Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. AnatomiThorax

Thorax adalah rongga dalam tubuh yang terletak diantara leher dan

thorax. Thorax tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang

membentuk dinding thorax adalah sternum, costae dan cartilage costalis,

serta parsthoracica columna vertebralis. Jaringan lunak yang membentuk

dinding thorax adalah otot serta pembuluh darah, terutama pembuluh

darah interkostalis dan torakalis interna. Dalam cavum thorax terdapat

organ - organ yang vital bagi tubuh, yakni paru-paru, jantung, dan aorta

(pembuluh darah besar yang keluar dari jantung) (Imelda,2014)

Rangka thorax tersusun atas tulang vertebra thoracal, sternum,

tulang iga dan tulang rawan. Dua belas tulang vertebra membentuk

bagian belakang dari rongga thorax, bagian depan terdapat sternum yang

berada pada bagian tengah dari rongga thorax.

Sternum sendiri terdiri atas tiga bagian yaitu manubrium, badan

sternum dan procesus xiphoideus. Bagian atas manubrium berbentuk

segitiga. Manubrium bersendi dengan tulang iga ke satu dan kedua dan

juga dengan clavicula. Sisi samping dari rongga thorax tersusun atas dua

belas tulang iga, yang kesemuanya bersendi dengan vertebra thoracal

pada bagian belakang.

Rongga thorax terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atas yang

terbentuk dari vertebra thoracal satu, tulang iga pertama dan tulang

7
8

rawan serta manubrium. Bagian ini disebut thoracic inlet. Bagian bawah

adalah merupakan bagian terbesar dari rongga thorax dan terbentuk dari

sebelas vertebra thoracal, sebelas tulang iga dan tulang rawan serta

processus xiphoideus, bagian ini disebut dengan thoracic outlet. Anatomi

dari rangka thorax dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.

Keterangan :

1. Scapula (Acromion, coracoid procesus, glenoid cavity)


2. Clavicula
3. True Ribs(1-7)
4. Costal cartilago
5. Flase Ribs (8-12)
6. Floating Ribs (11-12)
7. Sternum (Jugular notch, Manubrium, Angle, Body, Xiphoid
Procesus)

Gambar 2.1 Rangka thorax (Netter, 2014)

Dasar thorax dibentuk oleh otot diafragma yang dipersarafi oleh

nervus frenikus. Diafragma membentuk jalan aorta, vena cava inferior,

dan esofagus.
9

2. Isi rongga thorax

Rongga thorax berisi sebagian organ-organ sistem respirasi

(pernapasan) dan jantung serta pembuluh darah besar yang keluar dari

jantung. Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru paru, sedangkan

rongga mediastinum terletak di tengah dada.

a. Paru-paru

Paru-paru adalah organ pada sistem respirasi (pernapasan)

yang terletak dalam rongga thorax. Fungsi paru- paru sebagai tempat

pertukaran oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah.

Setiap paru berbentuk kerucut dan memiliki:apeks, yang meluas ke

dalam leher sekitar 2,5 cm di atas vicula, permukaan costo-vertebral,

menempel pada bagian dalam dinding dada, permukaan mediastinal,

menempel pada pericardium dan jantung, basis, yang terletak pada

diafragma.

Paru kanan terbagi dari duafisura menjadi tiga lobus, yaitu:

superior, medial, dan inferior. Paru kiri dibagi oleh sebuah fisura

menjadi dua lobus, yaitu: superior dan inferior. Bronkus pada setiap

sisi bercabang menjadi cabang-cabang utama, satu untuk setiap

lobus paru. Segmen paru pada daerah tersebut disuplai oleh cabang

utama bronkus, di mana setiap segmen merupakan unit mandiri

dengan suplai darah sendiri. Paru kanan memiliki sepuluh segmen,

paru kiri memiliki sembilan segmen. Setiap segmen berbentuk baji

dengan tepi yang tipis pada hilus paru. Bronkiolus adalah salah satu

cabang yang lebih kecil dan tidak memiliki cartilage dalam dindingnya.

Setiap bronkiolus memecah menjadi cabang-cabang yang lebih kecil.


10

Duktus alveolaris merupakan cabang terkecil, yang di setiap ujungnya

terdapat sekelompok alveolus. Alveolus adalah kantong berdinding

tipis yang mengandung udara. Melalui seluruh dinding inilah terjadi

pertukaran gas.

