Anda di halaman 1dari 25

Makalah Kesehatan Reproduksi

“Menganalisis Dasar HIV/AIDS (dengan epidemiologi)”

Disusun Oleh : Holis Tiawati (2016710044)

M. Arif Kurniawan (2016710011)

Muti Afrida (2016710021)

Uzlifatil Jannah (2016710022)

Angkatan/Kelas : 2016/A

Dosen Pembimbing : Mizna Sabilla,S.KM,M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Page i
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberi taufik, hidayah, serta inayahnya
sehingga kita semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya termasuk juga dengan
kami hingga kami bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah Kesehatan Reproduksi dan
KIA.
Pembahasan pada makalah ini berisi tentang Dasar HIV/AIDS (Dengan Epdemiologi). Makalah
ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah KESEHATAN REPRODUKSI DAN
KIA,selain itu makalah ini juga disusun supaya para pembaca bisa menambah wawasan serta
memperluas ilmu pengetahuan yang ada mengenai HIV/AIDS yang selama ini menjadi
permasalahan didalam dunia kesehatan yang penulis sajikan di dalam sebuah susunan makalah
yang ringkas, mudah untuk dibaca serta mudah dipahami.
Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mizna Sabilla,S.KM,M.Kes Selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Kespro dan KIA yang sudah membimbing kami supaya kami
bisa membuat karya dalam bentuk makalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga jadi
sebuah karya yang baik dan benar.
Demikianlah makalah ini kami susun,semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kami
selaku penulis dan para pembaca serta memperluas wawasan mengenai pembahasan yang ada di
makalah ini. Dan tidak lupa kami mohon maaf atas kekurangan dari makalah ini. Saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Cireundeu, 13 September 2017

Kelompok 10

Page ii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Definisi HIV/AIDS 4
B. Epidemiologi HIV/AIDS 4
C. Penyebab HIV/AIDS 7
D. Infeksi Opportunistik
HIV/AIDS........................................................................................................9
E. Upaya Pencegahan
HIV/AIDS.........................................................................................................12
F. Pencegahan Bahaya Infeksi HIV/AIDS dalam Perspektif
Islam......................................................14
G. Stigma
HIV/AIDS.............................................................................................................................16
H. Hubungan Budaya dan Gender dalam
HIV/AIDS............................................................................17
BAB III PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

Page 1
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan
dan kemajuan sosial. Selain penyebaran HIV/AIDS yang sangat cepat,sampai saat ini HIV juga
belum ditemukan vaksin pencegahnya. Menurut Depkes RI (2003),definisi HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyebabkan AIDS (Acquired immune deficiency
syndrome) dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat
merusak sistemkekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul tergantung dari infeksi
oportunistik yang menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan
tubuh (kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut.

Di Indonesia jumlah kasus HIV/AIDS juga cenderung terus meningkat. Kasus HIV/AIDS
telah ditemukan di 33 provinsi di Indonesia (ILO,2011). Bagian terbesar orang yang hidup
dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang dewasa yang berada dalam usia kerja dan hampir
separuhnya adalah wanita yang terinfeksi lebih cepat daripada laki-laki. Hal itu disebabkan
karena masih adanya perbedaan gender. Perbedaan gender sebetulnya tidak masalah selama tidak
melahirkan ketidakadilan gender. Namun ternyata perbedaan gender baik melalui mitos-
mitos,sosialisasi,budaya,dan kebijakan pemerintah telah melahirkan hukum yang tidak adil bagi
perempuan. Sehingga perempuan menjadi lebih rentan terkena risiko HIV/AIDS dibandingkan
dengan laki-laki. Masalah ini tentu menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu
diperhatikan dengan sebaik-baiknya,dan harus ditindak lanjuti dengan penaganan yang serius
terkait penyebaran HIV/AIDS. Upaya pencegahan HIV/AIDS sangat tergantung pada kampanye
kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu dalam lingkungan yang mendukung,
yang memerlukan waktu dan kesabaran. Selain itu mayarakat juga perlu diberikan pendidikan

Page 2
khusus terkait permasalahn HIV/AIDS,agar mereka mampu melakukan upaya pencegahan
HIV/AIDS pada diri mereka secara individu.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
1. Apa definisi dari HIV/AIDS ?
2. Bagaimana epidemiologi HIV/AIDS ?
3. Apa saja penyebab HIV/AIDS ?
4. Apa saja dampak infeksi opportunistik HIV/AIDS ?
5. Bagaimana upaya pencegahan terhadap HIV/AIDS
6. Bagaimana pandangan Islam dalam pencegahan HIV/AIDS ?
7. Bagaimana stigma HIV/AIDS ?
8. Bagaimana hubungan antara budaya dan gender dalam HIV/AIDS ?
A. Tujuan
1. Diketahui definisi HIV/AIDS
2. Diketahui dan dipahami proses penyebaran HIV/AIDS
3. Diketahui penyebab HIV/AIDS
4. Diketahuinya dampak dari infeksi opportunistik HIV/AIDS
5. Diketahui dan dipahami upaya pencegahan HIV/AIDS
6. Diketahui pencegahan bahaya HIV/AIDS dalam perspektif Islam
7. Diketahui dan dipahami stigma HIV/AIDS
8. Diketahui hubungan antara budaya dan gender dalam HIV/AIDS

Page 3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS
HIV adalah nama lain dari Human Immunodeficiency Virus yang berarti sejenis virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia.
Virus HIV biasanya masuk ke dalam sel darah putih dan merusak sel darah putih yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi. Sehingga sel darah putih yang rusak bisa
mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita HIV sangat rentan
terhadap berbagai penyakit.
Sedangkan AIDS adalah nama lain dari Acquired Immuno Deficiency Syndrom, yaitu
kumpulan gejala penyakit atau sindrom yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh HIV.

