Anda di halaman 1dari 79

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA INDONESIA

DENGAN UNI EROPA PERIHAL LARANGAN EKSPOR BIJIH


NIKEL DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDAGANGAN
INTERNASIONAL

(kasus ekspor bijih nikel dalam perkara nomor DS592)

Skripsi

Oleh
Salomo Ebeneizer Hasudungan

1840050040

PROGRAM STUDI HUKUM

PROGRAM SARJANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2022
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA INDONESIA DENGAN

UNI EROPA PERIHAL LARANGAN EKSPOR BIJIH NIKEL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDAGANGAN


INTERNASIONAL

(kasus ekspor bijih nikel dalam perkara nomor DS592)

Skripsi

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat strata satu pada Fakultas


Hukum Universitas Kristen Indonesia

Oleh
Salomo Ebeneizer Hasudungan

1840050040

PROGRAM STUDI HUKUM


PROGRAM SARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2022
Visi dan Misi Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia

Visi Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia

Menjadi Fakultas Hukum unggulan di kawasan Asia pada Tahun 2030 di


bidang, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu hukum yang
antisipatif terhdapap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam era globalisasi yang sesuai dengan nilai-nilai kristiani dan Pancasila.

Misi Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia

1. Mempersiapkan sarjana hukum yang mampu menggunakan dan


mengembangkan ilmu dan teknologi dibidang perkembangan ilmu hukum
melalui pendekatan ilmiah, interdisipliner dan transnasional sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman agar mampu bersaing di era global.
2. Mempersiapkan sarjana hukum yang menguasai ilmu dan senantiasa
menegakkan nilai moral, etika, serta rasa cinta kepada negara, berperilaku yang
demokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
3. Mengembangkan pengetahuan hukum, yang berwawasan nasional dan
internasional.
4. Mengembangkan dan meningkatkan penelitian serta profesionalisme dalam
ilmu pengetahuan hukum dan bidang ilmu pengetahuan lainnya.
5. Menyelenggarakan jenjang Pendidikan akademik berkelanjutan dan profesi
dalam bidang hukum.
6. Mendorong penelitian dan pengabdian masyarakat yang dapat
meningkatkankesadaran hak dan kesadaran hukum serta kesejahteraan rakyat
Indonesia.
7. Membina hubungan Kerjasama dengan praktidi hukum dan instansi penegakan
hukum serta instansi-instansi lainnya baik negeri maupun swasta, Lembaga-
lembaga gerejawi dalam pengembangan dan implementasi ilmu bukum dalm
bidang ilmu hukum pengetahuan lainnya.

i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Salomo Ebeneizer Hasudungan
NIM : 1840050040
Program Studi : Hukum
Fakultas : Hukum
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis tugas akhir yang ber judul “Penyelesaian
Sengketa Antara Indonesia Dengan Uni Eropa Perihal Larangan Ekspor Bijih Nikel
Dalam Perspektif Hukum Perdagangan Internasional (Kasus Eskpor Bijih Nikel Dalam
Perkara Nomor DS592)” adalah:
1. Dibuat dan diselesaikan sendiri dengan menggunakan hasil kuliah, tinjauan
lapangan, buku–buku dan jurnal acuan yang tertera di dalam referensi pada karya
tugas akhir saya.
2. Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau yang
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di universitas lain, kecuali pada
bagian-bagian sumber informasi yang dicantumkan dengan cara referensi yang
semestinya.
3. Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau jurnal acuan yang
tertera di dalam referensi pada tugas.

Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang dinyatakan di atas, maka karya tugas
akhir ini dianggap batal.
Jakarta, 12 Februari 2022

(Salomo Ebeneizer Hasudungan)

ii
iii
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

FAKULTAS HUKUM

PERSETUJUAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

Pada 12 Februari 2022 telah diselenggarakan Sidang Tugas Akhir untuk memenuhi
Sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Satu pada program
Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Indonesia, atas nama:

Nama : Salomo Ebeneizer Hasudungan

NIM : 1840050040

Program Studi : Hukum

Fakultas : Hukum

Termasuk ujian Tugas Akhir yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap


Pekerja Waktu Tertentu atas Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Mangkir
(Studi Putusan Nomor 370/Pdt.Sus-PHI/2020/PN.Jkt.Pst)” oleh tim penguji yang
terdiri dari:

Nama Penguji Jabatan dalam Tim Penguji Tanda Tangan

1. Dr. Mangisi Simanjuntak


, S.H., M.H Sebagai Ketua

2. Edward M L. Panjaitan,
S.H., LL.M Sebagai Anggota

3. Dr. Andrew Betlehn,


S.H.,S.kom., M.H Sebagai Anggota

iv
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Salomo Ebeneizer Hausdungan
NIM : 1840050040
Fakultas : Hukum
Program : Hukum
Jenis Tugas Akhir : Skrisi
Judul : Penyelesaian Sengketa Antara Indonesia Dengan Uni Eropa
Perihal Larangan Ekspor Bijih Nikel Dalam Perspektif Hukum
Perdagangan Internasional (Kasus Eskpor Bijih Nikel Dalam
Perkara Nomor DS592)
Menyatakan bahwa:
1. Tugas akhir tersebut adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah
dipublikasikan atau yang pernah dipakai untuk mendapatkan gelar akademik di
perguruan tinggi manapun;
2. Tugas akhir tersebut bukan merupakan plagiat dari hasil karya pihak lain, dan
apabila saya/kami mengutip dari karya orang lain maka akan dicantumkan sebagai
referensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3. Saya memberikan Hak Noneksklusif Tanpa Royalti kepada Universitas Kristen
Indonesia yang berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugak
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilih hak cipta.

Apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran Hak Cipta dan Kekayaan


Intelektual atau Peraturan Perundangan-undangan Republik Indonesia lainnya dan
integritas akademik dalam karya saya tersebut, maka saya bersedia menanggung
secara pribadi segala bentuk tuntutan hukum dan sanksi akademis yang timbul serta
membebaskan Universitas Kristen Indonesia dari segala tuntutan hukum yang
berlaku.

Jakarta, 20 Februari 2022


Yang Menyatakan

(Salomo Ebeneizer Hasudungan)

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang saya
ajukan adalah “penyelesaian sengketa antara indonesia dengan uni eropa
perihal larangan ekspor bijih nikel dalam perspektif hukum perdagangan
internasional (kasus ekspor bijih nikel dalam perkara nomor DS592).

Penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis selalu menghargai kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi dan
pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulisan skripsi ini tidak dapat lepas dari banyak pihak, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., MBA, selaku Rektor


Universitas Kristen Indonesia.
2. Bapak Dr. Hulman Panjaitan, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Kristen Indonesia dan Ibu L. Elly A.M. Pandiangan, S.H., M.H.,
selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia.
3. Bapak Dr. Poltak Siringoringo, S.H., MH., selaku Kepala Program Studi
Ilmu Hukum Universitas Kristen Indonesia dan Bapak Tomson Situmeang,
S.H., M.H., selaku Plt. KAPRODI.
4. Bapak Lonna Yohannes Lengkong, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing
Akademik saya, Bapak Dr. Mangisi Simanjuntak, S.H., M.H, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi I dan Bapak Edward M L. Panjaitan, S.H., LL.M,
Selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
5. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia.

vi
6. Seluruh staf dan pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas
Kristen Indonesia
7. Noman Silitonga, S.H dan Wiwin Ginita, selaku kedua orangtua, yang
selama ini juga mendorong semangat dan berperan penting sehingga
selesainya penulisan skripsi ini.
8. Adin Latazarni, selaku junior dan kekasih hati, yang selama proses
penulisan skripsi ini juga banyak memberikan sumbangsih dukungan moril
dan sekaligus sebagai penyemangat. Terimakasih juga kepada Dian
Anggraini selaku sahabat saya yang terus menyemangati dan memberikan
dukungan. Terimakasih juga kepada Vincentius selaku adik/junior yang
kerap kali saya repotkan dalam penitipan file dan secara tidak langsung juga
menjadi faktor penyemangat.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik yang
menyemangati, memotivasi atau bahkan merendahkan penulis.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN VISI MISI ................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......... v
KATA PENGANTAR................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................... x

BAB I Pendahuluan..................................................................................................... 1
1. Latar belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
3. Ruang lingkup penelitian ................................................................................ 6
4. Tujuan penelitian .............................................................................................. 6
5. Kerangka teori ................................................................................................... 7
6. Kerangka konseptual ....................................................................................... 8
7. Metode penelitian ............................................................................................. 10
8. Sistematika pembahasan ................................................................................. 14
BAB II Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 16
1. Ruang Lingkup .................................................................................................. 17
2. Dasar Pengaturan Hukum Perdagangan
Internasional....................................................................................................... 21
3. Kerangka Konseptual ...................................................................................... 24
4. Kerangka Teori .................................................................................................. 43
BAB III Pembahasan .................................................................................................. 41
1. Dasar Gugatan Uni Eropa............................................................................... 48
2. Alasan Atau Pembelaan yang dapat
dilakukan Indonesia aga tidak divonis
melanggarketentuan-ketentuan
sebagaimana yang didalilkan Uni Eropa ................................................... 52

viii
BAB IV ............................................................................................................................. 67
1. Proses penyelesaian perkara ekspor bijih
nikel antara Indonesia dengan Uni
Eropa diluar WTO .......................................................................................... 67
2. proses penyelesaian perkara di WTO ........................................................... 73
3. Tanggapan Indonesia atas gugatan Uni
Eropa .................................................................................................................. 78
BAB V Penutup ............................................................................................................. 80
1. Kesimpulan ......................................................................................................... 80
2. Saran ..................................................................................................................... 81
Daftar Pustaka............................................................................................................... 82

ix
ABSTRAK

Uraian mengenai posisi negara berkembang dalam hukum perdagangan


internasional seringkali diwarnai dengan kisah yang kurang baik. Tidak sedikit
tulisan yang menggambarkan tidak adilnya pengaturan hukum perdagangan
internasional kepada kelompok negara ini. Kritik pada umumnya ialah bahwa
aturan-aturan hukum perdagangan internasional hanya menguntungkan negara
maju. Banyak atau umumnya pengaturan hukum perdagangan internasional dibuat
oleh negara maju.

Pandangan demikian mungkin benar adanya. Pada umumnya, konsep atau


draf pengaturan-pengaturan dan kaidah-kaidah hukum perdagangan internasional
disusun oleh para ahli hukum dari negara maju. Negara berkembang ganya
disodori rancangannya. Negara berkembang tidak begitu dapat membayangkan
implikasi dari perjanjian yang mereka rundingkan. Setelah selang beberapa tahun
berjalan, negara berkembang barulah sadar bahwa pengaturan-pengaturan tersebut
merupakan liberalisasi perdagangan. Bahwa kemudian sengketa dagang antar
negara merupakan suatu hal yang pasti terjadi.

Sengketa perdagangan internasional timbul biasanya timbul terkait


permsalahan kebijakan masing-masing negara yang mengarut tentang tarif, kuota,
dan subsidi. Dalam hal ini penulis akan membahas sengketa yang terjadi antara
Indonesia dengan Uni Eropa terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel, yang
mana di tengah laju perdagangan internasional, Indonesia berupaya
memperhatikan kepentingan nasionalnya.

x
Universitas Kristen Indonesia
ABSTRACT

The description of the position of developing countries in international


trade law is often colored with an unfavorable story. Not a few articles that
describe the unfair regulation of international trade law to this group of countries.
The general criticism is that the rules of international trade law only benefit
developed countries. Many or generally international trade law arrangements are
made by developed countries.

Such a view may be true. In general, concepts or drafts of regulations and


rules of international trade law are prepared by legal experts from developed
countries. Developing countries are offered the plan. Developing countries can
hardly imagine the implications of the treaties they negotiated. After a few years,
developing countries realized that these arrangements constituted trade
liberalization. That then trade disputes between countries is a sure thing to happen.

International trade disputes that arise usually arise related to the policy
issues of each country which are concerned with tariffs, quotas, and subsidies. In
this case, the author will discuss the dispute between Indonesia and the European
Union regarding the ban on nickel ore exports, which in the midst of the pace of
international trade, Indonesia tries to pay attention to its national interests.

xi
Universitas Kristen Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Saat ini banyak negara yang melakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan sektor perekonomiannya, salah satunya dengan kegiatan
ekspor dalam perdagangan internasional. Dalam Perdagangan
internasional tidak bisa dilepaskan dengan persoalan ekspor dan impor di
mana kedua hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak akan bisa
dipisahkan. Karena, perdagangan internasional tidak akan pernah terjadi
bila tidak ada kegiatan ekspor impor.

Tujuan kegiatan ekpor antara lain yaitu: meningkatkan laba


negara untuk perolehan harga jual yang lebih baik, membuka pasar baru
di luar negeri, dan membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional
sehingga terlatih dalam persainagn yang ketat dan terhindar dari julukan
jago kendang.1

Penyelenggaraan perdagangan internasional melalui sistem


perdagangan multilateral dan pengaturan kebijakan perdagangan
internasional melalui sistem pengaturan multirateral merupakan
kebutuhan yang bersifat nyata dan sangat mendesak bagi seluruh anggota
masyarakat internasional.2

Dalam hal perdagangan internasional Indonesia merupakan


subyek negara yang aktif dalam melakukan kegiatan perdagangan
internasional dengan negara-negara lain baik di Asia maupun Eropa.

Indonesia Merupakan salah satu negara penghasil nikel terkenal


di dunia, hasil hasil total produksi nikel di mencapai 800.000 megaton,3

1
Adrian sutendi, 2004, hukum ekspor impor, raih asa sukses, Jakarta, h.3
2
Ida Bagus, 2017, Hukum Perdagangan Internasional, refika aditama, Denpasar, h.2
3 https://nikel.co.id/sepuluh-negara-penghasil-nikel-terbesar-ini-siapa-yang-mampu-ambilmomentum di-era-
mobil-listrik/

1
Universitas Kristen Indonesia
Karena Indonesia merupakan negara penghasil nikel terkenal, maka
Indonesia juga berperan selaku pengekspor dan juga aktif dalam dunia
perdagangan internasional.
Indonesia Selama ini juga selalu dijadikan tolak ukur oleh banyak
pihak mengenai keseriusan berbagai negara negara di dunia untuk terjun ke
dalam tren nikel. Salah satu negara yang dimaksud yaitu Uni Eropa. di
beberapa negara dunia, seperti seperti Cina, jepang, korea selatan, australia
dan terutama uni Eropa.
Perdagangan bilateral antara Uni Eropa di Indonesia dalam
komoditas non migas mencapai 25,1 miliar Euro pada tahun 2016. Dari
jumlah tersebut, 14,6 miliar Euro merupakan hasil dari ekspor Indonesia
ke Uni Eropa pada tahun 2016. Uni Eropa merupakan tujuan terbesar
ketiga dari ekspor non migas Indonesia setelah Amerika Serikat dan
Tiongkok. Ekspor utama adalah lemak dan minyak Hewani atau nabati
mesin dan peralatan, tekstil, Alas kaki serta produk plastik dan karet.
Minyak kelapa sawit dari Indonesia merupakan komunitas yang paling
banyak diekspor uni Eropa. Jumlahnya mencapai 49% dari total impor
minyak kelapa sawit di Uni Eropa. Sedangkan, ekspor Uni Eropa ke
Indonesia kebanyakan merupakan peralatan teknologi tinggi,
perlengkapan bidang transportasi, produk manufaktur dan bahan kimia.
Nilai perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa di bidang jasa berjumlah
6,1 miliar EURO.4

Ekspor bijih nikel yang dilakukan Indonesia ke Uni Eropa selama


ini hanya yang berbentuk bahan mentah. Akan tetapi, dengan adanya
“Undang-undang nomor 3 tahun 2020 Tentang mineral dan Batubara”,
ekspor tersebut hanya dilakukan berupa nikel yang sudah mengalami
proses pemurnian atau dengan kata lain bukan bahan mentah.
Sebagaimana dinyatakan dalam undang undang tersebut bahwa
peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan atau

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Indonesia_dengan_Uni_Eropa

2
Universitas Kristen Indonesia
pemurnian wajib memenuhi batasan minimum pengelolaan Dan
pemurnian, dengan mempertimbangkan antara lain peningkatan nilai
ekonomi dan atau kebutuhan pasar.5

Rencana larangan ekspor nikel tersebut sebenarnya bukan barang


baru, sebagaimana dinyatakan dalam “undang-undang nomor 4 tahun
2009 tentang pertambangan mineral dan Batubara” mengatur para
pemegang izin usaha pertambangan dan ijin usaha pertambangan khusus
wajib mengolah dan memberikan hasil tambang mereka di dalam negeri.
Pemurnian dalam negeri harus dilakukan selambat-lambatnya lima tahun
setelah undang undang tersebut diundangkan. Tapi kemudian
diperpanjang tiga tahun dan pemerintah menerbitkan peraturan
pemerintah nomor 1 tahun 2014 tentang pelaksanaan kegiatan pertemuan
mineral dan Batubara.6

Adapun yang menjadi salah satu faktor kuat pembuatan aturan


pemrosesan nikel dalam negeri yaitu dikarenakan terguncangnya ekonomi
Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Pandemi berhasil membuat
perekonomian Indonesia terguncang. Semua indikator yang mencerminkan
kondisi ekonomi makro, mulai dari pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah
tangga, inflasi, pengangguran, tingkat kemiskinan, hingga Purchasing
Managers Index (PMI) manufaktur anjlok.

