TIM PELAKSANA
Dr. I Wayan Mudana, M.Si. (NIDN: 0031016002)
Drs. I Made Nuridja, M.Pd. (NIDN: 0021125101)
Nyoman Dini Andini, S.St.Par. M.Par. (NIDN: 0006067005)
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Judul Program
Identitas Pelaksana
Ketua
Nama
NIP
NIDN
Pangkat/Golongan
Alamat Kantor
Alamat Rumah
1.Anggota 1
Nama
NIP
NIDN
Pangkat/Golongan
2. Anggota 2
Nama
NIP
NIDN
Pangkat/Golongan
Mengetahui,
Dekan Fakultas MIPA Undiksha
Mengetahui,
Ketua LPM Undiksha
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami aturkan kehadapan Ida Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) yang berjudul
Desa Binaan Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana Di Desa Pemuteran, Kecamatan
Gerokgak-Buleleng. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan wawasan dan
keterampilan anggota masyarakat tentang pengembangan berbagai jenis kuliner berbasis
potensi lokal. Di samping itu juga dimaksudkan untuk
peningkatan wawasan
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
Pengabdian Kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan aparat desa
dalam berkolaborasi dengan kelompok masyarakat ekonomi, politik dan sipil,
meningkatkan pengetahaun dan keterampilan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran dalam
mengolah ikan hasil tangkapan, meningkatkan pengetahaun dan keterampilan ibu-ibu
PKK di Desa Pemuteran dalam mengolah ubi ketela pohon dalam membuat beraneka
kue kukus, meningkatkan wawasan aparat desa, ibu-ibu PKK dan anggota masyarakat
tentang pariwisata dan pelestarian lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
metode ceramah, diskusi dan pelatihan. Melalui hal itu dihasilkan peningkatan
pengetahuan aparat desa dalam mengembangkan kolaborasi dengan kelompok
masyarakat lainnya seperti masyarakat politik, ekonomi dan sipil, peningkatan
pengetahuan dan keterampilan aparat desa dan Ibu-Ibu PKK dalam pengembangan
pariwisata dan kelestarian lingkungan, peningkatan wawasan dan keterampilan ibu-ibu
PKK pembuatan bakso, nugget dan bolu kukus pelangi. Kegiatan ini mendapat respon
positif dari aparat desa dan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran, Gerokgak, Buleleng, Bali.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
(Profil Desa
Pemuteran, 2012).
Penduduk di Desa Pemuteran berjumlah 9.697 orang, yang terdiri atas 4.753
laki-laki dan 4.944 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 2.603 KK. Mata
pencaharian penduduk terdiri atas petani (52,41%), buruh tani (3,26%), PNS (0,83%),
nelayan (4,78%), TNI (0, 14%), polri (1,2%), pegawai swasta (13,26), pedagang (4,02
%), pertukangan ( 2,57%), belum bekerja (18,67 %). Penduduk di Desa Pemuteran
sebagian besar beragama Hindu (74,65%), yang lainnya beragama Islam (25,16 %),
beragama Kristen (0,13 %), dan beragama Budha (0,05%).
berbagai sektor
seperti
dan
tentang
Desa
Pemuteran
mendapatkan
wawasan
dalam
mengembangkan
PKK
di
Desa
Pemuteran
mendapatkan
informasi
dan
dapat dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih
tinggi.
d. Masyarakat Desa Pemuteran mendapatkan informasi dalam pengembangan
pariwisata dan kelestarian lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ekonomi di Bali, tetapi dalam tataran ekonomi mikro hal itu hal itu telah menimbulkan
dampak negatif bagi kehidupan ekonomi masyarakat, hal ini dapat dilihat dari
tergusurnya aktivitas kenelayanan, terhimpit dan terpinggirkannya masyarakat pesisir
pariwisata
di
Desa
Pemuteran
dapat
dikatakan
merupakan
khususnya
10
dalam Pengembangan
Pariwisata
Kolaborasi dalam kajian ini dimaksudkan kerjasama atara kelompok masyarakat
yang memiliki kepentingan yang berbeda, yaitu antara masyarakat ekonomi, politik dan
sipil yang ada pada desa-desa pesisir di Bali yang berpotensi mengembangkan
pariwisata bahari. Hal itu sejalan dengan pandangan Gramsci yang dengan tegas
mengidentifikasi tiga kelompok masyarakat yaitu masyarakat ekonomi, politik dan sipil.
