Oleh :
INDARTI
200104035
C. RASIONAL TINDAKAN
Penyebab utama masalah jalan nafas pada pasien tidak sadar adalah
hilangnya tonus otot tenggorokan sehingga pangkal laring jatuh menyumbat
faring dan epiglottis menutup laring. Bila pasien masih bernafas sumbatan
parsial menyebabkan bunyi nafas saat inspirasi bertambah (stridor), sianosis
(tanda lanjut) dan retraksi otot nafas tambahan. Tanda ini akan hilang pada
pasien yang tidak bernafas. Apa bila pasien masih bernafas spontan, untuk
menjaga jalan nafas tetap terbuka posisikan kepala pada kedudukan yang
tepat. Pada keadaan yang meragukan untuk mempertahankan jalan nafas
pasanglah oral airway (Oro pharyngeal airway)
Pemasangan oro pharyngeal airway menahan pangkal lidah dari dinding
belakang faring. Alat ini berguna pada pasien yang masih bernafas spontan.
Alat ini tidak digunakan pada pasien sadar atau setengah sadar karena akan
menyebabkan muntah dan kemudian aspirasi.
Sumber :
Advanced Cardiac Life Support (ACLS ), Editor ; Baraas Faisal dkk, Juli
2003, Penerbit Koka Pusdiklat RS Jantung Harapan Kita/ Pusat Jantung
Nasional, Jakarta
E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Persiapan pasien
a) Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat
mungkin dengan bagian atas tempat tidur
c) Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk
dilakukan tindakan
d) Pastikan tidak terdapat reflek faring
2. Tahap tindakan
a) Cuci tangan, gunakan sarung tangan
b) Pilih ukuran mayo/guedel/ oropharyngeal airway (OPA) yang
sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin dilakukan dengan
menempatkan OPA dipipi pasien dengan bagian datar dibibir.
Ujung dari OPA harus ada didagu pasien.
c) Masukkan OPA dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini ;
Balikan OPA sehingga bagian atasnya menghadap ke
muka. Mulai untuk memasukkan OPA kemulut.
Sebagaimana OPA mendekati dinding posterior faring
dekat lidah belakang, putar OPA pada posisi seharusnya
(180 0)
Gunakan sudip lidah, gerakkan lidah keluar untuk
menghindari terdorong kebelakang masuk faring
posterior. Masukkan OPA kedalam posisi yang
seharusnya dengan bagian atas masuk kebawah dan tidak
perlu diputar
d) Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut OPA dengan segera
dan masukkan kembali.
e) Fiksasi OPA dengan plester dan letakkan dipipi dan melintasi
bagian datar dari OPA pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian
terbuka dari OPA. Harus hati – hati untuk menjamin pasien tidak
cegukan terhadap OPA ketika direkatkan pada tempatnya.
Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi OPA dan karena
itu pasien muntah segera setelah ia sadar kembali.
f) Bereskan peralatan, cuci tangan. Pasien diposisikan keposisi yang
nyaman.
Tidak ada
H. REFLEKSI DIRI
Purwokerto2020 Nilai
Penilai,
………………………………………..