Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MAGANG

STRATEGI PENGHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERPROFESI


SEBAGAI PEDAGANG KELONTONG DI DESA KALUKUANG,
KECAMATAN GALESONG, KABUPATEN TAKALAR

Nur Amalia Majid (105961113416)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Strategi Penghidupan Masyarakat yang Berprofesi Sebagai


Pedagang Kelontong di Desa Kalukuang, Kecamatan Galesong, Kabupaten
Takalar
Nama : Nur Amalia Majid

Stanbuk : 105961113416

Jurusan : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Makassar, 2 Februari 2018

Telah diperiksa dan disetujui;

Nama:

Nadir, SP, M.Si ( )


Pembimbing

Amruddin, S.Pt, M.Pd, M.Si ( )


Penguji I

Jumiati, SP, M.M ( )


Penguji II

Ketua Program Studi Agribisnis

Amruddin, S.Pt, M.Pd, M.Si


NBM: 873167

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji bagi Allah atasssegala limpahan


nikmatnya yang telah diberikan kepada semua ciptaannya. Sholawat dan salam
tercurah kepada baginda nabi Muhammad SAW yang menjadi nabi dan rosul
kepercayaan Allah untuk membawa ummatnya kepada jalan kebenaran.

Dalam pengerjaan tugas magang ini, penulis berharap dapat memberikan


manfaat bagi pertahanan kehidupan pedagang kelontong di daerha pedesaan,
terkhsusus di desa Kalukuang, kecamatan Galesong. Analisis SWOT digunakan
untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari pedagang
kelontong. Karena sebagian pedagang kelontong yang berada di desa Kalukuang
menjadikan took kelontong sebagai sumber penghasilan utama.

Penulis ucapkan terimakasih banyak bagi paramasyarakat desa Kalukuang


yang telah membantu proses magang ini, sehingga laporan ini bisa terselesaikan.
Proses magang ini melalui banyak prosedur, sehingga penulis berharap bahwa apa
yang telah di lakukan dapat member banyaak manfaat bagi baanyak orang.
Demikian kata pengantarr ini, dan semoga bermanfaat.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................3

1.3 Tujuan Magang ................................................................................3

II. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................4

2.1 Hasil .................................................................................................4

A. Deskripsi Lokasi Magang ...........................................................4

B. Identitas Informan ......................................................................5

2.2 Pembahasan ....................................................................................11

A. Strategi Penghidupan Masyarakat di Desa Kalukuang .....................11

B. Strategi Penghidupan Pedagang Kelontong di Desa Kalukuang .......13

C. Mengukur Kesejahteraan Masyarakat Desa Kalukuang yang Berdagang Kelontong ..........15

III. PENUTUP ............................................................................................22

A. Kesimpulan ...............................................................................22
B. Saran ........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................23

LAMPIRAN ...........................................................................................................24

iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang tiap
tahun terus mengalami peningkatan populasi, yakni pada tahun 2017
mencapai 262 juta jiwa (bps.go.id). Jumlah tersebut selalu meningkat, tapi
tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan ekonomi yang dirasakan oleh
masyarkat. Banyaknya investor yang masuk ke Indonesia berdampak
positif bagi meningkatnya data-data statistik yang menyebutkan bahwa
tingkat pendapatan perkapita Indonesia meningkat, namun pada
kenyataannya kesejahteraan tidak dirasakan oleh orang-orang kalangan
bawah atau dibawah garis kemiskinan. Meskipun pemerintah telah
berusaha dengan keras untuk ikut mensejahterakan masyarakat yang
berada dibawah garis kemiskinan, seperti dengan adanya kartu-kartu
masyarakat (kartu BPJS, kartu Indonesia Sehat, kartu Indonesia pintar dan
lain-lain) tapi itu membuktikan menambah kesusahan masyarakat dibawah
garis kemiskinan untuk merasakan kesejahteraan. Keikutsertaan untuk
memperoleh kartu-kartu tersebut sangat tidak efisien, cukup efektif dalam
penggunaan, tapi untuk memperoleh kartu-kartu tersebut masyarakat harus
bersabar dengan jalur pendaftaran dan masa penantian yang cukup
panjang. Utamanya bagi masyarakat miskin, oleh karena keterbatasan
ekonomi, mereka terkadang mengalami diskriminasi di beberapa instansi,
seperti rumah sakit dan kantor-kantor kapitalis lainnya.
Terlepas dari itu semua, toko-toko modern di Indonesia semakin
berkembang. Keberadaannya mempermudah sebagian masyarakat
menengah keatas, tapi juga mempersulit perekonomian masyarakat
menengah kebawah, contohnya masyarakat yang memiliki toko-toko yang
non-modern, seperti toko kelontong atau grosir/eceran. Toko kelontong
bagi masyarakat menengah kebawah menjadikannya sebagai sumber
penghasilan utama. Dan apabila toko modern berada di sekitar toko
kelontong mereka, hal ini akan mengancam perekonomian mereka.
Karena, pelanggan yang sering berbelanja di toko mereka akan berpindah

