Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

PELATIHAN PENGELOLAAN INDUSTRI TENUN ATBM DESA


MEDONO MENEMBUS PASAR GLOBAL

Disusun oleh:

Ayu Kumala Sari 135130018

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2015

1
PENGESAHAN
PROPOSAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

a. Nama Program : Pemberdayaan Pengelolaan Industri Tenun


ATBM Menembus Pasar Global
b. Lokasi : Kelurahan/Desa Medono Kecamatan
Pekalongan Barat Kabupaten/Kota
Pekalongan Propinsi Jawa Tengah
c. Waktu Pelaksanaan : 30 Mei 2015 s.d 28 Juni 2015
d. Pelaksanaan : Mahasiswa dan dosen Prodi Agribisnis
Fakultas Pertanian UPN “Veteran”
Yogyakarta, juga instansi terkait dengan
program pelatihan
e. Instansi : Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UMKM Kota Pekalongan
f. Sumber Dana : Pemerintah Pekalongan, Kas Desa, dan
swadaya masyarakat serta sponsor yang
terkait dengan program pelatihan

Yogyakarta, April 2015


Menyetujui
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Ketua Pelaksana
Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan

Muhammad Afib, S.Sos Muhammad Wahidin


Menyetuji
Tokoh Masyarakat Desa Medono Lurah Desa Medono

Drs.H. Basuki Hendri Susilo, MP M.Mahfud Muqoddas

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya.


Tidak lupa sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW, sehingga penyusunan proposal Pemberdayaan
Pengelolaan Industri Tenun ATBM Menembus Pasar Global ini dapat
terselesaikan.
Penyusunan hasil proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat di Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta. Pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian proposal Pemberdayaan Pengelolaan Industri Tenun ATBM
Menembus Pasar Global.
Disadari bahwa salah satu hambatan dalam penyusunan proposal
Pemberdayaan Pengelolaan Industri Tenun ATBM Menembus Pasar Global ini
adalah keterbatasan informasi dan bahan sehingga hasil ini dirasakan masih belum
sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikannya
di masa yang akan datang.
Akhirnya penyusun berharap proposal Pemberdayaan Pengelolaan Industri
Tenun ATBM Menembus Pasar Global ini dapat bermanfaat bagi lingkungan
belajar penulis aamiin.

Yogyakarta, April 2015

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………….………………………….. i

Lembar Pengesahan ………………………………………………………….. ii

Kata Pengantar ………………..………………….…………………………... iii

Daftar Isi ………………………………………….…...…………………....... iv

Isi…………….…………………………………............................................... 1

Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 6

Lampiran

4
ISI

PEMBERDAYAAN PENGELOLAAN INDUSTRI TENUN ATBM DESA


MEDONO MENEMBUS PASAR GLOBAL

1. Pendahuluan
Pengelolaan industri kecil rumah tangga merupakan usaha yang
sedang gencar perkembang pesat di Indonesia dengan seiringnya
dukungan pemerintah Indonesia terhadap berkembangnya ekonomi kreatif
di Indonesia. Hal ini didasarkan kepada potensi tenaga kerja Indonesia
yang tanpa diduga banyak terserap di industri kecil rumah tangga. Salah
satu faktor penyebabnya, karena di dalam industri ini tidak dibutuhkan
tenaga kerja yang didasarkan oleh tingkat pendidikan tenaga kerja.
Salah satu industri kecil rumah tangga tersebut adalah industri
tenun rumahan yang berada di salah satu desa yang terletak di Desa
Medono. Desa Medono adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Pekalongan Barat, dengan letak daerah dari pusat Pemerintahan
Kecamatan 1 Km, sedangkan sebelah utara jarak 1 km dari Ibukota
Kabupaten/Kota dan 120 km jarak Ibukota Propinsi. Luas wilayah Desa
Medono sebesar 116.2485 hektar. Industri tenun di Desa Medono
dikembangkan oleh setiap rumah-rumah penduduk. Selain itu faktor yang
tidak dapat diabaikan dalam perkembangan industri tenun ini adalah
jumlah usia produktif yang lebih banyak dari yang tidak berproduktif,
sehingga tidak ada hambatan bagi mereka untuk mengembangkan
kemampuan.
Melihat dari begitu besar potensi yang dimiliki oleh Desa Medono
Pemerintah Pekalongan dan berbagai pihak tidak tinggal diam dan ikut
mendorong kemajuan industri tenun tersebut. Salah satu usaha tersebut
adalah dengan terus berusaha mengembangkan kerajinan tenun ATBM
(Alat Tenun Bukan Mesin) dengan program sentralisasi industri tenun
ATBM.

