TRAUMA TUMPUL
TORAKS DAN ABDOMEN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
CLEMENT TIRTA
11-2014-077
PEMBIMBING :
Dr. Febriansyah Ibrahim, Sp.B
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
Anatomi Toraks
Dinding toraks dilindungi oleh sternum dan tulang iga (costae) pada bagian depan dan
tulang vertebrae dari bagian belakang dan terdapat ruang interkostal diantara tulang iga tersebut.
Dinding toraks ini membagi ruang abdomen melalui diafragma dan pada bagian atas melalui
leher. Tulang iga terdiri dari 12 pasang pada bagian depan yang bersatu melalui tulang kartilago
ke sternum dan vertebrae pada bagian belakang. Tetapi pada iga 8,9,10 berhubungan dengan
sternum melalui kartilago dari iga 7 dan tulang iga 11 dan 12 disebut melayang karena tidak
berhubungan sama sekali dengan vertebrae pada bagian belakang.
Pada sternum terdiri dari manubrium, corpus sterni, dan procesus xyphoideus.
Manubrium sterni mempunyai hubungan melalui kartilago dengn klavikula dan juga
berhubungan dengan tulang iga 1 dan 2. Pada bagian inferior manubrium sterni menempel
dengan corpus sterni. Pada courpus sterni berhubungan dengan tulang iga 3 sampai 7. Bagian
inferior yaitu procesus xyphoideus merupakan tulang kartilago pada tulang orang dewasa. Pada
bagian iga ke 8-10 dihubungkan dengan kartilago hyaline melalui kartilago dari iga ke 7.
Vaskularisasi pada bagiaan dinding toraks terbagi menjadi bagian arteri anterior
interkostal dan arteri posterior interkostal. Arteri anterior interkostal merupakan percabangan
dari arteri thoracic interna. Arteri posterior interkostal merupakan perabangan dari arteri
interkostal superior yang merupakan percabangan dari arteri subklavia. Vena pada bagian
anterior interkostal bermuara pada bagian internal thoracic dan vena musculofrenikus. Pada
bagian posterior interkostal bermuara pada azygos dan hemiazygos sistem. Jaringan limfe pada
bagian anterior bermuara pada jaringan limfe aksila anterior, pada bagian posterior bermuara
pada limfe aksila posterior, pada baguan anterior interkostal bermuara pada jaringan limfe
thoracic internal, dan bagian posteior interkostal bermuara pada jaringan limfe paraaortic.1-3
Diafragma membagi toraks dan abdomen dan merupakan dinding pemisah diantara
keduanya. Terdapat bagian yang bolong pada diafragma untuk dilewati ole organ seperti
pembuluh darah dari abdomen menuju toraks yaitu untuk vena cava inferior, aorta, esofagus, dan
arteri dan vena gastric sinistra. Diafragma dipersarafi oleh nervus frenicus dari bagian ervical 3,
4, 5 yang berguna sebagai motorik. Untuk sensorik dibentuk oleh nervus interkostal inferior.
Pada bagian toraks terdapat pembuluh arteri dan vena besar yang sangat penting untuk
sirkulasi peredaran darah dalam tubuh manusia antara lain arota dan vena cava baik superior dan
inferior. Aorta terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ascending aorta yang terbentuk dari
ventrikel kiri kemudian dilanjutkan ke arcus aorta kemudian berjalan ke bagian posterior inferior
menjadi aorta descending setinggi T4 dan setelah melewati diafragma setinggi T12 menjadi aorta
abdominalis. Pada bagiaan aorta ascending bercabang menjadi arteri koronaria dextra dan
sinistra. Pada arkus aorta bercabang menjadi trunkus brakiosefalikus, arteri subklaviaa sinistra,
dan arteri carotis komunis. Pada bagian descending bercabang untuk memperdarahi bagian
esofagus, bronkus, mediastinal, dan interkostal posterior, dan subkostal. Vena brakiosefalikus
yang merupakan gabunagn dari vena subklavia dan vena jugular internal akan menjadi vena kava
superior setinggi T1.
Mekanisme bernapas pada manusia terbagi menjadi proses inspirasi dan ekspirasi. Proses
inspirasi manusia terjadi karena kontraksi dari interkostal eksternal pada bagian atas dinding
toraks dan bagian bawa dinding toraks dan kontraksi dari diafragma sehingga volume paru
menjadi lebih besar. Peningkatan volume paru ini mengakibatkan tekanan intrapulmoner menjadi
menurun sehingga udara masuk ke dalam paru-paru. Sebaaiknya pada proses ekspirasi terjadi
relaksasi dari otot interkostal eksternal dan kontraksi dari otot interkostal internal sehingga
volume paru menurun dan terjadi peningkatan tekanan intrapulmoner sehingga udara keluar daru
paru.1-4
Anatomi Jantung
Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra, dan
ventrikel sinistra. Di antara kedua atrium dan ventrikel dextra dan sinistra, dipisahkan oleh
septum interatriorum dan septum interventrikularis sehingga jantung terpisah menjadi dua
bagian, dextra dan sinistra. Jantung bagian dextra letaknya lebih ke arah ventral sedangkan sisi
sinistra lebih ke arah dorsal.
Pada permukaan luar jantung dapat dijumpai sulcus coronarius yang melingkari jantung
di antara ventrikel dan atrium serta sulcus interventrikularis anterior dan posterior. Puncak
jantung (apex cordis) terletak di inferoanterior sinistra jantung. Apex cordis ini ditutupi oleh
pleura dan paru. Sedangkan dataran dari jantung (basis cordis) menghadap ke arah superodextra
posterior jantung. Basis cordis tersusun oleh atrium dextra dan sinistra, serta bagian proksimal
pembuluh darah besar.1-3,5
Atrium sinistra membentuk basis dan facies dorsosuperior jantung. Atrium sinistra
memiliki bagian yang sama dengan atrium dextra, hanya pada atrium propium sinistra menjadi
muara dari empat vena pulmonalis dan ostium atrioventrikularis sinistra (katup mitral).
