubuh < 36 C, atau > 38 C
Kepala : kulit kepala bersih, caput E/ ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
suksedaneum tidak oedema, tidak ada chepal tentang bahaya bayi baru lahir
hematoma 5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
Mata : simetris ka/ki, tidak odema ka/ki, atau tiap bayi menangis dan memotivasi ibu dan keluarg
conjungtiva merah muda ka/ki, sclera putih a untuk memberikan ASI eksklesif 6 bulan tanpa makan
an tambahan.
147

Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan


ka/ki E/ ibu bersedia menyusui bayinya
Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip, 6. Memberikan konseling tentang cara menyusui yang
tidak ada pernapasan cuping hidung benar, yaitu badan bayi seluruhnya menghadap ke badan
Telinga : simetris ka/ki, tidak ada serumen ibu, posisi tubuh ibu dan bayi sama tinggi
E/ ibu mengerti dan dapat mengulangi cara menyusui
ka/ki, terdapat tulang kartilago ka/ki
yang benar
Mulut : simetris, bibir lembab, berwarna 7. Membuat kesepakatan kepada ibu untuk jadwal
merah muda, tidak terdapat bibir sumbing kunjungan 1 minggu atau jika sewaktu-waktu ada
labioskisis, palatoskisis ataupun labia keluhan yang dirasakan bayinya
palatoskisis E/ ibu mengerti jika harus melakukan kunjungan ulang
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar jika waktunya atau bila ada keluhan
thyroid, vena jugularis atau kelenjar limfe.
Dada : simetris, terdapat dua puting susu,
tidak ada retraksi dada, tidak ada ronki dan
weshing
Perut : simetris, tidak ada pembesaran hepar,
tidak ada pembesaran ginjal.
Punggung : tidak ada spinabifida, tidak ada
scoliosis, lordosis, dan kifosis.
Anogenetalia : terdapat lubang uretra,
skrotum sudah turun, testis berjumlah 2 buah,
anus berlubang
Ekstremitas atas dan bawah : normal, gerak
aktif, jumlah jari kaki dan jari tangan lengkap
10.
Pemeriksaan reflek
Refleks rooting : positif
Refleks sucking : positif
Refleks morro : positif
Refleks tonic neck: positif
Refleks babinski : positif
148

KUNJUNGAN NEONATUS : II

Tanggal : Kamis, 03 Desember 2020


Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. “Y”

Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan


Ibu mengatakan Pemeriksaan Umum Neonatus aterm 1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya
menyusui 1. KU : baik usia 6 hari dalam batas normal, ibu mengatakan senang dengan
bayinya setiap 2 2. BB : 3400 gram dengan keadaan keadaan bayinya
jam sekali, dan 3. BB sebelumnya : 3500 gram baik 2. Mengingatkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
4. PB : 50 cm bayi yang baik, dengan memberikan bayi minum ASI
tidak ada
5. HR : 140 x/menit tiap 2-3 jam sekali dan membangunkan bayi apabila
masalah. sudah waktunya minum,ibu mengerti tentang
6. S : 36,6°C
7. RR : 40 x/menit penjelasan yang diberikan dan akan melakukan yang
8. Mata : tidak cekung, sclera putih ka/ki, tidak dianjurkan
bernanah 3. Mengevaluasi ibu tentang imunisasi BCG dan Polio 1,
9. Mulut : tidak ada celah bibir/langit-langit bayi belum di imunisasi BCG dan polio 1
(sumbing), tidak ada bercak putih dimulut 4. Membuat kesepakatan mengantar ibu dan bayi untuk
10. Kulit : tidak ikterus, turgor kulit baik, tidak jadwal imunisasi BCG dan polio 1 pada kunjungan ke-
ada pustul 3 ,ibu mengerti jika harus melakukan imunisasi
11. Tali pusat : kering, belum lepas dan tidak
terdapat tanda-tanda infeksi
12. Ekstremitas : gerak aktifBayi tidak merintih
149

KUNJUNGAN NEONATUS : III

Tanggal : Sabtu,12 Desember 2020


Pukul : 09.30 WIB
Tempat : Rumah Ny. “Y”

Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan


Ibu mengatakan Pemeriksaan Umum Neonatus aterm 1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya
menyusui 1. KU : baik usia 15 hari dalam batas normal
bayinya setiap 2 2. BB : 3700 gram dengan keadaan E/ ibu mengatakan senang dengan keadaan bayinya
jam sekali, dan 3. BB sebelumnya : 3500 gram baik
4. PB : 51 cm 2. Mengingatkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tidak ada
5. HR : 140 x/menit bayi yang baik, dengan memberikan bayi minum ASI
masalah. tiap 2-3 jam sekali dan membangunkan bayi apabila
6. S : 36,6°C
7. RR : 40 x/menit sudah waktunya minum.
8. Mata : tidak cekung, sclera putih ka/ki, tidak E/ ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan
bernanah akan melakukan yang dianjurkan
9. Mulut : tidak ada celah bibir/langit-langit
(sumbing), tidak ada bercak putih dimulut 3. Menyepakati jadwal kunjungan ulang tanggal 4/01/202
10. Kulit : tidak ikterus, turgor kulit baik, tidak 0
ada pustul E/ ibu bersedia
11. Tali pusat : sudah lepas pada usia 7 hari
12. Ekstremitas : gerak aktif
Bayi tidak merintih
150

KUNJUNGAN NEONATUS IV

Rabu : Sabtu, 26 Desember 2020


Pukul : 14.30 WIB
Tempat : rumah Ny. “Y”
Subyektif Obyektif Analisa Data Penatalaksanaan
Ibu mengatakan Pemeriksaan Umum Neonatus aterm 1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
menyusui bayinya 1. KU : baik usia 32 hari bayinya dalam batas normal
setiap 2 jam 2. BB :3700 gram dengan keadaan E/ ibu mengatakan senang dengan keadaan
sekali, dan tidak 3. BB sebelumnya : 3500 gram baik bayinya
4. PB : 51 cm 2. Mengingatkan ibu untuk memenuhi
ada masalah
5. HR : 140 x/menit kebutuhan nutrisi bayi yang baik, dengan
6. S : 36,6°C memberikan bayi minum ASI tiap 2-3 jam
Ibu mengatakan 7. RR : 40 x/menit sekali dan membangunkan bayi apabila sudah
bayinya akan di 8. Mata : tidak cekung, sclera putih ka/ki, tidak bernanah waktunya minum
imunisasi BCG 9. Mulut : tidak ada celah bibir/langit-langit (sumbing), E/ ibu mengerti tentang penjelasan yang
dan Polio 1 pada tidak ada bercak putih dimulut diberikan dan akan melakukan yang
tanggal 10/01/202 10. Kulit : tidak ikhterus, turgor kulit baik, tidak ada pustul dianjurkan
0 nanti pada saat 11. Tali pusat : sudah lepas sejak 7 hari lalu
posyandu
151

4.1.5 Asuhan KebidananKeluarga Berencana

Kunjungan KB ke I
Tempat : Rumah Ny “Y”
Tanggal : 8 Januari 2020
Pukul : 10.00 WIB

Subyektif Obyektif Analisa data Penatalaksanaan


Ibu mengatakan Keadaan umum: baik P2002 post p 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik,ibu mengerti
ingin Kesadaran : composmentis artumhari ke dengan keadaannya
menggunakanalat TD : 110/80 mmHg 42 calon 2. Memberikan KIE tentang KB yang sesuai dengan keadaan ibu yaitu bagi ibu
kontrasepsi Suhu : 37°C akseptor KB menyusui:
Nadi : 80 x/menit 1) Implan
suntik 3
RR : 22 x/menit Adalah kontrasepsi yang ditanam dibawah kulit terdiri dari 1,2 atau 6 kapsul
BB : 60 kg
bulan yang didalamnya terdapat hormon dengan jangka waktu penggunaan 3 tahun
untuk 1 dan 2 kapsul sedangkan 5 tahun untuk yang 6 kapsul. Kb ini cocok
dan aman untuk ibu yang sedang menyusui. Efek samping yang timbul
seperti sakit kepala dan mual-mual
2) Suntik KB 3 Bulanan
Adalah kontrasepsi dengan cara menyuntikan obat yang berisi hormon
progesteron secara teratur tiap 12 minggu KB ini aman dan cocok untuk ibu
menyusui karena tidak mempengaruhi produksi ASI. KB ini bisa berhenti
kapan saja dan kesuburan kembal setelah 4 bulan. Efek samping yang yang
bisa timbul yaitu gangguan haid, bercak ataupun tidak haid sama sekali
3) IUD (AKDR)
Adalah kontrasepsi yang dimasukan dalam rahim berbentuk seperti T
terbuat dari plastik dan tembaga cara kerjanyan untuk menghalangi sperma
masuk dan bertemu dengan se telur. KB ini tidak memengaruhi produksi
ASI. Pemasangan dapat dilakukan segera setelah melahirkan 48 jam atau
setelah masa nifas (4-6 minggu). AKDR ini dapat digunakan selama 10
tahun. Efek samping yang dapat muncul yaitu masa haid lebih lama dan
banyak, serta rasa yang kurang nyaman setelah pemasangan.
4) MAL (Metode Amenorhea)
Adalah metode KB dengan cara menyusui eksklusif bayi selama 6 bulan
152