5
Sentralisasi industri tenun ini merupakan keputusan yang tepat
karena Desa Medono relative mudah dijangkau. Para pengrajin di Desa
Medono banyak memproduksi kain tenun berbahan dasar benang. Dan
untuk menjajakan produk tenun tersebut, para pengrajin membuka
showroom dan workshop di rumah tinggal.
Produk yang dihasilan bermacam-macam menyesuaikan
permintaan pasar. Pada awalnya, tenun ATBM hanya menghasilkan
lembaran-lembaran kain panjang berbahan dasar benang. Kemudian
berkembang dan terus mengalami modifikasi. Kini, tak hanya benang yang
menjadi bahan baku. Enceng gondok, mending, akar wangi, serat nanas,
serat pohon pisang, bahkan lidi dapat menjadi bahan baku kerajinan tenun.
Meski demikian, pengelolaan industri kecil rumah tangga tersebut
belum dapat menggempur persaingan pasar global. Hal ini dikarenakan
masyarakat di Desa Medono yang merupakan salah satu sentra tenun di
Pekalongan hanya bergerak secara individu semata tanpa adanya wadah
yang menangungi seluruh individu pengrajin tenun sehingga merupakan
lahan subur untuk para tengkulak untuk menentukan harga. Inilah
penyebab utama kehancuran usaha dan para pengrajin ini belum dibekali
akan manajemen usaha yang dapat memenuhi permintaan zaman.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan potensi wilayah yang ada, ada beberapa hal yang


perlu dipertanyakan kembali dalam kaitannya dengan pengelolaan industri
tenun di Desa Medono sebagai sentralisasi industri tenun ATBM, yaitu:

a. Mengapa tidak dapat menembus persaingan pasar global?


b. Mengapa tidaknya perkumpulan persatuan masyarakat?

6
3. Penetapan Program
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijabarkan maka
ditetapan program di Desa Medono: Pemberdayaan Pengelolaan Industri
Tenun ATBM Menembus Pasar Global.

4. Tujuan
Tujuan dilakukan Pemberdayaan Pengelolaan Industri Tenun ATBM
Menembus Pasar Global, sebagai berikut:
a. Memberikan pemahaman pada pengrajin dan masyarakat akan
pentingnya persatuan dalam menembus pasar global.
b. Memberikan keterampilan dalam mempromosikan tenun ATBM dari
Desa Medono.

5. Penentuan Kelompok Sasaran

Kelompok Sasaran dalam pelatihan ini, antara lain:

a. Karang Taruna sebagai agen perubahan dalam pemasaran tenun


ATBM dari Desa Medono.
b. Pengurus desa sebagai perekat seluruh masyarakat di Desa Medono.
c. Masyarakat yang terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi dan
pemasaran tenun ATBM dari Desa Medono.

7
6. Identifikasi Sumber dan Tenaga Pelaksana
Identifikasi Sumber dan Tenaga Pelaksanaan dalam pelatihan ini,
antara lain:
a. Sarana yang diperlukan dalam pelatihan ini antara lain ruang atau
tempat untuk pelatihan dan kelengkapan pelatihan.
b. Sumber dana yang dapat digunakan berasal dari Pemerintah
Pekalongan, Kas Desa, dan swadaya masyarakat serta sponsor yang
terkait dengan program pelatihan.
c. Sumber daya manusia dalam pelatihan ini dapat berasal dari
mahasiswa dan dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Yogyakarta, juga instansi terkait dengan program pelatihan.

7. Strategi dan Jadwal Kegiatan

Strategi dan Jadwal Kegiatan dalam pelatihan ini, antara lain:

a. Strategi yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode


Participatory Rural Appraisal (PRA). Menekankan adanya peran serta
aktif dari masyarakat dalam merencanakan pembangunan
(penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan wilayah,
pengidentifikasikasian masalah sampai penentuan skala prioritas.
Dengan PRA diharapkan kelompok sasaran akan lebih cepat dalam
menyerap pengetahuan dan dapat secara cepat menjadi masyarakat
madani yang mampu mandiri dalam pengelolaan industri tenun
ATBM.
b. Jadwal program disusun bersama dengan masyarakat agar tidak
menggangu kegiatan yang sudah ada dalam masyarakat.

8
8. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dalam pelatihan ini, antara lain:
a. Monitoring dilakukan pada saat kegiatan berlangsung yang dilakukan
pengelola dan pendamping. Kegiatan monitoring diperlukan untuk
memastikan bahwa kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
b. Evaluasi dilakukan paling lambat lima hari setelah kegiatan selesai
oleh pengelila, aparat desa, dan pendamping. Kegiatan evaluasi
diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam
pelaksanan kegiatan, agar untuk berikutnya dapat dilakukan dengan
lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Iswinarno, D.Y. 2008. Hubungan Antara Pola Pergeseran Tenaga Kerja dengan
Tingkat Upah, Umur, Pendidikan dan Jumlah Anggota Keluarga di
Industri Tenun “Asritex”. Skripsi Fakultas Pertanian. UPN Veteran
Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai