Skripsi
Oleh
Salomo Ebeneizer Hasudungan
1840050040
PROGRAM SARJANA
FAKULTAS HUKUM
JAKARTA
2022
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA INDONESIA DENGAN
Skripsi
Oleh
Salomo Ebeneizer Hasudungan
1840050040
i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang dinyatakan di atas, maka karya tugas
akhir ini dianggap batal.
Jakarta, 12 Februari 2022
ii
iii
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
Pada 12 Februari 2022 telah diselenggarakan Sidang Tugas Akhir untuk memenuhi
Sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Satu pada program
Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Indonesia, atas nama:
NIM : 1840050040
Fakultas : Hukum
2. Edward M L. Panjaitan,
S.H., LL.M Sebagai Anggota
iv
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang saya
ajukan adalah “penyelesaian sengketa antara indonesia dengan uni eropa
perihal larangan ekspor bijih nikel dalam perspektif hukum perdagangan
internasional (kasus ekspor bijih nikel dalam perkara nomor DS592).
Penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis selalu menghargai kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi dan
pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulisan skripsi ini tidak dapat lepas dari banyak pihak, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
vi
6. Seluruh staf dan pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas
Kristen Indonesia
7. Noman Silitonga, S.H dan Wiwin Ginita, selaku kedua orangtua, yang
selama ini juga mendorong semangat dan berperan penting sehingga
selesainya penulisan skripsi ini.
8. Adin Latazarni, selaku junior dan kekasih hati, yang selama proses
penulisan skripsi ini juga banyak memberikan sumbangsih dukungan moril
dan sekaligus sebagai penyemangat. Terimakasih juga kepada Dian
Anggraini selaku sahabat saya yang terus menyemangati dan memberikan
dukungan. Terimakasih juga kepada Vincentius selaku adik/junior yang
kerap kali saya repotkan dalam penitipan file dan secara tidak langsung juga
menjadi faktor penyemangat.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik yang
menyemangati, memotivasi atau bahkan merendahkan penulis.
vii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan..................................................................................................... 1
1. Latar belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
3. Ruang lingkup penelitian ................................................................................ 6
4. Tujuan penelitian .............................................................................................. 6
5. Kerangka teori ................................................................................................... 7
6. Kerangka konseptual ....................................................................................... 8
7. Metode penelitian ............................................................................................. 10
8. Sistematika pembahasan ................................................................................. 14
BAB II Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 16
1. Ruang Lingkup .................................................................................................. 17
2. Dasar Pengaturan Hukum Perdagangan
Internasional....................................................................................................... 21
3. Kerangka Konseptual ...................................................................................... 24
4. Kerangka Teori .................................................................................................. 43
BAB III Pembahasan .................................................................................................. 41
1. Dasar Gugatan Uni Eropa............................................................................... 48
2. Alasan Atau Pembelaan yang dapat
dilakukan Indonesia aga tidak divonis
melanggarketentuan-ketentuan
sebagaimana yang didalilkan Uni Eropa ................................................... 52
viii
BAB IV ............................................................................................................................. 67
1. Proses penyelesaian perkara ekspor bijih
nikel antara Indonesia dengan Uni
Eropa diluar WTO .......................................................................................... 67
2. proses penyelesaian perkara di WTO ........................................................... 73
3. Tanggapan Indonesia atas gugatan Uni
Eropa .................................................................................................................. 78
BAB V Penutup ............................................................................................................. 80
1. Kesimpulan ......................................................................................................... 80
2. Saran ..................................................................................................................... 81
Daftar Pustaka............................................................................................................... 82
ix
ABSTRAK
x
Universitas Kristen Indonesia
ABSTRACT
International trade disputes that arise usually arise related to the policy
issues of each country which are concerned with tariffs, quotas, and subsidies. In
this case, the author will discuss the dispute between Indonesia and the European
Union regarding the ban on nickel ore exports, which in the midst of the pace of
international trade, Indonesia tries to pay attention to its national interests.
xi
Universitas Kristen Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Saat ini banyak negara yang melakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan sektor perekonomiannya, salah satunya dengan kegiatan
ekspor dalam perdagangan internasional. Dalam Perdagangan
internasional tidak bisa dilepaskan dengan persoalan ekspor dan impor di
mana kedua hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak akan bisa
dipisahkan. Karena, perdagangan internasional tidak akan pernah terjadi
bila tidak ada kegiatan ekspor impor.
1
Adrian sutendi, 2004, hukum ekspor impor, raih asa sukses, Jakarta, h.3
2
Ida Bagus, 2017, Hukum Perdagangan Internasional, refika aditama, Denpasar, h.2
3 https://nikel.co.id/sepuluh-negara-penghasil-nikel-terbesar-ini-siapa-yang-mampu-ambilmomentum di-era-
mobil-listrik/
1
Universitas Kristen Indonesia
Karena Indonesia merupakan negara penghasil nikel terkenal, maka
Indonesia juga berperan selaku pengekspor dan juga aktif dalam dunia
perdagangan internasional.
Indonesia Selama ini juga selalu dijadikan tolak ukur oleh banyak
pihak mengenai keseriusan berbagai negara negara di dunia untuk terjun ke
dalam tren nikel. Salah satu negara yang dimaksud yaitu Uni Eropa. di
beberapa negara dunia, seperti seperti Cina, jepang, korea selatan, australia
dan terutama uni Eropa.
Perdagangan bilateral antara Uni Eropa di Indonesia dalam
komoditas non migas mencapai 25,1 miliar Euro pada tahun 2016. Dari
jumlah tersebut, 14,6 miliar Euro merupakan hasil dari ekspor Indonesia
ke Uni Eropa pada tahun 2016. Uni Eropa merupakan tujuan terbesar
ketiga dari ekspor non migas Indonesia setelah Amerika Serikat dan
Tiongkok. Ekspor utama adalah lemak dan minyak Hewani atau nabati
mesin dan peralatan, tekstil, Alas kaki serta produk plastik dan karet.
Minyak kelapa sawit dari Indonesia merupakan komunitas yang paling
banyak diekspor uni Eropa. Jumlahnya mencapai 49% dari total impor
minyak kelapa sawit di Uni Eropa. Sedangkan, ekspor Uni Eropa ke
Indonesia kebanyakan merupakan peralatan teknologi tinggi,
perlengkapan bidang transportasi, produk manufaktur dan bahan kimia.
Nilai perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa di bidang jasa berjumlah
6,1 miliar EURO.4
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Indonesia_dengan_Uni_Eropa
2
Universitas Kristen Indonesia
pemurnian wajib memenuhi batasan minimum pengelolaan Dan
pemurnian, dengan mempertimbangkan antara lain peningkatan nilai
ekonomi dan atau kebutuhan pasar.5
5
. Pasal 102 “Undang-Undang nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara”
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara, Pasal 103,
3
Universitas Kristen Indonesia
persen di kuartal I 2019.
7
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210811220610-532-679242/babak-belur-ekonomi-
dihajar-15-tahun-pandemi
8
file:///C:/Users/Eben/Downloads/BAB%20I.pdf
9
muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan Internasional, rajawali Pers, Jakarta, h.13
4
Universitas Kristen Indonesia
Namun bahwa kemudian, Uni Eropa menilai langkah yang diambil
pemerintah Indonesia dalam hal pelarangan ekspor bijih nikel melanggar
beberapa ketentuan dalam The General Agreement of Tariffs and Trade
(GATT), diantaranya yaitu pasal X dan pasal XI General Agreement of
Tariffs and Trade (GATT). Uni Eropa mengajukan gugatan ke world trade
organization (WTO) terkait tindakan pemerintah Indonesia dalam hal
pelarangan ekspor bijih nikel mentah pada tanggal 28 November 2019.
2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pembelaan yang dapat dilakukan Indonesia untuk tidak
divonis melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana yang didalilkan
Uni Eropa?
B. Bagaimana Penyelesaian sengketa di luar world trade organization
(WTO)?
5
Universitas Kristen Indonesia
Trade (GATT); dan sengketa perdagangan internasional yang dikaji dalam
penulisan skripsi ini adalah sengketa ekspor bijih nikel Indonesia terhadap
Uni Eropa, dan tidak meluas terhadap persengketaan negara lain;
4. Tujuan Penelitian
5. Kerangka Teori
1. Teori keadilan (John Rawls)
John Rawls berpendapat bahwa Keadilan adalah kebijakan utama dari
10
Soerjono Soekanto, 2020, Pengantar Penelitian Hukum, UI-press, Jakarta, h.119
6
Universitas Kristen Indonesia
hadirnya intuisi intuisi sosial atau (social institution). akan tetapi,
Menurutnya kebijakan bagi seluruh masyarakat tidak dapat
dikesampingkan atau mengganggu rasa keadilan dari setiap orang
yang telah memperoleh rasa keadilan khususnya masyarakat lemah.
2. Teori kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
Terdapat dua macam bentuk penyelesaian sengketa. Pertama, yaitu
model litigasi, yaitu penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh
lembaga peradilan. Kedua, non litigasi atau alternatif dispute
resolution adr, penyelesaian diluar lembaga peradilan ( out of court
dispute settlement). alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan
cara konsultasi negosiasi mediasi konsiliasi ataupun penilaian ahli.
Jadi dalamhal ini para pihak yang bersengketa dimungkinkan untuk
memilih cara dan forum penyelesaian sengketa baik litigasi maupun
diluar litigasi.