Temuan virus corona pertama di Indonesia diumumkan pada 2 Maret


2020. Tak butuh waktu lama, pandemi menghambat ekonomi pada kuartal
I/2020, sehingga hanya tumbuh 2,97 persen. Padahal, pada periode yang
sama tahun sebelumnya, ekonomi melesat 5,07 persen. Struktur Produk
Domestik Bruto (PDB) berdasarkan pengeluaran kompak lesu. Konsumsi
rumah tangga sebagai komponen dengan sumbangan terbesar pada PDB
(58,14 persen), hanya tumbuh 2,84 persen, anjlok dari 5,02

5
. Pasal 102 “Undang-Undang nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara”
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara, Pasal 103,

3
Universitas Kristen Indonesia
persen di kuartal I 2019.

Struktur PDB menurut lapangan usaha, mayoritas melambat. Dari


17 sektor lapangan usaha, hanya tiga yang menguat meliputi jasa
keuangan dan asuransi, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan
kegiatan sosial.7

Aturan persyaratan pemurnian dan pengolahan nikel tentu


diharapkan agar guncangan-guncangan ekonomi yang melanda Indonesia
akibat pandemic Covid-19 tidak menjadi sebuah gangguan ekonomi yang
berkelanjuatan.

Akibat adanya pengaturan pemurnian dan pengolahan nikel


tersebut, mengakibatkan uni Eropa menggugat Indonesia ke badan
penyelesaian sengketa (dispute settlement body) World Trade
Organization. World Trade Organization (WTO), dibentuk sebagai
organisasi dagang dunia yang mengatur tentang ketentuan-ketemtuan
dagang dalam perdagangan internasional. World Trade Organization
(WTO) juga sebagai organisasi internasional resmi yang turut mengatur
ketentuan jika terjadinya sengketa permasalahan dagang antara negara-
negara anggotanya, yang dinamakan sistem penyelesaian sengketa WTO.
Sistem penyelesaian sengketa memiliki tujuan untuk memberikan
keamanan dan prediktabilitas dalan sistem perdagangan multilateral.8

Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota WTO,


Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan
internasional yang disepakati dalam perundingan General agreement on
tarrifs and trade (GATT) melalui ratifikasi terhadap “undang-undang
nomor 7 Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement on Estabilishing the
World Trade Organization.9

7
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210811220610-532-679242/babak-belur-ekonomi-
dihajar-15-tahun-pandemi
8
file:///C:/Users/Eben/Downloads/BAB%20I.pdf
9
muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan Internasional, rajawali Pers, Jakarta, h.13

4
Universitas Kristen Indonesia
Namun bahwa kemudian, Uni Eropa menilai langkah yang diambil
pemerintah Indonesia dalam hal pelarangan ekspor bijih nikel melanggar
beberapa ketentuan dalam The General Agreement of Tariffs and Trade
(GATT), diantaranya yaitu pasal X dan pasal XI General Agreement of
Tariffs and Trade (GATT). Uni Eropa mengajukan gugatan ke world trade
organization (WTO) terkait tindakan pemerintah Indonesia dalam hal
pelarangan ekspor bijih nikel mentah pada tanggal 28 November 2019.

Dalam mempertahankan dari liberalisasi perdagangan, Indonesia


telah melakukan beberapa proteksi sektor nikel, sedangkan Uni Eropa
masih terus menerus memprotes keras kebijakan Pemerintah Indonesia
terhadap percepatan pembatasan ekspor nikel (ore).

Hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan pembahasan


yang lebih mendalam tentang Bagaimanakah sesungguhnya penyelesaian
sengketa ekspor bijih nikel antara Indonesia dengan uni Eropa, dan
tentang bagaimanakah hukum perdagangan internasional melindungi
kepentingan-kepentingan ekonomi negara berkembang dalam dunia
perdagangan bebas internasional.

2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pembelaan yang dapat dilakukan Indonesia untuk tidak
divonis melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana yang didalilkan
Uni Eropa?
B. Bagaimana Penyelesaian sengketa di luar world trade organization
(WTO)?

3. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun penelitian ini agar sesuai dengan topik permasalahan dan


tidak terlalu meluas kepada hal yang diluar topik permasalahan, maka
penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut: Hukum perdagangan
internasional yang dimaksud yaitu The General Agreement of Tariffs and

5
Universitas Kristen Indonesia
Trade (GATT); dan sengketa perdagangan internasional yang dikaji dalam
penulisan skripsi ini adalah sengketa ekspor bijih nikel Indonesia terhadap
Uni Eropa, dan tidak meluas terhadap persengketaan negara lain;

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dilakukannya sebuah penelitian atau penulisan


harus dirumuskan secara deklaratif, dan merupakan pernyataan-
pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan dilakukannya
sebuah penelitian atau penulisan karya ilmiah.10

Adapun tujuan dilakukannya penelitian skripsi ini yaitu terbagi dalam 2


tujuan, antara lain:
A. Tujuan umum

Adapun yang dimaksud tujuan umum yaitu penelitian ini


diharapkan dapat mengembangkan ilmu hukum, terlebih khusus
mengenai hukum perdagangan internasional. Karena, ada
paradigma bahwa ilmu tidak boleh bersifat final dan
kebenarannya harus selalu diuji.
B. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan skripsi ini yaitu agar
memahami secara rinci tentang aturan hukum di dalam GATT,
tentang bagaimana GATT melindungi kepentingan tiap-tiap
negara yang tergabung, kemudian juga agar memahami
perlindungan hukum bagi Indonesia sebagai negara berkembang
yang tengah manjaga sumber daya nya yang dalam hal ini
berbenturan kepentingan dengan perdagangan internasional.

5. Kerangka Teori
1. Teori keadilan (John Rawls)
John Rawls berpendapat bahwa Keadilan adalah kebijakan utama dari

10
Soerjono Soekanto, 2020, Pengantar Penelitian Hukum, UI-press, Jakarta, h.119

6
Universitas Kristen Indonesia
hadirnya intuisi intuisi sosial atau (social institution). akan tetapi,
Menurutnya kebijakan bagi seluruh masyarakat tidak dapat
dikesampingkan atau mengganggu rasa keadilan dari setiap orang
yang telah memperoleh rasa keadilan khususnya masyarakat lemah.
2. Teori kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
Terdapat dua macam bentuk penyelesaian sengketa. Pertama, yaitu
model litigasi, yaitu penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh
lembaga peradilan. Kedua, non litigasi atau alternatif dispute
resolution adr, penyelesaian diluar lembaga peradilan ( out of court
dispute settlement). alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan
cara konsultasi negosiasi mediasi konsiliasi ataupun penilaian ahli.
Jadi dalamhal ini para pihak yang bersengketa dimungkinkan untuk
memilih cara dan forum penyelesaian sengketa baik litigasi maupun
diluar litigasi.

6. Kerangka Konseptual

A. Perdagangan internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan


antarnegara atau pemerintah negara dengan negara lain yang menjalani
suatu hubungan perdagangan yang sesuai kesepakatan antara kedua
belah pihak yang melakukan perdagangan internasional tersebut. 11
B. Nikel
Nikel merupakan unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang
memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel adalah logam
berwarna putih keperak– perakan sedikit semburat keemasan. Nikel
termasuk logam transisi, dan memiliki sifat keras serta ulet.12

11
Serlika Aprita, 2020, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, h.1
12
https://id.wikipedia.org/wiki/Nikel#:~:text=4900%20m%2Fs%20(pada%20s.k.%20)&text=Nikel
%20adalah%20unsur%20kimia%20metalik,keperak%E2%80%93perakan%20sedikit%20semburat

7
Universitas Kristen Indonesia
C. Smelter
Smelter merupakan sebuah tempat fasilitas pengolahan hasil tambang
yang berfungsi meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel,
tembaga, emas, dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi
standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut telah
meliputi pembersihan mineral logam dari pengotor dan pemurnian.13
D. The General Agreement of Tariffs and Trade (GATT)
GATT merupakan suatu perjanjian multilateral yang mengatur
perdagangan internasional. Berdasarkan mukadimahnya, tujuan
perjanjian ini adalah "pengurangan substansial atas tarif dan
hambatan perdagangan lainnya dan penghapusan preferensi,
berdasarkan asas timbal balik dan saling menguntungkan. 14
E. World Trade organization merupakan satu-satunya organisasi
internasional yang mengatur perdagangan internasional. Terbentuk
sejak tahun 1995, WTO berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian
yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di
dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-
perjanjian WTO adalah untuk membantu produsen barang dan jasa,
eksportir dan importir dalam melakukan kegiatannya.
F. Dispute Settlement Body (DSB) merupakan badan penyelesaian
sengketa yang ada di World Trade Organization (WTO) untuk
menyelesaikan sengketa dagang di antara anggota World Trade
Organization (WTO).
G. Dispute Settlement Understanding (DSU)
DSU merupakan sebuah perjanjian yang merupakan bagian dari
Perjanjian WTO yang diresmikan seusai Putaran Uruguay. Di dalam
perjanjian ini terkandung aturan-aturan dan prosedur-prosedur
penyelesaian sengketa di WTO, termasuk prosedur penyelesaian

%20keemasan.
13
https://www.indoshe.com/arti-fungsi-dan-pengertian-smelter-pertambangan/
14
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan

8
Universitas Kristen Indonesia
sengketa di Panel dan Badan Banding. Perjanjian ini mengatur bahwa
hanya perjanjian-perjanjian yang masuk ke dalam cakupan Perjanjian
WTO yang dapat menjadi subjek sengketa. Perjanjian ini juga
menitahkan bahwa prosedur penyelesaian sengketa oleh Panel dan Badan
Banding tidak boleh menambah ataupun mengurangi hak dan kewajiban
anggota, dan tujuannya adalah untuk memberikan keamanan dan

prediktabilitas dalam sistem perdagangan multilateral. 15

7. Metode penelitian

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif,


yaitu penelitian hukum yang mengutamakan data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.

Adapun sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu


penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu masalah hukum
(gejala-gejala hukum) secara rinci, kemudian menganalisisnya.
B. Metode Pendekatan

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa metode


pendekatan, antara lain: pendekatan yuridis normatif, disebut juga
pendekatan undang- undang (statute approach), pendekatan
historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative
approach).

metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan


yuridis normatif atau pendekatan undang-undang dan dengan
metode perbandingan hukum.
C. Obyek Penelitian

Dalam penelitian hukum normatif ini, yang menjadi obyek

15
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesepahaman_Penyelesaian_Sengketa

9
Universitas Kristen Indonesia
penelitian, meliputi:

a. Penelitian terhadap kaidah-kaidah hukum atau norma-norma


hukum yang berkaitan dengan hukum perdaganagn internasional
b. Penelitian terhadap mekanisme penyelesaian sengketa ekspor
nikel melalui badan penyelesaian sengketa WTO (DSB)

D. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum normatif ini, jenis data yang


digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara
tidak langsung dari sumber primer (asli) tetapi diperoleh dari bahan
pustaka, meliputi :

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai


kekuatan mengikat, terdiri dari : The General Agreement of Tariffs and
Trade (GATT), Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan Mineral dan Batu bara, Peraturan Pemerintah Nomor 1
tahun 2014 tentang pelaksanaan kegiatan pertambangan mineral dan
batu bara, Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun

2017, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)


Nomor 11 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Menteri ESDM Nomor 25 tahun 2018 tentang Pengusahaan
Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2020 Tentang pertambangan mineral dan batubara.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang dapat
menjelaskan bahan hukum primer, terdiri dari : tulisan-tulisan
ilmiah bidang hukum pidana, hukum penitensier, hasil-hasil
penelitian yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.

Bahan hukum tersier, berupa tulisan-tulisan ilmiah yang dapat


menambah kejelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Misalnya

10
Universitas Kristen Indonesia
: Kamus Hukum, eksiklopedi, Kamus Bahasa Indonesia, dsb.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum normatif, pengumpulan data


dilakukan dengan studi kepustakaan (library research) atau
penelusuran literatur hukum dengan tujuan mencari, menemukan
bahan hukum dan kemudian mengenalisisnya.

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian hukum normatif, metode analisis data


yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu dengan menjelaskan
hubungan antara fakta hukum dengan kaedah-kaedah hukum yang
terdapat dalam undang-undang, tidak dengan menggunakan angka-
angka, tetapi dengan cara sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer, dianalisis dengan metode penafsiran


menurut ilmu hukum. Misalnya : penafsiran otentik, penafsiran
gramatikal, penafsiran sistematis.

b. Bahan hukum sekunder, dianalisis dengan metode content


analysis

(analisis isi) bahan bacaan yang digunakan.

8. Sistematika pembahasan
Guna memudahkan mengikuti pembahasan skripsi ini penulis
membagi skripsi ini dalam lima bab sebagai berikut :
A. Bab I Pendahuluan
Yaitu menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
kerangka konseptual, kerangka teoritis, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
B. Bab II Tinjauan Pustaka

11
Universitas Kristen Indonesia
Tinjauan kepustakaan memuat teori yang merupakan dasar-dasar
yang mendukung penulisan skripsi, termasuk yang akan
dipergunakan dalam membuat analisis kerangka teoritis dan
kerangka konsep untuk kemudian diperbandingkan dengan hasil
penelitian sebagai das sein dan das sollen.
C. Bab III Pembahasan
Pembahasan antara lain memuat analisis hasil penelitian yang
dianggap menjawab pokok permasalahan, memuat tinjauan umum
tentang garis besar konsep yang tertuang dalam judul, juga sebagai
bab inti berupa argumentasi-argumentasi hukum.
D. Bab IV Analisis Hasil Penelitian
Merupakan hasil analisi penelitian yang menjawab rumusan
masalah kedua.
E. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini memberikan uraian tentang kesimpulan yang merupakan
pernyataan ringkas, padat, dan jelas yang dijabarkan dari hasil
penelitian.
Bab ini juga memuat saran yang merupakan pertimbangan penulis
dari hasil pembahasan dan ditujukan kepada para peneliti dalam
bidang sejenis, atau dapat juga ditujukan kepada instansi
pemerintah atau Lembaga tertentu.

12
Universitas Kristen Indonesia
BAB II

Tinjauan Pustaka

5. Ruang lingkup hukum perdagangan Internasional


Hukum Internsional (international law) atau hukum internasional
publik merupakan istilah yang lebih popular digunakan saat ini
dibandingkan istilah hukum bangsa-bangsa (law of nation), hukum
antarnegara (inter state law). 16 Dua istilah terkahir ini tidak digunakan

lagi karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan dinamika zaman.17


Disamping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan
hukun internasional privat. Bila hukum internasional publik mengatur
hubungan antara negara dan subjek-subjek hukum lainnya, hukum
internasional privat mengatur hubungan antar individu-individu atau
badan-badan hukum dari negara yang berbeda.18
Hukum perdagangan internasional merupakan bidang hukum yang
berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas.
Hubungan-hubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup
banyak jenisnya. Dari bentuknya yang sederhana, yaitu dari barter, jual
beli barang atau komoditi (produk-produk pertanian, perkebunan, dan

16
Sefriani, 2016, Hukum Internasional, Edisi kedua, Raja grafindo, Jakarta, h.1
17
Dedi Supriyadi, 2013, Hukum internasional (dari konsepsi sampai aplikasi), Pustaka setia,
Jakarta h.2
18
Boer Mauna, 2003, Hukum Internasional (pengertian peranan dan fungsi dalam era dinamika
global), Alumni, Bandung, h.3

13
Universitas Kristen Indonesia
sejenisnya), hingga hubungan atau transaksi dagang yang kompleks.
Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional ini sedikit
banyak disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi
informasi). Sehingga, transaksi-transaksi dagang semakin berlangsung
dengan cepat. Batas-batas negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi.
Bahkan dengan pesatnya teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak
perlu mengetahui atau mengenal siapa rekanan dagangnya yang berada
jauh di belahan bumi lain. Hal ini tampak dengan lahirnya transaksi-
transaksi yang disebut dengan ecommerce.
Ada berbagai motif atau alasan mengapa negara atau Sabit hukum
melakukan transaksi dagang internasional. Fakta yang sekarang ini terjadi
adalah perdagangan internasional sudah menjadi tulang punggung bagi
negara untuk menjadi makmur, sejahtera, dan kuat. Hal ini sudah banyak
terbukti dalam sejarah perkembangan dunia.19
Kejayaan negara-negara ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintahnya
untuk melakukan transaksi dagang internasional. Kesadaran untuk
melakukan transaksi dagang internasional ini juga telah cukup lama
disadari oleh para pelaku pedagang di tanah air sejak. Adalah Amanna
Gappa, seorang kepala suku Bugis yang sadar akan pentingnya dagang
(dan pelayaran) bagi kesejahteraan sukunya. Keunggulan suku bugis
dalam berlayar dengan hanya menggunakan perahu-perahu bugis yang
kecil telah mengarungi lautan luas hingga ke Malaya (sekarang menjadi
wilayah Singapura dan Malaysia).