Hilus paru berada pada permukaan mediastinal. Struktur yang

meninggalkan hilus paru adalah bronkus dan cabang utama, arteria

pulmonalis, vena pulmonalis, pembuluh limfe, dan saraf. Setiap arteria

pulmonalis membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan

jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-

cabang untuk lobus, segmen dan Iobules. Cabang-cabang terminal

berakhir dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap

alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara

progresif semakin besar, akhirnya membentuk vena pulmonalis dua

pada setiap sisi, dan dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke dalam

atrium kiri jantung.

Arteria bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan

paru dengan darah yang teroksigenasi. Dimana drainase Iimfe

menuju kelenjar Iimfe pada bifurcation trachea, kemudian menuju

kelenjar Iimfe di sekitar trachea dan di dalam mediastinum. Inervasi

saraf parasimpatis melalui nervus vagus; simpatis dari truncus

symphaticus.
11

Keterangan :
1. Trachea 7. Vena Pulmonary
2. Lobus Atas 8. Vena Cava Inferior
3. Vena Cava Superior 9. Jantung
4. Artery Pulmonari kanan 10. Lobus Bawah
5. Lobus Tengah 11.Artery Bronchus kanan
6. Artery Bronchus kanan 12. Aorta

Gambar 2.2 Paru-paru dan struktur mediastinum (posterior view) (Bontrager


2018)

b. Rongga Pleura
Baik paru kanan maupun paru kiri bersebelahan dengan satu

rongga pleura dimana dibatasi oleh seros membrane atau pleura.

Pleura dibagi dalam dua bagian, bagian pertama disebut dengan

pleura parietal. Pleura parietal berhubungan dengan dinding thorax

dan diaphragma, serta dapat bergerak mengikuti pergerakan

pernafasan. Bagian kedua disebut dengan pleura visceral, adalah

merupakan lapisan bagian dalam yang melapisi paru-paru dan

berlanjut sampai kebagian fissure, dimana lapisan ini menutupi tiap

lobus dengan baik. Lapisan pleura parietal dan visceral dipisahkan

satu sama lain oleh ruang seperti celah yang dinamakan rongga
12

pleura. Rongga pleura biasanya mengandung sejumlah kecil jaringan

cairan, cairan pleura yang melapisi permukaan dari pleura sehingga

tidak terjadi gesekan. Pleura parietal berdasarkan permukaan yang

menutupinya dibagi menjadi pleura cervical, pleura costa dan pleura

diafragma (Snell, 2012).

c. Bronchus
Trachea bercabang menjadi dua bagian utama yaitu bronchus

kanan dan bronchus kiri yang berada pada daerah setinggi vertebra

thoracal 5. Percabangan ini disebut dengan carina. Pada hilus,

bronchus utama masuk ke paru-paru dan bercabang lagi menjadi

secondary bronchi, yang berhubungan dengan lobus dari tiap paru.

Kemudian secondary bronchus bercabang lagi menjadi tertiary

bronchus. Percabangan bronchus berlanjut sampai pada bagian yang

paling kecil dari paru-paru yaitu alveoli (Snell, 2012).

d. Mediastinum

Mediastinum adalah rongga di antara paru-paru kanan dan kiri

yang berisi jantung, aorta dan arteri besar, pembuluh darah vena

besar, trachea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah

bening dan salurannya. Kelenjar thymus berbentuk segitiga yang

terdapat pada bagian atas dari mediastinum dan dibelakang

manubrium. Kelenjar thymus memproduksi lympocytes yang berperan

penting dalam fungsi pertahanan tubuh (Snell, 2012).

e. Jantung (Cor)

Jantung adalah organ muscular berongga yang bentuknya

menyerupai piramid ataujantung pisang, serta menjadi pusat sirkulasi


13

darah ke seluruh tubuh. Letaknya berada didalam rongga thorax pada

bagian mediastinum.

Bagian-bagian jantung, yaitu:

1) Basis kordis, bagian jantung sebelah atas yang berhubungan

dengan pembuluh darah besar (aorta asendens, arteri pulmonalis,

vena pulmonalis, dan vena kava superior). Basis kordis dibentuk

oleh atrium sinistra dan sebagian atrium dekstra,

sedangkanbagian posterior dibentuk oleh aorta desendens,

esofagus, vena azigos, dan duktus thorasicus setinggi vertebra

torakalis ke-5 sampai ke-8.