Valva trikuspidalis melindungi ostium atrioventrikularis dan terdiri atas tiga katup yang
dibentuk oleh lipatan endokardium disertai jaringan fibrosa yang meliputi katup anterior, septalis
dan inferior. Septalis terletak berhadapan dengan septum interventrikularis. Basis katup melekat
pada cincin fibrosa rangka jantung sedangkan ujung bebas dan permukaan ventrikularnya
dilekatkan pada chorda tendinae.Katup itu dihubungkan oleh musculi papilares.
Bila ventrikel kuat berkontraksi, musculi papilares berkontraksi dan mencegah agar katup
tidak terdorong masuk ke dalam atrium dan terbalik sewaktu tekanan intraventrikularis
meningkat. Valva truncus pulmonalis melindungi ostium truncus pulmonalis dan teridiri atas tiga
valvula semulunaris yang dibentuk dari lipatan endokardium disertai sedikit jaringan fibrosa
yang meliputinya.1-3,5
Valva aorta melindungi ostium aorta dan mempunyai struktur yang sama dengan valva
truncus pulmonalis. Katupanterior terletak di valvula semilunaris dextra dan dua katup terletak di
dinding posterior valvula semilunaris sinistra dan posterior. Dibelakang setiap katup dinding
aorta,menonjol membentuk sinus aorta. Sinus aorta dextra itu merupakan asal dari arteri
coronaria dextra.
Jantung mendapatkan suplai darah dari arteri coronaria dextra dan sinistra yang berasal
dari aorta ascendens tepat di valva aorta.Arteriae coronaria dan cabang-cabang utamanya
terdapat di permukaan jantung, terletak didalam jaringan ikat subepicardical.
Arteri coronaria dextra berasal dari sinus anterior aorta dan berjalan kedepan diantara
truncus pulmonalis dan auricula dextra. Arteri ini berjalan turun hampir vertikal di dalam sulcus
atrioventrikularis dextra dan pada pinggir inferior jantung pembuluh ini melanjutkan ke posterior
sepanjang sulcus atrioventrikularis untuk beranastomosis dengan arteri coronaria yang sinistra
didalam sulcus interventrikularis posterior. Cabang-cabang arteri coronaria dextra selanjutnya
mendarahi atrium dextra dan ventrikel dextra, sebagian dari atrium sinistra dan ventrikelsinistra
dan septum atrioventrikularis. Cabang-cabang dari arteri coronaria dextra membentuk rami,
yaitu:
Ramus coni arteriosi pembuluh ini mendarahi facies anterior conus pulmonaris dan
bagian atas dinding anterior ventrikel.
Rami ventrikulariss anteriores jumlahnya dua atau tiga dan mendarahi facies anterior
ventrikel dextrer. Ramus marginalis dextra adalah cabang yang terbesar dan berjalan
sepanjang pinggir bawah facies costalis untuk mencapai apex cordis.
Rami ventrikulariss posteriores biasanya ada dua, mendarahi facies diaphragmatica
ventrikeldextra.
Ramus interventrikularis posterior (descendens), arteri ini berjalan menuju apex pada
sulcus interventrikularis posterior. Masing-masing memberikan cabang-cabang ke
Arteri coronaria sinistra yang biasanya lebih besar dibanding dengan arteri coronaria
dextra, mendarahi sebagian besar jantung termasuk sebagian besar atrium sinistra,
ventrikelsinistra, dan septum ventrikularis. Arteri ini berasal dari posterior sinistra sinus aorta
descendens dan berjalan kedepan diantara truncus pulmonalis dan auricula sinistra, kemudian
pembuluh ini bercabang di sulcus atrioventrikularis dan bercabang dua menjadi ramus
interventrikularis anterior dan ramus circumflexus.Cabang-cabang arteri coronaria sinistra juga
membentuk beberapa ramus, yaitu:
Sebagan besar darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan melalui sinus
coronarius yang terletak pada bagian posterior sulcus atrioventrikularis dan merupakan lanjutan
dari vena cardiaca magna. Pembuluh ini bermuara ke atrium dextra sebelah kiri vena cava
inferior, vena cardiaca parva dan vena cardiaca media merupakan cabang sinus coronarius,
sisanya dialirkan ke atrium dextra melalui vena ventrikel dextra anterior dan melalui vena -vena
dextra anterior dan melalui vena-vena kecil yang bermuara langsung ke ruang-ruang jantung.1-3,5
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom melalui
plexus cardiacus yang terletak dibawah arcus aorta. Saraf simpatis berasal dari bagian cervical
dan thoracal bagian atas truncus symphaticus dan persarafan parasimpatis berasal dari nervus
vagus. Serabut-serabut postganglionik simpatis berakhir pada nodus sinuatrialis, nodus
atrioventrikularis, serabut-serabut otot jantung dan arterie coronariae. Perangsangan serabut-
serabut saraf ini menghasilkan akselerasi jantung, meningkatnya daya kontraksi otot jantung dan
dilatasi arterie coronariae. Serabut-serabut preganglionik parasimpatis berakhir pada nodus
sinuatrialis, nodus atrioventrikularis dan arterie coronariae. Perangsangan saraf parasimpatis
mengakibatkan berkurangnya denyut dan daya kontraksi jantung dan konstriksi arterie
coronariae. Serabut-serabut aferen yang berjalan bersama saraf simpatis membawa impuls saraf
yang biasanya tidak dapat disadari. Namun, bila suplai darah ke miokardium terganggu, impuls
Anatomi Abdomen
Palatum durum dibentucoleh prccessus palatinus ossis maxillae dan lamina horizontal
ossis palatini Dibatasi oleh arcus alveolaris,dan di belakang berlanjut sebagai palatum molle.
Palatum durum membentuk dasar cavum nasi. Pemukaan bawah palatum durum diliputi oleh
mucoperiosteum dan mempunyai rigi mediana Mempunyai mukosa di kanan dan kiri rigi ini
lampak berlipat-lipat.