B. Epidemiologi HIV/AIDS
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan frekuensi masalah
kesehatan serta factor-faktor yang berkaitan (determinan), pada kelompok masyarakat
tertentu. Dalam epidemiologi suatu masalah kesehatan, seperti epidemiologi penyakit
menular, ada tiga “pemeran utama” yang mempengaruhi terjadinya distribusi frekuensi
penyakit tersebut di masyarakat, yaitu: penyebab penyakit (agent), pejamu (host), dan
lingkungan (environment). Faktor penting pada penyebab penyakit , misalnya: sifat / jenis
penyebab penyakit serta cara penularan. Pada host, misalnya: keadaan biologis (umur, jenis
kelamin) serta perilaku dan pada lingkungan misalnya: lingkungan fisik serta sosial budaya.
Interaksi antara faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan terjadinya penyakit pada host.

Page 4
Proses terjadinya penyakit HIV/AIDS disebabkan adanya ketidakseimbangan
interaksi antara agent atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai host dan faktor
lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai trias epidemiologi
penyakit.
1. Faktor agent
Walaupun sudah jelas dikatakan bahwa HIV sebagai penyebab AIDS, tetapi asal-
usul virus ini masih belum diketahui secara pasti. Virus HIV adalah virus yang
menyebabkan AIDS retrovirus yang mudah mengalami mutasi dan mengakibatkan sulit
untuk membuat obat bereaksi membunuh virus tersebut. Virus HIV sangat lemah dan
mudah mati ketika berada di luar tubuh manusia juga termasuk virus yang sensitif
terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari, dan macam-macam
desinfektan. Virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap “infectious” yang dapat
aktif kembali dan dapat ditularkan selama hidup pengidap HIV.
Virus HIV dapat tertular melalui media yang ada di dalam tubuh manusia,
diantaranya yaitu :
1) Darah
2) Sperma
3) Cairan vagina
4) Air susu ibu (ASI)

2. Faktor host (manusia)


Faktor host atau pejamu dari penderita HIV/AIDS menurut golongan usia yaitu di
Negara AS, Eropa, Afrika dan Asia tidak berbeda jauh. Kelompok terbesar adalah
golongan umur 30-39 tahun, disusul dengan golongan umur 40-49 dan 20-29 tahun.
Mereka ini termasuk kelompok umur yang memang aktif seksual. Sedangkan menurut
distribusi jenis kelamin penderita HIV/AIDS di Afrika dan AS/Eropa menunjukkan
perbedaan yang jelas sesuai dengan cara penularan yang dominan di negara-negara
tersebut. Saat ini distribusi/ratio penderita pria dan wanita di Afrika hsmpir sama (1:1),
sedangkan di AS/Eropa bervariasi antara 10 sampai 25 kali lebih banyak penderita pria.
Kelompok masyarakat yang beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS adalah mereka yang

Page 5
melakukan hubungan seksual dengan banyak mitra seks, seperti kaum homoseksual atau
biseksual, kaum heteroseksual, golongan penyalahgunaan narkotika suntik, penerima
transfusi darah termasuk yang menderita hemofilia dan berbagai penyakit darah, anak dan
bayi yang lahir dari seorang ibu yang menderita HIV.
Tambahkan : siapa sajakah kelompok berisiko HIV AIDS?

3. Faktor environment (lingkungan)


Lingkungan biologis, social, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan
penyebaran AIDS. Lingkungan biologis yaitu adanya luka-luka pada usus genita, herpes
simplex, syphilis dan penggunaan obat KB pada kelompok wanita tunasusila di Nairobi
dapat meningkatkan prevalensi penularan HIV. Faktor lainnya yaitu sosial, ekonomi,
budaya dan agama sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat. Jika faktor-
faktor ini mendukung perilaku seksual yang bebas maka dapat meningkatkan penularan
HIV dalam masyarakat.
Dalam sejarah penemuan HIV kasus HIV/AIDS pertama di dunia,kurang dari 100
orang yang meninggal akibat AIDS di AS. CDC meramalkan bahwa pada akhir tahun
1994,sejumlah 415.000 hingga 535.000 orang akan telah terdiagnosis sebagai penderita
AIDS dan sejumlah 330.000 hingga 385.000 orang meninggal karenanya. Menjelang
tahun 1989,AIDS dan infeksi HIV telah menjadi penyebab kematian kedua di AS pada
pria 25-44 tahun,yakni sebesar 14 % dari semua kematian dalam golongan umur tersebut.
Menjelang tahun 1990,setiap 12 menit seorang mati akibat AIDS di AS. Pada tahun itu, 1
Juta orang Amerika dan 10 juta penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi HIV. Dan
menjelang tahun 2000, Badan Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa sekitar 40 juta
orang di seluruh dunia akan terifeksi HIV dan 10 juta sudah menderita AIDS.
Pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta
perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak
1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia <15 tahun (Kemenkes
RI, 2014).
Sedangkan dalam sejarah penemuan kasus HIV/AIDS pertama di Indoensia.
Kasus AIDS pertama kali ditemukan dan diidentifikasi pada seorang laki-laki asing di
Bali yang kemudian meninggal. Pada tahun 1990 infeksi HIV telah menyebar ke berbagai