1
tempatke took-tokomodern. Life style atau gaya hidup masyarakat
pedesaan dan perkotaan sudahhampir sama. Hal tersebutbanyak tersebar
melalui media yang berkembang pesat. Hadirnya teknologi android
membuat masyarakat desa kini mulai berkembang. Baik dalam hal
berpakaian, maupun pola konsumen.
Namun, pemerintah harus memikirkan hal ini untuk menjaga
kestabilan ekonomi di semua strata kehidupan perekonomian.
Pemerintahharus memikirkan agar pedagang-pedagang kelas menengah
kebawah tetap dapat eksis keberadaannya ditengah-tengah tuntutan
modernitas. Kesejahteraan dapat dicapai tidak hanya saatu sudutpandang
atau dua sudut pandang saja, melainkan dari berbagai aspek. Kehadiran
took modern bagi took kelontong membuat pemilik took kelontong segera
berfikir cepat bagaimana strategi untuk mempertahankan usaha mereka,
jika tidak mereka akan mengalami kerugian dan beberapa anggota
keluarga yang bergantung dengan penghasilan berdagang kelontong
tersebut akan ikut merasakan kerugian dan ketidak sejahteraannya.
Tempat magang yang beerada di Desa kalukuang merupakan desa
yang berada di kecamatan Galesong, kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Desa tersebut memiliki masyarakat yang berpenghasilan melalui bertani,
nelayan, guru, dan memiliki usahan dagang ritel atau pedagang kelontong.
Pedagang kelontong yang ada di desa Kalukuang menjadikan rumah
mereka sebagai rumah yang berpenghasilan, karena beberapa rumah
terlihat seperti memiliki bangunan kecil di halaman rumah untuk menjual
aneka kebutuhan rumah tangga, seperti shampo, sabun, mie instan, telur,
makanan ringan, susu dan sebagainya.
Desa kalukuang sendiri terdapat beberapa tokomodern yang
terletakdi jalan poros, tersebut ada tiga took modern yang menguasaidesa
kalukuang. Mau atau tidak took kelontong yang berada di sekitar took
modern tersebut harus gulung tikar untuk menghindari kerugian yang lebih
besar. Dan untuk menyambung hidup, mereka beralih profesi menjadi
pembantu tani dan lain-lain. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan,

2
sebaiknya pemerintah membatasi adanya pembangunan took-toko modern
disekitar desa, untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat
desa, terkhusus di desa Kalukuang, kecamatan Galesong, kabupaten
Takalar.
Untuk menganalisis masalah ini, dilakukan menggunakan analisis
SWOT. Analisis ini akan membuktikan bahwa seberapa berpengaruhkah
dampak positif atau negative dari keberadaan took modern yang
menyerang perekonomian masyarakat desa yang berprofesi sebagai
pedagang kelontong. Dalam analisis SWOT ini di aanalisa 4 parameter,
yakni kekuatan (strengths), kelemahan (weaknes), peluang (opportunity),
dan ancaman (threats).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah strategi penghidupan masyarakat didesa kalukuang?
2. Bagaimanakah strategi penghidupan pedagang kelontong di desa
kalukuang?
3. Bagaimanakah cara mengukur kesejahteraan masyarakat desa
kalukuang yang berdagang kelontong?
1.3 Tujuan Magang
1. Untuk mengetahui strategi penghidupan masyarakat di desa kalukuang.
2. Untuk mengetahui strategi penghidupan pedagang kelontong didesa
kalukuang.
3. Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman yang
diperoleh pedagang kelontong di desa Kalukuang.

3
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
A. Deskripsi Lokasi Magang
a. Letak dan Luas Desa/Dusun
Desa Kalukuang merupakan salah satu dari 14 Desa di Wilayah
Kecematan Galesong yang terletak 1 Km dari kota kecamatan. Desa
Kalukuang mempunyai luas wilayah ± 2.500 Ha dan secara administrasi
memiliki 5 dusun, yaitu:
1. Dusun Kalukuang
2. Dusun Salewatang
3. Dusun Bontojai
4. Dusun Panrannuanta
5. Dusun Jempang

Batas Wilayah desa Kalukuang sebagai berikut:

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pa’lalakkang


- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galesong Baru
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontosunggu
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pa’rasangan Beru
b. Jumlah Penduduk/Mata Pencaharian
Desa Kalukuang degan luas wilayah sekitar 2.500 Ha, yang terdiri
dari 5 Dusun dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani,
dengan jumlah penyebaran penduduknya sebagai berikut:

4
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Kalukuang

Luas Jumlah Jumlah KK Jumlah Laki-


No Nama Dusun Perempuan
Wilayah KK Muskin Jiwa Laki
1 Jempang 525 213 112 903 433 470
2 Panrannuanta 475 171 88 630 310 320
3 Bontojai 678 153 78 528 287 241
4 Salewatang 502 115 81 418 197 221
5 Kalukuang 329 99 58 382 185 197
Jumlah 2509 751 417 2861 1412 1449
Sumber: Laporan Tahunan Anggaran Desa Kalukuang, Kecamatan
Galesong, Kabupaten Takalar

B. Identitas Informan
1. Informan 1

Nama Dg Ratu
Usia 32 tahun
Jenis kelamin P
Jumlah anggota keluarga inti 7
Tahun dibangun usaha 2015
Jenis usaha Kelontongan/campuran
Jenis usaha lainnya petani dan pedagang
Modal awal Rp2.000.000
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Dg Ratu,
toko kecil yang dimilikinya hanya sebagai sampingan untuk mencukupi
kebutuhan dapur. Pekerjaan utama Dg Ratu beserta suaminya adalah buruh
tani. Mereka menghidupi 4 anak dengan mengandalkan sawah orang dan
warung tersebut. Jadi memang yang menjadi sumber pembantu dana
dalam rumah tangga mereka adalah toko kelontongan yang mereka bangun
sejak tahun 2015. Saat itu, belum ada toko modern yang berdiri disekitar
desa Kalukuaang, jadi toko ibu Dg Rampu cukup laris. Setelah keberadaan

