Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kesakitan dan kematian diare di negara berkembang masih sangat
tinggi. Angka kesakitan diare di negara Indonesia adalah 200 – 400 kejadian setiap
tahunnya dan 70-80 %-nya adalah anak balita (Brotowasisto, 19750). Diare
termasuk salah satu kelompok tiga penyebab penderita datang ke Puskesmas
(Dewa Nardi, dkk. 19910). Sedangkan di Rumah Sakit Dokter Kariadi pada
Bagian Anak kira-kira adalah 11.4 % dari seluruh penderita yang dirawat (Bagian
Catatan Medik, 1981). Angka kematian diare walaupun tampak menurun setelah
seminar rehidrasi tetapi dapat dikatakan pada beberapa rumah sakit masih harus
mendapat perhatian karena penyakit penyerta, gizi, dan infeksi, serta keterbatasan
sarana dalam pengelolaannya. Biddulph (1972) dan Morley (1974) membuat suatu
bagan cara pengelolaan diare dengan prinsip 5 D yaitu dehidrasi, diagnosa,
dietetik, drug atau pengobatan, dan dishacaridase deficiency.
Mengingat diare adalah penyebab penting kekurangan gizi hal ini
disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga penderita
makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan
berkurang pula. Oleh karena itu penatalaksanaan bagi penderita diare perlu
mendapatkan penanganan yang lebih serius khususnya untuk mengembalikan
cairan yang telah banyak keluar akibat diare, agar tingkat kematian karena diare
bisa ditekan seminimal mungkin.
Kebanyakan episode diare terjadi pada anak / bayi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6 – 11 bulan pada masa
diberikan makanan pendamping. Pola ini menggambarkan kurangnya kekebalan
aktif bayi, pengenalan makanan yang kemungkinan terpapar bakteri tinja dan
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai dapat
merangkak.
Dengan uraian di atas jelas bahwa diare khususnya anak-anak sangat
membahayakan akibat komplikasi yang sering terjadi yaitu dehidrasi dan proses
terjadinya sering sangat cepat (akut), sehingga tidak jarang terjadi keterlambatan
pertolongan karena ketidakpahaman orang tua / keluarga untuk mengenal tanda-
tanda dehidrasi.

1
Beberapa tindakan perlu segera dilakukan untuk mengatasi kondisi
dehidrasi tersebut antara lain dengan pemberian nutrisi yang adekuat. Suatu
patokan yang tetap harus dipegang pada penatalaksanaan diare adalah tidak
memuasakan anak pada saat kejadian diare. Pemberian nutrisi dapat dilakukan
melalui enteral dan parenteran. Pemberian nutrisi akan memacu regenerasi
mukosa, meningkatkan kapasitas digesti dan absorbsi. Pemberian nutrisi enteral
harus lebih diutamakan karena lebih murah, efek sampingnya sedikit, dan
rehabilitasi mukosa lebih cepat dan sempurna.
Bila pemberian makanan secara enteral tidak dapat dilakukan maka
nutrisi dapat dilakukan secara parenteral. Nutrisi parenteral adalah memberikan
nutrisi ke tubuh penderita diare melalui intra vena. Nutrien yang diberikan dapat
berupa air, elektrolit, asam amino, emulsi lemak, mineral, dan vitamin.

B. Tujuan Kontrak Belajar


1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kontrak belajar saya mampu memberikan nutrisi pada
anak dengan diare dehidrasi Sedang.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kontrak belajar, saya mampu:
a. Menjelaskan pengaruh nutrisi terhadap diare
b. Menjelaskan syarat pemberian makanan.
c. Menunjukkan kepada orang tua bahan makanan yang diberikan untuk
anak diare.
d. Mengidentifikasi jenis makanan yang diberikan pada anak dengan diare.
e. Menjelaskan makanan yang harus dihindari untuk anak dengan diare
f. Memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua cara menyediakan
dan cara membuat makanan untuk anak diare
g. Menyajikan makanan yang diberikan kepada anak dengan diare

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diare adalah kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan terjadi karena
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali, dengan bentuk tinja cair atau encer
(WHO, 1980). Menurut bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran
Indonesia (1988), diare diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar yang tidak
normal atau tinja yang encer dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

B. Etiologi Diare
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylo
bacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus
dan lain-lain.
Infestasi parasit: Cacing, Jamur (Candida
Albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktrosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan

3
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktrosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan: makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas

C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua
akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas
usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja, adanya kaosis
kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor

4
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi ronjatan (shock) hiperolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.

D. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

5
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam (Kusmaul).

E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan tinja, meliputi:
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) pH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali serta analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

F. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Rengatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

6
G. Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Yang diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/mata Kuat <120 Sedang (120-140) Lemas >40

Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull

Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali

7
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis

H. Kebutuhan Cairan Anak


Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti
protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus
seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan
parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan
sebagai berikut :
Kebutuhan
Umur Berat Badan Total/24 jam
Cairan/Kg BB/24 jam
3 hari 3.0 250-300 80-100
10 hari 3.2 400-500 125-150
3 bulan 5.4 750-850 140-160
6bulan 7.3 950-1100 130-155
9 bulan 8.6 1100-1250 125-165
1 tahun 9.5 1150-1300 120-135
2 tahun 11.8 1350-1500 115-125
4 tahun 16.2 1600-1800 100-1100
6 tahun 20.0 1800-2000 90-100
10 tahun 28.7 2000-2500 70-85
14 tahun 45.0 2000-2700 50-60
18 tahun 54.0 2200-2700 40-50
Whaley and Wong (1997)

Menurut Ngastiyah (1997); Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998);
Suharyono, Aswitha, Halimun (1998); dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI
(1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi
pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :

Derajat
PWL NWL CWL Jumlah
Dehidrasi
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200

8
Berat 125 100 25 250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
I. Pentatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

9
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg


 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% +
1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
 Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas
kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.

Kebutuhan kalori
1. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
2. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
3. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
4. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)

10
5. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)

Kebutuhan Asam amino


1. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
2. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
3. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB

Kebutuhan Mikronutrien
1. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
2. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB

Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur
tempe yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare.
Adapun sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus
bagi penderita diare dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak
usia 1 -5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30
gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta
air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender
ditambah 20 cc, campurkan tempe yang sudah diblender dengan tepung
beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc, aduk hingga rata,
lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan. Cara kedua:
tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine,
gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api
sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
c. Obat-obatan (farmakologik)
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan
sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan
nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.

11
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan
lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara intake dan out put.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan
mikroorganisme.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang
disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak
mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau
kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pantau cairan IV
- Kaji asupan dan keluaran
- Kaji status hidrasi
- Pantau berat badan harian
- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
- Melalui mulut

12
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut
(misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian
meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang,
nasi, roti atau asi.
- Hindari memberikan susu produk.
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan
terhadap udara.
- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang
bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah
penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.
- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai
usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
- Rujuk layanan sosial bila perlu.
- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan
lingkungan.
- Kuatkan informasi tentang diet.
- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
BAB III
RESUME

13
A. HASIL STUDI KASUS
Dari pengkajian pada tanggal 19 Oktober 2004 di Ruang anak C1 lantai 2
didapatkan data bahwa anak S, jenis kelamin wanita 12 bulan dengan diagnosa
medis Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dengan keadaan umum pasien sadar,
berak cair 10 x dari jam 23-07 wib berak cair, berwarna kuning, tidak ada ampas,
disertai batuk pilek pasien tampak lemah, setiap berak kira-kira ¼ gelas belimbing,
turgor kulit kembali cepat, ubun-ubun sedikit cekung, mata cekung, mukosa bibir
agak kering, anak mau makan sedikit-sedikit dan minum sedikit tetapi sering.
BB : 10 kg, PB : 72 cm, LL : 14,5 cm, LK : 47 cm, LD : 47,5 cm. Pasien terpasang
infus KAEN 3B 1200/ 60/12 tts/menit. Terapi : peroral : Paracetamol 1 cth (k/p),
Ampicillin 3x 250 mg IV, Ambroksol 3x4 cth, Vit B complek3x1,
oralit 100 cc/BAB. Diet : 3 x bubur tempe dan 5x120 cc susu LLM. Hasil
laboratorium : Hb ; 12 gr/dl, HCT : 37 %, WBC : 13,0 MM, PLT : 363 MM,
GDS : 104 mg/dl, CA : 2.46mmol/L, Natrium darah : 138 mmol/l, Kalium : 2,7
mmol/l, Clorida : 114 mmol/l. Faeces : konsistensi cair, amoeba -, jamur +, lemak
++, bakteri ++, sudan III ++, leko -, eri -. Tanda-tanda vital : N : 120 x / menit,
RR : 28 x / menit, T: 37,8 oC.
Perkembangan anak sudah mampu merambat benda dan bisa berdiri,
anak sudah mampu makan biskuit sendiri, anak mampu mengucapkan kata-kata
mama, papa dan mengucapkan satu kata. Anak jika dirumah diasuh oleh ibu. Anak
S dirawat ini untuk yang pertama kali sebelumnya jika sakit hanya dibawa ke
bidan atau dokter praktek swasta saja. Dari hasil pengakajian anak S ditemukan
diagnosa keperawatan Resiko Tinggi kekurangan cairan, resiko tinggi gangguan
integritas kulit karena seringnya defekasi dan diare karena proses infeksi atau
malabsorbsi usus dan hospitalisasi oleh karena pengalaman pertama dirawat.

B. HASIL DISKUSI DENGAN EXPERT


Expert 1 (Kusmiyati / Perawat anak)
Dijelaskan oleh expert bahwa penyebab diare adalah kebersihan
makanan, infeksi, baik infeksi yang langsung pada saluran pencernaan maupun
dari organ yang lain seperti : tonsillitis, BRPN, OMA. Untuk anak yang menderita
diare harus diberikan cairan yang cukup. Kalau bayi masih menetek dianjurkan
untuk menetek terus, tetapi apabila tidak menetek ASI maka diberikan cairan
peroral tetapi kalau sampai terjadi dehidrasi perlu dilakukan pemberian cairan

14
melalui infus.Selain itu apabila anak sudah mendapat makanan tambahan perlu
diberikan makanan tambahan, yang biasanya diberikan di RSDK adalah bubur
susu dan bubur tempe, karena pernah ada yang melakukan penelitian kalau bubur
tempe mengandung peragian yang dapat membunuh bakteri yang ada diusus.
Kalau anaknya sudah makan biasa, diberikan makanan yang biasa dikonsumsi
namun jangan sampai terlalu merangsang.