6. Kerangka Konseptual
A. Perdagangan internasional
11
Serlika Aprita, 2020, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, h.1
12
https://id.wikipedia.org/wiki/Nikel#:~:text=4900%20m%2Fs%20(pada%20s.k.%20)&text=Nikel
%20adalah%20unsur%20kimia%20metalik,keperak%E2%80%93perakan%20sedikit%20semburat
7
Universitas Kristen Indonesia
C. Smelter
Smelter merupakan sebuah tempat fasilitas pengolahan hasil tambang
yang berfungsi meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel,
tembaga, emas, dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi
standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut telah
meliputi pembersihan mineral logam dari pengotor dan pemurnian.13
D. The General Agreement of Tariffs and Trade (GATT)
GATT merupakan suatu perjanjian multilateral yang mengatur
perdagangan internasional. Berdasarkan mukadimahnya, tujuan
perjanjian ini adalah "pengurangan substansial atas tarif dan
hambatan perdagangan lainnya dan penghapusan preferensi,
berdasarkan asas timbal balik dan saling menguntungkan. 14
E. World Trade organization merupakan satu-satunya organisasi
internasional yang mengatur perdagangan internasional. Terbentuk
sejak tahun 1995, WTO berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian
yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di
dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-
perjanjian WTO adalah untuk membantu produsen barang dan jasa,
eksportir dan importir dalam melakukan kegiatannya.
F. Dispute Settlement Body (DSB) merupakan badan penyelesaian
sengketa yang ada di World Trade Organization (WTO) untuk
menyelesaikan sengketa dagang di antara anggota World Trade
Organization (WTO).
G. Dispute Settlement Understanding (DSU)
DSU merupakan sebuah perjanjian yang merupakan bagian dari
Perjanjian WTO yang diresmikan seusai Putaran Uruguay. Di dalam
perjanjian ini terkandung aturan-aturan dan prosedur-prosedur
penyelesaian sengketa di WTO, termasuk prosedur penyelesaian
%20keemasan.
13
https://www.indoshe.com/arti-fungsi-dan-pengertian-smelter-pertambangan/
14
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan
8
Universitas Kristen Indonesia
sengketa di Panel dan Badan Banding. Perjanjian ini mengatur bahwa
hanya perjanjian-perjanjian yang masuk ke dalam cakupan Perjanjian
WTO yang dapat menjadi subjek sengketa. Perjanjian ini juga
menitahkan bahwa prosedur penyelesaian sengketa oleh Panel dan Badan
Banding tidak boleh menambah ataupun mengurangi hak dan kewajiban
anggota, dan tujuannya adalah untuk memberikan keamanan dan
7. Metode penelitian
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesepahaman_Penyelesaian_Sengketa
9
Universitas Kristen Indonesia
penelitian, meliputi:
10
Universitas Kristen Indonesia
: Kamus Hukum, eksiklopedi, Kamus Bahasa Indonesia, dsb.
8. Sistematika pembahasan
Guna memudahkan mengikuti pembahasan skripsi ini penulis
membagi skripsi ini dalam lima bab sebagai berikut :
A. Bab I Pendahuluan
Yaitu menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
kerangka konseptual, kerangka teoritis, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
B. Bab II Tinjauan Pustaka
11
Universitas Kristen Indonesia
Tinjauan kepustakaan memuat teori yang merupakan dasar-dasar
yang mendukung penulisan skripsi, termasuk yang akan
dipergunakan dalam membuat analisis kerangka teoritis dan
kerangka konsep untuk kemudian diperbandingkan dengan hasil
penelitian sebagai das sein dan das sollen.
C. Bab III Pembahasan
Pembahasan antara lain memuat analisis hasil penelitian yang
dianggap menjawab pokok permasalahan, memuat tinjauan umum
tentang garis besar konsep yang tertuang dalam judul, juga sebagai
bab inti berupa argumentasi-argumentasi hukum.
D. Bab IV Analisis Hasil Penelitian
Merupakan hasil analisi penelitian yang menjawab rumusan
masalah kedua.
E. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini memberikan uraian tentang kesimpulan yang merupakan
pernyataan ringkas, padat, dan jelas yang dijabarkan dari hasil
penelitian.
Bab ini juga memuat saran yang merupakan pertimbangan penulis
dari hasil pembahasan dan ditujukan kepada para peneliti dalam
bidang sejenis, atau dapat juga ditujukan kepada instansi
pemerintah atau Lembaga tertentu.
12
Universitas Kristen Indonesia
BAB II
Tinjauan Pustaka
16
Sefriani, 2016, Hukum Internasional, Edisi kedua, Raja grafindo, Jakarta, h.1
17
Dedi Supriyadi, 2013, Hukum internasional (dari konsepsi sampai aplikasi), Pustaka setia,
Jakarta h.2
18
Boer Mauna, 2003, Hukum Internasional (pengertian peranan dan fungsi dalam era dinamika
global), Alumni, Bandung, h.3
13
Universitas Kristen Indonesia
sejenisnya), hingga hubungan atau transaksi dagang yang kompleks.
Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional ini sedikit
banyak disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi
informasi). Sehingga, transaksi-transaksi dagang semakin berlangsung
dengan cepat. Batas-batas negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi.
Bahkan dengan pesatnya teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak
perlu mengetahui atau mengenal siapa rekanan dagangnya yang berada
jauh di belahan bumi lain. Hal ini tampak dengan lahirnya transaksi-
transaksi yang disebut dengan ecommerce.
Ada berbagai motif atau alasan mengapa negara atau Sabit hukum
melakukan transaksi dagang internasional. Fakta yang sekarang ini terjadi
adalah perdagangan internasional sudah menjadi tulang punggung bagi
negara untuk menjadi makmur, sejahtera, dan kuat. Hal ini sudah banyak
terbukti dalam sejarah perkembangan dunia.19
Kejayaan negara-negara ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintahnya
untuk melakukan transaksi dagang internasional. Kesadaran untuk
melakukan transaksi dagang internasional ini juga telah cukup lama
disadari oleh para pelaku pedagang di tanah air sejak. Adalah Amanna
Gappa, seorang kepala suku Bugis yang sadar akan pentingnya dagang
(dan pelayaran) bagi kesejahteraan sukunya. Keunggulan suku bugis
dalam berlayar dengan hanya menggunakan perahu-perahu bugis yang
kecil telah mengarungi lautan luas hingga ke Malaya (sekarang menjadi
wilayah Singapura dan Malaysia).
19
Serlika Aprita, op.cit, h.2
14
Universitas Kristen Indonesia
of States) juga mengakui bahwa setiap negara memiliki hak untuk
melakukan perdagangan internasional.
15
Universitas Kristen Indonesia
Kedua aspek tersebut dalam praktiknya senantiasa berjalan bersama
tanpa terpisah satu sama lain, namun dalam bukui penulis hanya akan
membatasi diri pada ruang lingkup kajian hukum perdagangan
internasional dari aspek hukum publik. Aspek kajian tersebut meliputi
antara lain : Sejarah perdagangan internasional, prinsip-prinsip hukum
perdagangan internasional dalam GATT-WTO; hasil-hasil perundingan
GATT-WTO; regulasi perdagangan internasional di bidang tarif dan
nontarif; regulasi antidumping, pelarangan subsidi, dan Safeguard dalam
perdagangan internasional; kecenderungan Indonesia menerima
perdagangan bebas, dan peran serta pemerintah Indonesia dalam
menghadapi globalisasi perdagangan internasional.20
20
Muhammad Sood, op.cit, h.22
16
Universitas Kristen Indonesia
memberikan pengaruh terhadap sistem dan pranata hukum nasional di sektor
perdagangan termasuk pada kegiatan industri kecil. Pengaruh tersebut tidak
dapat dihindari terutama dalam pembangunan ekonomi sosial, karena
Indonesia telah menganut sistem perdagangan bebas semenjak
ditandatanganinya persetujuan Perundingan Putratan Uruguay (Uruguay
21
Serlika Aprita, op.cit
17
Universitas Kristen Indonesia
4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
136.MPP/Kep/6/1996 tentang Pembentukan Komite Antidumping
Indonesia;
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
172/MPP/Kep/6/1996 tentang Organisasi dan Cara Kerja Tim
Organisasi Antidumping;
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
427/MPP/Kep/10/ 2000 tentang Komite Antidumping Indonesia;
7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
428/MPP/Kep/10/ 2000 tentang Pengangkatan Anggota Komite
Antidumping Indonesia;
8. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
216/MPP/Kep/7/2001 tentang Perbahan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 261/MPP/Kep/9/1996 tentang
Tata Cara Persyaratan Pengajuan Penyelidikan Atas Barang Dumping
dan Barang Mengandung Subsidi;
9. Peaturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
37/MDag/Per/9/2008 tentang Surat Keterangan Asal (Certificate or
Origin) Terhadap Barang Impor yang dikenakan Tindakan
Pengamanan (Safeguard).
18
Universitas Kristen Indonesia
7. Kerangka konseptual
A. Pengertian hukum perdagangan internasional
1. hukum perdagangan internasional menurut Schmittoff
Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional
sebagai: “... the body of rules governing commercial relationship of a
private law nature involving different nations”. Dari definisi tersebut
dapat tampak unsur-unsur berikut:
1) Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturan yang
mengatur hubunganhubungan komersial yang sifatnya hukum perdata,
19
Universitas Kristen Indonesia
negara-negara yang berbeda.22
3. Definisi hukum perdagangan internasional menurut H. Booysens
Booysens mengemukakan dafinisi hukum perdagangan
internasional dalam tiga unsur, yaitu: yang pertama hukum
perdagangan internasional dapat dipandang sebagai suatu cabang
khusus dari hukum internasional. Yang kedua, hukum perdagangan
internasional merupakan aturan hukum internasional yang berlaku
terhadap perdagangan barang, jasa, dan perlindungan atas hak
kekayaan intelektual. Bentuk-bentuk hukum perdagangan
internasional seperti ini sebagaimana diatur dalam WTO, misalnya
perjanjian multilateral mengenai perdagangan barang, perdagangan
jasa, dan aspek hak atas kekayaan intelektual. 23
22
Serlika Aprita, op.cit, h.2
23
Muhammad sood, op.cit, h.21
20
Universitas Kristen Indonesia
Lampiran WTO. Kedua, prinsip prinsip GATT menjadi kerangka aturan
bagi bidang bidang baru dalam perjanjian W.T. O, khususnya perjanjian
mengenai jasa, penanaman modal, dan juga dalam perjanjian mengenai
perdagangan yang terkait dengan hak atas kekayaan intelektual.24
24
Serlika Aprita, op.cit, h.194
21
Universitas Kristen Indonesia
a. perundingan Jenewa tahun 1947
22
Universitas Kristen Indonesia
Perundingan ini sifatnya lebih terbatas, karena diikuti oleh 22 negara
peserta.