Ketiga kelompok masyarakat tersebut memiliki orientasi yang berbeda (Bocock, 2007:
27). Keberadaan ketiga pilar masyarakat itu juga diakui oleh Robert Wunthow yang
antra lain mengemukakan bahwa seluruh masyarakat itu dibagi menjadi tiga pilar,
yaitu swasta atau pasar (masyarakat ekonomi/ business), negara atau masyarakat politik
(masyarakat politik, goverment) dan voluntir yang disebut juga pilar/sektor ketiga
(masyarakat sipil, civil society) (Sujatmiko, 2003: 45).
Gramsci, dalam kajiannya tentang hegemoni, dengan tegas mengidentifikasi tiga
bidang yang berbeda dalam suatu masyarakat, yaitu perekonomian (masyarakat
ekonomi), negara (masyarakat politik), dan masyarakat sipil (Bocock, 2007: 27). Ketiga
kelompok masyarakat tersebut memiliki orientasi yang berbeda dan sangat esensial bagi
berfungsinya masyarakat. Dengan demikian, keberadaan masyarakat ekonomi sangat
penting adanya dalam dinamika suatu masyarakat. Masyarkat ekonomi adalah istilah
yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk dominan dalam suatu wilayah pada suatu
waktu yang di dalamnya terdiri dari sarana teknis produksi dan hubungan-hubungan
sosial produksi yang dibangun berdasarkan suatu pembedaan yang di dalamnya kelaskelas dikaitkan dengan kepentingan kepemilikan sarana produksi, baik sebagai pemilik
substansial atau sebagai bukan pemilik yang dipekerjakan dalam organisasi yang
11
dikaitkan dengan produksi. Pilar utama sektor ini (masyarakat ekonomi) adalah
perusahan-perusahan, termasuk bank-bank. Nilai utama sektor swasta adalah
mekanisme pasar untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa masyarakat ekonomi adalah suatu sistem sosial yang di dalamnya tercakup
berbagai subsistem yang berfungsi memproduksi dan memasarkan barang atau jasa
melalui mekanisme pasar untuk
masyarakat
ekonomi
mencakup
pengusaha
pariwisata/perhotelan,
12
tatanan sosial tidak tercapai, muncullah tatanan sosial masyarakat yang disebut political
society ( Effendy, 2002: 3-6).
Political society adalah masyarakat yang mulai mengenal arti politik sebagai
otoritas sehingga tercipta aturan dan hukum, serta cenderung menjadi satu tatanan
sosial yang berbasis pada adanya supremasi kekerasan. Jika dalam masyarakat natural
kekuasaan tidak pernah diorganisir dan dilembagakan, maka dalam masyarakat politik,
kekuasaan itu mulai dilembagakan dalam suatu organisasi yang kemudian disebut
dengan negara. Negara atau masyarakat politik terdiri atas sarana kekerasan (polisi dan
militer) dan suatu wilayah tertentu, bersama dengan pelbagai birokrasi yang didanai
oleh negara (pamong praja/lembaga pemerintah, pelbagai lermbaga hukum,
kesejahtraan dan pendidikan) (Bocock,2007: 34-35). Pilar-pilar utama sektor negara
(masyarakat politik) adalah lembagalembaga
pemerintah, dan lembaga pengadilan. Di sektor negara berlaku prinsip kekuasaan yang
memaksa. Bahkan oleh Louis Althusser (2006: 14), negara dipandang sebagai suatu
kekuatan eksekusi dan intervensi represif, untuk kepentingan kelas penguasa. Karena
kemampuannya yang khas untuk menerapkan ancaman yang sah atau paksaan,
masyarakat politik memiliki keunggulan yang wajar di atara ketiga sektor dalam
menjaga ketertiban umum, keamanan, dan kesejahtraan masyarakatnya (Korten, 1993:
159). Namun, bagi Gramsci, negara dalam memperjuangkan legitimasi kekuasaannya
dari massa tidak harus selalu melalui paksaan. Untuk itu, kelompok berkuasa harus
mampu membuat kelompok atau massa lain menerima dan menginternalisasi prinsipprinsip, ide-ide dan norma/ nilai sebagai milik mereka juga. Pendek kata, hegemoni itu
harus diraih melalui upaya politis, kultural, dan intelektual (Sugiono, 1999: 40-41).