Page 6
provinsi meskipun prevalensinya masih rendah. Gejala-gejala meningkatnya infeksi HIV
di Indonesia mulai nyata ketika pemeriksaan darah donor pada tahun 1992/1993
menunjukan HIV positif pada 2 diantara 100.000 donor darah yang kemudian meningkat
menjadi 3 per 100.000 donor darah pada tahun 1994/1995.
Perubahan Epidemi HIV AIDS terjadi pada tahun 2000 dimana kasus meningkat
secara nyata diantara pekerja seks dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Secara
umum dapat dikatakan bahwa sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2002 terjadi
peningkatan kasusu hampir 17,5 %. Pada tahun 1996 hanya 2,5 % dari kasus AIDS
melalui Napza suntik. Diperkiakan jumlah orang yang terinfeksi HIV berkisar antara
90.000-130.000 orang (2002). Pada tahun 2011, Ditjen PP dan PL Kemerdekaan RI
melaporkan jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia menurut jenis kelamin sebanyak
26.483 kasus. Pada jenis kelamin laki-laki sebanyak (19.139 kasus) dan pada kelompok
umur 20-49 tahun (23.225 kasus).
Kemenkes RI (2014), melaporkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah
kasus HIV dari tahun ke tahun. Sedangkan julah kasus AIDS menunjukan kecenderungan
menunjukan kecenderungn meningkat secara lambat bahkan sejak tahun 2012 jumlah
kasus AIDS mulai turun. Jumlah kumulatif penderita dari tahun 1987 samoai dengan
2014 sebanyak 150.296 orang,sedangkan total kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.799
orang. Diketahui Jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang masih menerima ARV
sampai dengan Bulan September 2014 adalah 45.631 orang.

C. Penyebab HIV/AIDS

Penyakit AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 Juni 1981 di Los Angeles
oleh Centers for Desease Control and Prevention (Amerika Serikat) yang kemudian dengan
pesatnya menyebar ke seluruh dunia. Penyakit ini awalnya diderita oleh 5 laki-laki
homoseksual yang mengalami penurunan kekebalan tubuh dan terjangkit Pneumonia
pneumosistis.
Jika dilihat dari sumbernya atau agen penyebab penyakit,AIDS disebabkan karena
adanya virus yang bernama HIV-1 dan HIV-2.
1. HIV-1

Page 7
Virus ini lebih mematikan dan mudah masuk ke dalam tubuh,sumber mayoritas
infeksi HIV di dunia. Berasal dari simpanse Pan troglodytes yang ditemukan di
Kamerun Selatan
2. HIV-2
Berbeda dengan HIV-1,virus ini lebih sulit dimasukan,lebih banyak berada di Afrika
Barat. Berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys),monyet dari Guinea
Bissau,Gabon dan Kamerun.

Banyak ahli berpendapat,bahwa HIV masuk kedalam tubuh manusia akibat


kontak dengan primata lainnya,contohnya selama berburu atau pada saat pemotongan
daging. Selanjutnya HIV menyebar dari satu orang ke orang lain dengan cara penularan.

Adapun cara penularan HIV/AIDS adalah melalui 3 cara :


1. Transmisi seksual
Penularan ini paling sering terjadi. HIV menular melalui hubungan seks yang sering
dilakukan oleh seseorang yang mempunyai banyak pasangan seksual (homoseksual
dan hetero seksual) seperti wanita/pria tuna susila dan pelanggannya, mucikari,
kelompok homoseks, biseks dan waria.
2. Transmisi non seksual
a. Transmisi Parental
Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk (alat tindik) yang telah
terkontaminasi oleh HIV
b. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu ke HIV ke bayi (beresiko 50 %). Penularan dapat terjadi
waktu hamil,melahirkan dan menyusui.
3. Penularan masa prenatal
HIV yang ditularkan dari ibu ke bayi melalui 3 cara :
a. Dalam uterus (lewat plasenta)
b. Sewaktu persalinan

Page 8
c. Melalui air susu ibu
Penularan HIV bisa melalui media-media yang ada didalam tubuh penderita.
Contohnya cairan tubuh,seperti darah,air mani,cairan vagina dan air susu ibu (ASI). HIV
menular melalui darah terjadi dengan cara: penggunaan jarum suntim yang tidak steril,alat
tindik telinga,alat tato atau alat tusuk yang tercema HIV dan transfusi darah yang
mengandung HIV.
HIV menular melaui cairan tubuh lain dari ibu ke janin melalui plasenta,melaui
darah dan cairam saat melahirkan bayi,melaui ASI ketika menyusui dan melalui hubungan
seks dengan pengidap secara genital,oral dan anal. Penularan HIV terjadi melalui luka pada
tubuh.
Pada tanggal 5 Mei 2009 komisi penanggulangan AIDS Nasional (KPAN)
mengatakan bahwa penyebab utama dari HIV/AIDS yaitu perilaku seks bebas. Presentasi
penyebab HIV/AIDS pada seks bebas yaitu sekitar 55% meliputi 48,4% akibat seks bebas
secara heteroseksual (berbeda jenis) dan 3,7% homoseksual (sesama jenis) dan sisanya
akibat penularan dari ibu ke bayi, pada narkoba suntik 42%, dan sisanya penyebab lain.
Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya narkoba suntik dianggap menjadi penyebab utama
penyakit mematikan tersebut

D. Infeksi oportunistik HIV/AIDS


Infeksi oportunistik atau yang sering disebut dengan IO adalah infeksi yang
disebabkan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Infeksi oportunistik merupakan penyebab utama meningkatya angka morbiditas dan
mortalitas pada penderita yang terinfeksi HIV. Pada dasarnya tidak hanya pengidap HIV
saja yang bisa terkena infeksi oportunistik ini. Hampir semua penyakit dapat berkembang
menjadi infeksi oportunistik ketika sistem kekebalan tubuh lemah.
Organisme penyebab penyakit IO adalah organisme patogen seperti bakteri,jamur,parasit
dan virus yang berasal dari luar tubuh mapun yang terdapat secara laten dalam tubuh yang
kemudian mengalami reaktivitasi. IO juga dapat menyerang berbagai macam organ,seperti
saluran pernafasan,saluran pencernaan,neurologis,kulit dan lain sebagainya.