25
Muhammad sood, op.cit, h.53
26
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan
23
Universitas Kristen Indonesia
The World Trade Organization (WTO) merupakan payung
yang menaungi persetujuan yang mengatur tentang perdagangan
barang, perdagangan jasa dan perlindungan hak kepemilikan
intelektual serta investasi yang berhubungan dengan perdagangan.
Mekanisme penyelesaian sengketa dalam perjanjian WTO sekarang
ini pada intinya mengacu pada ketentuan Pasal 22-23 GATT 1947.
Dengan berdirinya WTO, ketentuan-ketentuan GATT 1947
kemudian terlebur ke dalam aturan WTO.
27
Serlika Aprita, op.cit, h.190
24
Universitas Kristen Indonesia
ketentuan-ketentuan GATT (with respect to any matter affecting
the operation of this agreement). Pasal 23 mengandung pengaturan
yang lebih luas. Melalui Undang-Undang No.7 Tahun 1994
Tentang Ratifkasi Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia, Indonesia secara resmi telah menjadi anggota
The World Trade Organization (WTO).
28
https://yuokysurinda.wordpress.com/2016/05/10/mekanisme-penyelesaian-sengketa-dalam-
gattwto/
25
Universitas Kristen Indonesia
bagi efektifnya fungsi WTO. Dalam WTO hanya ada satu Dispute
Settlement Body (DSB) yang berperan untuk menyelesaikan segala
sengketa yang timbul dari setiap persetujuan yang terdapat dalam
Final Act.
29
https://www.scribd.com/document/459103078/The-World-trade-Organization-kak-nurul
26
Universitas Kristen Indonesia
Special and Differential Treatment (SDT) dalam WTO
mulai diperdebatkan setelah gagalnya Ministrial Conference WTO
di Seattle pada Bula Juni 1990. Special and Differential Treatment
meliputi seluruh peraturan di rezim perdagangan internasio-nal
yang telah terintegrasai yang diadvokasi oleh Pemerintah dari
negara-negara di bagi-an Selatan sunia. Perkembangan atas penera-
pan SDT dapat dilihat sebagai bukti kekuatan negosiasi dari
pemerintahan negara-negara selatan.
30
https://www.researchgate.net/publication/298330444_World_Trade_Organization_Negara_Berk
embang_dan_Special_and_Diferrential_Treatment
27
Universitas Kristen Indonesia
4. SDT harus konsisten dengan pandan-gan negara tersebut
mengenai kepent-ingannya;
5. SDT harus memprmosikan integrasi negara-negara ke dalam
suatu sistem perdagangan dunia dan mendukung tujuan dasari
dari WTO;
6. SDT harus menghindari biaya berlebih bagi negara-negara
lain dan bagi sistem internasional;
7. SDT harus bersifat mengikat31
E. Pengertian Subsidi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, subsidi adalah
bantuan uang dan sebagainya kepada Yayasan, perkumpulan, dan
sebgainya yang biasanya berasal dari pemerintah.32
Dalam dunia ekonomi, tujuan dari subsidi adalah demi
mengurangi harga atau meningkatkan pengeluaran. Saat ini, subsisi
terbagi menjadi dua jenis, yaitu subsidi dalam bentuk uang, atau
subsidi dalam bentuk komoditi,
Subsidi juga bisa diterapkan dalam dunia perdagangan
internasional, yakni bantuan keuangan yang diberikan oleh pihak
pemerintah pada suatu perusahaan, industri, atau eksportir untuk
bisa meningkatkan kegiatan ekspor atau meminimalisir kegiatan
impor dari atau ke negara berkembang.33
Huala Adolf menyatakan bahwa subsidi adalah sebuah
pembayaran oelh pemerintah untuk produsen, distributor, dan
konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu.34
31
https://www.researchgate.net/publication/298330444_World_Trade_Organization_Negara_Berk
embang_dan_Special_and_Diferrential_Treatment
32
https://kbbi.web.id/subsidi
33
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/subsidi-
adalah/#:~:text=Subsidi%20juga%20bisa%20diterapkan%20dalam,dari%20atau%20ke%20negara
%20berkembang.
34
Huala Adolf dan Candra Wulan, 1994, Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan
Internasional, Rajawali Pers, Jakarta,h.64
28
Universitas Kristen Indonesia
Berdasarkan ketentuan pasal 1 dan pasal 2 SCM, maka
terdapat tiga elemen dasar dalam menentukan subsidi berdasarkan
SCM, yaitu:
1. Subsidi harus merupakan kontribusi keuangan dari pemerintah
atau badan publik;
2. Subsidi tersebut harus memberikan manfaat;
3. Subsidi harus spesifik kepada penerima tertentu35
F. Pengertian Ekspor
merujuk pada Peraturan Pemeruntah Nomor 10 Tahun
2021, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah
pabean. Daerah pabean adalah suatu daerah milik Republik
Indonesia yang terdiri dari wilayah darat, perairan, dan udara, yang
juga mencakup seluruh daerah tertentu yang berada di dalam Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE). Sederhananya, arti ekspor yakni
kegiatan menjual barang atau jasa ke luar negeri. Seseorang atau
lembaga yang melakukan ekspor disebut dengan eksportir.
Aktivitas ekspor adalah biasanya terjadi ketika suatu negara sudah
mampu memproduksi barang atau jasa yang jumlahnya besar dan
kebutuhan di dalam negeri sudah mencukupi. 36
35
https://www.hukumonline.com/klinik/a/mengenal-subsidi-yang-dilarang-dalam-perdagangan-
internasional-lt5dd25ec134914
36
https://money.kompas.com/read/2021/04/07/085607826/apa-yang-dimaksud-dengan-ekspor
29
Universitas Kristen Indonesia
diatur dengan Peraturan Menteri. Eksportir bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap Barang yang diekspor.
G. Pengertian Impor
merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2021,
impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean. Pemasukan barang atau jasa dari luar negeri atau daerah
pabean untuk diedarkan ke dalam negeri atau daerah lalu lintas
bebas. Untuk jasa yang diterima dari luar negeri, seperti asuransi,
transportasi, tenaga asing diperhitungkan juga sebagai impor.
Pada umumnya, pembelian barang impor adalah barang-
barang yang tak bisa diproduksi di dalam negeri. Orang atau
lembaga yang mendatangkan barang impor disebut dengan
importir. Salah satu alasan mengimpor barang adalah karena
mendapatkan keuntungan. Keuntungan diperoleh karena harga
barang impor yang dijual bisa lebih murah ketimbang barang atau
jasa yang sama yang diproduksi di dalam negeri.
Ada beberapa alasan melakukan impor adalah antara lain:
Negara yang mengimpor tidak bisa memproduksi barang tersebut
karena ketiadaan bahan baku, keterampilan, dan sebagainya. Negara
pengimpor bisa saja memproduksi barang itu sendiri, namun biayanya
lebih mahal yang nantinya akan membuat harga barang yang dijual
lebih mahal Negara pengimpor sudah bisa menghasilkan sendiri,
namun tak cukup untuk memenuhi permintaan di dalam negeri. Impor
seperti pedang bermata dua, bisa memberikan manfaat namun juga
menimbulkan kerugian, terutama untuk produsen di dalam negeri
karena bisa kalah bersaing dengan produk impor, baik dari sisi harga
maupun kualitas.37
37
https://money.kompas.com/read/2021/04/07/080257426/apa-itu-impor-pengertian-tujuan-dan-
contohnya?page=all
30
Universitas Kristen Indonesia
H. Pengertian Smelter
Pada industri pertambangan mineral logam, smelter adalah
bagian dari proses sebuah produksi, mineral yang ditambang dari
alam umumnya masih tercampur dengan kotoran atau material
bawaan yang tak diinginkan. Nah, material bawaan inilah yang
perlu dibersihkan, selain itu juga harus dimurnikan dengan smelter.
Smelter sendiri merupakan sebuah fasilitas pengolahan hasil
tambang yang berguna untuk meningkatkan kandungan logam
seperti timah, nikel, tembaga, emas dan perak hingga memenuhi
standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersebut harus
meliputi pembersihan mineral logam dari kotoran bawaan dan
menjalani pemurnian. Bagi seluruh perusahaan pertambangan di
Indonesia, baik yang besar atau kecil, pembangunan Smelter sangat
di wajibkan.38
Smelter adalah berasal dari kata serapan Bahasa Inggris
(smelting) yang memiliki arti peleburan. Dalam konteks industri
tambang mineral logam, fungsi smelter adalah bersifat sangat
penting untuk meningkatkan kadar kandungan logam guna
menaikkan nilai jual dari komoditas ini.
Ketika pertama kali ditambang dari sumber alaminya,
mineral yang mengandung logam ini masih menjadi satu dengan
material bawaan seperti tanah dan kotoran. Untuk mendapatkan
komoditas yang diinginkan, maka mineral yang masih bercampur
dengan material bawaan itu harus dipisahkan dan dimurnikan pada
proses smelter.
Dengan adanya smelter, mineral logam dapat diolah dan
dimurnikan untuk meningkatkan kadar logam dan nilainya
sehingga lebih menguntungkan untuk menjadi komoditas ekspor.