Expert 2 (dr. Iva Zuvida / Residen anak)


Dijelaskan oleh expert 2 bahwa penyebab diare adalah factor infeksi,
malabsorbsi, hygiene dan yang sangat berpengaruh tinggi adalah perilaku
kesehatan. Oleh karena sebagian masyarakat kita higienenya jelek terutama dalam
penyediaan makanan, sehingga hal ini sangat rawan terjadi diare. Didalam
memberikan diet untuk anak diare yang sangat prinsip harus mengandung cukup
kalori, protein, vitamin dan mineral. Umumnya makanan yang diberikan adalah
makanan yang tidak pedas, tidak terlalu tinggi serat. Makanan harus disiapkan
dalam kondisi yang higienis, dapat disukai oleh anak dan tidak menyebabkan
intoleransi, sedapat mungkin makanan disiapkan sendiri oleh orang tua , tidak
perlu menyiapkan makanan yang siap saji. Disamping ini anak diberikan makanan
secara bertahap sesuai dengan tingkat umur dan pertumbuhan anak.

Expert 3 (Bapak Agus Nugroho / Perawat R)


Expert tiga didalam membahas/ diskusi tentang nutrisi pada anak dengan
diare mengatakan , untuk anak yang dirawat disini yang menderita diare
kebanyakan anak usia kurang dari satu tahun, sehingga penyediaan makanan yang
ada adalah bubur susu dan bubur tempe, susu yang digunakan untuk membuat
bubur adalh susu yang rendah lemak. Dan secara rutin ahli gizi menyediakan
bubur susu dalam seharinya satu kali entah itu pagi/ sore/ sianga. Jadi salah
satunya mesti ada bubur tempe. Pasien biasnya diberikan pendidikan kesehatan
oleh mahasiswa untuk cara pembutan bubur tempe. Bubur tempe diberikan kepada
anak yang menderita diare karena mudah / ringancara mencernanya, bahannya
mudah dicari dan sudah dilakukan penelitian. Memang hasilnya sangat signifikan.
Dan ini snagt mudah untuk ditiru ataudilanjutkan oleh pasien / keluarga di rumah,
sehingga ini memang sangat tepat.

15
C. PERMASALAHAN
Dari studi kasus dan hasil diskusi, maka dapat disimpulkan permasalahan pada
pemberian asuhan keperawatan klien dengan diare antara lain yaitu :
1. Bagaimana pengaruh nutrisi terhadap diare?
2. Apakah syarat pemberian makanan ?
3. Apakah bahan makanan yang diberikan ?
4. Apakah jenis makanan yang diberikan pada anak diare ?
5. Apakah makanan yang harus dibatasi pada anak diare?
6. Bagaimana cara pemberian makanan pada anak diatas 4 bulan?

BAB IV
PEMBAHASAN

16
A. Bagaimana pengaruh nutrisi terhadap diare?
Ngastiyah dalam perawatan anak sakit (1997), menyatakan faktor
makanan dapat mempengaruhi diare diantaranya makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan. Disamping ini kadang tubuh seseorang terjadi intoleransi
makanan yang dapat menyebabkan diare juga. Adapun makanan yang sering
terjadi intoleransi pada tubuh yaitu disakarida, monosakarida yang sering terjadi
pada anak intoleransi terhadaplaktosa. Selain itu tubuh kadang terjadi intoleransi
lemak dan protein, dan ini juga dapat menyebabkan diare. Ditambah kuman
penyebab diare biasanya menyebar melalui fekal antara lain melalui makanan/
minuman yang tercemar tinja dan / kontak langsung dengan tinja penderita,
perilaku ini meningkatkan resiko terjadinya diare.
Pada studi kasus ( AN S )mengalami berak 10 kali setelah makan coklat
yang diberikan oleh tetangga. Hal ini ada beberapa kemungkinan anak terjadi diare
disamping terdapatnya bakteri kemungkinan anak terjadi intoleransi pada coklat,
karena coklat banyak mengandung lemak yang tinggi, disamping itu kemungkinan
tanggal kadaluwarsanya juga meragukan , sehingga anak terjadi diare karena
berbagai faktor, diantaranya bakteri dan makanan. Selain itu sosial ekonomi
keluarga yang lemah oleh karena orangtua masih hidup kontrak didaerah siliwangi
dan penghasilan yang pas- pasan sebagai supir, dimungkinkan adanya perilaku
yang meningkatkan resiko terjadi diare, ( cuci tangan sebelum dan sesudah makan,
kondisi jamban yang hanya 5 meter dari tempat penampungan air minum)

B. Apakah syarat pemberian makanan ?


Direktorat Jendral P-2M & Penyehatan Lingkungan Permukiman
DEPKES RI (1984) dalam rehidrasi oral, pemantapan dan pembudayaan dalam
upaya penanggulangan diare, menyatakan sesegera mungkin pada anak yang
terkena diare hendaknya diberikan makanan, Pemberian ini harus bertahap dan
harus mengandung resiko sekecil- kecilnya.
Pada an S selama terjadi diare dirumah orangtua takut untuk memberikan
diet oleh karena beranggapan kalau diberi diet semakin parah keadaannya. Namun
setelah pasien dirawat dirumah sakit segera an S diberi bubur tempe. Oleh karena
bubur tempe sangat mudah untuk dicerna sehingga diberikan kepada anak usia
12 bulan. Selain diberikan bubur tempe an S juga diberikan bubur susu yang mana
susu yang digunakan rendah lemak

17
Sehingga pengelolaan diet untuk an S sudah sesuai dengan teori, Namun
pelaksanaannya orang tua takut untuk memberikan, sehingga pada diet yang
pertama yaitu jam 08.00 hanya diberikan 2 sendok. Namun setelah diberi penkes
oleh perawat pentingnya nutrisi untuk an S bubur tempe diberikan ½ porsi, hal ini
karena pada hari pertama anak masih terjadi hospitalisasi, tetapi setelah hari kedua
dan ketiga diet dihabiskan.

C. Apakah bahan makanan yang diberikan ?


Direktorat Jendral P2M & Penyehatan Lingkungan Permukiman
DEPKES RI (1984) dalam rehidrasi oral, pemantapan dan pembudayaan dalam
upaya penanggulangan diare, menyatakan bahan makanan yang dapat diberikan
kepada anak yang diare harus mengandung cukup kalori, cukup protein, vitamin
dan mineral. Harus diingat pula dalam memberikan diet harus bersih baik bahan,
cara memasak dan cara menyajikan, juga harus dapat diterima oleh anak dan
dipilih / ditanyakan kepada orang tua makanan yang tidak terjadi intoleransi.
Kemampuan makan anak dinilai berdasarkan riwayat makan sewaktu sehat,
keadaan umum anak serta pengawasan sampai dengan kesimpulan cara dan bentuk
makanan, apakah cair, saring, lunak atau biasa. Untuk memperhatikan kehangatan
dan makanan selalu baru maka usahakan diet di masak sendiri/ hindarkan
makanan yang siap saji.
Studi kasus an S diberikan makanan yang dibuat oleh dapur gizi RSDK
yaitu bubur susu, dalam pembuatannya direncanakan dan diawasi oleh ahli gizi,
sehingga kebersihannya dan kebenaran akan bahan dasarnya sangat tinggi. Bahan
dasar pembuatan bubur tempe adalah : tepung beras, gula pasir, tempe, margarine
dan air. Merlihat bahan dasarnya bubur tempe sudah memenuhi kecukupan kalori
yang berasal dari tepung beras dan gula, kemudian protein terdapat di temped an
mineral ada pada air, sedang lemak dan vitamin terdapat pada margarine.

D. Apakah jenis makanan yang diberikan pada anak diare ?


Direktorat Jendral P2M & Penyehatan Lingkungan Permukiman
DEPKES RI (1984) dalam rehidrasi oral, pemantapan dan pembudayaan dalam
upaya penanggulangan diare, menyatakan jenis makanan yang diberikan pada anak
dengan diare yaitu :ASI, susu formula, Staple diet ( Nasi, sagu, gandum), buah-
buahan, kacang- kacangan ( kacang hijau, tahu dan tempe, syur- sayuran

18
(eortel,bayam dan tomat), lemak dan minyak dan yang paling penting adalah
protein hewani maupun nabati.
Studi kasus jenis yang diberikan kepada an S sudah sagat sesuai dengan
teori yaitu oleh karena tidak minum ASI anak diberi susu formula , dan bubur susu
serta bubur tempe elama erawatan di Rumah Sakit Kariadi

E. Apakah makanan yang harus dibatasi pada anak diare?


Biji- bijian yang kasar, bawang, makanan yang pedas dan makanan yang
tinggi serat merupakan makanan yang harus dihindari menurut Direktorat jendral
P2M & Penyehatan lingkungan permukiman DEPKES RI 1984 dalam rehidrasi
oral, pemantapan dan pembudayaanya dalam upaya penanggulangan diare oleh
karena ini merupakan jenis makanan yang memerlukan peningkatan kerja di
gastro intestinal. Dan jenis makanan ini kemungkinan akan memperparah
terjadinya diare.
Tetapi sumber lain menuliskan Bahwa serat makanan larut dalam air
misalnya piktin, bersifat dapat menyerap air sehingga dapat mencegah terjadfinya
diare. Contoh yang banyak dipraktekkan oleh masyarakat kita adalah minum the
kental sewaktu diare, Karena the mengandung piktin yang dapat menyerap cairan
di usus sehingga dapat mencegah diare.
Sedang serat makanan tidak larut air contohnya selulosa dan hemilusa,
yang banyak terdapat pada serealdan sayuran dapat mempercepat transit makanan
dalam pencernaan. Sehingga dapat mencegah terjadinya diare (http/
cyberwomen.cbn.net.id/detilasp?kategori=Mother&newsno=859)
Studi kasus baik oleh keluarga maupun oleh pihak rumah sakit diet diatas tidak
disediakan oleh karena terlalua merangsang.

