PENDAHULUAN
1
pada daya tarik / Bollard pull dan daya mesinnya sehingga mampu menghasilkan
kapal tugboat yang efisien ketika sedang dioperasikan. Hasil dari tugas akhir ini
berupa sebuah desain kapal tugboat disertai dengan perhitungan kekuatan daya
tarik yang diperlukan untuk menarik sebuah kapal tongkang dengan ukuran 330 feet
yang bermuatan 8.000 ton hasil tambang dan penentuan daya mesinnya.
Diharapkan tugas akhir ini dapat menjadi pertimbangan perusahaan pelayaran dan
galangan kapal dalam merencanakan pembangunan kapal tugboat.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah:
1. Menghitung daya mesin kapal tugboat berdasarkan Bollard pull dan
hambatan kapal yang diperlukan untuk menarik kapal tongkang dengan
kapasitas 8.000 DWT.
2. Menghitung Bollard Pull yang diperlukan untuk menarik kapal tongkang
dengan kapasitas 8.000 DWT.
3. Merancang desain Lines plan dan General Arrangementi kapal tugboat untuk
perairan sungai.
2
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah:
1. Mendapatkan metode penentuan daya mesin kapal tugboat berdasarkan
hambatan kapal dan Bollard pull yang diperlukan untuk menarik kapal
tongkang dengan kapasitas 8.000 DWT.
2. Menjadi bahan referensi tentang perhitungan Bollard pull kapal tugboat untuk
menarik kapal tongkang dengan kapasitas 8.000 DWT.
3. Menjadi bahan referensi untuk Lines plan dan General Arrangement kapal
tugboat untuk perairan sungai.
3
(halaman ini sengaja dikosongkan)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang menjadi acuan dari pengerjaan
penelitian. Mulai berisi dari tinjaun mengenai kapal tugboat, bollard pull, teori
desain kapal, penentuan ukuran utama, perhitungan tahanan, perhitungan daya
mesin induk, perhitungan berat dan titik berat dan perhitungan stabilitas.
5
kapal tugboat yang dibahas pada penelitian ini adalah kapal River tugboat atau
kapal tugboat untuk area pelayaran sungai. Kapal tugboat sungai ini umumnya
digunakan untuk menarik kapal tongkang yang bermuatan curah seperti pasir atau
batubara dengan kecepatan diantara 2 – 4 knot ketika sedang menarik. Pada saat
sea trial kapal tugboat akan dihitung kekuatan Bollard pull-nya, besarnya Bollard
pull tersebut akan menjadi ukuran kekuatan tarik kapal tugboat dan batasan ketika
sedang menarik kapal lain (Hardjono, 2016).
Daya mesin yang digunakan pada kapal tugboat sungai dirancang sesuai
dengan kebutuhan kekuatan tarik kapal tersebut. Umumnya daya mesin kapal
tugboat yang digunakan untuk kebutuhan industri mulai dari ±750 hingga 3000 HP.
Hampir semua kapal tugboat ini menggunakan dua baling-baling dengan tenaga
penggerak berupa motor diesel. Untuk putaran propeller pada kapal tugboat
biasanya berbeda dengan jenis kapal lain karena menggunakan diameter propeller
yang lebih besar dengan putaran relatif lebih rendah (Natsir, 2011).
6
Ukuran kapal pada tugboat seperti pada gambar 2.1 ini merupakan
ukuran kapal seagoing tugboat yang paling besar bila dibandingkan dengan kapal
tugboat tipe lainnya. Selain digunakan untuk kegiatan mooring kapal tipe ini juga
umumnya digunakan sebagai Offshore Supply Vessel (Prakoso, 2010).
7
2.1.3 River Tugboat
Sesuai dengan namanya river tugboat, kapal tugboat tipe ini dibuat
sedemikian rupa untuk melakukan pelayaran hanya di sungai-sungai yang memiliki
aliran air tenang. Bentuk lambung kapal ini rendah dan kotak sehingga memiliki
kemampuan yang rendah untuk memecah gelombang, sangat tidak disarankan
melakukan operasi di laut lepas. Fungsi kapal ini umumnya digunakan untuk
menarik kapal tongkang untuk media transportasi laut. Untuk gambar kapal river
tugboat bisa dilihat pada gambar 2.3.
Kapal river tugboat seperti pada gambar 2.3 sedang melakukan towing
terhadap kapal tongkang yang sedang memuat batu bara. Umumnya selain memuat
batubara, tongkang yang biasanya ditarik oleh kapal river tugboat adalah muatan
hasil tambang seperti kayu dan pasir.
8
1. Towing hook
2. Towing hook quick release system
3. Hydraulic systems, pins, sharks jaws or equivalent
4. Towing winches
5. Bollards, fairleads and sheaves.
6. Ropes and wires
7. Ancillary equipment, i.e. shackles, thimbles, eyes, rings, plates.
9
kapal tugboat penentuan nilai bollard pull yang akurat akan menghasilkan
penentuan daya motor induk yang tepat (Hardjono, 2016).
Formula empiris (empirical formula) untuk menentukan nilai bollard pull
(BP) dan daya mesin (BHP) telah diturunkan oleh dan Capt. P. Zahalka dengan
fungsi dari displacement (Δ), kecepatan kapal (V), lebar kapal (B), tinggi bidang
diatas air (D1), faktor kondisi perairan (k) dan faktor koefisien kecepatan angin
(Cmax) (Hardjono, 2016).
2/3 3
= (( . ) / 7200 + . . 1). (2.1)
Keterangan:
BP = Bollard Pull (t)
D = Diplacement of the tow (t)
Cmv = Coefficient for the mean wind speed
B = Width of the tow (m)
D1 = Height of the wind facing area above water level, incl. Deck cargo
(m)
K = Factor 3 – 8, depending to the circumstances
10
2.4 Propulsi Kapal Tugboat
Pada dasarnya alat gerak kapal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu alat
gerak non-mekanik dan alat gerak mekanik. Untuk alat gerak kapal non-mekanik
berupa dayung dan layar. Sedangkan alat gerak mekanik yaitu (Adji, Pengenalan
Sistem Propulsi Kapal, 2006):
11
umum gambar dari spiral desain dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini
(Watson, 1998)
12
3. Memilih proses iterative dengan tujuan menghasilkan sebuah
desain kapal yang sesuai
4. Membuat ukuran kapal yang sesuai untuk desain
5. Mengoptimasi ukuran utama kapal
6. Mengoptimasi detail kapal
13
serta dibuat estimasi berat dan titik berat yang dihitung berdasarkan posisi dan berat
masing-masing bagian konstruksi. Setelahnya dibuat pula general arrangement,
kepastian permesinan, bahan bakar, air tawar dan ruang-ruang akomodasi. Terakhir
dibuat spesifikasi rencana standart kualitas dari bagian badan kapal dan peralatan
serta uraian mengenai metode pemeriksaan dan percobaan sehingga akan
didapatkan kondisi kapal yang baik (Nugroho, 2014).
14
2.6.2 Trend Curve Approach
Metode ini juga bisa disebut dengan metode statistic karena memakai
nilai regresi dari beberapa kapal pembanding untuk menentukan ukuran utama
kapal. Pada metode ini ukuran utama beberapa kapal pembanding dikomparasi
dimana variabel dihubungkan kemudian digunakan suatu rumusan yang
menghasilkan ukuran utama yang ideal dari syarat-syarat yang sudah ditentukan
sebelumnya (Anam, 2015).
15
2.7 Tahapan Perancangan Kapal
Didalam perancangan kapal ada yang dinamakan dengan owner requirements
atau bisa dikatakan permintaan dari pemilik kapal seperti apa kapal yang akan
dibangun. Selanjutnya Perancang desain kapal akan menafsirkan permintaan
tersebut kedalam bentuk gambar, spesifikasi dan data-data lainnya. Secara umum
untuk mendesain kapal ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu (Anam,
2015):
16
6. DWT (Deadweight Ton)
Berat dama ton dari muatan, perbekalan, bahan bakar, air tawar,
penumpang dan awak kapal yang diangkut oleg kapal pada waktu
dimuati sampai garis muat maksimum
7. Vs (Service Speed)
Kecepatan dinas yaitu kecepatan rata-rata yang dicapai dalam
serangkaian dinas pelayaran yang telah dilakukan sutau kapal.
= × ( × × 2
× ) (2.6)
Keterangan:
RT = Total Resistance (N)
17
Ct = Total Coefficient
= Water Density (t/m3)
V2 = Service Speed
S = Wetted Surface of the Ship
Persamaan hambatan total (2.6) dapat dituliskan lebih sederhana jika variabel –
variabel tersebut adalah konstan (α) dan terdapat karakteristik tahanan kapal yang
dapat dilihat pada gambar 2.7 (Adji, Engine Propeller Matching, 2005).
2
= × (2.7)
18
(2.8)
=
Keterangan:
Fn = Froude Number
g = Accleration of Gravity (m/s2)\
L = Ship Length
= + + (2.9)
0.075 (2.10)
=
( 10 − 2)²
Keterangan:
Cr = Coefficient Residu
Cf = Coefficient Residu
Ca = Coefficient Added
Rn = Reynold Number
19
For vessels with L ≤ 100 m, (Resistance and Propulsion Of Ship, 1983).
20
Gambar 2.8 Diagram koefesien hambatan sisa dengan rasio kecepatan
dan panjang untuk setiap nilai Cp kapal (Harvald, 1983)
21
diawali dengan perhitungan daya-daya yang dibutuhkan hingga mendapatkan daya
motor yang akan di instal. Daya-daya tersebut antara lain Daya Efektif (Effective
Power-PE), Daya Dorong (Thrust Power-PT), Daya yang disalurkan (Delivered
Power-PD), Daya Poros (Shaft Power-PS), Daya Rem (Brake Power-PB) dan Daya
yang diindikasi (Indicated Power-PI) (Adji, Engine Propeller Matching, 2005).
Daya efektif (PE) adalah daya yang diperlukan oleh sebuah kapal untuk
mengatasi hambatan yang bekerja dibagian lambung pada kecepatan tertentu.
Sehingga daya efektif merupakan fungsi dari hambatan total dan kecepatan kapal.
Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan besarnya daya efektif adalah (Adji,
Engine Propeller Matching, 2005):
= × (2.14)
Daya dorong adalah daya yang diperoleh dari alat gerak kapal
(propulsor) ketika sedang bekerja untuk mendorong badan kapal. Sehingga daya
dorong merupakan fugsi dari daya dorong dan laju aliran fluida yang terjadi ketika
alat gerak kapal bekerja. Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan besarnya
daya dorong adalah (Adji, Engine Propeller Matching, 2005):
= × (2.15)
= (1– ) (2.16)
Keterangan:
Va = Advanced Speed
w = Wake Friction
Daya yang disalurkan (PD) adalah daya yang berada pada baling-baling
kapal setelah melalui motor penggerak, kemudian akan dirubah menjadi daya
dorong kapal (PT). Didalam perhitungan daya yang disalurkan terdapat variabel
yang berpengaruh yaitu torsi yang disalurkan dan putaran baling-baling, sehingga
persamaan nya sebagai berikut (Adji, Engine Propeller Matching, 2005):
= 2 × × (2.17)
Keterangan:
22
= Torsi Baling – baling (KN.m)
= Putaran Baling – baling (rps)
Daya poros (PS) adalah daya yang berada pada poros atau lebih tepatnya
daya yang terukur dari ujung poros hingga didepan bantalan tabung poros (stern
tube) dari sistem perporosan kapal. Untuk kamar mesin yang terletak dibelakang
dari badan kapal, maka besarnya losses pada daya poros adalah berkisar 2 – 3 %.
Jika kamar mesin teletak disekitar tengah kapal ataupun didepan, maka besarnya
losses akan lebih besar. Istilah daya rem (PB) adalah daya yang bekerja pada motor
penggerak utama (main engine). Secara singkat daya-daya yang bekerja pada
penggerak kapal dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah (Adji, Engine Propeller
Matching, 2005).
Pada gambar 2.9 dapat dilihat letak Effectice Horse Power, Thrust
Horse Power, Deliverd Horse Power dan Shaft Horse Power. Pada setiap bagian
terdapat nilai effisiensinya masing-masing sehingga bisa didapatkan daya mesin
induk yang akan digunakan (Adji, Engine Propeller Matching, 2005).
23
berhubungan dengan sarat kapal, freeboard, dan displacement. Hasil dari
perhitungan DWT dan LWT akan dijumlahkan untuk mendapatkan titik berat kapal,
kemudian dilanjutkan untuk menghitung stabilitas kapal (Suhardhito, 2015).
2. Lightweight (LWT)
LWT adalah berat kapal kosong termasuk mesin, permesinan,
perpipaan, berat baja kapal, berat outfit and accommodation.
Ditinjau dari sifatnya, stabilitas kapal dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu stabilitas statis dan stabilitas dinamis. Stabilitas statis adalah stabilitas kapal
ketika dalam keadaan diam yang terdiri dari stabilias melintang dan membujur
(Kemendikbud RI, 2013).
24
1. Stabilitas melintang adalah kemampuan kapal untuk kembali
tegak saat mengalami kemiringan pada arah melintang yang
disebabkan oleh pengaruh luar yang bekerja. Untuk kemiringan 0°
- 15° adalah sudut kemiringan kecil dan lebih dari 15° untuk sudut
kemiringan besar.
2. Stabilitas membujur adalah kemampuan kapal untuk kembali ke
posisi semula setelah mengalami kemiringan pada arah membujur
yang disebabkan oleh pengaruh luar yang bekerja.
25
Gambar 2.10 Titik berat kapal (G) (Kemendikbud RI, 2013)
26
besarnya sudut kemiringan. Pada gambarnya letak posisi M dapat
dilihat seperti gambar 2.12.
Setelah mengetahui apa saja titik-titik penting pada stabilitas kapal, terdapat
hubungan antara kedudukan titik berat (G) dan titik metasentrum (M), maka bila
ditinjau dari hubungan tesebut ada beberapa macam keadaan stabilitas yaitu:
1. Stabilitas positif
Keadaan stabilitas kapal ini adalah apabila posisi titik G berada
lebih rendah dari posisi titik M, sehingga ketika kapal pada posisi
miring akan membentuk lengan penegak yang mendorong kapal
tegak kembali atau disebut kapal memiliki stabilitas yang baik
seperti pada gambar 2.13 (Kemendikbud RI, 2013).
2. Stabilitas negatif
27
Keadaan stabilitas kapal negatif apabila posisi titik G berada lebih
tinggi atau diatas dari posisi titik M, sehingga ketika kapal pada keadaan
miring kapal tidak mampu untuk kembali pada keadaan tegak, tetapi
kemiringan akan terus bertambah besar seperti pada gambar 2.14
(Kemendikbud RI, 2013).
3. Stabilitas netral
Kapal memiliki stabilitas netral apabila posisi titik G berimpit
dengan posisi titik M. Oleh karena jarak dari kedua gaya yang
membentuk gaya pengembali sama dengan nol, maka momen
penegak kapal juga sama dengan nol atau kapal tidak memiliki
kemampuan untuk kembali ke posisi tegak ketika kapal dalam
keadaan miring seperti pada gambar 2.15 (Kemendikbud RI,
2013).
28
Gambar 2.15 Stabilitas netral (Kemendikbud RI, 2013)
29
2.8 Lines Plan dan General Arrangement Kapal
Gambar rencana garis kapal (Lines Plan) adalah gambar dari bentuk lengkung
potongan badan kapal, baik potongan vertikal memanjang (Sheer Plan), atau
potongan secara horizontal memanjang (Half Breadth Plan), maupun potongan
secara melintang badan kapal (Body Plan) (Sumaryanto, 2013). Untuk contoh lines
plan kapal tugboat dapat dilihat pada gambar 2.17.
Desain dari rencana umum kapal (Genereal Arrangement) berupa penentuan
dari ruangan-ruangan di kapal, letak dan jalan untuk segela kegiatan dan peralatan
yang dibutuhkan di kapal (Anam, 2015). Untuk contoh general arrangement kapal
tugboat dapat dilihat pada gambar 2.18.
30
Gambar 2.18 General arrangement kapal tugboat (NZMB, 2016)
Pada gambar 2.17 dan gambar 2.18 dapat dilihat desain kapal tugboat
memiliki beberapa ciri khusus. Bagian buritan kapal dibuat agar memenuhi untuk
menggunakan 2 buah poros dan propeller, bagian lambung juga dibuat kotak agar
memenuhi dengan fungsinya. Tedapat damprah yang mengelilingi kapal agar setiap
kapal tugboat menunda kapal lain dengan cara mendorong tidak merusak bagian
lambung (Suhardjito, 2006).
31
(halaman ini sengaja dikosongkan)
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
33
3.1.2 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data harus dilakukan agar dapat memulai
pengerjaan tugas akhir. Data-data yang dikumpulkan merupakan data yang
berhubungan dan menunjang tugas akhir yang dibuat. Metode dalam pengumpulan
data bisa menggunakan metode langsung ataupun metode tidak langsung. Adapun
beberapa data yang akan diperlukan yaitu data kapal pembanding, area pelayaran,
dan data kapal tongkang.
34
3.2 Diagram Alir
MULAI
PEMERIKSAAN
BATASAN DAN TIDAK
REGULASI
YA
KESIMPULAN
DAN SARAN
SELESAI
35
(halaman ini sengaja dikosongkan)
36
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang proses perancangan desain kapal tugboat yang dimulai
penentuan operasi kapal, ukuran utama, desain lines plan, perhitungan tahanan dan
bollard pull, perhitungan daya mesin induk, perhitungan berat dan titik berat kapal,
perhitungan trim, perhitungan stabilitas dan desain general arrangement.
37
Gambar 4.1 Rute Pelayaran Kapal Tugboat (maps.google.com)
(4.1)
=
LOA = 103 m
B = 25 m
H = 6.1 m
T = 4.75 m
Payload = 8.000 ton
Displ = 10655 ton
38
4.2 Penentuan Ukuran Utama Kapal Tugboat
Seperti penentuan operasi kapal tugboat, penentuan ukuran utama kapal
tugboat dalam tugas akhir ini menggunakan parent ship design sehingga
menggunakan ukuran yang sama dengan kapal “TB. TERIK” yang telah terdaftar
di Biro Klasifikasi Indonesia dan masih aktif beroperasi. Kapal tugboat TERIK
memiliki daya mesin sebesar 2 × 1414 HP dan nilai bollard pull sebesar 27,5 ton
berdasarkans sertifikat dari American Bureau of Shipping (ABS). Penentuan ukuran
dengan langkah ini dapat dilakukan karena desain kapal river tugboat tidak
memiliki perbedaan yang signifikan antara kapal river tugboat lainnya. Selain itu
juga mempermudah perancangan kapal tugboat untuk melakukan perhitungan
tahanan kapal dan bollard pull. Contoh gambar river tugboat yang akan didesain
seperti gambar 4.2 dan berikut adalah ukuran utama dari kapal tugboat yang dibuat:
LOA = 31.38 m
LPP = 29.5 m
B =9 m
H = 4.16 m
T = 3.16 m
Pada gambar 4.2 merupakan contoh untuk river tugboat. Perlengkapan towing
dibuat pada bagian buritan kapal dan damprah dipasang mengelilingi kapal pada
bagian lambung serta memiliki draft yang cukup rendah.
39
4.3 Desain Lines Plan
Desain lines plan dilakukan dengan bantuan software Maxsurf Modeler
Advanced V8i. Didalam sofrware maxsurf sudah tersedia untuk lambung kapal
rivertug, sehingga proses pengerjaan yang akan dilakukan adalah memodifikasi
sample design yang tersedia untuk mendapatkan ukuran dan bentuk lambung yang
diinginkan, tetapi tetap memperhatikan koefisien – koefisien yang sudah dihitung
pada tahanan kapal sehingga desain yang dihasilkan pun memiliki nilai tahanan
yang sama. Desain menggunakan Maxsurf Modeler akan menghasilkan tiga gambar
proyeksi yaitu, body plan, sheer plan, dan half breadth plan.
Berikut adalah tahapan – tahapan dalam membuat desain lines plan kapal
menggunakan Maxsurf Modeler:
1. Membuka software maxsurf modeler advanced V8i seperti gambar 4.3
2. Membuka sample design seperti gambar 4.4 pada fitur open design. File
> open design > bently > engineering > Maxsurf 20 V8i > sample design
> workboats > RiverTug
40
Gambar 4.4 Sample Design Rivertug
41
Gambar 4.6 Size Surface
4. Mengatur titik AP, FP, serta draft kapal pada menu frame of
reference. Zero point diposisikan pada AP dan garis vertical pada
baseline seperti gambar 4.7. Data > frame of reference.
42