Anda di halaman 1dari 20

STATUS PASIEN UJIAN

Disusun oleh :
Ulyandini
1102013292

Penguji :
dr. Asmarahadi Sp.KJ
dr. Agung Frijanto, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN GROGOL
PERIODE 22 MEI 2017 – 24 JUNI 2017

1
Status Psikiatri

Nama : Ulyandini NIM :1102013292 (FK Yarsi)


Dokter penguji 1: Tanda Tangan:
dr. Asmarahadi Sp.KJ
Dokter penguji 2: Tanda Tangan:
dr. Agung Frijanto, Sp.KJ

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny A
Tempat dan Tanggal Lahir : Tanggerang,24-06-1983
Umur : 32th
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Bangsa/Suku : Betawi
Agama : Islam
Alamat : KP jembatan papan RT.004/005
Kiasa payung pakuhaji. Kabupaten
Tanggerang Banten 15570
Dokter yang Merawat : dr. Savitri Sp.KJ
Tanggal Masuk RSJSH : 13 juni 2017
Ruang Perawatan : Bangsal Kenanga
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar Keluarga

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis
 Tanggal 16 Juni 2017, pukul 12:40 WIB, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit
Jiwa Soeharto Heerdjan.
 Tanggal 16 Juni 2017, pukul 16:30 WIB, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit
Jiwa Soeharto Heerdjan.

2
 Tanggal 17 Juni 2017, pukul 10.00 WIB, diBangsal Kenanga Rumah Sakit
Jiwa Soeharto Heerfjan.

Alloanamnesis
 Tanggal 16 Junii 2017, pukul 17:30 WIB. Alloanamnesis dilakukan kepada
kakak ipar pasien di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerjan.
 Tanggal 17 Juni 2017, pukul 12.00 WIB alloanamnesis dilakukan kepada ibu
dan adik pasien di bangsal kenanga Rumah Sakit Soeharto Heerjan.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke RSJSH dibawa oleh keluarganya karena susah tidur dan mengamuk
tanpa sebab SMRS.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke RSJSH pada hari Rabu tanggal 13 Juni 2017 dibawa
oleh ibu, adik, kakak ipar dan tetangganya dengan keluhan pasien susah tidur,
sering marah-marah dan mengamuk tanpa sebab beberapa hari belakangan ini,
pasien juga sering keluyuran keluar rumah tanpa tujuan. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien pernah mengatakan bahwa pasien merasa ada suara-
suara yang membisikinya. Keluarga pasien dan pasien mengaku obat secara
teratur diminum oleh pasien. Ibu pasien mengatakan bahwa gejala-gejala
pasien tersebut kembali timbul sejak suami pasien tidak mempunyai pekerjaan
dan akhirnya pasien merasa kesal dan kepikiran karena merasa banyak
kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh dirinya dan anak pasien yang tidak
dapat terpenuhi.
Saat ini pasien dirawat di bangsal kenanga sejak 2 hari yang lalu.
Sebelumnya pasien dirawat di PICU perempuan selama 2 hari kemudian
dipindahkan. Sekarang pasien tampak jauh lebih tenang dan kooperatif
menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan. Namun pasien tetap tidak
menyadari bahwa pasien sakit dan meminta untuk pulang karena tidak merasa
sakit. Pada hari ke empat pasien dijemput oleh pihak keluarga untuk dibawa
pulang dan mendapatkan terapi rawat jalan.