5
toko modern tersebut, tingkat penjualan toko Dg Ratu mulai menurun, dan
Dg Ratu menjual kebutuhan konsumen apa adanya.
Dg Ratu membeli barang dagangan di pasar galesong, dan
menjualnya dengan keuntungan yang relative sedikit, yaitu Rp 500 – Rp
1.000 per produk. Barang yang paling laris adalah rokok, karena memang
pemuda di sekitar toko Dg Rampu senang mengkonsumsi rokok. Adapun
barang-barang yang dijualdi toko Dg Rampu adalah kebutuhan sehari-hari,
seperti sabun mandi, shampoo,odol, biskuir, makanan ringan dan lain-lain.
Yang menjadi konsumen dari toko Dg Rampu adalah anak-anak dan anak
laki-laki yang mengkonsumsi rokok. Sesekali Dg Rampu menjual bensin
eceran Rp 10.000 akan tetapi, Dg Rampu melakukan system penjualan dan
persediaan bahan baku yang tidak rutin, atausecara acak (sesuai
keinginan). Persediaan bahan baku tidak disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen, tetapi keinginan sendiri.
2. Informan 2

Nama Nur Intan, Dg Tanang


Usia 46 tahun
Jenis kelamin P
Jumlah anggota keluarga
inti 3
Tahun dibangun usaha 2005
Jenis usaha Kelontongan/campuran
pembuat batu bata dan
Jenis usaha lainnya pedagang
Modal awal Rp3.000.000

Toko kelontong yang dibangun oleh Dg Tanang sudah berdiri


sejak tahun 2005. Barang yang dijual beraneka ragam. Namun, kadang
kala dirasakan kerugian karena saat kembali melengkapi kebutuhan
toko, terus dilakukan penmabahan modal. Hal ini terjadi karena tingkat
penjualan mulai menurun, keberadaan saingan dengan toko yang sama
di sekitar rumah serta toko modern yang ada di lingkungan desa
Kalukuang. Sewaktu awal usaha berjalan dengan lancer, karena

6
kurangnya pesaing. Lokasi penjualan yang dekat dengan lokasi sekolah
dan tempat belajar mengaji (TPA) anak-anak membuatnya ramai dan
laris oleh jajanan anak kecil seperti kerupuk, permen dan makanan-
makanan kecillainnya. Gula, minyak dan terigu juga ikut dijual di toko
tersebut, namun semenjak adanyatoko modern barang tersebut tidak
dijual lagi, karena harga yang ditawarkan di toko modern ternyata lebih
murah dibandingkan dengan harga yang di tawarkan di toko Dg
Tanang.
Sumber bahan baku di ambil dari ruko Mariolo yang terletak di
Jl. Limbung, karena baran-barang di toko tersebut lebih murah
dibandingkan jika harus membeli dipasar. namun, untuk melengkapi
semua kebutuhan rumah tangga dan sekolah anaknya, Dg Tanang
memilih menjadi pembuat batu merah dengan mempekerjakan orang
lain. Modal tersebut di ambil dari hasil keuntungan toko kelontong
sewaktu belum banyaknya muncul saingan baik dari sesama pedagang
kelontong maupun dari toko modern. Keuntungan yang dihaasilkan pun
tak banyak, berkisar antara Rp 100 – Rp 1.000 per produk. Adanya
pelanggan yang berhutang membuat pemasukan semakin berkurang,
jadi penghasilan terbesar yang Dg Kanang rasakan bukan lagi bertitik
pada toko kelontong, tapi sudah beralih pada hasil percetakan batu bata.
3. Informan 3

Nama Yuni
Usia 33 tahun
Jenis kelamin P
Jumlah anggota keluarga inti 9
Tahun dibangun usaha 2014
Jenis usaha Kelontongan/campuran
Jenis usaha lainnya petani dan pedagang
Modal awal Rp 5.000.000

Toko kelontong tersebut dimiliki oleh Yuni yang berusia 33


tahun, memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 9 orang dan sumber
mata pencaharian selain dari berdagang kelontong adalah dengan

7
bertani dan menjual ikan. Ibu Yuni memiliki tanah untuk digarap, dan
ikan yang dijual berasal dari pelelangan ikan yang lokasinya tak jauh
dari desa Kalukuang.
Selain menjual bahan campuran, ibu Yuni juga menjual aneka
gorengan dan kue-kue manis. Hal ini dilakukan karena ada beberapa
konsumen yang menyukai makanan tersebut. Dan disekitar lokasi
penjualan yang juga dalah rumah bu Yuni belum ada yang memiliki
jualan yang sejenis. Jadi, disamping menjual kelontongan, ibu Yuni
juga mendapatkan keuntungan dari menjual gorengan dan kue-kue
manis. Dagangan gorengan dan kue manis ibu Yuni selalu laris di beli
oleh konsumen, hal ini yang akan menambah profit dan menutupi
kerugian dari berdagang kelontong. Berdagang kelontong tetap ibu
Yuni pertahankan, karena untuk memenuhi kebutuhan dapurnya ibu
Yuni menjadikan toko kelontong sebagai pelengkap kebutuhan sehari-
harinya. Meskipun keuntungan yang diperoleh dari berdagang
kelontong tidak lah banyak. Rata-rata keuntungan perbungkus dari
kerupuk atau dagangan lainnya adalah berkisar Ro100 – Rp 1.000.
Selain itu, ibu Yuni tidak memiliki pekerjaan lain selain menjaga toko,
sehingga ibu Yuni bisa maksimal menjadi pengurus pedagang
kelontong tersebut.
Ada banyak pedagang kelontong sejenis yang berdiri disekitar
toko kelontong ibu Yuni, tapi itu tidak mempengaruhi keuntungan dan
kerugian dari dagangan ibu Yuni. Penjualan gorengan dan kue manis
cukup membuat toko ramai. Anak-anak yang bermain disekitar toko
juga biasanya suka membelanjakan uang mereka ke toko bu Yuni. Toko
kelontong bukanlah sumber penghasilan utama, akan tetapi keuntungan
dari berdagang tersebut cukup membantu menutupi kebutuhan dapur
untuk mencukupi 9 orang anggota keluarga. Sumber pencaharian ada
dari berbagai macam pekerjaan. Jika waktu bertani yang bagus datang,
maka suami ibu Yuni yang akan kesawah, dan jika keluarga ibu Yuni
membutuhkan tambahan dana, suami ibu Yuni menjual ikan di pasar.

