Anda di halaman 1dari 9

USAHA REVITALISASI UMKM KONVEKSI PASCA

PANDEMIK MELALUI PROGRAM BPUM KABUPATEN


TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan pemerintahan dan


salah satu syarat penyusunan proposal pada Program Sarjana Sains Terapan Ilmu
Pemerintahan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Disusun Oleh
Nama : M. Abbylla Nainggolan
NPP : 32.0379

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Waramatullahi Wabarakatuh


Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena

berkat curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sebagai dapat menyempurnakkan

proposal skripsi dengan judul “USAHA REVITALISASI UMKM KONVEKSI PASCA

PANDEMIK MELALUI PROGRAM BPUM KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI

JAWA BARAT”, sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program Sarjana

Terapan (DIV) jurusan Ekonomi Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Penulis Menyadari bahwa proposal ini masih

jauh dari kata sempurna dan propsal ini mungkin tidak akan terselesaikan tanpa

adanya bantuan, dukungan serta bimbingan dan nasehat dari semua pihak yang ikut

terlibat dalam penyusunan proposal ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Iwan Setiawan dan Diah Budiyanti yang senantiasa

mendukung baik dalam doa, cinta dan kasih sayang di setiap langkah penulis,

dan ini merupakan anugerah terbesar dan Penulis berharap mampu menjadi anak

yang dibanggakan

2. Bapak Prof. Dr. Murtir Jeddawi, SH., S.Sos., M.Si, selaku direktur Institut

Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Sulawesi Selatan

3. Ibu Dr., Ir., Hendrawati Hamid,. M.Si, selaku dosen pembimbing proposal skripsi
atas bimbingan, arahan serta saran yang diberikan kepada penulis sehingga

proposal Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh staff pengajar Fakultas Politik Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam


Negeri yang memberikan ilmu dan pengetahuan yang tidak ternilai selama penulis

menempuh pendidikan sebagai praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri


BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Salah satu strategi yang dicanangkan pemerintah dalam upaya

memberdayakan masyarakat adalah melalui program UMKM mandiri, upaya ini

dilakukan guna menciptakan individu maupun kelompok-kelompok dalam

masyarakat yang secara produktif bergerak dalam perekonomian lokal. Indonesia

yang memiliki keragaman budaya di dalamnya menjadi keunggulan tersendiri dalam

memberdayakan masyarakat, hal ini dikarenakan keragaman budaya yang bukan

hanya semata-mata sebagai sebuah identitas namun juga sebuah inovasi, ide yang

memacu kreatifitas masyarakat untuk berpikir kreatif bagaimana mengelola potensi

daerah mereka yang beragam untuk menghasilakn sesuatu yang bernilai ekonomis

bagi masyarakat. Inilah yang menjadi landasan terlahirnya konsep usaha berbasis

kearifan lokal yang disebut UMKM. Pemerintah sendiri sedang gencarnya-gencarnya

mempromosikan berdirinya UMKM lokal di berbagai daerah di Indonesia, melalui

program-program seperti pemberian BLT, pendirian koperasi serta kredit usaha

rakyat merupakan bentuk keseriusan pemerintahan dalam menciptakan kelompok

masyarakat yang terampil dan mandiri terlebih di bidang ekonomi kreatif.

Sekalipun demikian jika berbicara soal pemberdayaan masyarakat bukanlah

sesuatu yang mudah, bahkan kalimat ekonomi kreatif merupakan sesuatu yang baru

di Indonesia. Mengelola 38 Provinsi dengan potensi yang berbeda menjadi

tantangan tersendiri bagi dunia UMKM Indonesia, ditambah pasca pandemi covid

yang sempat melanda Indonesia nyaris membuat perekonomian lumpuh total ini

juga mengakibatkan mayoritas usaha bidang ekonomi kreatif seketika lumpuh.

Terhitung sejak Maret 2020 UMKM, Indonesia berada di posisi yang kurang stabil.
Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan bahwa selama pandemi terdapat 72,6%

pelaku UMKM yang mengalami penurunan kinerja karena terdampak Covid-19.

Selain itu survei yang dilakukan Asian Development Bank (ADB) per 16 September

2020 juga menunjukkan 48,6% UMKM Indonesia tutup akibat pandemi (Widyatama,

2020).