Subyektif Obyektif Analisa data Penatalaksanaan


tanpa menambah makanan pendamping lain, serta jarak pemberian ASI
siang hari tidak lebih dari 4 jam dan malam 8 jam.
E/ Ibu mengerti KIE yang diberikan
3. Mengevaluasi keinginan KB ibu
E/ ibu memilih KB Suntik

Kunjungan KB ke II
Tempat : PMB Heni Haryani,S.Tr.Keb
Tanggal : 15 Januari 2020
Pukul : 10.20 WIB

Subyektif Obyektif Analisa data Penatalaksanaan


Ibu mengatakan Keadaan umum : baik P2002 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
sudah memilih Kesadaran : composmentis akseptor KB E/ ibu mengerti dengan keadaannya
KB yaitu KB TD : 120/80 mmHg suntik 3 2. Mengevaluasi apakah ada keluhan selama penyuntikan KB suntik
suntik 3 bulan Suhu : 36, 7°C bulan berlangsung
E/ Ibu mengatakan tidak ada
mulai tanggal 15 Nadi : 81 x/menit
3. Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke bidan jika ada keluhan
Januari 2020 RR : 20 x/menit E/ ibu mengerti
BB : 60 kg
153

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil Asuhan Kebidanan pada Ny “Y” usia 33 tahun

G2P1001dengan nilai KSPR 10 berasal dari skor awal 2 dan skor 8 berasal dari

Pre-eklamsia. Yang dilaksanakan sejak bulan September 2019 sampai dengan

Januari 2021. Dimulai sejak kehamilan Ny. ”Y” berusia 30 minggu, bersalin,

nifas, neonatus sampai dengan KB di Desa Bojong Renged Kecamatan teluknaga

Kabupaten Tangerang di dapat hasil sebagai berikut:

4.2.1 Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester III

1) Pre-eklapmsia

Pada tanggal 27 November 2020 dari hasil pemeriksaan

laboraturium di PMB Heni Haryani didapatkan hasil pemeriksaan

TTV dengan tekanan darah tinggi 160/100 mmHg disertai dengan

oedema pada kaki dan protein urine (+) sehingga ibu dikategorikan

mengalami preeklamsia.

Pada tanggal 27 November 2020 dari hasil pemeriksaan

laboraturium di PMB Heni Haryani didapatkan hasil pemeriksaan

TTV dengan tekanan darah tinggi 160/100 mmHg disertai dengan

oedema pada kaki dan protein urine (+) sehingga ibu dikategorikan

mengalami preeklamsia.

Menurut teori dari Indah dan Apriliana (2016), preeklampsia

adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ

akibat vasospasme dan aktivitas endotel yang ditandai dengan


154

proteinuria dan hipertensi. Hipertensi yang dimaksudkan disini adalah

terjadinya peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 30

mmHg, atau peningkatan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg,

atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau

tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg. Preeklampsia

ditandai dengan timbulnya gejala pertambahan berat badan berlebih,

edema, hipertensi, dan protein pada urine.

Dari data diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta

bahwa Ny. “Y” dikategorian mengalamipreeklampsiakarena pada

pemeriksaan TTV ditemukan tekanan darah yang cukup tinggi dan

pemeriksaan fisik dengan kaki yang bengkak yang disertai dengan

kandungan protein dalam urineyang merupakan dari tanda gejala awal

terjadinya preeklamsia.

2) Tekanan Darah Tinggi

Pada saat pemeriksaan usia kehamilan 37 minggu didapatkan

hasil pemeriksaan Tekanan Darah ibu terbilang tinggi

(140/100mmHg). Tekanan darah tinggi pada saat hamil atau

hipertensi gestastional dapat membahayakan ibu hamil dan janinnya.