8
Mereka hidup dengan sederhana. Ancaman dari usaha dagang
kelontong mereka adalah adanya konsumen yang sering berhutang.
Yang berhutanglah yang akan membuat kerugian semakin besar, karena
keuntungan yang diperoleh oeh pedagang kelontong tidak banyak, dan
jika ditambah dengan konsumen yang berhutang maka kerugian akan
semakin besar dan toko akan terancam tutup. Namun, hal ini tidak
terlalu difikirkan oleh ibu Yuni karena konsumen yang berhutang akan
merasa malu sendiri jika lewat depan rumah. Toko ibu Yuni merupakan
toko yang dibangun satu bangunan dengan rumah mukim warga
sehingga interaksi warga antar satu sama lain terjalin dengan baik.
4. Informan 4

Nama Supriadi Dg.Tarra'


Usia 31 tahun
Jenis kelamin L
Jumlah anggota keluarga
inti 6
Tahun dibangun usaha 2015
Kelontongan, pembayaran listrik,
Jenis usaha pulsa
Jenis pekerjaan lainnya pegawai dan petani
Modal awal Rp10.000.000

Bernama Supriadi Dg Tarra, berusia 31 tahun, memiliki jumlah


tanggungan keluarga sebanyak 6 orang. Membangun usaha kelontongan
sejak tahun 2015. Jenis usaha kelontongan yang dibangun bersamaan
dengan penjualan pulsa dan pembayaran tagihan listrik. Jenis pekerjaan
lain yang menjadi sumber pencaharian adalah pegawai swasta dan
petani. Dg Tarra merupakan pegawai dari sebuah perusahaan swasta,
dan untuk sehari-harinya yang menjaga toko kelontong tersebut adalah
istri Dg Tarra. Dg Tarra tiap harinya harus bekerja di kantor
sebagaimana pegawai lainnya, setiap sabtu dan minggu adalah hari
libur, dan kebetulan saat wawancar terjadi bertepatan dengan hari
minggu.

9
Modal awal untuk membangun usaha adalah Rp 10.000.000. dan
modal tersebut bertambah dengan membuat bangunan baru dan
tambahan-tambahan produk jualan. Toko Dg Tarra ini lebih ramai
dibandingkan dengan toko-toko kelontong yang ada disekitar, karena
toko ini sangat strategis dibandingkan dengan toko kelontong yang
lainnya. Letaknya yang berhadapan dengan sekolah SMP dan SMA
membuatnya sering dikunjungi oleh siswa baik saat istirahat maupun
saat membutuhkan peralatan-peralatan sekolah.
Keunggulan dari toko kelontong tersebut adala, tersedianya
tempat untuk membayar tagihan listrik dan tempat penjualan pulsa. Di
toko tersebut juga terlihat beberapa unit komputer, dulunya untuk akses
internet atau warnet untuk siswa yang ingin mengerjakan tugas, karena
melihat kondisi sekolah yang tidak memberatkan siswanya dengan
koneksi intenet lagi dan sudah semakin canggihnya fitur-fitur hape yang
memudahkan untuk akses internet, maka komputer itu tidak digunakan
lagi, hanya sesekali digunakan untuk memprint hasil tugas dari siswa-
siswa.
5. Informan 5

Nama Sri Dg.Sayang


Usia 36
Jenis kelamin P
Jumlah anggota keluarga inti 5
Tahun dibangun usaha 2017
Jenis usaha kelontongan/campuran
Jenis pekerjaan lainnya wirausaha (suami)
Modal awal Rp2.500.000

Informan 5 bernama Sri Dg Sayang, merupakan perempuan


berumur 36 tahun dan memiliki 5 orang anggota keluarga termasuk
dirinya. Usaha didirikan pada tahun 2017, usaha tersebut baru berjalan
beberapa bulan. Toko kelontong tersebut didirikan atas dasar untuk
mengisi waktu kosong dari ibu Sri, karena suaminya yang merantau

10
keluar pulau. Jadi, untuk mengisi waktu kosong ibu Sri membuka usaha
dengan berdagang kelontong. Ibu Sri memiliki 2 anak dan 1 orang tua.
Suaminya bekerja di luar pulau untuk menghidupi anak istrinya.
Dengan modal dari suaminya, ibu sri memulai usahanya dengan modal
awal Rp 2.500.000.
Usaha ibu Sri masih kecil-kecilan, jualannya nya pun masih
belum ramai. Meskipun ada banyak toko kelontong yang berdiri
disekitar toko kelontong milik ibu Sri, tetapi ibu Sri tetap ingin
mengembangkan usaha tersebut. Selain ibu Sri bisa terbantu dengan
melengkapi kebutuhan dapur, ibu Sri bisa menghemat untuk
membelanjakan anaknya. Berdasarkan keterangan dari ibu Sri, selama
ia menjadi pedagang kelontong, belum ada kerugian yang dirasakannya,
walaupun keuntungan yang ia dapat masih sangat sedikit, tapi itu semua
tertutupi. Terkadang ibu Sri menambah modal untuk menjual produk
baru dan membuat ramai jualannya. Hal yang dapat menarik pelanggan
dari jualan kelontongan adalah jumlah barang ualan yang berfarian.
Dengan banyak barang yang terlihat, maka dengan sendirinya
konsumen akan tertarik untuk mengunjunginya. Selain itu, tempat yang
nyaman dan strategis juga sangat mempengaruhi.
2.2 Pembahasan
A. Strategi Penghidupan Masyarakat di Desa Kalukuang
Masyarakat desa Kalukuang mayoritas berprofesi sebagai petani,
ada yang sebagai petani di sawah sendiri dan ada petani sewa. Untuk
petani di sawah sendiri, mereka mengolah sawah dengan usaha sendiri
sehingga hasil panen menjadi milik keluarga sendiri, sedangkan petani
sewa mengolah lahan milik orang lain sehingga saat panen dilakukan bagi
hasil kepada pemilik lahan. Jenis tanaman yang banyak di tanamn di desa
Kalukuang adalah padi, jagung, sayur-syuran (kangkung) dan cabe rawit.
Padi dan jagung biasanya di tanam dalam satu wilayah yang sama. Setelah
panen padi, untuk menunggu musim hujan, petani menanam jagung di