Palatum molle merupakan lipatan yang mudah digerakkan, yang melekat pada pinggir
posterior palatam durum. Pada garis tengah pinggir postcrornya terdapat penonjolan berbentuk
kerucut, disebut uvula. Pinggir-pinggir palatum molle dilanjutkan sebagai dinding lateral
pharynx.1,6-7
Gigi
Gigi terdiri atas dua baris gigi tertutup. Setiap baris gigi merupakan suatu garis melengkung
yang pada rahang atas agak lain bentuknya daripada rahang bawah. Gigi pada rahang atas dan
pada rahang bawah letaknya sedemikian rupa sehingga penampang terbesar setiap gigi rahang
atas tepat menempati sela antara dua buah gigi rahang bawah dan sebaliknya. Jadi sewaktu
mengunyah setiap gigi bekerja sama dengan dua buah gigi yang berlawanan letaknya. Pada anak-
anak disebut gigi susu dan jumlahnya adalah 20 buah. Sedangkan pada orang dewasa terdapat 32
buah dan merupakan gigi dewasa yang menggantikan gigi susu yang sudah tanggal.
Pharynx adalah sebuah pipa musculomembranosa, panjang 12-14 cm, membentang dari basis
cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Paling lebar di bagian
superior, berukuran 3,5 cm. Di sebelah caudal dilanjutkan dengan oesophagus (kerongkongan). Pada batas
pharynx dengan oesophagus lebarnya menjadi sekitar 1,5 cm; tempat ini merupakan bagian tersempit
saluran pencernaan, selain appendix vermiformis.
Di sebelah cranial pharynx dibatasi oleh bagian posterior corpus ossis sphenoidalis dan pars
basilaris ossis occipitalis. Di sebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan penyambung longgar yang
menempati spatium peripharyngeale. Di sebelah dorsal, jaringan penyambung longgar tersebut me-
misahkan pharynx dari fascia alaris (lembar depan fascia pre- vertebralis). Di sebelah ventral, pharynx
terbuka ke dalam rongga hidung, mulut dan larynx; dengan demikian dinding anteriornya tidak sempurna.
Pharynx terbagi menjadi 3 bagian yaitu adalah nasopharynx (epipharynx), oropharynx (mesopharynx), dan
laryngopharynx (hypopharynx).
Nasopharynx (epipharynx)
Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle
Berdinding statik, kecuali palatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup,
berbeda dari oropharynx dan laryngopharynx. Ke arah ventral nasopharynx
berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae (apertura nasalis posterior),
yang masing-masing terpisah oleh septum nasi. Nasopharynx dan oropharynx
berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh tepi palatum molle dan
dinding posterior pharynx. Sewaktu proses menelan dan berbicara isthmus pharyngeum
ini tertutup oleh elevasi palatum molle dan pembentukan lipatan Passavant di dinding
dorsal pharynx. Lipatan ini terbentuk oleh kontraksi M. sphincter palatopharyngeal
yang berfungsi sphincter, M.salpingopharvngeus dari M.constrictor pharvnais superior.
Pada masing-masing dinding lateral nasopharynx dijumpai ostium pharyngeale tubae
auditivae, yakni di sebelah dorsal dan caudal ujung posterior concha nasalis inferior.
Di sebelah dorsocranial, lubang ini dibatasi oleh elevasi tuba (torus tubarius) yang
dibentuk oleh mukosa yang menutupi ujung pharyngeal tulang rawan tuba auditiva.
Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau
setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral
berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthmus faucium)
dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah.
Dinding lateral oropharynx terdiri atas arcus palatopharyngeus dan tonsilla palatina.
Arcus palatopharyngeus terletak di sebelah dorsal arcus palatoglossus, turun dari
uvula menuju sisi pharynx, sebagai lipatan mukosa yang menutupi M.
palatopharyngeus. Pada tiap sisi, arcus palatopharyngeus dan arcus palatoglossus
membentuk sinus tonsillaris yang berbentuk segitiga dan berisi tonsilla palatina.
Tonsilla palatina merupakan masa jaringan limfoid pada kedua dinding lateral oropharynx,
masing-masing terletak pada sinus tonsillaps. Dengan demikian, Tonsilla I5alaiina
terletak di sebelah dorsal gigi bawah molar ketiga dan diproyeksikan pada sebuah
daerah bulat telur di atas bagian bawah M. masseter, sedikit di sebelah
anterosuperior terhadap angulus mandibulae. Sewaktu masa kanak-kanak dengan
nyata permukaan medial berproyeksi ke dalam pharynx, tetapi luas proyeksi ini tidak
menunjukkan besar tonsil. Aspek lateral di bagian dalam, meluas ke atas, bawah dan
depan melebihi luas permukaan medialnya. Ke arah inferior, tonsilla palatina
menyusupi dorsum linguae dan ke arah superior memasuki palatum molle; ke arah
anterior mungkin tonsilla ini meluas sedikit jauh di bawah arcus palatoglossus.
Tonsilla palatina bervariasi ukurannya dan seringkali meradang, menimbulkan
inflamasi dan hipertrofi; karena itu, sukar menentukan bentuk normalnya. Pada
kehidupan janin yang lanjut, lipatan mukosa, yakni plica triangularis, membentang
dari belakang arcus palatoglossus, menutupi aspek antero-inferior tonsil ini. Pada
masa kanak-kanak biasanya lipatan ini disusupi jaringan limfoid dan bersatu dengan
tonsil. Lipatan ini jarang menetap pada usia dewasa.
Oesophagus
Oesophagus merupakan sebuah tabung otot yang da-pat kolaps, panjangnya sekitar 10 inci (25 cm), yang
menghubungkan pharynx dengan gaster. Sebagian besar oesophagus terletak di dalam thorax. Oesophagus
masuk ke abdomen melalui lubang yang terdapat pada crus dextrum diaphragma. Setelah berjalan sekitar
inci (1,25 cm), oesophagus masuk ke lambung di sebelah kanan garis lengah. Di anterior oesophagus
berhubung dengan facies posterior lobus hepatis sinister dan posterior dengan crus sinistrum diaphragma.
