Anda di halaman 1dari 17

LONG CASE

“SKIZOFRENIA PARANOID”

Disusun Oleh:
Rizki Putri Andini Rahmah
1710221017

Pembimbing:
dr. Safyuni Naswati, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN
PERIODE 20 NOVEMBER – 22 DESEMBER 2017
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SS
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kebon Jeruk
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD (kelas 6)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Dokter yang Merawat : dr. Safyuni Naswati, Sp.KJ
Tanggal Masuk : 24 November 2017
Ruang Perawatan : Ruang Kenanga
Rujukan/Datang Sendiri/Keluarga : Keluarga (adik ipar)

B. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis
 Tanggal 24 November 2017, pukul 21.00 WIB, di ruang Kenanga Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
 Tanggal 1 Desember 2017, pukul 08.30 WIB, di ruang Kenanga Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
 Tanggal 3 Desember 2017, pukul 08.30 WIB, di ruang Kenanga Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis
 Tanggal 10 Desember 2017, pukul 12.00 WIB, via telepon kepada suami dan
kakak kandungnya

1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSJSH karena mengamuk dengan membanting piring,
gelas, mengambil jemuran tetangga, dan membalik kompor.

2. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke IGD RSJSH pada hari Jumat tanggal 1 Desember 2017 diantar
oleh adik iparnya karena mengamuk dengan membanting piring, gelas,
mengambil jemuran tetangga, membuang pakaian yang sedang dijemur, dan
membalik kompor sejak satu hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
juga merasa ada sesuatu di kepalanya dan mendengar bisikan yang memanggil-
manggil namanya serta menyuruh pasien untuk membaca solawat dan beristigfar
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengatakan melihat sekelebatan bayangan
putih pada saat malam hari. Pada saat masuk IGD pasien mengatakan bahwa ia
merasa gelisah, tidak enak makan, ketakutan, mual serta tidak bisa tidur. Pasien
kadang merasa ketakutan bila melihat banyak orang dan merasa orang lain
memperhatikan dirinya yang membuat pasien lari. Keluarga pasien mengatakan
bahwa pasien sering merasa cemburu dan takut bila suaminya diambil oleh
perempuan lain. Pasien pernah datang ke rumah saudaranya dan memukul
saudaranya karena mengira suaminya sedang bersama saudaranya yang ternyata
tidak ada suaminya disana. Sebelumnya pasien pernah dirawat di RSCM karena
gangguan jiwa pada tahun 2015. Pada saat dirawat di RSCM pasien pernah ingin
melompat dari lantai 3 karena mengira bahwa dirinya akan melompat ke dalam
air. Kakak kandung pasien mengatakan bahwa suami pasien sering memukuli
kepala pasien hingga pingsan dan pasien menjadi cenderung tertutup serta tidak
mau menceritakan masalahnya sejak pasien menikah pada 17 tahun yang lalu.
Suami pasien juga merupakan pasien gangguan jiwa. Menurut keluarga pasien,
pasien tidak teratur minum obat, yaitu yang seharusnya diminum tiga kali sehari
hanya diminum oleh pasien sekali sehari. Pasien mengatakan bahwa alasan ia
tidak meminum obat karena merasa mual dan obatnya terasa pahit. Pasien masih
bisa mandiri untuk BAK dan BAB di kamar mandi dan mandi dua kali sehari.

3. Riwayat Gangguan Sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien berobat jalan sejak tahun 2015 sebanyak sebulan sekali. Pasien
sebelumnya pernah dirawat inap sebanyak dua kali dengan keluhan yang
sama.

b. Riwayat Gangguan Medik


Menurut keluarga pasien, sejak pasien menikah suami pasien sering memukul
kepala pasien yang menyebabkan pasien mengalami penurunan kesadaran atau
pingsan. Pasien juga pernah terjatuh di kamar mandi karena ada suara bisikan
yang menyuruhnya untuk membetulkan atap yang bocor sehingga membuat
kepala pasien terbentur dan berdarah, namun tidak menyebabkan adanya
pingsan atau penurunan kesadaran. Pasien tidak memiliki riwayat kejang.

c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obat terlarang dan tidak pernah
meminum alkohol. Pasien merokok 1 bungkus perhari dan minum kopi 2
cangkir perhari.