Jenis-jenis infeksi oportunistik

Page 9
1. Pneumonia Pneumocystis Carini (PPC)
Pneumonia Pneumocystis Carini (PPC) merupakan infeksi oportunistik
yang sering ditemukan (80%) pada penderita AIDS,dan merupakan infeksi awal pada
60% penderita. PPC disebabkan oleh organisme kecil yang termasuk golongan
protozoa. Pada penderita AIDS,daya tahan tubuh rusak berat sehingga organisme
tersebut menyebabkan timbulnya penyakit. Sebagian besar penderita PPC dapat
diobati dan disembuhkan,tetapi tidak diikuti dengan kembalinya kekebalan
tubuh,sehingga penyakit ini sering kambuh.
Gejala awal PPC sering ditandai dengan penurunan berat badan,keringat
malam,pembesaran kelenjar getah bening,rasa lelah,kehilangan nafsu makan,dan
diare kronik. Kadang-kadang gejala ini tidak ada,tetapi langsung timbul gejala batuk
kering,demam dan sesak nafas,terutama bila berjalan jauh atau naik tangga.
2. Tuberkulosis (TBC)
TBC merupakan infeksi yang dapat ditularkan ke orang yang
imunokompeten melalui rute respirasi, dapat dengan mudah ditangani
setelahdiidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, dan dapat dicegah
dengan terapi obat.

3. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan
toksoplasma ensefalitis, tetapi juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit
pada mata dan paru-paru. Gejala penyakit ini dapat berupa sakit kepala dan panas
sampai kejang dan koma.
4. Diare kronik
Diare kronik terjadi akibat berbagai penyebab. Termasuk beberapa
diantaranya infeksi bakteri ( Salmonella, Shigella, Listeria,Kampilobakter, atau
Escherichia coli) serta parasit yang umum dan infeksi oportunistik tidak umum
seperti kripto sporidiosis,mikrosporidiosis, kolitis kompleks Mycobacterium avium
dan sitomegalovirus (CMV). Pada beberapa kasus, diare adalah efek samping

Page 10
beberapa obat yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping infeksi
HIV.
5. Meningitis kriptokokal
adalah infeksi meninges yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus
neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan
muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak
ditangani dapat mematikan.

Ada enam prinsip dasar yang perlu diingat dan diperhatikan dalam mendiagnosis dan
mengobati penyakit infeksi pada penderita AIDS.
1. Penyakit infeksi parasit,jamur dan virus pada penderita AIDS biasanya tidak dapat
disembuhkan. Kadang-kadang penyakit infeksi tersebut dapat diatasi pada tahap
akut,namun diperlukan pengobatan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan.
2. Sebagian besar penyakit infeksi pada tubuh pendeita IADS adalah akibat reaktifitas
organisme yang ada pada penderita,jadi bukan infeksi baru. Biasanya tidak
membahayakan,tidak menular kepada orang lain,kecuali tuberkulosis paru,herpes
zoster dan salmonellosis.
3. Infeksi tunggal jarang terjadi,seringkali terjadi infeksi beberapa kuman bersamaan
atau infeksi susulan. Dokter yang mengobati harus segera menyadari hal inibila
pengobatan terhadap suatu penyakit infeksi gagal. Hasil pengobatan yang buruk ini
mungkin akibat adanya infeksi sekunder,dan bukan karena kegagalan pengobatan.
4. Frekuensi infeksi parasit atau jamur tergantung dari prevalensi infeksi asimptomatik
parasit/jamur pada penduduk setempat. Di Amerika yang tersering adalah
Pneumonia Pneumocystis Carinii (PPC),sedangkan di Afrika kuman tersebut hanya
menduduki tempat ketiga. Di Haiti,PPC hanya ditemukan 14 % kasus,demikian pula
PPC tidak begitu sering ditemukan pada orang Haiti yang menderita AIDS di
Amerika. Sebaliknya,meningitis cryptococcus seringkali ditemukan di
Afrika,sedangkan di New York hanya 6 % Toxoplasmosis ditemukan pada 40 %
penderita AIDS yang berasal dari Haiti,sedangkan di New York dan San Fransisco
kurang dari 5 %. Sebagian dari variasi geografik ini dapat diterangkan sebagai
berikut: jenis infeksi yang sering menyerang tergantung jenis kuman yang

Page 11
sebelumnya sudah ada didaerah masing-masing. Jadi keterangan tentang asal
penderita,riwayat lokasi perjalanan serta distribusi goegrafik berbagai kuman dapat
membantu diagnosis penyakit.
5. Infeksi pada penderita AIDS biasanya berat,dan sering kali dalam bentuk
disseminata.
6. Beberapa jenis penyakit infeksi sekarang sudah dikenal berkaitan erat dengan AIDS.

Untuk mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, Antiretroviral (ARV) bisa


diberikan kepada pasien untuk menghentikan aktivitas virus dan memulihkan sistem
imun,memperbaiki kualitas hidup,dan menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan
pasien HIV,namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup
penderita HIV/AIDS.