11
lahan sawah mereka. Usia panen jagung berkisar 3 bulan, dan untuk
menggarap sawah juga butuh waktu beberapa bulan.
Beberapa penduduk di desa Kalukuang juga adalah pendatang.
Seperti ibu Yuni yang berasal dari Pasuruan, karena menikah dengan
orang Kalukuang, jadi domisilinya berpindah di desa Kalukuang.
Beberapa warga juga ada yang berprofesi sebagai PNS dan polisi, tapi
tidak banyak. Mayoritas adalah petani, dan mereka sangat membutuhkan
pmberdayaan. Penyuluhan yang di programkan oleh pemerintah adalah hal
yang sangat bermanfaat bagi para petani. Mengenai pemasaran,
masyarakat desa Kalukuang memerlukan pengetahuan yang lebih baik
karena hasil tani yang mereka tanam, di jual dengan barang mentah.
Bahkan, hasil yang didapatkan oleh petani lebih sedikit dibandingkan yang
bisa didapat oleh pedagang pengumpul. Seorang petani di tanya tentang
hal ini, akan tetapi ia menjawab bahwa bertani sudah merupakan hobinya
dan mengenai keuntungan itu adalah hak setiap orang, tidak bisa memiliki
hati yang iri atas pendapatan yang orang lain dapatkan.
Jika melihat dari informan/sampel yang telah di wawancarai, dan
setlah melakukan KKP (Kuliah Kerja Praktek) di desa Kalukuang dan
telah melakukan banyak interaksi dengan masyarakat, maka dapat di
pahami bahwa strategi penghidupan masyarakat desa Kalukuang terkait
dengan sumber pencahariannya adalah tidak bertumpu pada satu sumber
saja, melainkan dari banya sumber. Satu orang memiliki banyak usaha.
Contohnya seorang warga yang memiliki lahan, menggarap lahannya
dengan menanam sawah dan setelah padi di panen sawah tersebut ditanami
dengan jagung. Dan untuk memanfaatkan waktu kosong di sela-sela
kegiatan bertani, laut yang kaya akan hasil ikan dan lokasinya berada di
sekitar desa Kalukuang dimanfaatkan masyarakat. Para laki-laki desa
Kalukuang biasanya mereka membeli ikan di pelelangan dengan harga
murah, dan menjualnya kembali di pasar0pasar umum dengan nilai harga
yang lebih tinggi. Bahkan ada juga yang memiliki kapal untuk menangkap
ikan di laut. Masyarakat desa kalukuang, masih memiliki kekayaan alam

12
yang sangat melimpah, darat dan lautan memiliki harta karun yang sangat
berharga. Desa Kalukuang hanya membutuhkan pengolah untuk
memanfaatkan segala kekayaan yang tersimpan didalamnya. Jika alam
dapat dikelola dengan baik, maka masyarakat dapat hidup dengan mandiri
tanpa membutuhkan uluran tangan orang lain lagi.
Dan untuk ibu-ibu rumah tangga yang suaminya bekerja di sawah
atau berjualan dipasar, mereka rata-rata membuka usaha di rumah. Salah
satu usaha yang populer dan banyak diminati oleh membuka usaha
kelontongan atau menjual barang campuran seperti makanan kecil,
kebuthan0kebutuhan dapur, pulsa minuman, bayar listrik dan lain-lain.
Toko kelontongan kelihatan berdekatan dan tidak cukup 100 M sudah
terlihat toko kelontongan yang bisa menjadi saingan.
B. Strategi Penghidupan Pedagang Kelontong di Desa Kalukuang
Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat dipahami bahwa
mayoritas masyarakat desa Kalukuang yang membuka toko kelontong
karena atas dasar mengisi waktu luang dan untuk sekedar melengkapi
kebutuhan dapurnya. Namun, seiring berjalannya waktu toko kelontong
tersebut semakin besar dan menjadi sumber penghasilan utama.
Keuntungan yang dihasilkan oleh pedagang kelontong tidak lah banyak,
yakni hanya berkisar Rp 500 – Rp 1.000. Angka yang sedikit. Dan untuk
memulai usaha kelontongan dibutuhkan modal yang banyak dan mental
yang kuat. Rata-rata modal yang di gunakan untuk memulai usaha
kelontongan adalah berkisar Rp 2.000.000 – Rp 10.000.000. Dan untuk
modal tersebut, pedagang kadang menambahnya untuk menambah produk
yang baru juga, untuk menangani defisit keuntungan yang menghampiri
kerugian, beberapa dari pedagang kelontong membuka usaha baru atau
usaha sampinga. Mereka menjual gorengan, pulsa, pembayaran listrik,
ataupun tempat print. itu semua di lakukan untuk menutupi kerugian yang
di peroleh dari berdagang kelontong. Tapi ketika pedagang kelontong
tersebut di tanya mengenai kerugian, mereka tidak merasakannya karena
jenis jualan mereka saling menutupi. Saat terjadi kerugian di jualan yang