d. Riwayat Perjalanan Penyakit

Tingkat 4
Keparahan 6 8

5 7
3
2
1

2000 2015 April 2017 November 2017


Waktu

Tahun Masalah & Gejala


2000-2015 1. Pasien menikah dengan suami yang merupakan pasien
gangguan jiwa dan sejak menikah suami pasien sering
memukuli kepala pasien.
2. Sejak menikah pasien menjadi lebih tertutup dan tidak mau
menceritakan masalahnya ke orang lain.
3. Suami pasien sering pulang malam dan pernah membawa
perempuan lain. Pasien menjadi sering melamun, menangis,
murung, malas makan, mandi, tidur terganggu.
2015 4. Pasien mengamuk dengan berteriak dan melempar barang,
marah-marah, dan pernah memukul saudaranya sendiri karena
disangka sedang bersama suaminya. Pasien dirawat di RSCM
selama dua bulan. Pasien juga pernah ingin melompat dari
lantai tiga rumah sakit karena yang pasien lihat di bawah
adalah kolam, bukan tanah.
2015-2017 5. Pasien rutin berobat jalan setiap bulan sekali, pasien
meminum obat namun terkadang pasien tidak meminumnya
karena terasa pahit.
April 6. Pasien tidak teratur meminum obat sehingga pasien sering
2017 mengamuk dengan melempar barang, marah-marah, cemburu
bila ada orang lain yang mendekati suami pasien. Pasien
sering terdiam kemudian tiba-tiba lari dan melempar barang.
Pasien juga mendengar adanya bisikan dan melihat adanya
bayangan. Pasien dirawat inap di RS Medika selama dua
bulan.
April- 7. Pasien tidak teratur minum obat karena pasien merasa mual
November dan obatnya terasa pahit.
2017
November 8. Pasien mengamuk dengan melempar barang, membalik
2017 kompor, membuang pakaian yang dijemur. Pasien juga
mendengar adanya bisikan dan melihat adanya bayangan.
Pasien dirawat inap di RSJSH.

4. Riwayat Kehidupan Pribadi


a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, pasien termasuk anak
yang direncanakan dan diinginkan oleh orangtuanya. Saat ibu pasien
mengandung pasien tidak ada masalah. Pasien lahir spontan, lahir dalam
keadaan sehat, langsung menangis dan berat badan lahir normal. Riwayat
komplikasi kelahiran, trauma, dan cacat bawaan disangkal.

b. Riwayat Perkembangan Kepribadian


1) Masa Kanak Awal (0 – 3 tahun)
Pasien tidak mengingat masa kanak awalnya. Kakak pasien mengatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan pasien berjalan sesuai usia anak-
anak pada seusianya. Saat masa kecil tidak merasakan adanya kelainan.
2) Masa Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun)
Pasien dulu merupakan anak yang termasuk aktif dan punya banyak
teman. Tidak ada keluhan mengikuti pelajaran saat di sekolah, kakak
pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah tinggal kelas dan termasuk
anak yang pintar di kelasnya.
3) Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien tumbuh sesuai anak seusianya. Pasien hanya sekolah sampai SD
karena keadaan ekonomi. Pasien banyak berinteraksi dengan orang lain
dan mempunyai banyak teman. Pasien juga tidak mempunyai masalah
dengan keluarganya.
4) Masa Dewasa
Pasien menikah dengan suami yang mengalami gangguan jiwa. Menurut
keluarga pasien, suami pasien sering memukuli kepala pasien yang
menyebabkan pingsan atau penurunan kesadaran. Sejak menikah pasien
cenderung menjadi sering mengurung diri, tertutup dan tidak menceritakan
masalahnya ke keluarganya. Pasien tidak memiliki pekerjaan, kegiatan
sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, namun dulu pasien pernah
berdagang.
c. Riwayat Pendidikan
Pasien berhenti sekolah setelah lulus dari SD karena adanya masalah biaya.
d. Riwayat Pekerjaan
Pasien dulu pernah berdagang, namun sekarang kegiatan sehari-hari pasien
mengurus rumah tangga.
e. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien melaksanakan shalat lima waktu namun
terkadang pasien tidak melaksanakannya. Pasien memiliki rasa berdosa dan
takut akan kematian.

f. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien menikah pada saat berusia 15 tahun dan memiliki satu anak. Pasien
sangat cemburu apabila ada orang lain yang mengobrol atau mendekati
suaminya. Suami pasien juga merupakan pasien gangguan jiwa yang rutin
berobat. Menurut keluarganya, suami pasien sering memukuli kepala pasien
sejak menikah dan sering pulang malam dengan membawa perempuan lain.
Sejak menikah pasien menjadi sering menangis, mengurung diri di kamar, dan
tidak mau menceritakan masalahnya kepada keluarganya.
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak
pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
h. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga baik. Pasien senang berinteraksi sosial dan
bergaul dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

5. Riwayat Keluarga

Keterangan:
 : Perempuan
 : Laki – laki
 : Gangguan Psikitari
 : Meninggal
 : Pasien
6. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien tinggal serumah dengan suami dan anak pasien. Hubungan pasien dengan
keluarga baik, namun terdapat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami
pasien.

C. STATUS FISIK
1. Status Internus
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
- Tekanan darah : 101/66
- Suhu : 36,6oC
- Nadi : 80x/menit
- Respirasi : 20x/menit
Kepala
Kepala : normocephali
Rambut : berdistribusi normal, tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
Hidung : septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-), sekret -/-
Telinga : sekret -/-, membran timpani intak +/+, nyeri tekan -/-
Mulut : bibir kecoklatan, agak kering, sianosis (-), trismus (-)
Lidah : normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-)
Gigi geligi : dalam batas normal
Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
Membesar

Thoraks
- Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun
dinamis, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-),
pulsasi abnormal (-), gerak napas simetris, irama teratur,
retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur -, gallop –
Abdomen
Inspeks : Bentuk datar, efloresensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting dullness
(-), nyeri ketok CVA (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, ballotement (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-), ada
bercak keputihan berbatas jelas
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
2. Status Neurologis
a. Saraf kranial (I-XII) : Baik
b. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
c. Refleks fisiologis : (+) normal
d. Refleks patologis : Tidak ada
e. Motorik : Baik
f. Sensorik : Baik
g. Fungsi luhur : Baik
h. Gangguan khusus : Tidak ada
i. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-),
tonus otot (N), tremor (-), distonia (-),
disdiadokokinesis (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nilai Normal
HEMATOLOGI HASIL Satuan
Lk Pr
Hemoglobin 13 11,3 – 16,0 10,0 – 14,0 g/dl
Eritrosit 4.7 3,6 – 5,3 3,2 – 4,6 Juta/mm3
Leukosit 7500 4000 – 10.000 mm3
LED 29 < 15 < 20 mm/1 jam
HITUNG JENIS
Basofil 0 0–1 %
Eosinofil 1 1–3 %
Batang 0 2–6 %
Segmen 61 50 – 70 %
Limfosit 28 20 – 40 %
Monosit 10 2–8 %

Trombosit 330.000 130.000 – 450.000 U/L


Hematokrit 37 33 – 48 30 – 42 g%
KIMIA DARAH
GDS 146 50 – 180 mg/dl
SGOT 26 0 – 32 U/L
SGPT 30 < 31 U/L
Ureum 11 15 – 45 mg/dl
Kreatinin 0,7 0,5 – 0,9 mg/dl
ELEKTROLIT
Na+ 139 135 – 148 mmol/L
K+ 3.1 3.5 – 4.5 mmol/L
Cl- 103 98 – 107 mmol/L

E. STATUS MENTAL
Dilakukan pemeriksaan status mental pada tanggal 3 Desember 2017 di Ruang
Kenanga RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan pukul 17.00 WIB.
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang perempuan berumur sekitar 33 tahun, tampak sesuai dengan
usianya, mengenakan kaos dan celana panjang berwarna coklat sebawah lutut.
Pasien tampak cukup terawat. Tinggi pasien sekitar 150 cm. Kebersihan gigi
tampak terawat, kuku pasien tampak terawat. Rambut hitam, tampak terawat.
Hidung pasien tampak besar karena disuntik silikon. Pasien memiliki kontak
mata yang dengan pewawancara, namun terkadang tidak. Pasien tampak tenang
dan kooperatif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai yang diajukan.
b. Kesadaran
Compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan wawancara.
c. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum Wawancara
Sebelum dipanggil pasien sedang duduk dan terlihat bingung. Saat dipanggil
pasien merespon panggilan yang dilakukan pemeriksa.
Selama Wawancara
Pasien duduk selama wawancara. Pasien memiliki kontak mata dengan
pewawancara, tetapi kadang pasien tiba tiba mengalihkan pandangan ke tempat
lain kemudian saat ditanya pasien tidak merespon. Saat dipanggil kedua
kalinya, pasien memberi respon kembali. Pasien bergerak normal, tidak
terdapat perlambatan gerakan, gerakan kaki yang berulang, kejang, maupun
kekakuan gerakan tidak ada, pasien terlihat cukup berenergi.
Sesudah Wawancara
Pasien merespon ajakan bersalaman dari pemeriksa pasien, tersenyum dan
ekspresi pasien tampak luas.
d. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif.
e. Pembicaraan
Cara berbicara : Pasien cukup banyak menjawab pertanyaan yang diajukan.
Saat pasien berbicara artikulasi jelas, intonasi dan volume
cukup.
Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