13
bentuk masyarakat yang merupakan gugatan terhadap superioritas dari negara, dalam
rangka menghormati dan melindungi hak-hak dasar/hak asasi manusia (Setiawan, 1996:
51). Sehubungan dengan hal itulah, dinyatakan bahwa masyarakat sipil merupakan
jaringan yang kuat di antara lembaga-lembaga, seperti agama, keluarga, klab, bengkel
kerja, asosiasi, dan komunitas yang berada di antara negara dan individu, dan pada saat
yang bersamaan menghubungkan individu dengan otoritas, serta menjaga individu dari
kontrol politik yang bersifat total (Tunner, 2006: 62).
Rajesh Tandon menyatakan masyarakat sipil terdiri dari tiga unsur. Pertama,
ada basis material sumber daya untuk pemanfaatan produktif. Kedua, ada basis
institusional dari kelompok-kelompok atau asosiasi, serta inisiatif untuk mengelola
masyarakat sipil. Ketiga, ada basis idiologis dari nilai, norma dan ideal yang
menyediakan legitimasi dari govermant (Setiawan, 1996: 51). Dalam konteks interaksi
antara ketiga unsur itulah pembahasan masyarakat sipil menjadi sangat penting, karena,
14
pada saat yang sama, masyarakat sipil harus berhadapan dengan dua entitas lainnya,
yakni realitas masyarakat ekonomi/pasar, pengusaha, dan masyarakat politik/negara
(Giddens, 2002:90-92).
Ketiga pilar tersebut secara ideal mesti tumbuh dalam sebuah kekuatan yang
saling mengimbangi, saling mengontrol, saling memberi, saling menopang, dan pada
akhirnya memberikan sinergi untuk memajukan keadaban. Kondisi ideal semacam itu
sering dalam kenyataannya tidak seindah dalam guratan teks. Bahkan tidak jarang
dalam kondisi masyarakat sipil yang lemah, negara yang otoritarian berkomplot dengan
mekanisme pasar. Hal ini tentu akan mengakibatkan relasi tiga pilar menjadi timpang
(Wiratmoko, 2005: xxv). Dalam kondisi semacam itu, kekerasan fisik, simbolik,
dominasi dan hegemoni dipermainkan oleh negara untuk menekan masyarakat sipil.
Oleh karena itulah, menurut Paine, perlu dibatasi campur tangan kekuasaan negara ke
dalam wilayah masyarakat sipil, agar setiap individu di dalam masyarakat
saling
didasarkan pada
15
sumber daya manusia, modal natural, modal politik, bahkan tidak tertutup kemungkinan
modal tubuh yang dimilikinya. Hal ini tidak jarang mengakibatkan terjadinya konflik
dalam masyarakat. Untuk menghindari terjadinya konflik antarkelompok masyatrakat,
maka
setiap
masyarakat
mengupayakan
penginvestasian
modal
social
dan
16
MASYARAKAT
EKONOMI
(MODAL EKO)
DESA
PAKRAMAN/
DINAS DI
PESISIR
JARINGAN KEMITRAAAN
Akses sd kapital, tek,
informasi, pasar,
kebijakan, dan SDM
DIVERSIFIKASI USAHA
TIGA KEBIJAKAN
STRATEGIS
k. pemb eko., sdm, sda. dan
lingkungan
MASYARAKAT
SIPIL
(MODAL SSOSIAL)
MASYARAKAT
POLITIK
(MODAL
POLITIK
PARIWISATA YANG
SUSTAINABILITY
PERGURUAN TINGGI
MEMBERDAYAKAN
KESEJAHTERAAN/PEN
GENTASAN
KEMISKINAN
KEPENTINGAN
EKO,SOS,POL
DAN LINGK
2.3 Pengembangan Pengolahan Potensi Lokal (Ikan dan Ubi Ketela Pohon)
Dari segi geografis Desa Pemuteran memiliki wilayah nyegara gunung.