Bertambahnya fasilitas smelter pada beberapa industri
38
https://alvindocs.com/news-events/read/pengertian-smelter-pertambangan-dan-penjelasannya
31
Universitas Kristen Indonesia
pertambangan logam diharapkan bisa mendorong hilirisasi mineral
logam dalam negeri.39
I. Pemehaman Negara berkembang dalam WTO
WTO sendiri tidak memiliki definisi resmi tentang apa itu
negara berkembang dan pengkategorian negara berkembang. Di dalam
WTO, penentuan negara maju atau negara berkembang ditentukan
sendiri oleh negara yang bersangkutan. Namun, tidak serta merta
bahwa suatu negara mengumumkan sebagai negara berkembang lalu
disetujui oleh negara-negara anggota WTO yang lain. Anggota WTO
yang lain dapat menentang keputusan negara yang mengklaim sebagai
negara berkembang, dan menyatakan tidak terikat untuk memberikan
keistimewaan perlakuan perdagangan pada negara yang tidak
disetujinya sebagai negara berkembang.
Ketika suatu negara menyatakan diri sebagi negara
berkembang, tak secara otomatis bisa mendapatkan manfaat dari
skema prefensi khusus dari anggota WTO dari negara maju, seperti
halnya perlakuan generalized system of preferences (GSP). Dalam
praktiknya, negara pemberi prefensilah yang bisa memutuskan
apakah negara berkembang yang dimaksud akan mendapatkan
prefensi tersebut. Artinya, bahwa pemberian perlakuan khusus bagi
negara-negara berkembang ditentukan sendiri oleh masing-masing
negara maju yang menjadi anggota WTO.
Negara-negara berkembang memiliki hak tertentu.
Misalnya, ketentuan dalam beberapa perjanjian dagang di WTO
yang memberikan kelonggaran lebih lama bagi negara-negara
berkembang untuk melakukan transisi lebih lama sebelum akhirnya
mengimplementasikan perjanjian.40
Sebagai contoh, pada tahun 2021, Amerika Serikat melalui
39
https://wira.co.id/smelter-adalah/
40
https://money.kompas.com/read/2020/02/22/115252426/indonesia-masuk-negara-maju-atau-
berkembang-ini-penjelasan-wto?page=all
32
Universitas Kristen Indonesia
perwakilannya mengeluarkan Indonesia dari daftar negara
berkembang, dan dipromosikan sebagai negara maju. Di waktu
yang berdekatan, Amerika Serikat juga mengeluarkan beberapa
negara dari daftar negara berkembang. Daftar negara yang
dikeluarkan Amerika Serikat dari negara berkembang umumnya
merupakan negara-negara G20, seperti Argentina, Brazil, India,
dan Afrika Selatan.
Indikator atau parameter yang dijadikan Amerika serikat
untuk mengklasifikasikan negara maju yaitu dari anggapan
kekuatan ekonomi suatu negara yang tergabung dalam G20.
Amerika Serikat menganggap bahwa negara anggota G20 memiliki
kemampuan ekonomi yang cukup diperhitungkan. Bahwa
kemudian Amerika serikat juga mempertimbangkan berdasarkan
pendapatan nasional bruto per kapita.
Dalam pertimbangan yang digunakan Amerika Serikat
mengabaikan faktor indikator negara berkembang lainnya seperti
angka kematian bayi, angka buta huruf, dan harapan hidup
kelahiran. 41
4. Kerangka Teori
1. Teori keadilan (John Rawls)
Rawls berargumen bahwa liberty dan equality dapat dipadukan
dalam satu prinsip keadilan. Yaitu: "setiap orang memiliki hak yang sama
terhadap kebebasan asasi, dan bila terjadi ketidakadilan maka kaum yang
tertinggallah yang harus diuntungkan olehnya". Inilah prinsip yang harus
tertanam di dalam institusi-institusi sosial bila keadilan sosial hendak
sungguhsungguh diwujudkan. "Justice is the first virtue of social
institutions, as truth is of systems of thought".
Rawls berpandangan bahwa justice as fairness. Tidak ada keadilan
dalam greater walfare yang diperoleh dengan adanya beberapa situasi
41
https://money.kompas.com/read/2020/02/22/115252426/indonesia-masuk-negara-maju-atau-
berkembang-ini-penjelasan-wto?page=all
33
Universitas Kristen Indonesia
individu-individu yang tidak beruntung. Untuk menciptakan kehidupan
yang memuaskan, diperlukan adanya skema kerja sama dengan pembagian
keuntungan di mana kerja sama tersebut melibatkan semua pihak termasuk
mereka yang kurang beruntung. Justice as fairness tersebut didasari pada
doktrin kontrak, yang memandang perjanjian terdiri dari dua bagian.
Pertama, sebuah interpretasi atas keadaan saat ini dan permasalahan yang
dipilih. Kedua sebuah pengaturan prinsip. Dalam hal ini para individu
yang rasional memilih untuk mengikatkan diri pada situasi yang
menghendaki terwujudnya suatu keadilan (justice as fairness) tersebut dan
kemudian menegaskan dan membenarkan konsep keadilan (justice as
fairness) yang dimaksud.42
42
https://business-law.binus.ac.id/2018/10/17/makna-keadilan-dalam-pandangan-john-rawls/
34
Universitas Kristen Indonesia
seringkali mengakibatkan negara berkembang tidak memiliki posisi tawar
atas kebijakan liberalisasi perdagangan yang ada.
35
Universitas Kristen Indonesia
yang nyata dari ketentuan Special and Differential Treament baik dari
aspek subtantif maupun prosedural ketentuan tersebut. Namun pada
kenyataannya ketentuan-ketentuan Special and Differential Treatment
yang diharapkan mampu menjadi tameng bagi Indonesia, tidak dapat
melindungi hak Indonesia sebagai negara berkembang.
43
Ida Bagus dan Supasti Dharmawan, 2017, hukum perdagangan internasional,cetakan kesatu,
Refika Aditama, Bandung, h.197
36
Universitas Kristen Indonesia
para pihak.
BAB III
37
Universitas Kristen Indonesia
pemrosesan dalam negeri melanggar pasal XI:1 GATT, yang mengatur
mengenai penghapusan pembatasan kuantitatif, dimana negara eksportir tidak
diperkenankan membuat aturan yang membuat larangan pembatasan kuota
ekspor.
Dalam hal ini pembatasan ekspor nikel dan persyaratan pemrosesan dalam
negeri dinilai bertentangan dengan pasal XI:1 GATT karena dianggap sebagai
penghambat laju perdagangan internasional dan dianggap cukup merugikan
bagi Uni Eropa.
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 tahun 2018
tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara terkait larangan
ekspor nikel mentah, maka hal menimbulkan ketidakterimaan bagi Uni Eropa
selaku negara importir.
b. skema subsidi yang dilarang tampaknya tidak sesuai dengan Pasal 3.1(b)
Perjanjian SCM;
pasal 3.1 (b) perjanjian SCM membahas mengenai subsidi, adapun bunyinya
“subsidi bergantung, baik semata-mata atau sebagai salah satu dari beberapa
kondisi lain, atas penggunaan barang-barang impor di dalam negeri” Uni Eropa
menganggap bahwa skema subsidi nikel yang dibuat oleh pemerintah Indonesia
tidak sesuai dengan pasal 3.1 perjanjian SCM. Perjanjian SCM sendiri mengatur
lebih rinci mengenai subsidi dan tindakan yang dapat diambil oleh negara anggota
yang dirugikan akibat adanya produk ekspor yang
disubsidi negara lainnya.
c. kegagalan untuk segera mempublikasikan langkah-langkah yang
ditentang tampaknya tidak konsisten dengan Pasal X:1 GATT 1994.
Pasal X:1 GATT berbunyi “Undang-undang, peraturan, putusan yudisial, dan
keputusan administratif dari penerapan umum, yang diberlakukan oleh pihak
penandatangan perjanjian mana pun, yang berkaitan dengan klasifikasi atau
penilaian produk untuk tujuan kepabeanan, atau tarif bea, pajak atau biaya lain,
atau persyaratan, pembatasan atau larangan atas impor atau ekspor atau pada
transfer pembayaran daripadanya, atau yang mempengaruhi penjualan, distribusi,
transportasi, asuransi, inspeksi pergudangan, pameran, pemrosesan,
38
Universitas Kristen Indonesia
pencampuran atau penggunaan lainnya, harus dipublikasikan segera
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemerintah dan pedagang untuk
mengenal mereka”
Perjanjian yang mempengaruhi kebijakan perdagangan internasional yang
berlaku antara pemerintah atau badan pemerintah dari pihak penandatangan
perjanjian manapun dan pemerintah atau badan pemerintah dari pihak
penandatangan perjanjian lainnya juga harus dipublikasikan. Ketentuan ayat
ini harus tidak mensyaratkan pihak penandatangan perjanjian untuk
mengungkapkan informasi rahasia yang akan menghalangi penegakan hukum
atau sebaliknya bertentangan dengan kepentingan publik atau akan merugikan
kepentingan komersial yang sah dari perusahaan tertentu, publik atau swasta.”
pada intinya pasal X:1 mengatur bahwa tiap-tiap pihak yang hendak
mengeluarkan aturan hukum yang berkaitan dengan perubahan bea, pajak,
persyaratan ekspor impor, dan lain-lain harus dipublikasikan sesegera
mungkin. Adapun tujuannya agar tidak menimbulkan pertentangan
kepentingan masing-masing pihak. Adapun pertentangan kepentingan yang
dimaksud ialah kepentingan komersil masing-masing pihak.