E. Upaya pencegahan HIV/AIDS

Penyakit HIV/AIDS sampai saat ini sudah menyebar hampir di seluruh negara
baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Sampai saat ini belum
ditemukan obat maupun vaksin yang yang dapat menyembukan penyakit HIV/AIDS. Oleh
karena itu HIV/AIDS adalah masalah kesehatan dunia yang harus diperhatikan dan
ditanggulangi,terutama di Indonesia. Upaya pencegahan agar AIDS tidak menyebar secara
luas perlu dilakukan. Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya-upaya melalui
Departemen Kesehatan RI dan lembaga-lembaga lainnya dalam mengurangi penderita
HIV/AIDS dilakukan melalui edukasi dan promosi yaitu penyuluhan melalui kampanye,
media massa, penyebaran leaflet dan kampanye penggunaan kondom. Tetapi upaya tersebut
masih saja kurang atau belum menurunkan angka HIV/AIDS. Maka dari itu, Penanganan
HIV/AIDS memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Upaya pencegahan tidak
hanya perlu dilakukan oleh pemerintah saja,tetapi upaya pencegahan HIV/AIDS perlu
dilakukan oleh semua orang.

Menurut International Labour Organization (ILO, 2011), upaya pencegahan


HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

1. Upaya pencegahan HIV/AIDS melalui kontak seksual

Page 12
Virus HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita,tetapi yang
berperan dalam penularan AIDS adalah air mani,cairan vagina dan darah. Virus HIV
dapat menyebar melalui hubungan seksual dari pria ke wanita,dari wanita ke pria dan
dari pria ke pria. Oleh karena itu pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan
prilaku seks yang sehat dengan tidak berhubungan seks diluar nikah.
a. Absen hubungan seksual (tidak melakukan hubungan seksual). Pencegahan ini
terutama bagi mereka yang belum pernah berhubungan seks atau belum menikah.
Pesan inti dari pencegahan tipe A ini yaitu agar perilaku tersebut dipertahankan
selama mungkin sampai menemukan pasangan tetap atau menikah.
b. Berlaku saling setia. Hanya melakukan hubungan seksual dengan satu orang dan
saling setia. Sekalipun kita sudah pernah berhubungan seks, jika kita hanya
berhubungan seks dengan orang yang juga hanya berhubungan seks dengan kita,
maka HIV bisa dicegah. Tentu saja dengan catatan, baik kita atau pasangan tidak
melakukan perilaku lain yang juga dapat menularkan HIV seperti: memakai
narkoba suntik atau menerima transfusi darah yang sudah tercemar HIV.
c. Cegah dengan kondom. Apabila salah satu pasangan sudah terkena HIV atau tidak
dapat saling setia, gunakan kondom. Hal ini juga berlaku jika kita atau pasangan
melakukan perilaku berisiko lain seperti memakai narkoba suntik. Kondom
merupakan alat berbahan dasar latex yang berfungsi mencegah kehamilan dan
penularan IMS serta HIV.
2. Upaya pencegahan HIV/AIDS melalui darah
Penularan melalui darah paling besar risikonya, sehingga mengetahui
pencegahan HIV melalui darah tidak kalah penting dibandingkan pencegahan melalui
perilaku seksual. HIV dan AIDS bisa dicegah dengan memastikan darah yang masuk
ke tubuh kita bebas dari HIV atau alat suntik/alat tusuk yang digunakan steril atau
masih baru.
a. Pastikan hanya menerima tranfusi darah yang tidak mengandung HIV
b. Orang yang terkena HIV sangat disarankan tidak mejadi pendonor darah maupun
organ tubuh

Page 13
c. Hanya menggunakan alat-alat yang menusuk kulit (jarum suntik, jarum tato, dan
lain sebagainya) yang masih baru atau sudah disterilkan. Pastikan kita melihat
bahwa alat-alat tersebut masih baru atau sudah disterilkan.
3. Upaya pencegahan melalui ibu ke bayi
a. Bagi perempuan yang positif HIV, supaya mempertimbangkan lagi untuk hamil.
b. Bagi ODHA yang hamil, hubungi layanan PPTCT di rumah sakit terdekat.
PPTCT (Prevention from Parent to Child Transmission) merupakan pelayanan
yang dikhususkan kepada ibu yang terinfeksi HIV. Pelayanan yang diperoleh
antara lain konseling, pemeriksaan rutin kehamilan, terapi ARV, proses kelahiran
dan penanganan ibu dan anak dari pasca kelahiran. Termasuk di dalam
penanganan ibu dan anak tersebut yaitu penanganan gizi dan nutrisi bayi dan
pemeriksaan untuk kepentingan status HIV bayi.
Tambahkan bagaimana pencegahan pada ibu menyusui.
Selain upaya pencegahan diatas,memberikan informasi kepada kelompok resiko
tinggi tentang bagaimana pola penyebaran virus HIV dengan kegiatan KIE juga perlu
dilakukan,agar mereka yang beresiko tinggi terkena HIV dapat mengetahui langkah-langkah
pencegahan penularan HIV.

F. Pencegahan Bahaya HIV/AIDS dalam Perspektif Islam


Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Segala sesuatu dalam kehidupan ini telah
diatur dengan sebaik-baiknya. Islam memiliki sistem kehidupan yang berprinsip pada “amar
ma’ruf nahi munkar”. Dimana Islam dapat menjaga setiap individu,keluarga dan umat
muslim dari krisis sosial dan moral yang sudah rusak di zaman ini. Selain umat Islam
diwajibkan melakukan kebaikan untuk dirinya sendiri,mereka juga diwajibkan mengajak
orang lain untuk melakukan kebaikan dan mencegah kepada yang munkar.
Allah berfirman dalam surah Al-Imran ayat 104 :

‫ُوف ا َويَأْ ُمرُونَ ْل َخي ِْر إِلَى يَ ْد ُعونَ أُ َّمةٌ ِم ْن ُك ْم َو ْلتَ ُك ْن‬ َ ِ‫ْال ُم ْفلِحُونَ هُ ُم َوأُو ٰلَئ‬
ِ ‫ك ۚ ْال ُم ْن َك ِر ع َِن َويَ ْنهَوْ نَ بِ ْال َم ْعر‬

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar,dan merekalah
orang-orang yang beruntung” (Q.S. Al-Imran:104).