Ibu hamil dengan tekanan darah tinggi dapat mengganggu aliran

darah ke plasenta sehingga dapat menyebabkan janin kekurangan

oksigen serta nutrisi sehingga janin beresiko mengalami gangguan

pertumbuhan (IUGR), kelahiran prematur, maupun BBLR. Tekanan


155

darah tinggi juga dapat mengakibatkan plasenta terlepas dari dinding

rahim sebelum proses persalinan berlangsung dan ibu dapat

mengalami perdarahan yang dapat mengancam nyawanya sendiri

yang bahkan resikonya lebih tinggi pada ibu hamil yang mengalami

preeklamsia. Namun tekanan darah tinggi yang dialami ibu

merupakan tanda triase dari preeklamsia sehingga perlu dilakukan

asuhan. (Marianti, 2019)

Untuk mengatasi tekanan darah tinggi yang dialami Ny. “Y”

dilakukan asuhan yang telah disesuaikan dengan teori dari Dhonna,

dkk (2018) seperti menganjurkan ibu untuk melakukan diet rendah

garam namun tetap mengandung nutrisi seimbang, meningkatkan ibu

untuk mengkonsumsi buah dan sayur, mengurangi dan menghindari

makanan gorengan, daging, telur dan sebagainya, menganjurkan ibu

untuk melakukan olahraga atau aktifitas fisik secara teratur seperti

senam hamil, menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan

mengurangi aktivitas untuk menghindari stres.

3) Oedema Ekstermitas

Pada saat memasuki usia kehamilan 37 minggu ibu mengeluh

kakinya bengkak dan tidak kunjung hilang. Kaki bengkak saat hamil a

dalah penumpukan cairan berlebihan dijaringan yang disebabkan oleh

peningkatan volume darah selama kehamilan dan tekanan dari rahim

yang membasah seiring perkembangan janin sehingga menekan ke pe


156

mbuluh darah di kaki. Namun kaki bengkak yang disertai dengan

adanya tekanan darah tinggi dan protein urine merupakan keadaan

yang patologis . Hal ini merupakan komplikasi kehamilan seperti tro

mbosisi pembuluh darah dalam dan preeklamsia juga menyebabkan o

edema. Kaki bengkak lebih umum terjadi pada trimester ketiga. Selain

meningkatnya cairan tubuh, penyebab kaki bengkak saat hamil di

trimester akhir adalah rahim yang terus membesar seiring

berkembangnya janin. Kondisi rahim yang makin membesar dapat

menekan pembuluh darah vena di panggul. Asuhan yang diberikan

pada Ny.”Y” adalah menganjurkan ibu saat berbaring sebaiknya tidak

berbaring pada satu posisi, meletakkan kaki diatas tumpukan bantal k

ecil, dan mengusahakan ketika duduk kaki tidak digantung dan perban

yak minum air putih agar tidak terjadi penumpukan cairan yang berle

bihan.(Irianti, 2014 ; Fitria, 2010).

Berdasarkan data diatas tidak terjadi kesenjangan antara teori da

n fakta yang ada karena kaki bengkak yang terjadi pada Ny. “Y” meru

pakan masalah oedema patologis dimana kaki bengkak yang disertai a

danya protein urine (+) merupakan tanda dari kehamilan yang disertai

dengan pre-eklamsia dan telah dilakukan rujukan ke RS MITRA

HUSADA.
157

4.2.2 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Pada pembahasan yang kedua, akan dijelaskan tentang kesesuaian

teori dan kenyataan pada Intranatal Care. Asuhan Intranatal Care yang tel

ah dilakukan pada tanggal 27 November 2020 jam 16.30 WIB pada usia

kehamilan 40 minggu Ny. “Y” mengeluh mulas-mulas dan keluar lendir

bercampur darah. Saat dilakukan pemeriksaan ditemukan hasil Darah

Tinggi (160/100 mmHg), Suhu 36,7°C, pernafasan 24x/menit, palpasi

abdomen letak kepala, punggung kanan, bagian terendah janin sudah

masuk PAP sejauh 3/5 bagian, TFU 33 cm, TBJ 3.410 gram, DJJ

144x/menit, VT teraba porsio lunak, pembukaan 3 cm, ketuban cukup

(keruh), eff 35%, molase 2, penurunan kepala janin sejauh bidang hodge

2, denominator ubun-ubun kecil kiri depan, tali pusat tidak menumbung.

Karena ditemukan tekanan darah yang masih tetap tinggi maka dilakukan

pemeriksaan penunjang protein urin dan ditemukan hasil (+). Setelah

diketahui hasil pemeriksaan tersebut, dapat diindikasikan ibu mengalami

preeklamsia dan segera dilakukan tindakan rujukan.