Dalam hal ini Indonesia telah menerbitkan “Undang-undang Nomor 5
Tahun 2020 Tentang Minerba”. Adapun pasal dalam Undang-undang tersebut
yang menimbulkan polemik yaitu pasal 102 ayat (1) yang berbunyi
“Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi wajib
meningkatkan nilai tambah Mineral dalam kegiatan Usaha Pertambangan
melaiui: a. Pengolahan dan Pemurnian untuk komoditas tambang Mineral
logam; b. Pengolahan untuk komoditas tambang Mineral bukan logam;
dan/atau c. Pengolahan untuk komoditas tambang batuan.”
Dengan demikian perusahaan tambang baik asing ataupun domestik,
diwajibkan untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertambangan melalui
proses pemurnian, atau dengan kata lain tidak diperkenankan produksi bahan
tambang mentah. Bahwa hal inilah yang kemudian dianggap merugikan dan
dianggap penghambat laju perdagangan oleh Uni Eropa.
Atas gugatan Uni Eropa tersebut pemerintah Indonesia dengan tegas
39
Universitas Kristen Indonesia
mengatakan akan menghadapinnya. Atas dalil-dalil yang dijadikan pokok
permasalahan oleh uni Eropa sebenarnya Indonesia mampu membuat alasan-
alasan agar tidak divonis melanggar ketentuan sebagaimana yang dijadikan
dasar gugatan Uni Eropa.
2. alasan atau pembelaan yang dapat dilakukan Indonesaia agar tidak divonis
melanggar ketentuan-ketentuan yang didalilkan Uni Eropa antara lain:
A. special and differential treatment bagi negara berkembang
prinsip special and differential treatment merupakan prinsip perlakuan
khusus atau preferensi bagi negara berkembang yang mensyaratkan bahwa
perlunya suatu kelonggaran atau aturan-aturan hukum khusus dan berbeda
bagi negara-negara sedang berkembang. Artinya negara-negara ini perlu
mendaptkan perlakuan khusus manakala negara-negara maju berhubungan
dengan mereka.
Perlakuan khusus harus diartikan secara luas. Misalnya, berupa
pengurangan bea masuk untuk produk-produk negara berkembang ke dalam
pasar negara maju, pemberian preferensi, atau keringanan suatu kewajiban
tertentu. Perlakuan khusus juga dapat diperkenankannya negara memberi
banyak kemudahan atau berbagi bantuan tertentu yang dibutuhkan oleh
perusahaan yang masih berkembang, baru lahir, atau UMKM. Perlakuan
khusus ini juga misalnya dalam bentuk pemberian subsidi negara.44
sekitar dua pertiga negara-negara anggota GATT adalah negara-negara
Sedang berkembang yang masih berada dalam tahap awal pembangunan
ekonominya. Untuk membantu pembangunan mereka, pada tahun 1965, suatu
bagian baru, yaitu Part V yang, memuat tiga pasal (Pasal XXXVI-XXXVIII),
ditambahkan ke dalam GATT. Tiga pasal baru dalam bagian tersebut
dimaksudkan untuk mendorong negara-negara industri dalam membantu
pertumbuhan ekonomi negara-negara sedang berkembang.
Bagian IV ini mengakui kebutuhan negara sedang berkembang untuk
menikmati akses pasar yang lebih menguntungkan. Bagian ini juga melarang
44
Huala Adolf dan Rabiansyah Pratama, 2018, prinsip hukum perdagangan internasional:
kebijkan subsidi dan UMKM, cetakan kesatu, Refika Aditama, Bandung, h.23
40
Universitas Kristen Indonesia
negara-negara maju untuk membuat rintangan-rintangan baru terhadap ekspor
negara-negara sedang berkembang. Negara-negara industry juga mau
menerima bahwa mereka tidak akan meminta balasan dalam perundingan
mengenai penurunan atau penghilangan tarif dan rintangan-rintangan lain
terhadap perdagangan negara-negara sedang berkembang.
Pada waktu Putaran Tokyo 1979 berakhir, negara-negara sepakat dan
mengeluarkan putusan mengenai pemberian perlakuan yang lebih
menguntungkan dan partisipasi yang lebih besar bagi negara sedang
berkembang dalam perdagangan dunia (enabling clause). Keputusan tersebut
mengakui bahwa negara sedang berkembang juga adalah pelaku yang
permanen.45
Dasar teori dari prefensi atau perlakuan khusus ini adalah bahwa negara-
negara harus diperbolehkan untuk menyimpang dari kewajiban-kewajiban
perdagangan. Teori ini memperbolehkan negara-negara untuk mengurangi
tingkat tarif terhadap impor barang-barang dari negara-negara seadng
berkembang. Menurut mereka, hal tersebut akan memberikan negara-negara
sedang berkembang suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat
industry yang menjadi sasaran ekspor.46
Bahwa pengecualian dan perlakuan khusus dapat dilakukan dalam
memenuhi kepentingan nasional, seperti meningkatkan taraf hidup rakyat,
mempertahankan kesimbangan ekonomi nasional, mengatasi kesulitan
ekonomi dari berbagai tekanan, dan lain-lain.47
Dari dua pertiga negara berkembang yang tergabung dalam WTO, Indonesia
merupakan salah satunya. Walaupun sempat dipromosikan sebagai negara
berkembang pada tahun 2020 oleh Amerika Serikat, namun pada nyata-nya
Indonesia sampai saat ini masih tergolong kedalam negara berkembang.
John rawls dengan teori keadilannya menyatkan “justice as a fairness” yang
45
Huala Adolf, 2016, hukum perdagangan internasional, cetakan ke-7, RajaGrafindo Persada,
Jakarta
46
Ida bagus dan Supasti Dharmawan, 2017, hukum perdagangan internasional, cetakan kesatu,
Refika Aditama, Bandung, h.18
47
ibid
41
Universitas Kristen Indonesia
apabila diartikan adalah keadilan sebegai keadilan. Maksudnya adalah tidak ada
keadilan yang bisa diperoleh apabila adanya situasi dari individu-individu yang
dalam posisi tidak beruntung. Justice as fairness didasari atas doktrin hukum
kontrak, diamana masing-masing pihak yang terikat haruslah mengikatkan diri
pada situasi yang mengkehendaki terwujudnya konsep keadilan.
Pengimpelemtasian teori keadilan menurut John Rawls Dalam hal
persengketaan ekpor bijih nikel mentah yang di larang oleh Indonesia,
seharusnya Uni Eropa memahami bahwa Indonesia merupakan negara yang
sedang berkembang, dan secara otomatis merupakan negara yang selayaknya
mendapatkan perlakuan khusus sebagaimana yang diatur dalam prinsip special
and differential treatment. Bahwa kemudian Uni Eropa harus menciptakan
situasi yang mengkehendaki Indonesia memungkinkan untuk membenahi
tatanan perekonomiannya sehingga terwujudnya konsep keadilan dalam
transaksi perdagangan internasional.
Bahwa kemudian fleksibilitas yang lebih besar dari penerapan special and
diferential treatment harus terwujud untuk memungkinkan Indonesia selaku
negara berkembang memiliki kemampuan daya saing yang baik dengan negara-
negara maju lainnya. Karena yang menjadi persoalan adalah tentang bagaimana
Indonesia selaku negara yang sedang berkembang memiliki kemampuan ekonomi
yang lebih lemah dibandingkan negara maju anggota WTO lainnya.
Indonesia selama ini juga mendapatkan perlakuan khusus dalam transaksi
dagang dengan negara-negara maju yang tergabung dalam WTO, salah satunya
dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat memberikan Generalized System of
preferences (GSP) bagi Indonesia. GSP merupakan program penurunan tarif
bea masuk yang diberikan Amerika Serikat kepada negara berkembang,
termasuk Indonesia. Fasilitas GSP diberikan terhadap beberapa produk
Indonesia yang dinilai kurang memiliki daya saing di pasar Amerika Serikat.
Dalam hal ini Indonesia memang tidak memohonkan pemberlakuan dan
prefensi khusus (special and differential treatment) seperti sebagaimana yang
dipersyaratkan dalam WTO. Namun, pemerintah Indonesia memandang
kegentingan lain yaitu sektor ekonomi.
42
Universitas Kristen Indonesia
Keguncangan ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19, sangat
berpengaruh bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, dampak Pandemi
menimbulkan efek domino dari kesehatan menjadi masalah sosial dan
ekonomi. Dampaknya menghantam lapisan masyarakat di rumah tangga
sampai korporasi. Semua kelompok pengeluaran mengalami kontraksi.
Konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar pada PDB (57,85
persen) minus 5,51 persen (yoy), berbanding terbalik dengan kuartal II 2019
yang tumbuh 5,18 persen.48
Hal ini lah yang kemudian dirasa pemerintah perlu melakukan pengetatan
kebijakan yang berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan dan
ketahanan ekonomi di tengah pandemic covid-19.
Bahwa pelarangan ekspor nikel mentah yang diatur dalam peraturan
Menteri ESDM Nomor 11 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas permen
ESDM nomor 25 tahun 2018 tentang pengusahaan pertambangan mineral dan
batubara haruslah dinilai sebagai sesuatu hal yang wajar yang dilakukan oleh
Indonesia selaku negara berkembang untuk mempertahankan cadangan
sumber daya-nya demi kehidupan dan perekonomian yang berkelanjutan.
B. Pelarangan ekspor bijih nikel mentah berpengaruh terhadap nilai tambah
ekonomis bagi Indonesia
Di tengah keguncangan ekonomi sebagai akibat dari pandemi Covid-19,
setiap negara tentu berupaya membuat kebijakan-kebijakan yang sekiranya
dapat menyelamatkan perekonomian negaranya dari krisis ekonomi. Begitu
juga hal nya dengan Indonesia yang melakukan kebijakan proteksi terhadap
ekspor mineral nya yaitu nikel. Pemerintah beranggapan bahwa dengan
dilakukannya persyaratan pemurnian dan pengolahan nikel dalam negeri
nantinya akan meningkatkan nilai tambah ekonomis bagi Indonesia, dan
anggapan pemerintah tersebut berbuah menjadi kenyataan.
Tercatat sejak 30 Agustus hingga 20 September 2019, nikel menyentuh
harga tertinggi pada US$ 18.153/MT dan terendah pada US$ 17.121/MT pada
48
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210811220610-532-679242/babak-belur-ekonomi-
dihajar-15-tahun-pandemi
43
Universitas Kristen Indonesia
17 September lalu.
Namun harga nikel rebound setelah itu. Harga komoditas ini kemudian
naik 4% dari 17-20 September (point-to-point). Pada perdagangan hari ini nikel
dibuka di harga US$ 17.723,8/MT menyentuh titik terendah perdagangan
harian di level US$ 17.430/MT dan tertinggi di harga US$ 17.839,2/MT. Sejak
awal tahun ini harga nikel olahan sudah naik hingga 69%, ketika harga
komoditas logam lain seperti aluminium dan tembaga malah cenderung turun.
larangan ekspor nikel mentah telah membuahkan hasil positif. Itu terlihat
dari penjualan stainless steel, komoditas yang berbahan baku utama nikel, yang
sepanjang tahun ini mencapai US$20,8 miliar. Pada tahun-tahun sebelumnya,
ketika nikel mentah masih dijual bebas, rata-rata nilai ekspor produk besi dan
baja hanya US$2 miliar per tahun. Kepala negara menjelaskan lompatan
signifikan seperti itu bisa terjadi lantaran, kini, semua nikel diolah menjadi
produk jadi atau setengah jadi. Akhirnya, stok dan penjualan produk turunan
seperti stainless steel menjadi lebih besar. 49
Data-data tersebut diatas menunjukan bahwa aturan persyaratan pemrosesan
dan pemurnial nikel dalam negeri adalah dalam hal konteks positif yang mengarah
kepada perbaikan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahwa dalam hal suatu
negara yang tengah berupaya mempertahankan perekonomiannya di tengah
pandemi Covid-19 haruslah dipandang sebagai suatu kewajaran, mengingat bahwa
aturan-aturan yang tertuang dalam GATT bersifat fleksibel bagi negara yang
sedang berkembang, salah satunya yaitu Indonesia.
C. Persyaratan pengolahan dan pemurnian dalam negeri
Bahwa sebenarnya larangan ekspor bijih nikel mentah sudah diatur sejak
terbitnya “undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang pertambangan
mineral dan Batu Bara”. Pasal 102 dalam undang-undang tersebut menyatakan
bahwa pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber
daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan
dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.”
49
https://mediaindonesia.com/ekonomi/460608/presiden-larangan-ekspor-nikel-mentah-telah-
buahkan-hasil
44
Universitas Kristen Indonesia
Pasal 103 ayat (1) juga menyebutkan “pemegang IUP dan IUPK operasi
produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan
dalam negeri.”
Ada beberapa hal yang harus kita pahami terkait aturan hukum diatas, yang
pertama, bahwa pelarangan ekspor bijih nikel yang dimaksud ialah berupa nikel
mentah, atau dengan kata lain mensyaratkan pemrosesan dalam negeri agar nikel
mentah yang diproses dan dimurnikan akan menjadi nikel setengah jadi. Jadi
bukan pelarangan ekspor nikel secara keseluruhan melainkan pemerintah
Indonesia hanya mensyaratkan agar penambang nikel harus melalui proses
pengolahan dan pemurnian terlebih dahulu sebelum nantinya diekspor.
Bahwa kekhawatiran dan ketidakterimaan Uni Eropa yaitu apabila
nantinya nikel diekspor dalam bentuk setengah jadi maka akan meningkatkan
nilai jual atau dengan kata lain harus membayar harga lebih mahal. Karena,
selama ini uni Eropa membeli nikel mentah dari Indonesia dengan harga yang
relatif jauh lebih murah dibandingkan nantinya apabila nikel sudah mengalami
proses pengolahan dan pemurnian.
Hal kedua yang harus kita pahami yaitu larangan ekspor nikel mentah
sudah diatur dari terbitnya “undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang
pertambangan mineral dan Batu Bara”, atau 10 tahun sejak komplain Uni
Eropa ke Indonesia. Bahwa artinya pelarangan ekspor nikel mentah bukan
sesuatu hal yang tabu dan baru karna sudah diatur 10 tahun yang lalu.
Bahwa penulis beranggapan apabila larangan ekspor nikel mentah harus
dipersoalkan oleh Uni Eropa, harusnya hal ini bisa dipersoalkan 12 tahun lalu
pada saat baru diaturnya larangan ekspor nikel mentah melalui “undang-
Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang pertambangan mineral dan Batu Bara.”
Jadi dalam hal dan dalam waktu sekarang ini, penulis menilai gugatan Uni
Eropa kurang berdasar.
Bahwa selanjutnya terbit “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan
Mineral dan Batubara” yang bahwa kemudian menjadi polemik bagi negara-
negara importir nikel termasuk salah satunya yang paling keras mengecam yaitu
45
Universitas Kristen Indonesia
Uni Eropa. Pasal 102 “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang pertambangan
Mineral dan Batubara” dengan tegas menjelaskan bahwa pengolahan dan
pemurnian untuk komoditas mineral dan batu bara adalah suatu hal yang
wajib, dan yang menjadi pembedan dengan pasal 102 sebelum dirubah yaitu
pertimbangan pengolahan dan pemurnian mineral dan batu bara harus
mempertimbangkan peningkatan nilai ekonomi dan/atau kebutuhan pasar.
Artinya adalah pasal 102 yang telah dirubah tersebut lebih menekankan
tujuan sebenarnya dari pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara yaitu
untuk meningkatkan nilai ekonomi dari mineral tersebut dan untuk lebih jelih
lagi dalam memandang kebutuhan pasar. Bahwa penulis berpandangan
seharusnya Uni Eropa juga lebih jelih lagi dalam membuat kritikan dan
Langkah hukum dalam transaksi dagang intenasional dengan
mempertimbangkan penciptaan situasi yang adil seperti yang diajarkan dalam
prinsip justice as fairness yang dikemukakan oleh John Rawls.
D. Dasar petimbangan WTO Agreement dan Ratifikasi GATT oleh Indonesia
Dasar pertimbangan WTO Agreement menyebutkan bahwa kemajuan
perdagangan internasional dan pengoptimalan pemanfaatan sumber daya alam
dunia sebagaimana dipertimbangkan di dalam pembentukan GATT 1947
harus diselaraskan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang perlu
diselenggarakan secara konsisten disegala tingkatan pedagangan.
Negara-negara GATT juga perlu memperhatikan kebutuhan ekonomi negara-
negara berkembang untuk menjamin secara pasti kemanfaatan dari perkembangan
ekonomi internasional dan perkembangan pembangunan ekonomi terhadap
keterpenuhan kebutuhan mereka. Untuk mencapai tujuan itu, negara-negara
peserta WTO Agreement sepakat untuk mengatur secara timbal balik dan saling
menguntungkan dari pengurangan tarif dan hambatan non-tarif lainnya
yangbersifat substansial dan menghapuskan perlakuan diskriminatif dalam
hubungan perdagangan internasional. Selanjutnya, negara-negara pihak
Persetujuan WTO membentuk suatu sistem perdagangan multilateral yang
46
Universitas Kristen Indonesia
lebih integral, lebih memungkinkan untuk bekerja dalam jangka Panjang.50
Para peserta persetujuan WTO, mengembangkan suatu sistem pengaturan
perdagangan multilateral yang pada hakikatnya merupakan sistem pengaturan
lebijakan pengaturan domestik negara-negara yang diberlakukan terhadap
pelaku perdagangan asing di dalam wilayahnya dan terhadap distribusi faktor-
faktor produksi, serta produk yang masuk ke dalam pasar domestiknya.51
Dari dasar pertimbangan persetujuan WTO diatas, dapat digambarkan bahwa
pembentukan WTO dalam kerangka perdagangan bebas harus memperhatikan
kebutuhan negara berkembang dan pengoptimalan sumberdaya yang
berkelanjutan. Dalam hal sengketa larangan ekpor nikel mentah, bahwa jelas
tujuan Indonesia yang hendak memperhatikan kepentingan ekonomi domestik
dan memperhatikan ketersediaan sumber daya alam yang berkelanjutan itu
selaras dengan tujuan yang tertuang dalam WTO Agreement.
Indonesia merupakan pihak dari WTO Agreement. Indonesia telah meratitikasi
WTO Agreemen dengan “Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang
Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization”
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang diratifikasi
dengan pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut:
1. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata materiel dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, Bersatu berdaulat, dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, adil, bersahabat, tertil, dan damai;
2. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya di bidang ekonomi,
diperlukan upaya-upaya untuk antara lain terus meningkatkan, memperluas,
memantapkan, dan mengamankan pasar bagi segala produk baik barang maupun
jasa, termasuk aspek investasi dan hak atas kekayaan intelektual
50
Ida bagus dan Supasti Dharmawan, 2017, hukum perdagangan internasional, cetakan kesatu,
Refika Aditama, Bandung, h.7
51
Ibid, h.8
47
Universitas Kristen Indonesia
yang berkaitan dengan perdagangan, serta meningkatkan kemampuan daya
sang terutama dalam perdagangan internasional;
3. bahwa seiring dengan cita-cita tersebut, Indonesia berusaha menegakkan prinsip-
prinsip pokok yang terkandung dalam GATT 1947, berikut persetujuan susulan
yang telah dihasilkan sebelum perundingan Putaran Uruguay: bahwa dari
rangkaian perundingan Putaran Uruguay yang dimulai sejak Tahun 1986, telah
dihasilkan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang selanjutnya akan
mengadministrasikan, mengawasi dan memberikan kepastian bagi pelaksanaan
seluruh persetujuan General Agreement on Trade and Tariff/GATT serta hasil
perundingan Putaran Uruguay; dan bahwa dalam Pertemuan Tingkat Menteri
peserta Putaran Uruguay pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh, Maroko,
Pemerintah Indonesia telah menandatangani Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
Atas dasar pertimbangan tersebut Indonesia mengesahkan
WTO Agreement. 52
Ratifikasi tersebut mengakibatkan Indonesia terikat untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan WTO Agreement, baik dalam bentuk penjabaran prinsip-
prinsip WTO Agreement kedalam peraturan perundang-undangan dan regulasi
Indonesia, maupun dalam bentuk sikap konsisten pelaksaan ketentuan-
ketentuan tersebut, baik di tingkat Pemerintah maupun Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan “Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan
Agreement Establishing the World Trade Organization” (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) jelas bahwa Indonesia dangat
memperhatikan pembangunan nasional, yang mana juga selaras dengan draf
WTO Agreement.