2) Apeks kordis, adalah bagian bawah jantung yang berbentuk

kerucut tumpul. Bagian ini dibentuk oleh ujung ventrikel sinistra

dari dinding thorax, serta ditutupi oleh paru-paru dan pleura

sinistra dari dinding thorax.

Permukaan jantung (fasies kordis) terdiri atas tiga lapis,

yakni fasies sternokostalis, fasiesdorsalis,dan fasies

diafragmatika.Fasiessternokostalis adalah permukaan yang

menghadapke depan berbatasan dengan dinding depan thorax

yang dibentuk oleh atrium dekstra,ventrikel dekstra, dan sedikit

ventrikel sinistra. Fasies dorsalis adalah permukaan jantungyang

menghadap ke belakang, berbentuk segi empat, berbatasan

dengan mediastinumposterior, dan dibentuk oleh dinding atrium

sinistra, sebagian atrium dekstra dan sebagian kecil ventrikel

sinistra. Fasies diafragmatika adalah permukaan bagian bawah


14

jantung berbatasan dengan sentrum tendinium yang dibentuk oleh

dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

Keterangan :

1. Arcus Aorta 7. Ventrikel kanan


2. Arteri Pulmonalis 8. Sulcus Atrioventriculus
3. Auricula Sinistra 9. Atrium Kanan
4. Sulcus Interventriculus 10. Auirucula Kanan
Anterior 11. Vena Kava Superior
5. Ventrikel kiri 12. Aorta Ascendens
6. Apex

Gambar 2.3 Anatomi Jantung (Bontrager, 2014)

3. Patologi Kanker paru

Massa paru–paru primer biasanya diklasifikasikan menurut jenis

histologinya.Semuanya memiliki riwayat alami dan respon terhadap

pengobatan yang berbeda-beda. Massa paru-paru sering terjadi baik pada

pria maupun wanita. Massa atau kanker paru juga merupakan penyebab

utama dari kematian. Lebih dari 90 % massa atau kanker paru berasal dari

bronki (saluran udara besar yang masuk ke paru), kanker ini disebut

karsinoma bronkogenik.
15

Massa paru-paru (juga dikenal sebagai karsinoma paru-paru) adalah

penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada

jaringan paru-paru. Jika tidak diobati, pertumbuhan ini bisa menyebar di

luar paru-paru dengan proses metastasis ke jaringan di dekatnya atau

bagian lain dari tubuh.

Ditinjau dari tingkat penyebarannya, baik di jaringan paru-paru dan

organ tubuh lainnya, kanker paru-paru dibedakan menjadi dua yaitu

sebagai berikut:

a. Kanker paru-paru primer.

Kanker paru-paru primer yang memiliki dua type utama, yaitu

small cell lung cancer (SCLC) dan nonsmall cell lung cancer (NSCLC).

SCLC adalah jenis sel yang kecil-kecil (banyak) yang mempunyai daya

pertumbuhan sangat cepat. Biasanya, sel-sel ini dinamakan oat cell

carnorrtas (karsinoma sel gandum). Tipe tersebut sangat erat

kaintannya dengan perokok. Penanganan bisa melalui tindakan

chemotherapy dan radiation therapy.

Sementara itu, NSCLC ialah pertumbuhan sel tunggal, tetapi

sering kali menyerang lebih dari satu daerah di paru0paru. Misalnya

adenoma, hamartoma kondromatous, dan sarkoma.

b. Kanker paru-paru sekunder

Kanker paru-paru sekunder sebagai dampak penyebaran kanker

dari bagian organ tubuh lain. Kanker jenis ini yang sering kali ditemui

adalah kanker payudara dan kanker usus (perut). Kanker menyebar

melalui darah, sistem limpa, atau letak organ yang berdekatan.


16

Beberapa prosedur yang dapat memepermudah diagnosis kanker

paru-paru antara lai foto X-ray, CT scan thorax, biopsi jarum halus, dan

bronkoskopi.

4. Etiologi

Penyebab terjadinya massa karena pembelahan sel yang abnormal.

Perbedaan sifat sel massa atau tumor tergantung dari besarnya

penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya dalam pertumbuhan,

kemampuan mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis

(Wawan,2015).