Syndrom preeklampsia dengan hipertensi, oedema dan proteinuria

sering tidak diperhatikan seingga tanpa disadari dalam waktu yang

singkat, jika tidak dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah hal

tersebut akan muncul preeklampsia berat bahkan akan menjadi

eklampsia.Pengobatan definitif untuk mengatasi preeklampsia adalah

dengan proses persalinan. Oleh karena itu, ibu hamil dengan


158

preeklampsia akan dimonitor secara ketat saat menjelang persalinaan

yang tepat. Resiko persalinan pada ibu dengan preeklampsia berat

sangatlah tinggi karena dapat mengancam keselamatan ibu dan janin,

bahkan dapat menjadi eklampsia, maka perlu tindakan yang optimal

untuk menurunkan kejadian tersebut yaitu mengakhiri kehamilan dengan

tindakan.(Prasetyowati dan Supriatiningsih, 2012)

Berdasarkan data diatas tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan

teori yang ada karena ibu hamil yang mengalamipreeklampsia harus

dilakukan persalinan secara cepat agar tidak terjadi komplikasi yang lebih

lanjut seperti eklampsia yang dapat menimbulkan kejang, sehingga

tindakan persalinan secara SC merupakan tindakan yang tepat.

4.2.3 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Pada pembahasan yang ketiga akan dijelaskan tentang kesesuaian

teori dankenyataan pada ibu nifas dengan Post Section Caesarea . Pada

hari ke 1 post SC Ny. “Y” mengeluh nyeri bekas luka jahitan SC.

Mengalami nyeri luka jahitan SC itu merupakan hal yang normal karena

proses penyembuhan luka ditandai dengan nyeri pada luka, kecuali jika

ada tanda infeksi yang dapat membahayakan bagi ibu, asuhan yang dapat

diberikan adalah menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan luka

jahitan SC, mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu makanan yang

mengandung tinggi protein, karena protein akan membantu


159

menumbuhkan jaringan baru dan tidak perlu tarak makan. Kemudian

mengajurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dan relaksasi untuk

mengurangi rasa nyeri. Pada saat melakukan kunjungan nifas kedua pada

tanggal 03 Desember 2020 didapatkan hasil evaluasi nyeri jahitan luka

SC sudah berkurang dan sudah tidak terasa pada kunjungan nifas

berikutnya. Proses involusi uterus berjalan dengan normal, TFU 2 jari

dibawah pusat, lochea rubra, tidak ada infeksi masa nifas.

Gangguan rasa nyeri pada masa nifas paska SC banyak dialami,

keluhan ini wajar karena tubuh mengalami luka dan penyembuhan tidak

100%. Terdapat 7 lapisan perut yang harus diinsisi pada saat proses

section sesarea dan harus disayat/dijahit untuk melakukan penyembuahan

luka, 7 lapisan tersebut dijahit satu persatu menggunakan beberapa

macam benang jahit, sehingga pada proses penyembuhan tidak dapat

dihindari terjadinya pembentukan jaringan parut. Jaringan parut ini yang

dapat menyebabkan nyeri saat melakukan aktivitas tertentu, terlebih

aktivitas yang berlebihan atau aktivitas yang memberi tekanan di bagian

tersebut. Ada beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri seperti distraksi,

relaksasi napas dalam, kompres menggunakan air hangat atau dingin, dan

pemberian analgesic. Untuk mencegah infeksi bekas luka operasi yang

dapat menghambat penyembuhan luka perlu dilakukan perawatan luka.

KIE tentang nutrisi makanan yang tinggi protein untuk penyembuhan


160

lebih cepat serta mibilisasi dini (Medforth, dkk, 2012 ; Sukarni dan

Wahyu, 2013 ; Sukarni dan Margareth, 2013 ; Dewi, 2013).

Berdasarkan data tersebut maka tidak terjadi kesenjangan antara fakta

dan teori. Masalah yang terjadi pada Ny. “Y” yaitu ketidaknyamanan pad

a nyeri luka jahitan SC telah diberikan asuhan KIE tentang nutrisi dan mo

bilisasi sehingga masa nifas Ny.”Y” berjalan dengan normal dan tidak terj

adi komplikasi serta masalah dapat teratasi.

4.2.4 Asuhan Kebidanan pada Neonatus

Pada pembahasan yang keempat, akan dijelaskan tentang kesesuaian t

eori dan kenyataan asuhan kebidanan pada neonatus. Bayi Ny. “Y” lahir

dengan BB 3500 gram, PB 50 cm, kulit kemerahan, bergerak aktif dan

menangis kuat. Selama kunjungan neonatus tidak ditemukan adanya

masalah, pemeriksaan fisik normal, tidak ada penurunan berat badan bayi

selama kunjungan neonatus, berat badan bayi pada akhir kunjungan

neonatus 3700 gram, tali pusat lepas pada hari ke 7 dan asuhan yang

diberikan adalah perawatan bayi sehari-hari.