Page 14
Dalam hal ini, perilaku seks bebas atau perzinaan merupakan perilaku yang
menyimpang (munkar) dari ajaran Islam,karena perbuatan tersebut bukan hanya dapat
menjerumuskan pelakunya,tetapi juga menjerumuskan orang lain ke dalam jurang
kebinasaan. Perilaku seks bebas dapat menjadi faktor utama penyebaran HIV/AIDS. Oleh
karena itu,Islam sangat melarang segala jenis kegiatan yang dapat mengarah kepada
perzinaan.

. ‫ۖالزنَا تَ ْق َربُوا َواَل‬


ِّ ُ‫َسبِياًل َو َسا َء فَا ِح َشةً َكانَ إِنَّه‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina,Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S Al-Isra:32).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Allah Subhanahu wa ta‟ala
berfirman: Dia melarang hambaNya berbuat dan mendekatinya, serta melakukan faktor-
faktor dan aspek-aspek yang dapat mengantarkan kepada perbuatan zina”.Perbuatan yang
keji, yakni “suatu perbuatan dosa besar”, dan suatu jalan yang buruk, yakni “merupakan
seburuk-buruknya jalan dan karakter” (Tafsir Ibnu Katsir)
Benarlah firman Allah Swt dalam Surah An Nur ayat 30-31 yang memerintahkan
laki-laki dan perempuan untuk menundukkan pandangannya. Bermula dari pandanganlah
salah satu cara syaitan menggoda umat manusia kedalam kemungkaran, pandangan haram
yang hanya akan mendekatkan manusia melakukan zina. Pembuktian ilmiah terkait fungsi
neurotransmitter dopamine terhadap kecanduan pornografi berawal dari mata, yang akan
bermuara ke hubungan seksual secara bebas sehingga semakin meningkatkan risiko
terinfeksi HIV/AIDS dan penyakit infeksi kelamin lainnya.

Diriwayatkan dari Abdullah ibn Umar ia berkata, “Rasulullah datang kepada


kami, beliau bersabda, Wahai kaum Muhajirin, ada lima hal yang harus kalian waspadai saat
kalian diuji dengannya, aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mengalaminya,
tidaklah perzinaan merajalela di tengah suatu kaum hingga mereka melakukannya secara
terbuka kecuali akan menebar ditengah mereka wabah penyakit dan kelaparan yang tak
pernah dialami oleh manusia sebelum mereka.”(HR. Ibnu Majah).

Sudah jelas dari keterangan diatas bahwa Islam membawa solusi untuk kehidupan
manusia,termasuk dalam bidang kesehatan. Salah satu solusi pencegahan HIV/AIDS adalah

Page 15
pencegahan pergaulan bebas yang melibatkan peran serta individu, masyarakat dan negara
dalam penerapan syariah Islam. Terapkan hukum-hukum pergaulan Islam dan menjaganya
dengan penerapan sistem Islam secara total (kaffah). Pencegahan adalah kontribusi terbesar
agama Islam dalam menanggulagi HIV/AIDS. Ajaran Islam adalah benteng yang kokoh
dalam ajaran moralitas,dan menganjurkan setia pada pasangan serta kesucian dalam
perkawinan.
Dalam pandangan Islam,beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
penularan HIV/AIDS sesuai dengan Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Pengharaman perilaku homoseksual (hubungan sejenis)


2. Pengharaman zina dan hukuman keras bagi yang melakukannya
3. Anjuran menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan bukan hanya menyangkut pakaian saja dan lingkungan sekitar
saja,tetapi juga menghindari memakai segala susuatu yang telah dipakai orang.
Contohnya memakai jarum suntik bekas yang telah dipakai orang. Karena berbagai
macam kuman,virus termasuk HIV akan mudah tertular melalui darah yang
menempel di jarum suntik tersebut.
4. Mengharamkan minum-minuman keras dan narkoba
5. Menciptakan ketahanan keluarga sakinah.

G. Stigma HIV/AIDS

Stigma adalah bentuk prasangka (prejudice) yang mendiskreditkan atau


menolak seseorang atau kelompok karena mereka dianggap berbeda dengan diri kita atau
kebanyakan orang. Stigma berhubungan dengan kekuasaan atau dominasi di masyarakat.
Pada puncaknya, stigma akan menciptakan ketidaksetaraan sosial. Stigma berurat akar di
dalam struktur masyarakat, dan juga dalam norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur
kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan beberapa kelompok menjadi kurang dihargai
dan merasa malu, sedangkan kelompok lainnya merasa superior (Ardhiyanti dkk, 2015).
Jadi, stigma merupakan pola pikir negatif seseorang individu atau masyarakat yang
mempercayai bahwa suatu hal yang negatif bisa terjadi karena akibat dari perilaku moral
yang tidak baik sehingga layak mendapatkan hukuman akibat perbuatannya sendiri.