Esensi untuk bertransaksi dagang ini adalah dasar filosofinya. Telah


dikemukakan bahwa berdagang ini adalah suatu “kebebasan fundamental”
(fundamental freedom). Dengan kebebasan ini siapa saja harus memiliki
kebebasan untuk berdagang. Kebebasan ini tidak boleh dibatasi oleh adanya
perbedaan agama, suku, kepercayaan, politik, sistem hukum, dll.Piagam Hak-
hak dan Kewajiban Negara (Charter of Economic Rights and Duties

19
Serlika Aprita, op.cit, h.2

14
Universitas Kristen Indonesia
of States) juga mengakui bahwa setiap negara memiliki hak untuk
melakukan perdagangan internasional.

Bertitik tolak dari pemahaman diatas bahwa dalam hukum perdagangan


internasional selain melibatkan negara-negara dan lembaga-lembaga
internasional berdasarkan ketentuan GATT-WTO , juga melibatkan para
pihak dari negara yang berbeda yang melakukan transaksi dagang
internasional. Oleh karena itu, ruang lingkup hukum perdagangan
internasional selain dapat dikaji dari aspek hukum publik internasional
(Public International Law), juga dapat dikaji dari aspek hukum perdata
internasional (private international law).

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Ray August bahwa:” Public


international law is the division of international law that deals primary
with the right and duties of states and intergovermental organization in
their international affairs, and Private international law is the division of
international law that deals primary with the right and duties of
individuals and non govermental in their international affairs.

”Berdasarkan pengertian di atas, bahwa ruang lingkup hukum


perdagangan internasional publik (public International Trade Law)
merupakan bagian dari hukum internasional terkait dengan hak dan
kewajiban negara dan organisasi internasional dalan urusan internasional.
Artinya bahwa dalam perdagangan internasional melibatkan negara-negara
dan lembaga-lembaga internasional baik secara global maupun regional
yang mengacu pada ketentuan dan prinsip-prinsip hukum internasional
yang disepakati dalam GATT-WTO. Adapun ruang lingkup hukum
perdagangan internasional privat (Private International Trade Law) adalah
bagian dari hukum internasional yang terkait dengan dan kewajiban
individu (para pihak) dan lembaga internasional nonpemerintahan dalam
urusan internasional yang mengacu pada kaidah perinsip hukum
perjanjian/kontrak internasional yang disepakati oleh para pihak, dan
konvensi perdagangan international (international trade convention).

15
Universitas Kristen Indonesia
Kedua aspek tersebut dalam praktiknya senantiasa berjalan bersama
tanpa terpisah satu sama lain, namun dalam bukui penulis hanya akan
membatasi diri pada ruang lingkup kajian hukum perdagangan
internasional dari aspek hukum publik. Aspek kajian tersebut meliputi
antara lain : Sejarah perdagangan internasional, prinsip-prinsip hukum
perdagangan internasional dalam GATT-WTO; hasil-hasil perundingan
GATT-WTO; regulasi perdagangan internasional di bidang tarif dan
nontarif; regulasi antidumping, pelarangan subsidi, dan Safeguard dalam
perdagangan internasional; kecenderungan Indonesia menerima
perdagangan bebas, dan peran serta pemerintah Indonesia dalam
menghadapi globalisasi perdagangan internasional.20

6. Dasar pengaturan hukum perdagangan internasional


Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam
pertemuan Double WTO, tidak terlepas dari rangkaian kebijaksanaan di
sektor perdagangan. Berbagai persetujuan hasil Putaran Uruguay yang
disepakati di Marrakesh (Marocco) yang berakhir tahun 1994, merupakan
kesepakatan untuk memperbaiki situasi hubungan perdagangan
internasional melalui upaya mempertahankan akses pasar barang dan jasa,
menyempurnakan berbagai peraturan perdagangan, memperluas cakupan
dari ketentuan dan disiplin GATT, dan memperbaiki kelembagaan atau
institusi perdagangan multilateral antara berbagai bangsa. Dengan
demikian, Indonesia telah terikat untuk mematuhi segala kaidah-kaidah
yang disepakati dalam persetujuan perdagangan internasional, termasuk
melakukan perubahan dalam baik terhadap instrumen hukum maupun
kebijaksanaan pembangunan di bidang perdagangan.

Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota organisasi


perdagangan internasional, Indonesia terikat untuk mematuhi
ketentuanketentuan perdagangan internasional yang disepakati dalam
perundingan GATT-WTO. Ketentuan-ketentuan tersebut sedikit banyak

20
Muhammad Sood, op.cit, h.22

16
Universitas Kristen Indonesia
memberikan pengaruh terhadap sistem dan pranata hukum nasional di sektor
perdagangan termasuk pada kegiatan industri kecil. Pengaruh tersebut tidak
dapat dihindari terutama dalam pembangunan ekonomi sosial, karena
Indonesia telah menganut sistem perdagangan bebas semenjak
ditandatanganinya persetujuan Perundingan Putratan Uruguay (Uruguay

Round) yang berakhir di Marrakech (Morocco) tanggal 15 April 1994.21

Masuknya Indoensia sebagai anggota perdagangan dunia melalui


ratifikasi terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Agreement on Establishing The World Trade
Organization/WTO (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia) membawa konsekuensi baik eksternal maupun internal.
Konsekuensi eksternal, Indonesia harus mematuhi seluruh hasil
kesepakatan dalam forum WTO. Konsekuensi internal Indonesia harus
melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dengan
ketentuan hasil kesepakatan WTO, artinya dalam melakukan hormonisasi
Indonesia harus tetap memikirkan kepentingan nasional namun tidak
melanggar rambu-rambu ketentuan WTO.

Dengan diratifikasi persetujuan berdirinya WTO (Agreement on


Establishing of World Trade Organization) dengan keluarnya
UndangUndang Nomor 7 Tahun 1994, artinya Indonesia telah resmi
menerima kesepakatan WTO. Sebagai tindak lanjutnya pemerintah
Indonesia mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar pengaturan perdagangan internasional antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;


2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk
Antidumping dan Bea Masuk Imbalan;

21
Serlika Aprita, op.cit

17
Universitas Kristen Indonesia
4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
136.MPP/Kep/6/1996 tentang Pembentukan Komite Antidumping
Indonesia;
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
172/MPP/Kep/6/1996 tentang Organisasi dan Cara Kerja Tim
Organisasi Antidumping;
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
427/MPP/Kep/10/ 2000 tentang Komite Antidumping Indonesia;
7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
428/MPP/Kep/10/ 2000 tentang Pengangkatan Anggota Komite
Antidumping Indonesia;
8. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
216/MPP/Kep/7/2001 tentang Perbahan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 261/MPP/Kep/9/1996 tentang
Tata Cara Persyaratan Pengajuan Penyelidikan Atas Barang Dumping
dan Barang Mengandung Subsidi;
9. Peaturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
37/MDag/Per/9/2008 tentang Surat Keterangan Asal (Certificate or
Origin) Terhadap Barang Impor yang dikenakan Tindakan
Pengamanan (Safeguard).

Dengan diterapkannya peraturan-peraturan tersebut, keikutsertaan


Indonesia dalam perjanjian perdagangan internasional baik pada tataran
global (GATT-WTO) maupun regional (AFTA, APEC, dan CAFTA)
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi terutama sektor usaha
industri kecil dan menengah baik secara nasional maupun internasional,
sehingga peranan industri kecil dan menengah merupakan salah satu sektor
penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, kebijaksanaan
pembangunan di bidang ekonomi yang didukung oleh kemajuan di bidang
hukum diharapkan dapat terciptanya kerangka landasan guna menunjang
pembangunan nasional yang berkelanjutan.

18
Universitas Kristen Indonesia
7. Kerangka konseptual
A. Pengertian hukum perdagangan internasional
1. hukum perdagangan internasional menurut Schmittoff
Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional
sebagai: “... the body of rules governing commercial relationship of a
private law nature involving different nations”. Dari definisi tersebut
dapat tampak unsur-unsur berikut:
1) Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturan yang
mengatur hubunganhubungan komersial yang sifatnya hukum perdata,

2) Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksi yang


berbeda negara. Definisi di atas menunjukkan dengan jelas bahwa
aturan-aturan tersebut bersifat komersial.

2. Definisi hukum perdagangan internasional menurut Michelle Sanson


Sanson memberi batasan bidang ini sesuai dengan pengeritan kata-
kata dari bidang hukum ini, yaitu hukum, dagang dan internasional
(dengan kata dasar nasion atau negara). Hukum perdagangan
internasional menurut definisi Sanson ‘can be defined as the
regulation of the conduct of parties involved in the exchange of goods,
services and technology between nations.” Definisi di atas sederhana.
Ia tidak menyebut secara jelas bidang hukum ini jatuh ke bidang
hukum yang mana: hukum privat, publik, atau hukum internasional.
Sanson hanya menyebut bidang hukum ini adalah the regulation of the
conduct of parties.
Sanson membagi hukum perdagangan internasional ini ke dalam dua
bagian utama, yaitu hukum perdagangan internasional publik (public
interntional trade law) dan hukum perdagangan internasional privat
(private international trade law).16 Public international trade law adalah
hukum yang mengatur perilaku dagang antar negara. Sedangkan yang
kedua, private international trade law adalah hukum yang mengatur
perilaku dagang secara orang perorangan (private traders) di

19
Universitas Kristen Indonesia
negara-negara yang berbeda.22
3. Definisi hukum perdagangan internasional menurut H. Booysens
Booysens mengemukakan dafinisi hukum perdagangan
internasional dalam tiga unsur, yaitu: yang pertama hukum
perdagangan internasional dapat dipandang sebagai suatu cabang
khusus dari hukum internasional. Yang kedua, hukum perdagangan
internasional merupakan aturan hukum internasional yang berlaku
terhadap perdagangan barang, jasa, dan perlindungan atas hak
kekayaan intelektual. Bentuk-bentuk hukum perdagangan
internasional seperti ini sebagaimana diatur dalam WTO, misalnya
perjanjian multilateral mengenai perdagangan barang, perdagangan
jasa, dan aspek hak atas kekayaan intelektual. 23

B. Pengertian General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

GATT adalah perjanjian yang dibuat setelah berakhirnya Perang


Dunia II. GATT atau General Agreement on Tariffs and Trade
(Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan) diimplementasikan
untuk lebih jauh mengatur perdagangan dunia sebagai sarana percepatan
pemulihan ekonomi setelah perang.

Salah satu sumber hukum yang penting dalam hukum perdagangan


internasional adalah persetujuan umum mengenai tarif dan perdagangan
(GATT). Muatan di dalamnya tidak saja penting dalam mengatur kebijakan
perdagangan antar negara, tetapi juga dalam Taraf tertentu aturannya
menyangkut pula aturan perdagangan antar pengusaha. Contoh yang
terakhir ini adalah pengaturan tentang mengenai barang Tiruan atau
kepabeanAn. GATT dibentuk pada Oktober 1947, akhirnya WTO, pada
tahun 1994 membawa dua perubahan yang cukup penting, bagian pertama,
yaitu mengambil GATT dan menjadikan salah satu Satu

22
Serlika Aprita, op.cit, h.2
23
Muhammad sood, op.cit, h.21

20
Universitas Kristen Indonesia
Lampiran WTO. Kedua, prinsip prinsip GATT menjadi kerangka aturan
bagi bidang bidang baru dalam perjanjian W.T. O, khususnya perjanjian
mengenai jasa, penanaman modal, dan juga dalam perjanjian mengenai
perdagangan yang terkait dengan hak atas kekayaan intelektual.24

Tujuan pembentukan GATT adalah untuk menciptakan suatu iklim


perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis,
serta untuk menciptakan liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan,
lapangan kerja, dan iklim persaingan yang sehat. Untuk mencapai
tujuan itu, sistem perdagangan internasional yang Diupayakan GATT
Sistem yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di seluruh dunia.

Adapun Tujuan utama GATT adalah mengurangi hambatan


perdagangan internasional melalui pengurangan tarif, kuota dan subsidi.
Dibentuk pada tahun 1947 dan ditandatangani menjadi undang-undang
internasional pada tanggal 1 Januari 1948, GATT tetap menjadi salah
satu perjanjian perdagangan internasional penting sampai digantikan
oleh WTO atau World Trade Organization (Organisasi Perdagangan
Dunia) pada tanggal 1 Januari 1995. Pondasi untuk GATT diletakkan
oleh usulan dari ITO atau International Trade Organization (Organisasi
Perdagangan Internasional) pada tahun 1945, meskipun ITO sendiri
tidak pernah terwujud.

Dalam perundingan perdagangan internasional sebelum putaran


Uruguay dan terbentuknya W.T. O 1994, pelaku serta lebih banyak
membahas mengenai upaya penurunan tarif impor, sedangkan masalah
non tarif baru dibahas lah perundingan Tokyo tahun 19 tujuh tiga.
Adapun perundingan tersebut yaitu:

24
Serlika Aprita, op.cit, h.194

21
Universitas Kristen Indonesia
a. perundingan Jenewa tahun 1947

Pada tahun 19 empat tujuh GATT berhasil dibentuk melalui


perundingan yang diselenggarakan di Jenewa yang disebut dengan
perundingan Jenewa 19 empat tujuh. Perundingan tersebut merupakan
perundingan putaran putaran pertama yang diikuti oleh 23 negara
peserta. Bkt tersebut yaitu Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia,
Belanda, Belgia, Birma, Brazil, ceko, Cile, Cina, India, Inggris, Kanada,
Kuba, Libanon, Luxemburg, Norwegia, Pakistan, Perancis, Srilangka,
Selandia Baru, Rhodesia Selatan dan Suriah.

Pada putaran ini juga membicarakan mengenai upaya


menurunkan tingkat tarif atau bea masuk juga meliburkan disebut
negara negara anggota berupaya menjadikan suatu organisasi
internasional perdagangan.

b. Perundingan annecy 1949

Perundingan GATT putaran kedua diselenggarakan di Perancis tahun


1949, sehingga dikenal dengan perundingan annecy round 1949.
Perundingan ini diikuti oleh 33 negara peserta, dan berhasil
menyepakati penambahan penurunan bea masuk sekitar 5000 tarif.

c. Perundingan torquay 1950-1951

Tahun 1955 perundingan GATT diselenggarakan di Inggris yang


dikenal dengan perundingan Torquay round 1951.

d. Perundingan jenewa 1955-1956

Tahun 1655 kembali diselenggarakan perundingan di adede di


Jenewa yang dikenal dengan perundingan Jenewa 1955 sampai 1956.

22
Universitas Kristen Indonesia
Perundingan ini sifatnya lebih terbatas, karena diikuti oleh 22 negara
peserta.

Disaping pertemuan-pertemuan di atas, masih terdapat tiga


putaran yang membahas hal mengenai tarif.25

Tonggak Penting dalam Pertemuan GATT

Pertemuan pertama dilakukan di Jenewa, Swiss dan diikuti 23


negara. Fokus dalam konferensi pembukaan ini adalah pada tarif.
Para anggota membentuk konsesi pajak yang menyentuh nilai lebih
dari US$ 10 miliar perdagangan di seluruh dunia.