Nervus vagus sinistra dan dextra masing-masing terletak pada permukaan anterior dan posterior
oesophagus. Makanan berjalan melalui oesophagus dengan menggunakan proses peristaltik. Tidak ada
proses khusus pencernaan makanan disini. Makanan melewati saluran dalam esofagus dengan sangat
mudah dalam hitungan detik. Dinding saluran esofagus sangat licin karena mengandung cairan mucus yang
dihasilkan sel-sel yang terdapat di dindingnya.1,6-7
Gaster
Gaster relatif terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi di antara ujung-ujung tersebut gaster
sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan transver- sal pada orang pendek dan
gemuk (gaster steer-horn) dan memanjang vertikal pada orang yang tinggi dan kurus (gaster
berbentuk huruf J). Bentuk gaster sangat berbeda-beda pada orang yang sama dan tergantung
pada isi, posisi tubuh, dan fase pernapasan.
Gaster dibagi menjadi bagian-bagian yaitu fundus gastricum berbentuk kubah, menonjol
ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh udara.
Corpus gastricum terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan
yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. Anthrum pyloricum terbentang dari incisura
angularis sampai pylorus. Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dinding otot
pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga pylorus dinamakan canalis
pyloricus.
Curvatura minor membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum
sampai pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus. Curvatura major
jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor dan terbentang dari sisi kiri ostium cardiacum,
melalui kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus. Ligamentum
gastrolienale terbentang dari bagian atas curvatura major sampai ke lien, dan omentum majus
terbentang dari bagian bawah curvatura major sampai ke colon transversum.
Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 1 inci (2,5
cm). Tunica muscu- laris stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan
membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis. Pylorus terletak pada
planum transpyloricum, dan posisi- nya dapat dikenali dengan adanya sedikit kontriksi pada
permukaan lambung. Musculus sphincter pyloricus me- ngatur kecepatan pengeluaran isi gaster
ke duodenum.
Tunica mucosa gaster tebal, mengandung banyak pembuluh darah, dan terdiri atas
banyak lipatan (plica gastrice) atau rugae, yang arahnya terutama longitudinal. Plica gastricae
menjadi licin bila gaster teregang.
Tunica muscularis gaster mengandung stratum longitudinale, stratum circulare, dan tunica
muscularis fibrae obliquae. Stratum longitudinale terletak paling superficial dan paling ba- nyak
di sepanjang curvatura. Stratum circulare yang letaknya lebih dalam mengelilingi corpus
gastricum dan menjadi sangat tebal pada pylorus untuk membentuk musculus sphincter
pyloricus. Tunica muscularis stratum circulare sangat jarang ditemukan pada daerah fundus.
Fibrae obliquae membentuk lapisan tunica muscularis yang paling dalam. Fibrae obiquae
melingkari fundus dan berjalan turun sepanjang paries anterior dan posterior, berjalan paralel
dengan curvatura minor.6-7
Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.
Duodenum
Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 1 inci
(2,5 cm). Tunica muscularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di
daerah ini dan membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis.
Pylorus terletak pada planum transpyloricum, dan posisinya dapat dikenali dengan
Coecum
Coecum adalah bagian dari intestinum crassum. Coecum merupakan batas antara ileum dan
intestinum crassum. Coecum merupakan kantong buntu yang terletak pada regio inguinalis
dextra. Panjang coecum sekitar 2,5 inci (6 cm) dan semua bagian diliputi oleh peritoneum.
Lipatan peritoneum pada coecum membentuk recessus ileocaecalis superior, recessus
ileocaecalis inferior, dan recessus retrocaecalis.
Seperti pada colon, stratum longitudinale tunica muscularis terbatas pada tiga pita tipis yaitu
taenia coli yang bersatu pada dasar appendix vermiformis dan membentuk stratum longitudinale
tunica muscularis yang sempurna pada appendix vermiform. Caecum sering teregang oleh gas
dan dapat diraba melalui dinding anterior abdomen pada orang hidup. Pars terminalis ileum
masuk ke intestinum crassum pada tempat pertemuan caecum dengan colon ascendens.
Lubangnya mempunyai dua katup yang membentuk sesuatu yang dinamakan papilla ilealis.
Appendix vermiformis berhubungan dengan rongga caecum melalui lubang yang terletak di
bawah dan belakang ostium ileale.2,7
Appendix Vermiformis
Umbai cacing atau apendix adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
6,7
abdomen).
Intestinum Crassum
Panjang colon transversum sekitar 15 inci (38 cm) dan berjalan menyilang abdomen,
menempati regio umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus
hepatis dexter dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum
dari pancreas. Kemudian colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah
lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada flexura coli dextra dan digantung ke diaphragma
oleh ligamentum phrenicocolicum.
Colon descendens sekitar 10 inci (25 cm) dan ik di kuadran kiri atas dan bawah. Colon
ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra di pinggir pelvis, di sini colon transversum
melanjutkan diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-
sisinya serta menggabungkannya dengan dinding posterior abdomen. 6,7
Hepar
Tepi bawah hati berjalan ke lateral sepanjang lengkung iga. Dari titik di mana garis
medioklavikular memotong garis iga kedelapan, tepi hati berjalan miring melalui daerah perut
bagian atas (epigastrium) ke kiri. Sebagian besar hati tertutup oleh peritoneum, tetapi di
posterior, hati bergabung dengan sentrum tendineum diafragma pada bagian ‘area telanjang’ atau
bare area.
Permukaan diafragmatik terdapat ikat falsiform hati membagi permukaan anterior hati
secara superfisial menjadi bagian kanan dan bagian kiri hati. Ikat ini melekat pada permukaan
dalam dinding perut dan tepi bawahnya melekat pada ikat teres hepatis dan membentang sampai
ke pusat. Ikat falsiform membentuk ikat-ikat triangular pada permukaan superior hati di bawah
diafragma. Ikat triangular kiri berjalan di dalam kabel jaringan ikat, apendiks fibrosa. Ikat
triangular kanan membentuk sebuah sudut tumpul yang lipatan posteriornya membentuk ikat
hepatorenal. Ikat falsiform, ikat-ikat triangular, dan ikat hepatorenal bersama-sama membentuk
ikat koronar.