Sekumpulan faktor genetik dan lingkungan dapat meningkatkan

resiko terjadinya massaatau tumor, antara lain (Wawan,2015) :

a. Riwayat keluarga

Faktor ini dinilai sangat dominan sebagai penyebab kanker,

karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Jadi, ada

beberapa keluarga yang memiliki risiko terkena kanker lebih tinggi

ketimbang keluarga lainnya.

b. Kelainan kromosom

Misalnya seseorang dengan tingkat syndrome down yang memiliki

3 buah kromosom berisiko 12–20 kali lebih tinggi menderita leukimia .

c. Faktor lingkungan

Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko terjadinya

kanker. Salah satunya adalah merokok. Merokok bisa meningkatkan

risiko kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih.

d. Makanan

Makanan merupakan faktor risiko penting dalam kanker, terutama


17

kanker pencernaan. Peminum alkohol juga berisiko lebih tinggi terkena

kanker di area perut.

e. Bahan Kimia

Banyak bahan kimia yang dideteksi sebagai penyebab kanker.

Terkadang itu diketahui setelah beberapa tahun kemudian.

f. Tempat tinggal

Resiko kanker tersebut sepertinya melibatkan banyak faktor, yang

merupakan gabungan dari faktor genetik, makanan , dan lingkungan

g. Virus

Beberapa virus dapat menyebabkan kanker pada manusia. Virus

penyebab kanker ini disebut virus onkogenik. Misalnya virus hepatitis B

dan hepatitis C yang bisa menyebabkan kanker hati.

h. Infeksi

Infeksi yang dikarenakan parasit schistosoma bisa menyebabkan

kanker kandung kemih lantaran terjadinya iritasi menahun pada

kandung kemih.

i. Hormon

Pada beberapa penelitian diketahui pemberian hormon tertentu

secara berlebihan dapat menimbulkan kanker pada organ tubuh yang

dipegaruhinya, misalnya payudara, rahim, indung telur, dan prostat.

B. Prinsip dasar CT Scan.

Computed Tomography (CT) adalah bentuk khusus dari tomografi di

mana komputer digunakan untuk membuat rekonstruksi matematis dari

bidang atau irisan tomografi. Ini menghasilkan gambar di bagian trans-

aksial, yaitu tegak lurus terhadap sumbu rotasi tabung sinar-X. CT Scan
18

ditemukan oleh Sir Godfrey N Hounsfield pada tahun 1970 dan awalnya

bernama computerized axial tomography (CAT). Mesin komersial pertama

dirancang untuk mempelajari kepala (1973), dan kemudian diubah untuk

memindai bagian tubuh mana pun (1975). Penghargaan Nobel diberikan

kepada penemuan pada tahun 1979, untuk GN Hounsfield (Inggris)

danAlan M Cormack (AS). Pada tahun 1963, Alan Cormack membangun

model laboratorium untuk rekonstruksi gambar.

Fitur khusus gambar CT termasuk gambar bersilangan sectional,

menghilangkan struktur yang superimposisi, tidak dipengaruhi oleh sifat-

sifat area sekitarnya, tingkat perbedaan atenuasi sinar-X adalah 10 kali

lebih tinggi dari radiografi gambar, karena eliminasi hamburan. Kontras

minimum dalam radiografi 2%, sedangkan pada CT scan 0,1-0,3%.

Di dalam pengobatan, CT digunakan untuk diagnosis kanker, trauma

dan osteoporosis. Dalam industri, digunakan untuk pengujian non destruktif

dan analisis inti tanah( Thayalan, 2014).

1. Komponen dasar CT

Secara umum, semua CT Scan memiliki konsol computer, gantry, dan

meja pemeriksaan.( Thayalan, 2014)

a) Konsol untuk kontrol operator

Ada 3 konsol dalam CT scan, satu untuk mengoperasikannya

sistem pencitraan, satu untuk memposting gambar proses dan yang

lain bagi dokter untuk melihat gambar. Konsol pengoperasian

adalah dilengkapi dengan monitor, kontrol untuk pemilihan faktor

teknik, gerakan gantry dan meja pasien, perintah komputer untuk


19

gambar rekonstruksi dan transfer, pemilihan kVp, mA dan ketebalan

irisan.

Biasanya, 2 monitor disediakan, satu untuk memasukkan

keterangan data pasien (rumah sakit, nama pasien, usia, jenis

kelamin), dan identifikasi gambar (nomor, teknik, posisi meja), yang

lain bagi operator untuk melihat gambar.