Rangkaian pertemuan kedua dimulai pada April 1949 dan diadakan


di Annecy, Prancis. Sekali lagi, tarif adalah topik utama. Tiga belas
negara hadir di pertemuan kedua, dan mencapai 5.000 konsesi pajak
tambahan yang mengurangi tarif.

Pada bulan April 1949, seri ketiga pertemuan GATT diadakan di


Torquay, Inggris. Kali ini 38 negara terlibat. Hampir 9.000 konsesi
tarif disahkan dan mengurangi tingkat pajak sebanyak 25%.

Jepang terlibat dalam pertemuan GATT untuk pertama kalinya


pada tahun 1956. Pertemuan keempat ini diikuti 25 negara lain dan
diadakan di Jenewa, Swiss. Sekali lagi komite mampu mengurangi
tarif di seluruh dunia sebesar US$ 2,5 miliar.26

C. Badan Penyelesaian Sengketa di WTO

25
Muhammad sood, op.cit, h.53
26
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan

23
Universitas Kristen Indonesia
The World Trade Organization (WTO) merupakan payung
yang menaungi persetujuan yang mengatur tentang perdagangan
barang, perdagangan jasa dan perlindungan hak kepemilikan
intelektual serta investasi yang berhubungan dengan perdagangan.
Mekanisme penyelesaian sengketa dalam perjanjian WTO sekarang
ini pada intinya mengacu pada ketentuan Pasal 22-23 GATT 1947.
Dengan berdirinya WTO, ketentuan-ketentuan GATT 1947
kemudian terlebur ke dalam aturan WTO.

Penyelesaian sengketa dalam WTO telah disepakati oleh


negara-negara anggotanya menggunakan prinsip sistem multilateral
daripada melakukan aksi sepihak. Ini berarti negara-negara tersebut
harus mematuhi prosedur yang telah disepakati dan menghormati
putusan yang diambil. Penyelesaian sengketa ialah menjadi
tanggung jawab badan penyelesaian sengketa (Dispute Setelment
Body).

DSB adalah satu-satunya badan yang memiliki otoritas


membentuk panel yang terdiri dari para Ali yang bertugas
menelaah kasus. DSB dapat juga menerima atau menolak putusan
panel atau keputusan pada tingkat banding. DSB tersebut
memonitor pelaksanaan putusan putusan dan rekomendasi serta
memiliki kekuasaan atau wewenang untuk mengesahkan Italia ASI
jika suatu negara tidak mematuhi suatu putusan.27

Pengaturan penyelesaian sengketa dalam Pasal 22 dan 23


GATT memuat ketentuan-ketentuan yang sederhana. Pasal 22
menghendaki para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan
sengketanya melalui konsultasi bilateral (bilateral consultation) atas
setiap persoalan yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian atau

27
Serlika Aprita, op.cit, h.190

24
Universitas Kristen Indonesia
ketentuan-ketentuan GATT (with respect to any matter affecting
the operation of this agreement). Pasal 23 mengandung pengaturan
yang lebih luas. Melalui Undang-Undang No.7 Tahun 1994
Tentang Ratifkasi Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia, Indonesia secara resmi telah menjadi anggota
The World Trade Organization (WTO).

Berdasarkan kaidah hukum kebiasaan internasional, yang


kemudian dirumuskan secara tertulis dalam “Konvensi Wina,
1969”, ratifkasi ini menimbulkan akibat hukum eksternal maupun
internal bagi negara yang melakukannya. Akibat hukum eksternal
adalah bahwa melalui tindakan tersebut berarti negara yang
bersangkutan telah menerima segala kewajiban yang dibebankan.
Sedangkan akibat hukum internal adalah kewajiban bagi negara
yang bersangkutan untuk merubah hukum nasionalnya agar sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam persetujuan internasional yang
bersangkutan. Sebagai “gigi taring” World Trade Organization
(WTO), Dispute Settlement Mechanism (DSM) diharapkan cukup
membuat negara-negara anggotanya takut melanggar ketentuan
yang telah disepakati. DSM merupakan unsur utama dalam
mewujudkan pengamanan dan keterdugaan (predictability) system
perdagangan multilateral.28

Dalam Final Act telah disetujui bahwa negara-negara


anggota WTO tidak akan menerapkan “hukum rimba” dengan jalan
mengambil tindakan unilateral terhadap negara yang dianggap telah
melanggar aturan perdagangan multilateral. Setiap pelanggaran
harus diselesaikan melalui DSM, yang ditetapkan pada bulan April
1994. Penyelesaian sengketa dengan segera (promp) sangat penting

28
https://yuokysurinda.wordpress.com/2016/05/10/mekanisme-penyelesaian-sengketa-dalam-
gattwto/

25
Universitas Kristen Indonesia
bagi efektifnya fungsi WTO. Dalam WTO hanya ada satu Dispute
Settlement Body (DSB) yang berperan untuk menyelesaikan segala
sengketa yang timbul dari setiap persetujuan yang terdapat dalam
Final Act.

Lembaga ini memiliki wewenang untuk membentuk panel-


panel, menyetujui panel dan perkara banding, mengawasi
pelaksanaan keputusan-keputusan dan rekomendasi-rekomendasi,
serta menjatuhkan penghukuman dalam hal ada pihak yang tidak
melaksanakan rekomendasinya. 29

D. Special and Diferential treatment

WTO yang memiliki tujuan ideal untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat dari negara anggotanya, sudah selayaknya
mem-perhartikan kebutuhan dari negara-negara berkembang.
Kesadaran akan perlunya perlakuan yang berbeda kepada negara-
negara berkembang mulai menjadi isu setelah ga-galnya Ministrial
Conference WTO di Seattle pada bulan Juni 1990.

Permasalahan ini kemudian berujung pada diadopsinya


Special and Differential Treatment ke dalam ketentuan-ketentuan
WTO Agreement. Selain itu, dalam rangka mengakomodir
kepentingan negara berkembang, WTO membentuk berbagai
komite atau badan khusus yang bergerak di bidang ini misalnya
saja The Commiittee on Trade and Development dan WTO
Technical Cooperation yang memiliki tugas utama terkait
penyediaan technical assistance kepada negara berkembang.

29
https://www.scribd.com/document/459103078/The-World-trade-Organization-kak-nurul

26
Universitas Kristen Indonesia
Special and Differential Treatment (SDT) dalam WTO
mulai diperdebatkan setelah gagalnya Ministrial Conference WTO
di Seattle pada Bula Juni 1990. Special and Differential Treatment
meliputi seluruh peraturan di rezim perdagangan internasio-nal
yang telah terintegrasai yang diadvokasi oleh Pemerintah dari
negara-negara di bagi-an Selatan sunia. Perkembangan atas penera-
pan SDT dapat dilihat sebagai bukti kekuatan negosiasi dari
pemerintahan negara-negara selatan.

perjuangan pada saat itu tidak hanya terfokus untuk


membentuk suatu organisasi perdagangan internasio-nal, namun
juga untuk membentuk suatu konsep perlakuan khusus terhadap
negara-negara yang khawatir implementasi peraturan WTO akan
berdampak pada kebijakan pembangunannya. Sulitnya
implementasi kejuga tentuan WTO semakin menguatkan tuntutan
terhadap SDT, terutama dari negara-negara yang secara ekonomi
lemah.30

Peter Kleen dan Sheila Page mengajukan beberapa prinsip-


prinsip utama dari SDT), antara lain:

1. SDT harus meningkatkan manfaat bagi negara berkembang


dari perdagangan dan meringankan beban yang diberi-kan bagi
mereka;
2. SDT tidak dapat digunakan untuk memecahkan seluruh
permasalahan negara berkembang;
3. Suatu organisasi yang akan dibuat ter-kait dengan SDT, harus
dibentuk den-gan fleksibilitas;

30
https://www.researchgate.net/publication/298330444_World_Trade_Organization_Negara_Berk
embang_dan_Special_and_Diferrential_Treatment

27
Universitas Kristen Indonesia
4. SDT harus konsisten dengan pandan-gan negara tersebut
mengenai kepent-ingannya;
5. SDT harus memprmosikan integrasi negara-negara ke dalam
suatu sistem perdagangan dunia dan mendukung tujuan dasari
dari WTO;
6. SDT harus menghindari biaya berlebih bagi negara-negara
lain dan bagi sistem internasional;
7. SDT harus bersifat mengikat31
E. Pengertian Subsidi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, subsidi adalah
bantuan uang dan sebagainya kepada Yayasan, perkumpulan, dan
sebgainya yang biasanya berasal dari pemerintah.32
Dalam dunia ekonomi, tujuan dari subsidi adalah demi
mengurangi harga atau meningkatkan pengeluaran. Saat ini, subsisi
terbagi menjadi dua jenis, yaitu subsidi dalam bentuk uang, atau
subsidi dalam bentuk komoditi,
Subsidi juga bisa diterapkan dalam dunia perdagangan
internasional, yakni bantuan keuangan yang diberikan oleh pihak
pemerintah pada suatu perusahaan, industri, atau eksportir untuk
bisa meningkatkan kegiatan ekspor atau meminimalisir kegiatan
impor dari atau ke negara berkembang.33
Huala Adolf menyatakan bahwa subsidi adalah sebuah
pembayaran oelh pemerintah untuk produsen, distributor, dan
konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu.34

31
https://www.researchgate.net/publication/298330444_World_Trade_Organization_Negara_Berk
embang_dan_Special_and_Diferrential_Treatment
32
https://kbbi.web.id/subsidi
33
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/subsidi-
adalah/#:~:text=Subsidi%20juga%20bisa%20diterapkan%20dalam,dari%20atau%20ke%20negara
%20berkembang.
34
Huala Adolf dan Candra Wulan, 1994, Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan
Internasional, Rajawali Pers, Jakarta,h.64

28
Universitas Kristen Indonesia
Berdasarkan ketentuan pasal 1 dan pasal 2 SCM, maka
terdapat tiga elemen dasar dalam menentukan subsidi berdasarkan
SCM, yaitu:
1. Subsidi harus merupakan kontribusi keuangan dari pemerintah
atau badan publik;
2. Subsidi tersebut harus memberikan manfaat;
3. Subsidi harus spesifik kepada penerima tertentu35
F. Pengertian Ekspor
merujuk pada Peraturan Pemeruntah Nomor 10 Tahun
2021, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah
pabean. Daerah pabean adalah suatu daerah milik Republik
Indonesia yang terdiri dari wilayah darat, perairan, dan udara, yang
juga mencakup seluruh daerah tertentu yang berada di dalam Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE). Sederhananya, arti ekspor yakni
kegiatan menjual barang atau jasa ke luar negeri. Seseorang atau
lembaga yang melakukan ekspor disebut dengan eksportir.
Aktivitas ekspor adalah biasanya terjadi ketika suatu negara sudah
mampu memproduksi barang atau jasa yang jumlahnya besar dan
kebutuhan di dalam negeri sudah mencukupi. 36

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


2014 Tentang Perdagangan, Ekspor didefiniskan sebagai kegiatan
mengeluarkan Barang dari Daerah Pabean sedangkan Eksportir
didefiniskan sebagai orang perseorangan atau lembaga atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hokum maupun bukan badan
hukum, yang melakukan Ekspor. Ekspor Barang dilakukan oleh
Pelaku Usaha yang telah terdaftar dan ditetapkan sebagai Eksportir,
kecuali ditentukan lain oleh Menteri. Ketentuan mengenai penetapan
sebagai Eksportir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

35
https://www.hukumonline.com/klinik/a/mengenal-subsidi-yang-dilarang-dalam-perdagangan-
internasional-lt5dd25ec134914
36
https://money.kompas.com/read/2021/04/07/085607826/apa-yang-dimaksud-dengan-ekspor

29
Universitas Kristen Indonesia
diatur dengan Peraturan Menteri. Eksportir bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap Barang yang diekspor.
G. Pengertian Impor
merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2021,
impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean. Pemasukan barang atau jasa dari luar negeri atau daerah
pabean untuk diedarkan ke dalam negeri atau daerah lalu lintas
bebas. Untuk jasa yang diterima dari luar negeri, seperti asuransi,
transportasi, tenaga asing diperhitungkan juga sebagai impor.
Pada umumnya, pembelian barang impor adalah barang-
barang yang tak bisa diproduksi di dalam negeri. Orang atau
lembaga yang mendatangkan barang impor disebut dengan
importir. Salah satu alasan mengimpor barang adalah karena
mendapatkan keuntungan. Keuntungan diperoleh karena harga
barang impor yang dijual bisa lebih murah ketimbang barang atau
jasa yang sama yang diproduksi di dalam negeri.
Ada beberapa alasan melakukan impor adalah antara lain:
Negara yang mengimpor tidak bisa memproduksi barang tersebut
karena ketiadaan bahan baku, keterampilan, dan sebagainya. Negara
pengimpor bisa saja memproduksi barang itu sendiri, namun biayanya
lebih mahal yang nantinya akan membuat harga barang yang dijual
lebih mahal Negara pengimpor sudah bisa menghasilkan sendiri,
namun tak cukup untuk memenuhi permintaan di dalam negeri. Impor
seperti pedang bermata dua, bisa memberikan manfaat namun juga
menimbulkan kerugian, terutama untuk produsen di dalam negeri
karena bisa kalah bersaing dengan produk impor, baik dari sisi harga

maupun kualitas.37

37
https://money.kompas.com/read/2021/04/07/080257426/apa-itu-impor-pengertian-tujuan-dan-
contohnya?page=all

30
Universitas Kristen Indonesia
H. Pengertian Smelter
Pada industri pertambangan mineral logam, smelter adalah
bagian dari proses sebuah produksi, mineral yang ditambang dari
alam umumnya masih tercampur dengan kotoran atau material
bawaan yang tak diinginkan. Nah, material bawaan inilah yang
perlu dibersihkan, selain itu juga harus dimurnikan dengan smelter.
Smelter sendiri merupakan sebuah fasilitas pengolahan hasil
tambang yang berguna untuk meningkatkan kandungan logam
seperti timah, nikel, tembaga, emas dan perak hingga memenuhi
standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut harus
meliputi pembersihan mineral logam dari kotoran bawaan dan
menjalani pemurnian. Bagi seluruh perusahaan pertambangan di
Indonesia, baik yang besar atau kecil, pembangunan Smelter sangat
di wajibkan.38
Smelter adalah berasal dari kata serapan Bahasa Inggris
(smelting) yang memiliki arti peleburan. Dalam konteks industri
tambang mineral logam, fungsi smelter adalah bersifat sangat
penting untuk meningkatkan kadar kandungan logam guna
menaikkan nilai jual dari komoditas ini.
Ketika pertama kali ditambang dari sumber alaminya,
mineral yang mengandung logam ini masih menjadi satu dengan
material bawaan seperti tanah dan kotoran. Untuk mendapatkan
komoditas yang diinginkan, maka mineral yang masih bercampur
dengan material bawaan itu harus dipisahkan dan dimurnikan pada
proses smelter.
Dengan adanya smelter, mineral logam dapat diolah dan
dimurnikan untuk meningkatkan kadar logam dan nilainya
sehingga lebih menguntungkan untuk menjadi komoditas ekspor.
Bertambahnya fasilitas smelter pada beberapa industri

38
https://alvindocs.com/news-events/read/pengertian-smelter-pertambangan-dan-penjelasannya

31
Universitas Kristen Indonesia
pertambangan logam diharapkan bisa mendorong hilirisasi mineral
logam dalam negeri.39
I. Pemehaman Negara berkembang dalam WTO
WTO sendiri tidak memiliki definisi resmi tentang apa itu
negara berkembang dan pengkategorian negara berkembang. Di dalam
WTO, penentuan negara maju atau negara berkembang ditentukan
sendiri oleh negara yang bersangkutan. Namun, tidak serta merta
bahwa suatu negara mengumumkan sebagai negara berkembang lalu
disetujui oleh negara-negara anggota WTO yang lain. Anggota WTO
yang lain dapat menentang keputusan negara yang mengklaim sebagai
negara berkembang, dan menyatakan tidak terikat untuk memberikan
keistimewaan perlakuan perdagangan pada negara yang tidak
disetujinya sebagai negara berkembang.
Ketika suatu negara menyatakan diri sebagi negara
berkembang, tak secara otomatis bisa mendapatkan manfaat dari
skema prefensi khusus dari anggota WTO dari negara maju, seperti
halnya perlakuan generalized system of preferences (GSP). Dalam
praktiknya, negara pemberi prefensilah yang bisa memutuskan
apakah negara berkembang yang dimaksud akan mendapatkan
prefensi tersebut. Artinya, bahwa pemberian perlakuan khusus bagi
negara-negara berkembang ditentukan sendiri oleh masing-masing
negara maju yang menjadi anggota WTO.
Negara-negara berkembang memiliki hak tertentu.
Misalnya, ketentuan dalam beberapa perjanjian dagang di WTO
yang memberikan kelonggaran lebih lama bagi negara-negara
berkembang untuk melakukan transisi lebih lama sebelum akhirnya
mengimplementasikan perjanjian.40
Sebagai contoh, pada tahun 2021, Amerika Serikat melalui