3
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Gangguan psikiatrik
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah mengalami hal seperti ini
sejak tahun 2000 tepatnya saat pasien berusia 17 tahun, pada awal mulanya
pasien kesurupan semenjak ada tetangganya yang meninggal. Setelah kejadian
kesurupan itu pasien mulai menunjukkan perubahan perilaku seperti sering
marah-marah dan mengamuk tanpa sebab, tertawa dan bicara sendiri dan pasien
mengaku mendegar adanya bisikan. Semenjak adanya gejala ini pasien dibawa
oleh pihak keluarga ke orang pintar A dan tidak ada perubahan pada gejala-
gejala pasien, setelah itu keluarga kembali mencoba pengobatan ke orang pintar
B tetapi tetap tidak menghasilkan perbaikan pada pasien. Setelah pengobatan ke
orang pintar A dan B tidak ada tanda kemajuan keluarga pasien akhirnya
membawa pasien ke suatu pengobatan tradisional, namun karena pengobatan
tersebut mengharuskan pasien untuk rawat inap selama 40 hari akhirnya
keluarga pasien membawa pasien pulang setelah 1 minggu rawat inap, menurut
keluarga pasien setelah pengobatan itu keadaan pasien sedikit membaik,
perasaan pasien sedikit lebih tenang dan gejala sering berbicara sendiri, tertawa
sendiri dan suka keluyuran sedikit berkurang,.
Pada tahun 2005 karena perilaku pasien semakin aneh keluarga pasien
membawa pasien berobat ke dokter, selama pengobatan kedokter tersebut pasien
tidak menjalani rawat inap melainkan hanya rawat jalan, selama rawat jalan
pasein teratur minum obat, dan keluarga pasien juga mengatakan bahwa
semenjak mengkonsumsi obat-obatan pasien tampak lebih baik, gejala-gejala
yang ada seperti suka marah-marah dan mengamuk, tertawa dan bicara sendiri
serta mendengar bisikan- bisikan mulai berkurang, dan pasien dapat
beraktivitas seperti biasanya.
Pada tahun 2015 kemarin setelah pasien melahirkan anak pertamanya pasien
kembali menunjukan gejala-gejala sering marah-marah, mengamuk, tertawa dan
bicara sendiri, keluyuran keluar rumah tanpa tujuan yang jelas. Hal tersebut
diketahui kembali timbul dikarenakan pasien memikirkan suaminya yang tidak
bekerja sedangkan sekarang pasien sudah mempunyai anak dan membutuhkan
uang lebih untuk menghidupi dirinya, suami serta anak yang baru lahir. Setelah
timbulnya kembali gejala-gejala tersebut akhirnya pasien dibawa oleh pihak
keluarga ke RSJSH untuk yang pertama kalinya, dan akhirnya pasien dirawat

4
inap, setelah menjalani rawat inap pasien kembali dibawa pulang oleh pihak
keluarga menurut pihak keluarga setelah menjalani rawat inap di RSJSH pasien
kembali membaik
Pada tahun 2017 pasien kembali dibawa ke RSJSH unuk yang kedua kalinya
karena gejala-gejala yang dulu sudah tidak ditemukan lagi, pada hari Rabu
tanggal 13 juni 2017 kembali terlihat pasien suka marah-marah, mengamuk dan
susah tidur , kemuadian pihak keluarga pasien membawa pasien ke RSJSH dan
pasien dirawat inap kembali, hal tersebut diketahui disebabkan faktor ekonomi
lagi yaitu keadaan suami pasien yang tidak bekerja.

2. Riwayat Gangguan Medik


Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang serius saat kecil, tidak
pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah dioperasi sebelumnya. Pasien
juga tidak pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami
kecelakaan atau trauma pada kepala yang menyebabkan pasien pingsan atau
mengalami penurunan kesadaran.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak memiliki riwayat merokok, minum alkohol maupun
penggunaan NAPZA

5
4. Riwayat gangguan sebelumnya

Tingkat Keparahan Gangguan

Waktu
2000 2005 2015 2016
2000 : 2005 2015 2016

 Pasien  Keadaan  Pasien  13 Juni


mengamuk pasien pertama 2017
semakin kali pasien
 Pasien marah- parh, dirawat di kembali
marah berbicara RSJSH dirawat
 Pasien sendiri
dan  Setelah  Pasien
berbicara dan melahirkan susah
tertawa tertawa
sendiri anak tidur
sendiri pertama
 Pasien pasien  Pasien
 Pasien sering mengamu
keluyuran mendeng kembali
ar bisikan menunjukk k tanpa
keluar rumah sebab
tanpa tujuan kembali an gejala-
gejala
 Pasien  Pasien
mendengar dibawa  Pasien
bisikan kedokter kembali
dan suka
 Pasien dibawa melakuka mengamuk
ke orang n rawat dan marah-
pintar dan jalan dan marah
tidak ada kembali tanpa
kemajuan membaik sebab
6
 Pasien dibawa  Pasien
ke pengobatan suka
D. Riwayat Keluhan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal :


Pasien merupakan anak ke dua dari lima bersaudara yang direncanakan dan
diinginkan oleh orangtuanya. Pasien lahir spontan, selama perkembagan
pasien dari bayi hingga dewasa tidak ada keterlambatan pertumbuhan, dan
diketahui pasien tumbuh dengan normal sampai dewasa.

2. Riwayat Perkembangan fisik


Tidak terdapat kelainan, pasien diakui berkembang baik secara berat badan
dan tinggi badan menurut anak anak seusianya.

3. Riwayat Perkembangan Kepribadian


a. Masa Kanak Awal ( 0 – 3 tahun )
Keluarga pasien tidak ingat mengenai proses tumbuh dan kembangnya
secara pasti, namun menurut keluarga pasien merupakan anak yang aktif,
proses tumbuh kembangnya sesuai dengan anak-anak seusianya, dalam
hal perkembangan berbicara, berjalan, bergerak motorik maupun sensorik.
Ibu pasien mengaku bahwa pasien tidak pernah sakit parah atau kejang
saat kecil.

b. Masa Kanak Pertengahan ( 3 – 11 tahun )


Menurut keluarga pasien memang tipe anak yang pendiam semasa kecil
tetapi pasien tetap senang bermain dengan teman-teman sekitar
lingkungan sekolah maupun didekat rumahnya. Ibu pasien mengatakan
pasien tidak ada keluhan mengikuti pelajaran, patuh, dan tidak memiliki
masalah yang berat saat sekolah, alasan pasien berhenti sekolah sampai
SD hanya karena orangtua tidak mampu membiayai. Pasien juga tidak
pernah sakit parah, demam maupun kejang pada masa ini.

7
c. Masa Kanak Akhir ( Pubertas dan Remaja )
Menurut keluarga pasien semasa remaja pasien tipe anak yang pendiam
namun pasien tetap bisa besosialisasi dengan lingkungan dan pasien juga
tetap mempunyai teman.

4. Riwayat Pendidikan
Pasien merupakan tamatan SD. Menurut keluarga, prestasi pasien biasa saja
saat di bangku sekolah tidak mengalami kesulitan tetapi juga tidak terlalu
menonjol. Pasien berhenti sekolah karena faktor kurang nya biaya dari kedua
orangtua.

5. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja

6. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, pasien jarang menunaikan shalat 5 waktu dan
mengaji.

7. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual


Pasien sudah menikah, dan sudah mempunyai 1 anak.

8. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah
terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.

9. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya selama ini cukup baik, begitu juga
dengan tetangganya, pasien tidak pernah bertengkar/ berselisih dengan
tetangganya. Pasien mengaku kenal dengan tetangganya.

E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke dua dari lima bersaudara. Pasien hidup dalam
keluarga yang harmonis, hubungan orangtua dengan anak baik. Bapak pasien

8
diketahui sudah meninggal, diketahui saat ini pasien tinggal bersama ibu,
suami, anak dan ketiga adiknya. Menurut ibu pasien, kakak dari bapak pasien
juga mengalami hal yang sama seperti pasien.

Genogram Keluarga:

9
: laki-laki

: perempuan

: pasien

: keluarga pasien yang


Sakit

: meninggal dunia

: tinggal satu rumah

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG


Pasien tinggal serumah dengan ibu, suami, anak dan ketiga adiknya.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 16 Juni 2017 pukul 16.30)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang perempuan tampak sesuai dengan usianya, mengenakan
seragam RSJSH lengan pendek berwarna cokelat, dengan celana paendek
berwarna cokelat, dan memakai sandal. Keadaan pasien tampak terawat.
2. Kesadaran
Kesadaran : Composmentis( pasien tampak sadar penuh
saat dilakukan wawancara)
Kesadaran psikiatrik : Tampak terganggu

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik


a. Sebelum Wawancara
Pasien sedang duduk dikursi diarea bangsal kenanga.

10
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di depan pemeriksa, dan menatap wajah
pemeriksa saat diajak berbicara. Tidak terdapat perlambatan gerakan,
kejang, maupun kekakuan gerakan. Selama wawancara pasien menjawab
pertanyaan dengan cukup baik.

c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk
mengakhiri percakapan dan mengucapkan terima kasih.

4. Sikap Terhadap Pemeriksa


Pasien bersikap kooperatif dan sopan.

5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Lancar, pasien bicara spontan, artikulasi jelas, intonasi
dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

B. Alam Perasaan (Emosi)


1. Mood : Hypotim
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : Serasi

C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi :Ada, halusinasi auditorik
b) Ilusi : Tidak ada
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada

11
D. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan SD
2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama Presiden Indonesia yang
dahulu adalah Jokowi).
3. Kecerdasan Rata-rata (pasien tidak pernah tinggal kelas)
4. Konsentrasi dan Cukup Baik ( konsentrasi : pasien dapat mengeja terbalik
Perhatian kata DUNIA. Perhatian : saat wawancara pandangan
pasien tidak mudah teralihkan)
5. Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
hari).
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di
bangsal kenanga).