Page 16
Sedangkan stigma terkait HIV/AIDS adalah segala prasangka, penghinaan dan
diskriminasi yang ditujukan kepada ODHA serta individu, kelompok atau komunitas yang
berhubungan dengan ODHA tersebut (Maharani, 2016). Stigma terhadap ODHA adalah
suatu sifat yang menghubungkan seseorang terinfeksi HIV dengan nilai-nilai negatif yang
diberikan oleh masyarakat sekitar. Orang yang telah terinfeksi HIV biasanya menerima
perlakuan yang tidak adil, diskriminasi baik dari masyarakat maupun lingungan sekitar
termasuk isolasi sosial dalam kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia
kerja, dan layanan kesehatan.
Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA bisa berdampak pada penyebaran penyakit
AIDS, sehingga stigma dan diskriminasi akan mematahkan semangat orang untuk tidak
berani melakukan tes di pelayanan kesehatan bahkan membuat orang merasa enggan untuk
mencari informasi termasuk cara melindungi diri dari penyakit AIDS. Selain itu Stigma dan
diskriminasi juga akan memunculkan komunitas yang terisolir atau terpinggirkan sehingga
ODHA berfikir bahwa telah dilanggar hak-hak asasinya , khususnya dalam hak kebebasan
dari perlakuan diskriminasi. Hal ini akan berdampak pada ketidakmauan ODHA untuk
menunjukkan statusnya sebagai penderita HIV/ AIDS .

Tambahkan hal-hal yang tidak menularkan HIV AIDS.


H. Hubungan budaya dan gender dalam HIV/AIDS

Istilah gender sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat dunia,khususnya


Indonesia. Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi &
tanggungjawab antara perempuan dan atau laki–laki yang merupakan hasil konstruksi sosial
budaya dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Gender
bukan semata-mata perbedaan biologis,bukan jenis kelamin, bukan juga perempuan, tetapi
lebih merujuk pada arti sosial bagaimana menjadi perempuan dan menjadi laki-laki.
Gender, yang didefinisikan sebagai kumpulan dari kepercayaan, norma,
kebiasaan, sikap, dan praktek-praktek yang menentukan atribut maskulin dan feminin, telah
menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan berperilaku, dan pada gilirannya
membedakan hak-hak, akses, kontrol, sumber daya, informasi, dan interaksi seksual.

Page 17
Perbedaan dan peran gender sebenarnya bukan suatu masalah selama tidak
menimbulkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender. Meskipun laki laki dan perempuan
dari sisi biologis berbeda, namun dari sisi sosial, laki-laki dan perempuan idealnya
mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama. Tetapi pada kenyataanya kondisi ideal
tersebut belum tercipta karena sampai sekarang ketidakadilan dan ketidaksetaraan atau
diskriminasi gender masih terjadi diberbagai daerah,terutama di daerah yang masih
menganut sistem budaya patriarki. Budaya patriarki berarti struktur yang menempatkan
peran laki-laki sebagai penguasa tunggal,sentral dari segala-galanya, sehingga perempuan
dianggap lebih rendah. Budaya patriarki yang dianut sebagian besar masyarakat dunia
mengakibatkan adanya penindasan terhadap perempuan. Hal itu sering disebut dengan
kekerasan berbasis gender. Dimana perempuan mendapatkan serangan fisik, seksual atau
psikologis tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan. Kekerasan bisa
berbentuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang, baik yang terjadi diranah publik, tempat kerja, atau dalam kehidupan
rumah tangga.
Perbedaan gender memunculkan ketidaksetaraan seksualitas laki-laki dan
perempuan. Perempuan dituntut pasif, penurut, setia, dan tidak memahami seks. Sementara
laki-laki adalah pihak dominan, agresif, faham, dan berpengalaman. Akibat konstruksi ini,
perempuan tidak dapat menolak hubungan seks atau menuntut seks aman, meskipun tahu
pasangannya berisiko menularkan penyakit. Ketidaksetaraan ini juga menganggap wajar bila
laki-laki mempunyai lebih dari satu pasangan.
Peran dan relasi gender secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
tingkat risiko individu dan kerentanan infeksi HIV. Menurut Dr. Rosalia “perempuan tidak
lahir rentan terhadap HIV, tetapi mereka menjadi rentan karena ketidakadilan gender.
Ketidakadilan gender di masyarakat menyebabkan program pencegahan HIV/AIDS di
Indonesia maupun di negara-negara lain terhambat. Banyak ketimpangan yang terjadi.
Dalam akses layanan pencegahan dan pengobatan seringkali antara perempuan dan laki-laki
tidak sama. Padahal gender bukan masalah yang sulit dan rumit untuk berubah di Indonesia’.
Dalam konteks hubungan seksual, perempuan seringkali tidak mampu mengambil keputusan
untuk dapat melakukan seks yang aman. Hal tersebut dikarenakan perempuan berada dalam
posisi lemah dan kurang mengetahui beberapa hal akibat gender yang timpang. Seperti

Page 18
kurang mengetahui tentang HIV/AIDS, merasa aman karena berpikir tidak berisiko, kurang
berdaya membicarakan seks dengan suami atau pasangan, dan kurang berdaya melakukan
negosiasi kondom. Survey menyatakan bahwa ketidaksetraan gender yang menganggap
bahwa tidak perlu banyak tahu HIV dibandingkan dengan laki-laki. Hal itulah yang
menyebabkan kuantitas penyakit HIV/AIDS lebih banyak meyerang kaum perempuan.
Perempuan menjadi lebih rentan dibanding laki-laki terhadap infeksi HIV melalui hubungan
heteroseksual. Perempuan lebih banyak terpajan oleh penyakit IMS yang menyebabkan
peningkatan risiko infeksi HIV/ AIDS. Studi menunjukkan bahwa perempuan mempunyai
risiko terinfeksi dua sampai empat kali lebih besar pada kasus ini. Banyak kasus IMS pada
perempuan bersifat asimptomatik (tidak bergejala) yang mengakibatkan lambatnya diagnosis
dan pengobatan.