13
satunya, kemudian yang satunya dapat menutupi kerugian tersebut. Jadi,
berdagang kelontong dapat di katakan sebagai solusi untuk menambah
penghasilan ibu rumah tangga dan juga untuk mengisi waktu luang.
Berikuti gambaran strategi penghidupan oleh pedagang kelontong
desa Kalukuang yang di dominasi oleh kaum perempuan yang sudah
berumah tangga (ibu-ibu):

• Bertani
• Nelayan/jual ikan di pasar
Laki-laki • Mencetak batu bata
• Berkantor (PNS, Guru)

• Mengurus rumah tangga


• Membantu suami untuk
Perempuan bertani
• Berdagang kelontong

Dari bagan diatas maka dapat di pahami bahwa, kaum perempuan


atau ibu-ibu memiliki potensi yang besar untuk membuka usaha dagang
kelontong ini. Usaha dagang kelontong membutuhkan tenaga harian yang
bisa dikatakan dengan waktu 1x24 jam, dan setiap hari. Meski keuntungan
yang di hasilkan tidaklah banyak akan tetapi itu sangat bermanfaat untuk
memberdayakan tenaga ibu-ibu yang menganggur. Adapun sala seorang
informan yang yang diwawancarai dan bergender laki-laki mengatakan
bahwa usaha kelontong tersebut dibangun untuk istrinya, dengan alsan
untuk memberikan kegiatan kepada istri yang bukan penduduk asli desa
Kalukuang, dan untuk bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar
olehnya itu usaha kelontong itu di buat. Ada pula ibu-ibu yang di

14
wawancarai mengatakan bahwa alasannya membuka usaha kelontong
untuk mengisi waktu luang karena suaminya sedang merantu dan bekerja
di luar pulau. Dia hanya tinggal bersama anak dan orangtuanya. Dan untuk
sehari-hari ia hanya fokus merawat anaknya yang masih kecil. Dari sini
kita bisa melihat bahwa rata-rata ibu-ibu yang berada di desa Kalukuang
membuka usaha kelontongan ini untuk mengisi waktu senggang mereka,
meskipun sudah banyak yang membuka usaha tersebut tetapi mereka tetap
membuka usaha kelontong dan mempertahankannya.
Ada banyak manfaat yang bisa di hasilkan dari berdagang
kelontong, selain untuk mengisi waktu luang juga bisa menghasilkan
keuntungan. Seharusnya pemerintah setempat bisa melihat peluang ini dan
membukakan usaha baru untuk para ibu-ibu yang memiliki banyak waktu
senggang. Pelatihan berwirausaha perlu di lakukan untuk para ibu-ibu di
desa kalukuang. Desa Kalukuang memiliki banyak potensi yang bisa di
kembangkan, dan jika semuanya bisa dimanfaatkan dengan maksimal
maka kesejahteraan dan ketentraman hidup di desa terebut akan dirasakan.
Sebab, inti dari pembangunan masyarakat adalah kesejahteraan.
Kesejahteraan dapat diraih dengan memiliki strategi penghidupan yang
baik.
C. Mengukur Kesejahteraan Masyarakat Desa Kalukuang yang
Berdagang Kelontong
Untuk mengukur kesejahteraan masyarakat desa kalukuang yang
berdagang kelontong, digunakan analisis SWOT. Analisis ini untuk
mengetahui sejauh mana pedagang kelontong mampu mengambil peluang
dari kekuatan yang dimiliki dan sejauh mana pedagang kelontong mampu
menghadapi ancaman dan memberi solusi terhadap kelemahan. Berikut
analisisnya:
Daniel Start dan Ingie Hovland mengatakan bahwa analisis SWOT
adalah instrument perencanaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan eksternal,
dan ancaman. Menurut Freddy Rangkuti (2009:18) analisis SWOT adalah

15
identifikasi berbagai faktor seecara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuaan, strategi, dan kebijakaan
dengan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi (strategic
planner) harus menganalisis faktor-faktor strateegis perusahaan (kekuatan,
kelemahaan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Menurut Kotler (2009:51) analisis SWOT (strengths, weaknesses,
opportunity, threats) merupakan cara untuk mengamati lingkungan
pemasaran eksternal dan internal. Menurut Hunger (2003:113) dalam
melakukan pengamatan lingkungan, pertama-tama harus diketahui
berbagai variabel yang ada dalam lingkungan sosial dan lingkungan kerja.
Lingkungan sosialmerupakan kekuatan umum yang secara tidak langsung
berhubungan dengan aktivitas-aktivitass organisasi jangka pendek tetapi
seringkali mempengaruhi keputusan jangka panjang, yaitu:
1. Kekuatan ekonomi yang mengatur pertukaran material, uang, energi,
dan informasi.
2. Kekuatan teknologi yang menghassilkan penemuan pemecahan
masalah
3. Kekuatan hukum-politik yang mengalokasikan kekuasaan dan
menyediakan pemaksaan dan perlindungan hukum dan aturan-aturan.
4. Kekuatan sosio cultural yangmengatur nilai-nilai, adat istiadat dan
kebiasaan lingkungan.
a. Analisis lingkungan internal
Menurut Jatmiko (2004:68) analisis lingkungan internaldisebut juga
analisis kekuatan dan kelemahan. Adapun identifiksi yangterdapat dalam
lingkungan internal perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Aspek pemasaran
2. Aspek keuangan dan akuntansi