2. Alam Perasaan
Mood : Disforik
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi

3. Gangguan Persepsi
Halusinasi : auditorik (+), visual (+)
Ilusi : (-)
Depersonalisasi : (-)
Derealisasi : (-)

4. Proses Pikir
Arus Pikir
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : koheren
Hendaya Bahasa : tidak ada
Isi Pikir
Waham : (-)
Preokupasi : (-)
Fobia : (-)
Obsesi : (-)

5. Fungsi Intelektual
Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 17.00 di ruang
Kenanga.
Taraf Pendidikan SD kelas 6
Pengetahuan Umum Baik (mengetahui presiden RI saat ini)
Kecerdasan Rata-rata
Konsentrasi dan Konsentrasi kurang ( pasien tidak dapat menjawab nilai
perhatian 100-7)
Perhatian baik (pasien tidak mudah teralih perhatiannya
terhadap kegiatan atau orang yang lewat didepannya,
mampu memusatkan perhatian terhadap pertanyaan)
Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang, dan
malam dan pasien dapat menyebutkan jam pada saat
wawancara)
- Tempat Baik (pasien dapat menyebutkan tempat sekarang ia
berada di mana)
- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh
dokter muda)
Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien ingat pasien mempunyai 1 orang putra)
Panjang
- Jangka Baik (pasien mengingat apa yang pasien kerjakan saat
Pendek pagi hari)
- Segera Baik (pasien dapat mengingat 3 nama benda dengan
benar)
Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat mendeskripsikan mengenai
persamaan bola dan jeruk)
Visuospasial Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya
ditentukan oleh pemeriksa)
Kemampuan Baik (pasien dapat makan, mandi, dan berpakaian
Menolong Diri sendiri)

6. Pengendalian Impuls
Baik (selama wawancara pasien tampak tenang dan kooperatif).

7. Daya Nilai
a. Daya Nilai Sosial
Buruk (pasien terlihat tidak suka apabila pembicaraannya diganggu oleh
pasien lainnya, pasien juga jarang berinteraksi dan tidak mengenal pasien
lain).
b. Uji Daya Nilai
Baik (pasien jika menemukan dompet di jalan akan mengembalikan ke
pemiliknya).
c. Daya Nilai Realita (RTA)
Terganggu (terdapat halusinasi auditorik dan visual pada pasien).

8. Tilikan
Derajat I

9. Reliabilitas
Dapat dipercaya

F. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien perempuan berusia 33 tahun, terlihat sesuai usia, penampilan cukup
terawat. Pasien datang ke IGD RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan dibawa oleh adik
iparnya karena mengamuk dengan membanting piring, gelas, mengambil jemuran
tetangga, membuang pakaian yang sedang dijemur, dan membalik kompor sejak satu
hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga merasa ada sesuatu di
kepalanya dan mendengar bisikan yang memanggil-manggil namanya serta
menyuruh pasien untuk membaca solawat dan beristigfar sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien juga mengatakan melihat sekelebatan bayangan putih pada saat malam hari.
Pada saat masuk IGD pasien mengatakan bahwa ia merasa gelisah, tidak enak
makan, ketakutan, mual serta tidak bisa tidur. Pasien kadang merasa ketakutan bila
melihat banyak orang dan merasa orang lain memperhatikan dirinya yang membuat
pasien lari. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering merasa cemburu dan
takut bila suaminya diambil oleh wanita lain. Pasien pernah datang ke rumah
saudaranya dan memukul saudaranya karena mengira suaminya sedang bersama
saudaranya yang ternyata tidak ada suaminya disana. Sebelumnya pasien pernah
dirawat di RSCM karena gangguan jiwa pada tahun 2015. Pada saat dirawat di
RSCM pasien pernah ingin melompat dari lantai 3 karena mengira bahwa dirinya
akan melompat ke dalam air. Kakak kandung pasien mengatakan bahwa suami
pasien sering memukuli kepala pasien hingga pingsan dan pasien menjadi cenderung
tertutup serta tidak mau menceritakan masalahnya sejak pasien menikah pada 17
tahun yang lalu. Suami pasien juga merupakan pasien gangguan jiwa. Menurut
keluarga pasien, pasien tidak teratur minum obat, yaitu yang seharusnya diminum
tiga kali sehari hanya diminum oleh pasien sekali sehari. karena pasien merasa mual
dan obatnya terasa pahit.
Dahulu pasien senang berinteraksi sosial dengan orang di sekitarnya dan mau
menceritakan masalahnya kepada keluarganya, namun setelah menikah pasien
menjadi tertutup.
Pada pemeriksaan pskiatri dan fisik didapatkan : kesadaran kompos mentis,
terdapat afek terbatas dengan mood disforik. Daya nilai realita terganggu, tilikan
derajat I.