Permukaan viseral terdapat porta hepatis, pintu gerbang ke dalam hati antara lain arteri
hepatika propria, duktus koledokus, dan vena porta membentuk hubungan silang antara alur-alur
sagital yang bersama membentuk huruf H. Alur-alur sagital kiri mengandung sisa-sisa pembuluh
janin. Di anterior terdapat lig teres hepatis dan sisa vena umbilikalis sinistra yang berfungsi
mengalirkan kembali darah yang mengandung oksigen dari plasenta ke fetus. Di posterior
terdapat lig venosum dan sisa duktus venosus yang berfungsi sebagai jalan pintas yang
mempersingkat aliran darah dari vena umbilikalis sinistra langsung ke vena kava inferior tanpa
melalui hepar. Alur-alur sagital kanan mengandung kandung empedu di anterior dan di posterior
terdapat vena kava inferior .Vena kava inferior berjalan ke diafragma di belakang peritoneum di
dalam daerah telanjang. Lobus kuadratus menonjol di depan porta hepatis dan lobus kaudatus
terletak di belakangnya. Permukaan bawah bagian kiri hati memiliki jejak lambung. Permukaan
Kandung Empedu
Vesika felea adalah kantong berdinding tipis, berbentuk buah pir, panjangnya 8-12 sentimeter
dan 4-5 sentimeter (lebar), dan dapat menyimpan 30-50 ml cairan. Kandung empedu terletak
pada sebuah lekuk di hati dan melekat pada hati dengan perantaraan jaringan ikat.
Kandung empedu terdiri dari fundus, korpus, dan kolum yang memiliki pintu ke duktus sistikus.
Pasokan darah kandung empedu berasal dari dua sumber yaitu arteri sistikus yang merupakan
cabang arteri hepatika dekstra dan cabang-cabang kecil aa. Hepatika yang melalui fossa dimana
terletak kandung empedu. Meskipun demikian, tidak ada vena sistikus, drainase vena terjadi
melalui vena-vena kecil yang melewati alas kandung empedu.6,7
Pankreas
Pankreas memiliki kaput, kolum, korpus, dan kauda. Pankreas merupakan organ
retroperitoneal yang terletak kira-kira sepanjang bidang transpilorik. Kaput terikat di lateral oleh
duodenum yang melengkung dan kauda memanjang ke hilus lien pada lig lienorenale. Kantung
minor dan lambung adalah batas anterior pankreas. Pembuluh darah mesenterika superior lewat
di belakang pankreas.
Kaput pankreas mendapat pasokan darah dari aa. Pankreatikoduodenalis superior dan
inferior. A.lienalis berjalan di sepanjang batas atas korpus pankreas yang menerima darah
darinya melalui cabang besar a. pankreatika magna.6,7
Fraktur laring kadang dilupakan karena pada mulanya mungkin berlangsung tanpa
keluhan nyeri setempat. Sesak napas terjadi bila fraktur disertai hmatoma submukosa atau
emfisema. Pada pemeriksaan ditemukan sesak napas, keluar dahak campur darah, dan nyeri
laring saat menolehkan kepala. Pada laringoskopi lansung atau tidak langsung tampak darah,
jaringan yang memar, atau deformitas. Pemeiksaan CT-Scan dapat membantu mengetahui
adanya fraktur laring. Fraktur tertutup yang ringan tanpa robekan mukosa laring harus diaamati
dahulu untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi udem atau hematoma di jaringan laring yang dapat
menybabkan obstruksi. Bila tulang rawan tidoir pecah berkeping-keping, dilakukan trakeotomi
sekaligus pemasangan bidai lunak yang diletakan di dalam lumen laring yang difiksasi. Fragmen
direposisi dan dijahit pada perikondriumnya. Cedera laring daapt menimbulkan komplikasi
berupa stenosis laring akibat penyembuhan yang meembentuk jaringan parut, kualitas suara yang
jelek, dan kontraktur luka. Selain itu granuloma intubasi dapat tterjadi sebagai komplikasi
pemasangan pipa endotrakea yang lama sehingga perlu penanganan konservatif.8-12
Trauma Leher
Trauma leher dapat mengakibatkan luka terbuka atau luka tertutup. Penyebabnya dapat
karena tinju, pukulan karate, bacokan, kecelakaan lalu lintas, atau tusukan benda tajam. Trauma
leher dapat membuat cedera saluran napas, saluran pencernaan, pembuluh darah besar, atau
Cedera pada kelenjar liur bisa berasal dari intraoral atau dari luar akibat luka tajam maupun
tumpul. Kelenjar parotis paling sering cedera biasanya bersamaan dengan struktur sekitarnya
termasuk n.fasialis, duktus stensen, atau zigoma. Cedera duktus dijahit disertai pemasangan
kateter halus untuk mencegah fistel liur, dan cabang n.fasiaslis juga dijahit kembali. Setiap cabag
dari kelima cabang tepi n.fasialis harus diuji keutuhannya, untuk mencegah cacat paralisis
cabang n.fasialis. cedera n.aurikulatemporalis di depan telingan emnyeabkan terjadinya sindrom
frey yang ditandai berkeringat hebat dan kemerahan setempat di daerah parotis setelah
pemasangan kelenjar liur sewaktu menghadap makanan atau minuman. Oleh karena itu kelainan
ini disebut juga berkeringat gustatorius. Kadang sindrom frey dikacaukan dengan fistel liur
karena keringat banyak sekali.8-12
Pada trauma dada, peneyebab cedera harus ditentukan dahulu, kemudian baru dtentukan
macamnya baik tajam maupun tumpul. Trauma dada, yang umumnya berupa trauma tumpul
ebanyakan disebabkan kecelakaan lalu lintas. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman
Semua kelainan ini menyebabkan gawat dada akut yang analog dengan gawat perut akut,
dalam arti diagnosis harus ditegakan secepat mungin dan penanganan dilakukan segera untuk
mempertahankan pernapasan, ventilasi paru, dan pendarahan. Sering kali tindakan ang
diperlukan untuk menyelamatkan oenderita bukan tindakan operasi seperti pembebeasan jalan
napas, aspirasi rongga pelura, aspirasi rongga perikardium, dan penutupan luka sementara. Luka
tembus dada harus segera ditutup dengan jahitan kedap udara. Tindakan darurat yang perlu
dilakukan ialah pembebasan jalan napas, pemberian napas buatan dan ventilasi paru, pemantauan
aktivitas jantung serta peredaran darah. Tindakan darurat juga mencakup pungsi rongga dada
pada pneumotoraks desak, aspirasi hemotoraks masif, dan aspirasi perikard jika hematoperikard
menyebabkan tamponade jantung. Selanutnya harus dilakukan pemeriksaan roentgent toraks
pada sikap penderita duduk dengan arah dan sinar mendapat agar permukaan cairan jika ada
menjadi tampak. Bila keadaan umum tidak memungkinkan penderita duduk, ia dibaringkan pada
sisi kiri atau kanan.