Keberadaan wilayah seperti itu mewarnai karakteristik potensi kewilayahan yang
dimiliki yaitu berupa hasil dari laut dan pegunungan, diantaranya ikan dan ketela pohon.
Sehubungan dengan hal itu dalam rangka ketahanan pangan dan penganeka ragaman
produk pangan diupayakan pengembangan pengolahan ikan dan ubi ketela pohon.
Pengolahan ikan dan ubi ketela pohon dimaksudkan untuk dapat meningkatkan
ketahanan pangan keluarga, mengurangi ketergantungan keluarga pada pasar,
meningkatkan gizi anggota keluarga dan meningkatkan kesejahteraan dari masingmasing keluarga. Melalui kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai alternative
17
18
Masukkan santan serta minyak sayur, aduk sampai merata. Panaskan panic untuk
mengukus, tutup panci untuk mengukus, tutup panci dialasi dengan kain dan lap bersih.
Bagi adonan menjadi tiga bagian, campurkan adonan dengan masing-masing pewarna
sampai tercampur rata, siapkan Loyang yang sudah diolesi mentega dan kertas roti,
tuang adonan merah, kukus selama 10 menit, tuang adonan kuning, kukus selama 10
menit, tuang adonan hijau kukus selama 30 menit, kukus hingga benar-benar matang.
19
BAB III
METODA PELAKSANAAN
bolu
kukus
pelang,
serta
kekurang
pahaman
terhadap
pengembangan
Permasalahan
Akar Masalah
1.
Kurangnya informasi
dan pengetahuan
tentang berkolaborasi
dengan klp masyarakat
eko, pol, dan sipil, serta
pengembangan
pariwisata dan
pentingnya pelestarian
Aternatif Pemecahan
Masalah
1. Penyebaran informasi
2. Pemberian ceramah dan
diskusi
20
2.
3.
lingkungan
Ibu-ibu PKK di Desa
Pemuteran kurang
memahami pembuatan
bakso dan nugget
Ibu-ibu PKK di Desa
Pemuteran kurang
memahami pembuatan
bolu kukus pelangi
dari ubi ketela pohon
Kurangnya informasi
dan keterampilan
tentang pembuatan
bakso dan nugget
Kurangnya informasi
dan keterampilan
tentang pembuatan bolu
kukus pelangi
1. Penyebaran informasi
2. Pemberian ceramah dan
diskusi
3. Pemberian pelatihan
1. Penyebaran informasi
2. Pemberian ceramah dan
diskusi
3. Pemberian pelatihan
3.3. Keterkaitan
Keterkaitan antara tujuan dan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan
P2M ini disajikan pada Tabel 2.
21
Tujuan
Metode
Ceramah dan
Diskusi
Ceramah dan
diskusi
Diskusi dan
Pelatihan
Bentuk
Kegiatan
Dialog
Dialog
Dialog
dan
pelatihan
3.4. Evaluasi
Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Pada
ceramah dan diskusi pengutan wawasan aparat desa berkolaborasi dengan masyarakat
ekonomi, politik dan sipil, eveluasi prosesnya adalah aktivitas aparat desa (mengajukan
pertanyaan dan semangat peserta) dalam mengikuti diskusi. Pada ceramah
dan
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
administratif
Buleleng, Provinsi Bali. Desa Pemuteran berada di jalur utara jalan Provinsi Bali yaitu
jalur Singaraja-Gilimanuk. Untuk mencapai Desa Pemuteran, kita bisa melalui jalur
darat melalui Denpasar-Gilimanuk-Singaraja, atau Denpasar-Singaraja-Gilimanuk.