Wilayah yang mengalami penurunan produktifitas yang cukup signifikan

adalah Provinsi Jawa barat, Survey Bank Indonesia (BI) mengindikasikan hanya

sekitar 12,5% UMKM yang mampu bertahan selama pandemi dan hanya 27,6%

yang mampu menjaga stabiltas produksinya (Naviandri, 2020), dan salah satunya

adalah Kota Tasikmalaya.Sebagai salah satu wilayah Industri di Jawa Barat,

KotaTasikmalaya merupakan sentra garmen dan Konveksi yang cukup besar namun

semenjak pandemi Covid-19, banyak usaha mikro maupun menengah di Kota

Tasikmalaya gulung tikar baik karena merosotnya angka penjualan maupun

menurunnya jumlah produksi karena kebijakan WFH yang mengakibatkan

meninkatnya jumlah karyawan yang di PHK maupun dirumahkan. Fenomena inilah

dimana pemerintah berinisiatif dalam pengambilan kebijakan dengan memberikan

bantuan yang sifatnya finansial bagi para pelaku usaha mikro dan menengah guna

memulihkan kembali aktivitas ekonomi dan meningkatkan jumlah produksi terutama

di Kecamatan-kecamatan Kota Tasikmalaya

Menurut Assauri (2011:75), proses produksi adalah cara, metode dan teknik

untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan

menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada.

Dalam aktifitas produksi, kegiatan tidak hanya berfokus pada pembuatannya tetapi

juga terkait penyimpanan, pengecekan, pengemasan, distribusi hingga sampai ke


tangan konsumen.. Semua faktor-faktor produksi (Factor Of Production) seperti

tenaga, modal, manusia, bahan baku yang digunakan untuk menopang kegiatan

operasional yang berguna meningkatkan nilai suatu barang menjadi lebih tinggi.

Kegiatan produksi sendiri tidak akan bisa berjalan tanpa adanya kolaborasi yang

baik antara faktor-faktor yang telah disebutkan, karena dalam dunia bisnis

khususnya industri, semua aspek berperan penting bukan hanya yang terlihat saja

namun juga berada di balik layar juga turut mempengaruhi.

Untuk mempertahankan serta mengembalikan aktifitas produksi yang lesu

pasca pandemi terutama di bidang garmen dan konveksi, Kementerian Koperasi

bekerja sama dengan Kementerian Keuangan berupaya mendukung aktifitas

produksi dengan memberi bantuan berupa modal tunai kepada para pelaku UMKM

sebagai upaya stimulus dalam pemulihan ekonomi. Bantuan berupa modal tunai ini

disebut dengan BPUM atau Bantuan Bagi Para Pelaku Usaha Mikro dan merupakan

Komponen strategi pemulihan ekonomi nasional atau disingkat PEN, dengan

bantuan ini diharapkan pemerintah mampu mempercepat pergerakan ekonomi

negara ke arah surplus positif. Bagi para pelaku UMKM sendiri terutama pada

usaha Konveksi di Kota Tasikmalaya ini merupakan kabar yang cukup melegakan,

BPUM ini diberikan dalam bentuk uang sejumlah Rp2.400.000,- (dua juta empat

ratus ribu rupiah) kepada pelaku usaha mikro yang memenuhi kriteria tertentu dan

dana BPUM ini disalurkan langsung ke rekening penerima BPUM. Tentunya BPUM

ini dikhususkan bagi pelaku usaha mikro dengan persyaratan tidak sedang

menerima kredit atau pembiayaan perbankan.


Tabel 1.1 Data Usaha Konveksi yang Merima BPUM di Kecamatan Cibeureum Kota

Tasikmalaya.

No Kelurahan Penerima BPUM

1 Setiaratu 21

2 Kersanagara 17

3 Kota Baru 42

4 Awipari 3

5 Setianagara 4

6 Ciherang 48

7 Ciakar 0

8 Margabakti 0

9 Setiajaya 0

Jumlah 135

Data BPUM Kota Tasikmalaya Diolah

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya (2021)