39
https://wira.co.id/smelter-adalah/
40
https://money.kompas.com/read/2020/02/22/115252426/indonesia-masuk-negara-maju-atau-
berkembang-ini-penjelasan-wto?page=all

32
Universitas Kristen Indonesia
perwakilannya mengeluarkan Indonesia dari daftar negara
berkembang, dan dipromosikan sebagai negara maju. Di waktu
yang berdekatan, Amerika Serikat juga mengeluarkan beberapa
negara dari daftar negara berkembang. Daftar negara yang
dikeluarkan Amerika Serikat dari negara berkembang umumnya
merupakan negara-negara G20, seperti Argentina, Brazil, India,
dan Afrika Selatan.
Indikator atau parameter yang dijadikan Amerika serikat
untuk mengklasifikasikan negara maju yaitu dari anggapan
kekuatan ekonomi suatu negara yang tergabung dalam G20.
Amerika Serikat menganggap bahwa negara anggota G20 memiliki
kemampuan ekonomi yang cukup diperhitungkan. Bahwa
kemudian Amerika serikat juga mempertimbangkan berdasarkan
pendapatan nasional bruto per kapita.
Dalam pertimbangan yang digunakan Amerika Serikat
mengabaikan faktor indikator negara berkembang lainnya seperti
angka kematian bayi, angka buta huruf, dan harapan hidup
kelahiran. 41
4. Kerangka Teori
1. Teori keadilan (John Rawls)
Rawls berargumen bahwa liberty dan equality dapat dipadukan
dalam satu prinsip keadilan. Yaitu: "setiap orang memiliki hak yang sama
terhadap kebebasan asasi, dan bila terjadi ketidakadilan maka kaum yang
tertinggallah yang harus diuntungkan olehnya". Inilah prinsip yang harus
tertanam di dalam institusi-institusi sosial bila keadilan sosial hendak
sungguhsungguh diwujudkan. "Justice is the first virtue of social
institutions, as truth is of systems of thought".
Rawls berpandangan bahwa justice as fairness. Tidak ada keadilan
dalam greater walfare yang diperoleh dengan adanya beberapa situasi

41
https://money.kompas.com/read/2020/02/22/115252426/indonesia-masuk-negara-maju-atau-
berkembang-ini-penjelasan-wto?page=all

33
Universitas Kristen Indonesia
individu-individu yang tidak beruntung. Untuk menciptakan kehidupan
yang memuaskan, diperlukan adanya skema kerja sama dengan pembagian
keuntungan di mana kerja sama tersebut melibatkan semua pihak termasuk
mereka yang kurang beruntung. Justice as fairness tersebut didasari pada
doktrin kontrak, yang memandang perjanjian terdiri dari dua bagian.
Pertama, sebuah interpretasi atas keadaan saat ini dan permasalahan yang
dipilih. Kedua sebuah pengaturan prinsip. Dalam hal ini para individu
yang rasional memilih untuk mengikatkan diri pada situasi yang
menghendaki terwujudnya suatu keadilan (justice as fairness) tersebut dan
kemudian menegaskan dan membenarkan konsep keadilan (justice as
fairness) yang dimaksud.42

Dalam hukum perdagangan Internasional teori keadilan menurut


John Rawls sangat erat korelasinya dengan prinsip special and differential
treatment yang tertera dalam GATT. Special and Differential Treatment
adalah ketentuan-ketentuan perlakuan khusus yang diberikan kepada
negara berkembang dalam berbagai elemen perjanjian WTO yang
bertujuan untuk memperlakukan negara berkembang secara lebih ringan
dibandingkan negara maju.

Ketentuan Special and Differential Treatment ini terdapat di


hampir seluruh perjanjian WTO termasuk dalam Agreement on Agriculture
(AoA) yaitu perjanjian WTO untuk produk pertanian. Dalam perjanjian ini,
terdapat sejumlah ketentuan kepada negara berkembang terkait pertanian,
diantaranya adalah persentase pengurangan tarif, subsidi domestik, dan
subsidi ekspor.

Fleksibilitas yang lebih besar juga diberikan untuk memperbolehkan


negara berkembang menggunakan intrumen kebijakan tertentu.Namun,
permasalahan yang muncul kemudian adalah kemampuan ekonomi negara
berkembang yang jauh lebih lemah dibandingkan dengan negara maju

42
https://business-law.binus.ac.id/2018/10/17/makna-keadilan-dalam-pandangan-john-rawls/

34
Universitas Kristen Indonesia
seringkali mengakibatkan negara berkembang tidak memiliki posisi tawar
atas kebijakan liberalisasi perdagangan yang ada.

Dimuatnya ketentuan Special and Differential Treament


dimaksudkan untuk memfasilitasi pengintegrasian negara-negara
berkembang dan terbelakang ke dalam sistem perdagangan multilateral dan
membantu mereka dalam mengatasi rintangan-rintangan dalam penerapan
persetujuan-persetujuan WTO. Terdapat 145 ketentuan Special and
Differential Treament yang tersebar dalam berbagai perjanjian WTO, 107
di antaranya diadopsi pada Putaran Uruguay, dan sebanyak 22 ketentuan
secara khusus diperuntukkan bagi negara terbelakang. Mengingat
ketentuan-ketentuan Special and Differential Treatment yang jumlahnya
besar dan komprehensif, sangat beralsan jika negara berkembang dan
terbelakang mempunyai harapan besar bahwa ketentun-ketentuan Special
and Differential Treament akan membantu mereka sebagaimana yang
dijanjikan. Namun faktanya, seringkali harapan ini tidak dapat terpenuhi.
Inefektifitas ketentuan Special and Differential Treament dalam membantu
negara-negara berkembang dan terbelakang tidak hanya diakibatkan oleh
kurangnya kemampuan mereka, tetapi juga pada tataran tertentu,
diakibatkan oleh ketentuan hukum itu sendiri yang terbukti kebanyakan
tidak dapat diterapkan.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana


perlindungan terhadap kepentingan ekonomi negara berkembang melalui
ketentuan Special and Differential Treatment dan bagaimana penerapan
ketentuan Special and Differential Treatment bagi Indonesia dalam proses
penyelesaian sengketa ekspor bijih nikel di WTO.

Indonesia, sebagai contoh dalam hal ini juga tidak dapat


memanfaatkan ketentuan Special and Differential Treament secara optimal
saat tersandung sengketa larangan ekspor bijih nikel terhadap Uni Eropa,
dimana Indonesia digugat karena tidak lagi mengekspor bijih nikel mentah.
Sebagai negara berkembang, sepatutnya Indonesia mendapatkan manfaat

35
Universitas Kristen Indonesia
yang nyata dari ketentuan Special and Differential Treament baik dari
aspek subtantif maupun prosedural ketentuan tersebut. Namun pada
kenyataannya ketentuan-ketentuan Special and Differential Treatment
yang diharapkan mampu menjadi tameng bagi Indonesia, tidak dapat
melindungi hak Indonesia sebagai negara berkembang.

Ini artinya fleksibilitas yang dijanjikan pada ketentuan Special and


Differential Treatment sebenarnya tidak ada. Karena jika ada, Indonesia
sepatutnya dimungkinkan untuk melakukan larangan ekspor nikel mentah
mengingat program tersebut merupakan kepentingan pembangunan untuk
memiliki industry pertambangan dan kesejahteraan dalam negeri. Dalam
hal pelaksnaan prinsip Special and Differential Treatment, Negara maju
sepatutnya memberikan dukungan kepada negara berkembang, bukan
malah mempersulit dan menyudutkan posisi negara berkembang yang
ingin mengimplentasikan ketentuna-ketentuan Special and Differential
Treatment.

2. Prinsip (principle of free choice of means)


Principle of free choice of means memiliki makna bahwa dalam
proses penyelesaian sengketa perdagangan iternasional para pihak
dimungkinkan untuk memilih cara-cara, sarana dan prasarana, forum dan
lain sebagainya dalam menyelesaikan sengketa dagang.
Dalam kerangka WTO, Prinsip ini antara lain termuat dalam
UNCITRAL Model Law On International Commercial Arbitration. Di
dalamnya secara spesifik menjelaskan mengenai perjanjian arbitrase,
menurut aturan UNCITRAL, penyerahan sengketa kepada arbitrase
merupakan kesepakatan atau perjanjian para pihak.43
Pada intinya prinsip penting ini mengajarkan kebebasan penuh
untuk menentukan dan memilih forum, cara, mekanisme penyelesaian
sengketa tersebut yang dilandasi atas dasar kesepakatan yang dipilih oleh

43
Ida Bagus dan Supasti Dharmawan, 2017, hukum perdagangan internasional,cetakan kesatu,
Refika Aditama, Bandung, h.197

36
Universitas Kristen Indonesia
para pihak.

BAB III

1. Strategi pembelaan yang dapat dilakukan Indonesia agar tidak divonis


melanggar ketentuaan-ketentuan sebagaimana yang didalilkan Uni Eropa
Pada 22 November 2019, Uni Eropa meminta konsultasi dengan Indonesia
mengenai berbagai langkah terkait bahan baku tertentu yang diperlukan untuk
produksi baja tahan karat, serta skema pembebasan bea masuk lintas sektoral
dengan syarat penggunaan barang domestik di atas impor.

a. pembatasan ekspor nikel, termasuk larangan ekspor yang sebenarnya;


b. kebutuhan pengolahan dalam negeri untuk nikel, bijih besi, krom dan batubara;
c. kewajiban pemasaran produk nikel dan batubara di dalam negeri;
d. persyaratan perizinan ekspor untuk nikel; dan
e. skema subsidi yang dilarang.

Bahwa kemudian yang menjadi dasar gugatan Uni Eropa, yaitu:

a. tindakan yang membatasi ekspor bahan mentah tertentu, termasuk yang


memerlukan persyaratan pemrosesan dalam negeri, kewajiban
pemasaran dalam negeri, dan persyaratan perizinan ekspor, tampaknya
tidak sesuai dengan Pasal XI:1 GATT 1994.
Pasal XI:1 GATT membahas mengenai Penghapusan Umum Pembatasan
Kuantitatif, ayat 1 pasal XI GATT berbunyi “Tidak ada larangan atau
pembatasan selain bea, pajak atau pungutan lainnya, baik
diberlakukan melalui kuota, izin impor atau ekspor atau tindakan lain, harus
dilembagakan atau dipertahankan oleh pihak kontraktor mana pun pada impor
produk apa pun dari wilayah pihak kontraktor lainnya atau pada ekspor atau
penjualan untuk ekspor setiap produk yang ditujukan untuk wilayah pihak lain
yang mengadakan kontrak”
Uni Eropa menilai bahwa pembatasan ekspor nikel dan juga keperluan

37
Universitas Kristen Indonesia
pemrosesan dalam negeri melanggar pasal XI:1 GATT, yang mengatur
mengenai penghapusan pembatasan kuantitatif, dimana negara eksportir tidak
diperkenankan membuat aturan yang membuat larangan pembatasan kuota
ekspor.
Dalam hal ini pembatasan ekspor nikel dan persyaratan pemrosesan dalam
negeri dinilai bertentangan dengan pasal XI:1 GATT karena dianggap sebagai
penghambat laju perdagangan internasional dan dianggap cukup merugikan
bagi Uni Eropa.
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 tahun 2018
tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara terkait larangan
ekspor nikel mentah, maka hal menimbulkan ketidakterimaan bagi Uni Eropa
selaku negara importir.
b. skema subsidi yang dilarang tampaknya tidak sesuai dengan Pasal 3.1(b)
Perjanjian SCM;
pasal 3.1 (b) perjanjian SCM membahas mengenai subsidi, adapun bunyinya
“subsidi bergantung, baik semata-mata atau sebagai salah satu dari beberapa
kondisi lain, atas penggunaan barang-barang impor di dalam negeri” Uni Eropa
menganggap bahwa skema subsidi nikel yang dibuat oleh pemerintah Indonesia
tidak sesuai dengan pasal 3.1 perjanjian SCM. Perjanjian SCM sendiri mengatur
lebih rinci mengenai subsidi dan tindakan yang dapat diambil oleh negara anggota
yang dirugikan akibat adanya produk ekspor yang
disubsidi negara lainnya.
c. kegagalan untuk segera mempublikasikan langkah-langkah yang
ditentang tampaknya tidak konsisten dengan Pasal X:1 GATT 1994.
Pasal X:1 GATT berbunyi “Undang-undang, peraturan, putusan yudisial, dan
keputusan administratif dari penerapan umum, yang diberlakukan oleh pihak
penandatangan perjanjian mana pun, yang berkaitan dengan klasifikasi atau
penilaian produk untuk tujuan kepabeanan, atau tarif bea, pajak atau biaya lain,
atau persyaratan, pembatasan atau larangan atas impor atau ekspor atau pada
transfer pembayaran daripadanya, atau yang mempengaruhi penjualan, distribusi,
transportasi, asuransi, inspeksi pergudangan, pameran, pemrosesan,

38
Universitas Kristen Indonesia
pencampuran atau penggunaan lainnya, harus dipublikasikan segera
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemerintah dan pedagang untuk
mengenal mereka”
Perjanjian yang mempengaruhi kebijakan perdagangan internasional yang
berlaku antara pemerintah atau badan pemerintah dari pihak penandatangan
perjanjian manapun dan pemerintah atau badan pemerintah dari pihak
penandatangan perjanjian lainnya juga harus dipublikasikan. Ketentuan ayat
ini harus tidak mensyaratkan pihak penandatangan perjanjian untuk
mengungkapkan informasi rahasia yang akan menghalangi penegakan hukum
atau sebaliknya bertentangan dengan kepentingan publik atau akan merugikan
kepentingan komersial yang sah dari perusahaan tertentu, publik atau swasta.”
pada intinya pasal X:1 mengatur bahwa tiap-tiap pihak yang hendak
mengeluarkan aturan hukum yang berkaitan dengan perubahan bea, pajak,
persyaratan ekspor impor, dan lain-lain harus dipublikasikan sesegera
mungkin. Adapun tujuannya agar tidak menimbulkan pertentangan
kepentingan masing-masing pihak. Adapun pertentangan kepentingan yang
dimaksud ialah kepentingan komersil masing-masing pihak.
Dalam hal ini Indonesia telah menerbitkan “Undang-undang Nomor 5
Tahun 2020 Tentang Minerba”. Adapun pasal dalam Undang-undang tersebut
yang menimbulkan polemik yaitu pasal 102 ayat (1) yang berbunyi
“Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi wajib
meningkatkan nilai tambah Mineral dalam kegiatan Usaha Pertambangan
melaiui: a. Pengolahan dan Pemurnian untuk komoditas tambang Mineral
logam; b. Pengolahan untuk komoditas tambang Mineral bukan logam;
dan/atau c. Pengolahan untuk komoditas tambang batuan.”
Dengan demikian perusahaan tambang baik asing ataupun domestik,
diwajibkan untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertambangan melalui
proses pemurnian, atau dengan kata lain tidak diperkenankan produksi bahan
tambang mentah. Bahwa hal inilah yang kemudian dianggap merugikan dan
dianggap penghambat laju perdagangan oleh Uni Eropa.
Atas gugatan Uni Eropa tersebut pemerintah Indonesia dengan tegas

39
Universitas Kristen Indonesia
mengatakan akan menghadapinnya. Atas dalil-dalil yang dijadikan pokok
permasalahan oleh uni Eropa sebenarnya Indonesia mampu membuat alasan-
alasan agar tidak divonis melanggar ketentuan sebagaimana yang dijadikan
dasar gugatan Uni Eropa.
2. alasan atau pembelaan yang dapat dilakukan Indonesaia agar tidak divonis
melanggar ketentuan-ketentuan yang didalilkan Uni Eropa antara lain:
A. special and differential treatment bagi negara berkembang
prinsip special and differential treatment merupakan prinsip perlakuan
khusus atau preferensi bagi negara berkembang yang mensyaratkan bahwa
perlunya suatu kelonggaran atau aturan-aturan hukum khusus dan berbeda
bagi negara-negara sedang berkembang. Artinya negara-negara ini perlu
mendaptkan perlakuan khusus manakala negara-negara maju berhubungan
dengan mereka.
Perlakuan khusus harus diartikan secara luas. Misalnya, berupa
pengurangan bea masuk untuk produk-produk negara berkembang ke dalam
pasar negara maju, pemberian preferensi, atau keringanan suatu kewajiban
tertentu. Perlakuan khusus juga dapat diperkenankannya negara memberi
banyak kemudahan atau berbagi bantuan tertentu yang dibutuhkan oleh
perusahaan yang masih berkembang, baru lahir, atau UMKM. Perlakuan
khusus ini juga misalnya dalam bentuk pemberian subsidi negara.44
sekitar dua pertiga negara-negara anggota GATT adalah negara-negara
Sedang berkembang yang masih berada dalam tahap awal pembangunan
ekonominya. Untuk membantu pembangunan mereka, pada tahun 1965, suatu
bagian baru, yaitu Part V yang, memuat tiga pasal (Pasal XXXVI-XXXVIII),
ditambahkan ke dalam GATT. Tiga pasal baru dalam bagian tersebut
dimaksudkan untuk mendorong negara-negara industri dalam membantu
pertumbuhan ekonomi negara-negara sedang berkembang.
Bagian IV ini mengakui kebutuhan negara sedang berkembang untuk
menikmati akses pasar yang lebih menguntungkan. Bagian ini juga melarang

44
Huala Adolf dan Rabiansyah Pratama, 2018, prinsip hukum perdagangan internasional:
kebijkan subsidi dan UMKM, cetakan kesatu, Refika Aditama, Bandung, h.23

40
Universitas Kristen Indonesia
negara-negara maju untuk membuat rintangan-rintangan baru terhadap ekspor
negara-negara sedang berkembang. Negara-negara industry juga mau
menerima bahwa mereka tidak akan meminta balasan dalam perundingan
mengenai penurunan atau penghilangan tarif dan rintangan-rintangan lain
terhadap perdagangan negara-negara sedang berkembang.
Pada waktu Putaran Tokyo 1979 berakhir, negara-negara sepakat dan
mengeluarkan putusan mengenai pemberian perlakuan yang lebih
menguntungkan dan partisipasi yang lebih besar bagi negara sedang
berkembang dalam perdagangan dunia (enabling clause). Keputusan tersebut
mengakui bahwa negara sedang berkembang juga adalah pelaku yang
permanen.45
Dasar teori dari prefensi atau perlakuan khusus ini adalah bahwa negara-
negara harus diperbolehkan untuk menyimpang dari kewajiban-kewajiban
perdagangan. Teori ini memperbolehkan negara-negara untuk mengurangi
tingkat tarif terhadap impor barang-barang dari negara-negara seadng
berkembang. Menurut mereka, hal tersebut akan memberikan negara-negara
sedang berkembang suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat
industry yang menjadi sasaran ekspor.46
Bahwa pengecualian dan perlakuan khusus dapat dilakukan dalam
memenuhi kepentingan nasional, seperti meningkatkan taraf hidup rakyat,
mempertahankan kesimbangan ekonomi nasional, mengatasi kesulitan
ekonomi dari berbagai tekanan, dan lain-lain.47
Dari dua pertiga negara berkembang yang tergabung dalam WTO, Indonesia
merupakan salah satunya. Walaupun sempat dipromosikan sebagai negara
berkembang pada tahun 2020 oleh Amerika Serikat, namun pada nyata-nya
Indonesia sampai saat ini masih tergolong kedalam negara berkembang.
John rawls dengan teori keadilannya menyatkan “justice as a fairness” yang

45
Huala Adolf, 2016, hukum perdagangan internasional, cetakan ke-7, RajaGrafindo Persada,
Jakarta
46
Ida bagus dan Supasti Dharmawan, 2017, hukum perdagangan internasional, cetakan kesatu,
Refika Aditama, Bandung, h.18
47
ibid

41
Universitas Kristen Indonesia
apabila diartikan adalah keadilan sebegai keadilan. Maksudnya adalah tidak ada
keadilan yang bisa diperoleh apabila adanya situasi dari individu-individu yang
dalam posisi tidak beruntung. Justice as fairness didasari atas doktrin hukum
kontrak, diamana masing-masing pihak yang terikat haruslah mengikatkan diri
pada situasi yang mengkehendaki terwujudnya konsep keadilan.
Pengimpelemtasian teori keadilan menurut John Rawls Dalam hal
persengketaan ekpor bijih nikel mentah yang di larang oleh Indonesia,
seharusnya Uni Eropa memahami bahwa Indonesia merupakan negara yang
sedang berkembang, dan secara otomatis merupakan negara yang selayaknya
mendapatkan perlakuan khusus sebagaimana yang diatur dalam prinsip special
and differential treatment. Bahwa kemudian Uni Eropa harus menciptakan
situasi yang mengkehendaki Indonesia memungkinkan untuk membenahi
tatanan perekonomiannya sehingga terwujudnya konsep keadilan dalam
transaksi perdagangan internasional.
Bahwa kemudian fleksibilitas yang lebih besar dari penerapan special and
diferential treatment harus terwujud untuk memungkinkan Indonesia selaku
negara berkembang memiliki kemampuan daya saing yang baik dengan negara-
negara maju lainnya. Karena yang menjadi persoalan adalah tentang bagaimana
Indonesia selaku negara yang sedang berkembang memiliki kemampuan ekonomi
yang lebih lemah dibandingkan negara maju anggota WTO lainnya.
Indonesia selama ini juga mendapatkan perlakuan khusus dalam transaksi
dagang dengan negara-negara maju yang tergabung dalam WTO, salah satunya
dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat memberikan Generalized System of
preferences (GSP) bagi Indonesia. GSP merupakan program penurunan tarif
bea masuk yang diberikan Amerika Serikat kepada negara berkembang,
termasuk Indonesia. Fasilitas GSP diberikan terhadap beberapa produk
Indonesia yang dinilai kurang memiliki daya saing di pasar Amerika Serikat.
Dalam hal ini Indonesia memang tidak memohonkan pemberlakuan dan
prefensi khusus (special and differential treatment) seperti sebagaimana yang
dipersyaratkan dalam WTO. Namun, pemerintah Indonesia memandang
kegentingan lain yaitu sektor ekonomi.

42
Universitas Kristen Indonesia
Keguncangan ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19, sangat
berpengaruh bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, dampak Pandemi
menimbulkan efek domino dari kesehatan menjadi masalah sosial dan
ekonomi. Dampaknya menghantam lapisan masyarakat di rumah tangga
sampai korporasi. Semua kelompok pengeluaran mengalami kontraksi.
Konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar pada PDB (57,85
persen) minus 5,51 persen (yoy), berbanding terbalik dengan kuartal II 2019
yang tumbuh 5,18 persen.48
Hal ini lah yang kemudian dirasa pemerintah perlu melakukan pengetatan
kebijakan yang berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan dan
ketahanan ekonomi di tengah pandemic covid-19.
Bahwa pelarangan ekspor nikel mentah yang diatur dalam peraturan
Menteri ESDM Nomor 11 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas permen
ESDM nomor 25 tahun 2018 tentang pengusahaan pertambangan mineral dan
batubara haruslah dinilai sebagai sesuatu hal yang wajar yang dilakukan oleh
Indonesia selaku negara berkembang untuk mempertahankan cadangan
sumber daya-nya demi kehidupan dan perekonomian yang berkelanjutan.
B. Pelarangan ekspor bijih nikel mentah berpengaruh terhadap nilai tambah
ekonomis bagi Indonesia
Di tengah keguncangan ekonomi sebagai akibat dari pandemi Covid-19,
setiap negara tentu berupaya membuat kebijakan-kebijakan yang sekiranya
dapat menyelamatkan perekonomian negaranya dari krisis ekonomi. Begitu
juga hal nya dengan Indonesia yang melakukan kebijakan proteksi terhadap
ekspor mineral nya yaitu nikel. Pemerintah beranggapan bahwa dengan
dilakukannya persyaratan pemurnian dan pengolahan nikel dalam negeri
nantinya akan meningkatkan nilai tambah ekonomis bagi Indonesia, dan
anggapan pemerintah tersebut berbuah menjadi kenyataan.
Tercatat sejak 30 Agustus hingga 20 September 2019, nikel menyentuh
harga tertinggi pada US$ 18.153/MT dan terendah pada US$ 17.121/MT pada

48
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210811220610-532-679242/babak-belur-ekonomi-
dihajar-15-tahun-pandemi

43
Universitas Kristen Indonesia
17 September lalu.
Namun harga nikel rebound setelah itu. Harga komoditas ini kemudian
naik 4% dari 17-20 September (point-to-point). Pada perdagangan hari ini nikel
dibuka di harga US$ 17.723,8/MT menyentuh titik terendah perdagangan
harian di level US$ 17.430/MT dan tertinggi di harga US$ 17.839,2/MT. Sejak
awal tahun ini harga nikel olahan sudah naik hingga 69%, ketika harga
komoditas logam lain seperti aluminium dan tembaga malah cenderung turun.
larangan ekspor nikel mentah telah membuahkan hasil positif. Itu terlihat
dari penjualan stainless steel, komoditas yang berbahan baku utama nikel, yang
sepanjang tahun ini mencapai US$20,8 miliar. Pada tahun-tahun sebelumnya,
ketika nikel mentah masih dijual bebas, rata-rata nilai ekspor produk besi dan
baja hanya US$2 miliar per tahun. Kepala negara menjelaskan lompatan
signifikan seperti itu bisa terjadi lantaran, kini, semua nikel diolah menjadi
produk jadi atau setengah jadi. Akhirnya, stok dan penjualan produk turunan
seperti stainless steel menjadi lebih besar. 49
Data-data tersebut diatas menunjukan bahwa aturan persyaratan pemrosesan
dan pemurnial nikel dalam negeri adalah dalam hal konteks positif yang mengarah
kepada perbaikan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahwa dalam hal suatu
negara yang tengah berupaya mempertahankan perekonomiannya di tengah
pandemi Covid-19 haruslah dipandang sebagai suatu kewajaran, mengingat bahwa
aturan-aturan yang tertuang dalam GATT bersifat fleksibel bagi negara yang
sedang berkembang, salah satunya yaitu Indonesia.
C. Persyaratan pengolahan dan pemurnian dalam negeri
Bahwa sebenarnya larangan ekspor bijih nikel mentah sudah diatur sejak
terbitnya “undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang pertambangan
mineral dan Batu Bara”. Pasal 102 dalam undang-undang tersebut menyatakan
bahwa pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber
daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan
dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.”

49
https://mediaindonesia.com/ekonomi/460608/presiden-larangan-ekspor-nikel-mentah-telah-
buahkan-hasil

44
Universitas Kristen Indonesia
Pasal 103 ayat (1) juga menyebutkan “pemegang IUP dan IUPK operasi
produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan
dalam negeri.”
Ada beberapa hal yang harus kita pahami terkait aturan hukum diatas, yang
pertama, bahwa pelarangan ekspor bijih nikel yang dimaksud ialah berupa nikel
mentah, atau dengan kata lain mensyaratkan pemrosesan dalam negeri agar nikel
mentah yang diproses dan dimurnikan akan menjadi nikel setengah jadi. Jadi
bukan pelarangan ekspor nikel secara keseluruhan melainkan pemerintah
Indonesia hanya mensyaratkan agar penambang nikel harus melalui proses
pengolahan dan pemurnian terlebih dahulu sebelum nantinya diekspor.
Bahwa kekhawatiran dan ketidakterimaan Uni Eropa yaitu apabila
nantinya nikel diekspor dalam bentuk setengah jadi maka akan meningkatkan
nilai jual atau dengan kata lain harus membayar harga lebih mahal. Karena,
selama ini uni Eropa membeli nikel mentah dari Indonesia dengan harga yang
relatif jauh lebih murah dibandingkan nantinya apabila nikel sudah mengalami
proses pengolahan dan pemurnian.
Hal kedua yang harus kita pahami yaitu larangan ekspor nikel mentah
sudah diatur dari terbitnya “undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang
pertambangan mineral dan Batu Bara”, atau 10 tahun sejak komplain Uni
Eropa ke Indonesia. Bahwa artinya pelarangan ekspor nikel mentah bukan
sesuatu hal yang tabu dan baru karna sudah diatur 10 tahun yang lalu.
Bahwa penulis beranggapan apabila larangan ekspor nikel mentah harus
dipersoalkan oleh Uni Eropa, harusnya hal ini bisa dipersoalkan 12 tahun lalu
pada saat baru diaturnya larangan ekspor nikel mentah melalui “undang-
Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang pertambangan mineral dan Batu Bara.”
Jadi dalam hal dan dalam waktu sekarang ini, penulis menilai gugatan Uni
Eropa kurang berdasar.
Bahwa selanjutnya terbit “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan
Mineral dan Batubara” yang bahwa kemudian menjadi polemik bagi negara-
negara importir nikel termasuk salah satunya yang paling keras mengecam yaitu

45
Universitas Kristen Indonesia
Uni Eropa. Pasal 102 “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan
Mineral dan Batubara” dengan tegas menjelaskan bahwa pengolahan dan
pemurnian untuk komoditas mineral dan batu bara adalah suatu hal yang
wajib, dan yang menjadi pembedan dengan pasal 102 sebelum dirubah yaitu
pertimbangan pengolahan dan pemurnian mineral dan batu bara harus
mempertimbangkan peningkatan nilai ekonomi dan/atau kebutuhan pasar.
Artinya adalah pasal 102 yang telah dirubah tersebut lebih menekankan
tujuan sebenarnya dari pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara yaitu
untuk meningkatkan nilai ekonomi dari mineral tersebut dan untuk lebih jelih
lagi dalam memandang kebutuhan pasar. Bahwa penulis berpandangan
seharusnya Uni Eropa juga lebih jelih lagi dalam membuat kritikan dan
Langkah hukum dalam transaksi dagang intenasional dengan
mempertimbangkan penciptaan situasi yang adil seperti yang diajarkan dalam
prinsip justice as fairness yang dikemukakan oleh John Rawls.
D. Dasar petimbangan WTO Agreement dan Ratifikasi GATT oleh Indonesia
Dasar pertimbangan WTO Agreement menyebutkan bahwa kemajuan
perdagangan internasional dan pengoptimalan pemanfaatan sumber daya alam
dunia sebagaimana dipertimbangkan di dalam pembentukan GATT 1947
harus diselaraskan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang perlu
diselenggarakan secara konsisten disegala tingkatan pedagangan.
Negara-negara GATT juga perlu memperhatikan kebutuhan ekonomi negara-
negara berkembang untuk menjamin secara pasti kemanfaatan dari perkembangan
ekonomi internasional dan perkembangan pembangunan ekonomi terhadap
keterpenuhan kebutuhan mereka. Untuk mencapai tujuan itu, negara-negara
peserta WTO Agreement sepakat untuk mengatur secara timbal balik dan saling
menguntungkan dari pengurangan tarif dan hambatan non-tarif lainnya
yangbersifat substansial dan menghapuskan perlakuan diskriminatif dalam
hubungan perdagangan internasional. Selanjutnya, negara-negara pihak
Persetujuan WTO membentuk suatu sistem perdagangan multilateral yang

46
Universitas Kristen Indonesia
lebih integral, lebih memungkinkan untuk bekerja dalam jangka Panjang.50
Para peserta persetujuan WTO, mengembangkan suatu sistem pengaturan
perdagangan multilateral yang pada hakikatnya merupakan sistem pengaturan
lebijakan pengaturan domestik negara-negara yang diberlakukan terhadap
pelaku perdagangan asing di dalam wilayahnya dan terhadap distribusi faktor-
faktor produksi, serta produk yang masuk ke dalam pasar domestiknya.51
Dari dasar pertimbangan persetujuan WTO diatas, dapat digambarkan bahwa
pembentukan WTO dalam kerangka perdagangan bebas harus memperhatikan
kebutuhan negara berkembang dan pengoptimalan sumberdaya yang
berkelanjutan. Dalam hal sengketa larangan ekpor nikel mentah, bahwa jelas
tujuan Indonesia yang hendak memperhatikan kepentingan ekonomi domestik
dan memperhatikan ketersediaan sumber daya alam yang berkelanjutan itu
selaras dengan tujuan yang tertuang dalam WTO Agreement.
Indonesia merupakan pihak dari WTO Agreement. Indonesia telah meratitikasi
WTO Agreemen dengan “Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang
Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization”
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang diratifikasi
dengan pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut:
1. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata materiel dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, Bersatu berdaulat, dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, adil, bersahabat, tertil, dan damai;
2. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya di bidang ekonomi,
diperlukan upaya-upaya untuk antara lain terus meningkatkan, memperluas,
memantapkan, dan mengamankan pasar bagi segala produk baik barang maupun
jasa, termasuk aspek investasi dan hak atas kekayaan intelektual