16
3. Aspek sumber daya manusia
4. Aspek produksi/operasi dan peneliti dan pengembangan
5. Aspek system informasi
b. Analisis lingkungan eksternal
Lingkunan eksternal bisa dikatakan sebagai komponen-komponen atau
veriabellingkungan yang berada atau berasal dari luar
organisasi/perusahaan. Komponen ini lebih cenderung diperlukan sebagai
sesuatu yang mau tidakmau harus diterima, tinggal bagaimana organisasi
berkompromi atau menyiasati komponen-komponen tersebut (Dirgantoro,
2004:40).
Menurut Jatmiko (2004:38) analisis lingkungan eksternal dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni:
1. Lingkungan eksternal makro:
- Faktor fisik atau ekologi
- Faktor ekonomi
- Faktor sosial
- Faktor politik dan hukum
- Faktor teknologi
- Faktor demografis
2. Lingkungan eksternal mikro:
Menurut Jatmiko (2004:44) lingkungan eksternal mikro merupakan
lingkungan ekternal yang diana perusahaan mempunyai sedikit
kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi yang dapat
dilihat dari:
- Ancaman pesaing baru
- Kekuataan pemasok
- Kekuatan pembeli/pelanggan
- Ancaman produk pengganti

17
Tabel 1. Kekuatan dan Kelemahan (internal)
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Waknesses)
Menyiapkan kebutuhan harian Tidak mampu menghadirkan produk
konsumen sekitar desa Kalukuang baru
Pemilik toko memiliki waktu yang Pemilik pasrah dengan keadaan
cukup banyak, karena tidak terikat oleh
instansi lainnya sehingga bisa terus
mengontrol penjualan dan pmbelian
toko kelontong
Keyakinan akan rejeki yang tidak Kurangnya motivasi dan inovasi dari
tertukar pemilik
Keyakinan akan baiknya seseorang Tidak banyak pilihan produk
yang berbagi rejeki dengan orang yang Sedikit keuntungan yang bisa
membutuhkan dihasilkan
Adanya pelanggan yang berhutang

Kekuatan dari toko kelontong yang dibangun adalah penjual hanya


menyiapkan barang yang dibutuhkan konsumen disekitar toko, seperti: sabun
mandi, sabun cuci piring, shampo, makanan ringan untuk jajanan anak-anak yang
bermain disekitar toko, dan lain-lain. Meski banyak yang memiliki toko kelontong
di sekitar desa Kalukuang, tapi jarak rumah juga berpengaruh. Mereka pun
memiliki waktu yang cukup banyak untuk bisa mengontrol penjualan di toko
kelontong yang mereka miliki. Mereka (para pedagang kelontong) memiliki
waktu yang cukup banyak untuk mengontrolnya, berdagang kelontong memang
dijadikan pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu kosong usai bekerja dari
sawah. Pengetahuan agama yang uat dari pedagang membuatnya menjadi
kekuatan dalam menjalankan usahanya, bahwa segala rejeki telah di atur oleh
yang maha kuasa, dan barangsiapa yang senang berbagi baik itu rejeki ataupun
yang lainnya niscaya Allah akan menambah rejekinya.

18
Kelemahan dari berdagang kelontong adalah tidak mampunya
menghadirkan produk baru, oleh karena itu tingkat kesukaan pelanggan akan
berkembang menrun, dan akan semakin menurun dengan munculnya ancaman-
ancaman baru. Ancaman bisa di hindari asalkan pedagang kelontong mampu
melakukan inovasi. Inovasi pedagang kelontong di desa Kalukuang belum merata,
Dg Kanang yang memiliki toko kelontong juga berjualan gorengan dan kue manis
sehingga pelanggan tidak bosan dengan jualan yang monoton atau tidak berubah.
Berdagang kelontong juga tidak menghasilkan banyak keuntungan, hanya berkisar
antara Rp 100 – Rp 1.000. jadi, pedagang yang tidak memiliki jualan yang banyak
hanya memperoleh sedikit keuntungan. Selain itu, adanya pelanggan yang
berhutang akan menimbulkan kerugian. Hal ini sering terjadi di masyarakat desa
bertetangga.

Tabel 2. Analisis Peluang dan Ancaman (eksternal)


Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
Dekat dengan rumah masyarakat Muncul nya toko sejenis disekitar
tempat penjualan
Tidak perlu antrian Munculnya toko modern disekitar jalan
poros desa Kalukuang
Anak-anak yang bermain disekitar Tidak stabilnya harga di pasar
rumah
Berada di lingkungan sekitar sekolah
dan tempat belajar mengaji (TPA)

Peluang dari pedagang kelontong adalah lokasi toko yang berdekatan


dengan rumah penduduk sehingga memiliki pelanggan tetap, dan target penjualan
adalah hanya untuk melengkapi kebutuhan pelanggan yang ada disekitar
lingkungan toko kelontong. Untuk membeli di toko kelontong, tidak perlu antrian
karena tidak banyaknya pedagang yang datang, jadi pelanggan bisa langsung
dilayani dengan cepat. Anak-anak kecil yang bermain disekitar toko kelontong
juga menjadi peluang usaha, karena mereka menyukai untuk mengkonsumsi

19
makanan ringan, saat berangkat dari rumah mereka membawa uang jajan dari
orang tua mereka masing-masing. Ketika mereka kehausan saat bermain mereka
bisa langsung membeli di toko kelontong, saat mereka kelaparan dan tidak ingin
pulang kerumah, mereka bisa langsung membeli makanan ringan di toko
kelontong tersebut.