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya pada gelombang

pertama total keseluruhan penerima BPUM di Kota/Kab Tasikmalaya jumlahnya

mencapai 18.991 usaha dan wilayah Kecamatan Cibeureum mencapai 1.229 pelaku

usaha yang mendapatkan BPUM tersebut dari berbagai macam kategori usaha , ulai

dari usaha kuliner, pedagang, usaha ternak, usaha konveksi dll. Untuk jumlah

penerima BPUM usaha konveksi di Kecamatan Cibeuruem ini sebanyak 135 usaha

konveksi diantaranya Kelurahan Setiaratu sebanyak 21 usaha konveksi, Kelurahan

Kersanagara sebanyak 17 usaha konveksi, Kelurahan Kota Baru sebanyak 42

usaha konveksi, Kelurahan Awipari sebanyak 3 usaha konveksi, Kelurahan


Setianagara sebanyak 4 usaha konveksi, Kelurahan Ciherang sebanyak 48 usaha

konveksi, Kelurahan Ciakar, Kelurahan Margabakti dan Kelurahan Setiajaya tidak

ada yang mendapatkan fasilitas program BPUM dalam bidang usaha konveksi.

Adanya BPUM ini diharapkan dapat berguna bagi para pelaku usaha yang sempat

mengalami penurunan penjualan sehingga mampu mempertahan usahanya di masa

pandemi COVID-19 ini untuk kembali memproduksi produknya dan nantinya dapat

menaikan profit kembali.

Melalui uraian di atas guna menambah khazah keilmuan penelitian dalam

mengetahui apakah terdapat perubahan profit yang dipengaruhi oleh jumlah

produksi sebelum dan sesudah memperoleh fasilitas program bantuan tersebut

maka disusunlah proposal skirpsi yang berjudul COMMUNITY EMPOWERMENT,

USAHA REVITALISASI UMKM KONVEKSI PASCA PANDEMIK MELALUI

PROGRAM BPUM KABUPATEN TASIKMALAYA.

1.2 PERMASALAHAN

1.2.1 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Target penerima bantuan yang tidak tepat sasaran dimana bantuan yang

seharusnya diterima bagi para pelaku UMKM justru menyasar kepada Industri

yang lebih besar

2. Minimnya transparasi data yang rill terkait jumlah kelompok UMKM konveksi

yang berhak menerima Bantuan Pelaku UMKM (BPUM)

3. Tingkat Pengawasan yang minim terutama oleh Pemerintah Kota/Kabupaten

Tasikmalaya terkait pihak-pihak yang berhak menerima bantuan


1.2.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Seberapa signifikan pengaruh program BPUM terhadap pemulihan usaha

konveksi ?.

2. Apakah terdapat perbedaan baik dari segi profit maupun jumlah produksi

sebelum dan sesudah memperoleh fasilitas program bantuan tersebut ?.

3. Apakah masih terdapat kendala di lapangan terkait pendistribusian program

BPUM itu sendiri ?.

4. Bagaimana Pemerintah turut terlibat dalam usaha pemulihan ekonomi

Komunitas Konveksi baik sebagai pembuat dan pengawas kebijakan ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mengacu kepada permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui perbedaan pengaruh jumlah produksi terhadap profit usaha konveksi di

Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya sebelum dan sesudah memperoleh

fasilitas program bantuan bagi pelaku usaha mikro (BPUM).

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak. Adapun

kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian yang berupa proposal ini diharapkan mampu menjadi referensi

maupun acuan guna penelitian-penelitian lebih lanjut terkait dengan pengembangan


cabang Ilmu Pemerintahan khususnya tentang pemberdayaan masyarakat dan

UMKM konveksi Kabupaten Tasikmalaya

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, pengalaman praktis

lapangan terlebih dalam dunia usaha dan industri, serta informasi baru dan

penerapan ilmu.

2. Bagi Lembaga Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi dan dapat menjadi acuan dalam

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas bantuan Pemerintah bagi

pelaku usaha mikro serta sebagai pertimbangan dalam memberi masukan terkait

pembuatan kebijakan Pemerintah terutama pihak Akademisi Institut Pemerintahan

Dalam Negeri

3. Bagi Pelaku Usaha Konveksi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi

pihak-pihak yang bersangkutan, terutama bagi pelaku usaha konveksi yang

mendapat fasilitas program bantuan bagi pelaku usaha mikro (BPUM) di Kota

Tasikmalaya untuk mempertahankan usahanya di masa pandemi COVID-19.

4. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi

pemerintah terutama dinas terkait, yaitu Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil

Menengah, Perindustrian Dan Perdagangan Kota Tasikmalaya dalam memutuskan

kebijakan terkait dengan dampak BPUM pada pelaku usaha konveksi di Kecamatan

Cibeureum Kota Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai