Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PRESS RELEASE

Holis Tiawati (2016710044)

Adakan Seminar, IMM FIP UMJ Undang Wardah Maulina Sebagai


Pembicara

Cireundeu, 21 Juli 2018 --- Dalam rangka kegiatan akhir periode, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Komisariat Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta
mengadakan seminar kemuslimahan yang bertema tentang How to be a great muslimah
yang bertempat di aula lantai 4 Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ. Salah satu
kesempatan yang tentunya tidak biasa adalah panitia dalam acara seminar ini dapat
mengundang pemateri yang saat ini sedang diperbincangkan dan menjadi panutan bagi
muslimah-muslimah yang mengenalnya yaitu Wardah Maulina.
Acara ini dimulai pada pukul 08.00 WIB diawali dengan pembacaan Ayat Suci Al-Quran
oleh Fazriyah dari Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan dilanjutkan dengan sambutan-
sambutan oleh Ketua Umum IMM Komisariat FIP UMJ dan diresmikan oleh salah satu
wadek FIP UMJ.
Pada saat dibukanya acara, Wadek FIP yaitu bapak Misriadi mengawali dengan teriakan
Jargon khas IMM “IMM JAYA” yang membuat para peserta semakin bersemangat dalam
mengikuti seminar. Acara yang di hadiri oleh 300 peserta dari mahasiswa UMJ maupun dari
luar UMJ ini juga mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari beliau. Hal ini dikarenakan
kegiatan ini merupakan kegiatan yang positif yang dapat menjadi modal khususnya bagi para
Muslimah dalam berhijrah untuk menjadi muslimah yang lebih baik dan hebat.
Acara mulai menarik saat sesi talkshow diisi oleh Wardah Maulina. Banyak pertanyaan yang
diajukan kepadanya dijawab dengan cukup mengagumkan dan menjadi motivasi bagi semua
peserta muslimah yang mengikuti seminar. Menurut wardah perempuan yang hebat itu adalah
perempuan yang tetap istiqomah dalam hijrahnya dan tetap bisa show up tanpa menyalahi
aturan-aturan syariah dalam Islam. Beliau juga berpesan “selagi kita masih muda dan kuat
buatlah apapun yang membuat diri kita bahagia, orang yang melihat juga ikut bahagia dan
lakukan apa yang kamu mau, apa yang kamu sukai selagi kamu masih tau batasan, buat
hidupmu penuh warna dengan mencintai segala yang kamu punya dan yang terpenting jadilah
diri kamu sendiri tanpa harus pusing memikirkan omongan orang lain. Pastikan menjadi
orang yang bermanfaat bagi agama, keluarga dan orang yang ada disekitar kita”. (Holis
Tiawati)
Contoh Press Release Kemendikbud

85.000 Sekolah Pelaksana PPK Menjadi Sekolah Rujukan dan Percontohan

25 Juli 2018
Jakarta, Kemendikbud – Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan salah
satu program prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam
menjalankan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla. Hingga akhir Juli 2018,
sebanyak 85,000 sekolah telah mengimplementasikan program ini dan menjadi sekolah
rujukan dan percontohan bagi sekolah yang akan melaksanakan PPK.

“Praktik baik PPK ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pedoman praktis bagi kepala
sekolah di seluruh Indonesia," disampaikan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Bidang Pembangunan Karakter, Arie Budhiman, pada dialog tentang “Praktik
Baik Implementasi PPK” di Hotel Crowne, Jakarta, Senin (23/07/2018).

Selanjutnya, Arie mengatakan jumlah tersebut akan ditingkatkan seiring dengan


pendampingan kepada sekolah-sekolah, juga bimbingan teknis dan pelatihan yang saat ini
sedang digelar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud. Pada
akhir 2018, pemerintah menargetkan akan ada 128.342 sekolah yang menerapkan PPK dan
216.995 pada akhir 2019.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan


Pendidikan Karakter, PPK merupakan gerakan pendidikan yang berada di bawah tanggung
jawab satuan pendidikan, bertujuan untuk memperkuat karakter siswa didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Perpres ini juga menuntut satuan
pendidikan mengimplementasikan PPK lewat kegiatan ekstrakurikuler, intrakurikuler, dan
kokurikuler, dilaksanakan baik di dalam maupun di luar satuan pendidikan formal.

Kegiatan yang digelar oleh Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA),
Kemendikbud ini, mengundang sepuluh narasumber yaitu lima kepala sekolah jenjang
Sekolah Dasar (SD) dan lima kepala sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari
beberapa provinsi di Indonesia, yang telah melaksanakan PPK. Dalam penyampaiannya,
sekolah-sekolah tersebut memiliki keunikan dan cara yang praktis dalam pelaksanaan
program PPK ini.

“Di sekolah kami penanaman nilai nasionalis, religius, gotong royong, kemandirian, dan
integritas dijalankan dalam enam hari sekolah. Hari Senin kami namakan Senin Nasionalis,
Selasa kami namakan Selasa Literasi, Rabu kami namakan Rabu Bersih, Kamis kami
namakan Kamis Kreatifitas, Jumat kami namakan Jumat Relijius dan Sabtu kami namakan
Sabtu Sehat," papar Kepala SMP Negeri 38 Medan, Sumatra Utara, Rohanim, pada dialog
tersebut.

Senada dengan itu, Kepala SDN 5 Lembang Cina, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan,
Hartati mengatakan dalam pelaksanaan PPK, sekolahnya melibatkan keluarga dan
masyarakat di berbagai kegiatan sekolah. “Tri pusat pendidikan dalam menjalankan PPK
merupakan hasil kesepakatan bersama, sehingga segala rencana program sekolah didukung
oleh masyarakat,” tuturnya.
Kisah lain disampaikan oleh Kepala SMPN 3 Malang, Tutut Sri Wahyuni. Di satuan
pendidikannya, untuk menanamkan nilai relijius siswa dibiasakan melakukan doa bersama
pada pukul 6.30 s.d. 7.00 WIB dan masing-masing penganut agama, mendapatkan tempat
khusus untuk berdoa. “Islam di halaman di lapangan sekolah. Di situ ada kultum masing-
masing anak memberikan kultum. Kristen dan Katolik juga memberikan renungannya. Hindu
juga diberikan tempat sendiri,” ujar Tutut.

Sementara itu, Kepala PASKA, Hendarman, menerangkan, praktik PPK di sekolah


merupakan jembatan bagi pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat. Ketiga unsur tersebut
berkontribusi dalam membentuk karakter siswa. “Kadang mereka lupa mereka punya
kewajiban bersama demi menghasilkan generasi emas 2045,” ungkapnya.

Jakarta, 24 Juli 2018


Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 111/Sipres/A5.3/HM/VII/2018

Anda mungkin juga menyukai