Dari penjelasan diatas kita melihat bahwa ketidaksetaraan gender menghalangi


hak individu untuk mendapatkan kesehatan yang optimal untuk diri sendiri, keluarga dan
komunitasnya. Ketidaksetaraan gender dan pelanggaran hak-hak dasar manusia, termasuk
hak seksual dan reproduksi (lihat lembar bacaan tentang seksualitas) berkontribusi pada
penolakan, penghindaran atau penundaan keterlibatan individu / kelompok pada program
dan atau layanan kesehatan (mulai dari pencegahan, perawatan dan dukungan, pengobatan
dan mitigasi dampak), yang berkontribusi pada penyebaran HIV serta kematian dan
kesakitan yang sebenarnya dapat dihindari.

Page 19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari data Kemenkes RI tahun 2014 memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah kasus HIV dari tahun ke tahun sejak pertama kali dilaporkan (tahun 1987).
Sebaliknya jumlah kasus AIDS menunjukan kecenderungan meningkat secara lambat
bahkan sejak tahun 2012 jumlah kasus AIDS mulai turun. Jumlah kumutatif penderita HIV
dari tahun 1987 sampai Sepember 2014 sebanyak 150.296 orang,sedangkan total kumulatif
kasus sebanyak 55.779 orang. Walaupun demikian,kasus HIV/AIDS masih cukup tinggi.
Dan sampai sekarang vaksin HIV/AIDS belum ditemukan. Oleh karena itu untuk menurukan
angka morbiditas dan mortalitas hanya bisa dilakukan upaya pencegahan penularannya saja.

B. Saran
Dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS diharapkan semua pihak dapat berkontribusi
melakukan segala bentuk kegiatan yang mendukung pencegahan HIV/AIDS. Para remaja
hendaknya diberikan pendidikan sedini mungkin terkait HIV/AIDS,agar mereka dapat

Page 20
terhindar dari perilaku pola hidup yang bebas. Serta perlu ditumbuhkan kesadaran dan
keadilan gender dimasyarakat. Pengembangan program peningkatan peran dan kedudukan
perempuan perlu strategi,yaitu mengembangkan model yang berperspektif gender.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Hadits


Arisman.2009.Gender Kekuasaan dan Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:
Azza, Awatiful.2010. The Woman Burden of HIV/AIDS Patient in Gender
Perspective.Jatim:Jurnal Ners
Dahlia Dini,dkk.2010.Ketidakadilan Gender dalam Pelaksanaan Kebijakan HIV dan
AIDS.Jakarta:Pusat Penelitian Kesehatan UI
Hermawati,Tanti.2007.Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender.Surakarta:Jurnal Komunikasi
Massa
Hika,Ira Rambu Teba.2015.Menuju Keadilan Gender Perempuan dalam Budaya Patriarki di
Indonesia.Jakarta:LSPR
International Labour Organization.2011.Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan
AIDS.Jakarta:ILO
Irianto,Koes.2014.Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular.Bandung:Alfabeta

Page 21
Jamil,Kurnia Fitri.2014.Profil Kadar CD4 terhadap Infeksi Oportunistik pada Penderita
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome
(HIV/AIDS) di RSUD Dr.Zainoel Banda Aceh.Sumatera:JKSK
Kemenkes RI.2014.Pusat Data dan Infromasi.Jakarta:Depkes.co.id
Kumalasari,Ika Yuli.2013. Perilaku Berisiko Penyebab Human Immunodeficiency Virus
(HIV) Positif (Studi Kasus di Rumah Damai Kelurahan Cepoko
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang).Semarang:FIK UNNES
Kusmana.2014.Menimbang Kodrat Perempuan antara Nilai Budaya dan Kategori
Analisi.Jakarta:Refleksi
Magdalena,Merry.2010. Melindungi anak dari seks bebas.Jakarta:Grasindo
Maharani,Febrianti.2016.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stigma terhadap Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA.Jakarta:Journal Endurance
Maimunah.2012.Ketidakadilan Gender terhadap Perempuan Lokal dalam Upaya
Penanggulangan HIV/AIDS.Surabaya:FIB UNAIR
Nurahcmah Elly, Mustikasari.2009.Faktor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku Berisiko
Tertular Pada Siswa SLTP.Depok:Makara Kesehatan
Putri AJ,Eryati Darwin,Efrida.2015.Pola Infeksi Oportunistik yang Menyebabkan Kematian
pada Penyandang AIDS di RS Dr.M Djamil Padang tahun 2010-
2012.Padang:Jurnal Kesehatan Andalas
Purwoastuti E,Elisabeth Siwi Walyani.2015.Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana.Yogyakarta:Pustaka Baru Press
Sari Tri NW, Rizky Dwi Utami.2014.Memangkas Epidemi HIV Secara Islami.Jakarta:FK UI
Shaluhiyah Zahroh,dkk.2015.Stigma Masyarakat terhadap Orang Dengan HIV/AIDS.
Siregar,Fazidah A.AIDS dan Upaya Penanggulangannya di Indonesia.Sumatera:FKM
UNSUT
Sumijati,As.2001.Manusia dan Dinamika Budaya,dari Kekerasan sampai
Baratayuda.Yogyakarta:BPPF Fakultas Sastra UGM
Wahyuningsih, Suci dkk.2013.Perilaku Pencarian Pengobatan ODHA dengan Infeksi
Opotunistik di Kota Makassar.Makassar:UNHAS
Wati,Lisna.2015. Penularan HIV/AIDS di Tanah Karo.Medan:FE UNM
Widihastuti,Astri.2013.Gender.Angsa Merah

Page 22
Yuliyanasari, Nurma.2016.Global Burden Desease-Human Immunodeficiency Virus-
Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS).Surabaya
Yulrina Ardhiyanti,dkk. 2015.Bahan Ajar AIDS pada Asuhan Kebidanan.Yogyakarta: Cv
Budi Utama

Page 23

Anda mungkin juga menyukai