Pencemaran Hutan Dan Bioindikator Ekosistem Alami
Pencemaran Hutan Dan Bioindikator Ekosistem Alami
Bioindikator
Pencemaran
Alami
Hutan
(Hutan)
Pencemaran Pada Hutan
Data Forest Watch Indonesia (2001) menyebutkan bahwa Indonesia telah kehilangan hutan seluas 60 juta ha selama
rezim Orde Lama. Dengan laju kerusakan hutan 16 juta pertahun berdasarkan perhitungan linear maka hutan
Indonesia diperkirakan akan habis paling lambat 2082 tetapi jika menggunakan perhitungan eksponensial maka hal
itu bisa saja terjadi pada tahun 2008 (Munggoro, 2002).
Mengapa katak dan kodok begitu rentan? Hal ini karena katak dan
kodok memiliki kulit permeable yang mudah terpapar dan menyerap zat
beracun. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup mereka sangat
mencerminkan kondisi lingkungan mereka, terutama kualitas air, vegetasi,
dan habitat pemijahan. Maka tingkat kepunahan katak dan kodok yang
tinggi mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan di sekitar
dan hutan
2. Lumut
Lumut umumnya ditemukan pada batang pohon dan batuan yang tersusun
dari alga dan jamur, dan sangat sensitif terhadap racun di udara. Lumut
memperoleh nutrisi dari udara bersih untuk berkembang sehingga menjadi
bioindikator kualitas udara di sekitarnya. Lumut bereaksi terhadap
perubahan ekologis di hutan, termasuk kualitas udara hutan dan iklim.
Hilangnya lumut dari lingkungan menunjukkan stress pada lingkungan yang
disebabkan oleh meningkatnya kadar polutan seperti sulfur dioksida SO2,
polutan belerang dan nitrogen N2.
Lumut digunakan untuk memantau kondisi hutan dengan alasan
karena lumut adalah organisme sederhana yang tidak memiliki akar dan
kulit. Kondisi hutan yang masih sangat baik ditandai dengan keberadaan
lumut yang melimpah. Sedangkan hutan yang rusak ditandai dengan
hilangnya keberadaan lumut.
Bioindikator Ekosistem Alami (Hutan)
3. Cacing Tanah
Cacing tanah adalah organisme penting dalam sistem tanah, terutama karena
efeknya yang menguntungkan untuk kesuburan tanah. Cacing tanah dapat
membantu meningkatkan kesuburan tanah dengan membentuk lapisan bahan
organik di tanah lapisan atas. Karena fungsi inilah cacing tanah dikenal sebagai
bioindikator yang sangat baik untuk mendeteksi polusi tanah.