Jarak dari ibukota povinsi sekitar 168 Km dan dari ibu kota kabupaten sekitar 57 Km.
Jalan menuju daerah ini cukup bagus dan lebar sehingga pengguna jalan dapat dengan
leluasa menggunakannya. Sehubungan dengan hal itu mencapai Desa Pemuteran dari
Singaraja, Denpasar, atau Gilimanuk dapat dilakukan dengan mudah karena sarana
transfortasi ke daerah ini sangat lancar dan tidak membosankan. Karena disekitar jalan
menuju Desa Pemuteran melewati beberapa objek wisata baik objek wisata alam
maupun wisata spiritrual.
Secara administratif, Desa Pemuteran mempunyai batas-batas wilayah, yaitu di
sebelah utara adalah Laut Bali; di sebelah selatan adalah pegunungan; di sebelah barat
adalah Desa Sumberkima; dan di sebelah timur adalah Desa Banyupoh. Keberadaan
Desa Pemuteran berada di jalur utama Gilimanuk-Singaraja.
Desa Pemuteran memiliki luas sekitar 3.033 ha, dengan panjang pesisir sekitar 7
km. Lahan seluas itu kalau dilihat dari segi pemilikan dapat dipilah menjadi tanah
negara/perkebunan negara seluas 237,75 ha, tanah wakaf seluas 0,25 ha, tanah pelaba
pura 5 ha, sisanya tanah hak milik 2.790 ha. Tanah merupakan hal yang sangat penting
23
dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat Desa Pemuteran tanah tidak saja
memiliki nilai ekonomi, tetapi juga nilai sosial dan religius. Karena tanah merupakan
hal yang sangat penting bagi masyarakat, ada berbagai pranata yang terlibat dalam
penguasaan tanah. Adapun pranata yang terlibat dalam penguasaan tanah adalah pranata
politik, pranata relegi, pranata ekonomi, dan pranata kekerabatan (Agung, dkk. 1989:
48-125; Scheltema, 1985: 97-112).
Pada masyarakat Desa Pemuteran,
penguasaan tanah adalah pranata negara. Hal ini tampak dari adanya tanah negara baik
dalam bentuk tanah perkebunan maupun hutan negara. Pranata Desa Pakraman
Pemuteran juga terlibat. Hal ini tampak dari adanya tanah desa baik dalam bentuk
karang desa, maupun pelaba pura. Begitu juga pranata relegi. Hal ini dapat dilihat dari
adanya tanah pelaba pura, baik dalam kaitannya dengan Pura Kahyangan Desa
maupun Pura Kerabat, Paibon/Kawitan,Dadia. Di samping itu pranata kekerabatan
juga terlibat. Hal ini tampak dari adanya tanah warisan. Ada juga pranata ekonomi yang
berbadan hukum dengan adanya penguasaan tanah oleh pengusaha
pariwisata
24
nuansa spiritual yang ada di kawasan Pemuteran melalui biro perjalanan yang
dikelolanya. Kemudian, pada tahun 1990, I Gusti Agung Prana membangun sebuah
bungalow yang diberi nama Pondok Sari. Tahun 1994 bungalow Pondok Sari dijual,
kemudian, I Gst Agung Prana membangun Hotel Taman Sari, yang disusul dengan
pendirian Hotel Matahari. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
sampai tahun 1995, di Desa Pemuteran hanya ada tiga hotel, yaitu Hotel Matahari,
Hotel Taman Sari, dan Hotel Pondok Sari.
Di jalan utama Singaraja-Gilimanuk, terbentang beberapa papan nama hotel
seperti tampak pada gambar berikut:
Gambar 4.1
Papan Nama Hotel di Desa Pemuteran
(Sumber:Dokumentasi Mudana, 2012)
Pemerintahan
Desa
Pakraman
dan
Pemerintahan
Desa
Dinas.
Sedangkan
pemerintahan Desa Dinas dipimpin oleh Perbekel. Untuk jelasnya mengenai lokasi atau
25
berikut
ini.