Pada penanganan trauma toraks, diperlukan tindakan operatif bila ditemukan adanya
trauma tembus dan eksplorasi rongga dada bila diperlukan. Sumber perdarahan harus didiagnosis
seakurat mungkin, seperti trauma pada dinding rongga dada, trauma pada paru, mediastium, dan
diafragma. Eksplorasi rongga dada juga sangat berguna dalam penanganan hematotoraks dan
kebocoran udara yang persisten, karena jika keadaan t ersebut tidak ditangani dengan baik, angka
kematian, waktu meninggal dirumah sakit, dan sekuele akan meningkat. Selain torakotomi
konvensional, video assisted thoracic surgery dapat digunakan untuk mendiagnosis dan
mengkoreksi keadaan diatas.
Diagnosis patah tulang iga berdasarkan gejala dan tanda nyeri lokal yang timbul berupa
nyeri kompresi kiri kanan atau muka belakang dan nyeri pada gerak napas. Pada patah tulang iga
dapat berupa patah fraktur tunggal atau multipel. Jika multipel, bentuk dan gerak dada mungkin
masih memadai, tetapi mungkin tidak contohnya pernapasan paradoks pada patah tulang iga.
Pada patah tulang iga multipel, dinding biasanya akan tetap stabil. Fraktur tulang iga tunggal
Pemasangan bidai rekat tidak bermamfaat walauun memberi rasa aman kepada penderita.
Bidai rekat ini mengganggu pengembangan rongga dada, mengganggu gerakan napas,dan dapat
menyebabkan dermatitis dan efek mengurangi nyerinya tidak lebih baik daripada analgesik.
Jarang ditemukan dislokasi karena iga terbungkus periosteum yang kuat dan otot. Karena
pendarahan tulan iga baik, penyembuhan dan penyatuan tulang bbiasanya berjalan cepat.
Penyulit patah iga adalah pneumonia, penumotoraks, dan hematotoraks. Penumonia biasana
diseabkan oleh terganggunya gerak napas dan gerak batuk. Bila penderita tidak daapt batuk
untuk membersihan parunya, bronkopneumonia mudah terjadi. Penanganan terdiri dari
pemberian analgetik, antibiotik yang memadai, ekspektoran, dan fissioterapi. Pneumotoraks dan
hematotoraks terjadi karena tusukan dan patahan tulang pada pleura parietalis dan atas pleura
parietalis. Luka pleura parietalis dapat menyebabkan hematotoraks, sedangkan cedera pleura
viseralis menyebabkan hematotoraks atau penumotoraks. Iga 1 dan iga 2 jarang patah karena
selain merupakan tulang iga pendek, lebar, dan kuat, iga ini letaknya agak terlindungi. Patah
kedua iga ini haru dipandang berbahaya karena penderita pasti megalami cedera yang hebat
sehingga haus ditelusuri lebih lanjut untuk mencari adanya cedera jantung dan aorta.8-12
Pneumotoraks terjadi karena ada hubungan terbuka antara rongga dada dan dunia luar.
Hubungan ini mungkin melalui luka pada dinding dada yang menembus pleura parietalis atau
plera viseralis. Jika luka penyebab tetap tebuka paru akan menguncup karena elastisnya jaringan
paru dan karena tak adanya tekanan negatif yang menyedotnya keadaan ini disebut kolaps.
Gejala dan tanda klinis sama seperti penumotoraks spontan. Terapinya dilakukan pmasangan
penyalir sekat air seperti diutarakan pada pneumotoraks spontan. Jika terjadi mekanisme katup
pada luka di dinding toraks dan luka di pleura viseralis, timbul penumotoraks desak. Tekanan
dalam rongga pleura akan semakin tinggi karena penderita memaksa melakukan inspirasi kuat
untuk memperoleh asam, tetapi kemudian udaa tidak dapat diekspirasi keluar. Inspirasi paksaan
ini akan menambah tekanan sehingga semakin mendesak mediastinum ke sisi yang sehat dan
Pada hematotoraks tidak menimbukan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding
dada. Puka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Di dalam rongga dada,
dapat terkumpul banyak darah tanpa gejala yang menonjol. Kadang gejala dan tanda anemia atau
syok hipovolemik menjadi keluhan dan gejala yang pertama muncul. Diagnosis banding
hematotoraks adalah semua kelainan yang menyebabkan perdarahan dari sumber nontrauma di
rongga dada. Hematotoraks kecil yaitu tampak sebagai bayangan kurang dari 15% pada foto
roentgen cukup diobservasi dan tidak memerlukan tindakan khusus. Hematotoraks sedang aoti
tampak sebagai bayangan menutup 15-35% pada foto roentgen ditangani dengan pungsi dan
transfusi darah. Pada pungsi sedapat meungkin semua cairan dikeluarkan. Jika ternyata terjadi
kekambuhan, dipasanga penyalir sekat air. Hematotoraks besar lebih dari 35% ditangani dengan
penyalir air dan transfusi. Penyalit air dipasanga serendah mungkin pada dasar rongga dada
untuk mengosongkan rongga pleura dan memantau pendarahan. Peasangan penyalir dapat
dilakukan dengan atau tanpa trokar. Patah iga segera diperbaiki untuk menghentikan gerak
paradoks yang mengganggu pernapsan misalnya dengan menekan bagian iga yang patah atau
menariknay dengan traksi. Biasanya penderita mendapatkan ventilasi buatan dengan
menggunakan bantuan respirator sedapat mungkin dengan ventilasi bertekanan positif.8-12
Trauma tumpul pada jaringan paru mungkin menyebabkan kontusio jaringan paru. Pada
pemeriksaan fisik sering ditemukan kelainan. Penderita dapat mengalami batuk darah sebentar.