- Orang Baik (pasien mengenal pasien lain yang berada di satu


ruangan dengan pasien)
6. Daya Ingat
- Jangka Buruk (pasien tidak dapat mengingat tempat sekolah
Panjang pasien).
- Jangka Pendek Baik (pasien mengingat menu makan pagi dan kegiatan
yang yang dilakukannya pagi tadi di RS).
- Segera Buruk (di akhir wawancara, pasien tidak dapat mengingat
nama dokter muda yang mewawancarai).
7. Pikiran Abstrak Baik (pasien mengetahui persamaan buah jeruk dan bola)
8. Visuospasial Baik (pasien dapat mengambar jam dan dapat membuat
jarum jam tepat pada waktu yang diminta oleh pemeriksa)
9. Bakat dan Kreativitas Tidak ada
10 Kemampuan Baik (pasien bisa makan, mandi, dan berpakaian sendiri).
Menolong Diri

E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Miskin Ide
b. Kontinuitas : Koheren

12
c. Hendaya Bahasa : Tidak ada

2. Isi Pikir
a. Waham : Tidak ada
b. Preokupasi : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan, dan bersikap kooperatif).

G. Daya Nilai
 Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya
selama di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter)
 Uji Daya Nilai
Buruk (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia akan
mengambil dan menggunakan uang nya).
 Daya Nilai Realita
Buruk

H. Tilikan
Derajat 1 (pasien meyangkal bahwa dirinya sedang sakit).

I. Reliabilitas : Dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK


A. STATUS INTERNUS
 Keadaan umum:
o Kesan gizi : Baik.
o Kesadaran : compos mentis

 Tanda vital:

13
o Tekanan darah : 120/80
o Nadi : 88x/menit
o Suhu :36,40C
o Pernapasan : 18x/menit
 Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban
normal
 Kepala : normosefali, rambut hitam , distribusi merata, tidak mudah
rontok
 Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
 Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
 Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1,
tonsil/faring hiperemis (-)
 Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
 Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (+2)
 Ekstremitas: akral hangat, udem (-), CRT < 2 detik

B. STATUS NEUROLOGIK

14
 Saraf kranial : dalam batas normal
 Refleks fisiologis : dalam batas normal
 Refleks patologis : tidak ada
 Motorik : tidak terganggu
 Sensibilitas : dalam batas normal
 Fungsi luhur : tidak terganggu
 Gejala EPS : akathisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-),
resting tremor (-), distonia (-), tardive diskinesia (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada hasil pemeriksaan penunjang.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pada tahun 2000 diketahui pasien mulai menimbulkan perilaku aneh seperti suka
berbicara dan tertawa sendiri, suka marah-marah dan mengamuk tanpa sebab dan
pasien mengaku mendengar adanya suara bisikan.
Pada tahun 2005 akhirnya keluarga pasien membawa pasien berobat ke dokter,
selama pengobatan kedokter tersebut pasien tidak menjalani rawat inap melainkan
hanya rawat jalan, selama rawat jalan pasein teratur minum obat, dan keluarga pasien
juga mengatakan bahwa semenjak mengkonsumsi obat-obatan pasien tampak lebih
baik, gejala-gejala yang ada seperti suka marah-marah dan mengamuk, tertawa dan
bicara sendiri serta mendengar bisikan- bisikan mulai berkurang.
Pada tahun 2015 kemarin setelah pasien melahirkan anak pertamanya pasien
kembali menunjukan gejala-gejala sering marah-marah, mengamuk, tertawa dan bicara
sendiri, keluyuran keluar rumah tanpa tujuan yang jelas. Hal tersebut diketahui kembali
timbul dikarenakan pasien memikirkan suaminya yang tidak bekerja. Setelah
timbulnya kembali gejala-gejala tersebut akhirnya pasien dibawa oleh pihak keluarga
ke RSJSH untuk yang pertama kalinya, dan akhirnya pasien dirawat inap, setelah
menjalani rawat inap pasien kembali dibawa pulang oleh pihak keluarga menurut pihak
keluarga setelah menjalani rawat inap di RSJSH pasien kembali membaik
Pada tahun 2017 pasien kembali dibawa ke RSJSH unuk yang kedua kalinya
karena gejala-gejala yang dulu sudah tidak ditemukan lagi, pada hari Rabu tanggal 13
juni 2017 kembali terlihat pasien suka marah-marah, mengamuk dan susah tidur ,

15
kemuadian pihak keluarga pasien membawa pasien ke RSJSH dan pasien dirawat inap
kembali.
Pada pemeriksaan psikiatri dan fisik didapatkan : pemeriksaan fisik dalam
batas normal, kesadaran neurologis kompos mentis, kesadaran psikiatrik
terganggu, terdapat mood hypotim dengan afek menyempit, proses pikir
produktivitas miskin ide. Daya nilai realita terganggu karena adanya halusinasi
audiorik, tilikan derajat 1 karena pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus
Perhatian Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
 Gangguan/hendaya dan disabilitas: terdapat hendaya dalam fungsi
sosial
 Distress/penderitaan: pasien marah-marah, mengamuk berbicara dan
tertawa sendiri

2. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena :


 Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,
infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma).
 Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.

3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang


dibuktikan dengan adanya :
 Haslusinasi auditorik : pasien merasa seperti ada suara yang membisiki
nya

4. Skizofrenia ini termasuk tipe paranoid karena :


 Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
 Terdapat halusinasi yang menonjol (halusinasi auditorik).

16
 Gejala sudah berlangsung lebih dari1 bulan. (± 17tahun)
 Terdapat perubahan dalam perilaku (berbicara dan tertawa sendiri,
marah-marah dan mengamuk tanpa alasan yang jelas, keluyuran keluar
rumah tanpa tujuan)

 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Tidak ada

 Aksis III : Kondisi Medis Umum


Tidak ada

 Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan


Masalah ekonomi (kekurangan biaya untuk kehidupan sehari-hari)

 Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global


GAF current : 70-61 (Pasien sudah lebih tenang, dapat berkomunikasi
dengan pemeriksa )
GAF HLPY : 80-71 (Pasien dapat beraktivitas dengan baik saat kondisi
pasien kembali membaik, meskipun sering mengalami kekambuhan)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


 Aksis I : F 20.0 Skizofrenia Paranoid
 Aksis II : Tidak ada
 Aksis III : Tidak ada
 Aksis IV : Masalah ekonomi (kekurangan biaya untuk kehidupan sehari-
hari)
 Aksis V : GAF current : 70-61
GAF HLPY :80-71

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi : Tidak ada
B. Psikologik : Halusinasi auditorik
C. Sosiobudaya : Tidak ada

17
X. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : Dubia ad Bonam (tidak ada tanda gangguan mental
organik ataupun kondisi medis lain yang menyertai)

 Quo ad functionam : Dubia ad Bonam (kadaan pasien baik apabila pasien


mengkonsumsi obat secara teratur dan pasien tidak
terlalu memikirkan masalah yang menjadi stressor dan
adanya dukungan penuh dari pihak keluarga)

 Quo ad sanactionam : Dubia (pasien sering mengalami


kekambuhan dan ada pihak keluarga yang mengalami
hal seperti pasien)

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


a. Faktor Yang Memperingan:
 Adanya dukungan dari keluarga untuk merawat pasien dan menjadi
pribadi yang lebih baik.
 Pasien teratur minum obat

b. Faktor Yang Memperberat:


 Pasien sering mengalami kekambuhan
 Tilikan pasien jelek
 Mengalami skizofrenia sudah lebih dari 5 tahun.
 Kurangnya biaya untuk pengobatan pasien.
 Ada keluarga yang mengalami hal seperti ini

XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
 Pasien marah-marah dan mengamuk

2. Psikofarmaka
 Risperidone 2 x 2 mg PO

18
Risperidon adalah salah satu first-line treatment pada pasien dengan
gejala psikosis. Risperidon merupakan obat antipsikotik generasi 2
atau antipsikotik atipikal, yang bekerja sebagai antagonis reseptor
serotonin (terutama 5HT2A) dan reseptor dopamine D2. Risperidon
dapat digunakan untuk mengobati baik gejala positif maupun
negative karena aktivitasnya sebagai antagonis reseptor D2 yang
tidak terlalu kuat sehingga efek samping terutama efek samping
ekstrapiramidal rendah, dan juga aktivitasnya terhadap reseptor
serotonin 5HT2 yang juga tinggi sehingga juga dapat digunakan
untuk mengobati gejala negatif. .

3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga


o Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien, rencana terapi, efek samping pengobatan, dan
prognosis penyakit.
o Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat
dan datang kontrol ke poli sesuai anjuran dokter. Dan bila ada
gangguan perilaku segera dibawa ke RS.
o Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan
membantu keadaan pasien.

4. Psikoterapi
a) Psikoterapi suportif kepada pasien
 Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala
gangguannya akan hilang atau dapat dikendalikan.
 Reassurance: memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat
sangat penting untuk menghilangkan halusinasi.

b) Psikoedukasi pada keluarga pasien


 Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan
pengarahan kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk
pulih.

19
 Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta
dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi
dan kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki
kualitas hidup pasien.

5. Sosioterapi
 Menganjurkan pasien untuk beraktivitas sebaik mungkin setelah keluar
dari RSJSH.

20

Anda mungkin juga menyukai