50
Ida bagus dan Supasti Dharmawan, 2017, hukum perdagangan internasional, cetakan kesatu,
Refika Aditama, Bandung, h.7
51
Ibid, h.8

47
Universitas Kristen Indonesia
yang berkaitan dengan perdagangan, serta meningkatkan kemampuan daya
sang terutama dalam perdagangan internasional;
3. bahwa seiring dengan cita-cita tersebut, Indonesia berusaha menegakkan prinsip-
prinsip pokok yang terkandung dalam GATT 1947, berikut persetujuan susulan
yang telah dihasilkan sebelum perundingan Putaran Uruguay: bahwa dari
rangkaian perundingan Putaran Uruguay yang dimulai sejak Tahun 1986, telah
dihasilkan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang selanjutnya akan
mengadministrasikan, mengawasi dan memberikan kepastian bagi pelaksanaan
seluruh persetujuan General Agreement on Trade and Tariff/GATT serta hasil
perundingan Putaran Uruguay; dan bahwa dalam Pertemuan Tingkat Menteri
peserta Putaran Uruguay pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh, Maroko,
Pemerintah Indonesia telah menandatangani Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
Atas dasar pertimbangan tersebut Indonesia mengesahkan

WTO Agreement. 52
Ratifikasi tersebut mengakibatkan Indonesia terikat untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan WTO Agreement, baik dalam bentuk penjabaran prinsip-
prinsip WTO Agreement kedalam peraturan perundang-undangan dan regulasi
Indonesia, maupun dalam bentuk sikap konsisten pelaksaan ketentuan-
ketentuan tersebut, baik di tingkat Pemerintah maupun Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan “Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan
Agreement Establishing the World Trade Organization” (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) jelas bahwa Indonesia dangat
memperhatikan pembangunan nasional, yang mana juga selaras dengan draf
WTO Agreement.
Secara normatif ketentuan hukum nasional memang dapat dikesampingkan
dalam hal perdagangan internasional. Namun bukan berarti negara-negara maju
yang tergabung dalam WTO dapat menutup mata terhadap kepentingan dan

52
ibid

48
Universitas Kristen Indonesia
kebutuhan dalam negeri anggota WTO yang sedang berkembang. Bahwa
sesuai dengan pertimbangan Indonesia untuk mengesahkan persetujuan
pembentukan WTO maka sudah sepatutnya juga Uni Eropa memahami tentang
tujuan mulia dari WTO agreement yang memperhatikan kebutuhan negara
berkembang dan memperhatikan sumber daya yang berkelanjutan. Adapun
tujuan pemerintah melarang ekspor nikel mentah bukan sebagi bentuk
penghambat laju perdagangan melainkan untuk upaya hilirisasi agar industri
peleburan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri bisa berjalan, dan Dengan
nilai tambah dari mineral mentah yang diolah dalam negeri juga bisa
menambah lapangan kerja serta memperbaiki defisit neraca berjalan.
E. Pembukaan dan Pasal 33 “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945”
Kalimat pertama pada Alinea keempat pembukaan “Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945” manyatakan bahwa “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Bahwa kalimat tersebut merupakan falsafah dan tujuan dari Republik
Indonesia sendiri yang memperhatikan segenap bangsa dan tujuan kemajuan
kesejahteraan umum. Artinya ialah negara akan melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan perlindungan bangsanya, dan yang berkaitan dengan
kesejahteraan umum. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah yaitu dengan
membatasi pengeksporan nikel mentah dan mempersyaratkan agar nikel dan
mineral lainnya diolah dan dimurnikan agar memiliki nilai tambah yang lebih
dan yang tentunya demi memejukan kesejahteraan umum.

Jadi Kalimat pertama pada Alinea keempat pembukaan “Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945” dapat dijadikan pembelaan
Indonesia dalam menghadapi komplain atau sengketa yang diajukan oleh

49
Universitas Kristen Indonesia
negara Uni Eropa atas dasar urgensi kepentingan kesejahteraan umum nasional.
Kemudian pasal 33 ayat (3) “Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945” menyatakan “bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat”. Kemudian ayat (4) menyebutkan


“perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbngan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Artinya yaitu bahwa segala sumber daya alam yang terkandung dalam
wilayah hukum Indonesia sepenuhnya adalah hak milik kedaulatan penuh
Negara Republik Indonesia, yang mana sumber daya tersebut dipelihara
berdasarkan wawasan lingkungan dan memperhatikan efisiensi berkelanjutan
dan dikuasai oleh negara dengan tujuan utama yaitu kemakmuran rakyat, dan
tidak ada yang lebih penting dari kemakmuran rakyat.

F. Prinsip kedaulatan negara atas kekayaan alam, kemakmuran, dan kehidupan


ekonominya

Prinsip ini dikemukakan oleh Jose Castenda, seorang sarjana hukum


internasional dari Meksik. Menurut Jose, hukum ekonomi internasional harus
memuat serangkaian ketentuan, termasuk di dalamnya Lembaga-lembaga,
praktik, metode, dan prinsip-prinsip yang mengatur dan menjamin
perlindungan efektif terhadap kekayaan alam, khususnya kekayaan negara
sedang berkembang. Beliau juga menmbahkan, bahwa masalah kekayaan alam
terkait di dalamnya kedaulatan negara yang memiliki kekayaan alam tersebut.
Untuk prinsip kedaulatan negara atas kekayaan alam, kekayaan dan kebutuhan
ekonominya harus diakui, dan diformulasikan secara hukum. 53 Berdasarkan
pemahaman mengenai kedaulatan negara atas kekayaan alam yang
dikemukakan oleh Jose Castanda bahwa suatu negara sebagai subyek hukum
perdagangan internasional yang dalam membuat perangkat hukum
haruslah memperhatikan jaminan perlindungan terhadap sumber daya alam,
dan kekayaan alam sepenuhnya adalah milik negara terkait dan harus diakui
serta dirumuskan dalam dasar hukum yang jelas.

53
Huala Adolf dan Rabiansyah Pratama, op.cit, h.13

50
Universitas Kristen Indonesia
BAB IV

1. Proses penyelesaian sengketa ekspor nikel antara Indonesia dengan Uni


Eropa diluar WTO
Sengketa antara Indonesia dengan Uni Eropa terkait larangan ekspor nikel
mentah sudah dimulai sejak akhir tahun 2019. Pada November 2019 Uni Eropa
meminta konsultAmerika Serikati atAmerika Serikat kebijakan larangan
pengeksporan nikel mentah. Kemudian pada tahun 2020 pemerintah Kembali
menegAmerika Serikatkan terkait pengolahan dan pemurnian bahan tambang
dalam negeri melalui “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan
AtAmerika Serikat undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan
Mineral dan Batubara”. Kemudian pada tanggal 14 januari 2021 Uni Eropa
meminta pembentukan panel, lalu terbentuklah panel pada tanggal 29 April 2021.
Namun sampai saat ini sidang di dalam forum penyelesaian sengketa WTO belum
juga dimulai.

Dalam kerangka WTO, penyelesaian sengketa ditekankan kepada


kesepakatan kedua belah pihak sebelum sampai kepada badan penyelesaian
sengketa WTO atau yang dikenal dengan DSB. Bahkan sampai nantinya putusan
sudah dilayangkan, kedua belah pihak mAmerika Serikatih dimungkinkan untuk
mengkesampingkan putusan dan rekomendAmerika Serikati DSB untuk mencapai
kesepakatan win-win solution.

51
Universitas Kristen Indonesia
Indonesia bukan kali pertama dalam menghadapi sengketa perdagangan
internAmerika Serikational, bahkan Indonesia juga sempat beberapa kali
menyelesaikan sengketa dengan cara diluar forum penyelesaian sengketa WTO.

Berikut beberapa prinsip yang dijadikan acuan untuk penyelesaian


sengketa perdagangan internasional diluar daripada forum penyelesaian sengketa
WTO, antara lain:

A. Prinsip penyelesaian sengketa secara damai


Prinsip penyelesaian sengketa secara damai ini diperkenalkan pertama kali
oleh John H. Jackson. Namun beliau sendiri sebenarnya masih ragu apakah
prinsip ini merupakan suatu prinsipfundamental atau bukan. Tetapi, dilihat
dari praktik perdagangan dapat tersimpul adanya keseragaman pencantuman
klausul-klausul ini dalam perjanjian-perjanjian internasional.
Negara-negara kerapkali merasukkan cara-cara damai, yaitu negosiasi atau
konsultasi dalam perjanjian perdagangan internasionalnya. Kecenderungan
sekarang adalah dicantumkannya klausul yang mensyaratkan, apabila kedua
cara tersebut gagal, para pihak akan menyerahkan sengketanya kepada pihak
ketiga yang netral, misalnya arbitrase.
Hal yang menarik adalah bahwa dalam menyelesaikan sengketa atau
masalah ekonomi, jarang sekali para pihak menyerahkannya kepada
Lembaga penyelesaian sengketa internasional, meskipun lembaga tersebut
memiliki reputasi cukup baik. Contoh lembaga seperti ini adalah Mahkamah
Internasional. kemudian yang seringkali terjadi adalah, para pihak
merumuskannya dalam suatu perjanjian yang menetapkan aturan-aturan
tertentu untuk penyelesaian sengketanya berikut masalah penafsiran terhadap
perjanjian dan terhadap aturan hukum ekonomi internasional.

Biasanya perjanjian tersebut juga mencantumkan klausul penerapan aturan-


aturan hukum internasional terhadap masalah-masalah ekonomi melalui prosedur
tau peradilan khusus. Alternatif lainnya adalah menyerahkannya kepada badan-
badan penyelesaian sengketa khusus yang terdapat dalam suatu organisasi
ekonomi internasional. Misalnya, badan penyelesaian sengketa

52
Universitas Kristen Indonesia
dalam WTO, yakni Dispute Settlement Body.54
Bahwa yang harus kita pahami adalah sengketa transaksi dagang
internasional merupakan sengketa dalam ranah privat/perdata, hanya saja
subyeknya bersifat publik. Proses penyelesaian sengketa atau hal apapun
yang berkaitan dengan hukum privat selalu mengkedepankan kesepakagtan
diantara para pihak. Tentu kesepakatan yang diamksud tentunya kesepakatan
perdamaian antara para pihak yang bersengkta. Badan penyelesaian sengketa
yang bersifat formal merupakan jawaban terakhir apabila kesepakatan yang
kerapkali diperundingkan tidak menghasilkan kesepakatan yang win-win
solution.
B. Prinsip kebebasan memilih hukum
prinsip penting lainnya adalah prinsip kebebasan para pihak untuk
menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan (bila sengketanya
diselesaikan) oleh badan (arbitrase) terhadap polok sengketa. Kebebasan para
pihak untuk menentukan hukum ini termasuk kebebasan untuk memilih
berdasarkan prinsip kepatutan dan kelayakan.
Kebebasan para pihak untuk memilih jenis hukum yang berlaku dalam
proses penyelesaian sengketa juga merupakan salah satu acuan dari prinsip
penyelesaian sengketa diluar forum penyelesaian sengketa WTO. Salah satu
forum penyelesaian sengketa diluar WTO yang bebas dalam memilih hukum
yaitu arbitrase.
Dalam arbitrase Internasional dimungkinkan para pihak untuk memilih
hukum apa dan hukum dari negara mana yang akan diterapkan dalam
menjalani proses penyelesaian sengketa. Harapannya tentu demi kemudahan
para pihak. Apabila para pihak diberikan berbagai kemudahan dan
fleksibilitas dalam proses penyelesaian sengketa, maka diharapkan
kesepakatan damai akan mudah terwujud.
C. Prinsip ex aequo et bono

54
Huala Adolf dan Rabiansyah Pratama, 2018, prinsip hukum perdagangan internasional:
kebijkan subsidi dan UMKM, cetakan kesatu, Refika Aditama, Bandung, h.12

53
Universitas Kristen Indonesia
Ex aquo et bono memiliki arti bahwa apabila majelis berpendapat lain,
mohon diputuskan yang seadil-adilnya. Prinsip ini dijadikan sumber di mana
forum Akan memutus sengketa berdasarkan prinsip-prinsip keadilan.55
D. Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
Pada hakikatnya, prinsip ini mengajarkan kebebasan penuh untuk
menentukan dan memilih forum, cara, mekanisme penyelesaian sengketa
tersebut yang dilandasi atas dasar kesepakatan yang dipilih oleh para pihak.
Cukup ada banyak pilihan cara-cara atau metode dalam menyelesaikan
sengketa perdagangan internasional diluar Dispute Settelment body atau
forum penyelesaian sengketa WTO, namun yang paling banyak digunakan
yaitu ada 2 cara, antara lain sebagai berikut:
1. Negosiasi

Negosiasi berasal dari kata nego yang memiliki makna proses tawar
menawar, yaitu dimana para subyek hukum perdagangan internasional
merundingkan dan saling tawar menawar demi kesepakatan yang bersifat
saling menguntungkan. Seperti yang kita bahas di dalam bahas
sebelumnya bahwa esensi dari perundingan tawar menawar ialah demi
tujuan yang bersifar win-win solution.
Dalam perdagangan internasional Proses negosiasi dengan bentuk yang
luwes tersebut memang merupakan salah satu aspek dari kegiatan sistem
GATT dan WTO yang terpenting. Dalam kenyataan sebenarnya, sebagai
sistem GATT dan WTO merupakan forum negosiasi yang berfungsi
setiap waktu.

2. Arbitrase
Arbitrase internasional adalah penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga
yang netral. Arbitrase ada yang terlembaga ada pula yang bersifat sementara
(ad hoc). Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa perdagangan

55
Huala Adolf, 2016, hukum perdagangan internasional, cetakan ke-7, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h.197

54
Universitas Kristen Indonesia
internasional dipandang sebagai cara yang efektif dan adil56 Akhir-akhir ini
kita sering melihat tendensi dalam kontrak-kontrak yang ditandatangani antar
negara dan antar perusahaan di satu pihak dengan pihak asing, dalam bentuk
Kerjasama dagang yang bersifat internasional, usaha Bersama, dan lain-lain.
Bahwa banyak terdapat klausula mengenai penyelesaian sengketa secara
damai, terutama menggunakan forum arbitrase.57
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase mengharuskan adanya persetujuan
dari kedua pihak yang bersengketa untuk membawa sengketanya ke arbitrase.
Hal ini harus terpenuhi lebih dulu sebelum arbitrase dapat menjalankan
yurisdiksinya. Dalam penyelesaian arbitrase ini para pihak bebas memilih
hakim (arbiter) yang menurut mereka netral dan ahli atau spesialis mengenai
pokok sengketa yang sedang mereka hadapi. Putusan arbitrase juga relatif
lebih dapat dilaksanakan di negara lain dibanding dengan sengketa yang
diselesaikan melalui misalnya pengadilan.58
Dalam setiap kontrak Kerjasama perdangan antar negara hampir selalu ada
klausula yang menyatakan apabila dikemudian hari timbul persengketaan
maka para pihak sepakat untuk membawa ke forum arbitrase apabila
kesepakatan perdamaian melalui berbagai perundingan tidak menghasilkan
titik temu yang menguntungkan bagi para pihak.
Forum penyelesaian arbitrase dinilai efektif dalam menyelesaikan
sengketa dagang ialah karena majelis arbiter bersifat luwes dan menyerahkan
segala sesuatunya kepada para pihak yang bersengketa. Dalam hal ini
maksudnya adalah dimana badan arbitrase merupakan forum formalnya saja
dan majelis arbiter hanya sebagai penengah dan pemutus yang bersifat
esensial, karena sampai forum selesai para pihakpun masih dimungkinkan
untuk berunding secara privat untuk menghasilkan solusi terbaik.
2. Proses penyelesaian perkara di WTO
Dalam proses penyelesaian perkara di DSB WTO ada beberapa tahapan

56
file:///C:/Users/Eben/Downloads/6097-1-9984-1-10-20130801.pdf
57
Sudargo Gautama, 2004, arbitrase luar negeri dan pemakaian hukum Indonesia, Citra Aditya
Bakti, bandung, h.1
58
file:///C:/Users/Eben/Downloads/6097-1-9984-1-10-20130801.pdf