F. Bagaimana cara pemberian makanan pada anak diatas 4 bulan?


Apabila anak masih mendapat ASI sejak usia 4 bulan bisa diberi makanan
tambahan. Sedang bayi yang tidak mendapat ASI makanan tambahan dapat
dimulai lebih dini. Setelah rehidrasi sebelum diare berhenti dapat segera diberi
ASI, air masak, ataupun air tajin, bubur nasi, bubur jagung, bubur sagu dan bubur
tapioca sesuai dengan kebiasaan anak. Untuk menambah kalori dan protein dapat
ditambah pisang , air kelapa, minyak, daging ayam, telur ayam dan susu sapi yang
diencerkan. Setelah diare berkurang dapat ditambah tahu, tempe dan sayuran,

19
daging ikan dan telur diberikan sebagai sumber protein hewani dan mineral.
Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra dapat diteruskan selama dua
minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak, (http/
cyberwomen.cbn.net.id/detilasp?kategori=Mother&newsno=859)
Pada studi kasus an S oleh karena anak sudah berusia 12 bulan dan sudah
tidak menetek ibu, maka diberi susu formula LLM, sedang untuk menambah
protein ,kalori dan mineral diberi bubur temped an bubur susu.Anak meras senang
karena makanan ini bahan bakunya sesuia dengan kebiasaan yang dikonsumsi
sebelum sakit

BAB V
PENUTUP

20
A. KESIMPULAN
1. Pengaruh nutrisi terhadap diare sangat besar oleh karena makanan yang
kurang hygiene dan perilaku seseorang yang kurang bersih,intoleransi
makanan dapat menyebabkan diare.
2. Syarat yang harus dipenuhi dalam memberikan makanan pada anak diare
adalah sesegera mungkin makanan diberikan dan secara bertahap serta dipilih
makanan yang mengandung resiko kecil.
3. Bahan makanan yang diperlukan untuk anak dengan diare yaitu bahan
makanan yang mengandung cukup kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Jenis makanan yang diberikan kepada anak yang diare tergantung usia,
apakah ASI, cair, saring, lunak dan makanan biasa.
5. Makanan yang dibatasi untuk anak diare adalah makanan yang terlalu
merangsang saluran pencernaan yang menyebabkan kerja usus menjadi lebih
berat.
6. Makanan yang disajikan untuk an S di Rumah Sakit Dokter Kariadi
adalah bubur tempe dan bubur susu.

B. SARAN
1. Perlu pengawasan perawat terhadap pemberian makanan terhadap anak,
meskipun pelaksanaannya yang memberikan / menyuapi adalah ibunya.
2. Kerjasama antara perawat, dokter, keluarga dalam mengawasi anak
mengkonsumsi makanan, hal ini untuk pelayanan kepada pasien.
3. Perlu diberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua yang anaknya
dirawat dengan diare, karena kenyataannya tanggapan orang tua sangat
senang ketika diberikan pendidikan kesehatan.
4. Perlu dipasang/ divasilitasi leaflet atau informasi tentang macam dan cara
pembuatan makanan untuk anak yang menderita diare

DAFTAR PUSTAKA

21
1. Beth cecyl L, Sowden Linda A ( 2002 ) . Buku Saku Keperawatan Pediatrik,
Jakarta : EGC

2. Brunner & Suddart ( 2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Jakarta, EGC

3. http://cyberwomen.cbn.net.id/detilasp?kategori=Mother&newsno=859

4. Loehari & Wirjoatmojo M ( 1999) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Rehidrasi,
Jakarta, FKUI

5. Markum,A.H.(1991). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I, Jakarta FKUI

6. Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC

7. PMPD ( 1999). Buku Ajar Diare, Jakarta, Depkes R

8. PT Otsuka ( 1998 ). Dasar Terapi Cairan dan Nutrisi, Jakarta

9. Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta,
CV, Sagung Seto

10. Staf Pengajar IKA (2000), Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FKUI

11. Whaley’s and Wong (2001) Clinical manual of pediatric Nursing Edisi 4, USA
Mosby

Pathways Diare
Infeksi Molabsorbsi Makanan Beracun Faktor Psikologis
(Virus, Bakteri, Parasit) Makanan di usus

22
Reaksi Inflamasi Tek Osmotik Rangsang Saraf Parasimpatik

Pe sekresi cairanPergeseran cairan & Gg. Motilitas Usus


dan elektrolit elektrolit ke rongga usus

Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomotilitas

Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh SS

DIARE MK: < Pengetahuan

Dehidrasi Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output >>


Obsorbsi ber <
Dehidrasi Iritasi Kulit
MK: Nyeri
MK: Gg. Nutrisi
Tubuh kehilangan
cairan & elektrolit MK: Resti 99 integritas kulit
Kehil Na, K, H CO3
Pe vol cairan
ekstra sel Asidosis Metabolik

Pernafasan Kusmaul Pembagian darah tidak merata


Pe cairan
intertitiil
Pelepasan Aldosteron Gg. Sirkulasi

Tugor kulit
Reabsorbsi Na dalam Ginjal Perfusi jaringan <

MK: Defisit vol. cairan Produksi Urine Hipoksia, Sianosis, akral dingin
& elektrolit Gelisal, TD
Gagal Ginjal
MK: Shock hipovolemik

PANDUAN RENCANA AKTIVITAS BELAJAR HARIAN

23
Nama : Devita Elsanti
Nim : G6B 204 008
Tanggal : 8/11/04

OBJEKTIV SUMBER BELAJAR STRATEGI BELAJAR KET


1. Melakukan 1. Membaca referensi
pengkajian 1. Beth cecyl L, Sowden 2. Melakukan diskusi
 Tanda-tanda dehidrasi Linda A ( 2002 ) . Buku dengan expert
 Penyebab dehidrasi Saku Keperawatan 3. Melakukan
 Penatalaksanaan yang Pediatrik, Jakarta : EGC pemeriksaan tanda
telah dilakukan -tanda dehidrasi,
sebelum dan selama 2. Markum,A.H.(1991). pemeriksaann fisik
perawatan Buku Ajar Ilmu Kesehatan pada anak
 Pemeriksaan fisik pada Anak. Jilid I, Jakarta FKUI 4. Melakukan
anak dengan diare. pengkajian kepada
2. Diskusi 3. Suriadi & Yuliani R ibu dan keluarga
kontrak belajar ( 2001 ). Asuhan
3. Melakukan Keperawatan Pada Anak,
Pengkajian kepada ibu Edisi 1 , Jakarta, CV,
meliputi: Sagung Seto
 Penye
bab diare 4. Studi kasus
 Penat
alaksanaan yang telah 5. Diskusi dengan expert
dilakukan sebelum dan
selama perawatan
 Riwayat kesehatan
masa lampau
 Riwayat kehamilan
 Riwayat sosial
 Riwayat nutrisi

Semarang 8/11/04

Pembimbing Mahasiswa

24
PANDUAN JURNAL PRAKTEK HARIAN

Nama : Sri Hidayati


Nim : G6B204031
Tanggal : 19/010/04

Hari kedua dinas diruang PBRT adalah mencari kasus sesuai dengan kontrak
belajar, yaitu diare. Pengkajian dilakukan kepada an S, dengan hasil : keadaan umum
anak composmentis, rewel/ menangis terus. Tanda vital denyut nadi 128x/m isi cukup/
tekanan cukup kuat, pernafasan 28x/m, suhu 37,80C. Anak berak 10 x mulai dari jam
23.00- jam 08.00 berak cair, tak ada ampas, warna kuning, jumlah ¼ gelas blimbing
setiap berak, disertai mutah seperti apa yang dimakan/ diminum. An S batuk pilek sudah
3 hari yang lalu.
Perut anak tak kembung,peristaltic 32x/m, tanda- tanda dehidrasi positif yaitu : ubun-
ubun agak cekung, anak menangis tidak keluar air mata, mukosa bibir kering, rasa haus
tetapi kalu diberi minum mutah, produksi urin berkurang, terbukti mulai jam 23.00-
08.00 kencing 3x jumlah tidak sebanyak biasanya. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb ;
12 gr/dl, HCT : 37 %, WBC : 13,0 MM, PLT : 363 MM, GDS : 104 mg/dl, CA :
2.46mmol/L, Natrium darah : 138 mmol/l, Kalium : 2,7 mmol/l, Clorida :
114 mmol/l. Faeces : konsistensi cair, amoeba -, jamur +, lemak ++, bakteri ++, sudan
III ++, leko -, eri -. Program terapi Infus KAEN 3B 1200/60/12 tt/m,
amppicilin 3x250mg iv,amboksol 3x1cth, vit B complek 3x1cth. Diet 5x120 susu LLM,
3x bubur tempe.Pengkajian kepada orang tua dapat kami lakukan dengan lancer dan
orang tua kooperatif. Hasil pengkajian an S anak kedua dari pasangan NY W dan Tn H,
An S sudah tidak mendapat ASI sejak anak usia 3 bulan , sehingga anak beralih kesusu
formula yang cara memberikannya dengan dot. An S diare setelah makan kue coklat
pemberian tetangga tujuh jam sebelum diare. Diskusi dengan expert belum dapat kami
lakukan oleh karena kesibukan ruangan dan kesibukan expert.

Semarang 19/10/04

25
Nama : Sri Hidayati
Nim : G2B604031
Tanggal : 20/10/04

OBJEKTIV SUMBER BELAJAR STRATEGI KET


BELAJAR
1. Melakukan 1. Ngastiyah (1997). 1. Membaca
pemeriksaan fisik pada Perawatan Anak Sakit, referensi
anak dengan diare Jakarta, EGC 2. Melakukan
dalam rangka diskusi dengan
mengetahui 2. Loehari & expert
perkembangan pasien, Wirjoatmojo M ( 1999) 3. Melakukan
yang meliputi : Buku Ajar Ilmu Penyakit pemeriksaan
 Tanda- tanda dehidrasi Dalam : Rehidrasi, Jakarta, fisik pada anak
 Tanda vital FKUI dengan diare
 Pemeriksaan abdomen 4. Melakukan
2. Melakukan tindakan 3. PMPD ( 1999). Buku tindakan
keperawatan yang Ajar Diare, Jakarta, keperawatan
sudah direncanakan Depkes RI yang sudah
 Monitor cairan baik direncanakan dan
perinfus maupun per 4. Brunner & Suddart sesuai dengan
oral ( 2001). Buku Ajar program yang
 Monitor pemberian Keperawatan Medikal ditentukan
diet Bedah, Edisi 8, Jakarta, 5. Diskusi dengan
 Memberikan terapi EGC keluarga
baik intravena maupun 5. Diskusi dengan
peroral expert
3. Diskusi
dengan expert 6. Diskusi dengan
keluarga

Semarang,20 /10/04

Pembimbing Mahasiswa

( ) ( Sri Hidayati )

26
PANDUAN JURNAL PRAKTEK HARIAN

Nama : Sri Hidayati


Nim : G6B204031
Tanggal : 20/010/04

Di hari kedua perawatan pasien ini penulis melakukan pengkajian ulang untuk
mengetahui perkembangan pasien.Didapat data tanda dehidrasi telah berkurang/ hilang
(ubun- ubun tidak lagi cekung, mukosa mulut lembab, mata sudah tidak cekung, apabila
menangis air mata sudah keluar, produksi urine cukup terbukti pasien kencing sehari 10x
masing- masing kurang lebih 150 cc.Peristaltik usus positif 20 x/m. Pada pemeriksaan
tanda vital didapat hasil Nadi 12 x/m isi cukup/ tekanan kuat, RR28x/m, suhu 37 0C.Oleh
karena pasien masih terpasang infuse, melakukan perawatan infuse daerah insersi,
monitor tanda- tanda infeksi local, monitor tetesan infuse. Monitor pasien tentang diet.
Diet yang disajikan satu porsi dimakan habis oleh pasien.Selanjutnya memberikan
suntikan ampicilin 250 mg iv, dan obat peroral. Obat masuk tidak ada reaksi alergi.
Diskusi dengan keluarga dan memberikan permainan dengan pasien, sehingga pasien
mulai tenang dan kooperatif. Kemudian penulis melakukan diskusi dengan expert.
Semua expert menjawab pertanyaan dengan baik, apalagi expert ke2 , menjawab
pertanyaan dengan jelas, sehingga penulis menjadi lebih jelas tentang tentang konsep
diare. Demikian pula expert pertama dan ketiga menjawab pertanyaan dengan senang
dan care.

Semarang 05/10/04

Pembimbing Mahasiswa

27
PANDUAN RENCANA AKTIVITAS BELAJAR HARIAN

Nama : Sri Hidayati


Nim : G2B604031
Tanggal : 21/10/04

OBJEKTIV SUMBER BELAJAR STRATEGI KET


BELAJAR
Melakukan tindakan 1. Memb
keperawatan yang sudah 1. Staf Pengajar aca referensi
direncanakan: IKA (2000), Buku Kuliah 2. Melak
 Melakukan Ilmu Kesehatan Anak 1, ukan diskusi
pengkajianmeliputi : Bagian Ilmu Kesehatan dengan expert
tanda dehidrasi, tanda Anak, FKUI 3. Melak
vital, bising usus. ukan
 Melakukan tindakan 2. Whaley’s and pemeriksaan
sesuai dengan yang Wong (2001) Clinical fisik pada anak
direncanakan pada manual of pediatric tentang tanda
intervensi. Nursing Edisi 4, USA dehidrasi
 Memberikan penkes mosby 4. Melak
kepada orang tua yang ukan tindakan
anaknya dirawat 3. PT Otsuka keperawatan
dengan diare. ( 1998 ). Dasar Terapi yang sudah
 Memberi penkes Cairan dan Nutrisi, direncanakan dan
kepada pasien tentang Jakarta sesuai dengan
perawatan dirumah Yayasan program yang
 Diskusi dengan expert. 4. Diskusi ditentukan
dengan expert 5. Diskus
5. Diskusi i dengan
dengan keluarga keluarga dan
expert

Semarang 21 Oktober 2004

Pembimbing Mahasiswa

( ) (Sri Hidayati)

28
PANDUAN JURNAL PRAKTEK HARIAN

Nama : Sri Hidayati


Nim : G6B204031
Tanggal : 21/010/04

Pada hari ketiga praktek pengambilan kasus, sesuai dengan panduan aktifitas
yaitu kami monitor keadaan pasien terutama tanda-tanda dehidrasi. Ternyata sudah tidak
ditemukan tanda dehidrasi, pasien berak 2x lembek, terdapat ampas, peristaltic usus
5x/m. N 120x/m isi dan ekanan kuat, RR 28x/, suhu 37 0C.Mengawasi diare, meliputi
pemasukan dan pengeluaran. Banyak mengekplorasi kepada orang tua tentang nutrisi,
tentang pengaruh nutrisi terhadap diare, syarat pemberian nutrisi untuk anak diare, bahan
makanan yang bisa disediakan untuk anak dengan diare, jenis makanan untuk anak diare
dan makanan yang perlu dihindari untuk anak diare. Kemudian penulis melakukan
pendidikan kesehatan kepada semua ibu yang anaknya dirawat dengan diare. Didalam
memberikan pendidikan kesehatan ini penulis mengunakan metode diskusi dan
demonstrasi, karena penulis ingin menunjukkan tentang contoh makanan yang bisa
disediakan untuk anak diare, dan harapannya sasaran dapat melihat dengan jelas dan
dapat praktek dirumah. Selanjutnya melakukan diskusi dengan expert.
Semarang 21/10/04
Pembimbing Mahasiswa

29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK S
DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
DI RUANG IRNA CI RSDK SEMARANG
(Kasus Kelolaan)
Nama Mahasiswa : Sri Hidayati
Tempat Praktek : IRNA C1
Tanggal : 19 Oktober 2004

Pengkajian dilakukan Tanggal : 19/10/04 Jam 08.00 Wib

I. IDENTITAS DATA
Nama Bayi : An S
TTL : 06/10/04
Umur : 1 tahun
Nama Ayah/ Ibu : Tn. S/ Ny.A
Pekerjaan ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Swasta
Alamat : Sri rejeki, siliwangi semarang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD

II. KELUHAN UTAMA


Pasien diare 10x cair dan lender warna kuning, jumlah ¼ gelas setiap BAB, disertai
muntah.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU


1. Penyakit waktu kecil : batuk pilek,panas mulai 6 bulan.
2. Riwayat dirawat di RS : belum pernah
3. Obat-obatan yang digunakan : tidak ada

30
4. Tindakan operasi : belum pernah
5. Riwayat alergi : tidak ada
6. Kecelakaan : belumpernah
7. Imunisasi : lengkap yaitu BGC, DPT 3x, Polio 4x, Hepatitis
3x, campak1x

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal
Ibu mengatakan selama kehamilan ibu sehat, tidak ngidam, nafsu makan baik,
makan satu porsi lebih. Ibu memeriksakan kesehatannya sebanyak 6 kali, dan
telah mendapat imunisasi TT2 kali. Pemeriksaan kesehatan dilakukan ditempat
bidan praktek swasta.
2. Intranatal
Anak lahir tanggal 19 oktober 2003 di rumah bidan, ditolong oleh bidan, anak
lahir spontan, langsung menangis BB waktu lahir 3200 gram, PB 50 cm.
3. Postnatal
Anak diberi ASI sampai 3 bulan oleh karena sudah tidak keluar lagi. Anak diberi
susu formula SGM. Anak diberi makanan pendamping mulai usia 5 bulan.
Setelah lahir anak sehat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Keterangan:
: laki-laki

: wanita

: klien

Status kesehatan keluarga


Keluarga tidak ada yang mempunyai sakit seperti ini, tidak mempunyai penyakit
keturunan dan tidak mempunyai penyakit menular. Anggota keluarga dalam
setahun terakhir tidak ada yang sakit sampai dirawat di rumah sakit,

31
VI. RIWAYAT SOSIAL
 Yang mengasuh : Ayah dan ibu
 Hubungan dengan anggota keluarga : antar anggota keluarga saling
interaksi dan memperhatikan satu sama lain, dan saling mencurahkan
kasih saying.
 Hubungan teman sebaya : pasien kalu dirumah bermain dengan
teman sebaya baik anak ini diajak oleh orang tua kadang tetangga yang
datang.
 Pembawaan secara umum : pasien sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi
ada yaitu ubun-ubun agak cekung, mata cekung, mukosa bibir kering, bila
menangis tak keluar air mata, kencing sedikit. Anak rewel terus.
 Lingkungan rumah : Ibu pasien mengatakan tinggal bersama
dengan suami dan orang tua. Rumah yang ditempatinya adalah kontrak.
Rumah yang ditempati permanent dengan ukuran 6 X 9 m2, dengan
jendela dikamar tamu, kamar tidur, dapur dan terdapat genting kaca, tidak
ada eternity, dengan MCK mengunakan WC jongkok dan kamar mandi.
Sumber air yang digunakan air PAM. Mempunyai halaman dengan
ukuran 3 X 9 m2, dengan lingkungan yang bersih dan rapi.