Pada bayi normal warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan pada

anggota fisik bayi dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada bayi. Pernafasan

bayi dalam batas normal berkisar 40-60 x/menit dan nadi dalam batas

normal 40-60 x/menit, berat badan bayi cukup bulan normalnya antara

2500-4000 gram, panjang badan bayi cukup bulan 45-55 cm. Asuhan
161

yang diberikan pada neonatus fisologis adalah sesuai dengan kebutuhan

neonatus diantaranya perawatan bayi sehari – hari meliputi, pencegahan

kehilangan suhu, dan perawatan tali pusat (Latief, 2013 ; Dewi, 2010)

Berdasarkan data tersebut tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan

teori karena tidak ditemukan masalah saat kunjungan neonatus serta masa

neonatus berjalan dengan baik dan asuhan yang diberikan telah sesuai

dengan kebutuhan bayi baru lahir.

4.2.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Pada pembahasan yang kelima akan dijelaskan tentang kesesuaian

teori dan kenyataan pada asuhan kebidanan pada keluarga berencana. Ny.

“Y” dengan usia 33 tahun dan jumlah anak 2 mengatakan ingin

menggunakan KB suntik 3 bulan. Ny. ”Y” tidak memerlukan atau

membutuhkan pemeriksaan khusus untuk pemakaian KB suntik, tetapi

mereka perlu diberi penjelasan lisan atau instruksi tertulis.

KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, dan menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,

mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga. Pada wanita yang sudah memiliki jumlah anak 2 dianjurkan

untuk menggunakan Metode Kontrsepsi Jangka Panjang (MKJP) hal ini

dilakukan demi kesejahteraan anak. KB yang cocok untuk ibu yang


162

memiliki 2 anak atau lebih adalah MKJP atau kontrasepsi mantap. AKDR

merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif, reversible, dan berjangka

panjang (bisa sampai 10 tahun). AKDR bekerja terutama mencegah

sperma dan ovum bertemu dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

(WHO, 1970 ; Saifuddin, 2011)

Berdasarkan hal tersebutditemukan kesenjangan antara fakta dan

teori. Karena ibu sudah memiliki 2 anak ada usia ibu yang semakin

bertambah dimana usia Ny Y 33 th mendekati usia resiko tinggi ibu

seharusnya menggunakan MKJP tetapi ibu memilih menggunakan kb

suntik 3 bulan dikarenakan takut menggunakan MKJP.

4.3 Keterbatasan

Keterbatasan dalam pelaksanaan asuhan berkesinambungan pada Ny. “Y”

G2P1001 dimulai dari kehamilan usia 30 minggu sampai dengan pemberian

asuhan KB ditemui beberapa hambatan, diantarnya penulis hanya dapat

memberikan asuhan mulai dari kehamilan trimster 3 saja serta saat proses

persalinan Ny. “Y” dilakukan tindakan SC sehingga peneliti tidak dapat

mengikuti proses asuhan persalinan secara langsung dan maksimal.


163

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Asuhan kebidanan yang dilakukan secara Continuity of Care pada Ny. “Y”

G2P1001 usia kehamilan 30 minggu di PMB Heni Haryani, S.Tr.Keb Desa

Bojong Renged Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang mulai 22

September 2020 sampai dengan 15 Januari 2021 sampai dengan KB.

Kehamilan yang semula KRR pada UK 40 minggu menjadi KRT (skor awal

ibu hamil 2 dan preeklamsia 8) dan dilakukan rujukan tepat waktu. Proses

persalinan Ny. “Y” dengan KRT karena preeklamsia dilakukan tindakan rujukan

dan dilakukan proses persalinan secara sectio caesarea di RS Mitra Husada.

Pada masa nifas Ny. “Y” mengeluh adanya nyeri pada luka jahitanpost

SCdiberikan asuhan KIE untuk menjaga kebersihan, mencukupi kebutuhan

nutrisi, dan melakukan teknik relaksasi, serta menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi obat yang telah diberikan oleh dokter.

Pada bayi Ny. “Y” termasuk neonatus fisiologis dan diberikan asuhan yang

sesuai sedangkan pada KB Ny. “Y” memilih menggunakan KB Suntik 3 bulan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Profesi


164

Diharapkan dapat mengembangkan asuhan kebidanan secara CoC

yang lebih baik lagi, menjalin komunikasi dengan baik dengan pihak

pasien ataupun pembimbing lahan dan akademi, mengatur jadwal

kunjungan sebaik mungkin.