55
Universitas Kristen Indonesia
hukum acara yang harus di tempuh oleh Indonesia dan Uni Eropa, sebagai
berikut:
1. Konsultasi
Konsultasi merupakan langkah pertama yang harus ditempuh pabila
suatu negara merasakan kerugian yang timbul atas perjanjian WTO.
Konsultasi dipercaya sebagai langkah penyelesaian sengketa yang efektif
dan lebih memuaskan karena dapat menghasilkan solusi yang tidak
menyakiti para pihak serta dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Dalam tahap ini, pihak negara anggota yang merasa dirugikan atas
pihak negara anggota lain membuat permohonan yang didalamnya
menjelaskan mengenai pertimbangan dilakukan konsultasi atas suatu
pencederaan perjanjian WTO (WTO Agreement) dan disertai dengan
dasar hukum permohonan tersebut.
Negara pelanggar harus merespon permintaan tersebut dalam jangka
waktu 10 hari dan konsultasi mulai dilaksanakan dalam waktu tidak lebih
dari 30 hari sejak permohonan konsultasi tersebut diajukan. Konsultasi
dilakukan secara rahasia antara para pihak. Proses Konsultasi berjalan
dalam jangka waktu maksimal 60 hari sejak permohonan konsultasi
diajukan. Konsultasi dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
pemahaman awal para pihak atas kondisi faktual dan dasar-dasar hukum
yang akan diajukan secara lebih mendalam dan untuk menguatkan solusi
positif mengenai sengketa.
2. Pembentukan panel
Negara pemohon (complaining state) dapat mengajukan
permohonan pembentukan panel apabila konsultasi dan upaya lainnya
gagal untuk menyelesaikan sengketa. Pembentukan panel tersebut harus
segera dilakukan oleh Dispute Settlement Body selambat-lambatnya pada
sidang hari ke dua dari permintaan pembentukan panel, jika tidak maka
diputuskan secara konsensus.
Alur berjalannya sidang panel adalah sebagai berikut:
a. Masing-masing pihak yang bersengketa mengajukan argumentasinya

56
Universitas Kristen Indonesia
kepada panel secara tertulis melalui written submission
b. Pertemuan pertama (First meeting): negara penggugat, negara tergugat
dan third parties mengajukan bukti dan argumentasi mereka pada dengar
pendapat (hearing) pertama. Dalam proses ini panelis biasanya
menanyakan pertanyaan kepada para pihak untuk mendapatkan informasi
yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan.17 negara-negara yang
terlibat mengajukan bantahan tertulis dan argumen lisan pada pertemuan
panel yang kedua melalui first written submission
c. Pertemuan kedua (second meeting): negara-negara yang terlibat
mengajukan bantahan tertulis dan argumen lisan pada pertemuan panel
yang kedua melalui second written submission
d. Draft pertama (first draft): panel mengajukan gambaran latar belakang
(berisi fakta-fakta dan argumen) dalam rancangan laporannya (first draft)
untuk kedua belah pihak dan memberikan waktu dua minggu bagi kedua
pihak tersebut untuk memberikan tanggapan. Laporan ini tidak memuat
temuan-temuan (findings) dan kesimpulan akhir (conclusions)
e. Laporan sementara (interim report): panel kemudian mengajukan suatu
laporan sementara yang memuat juga temuan-temuan disertai 17
Marceau, Gabrielle Zoe., 2005, Consultations and the panel process in the
WTO dispute settlement system, Cambridge University Press. Hlmn. 40
kesimpulan akhir kepada kedua belah pihak dan memberikan waktu satu
minggu untuk memberikan tanggapan (review)
f. Laporan akhir (final report): sebuah laporan akhir kemudian diajukan
kepada kedua belah pihak. Setelah tiga minggu, laporan tersebut
disirkulasikan kepada seluruh anggota WTO. Jika panel menyimpulkan
bahwa ketentuan perdagangan yang disengketakan memang melanggar
persetujuan WTO atau negara yang digugat dianggap telah melanggar
ketentuan WTO, maka panel akan memberikan rekomendasi agar negara
tergugat membuat ketentuanketentuan yang sejalan dengan peraturan
WTO. Panel dapat memberikan arahan tentang bagaimana hal ini harus
dilakukan.

57
Universitas Kristen Indonesia
g. Putusan DSB: laporan panel (panel report) kemudian diserahkan
kepada DSB untuk diadopsi oleh DSB. dalam jangka waktu 60 hari
setelah putusan keluar
3. Lembaga Banding (Appellate Body)
Pihak yang kalah dan tidak puas setelah adanya laporan dari panel
dapat mengajukan banding, upaya hukum banding ini baru ada sejak
berdirinya WTO dimana sebelumnya yaitu dalam era GATT tidak dikenal
upaya hukum banding.
4. Rekomendasi panel dan Appellate body
Rekomendasi panel merupakan tahapan setelah panel maupun
Appellate Body menyimpulkan bahwa suatu ketentuan bertentangan
dengan ketentuan WTO atau covered agreement, maka panel maupun
Appellate Body harus merekomendasikan negara anggota yang
bersengketa mendudukan aturan tersebut sejalan dengan agreement, juga
rekomendasi panel maupun Appellate Body dapat menyarankan cara-cara
terhadap negara yang bersengketa mengimplementasikan Dispute
settlement understanding WTO rekomendasinya.
Jika satu atau lebih dari satu pihak yang bersengketa tersebut adalah
anggota negara berkembang, laporan panel harus secara eksplisit
menyatakan bentuk persetujuan tentang perlakuan khusus dan perlakuan
yang lebih menguntungkan bagi anggota negara berkembang dalam
prosedur penyelesaian perselisihan.
Upaya yang dilakukan Indonesia dalam proses penyelesaian
sengketa dengan Uni Eropa diluar WTO
Sengketa antara Indonesia dengan Uni Eropa dengan nomor
perkara “DS 592” ini, yang berujung kepada Dispute Settelment Body
WTO sudah dimulai sejak babak konsultasi yang diminta dan dilakukan
oleh Uni Eropa. Pada November 2019. Uni Eropa melakukan konsultasi
atas kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor nikel mentah.

Pada tahapan konsultasi pemerintah Indonesia bersikeras untuk tetap


mempertahankan aturan larangan ekspor nikel mentah, yang sampai pada

58
Universitas Kristen Indonesia
akhirnya membuat uni Eropa menggugat Indonesia. Pada tahapan
tersebut sebenarnya pemerintah Indonesia telah memgupayakan cara
penyelesaian sengketa damai tanpa harus berperkara di WTO. Adapun
cara yang dilakukan pemerintah Indonesia pada saat itu yakni dengan
cara bernegosiasi.

Pemerintah Indonesia mencoba berunding dan menawarkan jalan


damai yaitu dengan cara mengganti ekspor nikel dengan olahan minyak
sawit. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara
pengekspor olahan minyak sawit. Namun dengan tegas Uni Eropa
meyatakan tidak tertarik sama sekali dengan olahan minyak sawit, yang
Uni Eropa inginkan hanyalah nikel mentah.

Bahwa kemudian Uni Eropa membuat kebijakan yang berisikan


penggunaan bahan bakar di Uni Eropa harus berasal dari energi yang
dapat diperbaharui dan Uni Eropa juga mengkategorikan olahan minyak
sawit kedalam komoditas beresiko tinggi. Bahwa pada akhirnya sengketa
larangan ekpor nikel mentah tidak menghasilkan titik temu yang bersifat
win-win solution dan berujung kepada penyelesaian formal melalui DSB
WTO.

3. Tanggapan Indonesia atas gugatan Uni Eropa


Dalam hal gugatan yang dilayangkan Uni Eropa ke WTO tentu
Indonesia tidak tinggal diam. Dalam paparan Rapat Kerja dengan Komisi
VII DPR RI, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin
Tasrif mengatakan, ada lima langkah yang dilakukan pemerintah, antara
lain:
Pertama, konsolidasi posisi pemerintah Indonesia untuk menghadapi
penanganan kasus DS 592 bersama dengan Kementerian Perdagangan
(Kemendag), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Konsultan Hukum
yang dikoordinasi oleh Kemenko Maritim dan Investasi.
Kedua, pemerintah telah menunjuk Law Firm Baker McKenzie di
Jenewa dan Joseph Wira Koesnaidi (JWK) di Jakarta untuk mewakili

59
Universitas Kristen Indonesia
pemerintah Indonesia dalam menghadiri sidang Dispute Settlement Body
(DSB) WTO dan menyusun tanggapan atas gugatan Uni Eropa.
Ketiga, penyusunan statement bersama dalam menanggapi
pertanyaan media dan publik terkait isu DS 592, sehingga seluruh
pernyataan dari pejabat pemerintah terkait sejalan dengan argumentasi
Pembelaan Indonesia.

Keempat, Kementerian ESDM menyiapkan data atau informasi


yang relevan dan analisa seluruh aturan-aturan yang terkait untuk
mendukung proses penyelesaian sengketa di Dispute Settlement Body
WTO.

Dan terakhir, Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan tim tenaga


ahli untuk mendukung dan menyampaikan pembelaan di sidang.

Alur penyelesaian sengketa dimulai dengan konsultasi sejak 30-31


Januari 2020, lalu sejak awal 2021 dalam tahap pembentukan panel dan
panel terbentuk pada 22 Februari 2021 dan penentuan jadwal (time table)
pada 29 Maret 2021.Lalu, pada April-Desember 2021 akan dilakukan
pengujian oleh panelis. Pada Januari 2022 diperkirakan baru dikeluarkan
laporan interim, komentar dan review, lalu laporan disirkulasikan kepada
anggota pada April 2022.

Lalu pengajuan banding ke WTO maksimal 60 hari setelah


sirkulasi atau dilakukan sekitar Juni-September 2022. Lalu, keputusan
sekitar Maret 2022-Juni 2023.Saat ini masih dalam posisi pembentukan
panel dan berdasarkan aturan WTO, penyelesaian maksimal sembilan
bulan tanpa banding atau 12 bulan dengan banding59

59
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210322144839-4-231927/tak-tinggal-diam-ini-
langkah-ri-lawan-gugatan-nikel-eropa

60
Universitas Kristen Indonesia
BAB V

Penutup

Kesimpulan

1. Aturan kebijakan Pemerintah Indonesia terkait pemrosesan dan pemurnian


nikel dalam negeri dinilai melanggar beberapa ketentuan GATT oleh Uni
Eropa. Bahwa tujuan adanya kebijakan tersebut ialah guna meningkatkan nilai
tambah ekonomis bagi pertumbuhan Indonesia dan merupakan salah satu cara
untuk menyelematkan Indonesia dari guncangan perekonomian akibat
pandemi Covid-19. Data menunjukan bahwa tren nikel meningkat sejak
adanya proses pemurnian dan pengolahan dalam negeri, yang artinya hal
tersebut merupakan hasil positif dari kebijakan domestik ekonomi Indonesia.
Bahwa dalam hal ini sesungguhnya pemerintah Indonesia juga tidak melarang
negara manapun untuk membeli nikel Indonesia, namun dengan syarat yaitu
membeli nikel dalam keadaan bahan setengah jadi atau bahan jadi atau
berinvestasi di Indonesia dengan mendirikan smelter sebagai fasilitas
pengolahan dan pemurnian nikel.
2. Dalam proses penyelesaian sengketa ekspor bijih nikel, Indonesia sudah
menjalani dan sudah menempuh tahapan penyelesaian sengketa dengan Uni
Eropa, yaitu dengan cara Negosiasi. Namun abhwa kemudian Itikad baik
Indonesia untuk menawarkan olahan minyak sawit sebagai pengganti nikel
mentah rupanya tidak disambut naik oleh Uni Eropa sehingga menyebabkan
sengketa ini berlanjut pada tahapan penyelesaian sengketa melalui Dispute
Settlement Body WTO. Atas gugatan Uni Eropa tersebut Inonesia juga tidak
berdiam diri, melainkan mempersiapkan Langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam proses sidang WTO.

Saran

61
Universitas Kristen Indonesia
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang penulis buat maka
penulis bermaksud memberikan saran sebagai berikut:

1. Seharusnya penerapan Special and Differential Treatment harus lebih


mengkedepankan prinsip fleksibilitas bagi negara sedang berkembang Ketika
negara tersebut tengah berupaya mempertahankan atau bahkan berupaya
meningkatkan laju perekonomian nasionalnya. Hal ini juga sebagaimana yang
diamantkan dalam WTO Agreement.
2. Dalam hal ini seharusnya pemerintah Indonesia lebih bijak dalam hal menyikapi
dan membuat kebijakan yang bersinggungan dengan pembatasan kuota ekspor.
Pasalnya kebijakan hukum nasional Indonesia yang berupaya memproteksi
sumber daya alam, berujung kepada persengketaan dagang internasional.

62
Universitas Kristen Indonesia
Daftar Pustaka

Buku
Adrian sutendi, 2004, hukum ekspor impor, raih asa sukses, Jakarta, h.3
Ida Bagus, 2017, Hukum Perdagangan Internasional, refika aditama, Denpasar, h.2
muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan Internasional, rajawali Pers, Jakarta,
h.13
Soerjono Soekanto, 2020, Pengantar Penelitian Hukum, UI-press, Jakarta, h.119
Serlika Aprita, 2020, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta,
h.1
Sefriani, 2016, Hukum Internasional, Edisi kedua, Raja grafindo, Jakarta, h.1

Dedi Supriyadi, 2013, Hukum internasional (dari konsepsi sampai aplikasi),


Pustaka setia, Jakarta h.2
Boer Mauna, 2003, Hukum Internasional (pengertian peranan dan fungsi dalam
era dinamika global), Alumni, Bandung, h.3
Ida Bagus dan Supasti Dharmawan, 2017, hukum perdagangan
internasional,cetakan kesatu, Refika Aditama, Bandung, h.197

Huala Adolf dan Rabiansyah Pratama, 2018, prinsip hukum perdagangan


internasional: kebijkan subsidi dan UMKM, cetakan kesatu, Refika
Aditama, Bandung, h.23
Huala Adolf, 2016, hukum perdagangan internasional, cetakan ke-7,
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Sudargo Gautama, 2004, arbitrase luar negeri dan pemakaian hukum Indonesia,
Citra Aditya Bakti, bandung, h.1
Huala Adolf dan Candra Wulan, 1994, Masalah-Masalah Hukum Dalam
Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta,h.64

Jurnal Hukum
file:///C:/Users/Eben/Downloads/BAB%20I.pdf

file:///C:/Users/Eben/Downloads/BAB%20I.pdf

63
Universitas Kristen Indonesia
https://www.scribd.com/document/459103078/The-World-trade-Organization-
kak-nurul
file:///C:/Users/Eben/Downloads/6097-1-9984-1-10-20130801.pdf

Internet
https://nikel.co.id/sepuluh-negara-penghasil-nikel-terbesar-ini-siapa-yang-
mampu-ambilmomentum di-era-mobil-listrik
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Indonesia_dengan_Uni_Eropa
https://id.wikipedia.org/wiki/Nikel#:~:text=4900%20m%2Fs%20(pada%20s.k.%2
0)&text=Nikel%20adalah%20unsur%20kimia%20metalik,keperak%E2%80%93p
erakan%20sedikit%20semburat%20keemasan. https://www.indoshe.com/arti-
fungsi-dan-pengertian-smelter-pertambangan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesepahaman_Penyelesaian_Sengketa

https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan

Peraturan-perundang-undangan dan instrument hukum Internasional


“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”
“Undang-Undang nomor 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara”
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara”

“Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement


Establishing the World Trade Organization” (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia)

“peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2014 tentang pelaksanaan kegiatan


pertemuan mineral dan Batubara”

General agreement on tarrifs and trade (GATT)

64
Universitas Kristen Indonesia
Agreement On Subsidies and Countervailing measures (SCM)

“Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement


Establishing the World Trade Organization” (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia)

65
Universitas Kristen Indonesia
BIODATA PENULIS

Nama : Salomo Ebeneizer Hasudungan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Oktober 2000

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Rukun Nomor 37, RT 05, RW 02, Kelurahan


Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur

Email : eben17h@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2005 - Tahun 2006 : TK Kristen Penabur 5 Taman Mini

Tahun 2006 – Tahun 2009 : SDK Nusa Melati

Tahun 2009 - Tahun 2012 : SDN 01 Setu

Tahun 2012 - Tahun 2015 : SMP Negeri 272 Jakarta

Tahun 2015 - Tahun 2018 : SMA Yadika 11

Tahun 2018 - Tahun 2022 : Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia

Anda mungkin juga menyukai