G. FORMULASI DIAGNOSTIK
 Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan ke
dalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya :
 Hendaya sosial, hendaya fungsi sehari-hari
 Distress/penderitaan: pasien merasa gelisah dan ketakutan, tidak enak
makan, tidur terganggu, mendengar bisikan dan melihat adanya bayangan
2. Gangguan merupakan gangguan non-organik karena :
 Tidak ada gangguan kesadaran neurologik
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskular, neoplasma, dan usia pasien belum menunjukkan adanya
tanda-tanda degeneratif)
 Tidak ditemukan penggunaan zat psikoaktif.
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita karena
terdapat:
 Halusinasi auditorik
 Halusinasi visual
4. Gangguan Skizofrenia termasuk tipe paranoid karena:
 Memenuhi kriteria umum skizofrenia
 Terdapat halusinasi auditorik dan visual yang menonjol
 Tidak terdapat gangguan afektif
 Terdapat gejala yang berlangsung selama lebih dari satu bulan
 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak ada
 Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada
 Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Primary Support Group, karena sejak pasien menikah suami pasien sering
memukuli kepala pasien dan sering pulang malam dengan membawa perempuan
lain.
 Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current : 50 – 41
GAF HPLY : 60 - 51
H. EVALUASI MULTIAKSIAL
 Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
 Aksis II : Tidak ada
 Aksis III : Tidak ada
 Aksis IV : Primary Support Group (kekerasan dalam rumah tangga)
 Aksis V : GAF current: 50 – 41
GAF HPLY : 60 – 51

I. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologi: Tidak ditemukan kelainan organik pada pasien dan tidak
ditemukan faktor herediter pada pasien.
b. Psikologik: Terdapat halusinasi auditorik dan visual.
c. Sosiologik: Pada pasien ditemukan keterbatasan dalam berhubungan sosial
sehingga membutuhkan sosioterapi.

J. PENATALAKSANAAN
a. Rawat Inap
Dengan indikasi:
 Mengganggunya lingkungan sekitar
 Timbulnya tindakan agitasi
 Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
b. Psikofarmaka: 
 Risperidon 2x2 mg p.o
 Lorazepam 1x2 mg p.o
c. Non-medikamentosa:
1. Psikoedukasi:
 Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien, rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
 Mengingatkan pasien dan keluarga pentingnya minum obat teratur dan
datang kontrol.
 Menjelaskan pada keluarga bahwa dukungan keluarga dibutuhkan dalam
penyembuhan keadaan pasien.
2. Psikoterapi
 Pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan masalahnya
 Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
atau dapat dikendalikan terutama dengan konsumsi obat teratur.
3. Sosioterapi
 Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain dan
petugas ruangan.
 Melibatkan pasien dalam kegiatan-kegiatan rehabilitasi.

K. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor yang Memperingan:
 Keluarga untuk mendukung dan merawat pasien.
 Tidak ada penyakit organik
b. Faktor Yang Memperberat:
 Gejala psikotik yang muncul pada usia muda
 Masalah primary support group (kekerasan dalam rumah tangga)
 Kepatuhan obat yang buruk
 Frekuensi kekambuhan yang sering
Prognosis pasien berdasarkan wawancara di atas sebagai berikut:
- Quo vitam : Ad bonam
- Quo functionam : Dubia ad bonam
- Quo sanationam : Dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai