KELOMPOK 2:
KELAS RB 2018
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020/2021
Airway Management
Tanpa Alat & Dengan Alat
2. Lakukan triple airway manuvre yaitu ekstensi leher, head tilt, dan chin
lift. Berhati-hati pada pasien multiple trauma yang dicurigai dengan
patah tulang leher/fraktur cervical, jangan lakukan ekstensi leher tapi
segera pasang collar neck.
3. Triple Manuvre (Ekstensi leher, Head Tilt, Chin Lift)
Cara ini dilakukan pada korban dengan riwayat tidak ada trauma
cervikal.
Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan tangan di dahi korban
sambil menekan atau mendorongnya ke belakang, lalu tangan yang lain
diletakkan di bawah leher korban dengan sedikit mengangkatnya ke atas.
Cara melakukannya:
1. Resusitasi, menggunakan pendekatan SAFE:
Shout for help (meminta tolong)
Approach with care (tangani pasien dengan hati-hati)
Free from danger (jauhkan diri dan pasien dari bahaya)
Evaluated ABC (evaluasi airway, breathing, dan circulation)
2. Atur posisi korban, bila tidak ada cedera kepala lakukan teknik
head-thilt/chin-lift
3. Letakkan satu tangan pada dahi lalu tekan perlahan ke posterior,
sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit ekstensi
(hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas)
4. Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang
bawah tepat di ujung dagu dan dorong ke luar atas, sambil
mempertahankan cara (c)
IMPORTANT
4. Jaw thrust
Cara melakukannya:
a. Resusitasi, menggunakan pedekatan SAFE:
Shout for help (meminta tolong)
Approach with care (tangani pasien dengan hati-hati
Free from danger (jauhkan diri dan pasien dari bahaya)
Evaluated ABC (evaluasi airway, breathing, dan circulation)
b. Atur posisi korban, bila pasien tidak sadar dan ada cedera kepala/
leher lakukan teknik jaw thrust untuk immobolisasi
c. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala
d. Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-masing sudut
posterior bawah kemudian angkat dan dorong keluar.
e. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong diletakkan
pada lantai atau alas dimana korban diletakkan.
f. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi dengan head
tilt dan membuka mulut (metode gerak triple)
Link Video:
https://www.youtube.com/watch?v=It7uUQTmFOE
E. Dengan Alat
1. Pemasangan Oropharyngeal Airway/Nasopharingeal Airway
(OPA/NPA)
4. Buka mulut dan tarik lidah yang jatuh Membuka jalan napas.
dengan Tongue Holding Forcep
5. Tekan lidah dengan Spatel (tangan Gerakkan lidah keluar untuk
tidak dominan), bersihkan sekresi menghindari terdorong ke
dengan Sponge Holding belakang masuk faring
Forceps/Suction bila ada posterior.
12. Buat pemerhatian: pola nafas pasien. Mengkaji kembali pola nafas
pasien dalam rentang normal.
d. Hubungan dengan diagnosa keperawatan
Pemasangan OPA/NPA dilaksanakan untuk mengatasi masalah
keperawatan
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Hambatan pertukaran gas
- Ketidakefektifan pola nafas
Dengan dilakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang
sudah dipaparkan maka diharapkan pasien dapat bernapas dengan
paten sehingga dapat menghindari resiko yang lebih parah.
Persiapan Kerja
- Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. LMA berbagai ukuran sesuai
kebutuhan
3. Jelly untuk lubrikasi
4. Bag-valve mask
5. Sumber oksigen
6. Alat suction
2. Fase Orientasi Untuk memastikan pasien
maupun keluarga sudah siap
- Persiapan pasien
untuk melakukan tindakan
1. Identifikasi pasien LMA.
2. Salam terapeutik
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan
- Persiapan lingkungan
Tahapan Kerja
11. Oleskan jeli pada sisi belakang LMA Sebagai pelumas untuk
sebelum dipasang. Hal ini untuk memudahkan alat masuk
menjaga agar ujung cuff tidak kedalam laring dan mencegah
menekuk pada saat kontak dengan terjadinya cedera pada laring.
palatum. Pemberian jeli pada sisi
depan akan dapat mengakibatkan
sumbatan atau aspirasi, karena itu tidak
dianjurkan.
13. LMA dipegang dengan ibu jari dan jari Untuk memudahkan perawat.
telunjuk pada perbatasan antara pipa
dan cuff.
19. Pasang bite – block untuk melindungi Agar LMA tidak mengalami
pipa LMA dari gigitan, setelah itu pergeseran setelah dipasang
lakukan fiksasi. pada pasien.
21. Catatan:
Durasi penggunaan LMA maksimal 2-3 jam.
Jika ditempatkan dengan benar, sungkup LMA menghalangi jalan nafas
dari darah, sekresi dan debris diatasnya, jika dibandingkan dengan
intubasi trakea yang tidak melindungi trakea dari cairan yang masuk ke
dalam faring.
Evaluasi
Langkah-langkah Rasional
Persiapan sebelum:
1. Inform consent: pasien atau keluarga. Untuk memastikan pasien maupun
2. Test Cuff Inflate untuk tidak keluarga sudah siap untuk
memastikan tidak bocor. melakukan tindakan ETT dan juga
3. Pilih dan ukur blade (bilah) & pasang alat yang digunakan dalam kondisi
laryngoskop. yang siap dan baik
4. Masukkan stillet kedalam ETT.
5. Lubrikasi ETT dengan Xylocain jelly.
Pelaksanaan
1. Lakukan hiperventilasi minimal 30 Untuk mengeluarkan CO2
detik secukupnya
5. Angkat laryngoskop keatas dan Agar kondisi gigi tetap aman dan
kedepan dengan kemiringan 30-40, tidak patah
jangan sampai menggunakan gigi
sebagai titik tumpu
11. Lakukan fiksasi ETT dengan plester Agar tidak terdorong atau tercabut
14. Bersihkan & rapikan pasien & alat Agar pasien/keluarga merasa
nyaman dengan lingkungan
sekitarnya setelah dilakukan
tindakan
Link Video:
https://www.youtube.com/watch?v=qCmQczZtNOM
https://www.youtube.com/watch?v=wN8GARfyp48
https://www.youtube.com/watch?v=bjJFr63rtIs&t=17s
PRINSIP-PRINSIP :
Prinsip bersih dilakukan untuk tindakan finger sweep karena akan memasukkan
tangan kita ke mulut korban. Sebenarnya, jika dalam kondisi tidak terlalu
mendesak bisa melakukan prinsip steril. Prinsip steril digunakan untuk alat-alat
yang akan digunakan yaitu Oropharyngeal airway/Nasopharingeal airway
(OPA/NPA) untuk menghindari infeksi dan transmisi bakteri melalui alat yang
digunakan kepada pasien sesuai dengan PMK no. 27 Pedoman pencegahan dan
pengendalian Infeksi yang dikeluarkan oleh peraturan menteri kesehatan.
Namun dalam keperawatan gawat darurat yang paling diutamakan adalah 3A
(terutama pre-hospital), yaitu;
Aman diri yaitu harus memakai pengaman untuk diri sendiri seperti memakai
handscoon karena kita tahu apakah pasien menularkan sebuah penyakit yang bisa
membahayakan diri kita.
Aman pasien yaitu sebelum melakukan tindakan harus melihat kondisi dan situasi
pada pasien, jika pasien berada di posisi dan situasi yang akan memperparah
keadaan pasien sebelum melakukan tindakan kita harus memindahkan pasien ke
tempat yang aman.
Aman Lingkungan yaitu jangan melakukan tindakan di lingkungan yang memiliki
resiko tinggi membuat kondisi pasien memburuk. Contohnya, jika pasien
merupakan korban kebakaran. Jangan menolong pasien disekitar kebakaran
dikarenakan lingkungan yang berbahaya.
Evidence Based Practice (EBP) :
Dalam Jurnal Stikes Muhammadiyah Samarinda, salah satu penangan yang
dilakukan pada Ny. S dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan respon penyapihan ventilasi mekanik dan
mengeluh sesak saat bergerak adalah Pembersihan atau pembebasan jalan napas
dengan cara suction menggunakan ETT (Endotracheal Tube). Namun, terlebih
dahulu dilakukan pemasangan ventilator mekanik kemudian dilanjutkan dengan
proses suction menggunakan ETT, yang dimulai dari cuci tangan, persiapan alat,
kontrak waktu, oksigenasi 2 menit sebelum suction, observasi vital sign,
memasukan kanul suction ke ETT, sedot sekret, sambungkan ke ventilator,
bersihkan kanul suction, oksigenasi 2 menit setelah suction.
Adapun hasil penelitian terhadap klien kelolaan yang telah dilakukan suction
sesuai SOP di ICU sebelum melakukan suction yaitu dengan melakukan edukasi
terhadap klien dan keluarga klien terkait dengan tujuan tindakan yag akan
dilakukan, sebelum dan sesudah tindakan yaitu mencuci tangan dan persiapkan
alat. Alatnya antara lain yaitu handscoon, pinset, kanul suction, NaCl, kasa non
steril,
kontrak waktu dan menjaga privasi klien (Roni, 2015).
Penanganan tersebut merupakan penangan yang dilakukan di rumah sakit dengan
menggunakan alat. Sedangkan, penatalaksanaan Airway tanpa alat hanya
dilakukan saat memberikan pertolongan pertama di lapangan. Seperti dalam jurnal
FK UB terkait studi fenomologi pengalaman petugas kepolisian dalam
memberikan pertolongan pertama, didapatkan bahwa tindakan yang bisa
dilakukan oleh polisi adalah membebaskan jalan napas. Sub-sub tema
membebaskan jalan napas terdiri dari dua kategori yaitu mengorek benda di mulut
dan menyedot darah. Mengorek benda yang dimulut (finger sweep) adalah salah
satu upaya pembebasan jalan napas yang dilakukan oleh partisipan. Tindakan
pembebasan jalan napas yang dilakukan lainnya yaitu menyedot darah. Tindakan
yang dilakukan
tidak aman bagi partisipan karena tidak menggunakan alat pelindung diri.
Sehingga dalam pemberian tindakan tersebut, penolong juga tetap memperhatikan
Aman diri terlebih dahulu seperti menggunakan APD, contohnya handscoon
(Ulya, dkk., 2017)
DAFTAR PUSTAKA