VII. PENGKAJIAN NUTRISI


 Berat badan : 10 kg
 Panjang badan : 72 cm
 Lingkar lengan : 14,5 cm
 Lingkar kepala : 47 cm
 Kebiasaan pemberian makan : makan sehari 3 kali, bubur promina,
minum susu setiap haus, kira- kira sehari 5 kali.Diet khusus tidak ada.
 Tanda kecukupan nutrisi an S umur 1 tahun (12 bulan) laki-laki,
BB10 kg, PB 72 cm

WAZ = 10 - 9,5 :1.10 = 0,45 (Berat badan normal/ gizi normal)

HAZ = 72 – 74,3 :2,80 = -0,8 (Normal)

WHZ = 10 – 8,9: 0,9= 1,2 (Normal)

Kesan : Status gizi anak normal

VIII. POLA SEHARI-HARI

32
 Pola istirahat/ tidur : pasien sehari tidur kurang lebih 10-12jam
( malam jam 20.00 –jam 06.00, dan siang selama 1 atau jam
 Pola kebersihan : Mandi sehari 2x dimandikan oleh orang tuanya,
belum berlatih gosok gigi, gigi tumbuh 2.
 Pola aktifitas bermain : Pasien hanya tidur lemah dan rewal belum
bermain
 Pola eleminasi : By S BAB 6 x cair, tak ada ampas warna kuning,
jumlah 14 gelas blimbing, BAK sehai 10 x

IX. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


 Diagnosa medis : DADS
 Tindakan operasi :-
 Status nutrisi :
 Sttus cairan : turgor kembali lambat, mata cekung, UUB
sedikit cekung, , mukosa bibir kering,
suhu37,80C, nadi 132x/m isi dan tekanan cukup
X. OBAT- OBATAN
 Infus KAEN B3 1200/60/12x/m
 Ampicillin 3x 250 mg iv
 Ambroksol 3x1 cendok the
 Parasetamol ¾ bila perlu
 Vit B complek 3 x1 tb
 Diet 5x 120 cc LLM, 3x bubur tempe

XI. TINDAKAN KEPERAWATAN


 Monitor tanda- tanda dehidrasi
 Monitor tanda- tanda vital
 Monitor intake dan output
 Memberikan diet
 Monitor BB setiap hari
 Memberikan cairan baik peroral maupun perenteral
 Memberikan obat
 Menjaga kebersihan
 Memberi pendidikan kesehatan

33
XII. DATA PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 04/ 10/ 04
HB : 12,0 gr/ dl
HT : 37 %
Leukosit : 13,000 ribu/ mmk
Natrium : 138 mmol/ l
Kalium : 2,7 mmol/ l
Chlorida : 114
Trombosit : 168.000

XIII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Composmentis
Tinggi badan : 72 Cm
Berat badan : 10 kg
LILA : 14,5 Cm
Lingkar kepala : 46 Cm
Lingkar dada : 44 Cm
Tanda-tanda vital
Nadi : 120 X/ M isi dan tekanan kuat
RR : 28 X/ m
Suhu : 37 0 C

Kepala : Mesosephal, UUB agak cekung, rambut hitam lebat,


Mata : cekung, pada saat menangis tak keluar air mata, konjungtiva
tidak anemis, sclera tak ikterik, tidak ada secret.
Hidung : Bersih, tidak ada discharge, tak ada nafas cuping hidung.
Mulut : Bersih mukosa bibir kering, tidak ada sianosis.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada : Simetris, tak ada retraksi otot dada, pengembangan dada
simetris.

34
Jantung
I : Ictus kordis tak tampak
Pa : ictus kordis teraba di SIC IV mid klavikula
Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung
A : Bunyi jantung murni BJ I-II
Paru :
I : Pengembangan kanan dan kiri simetris
Pa : Sulit dikaji
Pe : Sonor di seluruh lapang paru
A : Vesikuler, tak ada suara tambahan.
Abdomen :
Au ; Bising usus meningkat 32x/m
I : Datar, supel, , tidak asites.
Pa : tidak ada distensi, tak ada pembesaran hati dan limfa.
Pe : timpani
Genetalia : Bersih, jenis kelamin wanita.
Ektremitas : Normal, tidak sianosis, kapilery refill dua detik, tidak ada oeden.
Kulit : Bersih, tidak ada luka, turgor kembali cepat, akral hangat.

XIV. TINGKAT PERKEMBANGAN


Kemandirian dan bergaul : Menurut perkataan orang tua anak dirumah bermain
dengan teman sebaya, namun di rumah sakit ketika
pertama di kaji masih anak rewel.
Motorik halus : Anak dapat membentuk dua kubus dan dapat
menaruh kubus dicangkir
Personal sosial : Anak dapat bermain bola dengan pemeriksa dan
dapat da…da dengan ayah.
Motorik kasar : Anak sudah dapat berdiri sendiri
Bahasa : Anak dapat mengatkan mama, papa,
anak dapat mengatkan satu kata
XV. INFORMASI LAIN
Diagnosa medis : Diare akut dehidrasi sedang
Program therapy : Infus KAEN B3 1200/60/12 tts/m
Ampicillin 3x250 mg iv

35
Parasetamol 3x3/4 cth
Ambroksol 3 x1 cth, B complek 3 x 1

XVI. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Ibu an s mengatakan, Pengeluaran Gangguan volume
anaknya masih berak- berak 5kali berlebih sekunder cairan kurang dari
air tak ada ampasnya , warna diare kebutuhan
kuning, tak ada lender dan darah.
DO :
 Pasien berak cair, tak ada
ampas.
 Mata cekung, ubun- ubun
cekung, bibir kering, bila
menangis takkeluar air
mata.
 Tampak lemah, rewel
 Suhu 37,80C
 Nadi 132x/m, isi dan
tekanan cukup
 RR 28x/m
 Hasil lab: amuba tropozoid,
terdapat karbohidrat pada
sisa pencernaan, bakteri
positif
2 DS : Ibu an S mengatakan Seringnya buang air Resti kerusakan
,anaknya berak terus , masih 6 kali besar integritas kulit
cair tidak ada ampasnya.
DO :
 Kulit daerah perennial
tampak kemerahan
 Ngompol dan berak 6 kali,
cair, tak ada ampas

3 DS : Ibu mengatakan anak rewel Pengalaman Hospitalisasi


terus, setiap didatangi orang yang pertama dirumah
memakai baju putih menangis. sakit
DO :
 Pada saat perawat datang
pasien menangis.
 Anak rewel
 Tidak kooperatif dengan
tindakan keperawatan

4 DS :- Akibat tindakan Resti infeksi


DO: Terpasang infuse di tangan invasif
kiri bawah

36
Suhu : 37,80C
Daerah pemasangan infuse tidak
kemerahan, tidak bengkak, tidak
nyeri
XVII. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan b.d Pengeluaran berlebih
sekunder diare
2. Hospitalisasi b.d Pengalaman pertama dirumah sakit
3. Resti kerusakan integritas kulit b.d Seringnya buang air besar
4. Resti infeksi b.d Akibat tindakan invasif

RENCANA KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


DP
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X  Kaji adanya tanda- tanda dehidrasi
24 jam tidak terjadi kekurangan cairan (ubun-ubun cekung, mata cekung,
Kriteria Hasil : turgor lambat,bibir kering, urin
 Tidak ditemukan tanda- tanda kurang, kehausan)
dehidrasi (ubun-ubun cekung, mata cekung,  Monitor tanda vital
turgor lambat,bibir kering, urin kurang,  Monitor masukan dan pengeluaran
kehausan) cairan tubuh
 Nadi 120-140x/m, isi dan tekanan kuat  Monitor hasil pemeriksaan elektrolit
 RR20-30x/m dan hematokrit
 Suhu 36-37,50C  Anjurkan orang tua untuk
 Kadar HT 35-45 % memberikan minum sebanyak-
banyaknya
 Berikan cairan parenteral /infuse
KAEN B3 1200/60/12tts/m
 Berikan antibiotic
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X  Membentuk trus dengan orang tua/
24 jam , anak tidak terjadi hospitalisasi ibu
Kriteria Hasil :  Melibatkan ibu pada setiap tindakan
 Anak tidak rewel pada saat ketemu dengan keperawatan
petugas kesehatan  Menjaga ruangan supaya tidak gaduh
 Anak mau diajak bermain oleh perawat  Jangan terlalu banyak perawat yang
 Anak mau diajak berjabat tangan oleh memberi intervensi keperawatan
perawat sehingga anak tidak asing terus-
terusan
 Mengkaji kepada orang tua tentang
mainan kesukaan
 Memberikan mainan sesuai dengan
kesukaan
 Mempertahankan kontak kepada
orang tua dan anak dengan
pendekatan yang kondusif untuk anak
( dgn bermain)

37
 Memonitor setiap perkembangan
terutama tentang hospitalisaai
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X  Kaji adanya kerusakan kulit setiap
24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit sehabis BAB
Kriteria Hasil :  Ceboki dengan kapas lembab dan
 Kuli bersih dan kering keringkan daerah perennial setiap
 Kulit utuh selesai BAB
 Ganti celana dan pengalas setiap
basah (BAB & BAK)
 Berikan penkes kepada orang tua
untuk menmbersihkan perennial
setelah BAB &BAK kemudian
mengantinya dengan celana yang
bersih dan kering
 Siapkan persediaan yang bersih
dankering
 Hindari pakaian /alat tenun yang
lembab
 Bila perlu berikan krem/ lotion untuk
perawatan perenial
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X  Kaji adanya tanda- tanda infeksi baik
24 jam tidak terjadi infeksi local maupun sistemik
Kriteria Hasil :  Monitor tetesan dan lokasi infuse
 Tak terjadi tanda infeksi local (kemerahan,  Monitor suhu tubuh
bengkak, nyeri)  Lakukan cuci tangan sebelum dan
 Tak terjadi tanda infeksi sistemik (Suhu sesudah melakukan prosedur
tubuh 36-37,50C, lekosit 3. 000- 9.000,  Rawat daerah pemasangan infuse
demam) setiap hari
 Jaga prinsip aseptic setiap melakukan
tindakan keperawatan

IMPLEMENTASI
Nama : AN S No rer :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 19 Oktober 2004

WAKTU DP IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD


NO
07.30 1  Mengkaji adanya tanda- tanda Turgor kembali agak
dehidrasi (ubun-ubun cekung, lambat, mat cekung,
mata cekung, turgor ubun- ubun cekung,
lambat,bibir kering, urin mukosa bibir kering
kurang, kehausan)
08.00 1,4  Memonitor tanda vital S: 37,80C , RR: 32x/m,
Nadi 128x/m isi dan
tekanan cukup