Konsol kontrol dokter digunakan untuk memanggil dan

memanipulasi gambar, optimalkan informasi diagnostik, kontras dan

kecerahan penyesuaian, teknik pembesaran, tampilan wilayah minat

(ROI), penggunaan paket perangkat lunak online dan pengarsipan

gambar dan komunikasi jaringan sistem (PACS).

b) Komputer

Komputer digunakan untuk menyelesaikan lebih dari 250.000

persamaan dengan bantuan prosesor mikroprosesor/array dan

memiliki memori utama. Perangkat lunak termasuk plot CT Number,

mean dan standar deviasi nilai CT dariROI, teknik substraksi,

perencana dan volumetric analisis kuantitatif dan rekonstruksi

gambar dalam koronal, sagital dan bidang miring.

c) Gantry

Gantry CT Scan terdiri dari tabung sinar-X, kolimasi dan filtrasi,

detector dan generator bertegangan tinggi.

1) Tabung sinar-X menggunakan tegangan yang intens agar

kinerjanya menjadi stabil. Intensitas sinar –X tidak boleh

berbeda dari siklus akuisisi gambardan spectrum sinar-X harus

sempit (tidahberubah). Pengoperasian tabung pada waktu


20

pemaparan yang lama pada mA tinggi (mis, 90 detik, 120 kV,

200 mA) Kapasitas panas tabungsekitar 4MJ dan perubahan

panas disediakan dengan menggunakan pendingin oli, udara

untuk menjaga gantry tetap pada suhu rendah.

2) Kolimasi dan Filtrasi

CT Scan menggunakan satu atau dua kolimator, yang

mengurangi dosis pasien dan meningkatkan kontras gambar,

dengan membatasi radiasi hambur. CT Scan single slice

menggunakan 2 kolimator sebagai pra dan pasca-pasien

(predetektor) collimation. CT Scan multislice hanya

menggunakan collimator tunggal sebagai prepatient collimation.

3) Detector

Persyaratan detektor CT scan adalah kecil dengan resolusi

yang baik (600–900 untuk single slice, lebar <1,5 mm), efisiensi

deteksi tinggi, respon cepat, dapat diabaikan setelah cahaya,

rentang dinamis yang luas dan respons bebas noise.

4) Generator bertegangan tinggi.

Generator tegangan tinggi dipasang pada gantry, yang

membutuhkan 0,3 s untuk rotasi 360 °. Gantry dapat dimiringkan

hingga 30 ° dan beratnya sekitar 500 kg. Generator adalah

generator frekuensi tinggi dengan kapasitas 60 kW. Ini

memberikan arus tabung yang stabil dan tegangan dikontrol

oleh mikroprosesor. Generator dapat memberikan arus tabung

sekitar 800 mA @ 125 kV dengan durasi pulsa 2-4 ms.


21

d) Meja pemeriksaan (Couch)

Meja pemeriksaan mendukung kenyamanan pasien dan terdiri

dari bahan rendah z, mis. Fiber Karbon. Digerakkan oleh motor,

untuk posisi pasien yang halus dan tidak terpengaruh oleh berat

badan pasien. Ini bergerak secara longitudinal melalui gantry

aperture, diindeks secara otomatis dan meja dapat dilepas.

2. Parameter CT

a) Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA)

dan waktu eksposi (s), besarnya tegangan tabung dapat dipilih

secara otomatis pada tiap pemeriksaan. Namun kadang-kadang

pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk menyesuaikan

ketebalan obyek yang akan diperiksa (rentang antara 80-140 kV)

(Seeram, 2009).

b) Slice Thickness

Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari

obyek yang diperiksa. Pada umumnya ukuran yang tebal akan

menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya

ukuran yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail

tinggi. Namun, semakin tipis irisan maka akan semakin banyak

noise yang terbentuk (Bontrager, 2014).

c) Field Of View (FOV)

Field of View (FOV) berpengaruh pada dimensi fisik dan tiap

pixel. Ukuran dapat meningkatkan spasial resolusi maka pixel


22

harus dikurangi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menggunakan

FOV yang lebih kecil (Seeram, 2009).

d) Matriks

Resolusi display ditentukan oleh jumlah pixel per dimensi

horizontal, vertikal dan matriks pada monitor. Semakin tinggi

ukuran matriks maka semakin tinggi spasial resolusi yang

ditampilkan (Seeram, 2009).

e) Pitch

Pitch merupakan pergerakan meja pasien per rotasi dibagi slice

thickness. Pitch berpengaruh pada kualitas dan volume gambaran.