Secara normatif ketentuan hukum nasional memang dapat dikesampingkan
dalam hal perdagangan internasional. Namun bukan berarti negara-negara maju
yang tergabung dalam WTO dapat menutup mata terhadap kepentingan dan
52
ibid
48
Universitas Kristen Indonesia
kebutuhan dalam negeri anggota WTO yang sedang berkembang. Bahwa
sesuai dengan pertimbangan Indonesia untuk mengesahkan persetujuan
pembentukan WTO maka sudah sepatutnya juga Uni Eropa memahami tentang
tujuan mulia dari WTO agreement yang memperhatikan kebutuhan negara
berkembang dan memperhatikan sumber daya yang berkelanjutan. Adapun
tujuan pemerintah melarang ekspor nikel mentah bukan sebagi bentuk
penghambat laju perdagangan melainkan untuk upaya hilirisasi agar industri
peleburan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri bisa berjalan, dan Dengan
nilai tambah dari mineral mentah yang diolah dalam negeri juga bisa
menambah lapangan kerja serta memperbaiki defisit neraca berjalan.
E. Pembukaan dan Pasal 33 “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945”
Kalimat pertama pada Alinea keempat pembukaan “Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945” manyatakan bahwa “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Bahwa kalimat tersebut merupakan falsafah dan tujuan dari Republik
Indonesia sendiri yang memperhatikan segenap bangsa dan tujuan kemajuan
kesejahteraan umum. Artinya ialah negara akan melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan perlindungan bangsanya, dan yang berkaitan dengan
kesejahteraan umum. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah yaitu dengan
membatasi pengeksporan nikel mentah dan mempersyaratkan agar nikel dan
mineral lainnya diolah dan dimurnikan agar memiliki nilai tambah yang lebih
dan yang tentunya demi memejukan kesejahteraan umum.
49
Universitas Kristen Indonesia
negara Uni Eropa atas dasar urgensi kepentingan kesejahteraan umum nasional.
Kemudian pasal 33 ayat (3) “Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945” menyatakan “bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
Artinya yaitu bahwa segala sumber daya alam yang terkandung dalam
wilayah hukum Indonesia sepenuhnya adalah hak milik kedaulatan penuh
Negara Republik Indonesia, yang mana sumber daya tersebut dipelihara
berdasarkan wawasan lingkungan dan memperhatikan efisiensi berkelanjutan
dan dikuasai oleh negara dengan tujuan utama yaitu kemakmuran rakyat, dan
tidak ada yang lebih penting dari kemakmuran rakyat.
53
Huala Adolf dan Rabiansyah Pratama, op.cit, h.13
50
Universitas Kristen Indonesia
BAB IV
51
Universitas Kristen Indonesia
Indonesia bukan kali pertama dalam menghadapi sengketa perdagangan
internAmerika Serikational, bahkan Indonesia juga sempat beberapa kali
menyelesaikan sengketa dengan cara diluar forum penyelesaian sengketa WTO.
52
Universitas Kristen Indonesia
dalam WTO, yakni Dispute Settlement Body.54
Bahwa yang harus kita pahami adalah sengketa transaksi dagang
internasional merupakan sengketa dalam ranah privat/perdata, hanya saja
subyeknya bersifat publik. Proses penyelesaian sengketa atau hal apapun
yang berkaitan dengan hukum privat selalu mengkedepankan kesepakagtan
diantara para pihak. Tentu kesepakatan yang diamksud tentunya kesepakatan
perdamaian antara para pihak yang bersengkta. Badan penyelesaian sengketa
yang bersifat formal merupakan jawaban terakhir apabila kesepakatan yang
kerapkali diperundingkan tidak menghasilkan kesepakatan yang win-win
solution.
B. Prinsip kebebasan memilih hukum
prinsip penting lainnya adalah prinsip kebebasan para pihak untuk
menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan (bila sengketanya
diselesaikan) oleh badan (arbitrase) terhadap polok sengketa. Kebebasan para
pihak untuk menentukan hukum ini termasuk kebebasan untuk memilih
berdasarkan prinsip kepatutan dan kelayakan.
Kebebasan para pihak untuk memilih jenis hukum yang berlaku dalam
proses penyelesaian sengketa juga merupakan salah satu acuan dari prinsip
penyelesaian sengketa diluar forum penyelesaian sengketa WTO. Salah satu
forum penyelesaian sengketa diluar WTO yang bebas dalam memilih hukum
yaitu arbitrase.
Dalam arbitrase Internasional dimungkinkan para pihak untuk memilih
hukum apa dan hukum dari negara mana yang akan diterapkan dalam
menjalani proses penyelesaian sengketa. Harapannya tentu demi kemudahan
para pihak. Apabila para pihak diberikan berbagai kemudahan dan
fleksibilitas dalam proses penyelesaian sengketa, maka diharapkan
kesepakatan damai akan mudah terwujud.
C. Prinsip ex aequo et bono
54
Huala Adolf dan Rabiansyah Pratama, 2018, prinsip hukum perdagangan internasional:
kebijkan subsidi dan UMKM, cetakan kesatu, Refika Aditama, Bandung, h.12
53
Universitas Kristen Indonesia
Ex aquo et bono memiliki arti bahwa apabila majelis berpendapat lain,
mohon diputuskan yang seadil-adilnya. Prinsip ini dijadikan sumber di mana
forum Akan memutus sengketa berdasarkan prinsip-prinsip keadilan.55
D. Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
Pada hakikatnya, prinsip ini mengajarkan kebebasan penuh untuk
menentukan dan memilih forum, cara, mekanisme penyelesaian sengketa
tersebut yang dilandasi atas dasar kesepakatan yang dipilih oleh para pihak.
Cukup ada banyak pilihan cara-cara atau metode dalam menyelesaikan
sengketa perdagangan internasional diluar Dispute Settelment body atau
forum penyelesaian sengketa WTO, namun yang paling banyak digunakan
yaitu ada 2 cara, antara lain sebagai berikut:
1. Negosiasi
Negosiasi berasal dari kata nego yang memiliki makna proses tawar
menawar, yaitu dimana para subyek hukum perdagangan internasional
merundingkan dan saling tawar menawar demi kesepakatan yang bersifat
saling menguntungkan. Seperti yang kita bahas di dalam bahas
sebelumnya bahwa esensi dari perundingan tawar menawar ialah demi
tujuan yang bersifar win-win solution.
Dalam perdagangan internasional Proses negosiasi dengan bentuk yang
luwes tersebut memang merupakan salah satu aspek dari kegiatan sistem
GATT dan WTO yang terpenting. Dalam kenyataan sebenarnya, sebagai
sistem GATT dan WTO merupakan forum negosiasi yang berfungsi
setiap waktu.
2. Arbitrase
Arbitrase internasional adalah penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga
yang netral. Arbitrase ada yang terlembaga ada pula yang bersifat sementara
(ad hoc). Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa perdagangan
55
Huala Adolf, 2016, hukum perdagangan internasional, cetakan ke-7, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h.197
54
Universitas Kristen Indonesia
internasional dipandang sebagai cara yang efektif dan adil56 Akhir-akhir ini
kita sering melihat tendensi dalam kontrak-kontrak yang ditandatangani antar
negara dan antar perusahaan di satu pihak dengan pihak asing, dalam bentuk
Kerjasama dagang yang bersifat internasional, usaha Bersama, dan lain-lain.
Bahwa banyak terdapat klausula mengenai penyelesaian sengketa secara
damai, terutama menggunakan forum arbitrase.57
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase mengharuskan adanya persetujuan
dari kedua pihak yang bersengketa untuk membawa sengketanya ke arbitrase.
Hal ini harus terpenuhi lebih dulu sebelum arbitrase dapat menjalankan
yurisdiksinya. Dalam penyelesaian arbitrase ini para pihak bebas memilih
hakim (arbiter) yang menurut mereka netral dan ahli atau spesialis mengenai
pokok sengketa yang sedang mereka hadapi. Putusan arbitrase juga relatif
lebih dapat dilaksanakan di negara lain dibanding dengan sengketa yang
diselesaikan melalui misalnya pengadilan.58
Dalam setiap kontrak Kerjasama perdangan antar negara hampir selalu ada
klausula yang menyatakan apabila dikemudian hari timbul persengketaan
maka para pihak sepakat untuk membawa ke forum arbitrase apabila
kesepakatan perdamaian melalui berbagai perundingan tidak menghasilkan
titik temu yang menguntungkan bagi para pihak.
Forum penyelesaian arbitrase dinilai efektif dalam menyelesaikan
sengketa dagang ialah karena majelis arbiter bersifat luwes dan menyerahkan
segala sesuatunya kepada para pihak yang bersengketa. Dalam hal ini
maksudnya adalah dimana badan arbitrase merupakan forum formalnya saja
dan majelis arbiter hanya sebagai penengah dan pemutus yang bersifat
esensial, karena sampai forum selesai para pihakpun masih dimungkinkan
untuk berunding secara privat untuk menghasilkan solusi terbaik.