26
Tabel 4.1 Aparat Desa yang Hadir dalam Kegiatan Dialog dan Pelatihan
No
Nama
Jabatan
1.
I Made Sulandra
Sekretaris Desa
2.
I Ketut Mahardika
Kaur Pembangunan
3.
Kaur Kesra
4.
Ni Luh Sumartini
Kaur Umum
5.
I Wayan Suarta
Kaur Pemerintahan
6.
M.Zainal.A
Kaur Keuangan
I Wayan Ladra
Staf Desa
8.
I Kadek Wenten
Staf Desa
9.
Made Gunaksa
Pecalang Segara
10.
PKK
11.
Nurhaeti
PKK
27
Nama
No.
Nama
1.
Km Mahayoni
12.
Kd. Ariani
2.
Kd Dresti
13.
3.
Putu Artini
14.
Kt. Sudarmi
4.
Ni Made Narwi
15.
I Gst Kt Sutarini
5.
Ni Luh Ayu
16
Luh Budiasmini
6.
Km Ayu Armini
17.
Ni Kd Yoni Asih
7.
Kt Yeni
18.
8.
Luh Swastini
19.
Nurhaeti
9.
Luh Sumartini
20.
Ni Km Eliantini
10.
Km Yuni
21.
Ni Kt Arisetiawati
11.
Km Darmini
22.
I Ketut Mahardika
28
Ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran merasa sangat senang mendapatkan ceramah dan
pelatihan tentang pariwisata, pelestarian lingkungan dan pembuatan Bakso, Nugget, dan
Bolu Kukus Pelangi. Karena kegiatan ini tidak saja memeperluas luas wawasannya
tentang kepariwisataan, pelestarian lingkungan, tetapi juga telah mengembangkan
keterampilannya dalam memanfaatkan berbagai potensi lokal untuk pemertahanan
pangan dalam bentuk olahan yang sangat bervariasi. Di samping itu kegiatan ini juga
memebrikan keberikan kontribusi bagi peningkatan kehidupan ekonomi keluarga,
paling tidak mengurangi beban ekonomi keluarga. Karena produk dari kegiatan ini
seperti bakso, nugget, dan bolu kukus pelangi, merupakan makanan-makanan yang
sangat disukai oleh anggota keluarga terutama bagi anak-anak dan remaja. Di samping
itu keterampilan yang diperoleh juga akan dapat dikontribusikan secara tidak langsung
untuk meningkatkan gizi dan kesehatan keluarga. Karena produk yang dihasilakan
terbuat dari bahan-bahan dan alat-alat yang memenuhi standar gizi dan kesehatan.
Keunggulan lainnya dari produk ini adalah bahan yang digunakan sesuai dengan potensi
lokal baik yang berasal dari lingkungan pesisir ( ikan) maupun yang berasal dari hasil
perkebunan setempat ( ketela pohon).
29
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan atas hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kegiatan P2M desa binaan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan aparat desa dalam mengembangkan kolaborasi dengan
kelompok masyarakat lainnya seperti masyarakat politik, ekonomi dan sipil.
2. Kegiatan P2M desa binaan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan aparat desa dan Ibu-Ibu PKK dalam pengembangan pariwisata
dan kelestarian lingkungan.
3. Kegiatan P2M desa binaan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan
ibu-ibu PKK pembuatan bakso, nugget dan bolu kukus pelangi.
5.2 Saran
1. Aparat desa perlu terus meningkatkan wawasannya melalui keterlibatan
dalam berbagai acara pembinaan yang terkait dengan tugas-tugas yang
diemban.
2. Ibu-ibu PKK desa Pemuteran diharapkan terus meningkatkan wawasannya
dalam pengembangan kuliner bnerbasis potensi lokal
3. Perguruan tinggi diharapkan agar terus secara berkelanjutan melaksanakan
pembinaan
4. Pemerintah perlu memperhatikan potensi lokal, baik sumber alamnya
maupun sumber daya manusinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32
Gambar 1 Pembukaan P2M Desa Binaan Berbasis Kearifan Lokal di Desa Pemuteran
33
34
Penutupan kegiatan
35