Pitch yang tinggi akan meningkatkan volume gambaran karena

berpengaruh pada resolusi gambar sepanjang Z-axis (Seeram,

2009).

f) Rekonstruksi algoritma

Bentuk dari filter kernel berpengaruh langsung terhadap spasial

resolusi. Filter tulang memiliki spasial resolusi yang paling baik dan

filter jaringan lunak memiliki spasial resolusi lebih rendah (Bushberg,

2003).

g) CT Number

CT number adalah perhitungan komputer dengan menentukan

derajat atenuasi setiap voxel, lalu nilai ini akan dikonversi skala

numerik, nilai ini mempunyai satuan Hounsfield Unit (HU) yang

diambil dari nama penemu CT-Scan pertama kali yaitu Godfrey

Hounsfield.
23

Dasar dari pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU.

Untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU.

Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU.

Diantara rentang tersebut merupakan jaringan atau substansi lain

dengan nilai yang berbeda-beda pula tergantung pada tingkat

perlemahannya. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi

menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang disebut gray scale.

Tipe jaringan Nilai CT (HU) Penampakan


Tulang +1000 Putih
Otot +50 Abu-abu
Materi putih +45 Abu-abu menyala
Materi abu-abu +40 Abu-abu
Darah +20 Abu-abu*
CSF +15 Abu-abu
Air 0 (basis)
Lemak -100 Abu-abu gelap ke hitam
Paru -200 Abu-abu gelap ke hitam
Udara -1000 Hitam
Tabel 2.1. Nilai CT number (Bontrager, 2018)
Keterangan :

* tampilan menjadi putih jika dicampur media kontras iodine

h) Windowing

Citra CT Scan direkonstruksi menggunakan data yang

ditangkap oleh detektor yang berupa data numerik. Data ini berisi

informasi derajat abu-abu yang nantinya akan ditampilkan untuk

dinilai oleh radiolog. Data numerik ini memiliki informasi CT number

dengan nilai terendah adalah hitam dan nilai tertinggi adalah putih.

Windowing adalah metode mengubah CT number dari citra yang

dihasilkan. Observer atau radiolog akan mengubah ini untuk

mengoptimalkan perbedaan jaringan. Dengan memanipulasi CT


24

number dari jaringan yang berbeda, maka citra akan menampilkan

organ yang ingin dinilai.

Kecerahan dan kontras pada jaringan dapat dengan mudah

diubah menggunakan fitur, yaitu window width dan window level.

Window width adalah rentang CT Number yang berarti WW

mengatur nilai maksimum dari skala abu-abu yang nantinya akan

ditampilkan oleh citra. Window level adalah nilai tengah dari CT

number yang akan menjadi nilai tengah dari Window width. Nilainya

dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari

struktur objek yang diperiksa. Window level ini menentukan

intensitascitra yang dihasilkan (Merrill, 2016).

i) Rekonstruksi increment

Rekonstruksi increment merupakan jarak antara citra-citra

terekonstruksi pada arah-z yang menjelaskan mengenai derajat

tumpukan antara citra-citra axial. Rekonstruksi increment tidak

terikat pada kolimasi berkas sinar-X dan tidak berefek pada waktu

scan atau eksposi pada pasien.

C. Persiapan media kontras dan obat-obatan.

Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT-Scan thorak untuk

memperjelas struktur jaringan tubuh yang akan diperiksa.Teknik injeksi

kontrasmenurut (Bruening, 2003) adalah sebagai berikut :

1. Jenis Media Kontras :Kontras dengan osmolaritas rendah300-

320mg iodine /ml.

2. Volume pemakaian : 80 ml – 100 ml.

3. Injeksi rate : 3 ml /dt


25

4. Waktu scaning :Scaning dilakukan 20 detik sesudah

pemasukan awal kontras.

D. Prosedur pemeriksaan CT thorax

1. Pengertian

Pemeriksaan CT Scan thorax difokuskan pada organ thorax yang

dibatasi apex bagian atas dan mediastinum di bagian bawah

(Bontrager,2014).