5.2.2 Bagi Institusi

Diharapkan sebagai bahan penilaian bagi mahasiswa dalam

penyusunan LTA serta mendidik dan membimbing mahasiswa dalam

melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan dan diharapkan

intitusi dapat menerapkan asuhan kebidanan secara CoC dengan tepat

sehingga proses pembelajaran dan praktik menjadi lebih efektif dan

efesien, sehingga kualitas, mutu yang ada dalam sumber daya manusia di

institusi lebih terjaga dan menjadi meningkat.

5.2.3 Bagi Pasien

Diharapkan setelah diberikan asuhan kebidanan secara

berkesinambungan diharapkan pasien telah memahami asuhan-asuhan

yang diberikan sehingga ibu dapat memantau kondisi kesehatannya dan

pertumbuhan, perkembangan bayinya dan nutrisi pada ibu sendiri.

5.2.4 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan upaya peningkatan

pelayanan kebidanan melalui pendekatan manejemen asuhan kebidanan


165

pada ibu hamil, bersalin, BBL, nifas dan KB secara komprehensif yang

sesuai dengan standar asuhan.


166

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, QES dan Wahyu, N. 2013. Filosofi Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Alatas, Haidar. 2019. Hipertensi Pada Kehamilan. Dipresentasikan Seminar


Nasional Penyakit Tidak Menular Penyebab Kematian Maternal.
Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Purwokerto.

Anggreni, Dhonna. Erfani Mail, dan Ferilia Adiesti. 2018. Hipertensi Dalam
Kehamilan. Mojokerto: Stikes Majapahit Mojokerto.

Ari, Sulistyawati, Esty Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.

Arief dan Weni Kristiyanasari. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan


Anak.Yogyakarta: Nuha Medika.

Asri, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha Medika

Astutik, Reni Yuli. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Damayanti, Ika Putri, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Diana, Sulis dkk. 2019. Asuhan Kebidanan Persalinan, dan Bayi Baru Lahir.
Surakarta: CV Oase Group

Dinkes Provinsi Banten. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Banten. Tentang AKI
dan AKB Provinsi Banten.

___________. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Banten. Tentang AKI dan AKB
Provinsi Banten.

Dinkes Kabupaten Tangerang. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang.


Tentang AKI dan AKB Kabupaten Tangerang.

___________. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang. Tentang AKI dan


AKB Kabupaten Tangerang.
167

Fitri I. 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Hanafi, H. 2008. KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Hani, Ummi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:


Salemba Medika.
__________. 2014. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika.

Hidayat. 2013a. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:


Salemba Medika.

__________. 2013b. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:


Salemba Medika.

__________. 2014. Pedoman Pelaksanaan Kelas Hamil. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.

Indah, Siti Nur dan Apriliana, Ety. 2016. Hubungan Antara Preeklamsia dalam
Kehamilan dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority,
Vol. 5, No. 5, Hal : 55-60

Jannah, N. 2014. Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Kelas Hamil. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Kumalasari, Intan. 2017. Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru


Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir
di Era Pandemi Covid-19. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Marmi K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

___________. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

___________. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
168

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

_________________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Pitriani, Risa, Rika, Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta : Deepublish .

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Prasetyowati dan Supriatiningsih. 2012. Hubungan Antara Preeklampsia dengan


Persalinan Tindakan [LTA]. Program Studi Kebidanan Metro
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Putiana, Yeyen dan Risneni. 2015. Kompetensi Bidan dalam Penanganan Awal
PEB dan Eklamsia Pada Bidan Praktik Mandiri. Jurnal Keperawatan,
Volume XI, No. 1, Hal : 101-106

Rini, Susilo dan Susanti, Indri Heri. 2018. Penurunan Nyeri Pada Ibu Post Sectio
Caesarea Pasca Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding.
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 2, Hal 83-88

Roito, Juraida dkk. 2007. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Penuntun Belajar Praktik
Klinik. Jakarta: EGC.

Rusmini, dkk. 2017. Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Berbasis Evidence


Based. Jakarta : Trans Info Media.

Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontraseps.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Salawati, Liza. 2013. Profil Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, Volume 13 Nomer 3, Hal : 139-143

Setyowati, Anis, 2019. Buku Ajar Asuhan Kehamilan Holistik. Yogyakarta :


Deepublish.

Sulistyawati, Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.
169

Utama, Bima. 2015. Pdf Bab II Tinjauan Pustaka Kehamilan Risiko Tinggi.
eprints.undip.ac.id (2015)

Wahyuni, Sari. 2013. Asuhan Neonatus,Bayi, dan Balita. Jakarta : EGC.

Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang Purwoastuti. 2016. Asuhan Kebidanan


Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

WHO. 2020. Keeping Safe from COVID-19 : Precautions for pregnant women
and new mothers

Yaeni, Muhamad. 2013. Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea


di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Program Studi S1 Keperawatan
170

Lampiran 1
171

Lampiran 2
172

Lampiran 3
173

Lampiran 4
174

Lampiran 5
175

Lampiran 6
176

Lampiran 7
177

Lampiran 8
178

Lampiran 9
179

Lampiran 10
180
181

Lampiran 11
182

Lampiran 12
183

Lampiran 13
184

Lampiran 14
185

Lampiran 15

Lampiran 16
186
187

Lampiran 17

YAYASAN KARYA HUSADA KEDIRI YA S


Keputuasan Menkumham RI No.: AHU-5902.AH.01.04. Tahun 2011 K ED IR

STIKES KARYA HUSDA KEDIRI


Ijin Mendiknas RI. No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
Jl. Soekarno hatta No. 7, Kotak Pos 153, Telp. (0354) 391866 Pare Kediri H
Website : www.stikes-khkediri.ac.id

Lembar Bimbingan LTA


Nama Mahasiswa : Syifaa Aulia Qur’ani
NIM : 201802050
Program Studi : D3 Kebidanan
Tahun akademik : 2020/2021
Ruang Lingkup : Masa Kehamilan sampai dengan Masa Nifas dan KB

Pembimbing I : Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M.Keb, PhD

No. Tgl Bimbingan Materi Bimbingan Tanda Tangan Pembimbing

1. 1 Februari 2021 Revisi intisari,bab 4 dan 5


Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani,
SST, M.Keb, PhD

2. 10 Februari 2021 Revisi bab 4


Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani,
SST, M.Keb, PhD

3. 16 Februari 2021 Revisi Pembahasan


Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani,
SST, M.Keb, PhD
188

No. Tgl Bimbingan Materi Bimbingan Tanda Tangan Pembimbing

4. 19 Februari 2021 Revisi Pembahasan


Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani,
SST, M.Keb, PhD

5. 24 Februari 2021 ACC


Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani,
SST, M.Keb, PhD

Kediri, April 2021


Ketua Program Studi D3 Kebidanan
STIKES Karya Husada Kediri

Endah Luqmanasari, SSiT., M.Kes


NIK. 073128040103
189

YAYASAN KARYA HUSADA KEDIRI YA S


Keputuasan Menkumham RI No.: AHU-5902.AH.01.04. Tahun 2011 K ED IR

STIKES KARYA HUSDA KEDIRI


Ijin Mendiknas RI. No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
Jl. Soekarno hatta No. 7, Kotak Pos 153, Telp. (0354) 391866 Pare Kediri H
Website : www.stikes-khkediri.ac.id

Lembar Bimbingan LTA

Nama Mahasiswa : Syifaa Aulia Qur’ani

NIM : 201802050

Program Studi : D3 Kebidanan

Tahun akademik : 2020/2021

Ruang Lingkup : Masa Kehamilan sampai dengan Masa Nifas dan KB

Pembimbing II : Wahyu Wijayati,SSiT,.M.Keb

No. Tgl Bimbingan Materi Bimbingan Tanda Tangan Pembimbing

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb

1. 25 Januari 2021 Konsul LTA BAB 1

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb
Konsul Revisi Judul LTA,
2. 07 Februari 2021 LTA BAB 1
190

No. Tgl Bimbingan Materi Bimbingan Tanda Tangan Pembimbing

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb
(BAB 1 LTA ACC)
3. 11 Februari 2021
Lanjut Konsul LTA BAB
2

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb

Konsul revisi LTA BAB 2


4. 12 Februari 2021

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb
( BAB 2 LTA ACC)
14 Februari 2021
5 Lanjut Konsul LTA BAB
3

( BAB 3 LTA ACC) Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb

Lanjut Konsul BAB 4


6. 19 Februari 2021
LTA

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb
(BAB 4 LTA ACC)
7. 24 Februari 2021
Lanjut Konsul BAB 5
LTA
191

No. Tgl Bimbingan Materi Bimbingan Tanda Tangan Pembimbing

(BAB LTA 5 ACC) Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb

Lanjut Konsul Intitisari,


8. 25 Februari 2021
Lampiran dan LTA
lengkap

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb

Konsul revisi intisari ,


9. 03Maret 2021
lampiran dan LTA lengkap

Wahyu Wijayati,SST.,M.Keb

10. 05 April 2021 ACC

Kediri, April 2021


Ketua Program Studi D3 Kebidanan
STIKES Karya Husada Kediri

Endah Luqmanasari, SSiT., M.Kes


NIK. 073128040103

Anda mungkin juga menyukai