2. Proses penyelesaian perkara di WTO
Dalam proses penyelesaian perkara di DSB WTO ada beberapa tahapan
56
file:///C:/Users/Eben/Downloads/6097-1-9984-1-10-20130801.pdf
57
Sudargo Gautama, 2004, arbitrase luar negeri dan pemakaian hukum Indonesia, Citra Aditya
Bakti, bandung, h.1
58
file:///C:/Users/Eben/Downloads/6097-1-9984-1-10-20130801.pdf
55
Universitas Kristen Indonesia
hukum acara yang harus di tempuh oleh Indonesia dan Uni Eropa, sebagai
berikut:
1. Konsultasi
Konsultasi merupakan langkah pertama yang harus ditempuh pabila
suatu negara merasakan kerugian yang timbul atas perjanjian WTO.
Konsultasi dipercaya sebagai langkah penyelesaian sengketa yang efektif
dan lebih memuaskan karena dapat menghasilkan solusi yang tidak
menyakiti para pihak serta dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Dalam tahap ini, pihak negara anggota yang merasa dirugikan atas
pihak negara anggota lain membuat permohonan yang didalamnya
menjelaskan mengenai pertimbangan dilakukan konsultasi atas suatu
pencederaan perjanjian WTO (WTO Agreement) dan disertai dengan
dasar hukum permohonan tersebut.
Negara pelanggar harus merespon permintaan tersebut dalam jangka
waktu 10 hari dan konsultasi mulai dilaksanakan dalam waktu tidak lebih
dari 30 hari sejak permohonan konsultasi tersebut diajukan. Konsultasi
dilakukan secara rahasia antara para pihak. Proses Konsultasi berjalan
dalam jangka waktu maksimal 60 hari sejak permohonan konsultasi
diajukan. Konsultasi dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
pemahaman awal para pihak atas kondisi faktual dan dasar-dasar hukum
yang akan diajukan secara lebih mendalam dan untuk menguatkan solusi
positif mengenai sengketa.
2. Pembentukan panel
Negara pemohon (complaining state) dapat mengajukan
permohonan pembentukan panel apabila konsultasi dan upaya lainnya
gagal untuk menyelesaikan sengketa. Pembentukan panel tersebut harus
segera dilakukan oleh Dispute Settlement Body selambat-lambatnya pada
sidang hari ke dua dari permintaan pembentukan panel, jika tidak maka
diputuskan secara konsensus.
Alur berjalannya sidang panel adalah sebagai berikut:
a. Masing-masing pihak yang bersengketa mengajukan argumentasinya
56
Universitas Kristen Indonesia
kepada panel secara tertulis melalui written submission
b. Pertemuan pertama (First meeting): negara penggugat, negara tergugat
dan third parties mengajukan bukti dan argumentasi mereka pada dengar
pendapat (hearing) pertama. Dalam proses ini panelis biasanya
menanyakan pertanyaan kepada para pihak untuk mendapatkan informasi
yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan.17 negara-negara yang
terlibat mengajukan bantahan tertulis dan argumen lisan pada pertemuan
panel yang kedua melalui first written submission
c. Pertemuan kedua (second meeting): negara-negara yang terlibat
mengajukan bantahan tertulis dan argumen lisan pada pertemuan panel
yang kedua melalui second written submission
d. Draft pertama (first draft): panel mengajukan gambaran latar belakang
(berisi fakta-fakta dan argumen) dalam rancangan laporannya (first draft)
untuk kedua belah pihak dan memberikan waktu dua minggu bagi kedua
pihak tersebut untuk memberikan tanggapan. Laporan ini tidak memuat
temuan-temuan (findings) dan kesimpulan akhir (conclusions)
e. Laporan sementara (interim report): panel kemudian mengajukan suatu
laporan sementara yang memuat juga temuan-temuan disertai 17
Marceau, Gabrielle Zoe., 2005, Consultations and the panel process in the
WTO dispute settlement system, Cambridge University Press. Hlmn. 40
kesimpulan akhir kepada kedua belah pihak dan memberikan waktu satu
minggu untuk memberikan tanggapan (review)
f. Laporan akhir (final report): sebuah laporan akhir kemudian diajukan
kepada kedua belah pihak. Setelah tiga minggu, laporan tersebut
disirkulasikan kepada seluruh anggota WTO. Jika panel menyimpulkan
bahwa ketentuan perdagangan yang disengketakan memang melanggar
persetujuan WTO atau negara yang digugat dianggap telah melanggar
ketentuan WTO, maka panel akan memberikan rekomendasi agar negara
tergugat membuat ketentuanketentuan yang sejalan dengan peraturan
WTO. Panel dapat memberikan arahan tentang bagaimana hal ini harus
dilakukan.
57
Universitas Kristen Indonesia
g. Putusan DSB: laporan panel (panel report) kemudian diserahkan
kepada DSB untuk diadopsi oleh DSB. dalam jangka waktu 60 hari
setelah putusan keluar
3. Lembaga Banding (Appellate Body)
Pihak yang kalah dan tidak puas setelah adanya laporan dari panel
dapat mengajukan banding, upaya hukum banding ini baru ada sejak
berdirinya WTO dimana sebelumnya yaitu dalam era GATT tidak dikenal
upaya hukum banding.
4. Rekomendasi panel dan Appellate body
Rekomendasi panel merupakan tahapan setelah panel maupun
Appellate Body menyimpulkan bahwa suatu ketentuan bertentangan
dengan ketentuan WTO atau covered agreement, maka panel maupun
Appellate Body harus merekomendasikan negara anggota yang
bersengketa mendudukan aturan tersebut sejalan dengan agreement, juga
rekomendasi panel maupun Appellate Body dapat menyarankan cara-cara
terhadap negara yang bersengketa mengimplementasikan Dispute
settlement understanding WTO rekomendasinya.
Jika satu atau lebih dari satu pihak yang bersengketa tersebut adalah
anggota negara berkembang, laporan panel harus secara eksplisit
menyatakan bentuk persetujuan tentang perlakuan khusus dan perlakuan
yang lebih menguntungkan bagi anggota negara berkembang dalam
prosedur penyelesaian perselisihan.
Upaya yang dilakukan Indonesia dalam proses penyelesaian
sengketa dengan Uni Eropa diluar WTO
Sengketa antara Indonesia dengan Uni Eropa dengan nomor
perkara “DS 592” ini, yang berujung kepada Dispute Settelment Body
WTO sudah dimulai sejak babak konsultasi yang diminta dan dilakukan
oleh Uni Eropa. Pada November 2019. Uni Eropa melakukan konsultasi
atas kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor nikel mentah.
58
Universitas Kristen Indonesia
akhirnya membuat uni Eropa menggugat Indonesia. Pada tahapan
tersebut sebenarnya pemerintah Indonesia telah memgupayakan cara
penyelesaian sengketa damai tanpa harus berperkara di WTO. Adapun
cara yang dilakukan pemerintah Indonesia pada saat itu yakni dengan
cara bernegosiasi.
59
Universitas Kristen Indonesia
pemerintah Indonesia dalam menghadiri sidang Dispute Settlement Body
(DSB) WTO dan menyusun tanggapan atas gugatan Uni Eropa.
Ketiga, penyusunan statement bersama dalam menanggapi
pertanyaan media dan publik terkait isu DS 592, sehingga seluruh
pernyataan dari pejabat pemerintah terkait sejalan dengan argumentasi
Pembelaan Indonesia.
59
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210322144839-4-231927/tak-tinggal-diam-ini-
langkah-ri-lawan-gugatan-nikel-eropa
60
Universitas Kristen Indonesia
BAB V
Penutup
Kesimpulan
Saran
61
Universitas Kristen Indonesia
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang penulis buat maka
penulis bermaksud memberikan saran sebagai berikut:
62
Universitas Kristen Indonesia
Daftar Pustaka
Buku
Adrian sutendi, 2004, hukum ekspor impor, raih asa sukses, Jakarta, h.3
Ida Bagus, 2017, Hukum Perdagangan Internasional, refika aditama, Denpasar, h.2
muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan Internasional, rajawali Pers, Jakarta,
h.13
Soerjono Soekanto, 2020, Pengantar Penelitian Hukum, UI-press, Jakarta, h.119
Serlika Aprita, 2020, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta,
h.1
Sefriani, 2016, Hukum Internasional, Edisi kedua, Raja grafindo, Jakarta, h.1
Jurnal Hukum
file:///C:/Users/Eben/Downloads/BAB%20I.pdf
file:///C:/Users/Eben/Downloads/BAB%20I.pdf
63
Universitas Kristen Indonesia
https://www.scribd.com/document/459103078/The-World-trade-Organization-
kak-nurul
file:///C:/Users/Eben/Downloads/6097-1-9984-1-10-20130801.pdf
Internet
https://nikel.co.id/sepuluh-negara-penghasil-nikel-terbesar-ini-siapa-yang-
mampu-ambilmomentum di-era-mobil-listrik
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Indonesia_dengan_Uni_Eropa
https://id.wikipedia.org/wiki/Nikel#:~:text=4900%20m%2Fs%20(pada%20s.k.%2
0)&text=Nikel%20adalah%20unsur%20kimia%20metalik,keperak%E2%80%93p
erakan%20sedikit%20semburat%20keemasan. https://www.indoshe.com/arti-
fungsi-dan-pengertian-smelter-pertambangan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesepahaman_Penyelesaian_Sengketa
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Umum_Tarif_dan_Perdagangan
64
Universitas Kristen Indonesia
Agreement On Subsidies and Countervailing measures (SCM)
65
Universitas Kristen Indonesia
BIODATA PENULIS
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : eben17h@gmail.com