2. Indikasi Pemeriksaan CTscan thorax (Bontrager,2014):

1) Tumor

2) Aneurisma

3) Abses

4) Lesi pada hilus atau mediastinal

5) Pembedahan Aorta

3. Kontra Indikasi (Bontrager, 2014)

a. Alergi terhadap bahan media kontras

b. Kadar ureum dan kreatinin tinggi

4. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan pemeriksaan CT scan thorax dibedakan menjadi

dua bagian yaitu :

a) Peralatan steril:

1) Spuit

2) Wingneedle

3) Kassa dan kapas

4) Alkohol

5) Mediakontras
26

6) Obat antihistamine

b) Peralatan non steril:

1) Seperangkat pesawat Multi Slice Computed Tomography

2) Selimut

3) Tabungoksigen

4) Tiang infus

5) Injektor

5. Posisi Pasien

Pasien diposisikan supine dengan head first pada meja

pemeriksaan dengan MSP tubuh pasien parallel dengan lampu

longitudinal. Mid Coronal Plane pasien memotong tepat pada

pertengahan lampu horizontal dari gantry. Lengan pasien harus berada

diatas kepala. Untuk meminimalisir artefak dari gerakan bisa digunakan

bantalan dan straps. Bantalan diletakkan dibawah lutut, selain untuk

kenyamanan pasien juga untuk meratakan punggung belakang

sehingga bisa menempel rata dengan meja pemeriksaan sehingga bisa

mengurangi pergerakan dari pasien. Teknik pernafasan juga perlu

diberitahukan pada pasien sebelum pemeriksaan dimulai. Dalam kata

lain komunikasi sangat diperlukan untuk keberhasilan pemeriksaan

(Nesseth, 2000).

6. Posisi Obyek

Pasien diposisikan sehingga midsagital plane (MSP) sejajar

dengan lampu indikator longitudinal dan Mid Coronal Plane (MCP)

sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan diposisikan

senyaman mungkin diatas kepala.


27

7. Prosedur Pemeriksaan

Pasien melepaskan aksesoris atau benda logam untulk menghindari

artefak, menjelaskan instruksi-instruksi yang menyangkut posisi pasien

dan prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan jelas terutama jika

pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Pasien difiksasi

untuk menghindari gerakan pasien selama pemeriksaan berlangsung.

Pasien dilatih untuk menahan nafas selama beberapa detik dan

diintruksikan kembali. Kemudian dilakukan pengambilan topogram atau

scanogram dengan posisi antero posterior (AP). Topogram dibuat dari

atas apex sampai dengan diafragma. Topogram dimaksudkan sebagai

acuan untuk menentukan posisi awal dan akhir dari scanning yang akan

dibuat (Bontrager,2014)

Gambar 2.4 Scanogram CT- Scan Thorak (Bontrager, 2014)

E. Media Kontras

1. Faktor yang mempengaruhi contrast enhancement pada pemberian

media kontras
28

a). Injection Duration

Injection duration adalah hasil perhitungan volume media

kontras yang dibagi dengan injection rate yang mempengaruhi

besar dan waktu untuk mencapai contrast enhancement. Dengan

waktu injeksi yang lebih lama (tanpa menurunkan injection rate)

akan menghasilkan pemberian volume media kontras yang lebih

banyak ke tubuh kemudian contrast enhancement pada vaskular

dan parenkim akan mengalami peningkatan dan faktor klinis yang

mempengaruhi injection duration antara lain ukuran tubuh,

pembuluh darah maupun organ yang diperiksa serta tingkat

enchancement yang ingin dicapai (Bae, 2010).

Faktor klinis yang mempengaruhi injection duration antara lain

ukuran tubuh, pembuluh darah maupun organ yang diperiksa, dan

tingkat enhancement yang ingin dicapai. Ketika dosis iodine yang

dibutuhkan saat pemeriksaan CT lebih banyak tetapi injection rate

dan contrast medium concentration tidak meningkat, maka akan

semakin lama waktu pemberian media kontras iodine. Injection

rate yang tinggi tanpa meningkatkan volume media kontras akan

berguna untuk mencapai enhancement arterial, akan tetapi

injection rate yang tinggi memiliki keterbatasan enhancement pada

parenkim dan vena disebabkan keseluruhan dosis iodine yang

diberikan kedalam tubuh (Bae,2010).

Injection duration merupakan faktor yang paling penting untuk

menentukan scan timing sebab secara langsung mempengaruhi

waktu puncak contrast enhancement suatu organ maupun


29

pembuluh darah. Ketika injection duration meningkat, waktu

maksimum media kontras akan tertunda dan setelah itu waktu

puncak contrast enhancement meningkat. Dengan demikian,

protokol dengan injection duration yang panjang membutuhkan

scan delay yang panjang untuk mencapai contrast enhancement

maksimal selama pemeriksaan, dan sebaliknya protokol dengan

injection duration yang pendek akan menghasilkan waktu puncak

arteri dan parenchymal enhancement yang lebih awal dengan

scan delay yang pendek (Bae,2010).

b). Injection Rate

Apabila pada injection duration tetap, maka injection rate lebih

cepat yang akan meningkatkan tingkat pengiriman dan jumlah

keseluruhan media kontras serta menghasilkan vascular

enhancement dan parenchymal enchancement yang lebih

besar.Di sisi lain, ketika jumlah media kontras ditetapkan dengan

injeksi lebih cepat akan meningkatkan tingkat pengiriman tetapi

dapat memperpendek injection duration dan waktu enhancement.

Dengan pengiriman yang lebih cepat pada volume tetap akan

meningkatkan aortic enhancement dan menurunkan tingkat

hepatic maupun venous enhancement (Bae, 2010).

c). Contrast Medium Concentration

Media kontras intravena tersedia dalam rentang konsentrasi

240-370 mg iodine per millimeter. Pemilihan kosentrasi media

kontras yang tepat bergantung pada beberapa faktor antara lain

persediaan media kontras, obyek klinis, konfigurasi CT scan,


30

injektor dan biaya. Media kontras dengan konsentrasi iodine tinggi

(350 mg iodine per milimeter dan lebih tinggi) pada MDCT akan

menghasilkan arterial enchancement yang maksimal

danmeningkatkan hypervascular tumor. Ketika volume, injection

rate dan injection duration di tetapkan, dengan konsentrasi media

kontras yang lebih tinggi akan mengirim dosis iodine lebih cepat

dalam jumlah yang lebih besar. Di sisi lain, ketika seluruh dosis

iodine ditetapkan, volume injeksi dan durasi bergantung pada

kosentrasi, bolus dengan konsentrasi media kontras lebih tinggi

akan menghasilkan volume lebih kecil dibandingkan dengan media

kontras yang lebih rendah. Volume media kontras yang kecil

dengan konsentrasi tinggi ketika diinjeksikan pada injection rate

yang tetap akan menghasilkan waktu pengiriman iodine yang lebih

cepat sehingga waktu puncak arterial enhancement tampak lebih

awal akan tetapi enhancement berlangsung pendek (Bae,2010).

F. Pertanyaan Penelitian

1. Apa tujuan pemeriksaan CT thorax dengan diagnosa Ca paru di RSUD

Arjawinangun Kab. Cirebon?

2. Bagaimana persiapan pasien pada pemeriksaan CT thorax dengan

diagnosa Ca paru di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

3. Bagaimana persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan CT thorax

dengan diagnosa Caparu di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

4. Bagaimana teknik pemeriksaan CT thorax dengan diagnosa Ca paru di

RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?


31

5. Apa jenis media kontras yang digunakan pada pemeriksaan ctthorax

dengan diagnosa Caparu di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

6. Berapa volume dan konsentrasi media kontras yang digunakan pada

pemeriksaan ctthorax dengan diagnosa Ca paru di RSUD Arjawinangun

Kab. Cirebon?

7. Bagaimana cara pemberian media kontras pada CT thorax dengan

diagnosa Ca paru di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

8. Bagaimana prosedur penggunaan media kontras pada CT thorax

dengan diagnosa Ca paru di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

9. Apa alasan dilakukan pemberian kontras menggunakan media kontras

water soluble (Iopamiro) sebanyak 100 ml pada CT thorax dengan

diagnosa Ca paru di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

10. Informasi apa saja yang dapat diperoleh dengan pemberian kontras

menggunakan media kontras water soluble (Iopamiro) sebanyak 100 ml

pada ctthorax dengan diagnosa Caparu di RSUD Arjawinangun Kab.

Cirebon?

11. Apa kekurangan pemeriksaan CTthorax dengan pemberian media

kontras menggunakan water soluble 100 ml intra vena dengan diagnosa

Caparu di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

12. Bagaimana proses rekonstruksi maupun reformat setelah dilakukan

scanning setelah pemasukan media kontras secara manual pada

pemeriksaan CT thorax di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

13. Bagaimana informasi citra yang dihasilkan pada pemeriksaan CT thorax

dengan pengambilan scanning setelah pemasukan media kontras

secara manual di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon?

Anda mungkin juga menyukai