Terdapat 3 ancaman yang dirasakan oleh pedagang kelontong, yakni


ancaman dari sesama pedagang kelontong, ancaman dari toko modern dan
ancaman dari tidak stabilnya harga-harga dipasar. Pertama, ancaman dari
pedagang kelontong, hal ini wajar terjadi karena setiap orang ingin berusaha
menghasilkan sumber penghidupan, sehingga memutuskan untuk membuka usaha
salah satunya usaha toko kelontong. Jika rumah warga yang berdekatan dengan
sekolah maka itu menjadi peluang usaha, dan menjadi ancaman untuk toko
kelontong yang sudah ada. Hal ini tidak bisa dihindari, tapi dengan keyakinan
Allah yang mengatur segala rejeki maka tidak akan ada perasaan sakit hati
diantara pedagang. Ancaman kedua yaitu dari toko modern yang baru-baru ini
didirikan. Atas ijin pemerintah setempat, toko tersebut di bangun, dan hal ini
mengancam keberadaan toko-toko kelontong di sekitar desa, dan akan berbahaya
jika toko tersebut dekat dengan toko modern, toko kelontong akan mengalami
kerugian besar, karena akan banyak pelanggan tetap yang lebih memilih
berbelanja di toko modern tersebut dengan alasan yang bermacam-macam (harga
murah, banyak pilihan barang, ruangan berpendingin, dan dilayani oleh kasir yang
ramah). Alasan ketiga adalah tidak stabilnya harga pasar, hal ini bisa terjadi
sewaktu-waktu, sehingga toko modern yang memiliki analisis untuk kestabilan
harga barang mereka menjadi pilihan terbaik saat harga-harga kebutuhan sehari-
hari mulai naik haganya.

Posisi kuadran

Kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi tersebut sangat baik karena ada


kekuatan yang dimanfatatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan. Untuk
itu dapat digunakan strategi 1 yakni pengembangan (strategi agresif).

20
Kuadran 2 menggambarkan situasi bahwa meskipun organisasi menghadapi
ancaman, namun ada kekuatan yang dapat di andalkan. Untuk itu organisasi dapat
menggunakan alternatif strategi 2, yakni strategi diversifikasi atau strategi
inovasi.

Kuadran 3 menggambarkan bahwa organisasi mengalami kelemahan dalam


berbagai hal (internal), sehingga peluang yang menguntungkan sulit dicapai.
Untuk itu, strategi yang tepat digunakan adalah alternatif strategi 3 yakni
konsolidasi, perbaikan, mengubah cara pandang serta menghilangkan penyebab
maslaah agar ancaman dapat dihindari.

Kuadran 4 menggambarkan situasi organisasi sangat buruk, karena


disamping berbagai kelemahan internal timbul ancaman dari luar. Untuk itu,
alternatig strategi yang digunakan alternatif 4 yaitu strategi defensif, misalnya
peramoingan, pengurangan atau efisiensi dalam semua bidang kegiatan. gambar di
bawah merupakan bagan dari kuadran SWOT;

Dari keterangan di atas mengenai kuadran-kuadan yang di pertimbangkan


dalam analisis SWOT maka dapat di ketahui bahwa kuadran tersebut untuk
memberi alternatif atau solusi terhadap masalah yang dihadapi perusahaan,
organisasi atau usaha yang sedang di jalankan. Oleh karenanya strategi
penghidupan masyarakat desa Kalukuang yang berprofesi sebagai pedagang
kelontong dapat dimasukkan pada kuadran ke-2. Pedangang kelontong tersebut
memiliki kekuatan terhadap waktu dan kontinyuitas bisnis yang baik. Olehnya itu
untuk menghadapi para pesaing, pedagang kelontong butuh memberikan inovasi
terdhadap usaha yang telah di jalankannya. Dengan begitu, usaha mereka akan
semakin berkembang.

21
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Strategi penghidupan masyarakat di desa kalukuang adalah dengan
memanfaatkan hasil alam yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal.
Mayoritas profesi masyarakat desa Kalukuang adalah petani, pencetak
batu dan nelayan. Namun pekerjaan tersebut hanya di kerjakan oleh laki-
laki, dan iu-ibu tinggal di rumah menjadi ibu rumah tangga, atau sesekali
membantu suaminya untuk bertani. Untuk strategi penghidupan, ibu-ibu
membuka warung atau toko kelontong untuk mencukupkan kebutuhan
dapur yang tak diduga.
2. Sstrategi penghidupan pedagang kelontong didesa kalukuang yaitu dengan
memanfaatkan waktu luang yang dimiliki. Ibu-ibu yang di tinggal
suaminya di rumah untuk pergi bekerja memutuskan untuk membuka toko
kelontong untuk mengisi waktu luang, dan dapat memberikan manfaat.
3. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh pedagang
kelontong di desa Kalukuang seperti yang telah di jelaskan di bagian
pembahasan memberikan keterangan bahwa kekuatan mereka berada pada
diri mereka sendiri, yang menyediakan seluruh waktunya untuk mengurus
toko kelontong di samping mengurus rumah tangga. Kelemahan mereka
berada pada jenis produk yang tidak beragam. Peluang mereka adalah
berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat dan sekolah. Ancaman
mereka adalah adanya konsumen yang sering berhutang dan adanya
pesaing, baik pesaing seama pedagan kelontong maupun pedagang modern
(indomaret atau alfamart).
3.2 Saran
1. Pemerintah setempat memberikan pelatihan kewirausahaan
2. Pemerintah mengontrol penyuluh yang bertugas di desa tersebut
3. Sebaiknya ada pembagian jarak untuk membuka usaha yang sejenis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Laporan Perangkat desa tahun 2017. Desa Kalukuang, Kecamatan
Galesong, Kabupaten Takalar. Takalar.

Rangkuti, Fredi. 2011. SWOT Balanced Scorecard, Teknik Menyusun Strategi


Korporat yang efektif Plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

23
LAMPIRAN

Gambar 1. Informan 1 Gambar 2. Informan 2

Gambar 3. Informan 3

24
Gambar 5. Informan 5

Gambar 5. Informan 5

25

Anda mungkin juga menyukai