Disusun oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2015
1
PENGESAHAN
PROPOSAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
Isi…………….…………………………………............................................... 1
Lampiran
4
ISI
1. Pendahuluan
Pengelolaan industri kecil rumah tangga merupakan usaha yang
sedang gencar perkembang pesat di Indonesia dengan seiringnya
dukungan pemerintah Indonesia terhadap berkembangnya ekonomi kreatif
di Indonesia. Hal ini didasarkan kepada potensi tenaga kerja Indonesia
yang tanpa diduga banyak terserap di industri kecil rumah tangga. Salah
satu faktor penyebabnya, karena di dalam industri ini tidak dibutuhkan
tenaga kerja yang didasarkan oleh tingkat pendidikan tenaga kerja.
Salah satu industri kecil rumah tangga tersebut adalah industri
tenun rumahan yang berada di salah satu desa yang terletak di Desa
Medono. Desa Medono adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Pekalongan Barat, dengan letak daerah dari pusat Pemerintahan
Kecamatan 1 Km, sedangkan sebelah utara jarak 1 km dari Ibukota
Kabupaten/Kota dan 120 km jarak Ibukota Propinsi. Luas wilayah Desa
Medono sebesar 116.2485 hektar. Industri tenun di Desa Medono
dikembangkan oleh setiap rumah-rumah penduduk. Selain itu faktor yang
tidak dapat diabaikan dalam perkembangan industri tenun ini adalah
jumlah usia produktif yang lebih banyak dari yang tidak berproduktif,
sehingga tidak ada hambatan bagi mereka untuk mengembangkan
kemampuan.
Melihat dari begitu besar potensi yang dimiliki oleh Desa Medono
Pemerintah Pekalongan dan berbagai pihak tidak tinggal diam dan ikut
mendorong kemajuan industri tenun tersebut. Salah satu usaha tersebut
adalah dengan terus berusaha mengembangkan kerajinan tenun ATBM
(Alat Tenun Bukan Mesin) dengan program sentralisasi industri tenun
ATBM.
5
Sentralisasi industri tenun ini merupakan keputusan yang tepat
karena Desa Medono relative mudah dijangkau. Para pengrajin di Desa
Medono banyak memproduksi kain tenun berbahan dasar benang. Dan
untuk menjajakan produk tenun tersebut, para pengrajin membuka
showroom dan workshop di rumah tinggal.
Produk yang dihasilan bermacam-macam menyesuaikan
permintaan pasar. Pada awalnya, tenun ATBM hanya menghasilkan
lembaran-lembaran kain panjang berbahan dasar benang. Kemudian
berkembang dan terus mengalami modifikasi. Kini, tak hanya benang yang
menjadi bahan baku. Enceng gondok, mending, akar wangi, serat nanas,
serat pohon pisang, bahkan lidi dapat menjadi bahan baku kerajinan tenun.
Meski demikian, pengelolaan industri kecil rumah tangga tersebut
belum dapat menggempur persaingan pasar global. Hal ini dikarenakan
masyarakat di Desa Medono yang merupakan salah satu sentra tenun di
Pekalongan hanya bergerak secara individu semata tanpa adanya wadah
yang menangungi seluruh individu pengrajin tenun sehingga merupakan
lahan subur untuk para tengkulak untuk menentukan harga. Inilah
penyebab utama kehancuran usaha dan para pengrajin ini belum dibekali
akan manajemen usaha yang dapat memenuhi permintaan zaman.
2. Perumusan Masalah
6
3. Penetapan Program
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijabarkan maka
ditetapan program di Desa Medono: Pemberdayaan Pengelolaan Industri
Tenun ATBM Menembus Pasar Global.
4. Tujuan
Tujuan dilakukan Pemberdayaan Pengelolaan Industri Tenun ATBM
Menembus Pasar Global, sebagai berikut:
a. Memberikan pemahaman pada pengrajin dan masyarakat akan
pentingnya persatuan dalam menembus pasar global.
b. Memberikan keterampilan dalam mempromosikan tenun ATBM dari
Desa Medono.
7
6. Identifikasi Sumber dan Tenaga Pelaksana
Identifikasi Sumber dan Tenaga Pelaksanaan dalam pelatihan ini,
antara lain:
a. Sarana yang diperlukan dalam pelatihan ini antara lain ruang atau
tempat untuk pelatihan dan kelengkapan pelatihan.
b. Sumber dana yang dapat digunakan berasal dari Pemerintah
Pekalongan, Kas Desa, dan swadaya masyarakat serta sponsor yang
terkait dengan program pelatihan.
c. Sumber daya manusia dalam pelatihan ini dapat berasal dari
mahasiswa dan dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Yogyakarta, juga instansi terkait dengan program pelatihan.
8
8. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dalam pelatihan ini, antara lain:
a. Monitoring dilakukan pada saat kegiatan berlangsung yang dilakukan
pengelola dan pendamping. Kegiatan monitoring diperlukan untuk
memastikan bahwa kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
b. Evaluasi dilakukan paling lambat lima hari setelah kegiatan selesai
oleh pengelila, aparat desa, dan pendamping. Kegiatan evaluasi
diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam
pelaksanan kegiatan, agar untuk berikutnya dapat dilakukan dengan
lebih baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Iswinarno, D.Y. 2008. Hubungan Antara Pola Pergeseran Tenaga Kerja dengan
Tingkat Upah, Umur, Pendidikan dan Jumlah Anggota Keluarga di
Industri Tenun “Asritex”. Skripsi Fakultas Pertanian. UPN Veteran
Yogyakarta.
10