Pada pemeriksaan radiologik, tampak bayangan bercak di paru. Tidak ada terapi khusus
Trauma jantung dapat berupa trauma tumpul atau trauma tajam yang umumya trauma tusuk.
Keduanya dapat menyebabkan memar otot jantung, perdarahan ventrikel, dan tamponade
perikard. Trau,a jantung dapat pula mengakibatkan infark miokard atau defek sekat atrium dan
ventrikel. Trauma tumpul yang merusak sebagian dinding jantung dapat mengakibatkan gagal
jantung permanen. Tamponade perikard selalu ditandai dengan gejala klinis khas berupa trias
beck, yaitu hipotensi, suara jantung menjauh, bendungan vena leher, juga disertai dengan sesak
napas dan pulsus paradoksus. Pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah pungsi perikard
dan penyaliran isi rongga perikard atau membuat jendela perikard. Trauma tumpul pada arteri
pada jantung dapat dibagi menjadi beberapa derajat.
Derajat 1 adalah roberkan tunika intimayang luas. Kelainan ini tidak menunjukan gejala
atau tanda setempat maupun perifer. Komplikasi lanjutannya adalah penyempitan lumen
arteri karena pembentukan trombus mungkin sampai terjadi stenosis arteri.
Penganggulangannya berupa reseksi dan anastomosis. Pada pembuluh besar kadang luka
tunika intima dapat dijahit kemali melalui ateriotomi. Penyembuhan trombus spontan
dapat terjadi karena rekanalisasi trombus.
Derajat 2 adalah terjadi robekan tunika intima dan tunika media disertai dengan
hematoma dan trombosis dinding arteri. Secara klinis tidak tampak pendarahan luar,
tetapi terjadi iskemia di distal. Komplikasi lanjut dapat berupa emboli arteri yang terjadi
akut. Bila terjadi diseksi dinding arteri dapat terbentuk aneurisma vena yang kadang
ruptur spontan. Tindak bedah yang diperlukan adalah reseksi dan anastomosis.
Derajat 3 adalah kerusakan seluruh tebal dinding arteri diikuti dengan tergulungnya
tunika intima dan media ke dalam lumen serta pembentukan trombus pada tunika
advensitisia yang utuh. Tidak tampak perdarahan luar, tetapi terdapat iskemia yang jelas
di distal. Komplikasi lanjut berupa trombosis, stenosis arteri total, dan ruptur spontan.
Penanganannya berupa reseksi dan interposisi cangkok vena atau prostesis pembuluh.
Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat
dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (non complient organ) seperti hati,
lien, pankreas, dan ginjal. Secara umum mekanisme terjadinya trauma tumpul abdomen
disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga abdomen oleh benda-benda terfiksasi,
seperti sabuk pengaman atau setir kemudi akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat,
sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi
(perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang
dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh darah besar,
atau kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati
merupakan jenis organ yang tersering mengalami luka setelah trauma tumpul abdomen terjadi.
Trauma kendaraan menjadi penyebab utama trauma tumpul abdomen pada populasi. Tabrakan
auto-to-auto dan auto-to-pedestrian menjadi penyebab 50-75% kasus. Etiologi umum lainnya
termasuk terjatuh dan kecelakaan industri atau rekreasi.
Limpa merupakan organg yang paling sering terluka pada trauma tumpul abdomen dan
trauma toraks kiri bagian bawah. Keadaan ini mungkin disertai kerusakan usus halus, hati, dan
pankreas. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak langsung akibat kecelakaan lalu
lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pada olahraga luncur dan olahraga kontak seperti judo, karate,
atau silat. Ruptur limpa lambat dapat terjadi dalam jangka waktu minggu dan beberapa hari
setalah terjadinya trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi
karena ada laserasi kecil yang menyebabkan tamponade atau terbentuk hematom subkapsular
yang membesar secara lambat dan kemudian pecah. Trauma yang terjadi pada sewaktu operasi
dapat terjadi pada operasi abdomen bagian atas umpamanya karena alat penarik (retraktor) yang
dapat menyebabkan limpa terdorong atau ditarik terlalu jauh sehingga hilus atau pembuluh darah
sekitar hilus robek. Cedera iatrogenik juga dapat terjadi akibat pungsi limpa.
Pemeriksaan Penunjang
Blood typing
Pada pasien trauma harus dilakukan pengecekan golongan darah dan cross-match, sebagai
antisipasi jika sewaktu-waktu diperlukan transfusi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
yang mengancam jiwa.
Hitung leukosit
Enzim pankreas
Kadar amilase dan lipase dalam serum tidak terlalu memiliki arti penting untuk menunjang
diagnostik. Kadar amilase dan lipase yang normal dalam serum tidak dapt menyingkirkan
kecurigaan adanya trauma pankreas. Peningkatan mungkin mengarah pada cedera pankreas,
tapi juga mungkin dari cedera abdomen non pankreas. Jika ada kecurigaan cedera pankreas,
masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, misal CT scan.
Analisis toksikologi
Skrining rutin penyalahgunaan obat dan alkohol belum dilakukan pada penatalaksanaan
trauma tumpul abdomen, terlebih pada pasien dengan status mental normal.
Urinalisis
Gross hematuri mengarah pada adanya cedera ginjal serius dan membutuhkan investigai
yang lebih lanjut. Diperlukan juga pemeriksaan terhadap adanya hematuri mikro yang dapat
mengindikasikan cedra serius. Oleh karena itu, penting dialakukan pemeriksaan mikroskopik
atau urinalisis dipstick pada semua pasien trayma tumpul abdomen. Adanya nyeri abdomen
dan hematuri memiliki tingkat sensitifitas 64% dan 94% spesifik untuk cedera
intraabdominal yang telah dibuktikan melalui CT scan. 8-12
Pemeriksaan Radiologi
Pasien yang tidak kooperatif, dapat mengganggu hasil tes radiologi dan dapat beresiko
mengalami cedera spinal. Penyebab dari pasien yang tidak koopertatif ini harus dievaluasi,
misalnya karena hipoksia atau cedera otak. Demi kelancaran, pasien tersebut dapat
dipertimbangkan untuk diberi sedatif.
Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral, thorax AP, dan pelvis AP
dilakukan pada pasien trauma tumpul dengan multitrauma. Rontgen foto abdomen 3 posisi
(telentang, setengah tegak dan lateral dekubitus) berguna untuk melihat adanya udara bebas di
bawah diafragma ataupun udara di luar lumen di retroperitoneum, yang kalau ada pada keduanya
menjadi petunjuk untuk dilakukannya laparotomi. Hilangnya bayangan psoas menunjukkan
adanya kemungkinan cedera retroperitoneal. Foto polos abdomen memiliki kegunaan yang
terbatas, dan sudah digantikan oleh CT-scan dan USG.
Keuntungan CT-scan :
1. kuadran kanan atas abdomen (Morison's space antara liver ginjal kanan)
2. kuadran kiri ats abdomen (perisplenic dan perirenal kiri)
3. Suprapubic region (area perivesical)
4. Subxyphoid region (pericardiumhepatorenal space)
Daerah anechoic karena adanya darah dapat terlihat paling jelas jika dibandingkan
dengan organ padat di sekitarnya. Banyak penelitian retrospektif menyatakan manfaat USG
pada pasien dengan hemodinamik yang stabil atau tidak stabil untuk mendeteksi adanya
perdarahan intraperitoneal. Beberapa RCT menunjukkan penggunaan FAST untuk diagnostik
akan menghasil pasien dengan hasil perawatan yang lebih baik.
Metode pemeriksaan ultrasound pada kasus trauma tumpul abdomen adalah FAST
(Focused Abdominal Sonogram for Trauma). Tujuan primer dari FAST adalah
mengidentifikasi adanyan hemoperitonium pada pasien dengan kecurigaan cidera intra-
abdomen. Indikasi FAST adalah pasien yang secara hemodinamik unstable dengan
kecurigaan cedera abdomen dan pasien-pasien serupa yang juga mengalami cedera ekstra-
Selama upaya resusitasi, jika waktu dan keadaan memungkinkan, radiografi konvensional
dada dan abdomen sering dilakukan sebagai protokolo trauma. Ini dapat membantu
mengidentifikasi adanya pneumothorax, pneumoperitoneum atau cedera tulang. FAST dilakukan
oleh sinologist yang berpengalaman untuk mengecek cairan bebas intraperitoneal yang dapat
memberikan informasi dan yang mendukung keputusan untuk dilakukannya operasi secepatnya,
dengan tingkat false negative ≥15%. Jika hasil FAST jelek, misalnya kualitas gambar yang tidak
bagus, maka selanjutnya perlu dilakukan DPL. Jika USG dan DPL menunjukkan adanya
hemoperitoneum, maka diperlukan laparotomi emergensi. Hemoperitoneum pada pasien yang
tidak stabil secara klinis, tanpa cedera lain yang terlihat, juga mengindikasikan untuk dilakukan
laparotomi. Jika melalui USG dan DPL tidak didapati adanya hemoperitoneum, harus dilakukan
investigasi lebih lanjut terhadap lokasi perdarahan. Pada penatalaksanaan pasien tidak stabil
dengan fraktur pelvis mayor, harus diingat bahwa USG tidak bisa membedakan hemoperitoneum
dan uroperitoneum
X-ray dada harus dilakukan sebagai bagian dari initial evalutiaon karena dapat
menunjukkan adanya perdarah pada cavum thorax. Radiography antero-posterior pelvis bisa
menunjukkan adanya fraktur pelvis yang membutuhkan stabilisasi segera dan kemungkinan
dilakukan angiography untuk mengkontrol perdarahan. Bagi pasien yang resusitasinya berhasil
Penilaian klinis pada pasien trauma tumpul abdomen dengan kondisi sadar dan bebas
dari intoksikasi, pemeriksaan abdomen saja biasanya akurat tapi tetap tidak sempurna. Satu
penelitian prospective observational terhadap pasien dengan hemodinamik stabil, tanpa trauma
external dan dengan pemeriksaan abdomen yang normal, ternyata setelah dibuktikan melalui CT-
scan ditemukan sebanyak 7,1% kasus abnormalitas.
USG dan CT sering digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma tumpul abdomen
yang stabil. Jika pada USG awal tidak terdeteksi adanya perdarahan intraperitoneal, maka perlu
dilakukan pemeriksaan fisik, USG, dan CT secara serial. Pemeriksaan fisik serial dilakukan jika
hasil pemeriksaan dapat dipercaya, misal pada pasien dengan sensoris normal, dan cedera yang
mengganggu. Penelitian prospective observational terhadap 547 pasien menunjukkan USG kedua
(FAST) yang dilakukan selama 24 jam dari trauma, meningkatkan sensitifitas terhadap cedera
intraabdominal.
Jika USG awal mendeteksi adanya darah di intraperitoneal, maka kemudian dilakukan
CT scan untuk memperoleh gambaran cedera intraabdominal dan menaksir jumlah
hemoperitoneum. Keputusan apakah diperlukan laparotomy segera atau hanya terapi non operatif
tergantung pada cedera yang terdetaksi dan status klinis pasien. CT abdominal harus dilakukan
pada semua pasien dengan hemodinamik stabil, tapi tidak untuk pasien dengan perubahan
sensoris dan status mental karena cedera kepala tertutup, intoksikasi obat dan alkohol, atau
cedera lain yang mengganggu. 8-12
Trauma tumpul sangat berbahaya bagi nyaw manusia karena dapat merusakk organ baik
pernapasan dan abdomen. Trauma tumpul paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
dan pukulan. Pada pernapasan yang menyebabkan kegawatan adalah obstuksi jalan napas,
hemotoraks berat, tamponade jantung, pneumotoraks desak, flail chest, penumotoraks terbuka,
dan kebocoran udara trakea bronkus. Pada abdomen yang paling sering menyebabkan kegawatan
adalah limpa dan hati karena sering menyebabkan pendarahan. Penatalaksanaan yang tepat
sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa pasien terutama pada kegawatdaruratan tersebut.
Daftar Pustaka