38
08.15 1  Memonitor frekuensi BAB Mulai pasien datang
dan konsistensi tinja j 23.00 sampai jam 08.00
BAB 6x air sedikit ampas,
3o cc, tidak ada lender
dan darah
08.30 3  Membersihkan perenial Sekitar perennial bersih,
dengan kapas basah dan kering, dan bersedia
menganjurkan kepada orang untuk melakukannya
tua untuk melakukannya sesuai anjuran
setiap anak BAB
 Memonitor daerah pantat Pantat kemerahan
 Memberikan krem/ lotion Alat tenun bersih dan
untuk perawatan perennial kering
 Menganti alat tenun yang
kering dan bersih
09.00 1  Memberikan cairan Cairan infuse menetes
parenteral /infuse KAEN B3 lancer, tak ada udara
1200/60/12tts/m
09.30 4  Merawat daerah insersi intra Pasien menangis, luka
venus dengan kasa betadin insersi tertutup kasa
betadin, daerah
pemasangan infuse tidak
ada tanda merah,
bengkak, tidak nyeri
10.00 2  Membentuk trus dengan orang Perawat akrab/ terbentuk
tua/ ibu trus dengan ibu pasien
 Melibatkan ibu pada setiap
tindakan keperawatan
 Menjaga ruangan supaya tidak
gaduh
10.15 4  Menyuntik Obat masuk tidak ada
ampicillin 250 mg iv reaksi alergi
10.30 2  Mendiskusikan dengan teman Perawat bersedia untuk
perawat agar jangan terlalu tidak semua perawat
banyak yang memberikan mendatangi pasien
intervensi kepada an S
keperawatan sehingga anak
tidak asing dengan banyak
orang
10.45 2  Diskusi dengan dokter agar Dokter memahami dan
jangan terlalu banyak bersedia untuk tdk terlalu
memeriksa pasien dan perlu sering memeriksa
komunikasi yang baik
terhadap pasien dan orang tua
11.00  Mengkaji kepada orang tua Mainan kesukaan adalah
tentang mainan kesukaan panda
 Memberikan mainan sesuai Pasien menerima boneka
dengan kesukaan ( boneka yang diberikan oleh
yang mirip panda) perawat
 Mempertahankan kontak Anak mau senyum

39
kepada orang tua dan anak dengan mata menatap
dengan pendekatan yang pada saat di ajak cilup ba
kondusif untuk anak
11.30 4 ( dgn bermain )
 Mengukur tanda vital Suhu : 37,50C, RR:
30x/m, nadi 128x/m isi
12.00 dan tekanan cukup
 Memberikan bubur tempe Bubur dimakan hanya
habis ¼ porsi, tidak
13.00 muntah
 Bermain dengan anak Anak mau diajak bermain
hanya 10 menit,
kemudian menangis

EVALUASI
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 19 Oktober 2004

Waktu No DP Evaluasi TTD


13.00 1 S :Ibu pasien mengatakn mulai pagi masih berak 2 kali lembek
sedikit cair , jumlah ¼ gelas, warna kuning, tak ada lender dan
darah
O :Klien masih tampak lemah, ubun-ubun agak cekung, mata
agak cekung, mukosa agak lembab, menangis masih belum
keluar air mata, kencing sudah banyak mulai jam 07.00- 13.00
4 kali, nadi 120x/m isi dan tekanan cukup, RR 28x/m, suhu
37,50C
A :Masalah teratasi sebagian, anak masih resiko tinggi
kekurangan cairan
P :Lanjutkan intervensi, monitor tanda vital, monitor tanda
dehidrasi, monitor pemberian cairan dan berikan cairan sesuai
kebutuhan
13.30 2 S : Orang tua mengatakan sekarang kalu di datangi perawat mau
melihat walaupun tidak lama kemudian menangis
O:Anak tidak terlalu rewel, mau diajak senyum oleh perawat,
mau diberi mainan, dan mau senyum sebentar, pada saat diajak
cilib ba anak mau tersenyum
A:Masalah teratasi sebagian
P :Pertahankan intervensi
13.35 3 S :Ibu mengatakan pantat anak tidak lecet
O:Pantat kemerahan, kulit perenial bersih tidak ada yang lecet.
A:Masalah teratasi, anak masih beresiko terjadi gangguan
integritas
P :Pertahankan intervensi, Bersihkan perennial setelah anak
BAB/ BAK, ganti celana & alat tenun, keringkan pantat,
berikan krim
13.40 4 S :-
O:Suhu 37,50C,daerah pemasangan infuse tak oedem, tak

40
kemerahan, tak nyeri
A: Pasien masih beresiko untuk terjadi infeksi
P :Pertahankan intervensi, monitor tanda infeksi local dan
sistemik
IMPLEMENTASI
Nama : AN S No rer :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 20 Oktober 2004

WAKTU DP IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD


NO
07.30 1  Mengkaji adanya tanda- tanda Turgor kembali agak
dehidrasi (ubun-ubun cekung, lambat, mat cekung,
mata cekung, turgor ubun- ubun cekung,
lambat,bibir kering, urin mukosa bibir kering
kurang, kehausan)
08.00 1,4  Memonitor tanda vital S: 37,50C , RR: 28x/m,
Nadi 128x/m isi dan
tekanan cukup
08.30 1  Memberikan cairan Cairan infuse menetes
parenteral /infuse KAEN B3 lancer, tak ada udara
1200/60/12tts/m
09.00 4  Merawat daerah insersi intra Pasien menangis, luka
venus dengan kasa betadin insersi tertutup kasa
betadin, daerah
pemasangan infuse
tidak ada tanda merah,
bengkak, tidak nyeri
09.15 2  Melibatkan ibu pada setiap Ibu pasien
tindakan keperawatan mendampingi setiap
 Menjaga ruangan supaya tidak anak dilakukan
gaduh implementasi
10.00 4  Menyuntik Obat masuk tidak ada
ampicillin 250 mg iv reaksi alergi
10.30 2  Mengajak anak untuk bermain  Anak senang
boneka diajak bermain terbukti
mau tertawa
 Mempertahankan kontak Anak mau senyum
kepada orang tua dan anak dengan mata menatap
dengan pendekatan yang pada saat di ajak cilup
kondusif untuk anak ba
( dgn bermain ) Suhu : 37,50C, RR:
11.00 4  Mengukur tanda vital 30x/m, nadi 128x/m isi
dan tekanan cukup
Bubur dimakan hanya
12.00 1  Memberikan bubur tempe habis ¼ porsi, tidak
muntah
12.30 Anak mau diajak
2  Bermain dengan anak bermain hanya 10
13.00 3  Monitor BAB menit, kemudian

41
3  Monitor daerrah perenial menangis
Pasien belum bab dari
pagi
Kulit perennial utuh
EVALUASI
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 20 Oktober 2004

Waktu No DP Evaluasi TTD


13.00 1 S :Ibu pasien mengatakn mulai pagi belum berak
O :Klien tidak lemah, ubun-ubun tidak cekung, mata tidak
cekung, mukosa lembab, menangis masih keluar air mata,
kencing sudah banyak mulai jam 07.00- 13.00 4 kali, nadi
120x/m isi dan tekanan cukup, RR 28x/m, suhu 37,50C
A :Masalah teratasi sebagian, anak masih resiko tinggi
kekurangan cairan
P :Lanjutkan intervensi, monitor tanda vital, monitor tanda
dehidrasi, monitor pemberian cairan dan berikan cairan sesuai
kebutuhan
13.30 2 S : Orang tua mengatakan sekarang kalau di datangi perawat mau
melihat dan tersenyum
O:Anak tidak rewel, mau diajak senyum oleh perawat, mau
bermain, dan mau tersenyum, pada saat diajak cilib ba anak
mau tersenyum
A:Masalah teratasi , masih mungkin untuk menolak orang yang
tak dikenal
P :Pertahankan intervensi
13.35 3 S :Ibu mengatakan pantat anak tidak lecet
O:Pantat kemerahan, kulit perenial bersih tidak ada yang lecet.
A:Masalah teratasi.
P :Pertahankan intervensi, Bersihkan perennial setelah anak
BAB/ BAK, ganti celana & alat tenun, keringkan pantat,
berikan krim
13.40 4 S :-
O:Suhu 37,50C,daerah pemasangan infuse tak oedem, tak
kemerahan, tak nyeri
A: Pasien masih beresiko untuk terjadi infeksi
P :Pertahankan intervensi, monitor tanda infeksi local dan
sistemik

42
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 21 Oktober 2004

WAKTU DP IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD


NO
07.30 1  Mengkaji adanya tanda- tanda Turgor kembali agak
dehidrasi (ubun-ubun cekung, lambat, mat cekung,
mata cekung, turgor ubun- ubun cekung,
lambat,bibir kering, urin mukosa bibir kering
kurang, kehausan)
08.00 4  Memonitor tanda vital S: 37,50C , RR: 28x/m,
Nadi 128x/m isi dan
tekanan cukup
09.00 1  Melepas infuse Anak tersenyum ketika
infuse dilepas
09.15
4  Merawat daerah insersi intra Pasien menangis, luka
venus dengan kasa betadin insersi tertutup kasa
betadin, daerah
pemasangan infuse tidak
2 ada tanda merah,
bengkak, tidak nyeri
09.30  Melibatkan ibu pada setiap Ibu pasien mendampingi
tindakan keperawatan setiap anak dilakukan
4  Menjaga ruangan supaya tidak implementasi
gaduh Obat masuk tidak ada
10.00 2  Menyuntik reaksi alergi
ampicillin 250 mg iv  Anak senang diajak
10.30  Mengajak anak untuk bermain bermain terbukti mau
boneka tertawa
Anak mau senyum
 Mempertahankan kontak dengan mata menatap
kepada orang tua dan anak pada saat di ajak cilup ba
dengan pendekatan yang Suhu : 37,50C, RR:
4 kondusif untuk anak 30x/m, nadi 128x/m isi
( dgn bermain ) dan tekanan cukup
11.30  Mengukur tanda vital Bubur dimakan hanya
habis ¼ porsi, tidak
muntah
11.15  Memberikan penkes cara Orang tua mendengarkan
2 perawatan dirumah dan kooperatif pada saat
1 diajak diskusi
11.30 3  Bermain dengan anak
11.45  Monitor BAB Mulai pagi bab I kali
12.00  Monitor daerrah perenial lembek, kuning.

43
Kulit perennial utuh

EVALUASI
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 21 Oktober 2004

Waktu No DP Evaluasi TTD


12.00 1 S :Ibu pasien mengatakn mulai pagi berak sekali lembek, warna
kuning, jumlah cukup seperti waktu sehat tak ada lender dan
darah
O :Klien tidak lemah, ubun-ubun tidak cekung, mata tidak cekung,
mukosa lembab, menangis masih keluar air mata, kencing sudah
banyak sehari semalam 10 X @ ½ gelas, nadi 120x/m isi dan
tekanan cukup, RR 28x/m, suhu 37,50C
A :Masalah teratasi Infus telah dilepas, ps boleh pulang
P :Berikan penkes untuk pulang
12.00 2 S : Orang tua mengatakan sekarang kalau di datangi perawat mau
melihat dan tersenyum
O:Anak tidak rewel, mau diajak senyum oleh perawat, mau
bermain, dan mau tersenyum, pada saat diajak cilib ba anak mau
tersenyum
A:Masalah teratasi Anak boleh pulang
P :Pertahankan intervensi
12.10 3 S :Ibu mengatakan pantat anak tidak lecet
O:Pantat tidak kemerahan, kulit perenial bersih tidak ada yang
lecet.
A:Masalah teratasi.
P : Berikan penkes untuk pulang
12.30 4 S :-
O:Suhu 37,50C,daerah pemasangan infuse tak oedem, tak
kemerahan, tak nyeri
A: Masalah teratasi, infuse telah dilepas, pasien boleh pulang
P : Hentikan intervensi

44
NASEHAT UNTUK PULANG
1. Jaga kebersihan terutama kebersihan alat makan, oleh karena bayi minum susu
dengan botol maka harus mempunyai persediaan botol lebih dari satu, botol harus
dicuci bersih kemudian di rebus setiap kali mau mengunakannya.
2. Pembuatan susu sesuai dengan ukuran jangan terlalu kental atau terlalu encer.
3. Pembuatan diet sesuai dengan usia anak, oleh karena anak usia I tahun/ 12 bulan,
bisa dengan bubur tempe, tetapi jangan terus- terusan supaya tidak bosan.
4. Apabila anak diberi makanan dewasa jangan terlalu keras, jangan terlalu asam,
jangan terlalu pedas.
5. Hendaknya mengkonsumsi makanan yang selalu baru jangan sampai basi.
6. Lakukan control satu minggu setelah pulang/ sewaktu- waktu apabila ada keluhan.
7. Lakukan control rutin satu bulan sekali ketempat pelayanan kesehatan untuk
memonitor pertumbuhan danperkembangan.
8. Gunakan air yang bersih dan terlindung dari kontaminasi
9. Mencuci tangan sebelum makan, sesudah BAB dengan sabun
10. Menggunakan jamban,memenuhi syarat kesehatan dan jarak lebik 10 meter dari
sumber air.
11. Membuang tinja yang benar, buang dijamban atau dikubur sebab tinja bayi dapat
menularkan penyakit.

45
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK M
DENGAN BRONCHO PNEMONIA
DI RUANG IRNA CI RSDK SEMARANG
(Kasus Resume)
Nama Mahasiswa : Sri Hidayati
Tempat Praktek : IRNA C1
Tanggal : 20 Oktober 2004

Pengkajian dilakukan Tanggal : 20/10/04 Jam 11.00 Wib

I. IDENTITAS DATA
Nama Bayi : An M
TTL : 15 April 2003
Umur : 18 bulan
Nama Ayah/ Ibu : Tn. W H/ Ny.Rd
Pekerjaan ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Tambakroto Kecamatan Sayang, Kab Demak
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD

II. KELUHAN UTAMA


Satu hari batuk, pilek, sesak nafas dan panas.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU


8. Penyakit waktu kecil : batuk pilek,panas mulai 6 bulan.
9. Riwayat dirawat di RS : belum pernah

46
10. Obat-obatan yang digunakan : tidak ada
11. Tindakan operasi : belum pernah
12. Riwayat alergi : tidak ada
13. Kecelakaan : belum pernah
14. Imunisasi : lengkap yaitu BGC, DPT 3x, Polio 4x, Hepatitis
3x, campak1x

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


4. Prenatal
Ibu mengatakan selama kehamilan ibu sehat, tidak ngidam, nafsu makan baik,
makan satu porsi lebih. Ibu memeriksakan kesehatannya sebanyak 6 kali, dan
telah mendapat imunisasi TT2 kali. Pemeriksaan kesehatan dilakukan ditempat
puskesmas.
5. Intranatal
Anak lahir tanggal 15 april 2003 di rumah di tolong bidan, anak lahir spontan,
langsung menangis BB waktu lahir 3000 gram, PB 50 cm.
6. Postnatal
Anak diberi ASI sampai sekarang. Mulai lahir sampai 4 bulan anak hanya diberi
ASI, kemudian setelah 4 bulan di beri makananan promina. Setelah lahir anak
sehat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Keterangan:
: laki-laki

: wanita

: klien

18 bln

Status kesehatan keluarga

47
Keluarga tidak ada yang mempunyai sakit seperti ini, tidak mempunyai penyakit
keturunan dan tidak mempunyai penyakit menular. Anggota keluarga dalam
setahun terakhir tidak ada yang sakit sampai dirawat di rumah sakit.

VI. RIWAYAT SOSIAL


 Yang mengasuh : Ayah dan ibu
 Hubungan dengan anggota keluarga : antar anggota keluarga saling
interaksi dan memperhatikan satu sama lain, dan saling mencurahkan
kasih sayang.
 Hubungan teman sebaya : pasien kalau dirumah bermain dengan
teman sebaya baik anak ini diajak oleh orang tua, kadang tetangga yang
datang kerumahnya.
 Pembawaan secara umum : pasien sadar, kurang aktif, sesak nafas,
pernafasan dengan menggunakan otot Bantu pernafasan/ retraksi otot
dada, panas, batuk dan pilek.
 Lingkungan rumah : Ibu pasien mengatakan tinggal bersama
dengan suami dan dua orang anak. Rumah yang ditempatinya adalah
rumah sendiri. Rumah yang ditempati permanent dengan ukuran 6 X 9
m2, dengan jendela dikamar tamu, kamar tidur, dapur dan terdapat
genting kaca, tidak ada eternit, dengan MCK mengunakan WC jongkok
dan kamar mandi. Sumber air yang digunakan air sumur. Mempunyai
halaman dengan ukuran 3 X 9 m2, dengan lingkungan yang bersih dan
rapi.

VII. PENGKAJIAN NUTRISI


 Berat badan : 11 kg
 Panjang badan : 75 cm
 Lingkar lengan : 15,5 cm
 Lingkar kepala : 47 cm
 Kebiasaan pemberian makan : makan sehari 3 kali, nasi dengan sayur
bayem dan tempe, minum air putih atau teh setiap haus, kira- kira sehari 5
kali.Diet khusus tidak ada.
 Tanda kecukupan nutrisi an M umur 1,5 tahun (18 bulan) wanita, 11
kg, PB 75 cm

WAZ = 11 – 10,8 :1.20 = 0,16(Berat badan normal/ gizi normal)

HAZ = 75 – 80,9 :3 = -1,96 (Normal)

48
WHZ = 11– 9,6: 0,9= 1,55 (Normal)

Kesan : Status gizi anak normal

VIII. POLA SEHARI-HARI


 Pola istirahat/ tidur : pasien sehari tidur kurang lebih 8 – 10 jam
( malam jam 21.00 –jam 05.00, dan siang selama 1 atau jam
 Pola kebersihan : Mandi sehari 2x dimandikan oleh orang tuanya,
belum berlatih gosok gigi, gigi tumbuh 8.
 Pola aktifitas bermain : Pasien hanya tidur lemah dan rewal belum
bermain
 Pola eleminasi : By M BAB 2x cair, ada ampas warna kuning,
jumlah 1/4 gelas blimbing, BAK sehai 6 x

IX. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


 Diagnosa medis : Bronchopnemonia
 Tindakan operasi :-
 Status nutrisi : Nutrisi baik
 Sttus cairan : turgor kembali cepat, mata tak cekung, UUB
tidak cekung, , mukosa bibir lembab, suhu38,80C,
nadi 120x/m isi dan tekanan cukup
X. OBAT- OBATAN
 Infus D5 % 720/ 30/ 8 tts/ m
 Cefotaksin 3x 250 mg iv
 Ambroksol 3x1 cendok the
 Parasetamol ¾ bila perlu
 Gentamisin2 x 20 mg
 Deksametason 3 x 1amp
 Vitamin C3 x1
 Vit B complek 3 x1 tb
 Diet 3 X 200 CC SGM, 3x bubur tempe

XI. DATA PENUNJANG


Laboratorium

49
Tanggal 04/ 10/ 04
HB : 11,0 gr/ dl
HT : 35 %
Leukosit : 9.66 ribu/ mmk
Eritrosit : 17.6 ribu/ mmk
Natrium : 140 mmol/ l
Kalium : 3,7 mmol/ l
Chlorida : 112
Trombosit : 168.000

XII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Composmentis
Tinggi badan : 75 Cm
Berat badan : 11 gram
LILA : 15,5 Cm
Lingkar kepala : 47 Cm
Lingkar dada : 44 Cm
Tanda-tanda vital
Nadi : 120 X/ M isi dan tekanan kuat
RR : 28 X/ m
Suhu : 38,8 0 C

Kepala : Mesosephal, UUB tidak cekung, rambut hitam lebat,


Mata :Konjungtiva tidak anemis, sclera tak ikterik, tidak ada secret.
Hidung : Terdapat lender/ ingus.
Mulut : Bersih mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada : Simetris, terdapat retraksi otot dada, pengembangan dada
simetris.
Jantung
I : Ictus kordis tak tampak
Pa : ictus kordis teraba di SIC IV mid klavikula
Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung

50
A : Bunyi jantung murni BJ I-II
Paru :
I : Pengembangan kanan dan kiri simetris
Pa : vocal vremitus simetris antara kanan dan kiri
Pe : Sonor di seluruh lapang paru
A :Terdengar ronchi.
Abdomen :
Au ; Bising usus meningkat 12x/m
I : Datar, supel, , tidak asites.
Pa : tidak ada distensi, tak ada pembesaran hati dan limfa.
Pe : timpani
Genetalia : Bersih, jenis kelamin wanita.
Ektremitas : Normal, tidak sianosis, kapilery refill dua detik, tidak ada oeden.
Kulit : Bersih, tidak ada luka, turgor kembali cepat, akral hangat.

XIII. TINGKAT PERKEMBANGAN


Kemandirian dan bergaul : Orang tua mengatakan anak kalau dirumah
bermain dengan teman sebaya
Personal sosial :Anak sudah dapat menggunakan sendok garpu
bila di rumah, Anak sudah dapat minum dengan
cangkir
Motorik halus : Anak sudah dapt membuat menara dari 2 kubus
dan 4 kubus
Motorik kasar : Anak sudah dapat berlari, anak sudah dapat naik
tangga
Bahasa : Anak sudah dapat menunjuk 2 gambar, dan
dapat mengatkan 3 kata
XIV. INFORMASI LAIN
Diagnosa medis : Bronchopnemonia
Program therapy : Infus D5 % 720/ 30/ 8 tts/ m
 Cefotaksin 3x 250 mg iv
 Ambroksol 3x1 cendok the
 Parasetamol ¾ bila perlu
 Gentamisin2 x 20 mg

51
 Deksametason 3 x 1amp
 Vitamin C3 x1
 Vit B complek 3 x1 tb
 Diet 3 X 200 CC SGM, 3x bubur tempe

XV. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Ibu An M mengatakan, Akumulasi secret Tidak efektifnya
anaknya sesak nafas dan di jalan nafas bersihan jalan nafas
batuk, lender banyak
DO :
 Anak tampak sesak nafas.
 Retraksi otot dada positif
 Terdapat ronchi pada paru
basal.
 Terdengar stridor
 RR 36 x/m

2 DS : Ibu an. M mengatakan Peningkatan suhu Resti volume


,anaknya berak cair 3x , tubuh, pengeluaran cairan kurang dari
panas, bibir kering. cairan yang kebutuhan
DO : berlebihan
 Mukosa kulit kering
 Suhu 38,80C
 Nadi 132 x/m isi dan
tekanan cukup
 BAB cair, sedikit ampas,
warna kuning, jumlah ¼
gelas belimbing.

3 DS : Ibu mengatakan anak tidak Penurunan nafsu Resti nutrisi kurang


mau makan. makan, dari kebutuhan
DO : peningkatan
 Makan bubur hanya habis metabolisme
2 sendok.
 Berat badab sebelum sakit
setelah sakit

PRIORITAS MASALAH
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d Akumulasi secret di jalan nafas
2. Resti volume cairan kurang dari kebutuhan b.d Peningkatan suhu tubuh,
pengeluaran cairan yang berlebihan
3. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Penurunan nafsu makan, peningkatan
metabolisme

52
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 21 Oktober 2004

NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


DP
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X  Pertahankan kepatenan jalan nafas
24 jam jalan nafs adekuat  Kaji pernafasan setiap 2 jam/ setiap
Kriteria Hasil : ada perubahan (suara nafas,
 Tidak ada stridor penggunaan otot Bantu pernafasan,
 Pada auskultasi suara paru vesikuler warna kulit)
 Jalan nafs bersih  Lakukan fisioterapi dada
 Frekuensi pernafasan antara 24- 30  Anjurkan pasien untuk
X/m membatukkan / lakukan pengisapan
 Tidak mengguanakan otot Bantu lendir
pernafasan  Atur posisi kepala lebih tinggi
 Monitor tanda- tanda vital setiap 4
jam
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X  Kaji turgor kulit dan membrane
24 jam , tidak terjadi kekurangan volume mukosa
cairan  Monitor intake dan output cairan
Kriteria Hasil :  Anjurkan untuk minum banyak
 Balance cairan seimbang  Monitor infus/ cairan parenteral
 Turgor kulit normal  Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam
 Membran mukosa lembab  Bila panas berikan 1 cth parasetamol
 Suhu tubuh 36-37,50C

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X  Kaji asupan nutrisi


24 jam nutrisi pasien terpenuhi  Berikan diet porsi kecil tapi sering
Kriteria Hasil :  Libatkan keluarga dalam memberikan
 Berat badan neningkat diet pasien
 Nafsu makan meningkat  Berikan makanan bervariasi sesuai
 Tidak terjadi muntah diet
 Diet yang disajikan di makan habis  Sajikan makanan dalam kemasan
yang menarik untuk anak ( tempat
menarik, ditutup plastic dll)
 Berikan motivasi pasien untuk
menghabiskan porsi yang disajikan
dengan memberikan imajenasi untuk
anak ( Yuk penyakitnya diusir dengan
telur dll)

53
IMPLEMENTASI
Nama : AN M No rer :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 21 Oktober 2004

WAKTU DP IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD


NO
07.30 2  Memonitor tanda vital Suhu 37,80C

08.00 1  Mendengarkan pernafasan Suara nafas stridor,


 ( suara nafas, pengguanaan auskultasi vesikuler,
otot Bantu pernafasan) terdengar ronchi basah
halus
08.15 2  Mengkaji turgor kulit. Turgor kulit kurang,akral
hangat
08.30 1  Mengatur posisi tidur Posisi tidur kepala lebih
tinggi 30
08.45 3  Memberi diet  Makan hanya
 Menemani pasien pada saat dihabiskan 2 sendok
makan dengan memberi
rieward atas keberhasilan
pasien untuk makan
 Anjurkan ibu untuk
menyuapnya
 Memberi kan diet personde  200 cc SGM
09.00 2  Anjurkan pasien untuk minum masuk tidak muntah
yang banyak
 Monitor intake dan output  Anak minum mau
 Monitor infus BAK 1 kali
 Rawat luka infus dengan kasa  Infus lancer tidak
betadin ada udara.
 Menyuntik cefotaksin 250 mg,
gentamicin 20 mg,
deksametason 1 amp
10.00 1  Melakukan fisioterapi dada Pasien tenang pada saat
( perkusi dan batuk efektif) diperkusi
 Menghisap lender Lendir tidak bisa keluar
 Memberikan obat peroral
Ambroksol
Parasetamol sirup 1 cth
Vitamin B complek
Vitamin C
12.00 2  Monitor tanda vital RR36x/m, suhu 37,80C,

54
Nadi 130x/m isi dan
12.30 1  Monitor pernafasan tekanancukup
Diet SGM masuk 200 CC
13.00 2  Memberikan diet personde tidak tumpah

EVALUASI
Nama : AN M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 21 Oktober 2004

Waktu No DP Evaluasi TTD


13.00 1 S :Ibu pasien mengatakn anak tenang
O :Suhu 37,50 C, RR 28x/m, Denyut nadi 124x/m isi dan tekanan
cukup.
Stridor masih ada
Ronchi basah halus
Tak menggunakan retraksi otot dada
A :Jaln nafs belum efektif
P :Pertahankan intervensi

13.30 2 S : Ibu mengatakan panas badan anak turun


O: Suhu 37,50C
Mukosa lembab
Bab cair sehari 1 kali
A:Masih beresiko kurang volume cairan
P :Pertahankan intervensi

13.35 3 S : Anak menolak untuk makan


O: Anak makan hanya 2 sendok
A:Masalah belum teratasi.
P :Pertahankan intervensi.

IMPLEMENTASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 22 Oktober 2004

WAKTU DP IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD


NO
07.30 2  Memonitor tanda vital Suhu 37,80C

08.00 1  Mendengarkan pernafasan Suara nafas stridor,


 ( suara nafas, pengguanaan auskultasi vesikuler,
otot Bantu pernafasan) terdengar ronchi basah
halus
08.15 2  Mengkaji turgor kulit. Turgor kulit kurang,akral

55
hangat
08.30 1  Mengatur posisi tidur Posisi tidur kepala lebih
tinggi 30
08.45 3  Memberi diet  Makan hanya
 Menemani pasien pada saat dihabiskan 2 sendok
makan dengan memberi
rieward atas keberhasilan
pasien untuk makan
 Anjurkan ibu untuk
menyuapnya
 Memberikan diet personde  200 cc SGM
09.00 2  Anjurkan pasien untuk minum masuk tidak muntah
yang banyak
 Monitor intake dan output  Anak minum mau
 Monitor infus BAK 1 kali
 Rawat luka infus dengan kasa  Infus lancer tidak
betadin ada udara.
 Menyuntik cefotaksin 250 mg,
gentamicin 20 mg,
deksametason 1 amp
10.00 1  Melakukan fisioterapi dada Pasien tenang pada saat
( perkusi dan batuk efektif) diperkusi
 Menghisap lender Lendir tidak bisa keluar
 Memberikan obat peroral
Ambroksol
Parasetamol sirup 1 cth
Vitamin B complek
Vitamin C
12.00 2  Monitor tanda vital RR36x/m, suhu 37,80C,
Nadi 130x/m isi dan
12.30 1  Monitor pernafasan tekanancukup
Diet SGM masuk 200 CC
13.00 2  Memberikan diet personde tidak tumpah

56
EVALUASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 22 Oktober 2004

Waktu No DP Evaluasi TTD


13.00 1 S :Ibu pasien mengatakn anak tenang
O :Suhu 37,20 C, RR 28x/m, Denyut nadi 124x/m isi dan tekanan
cukup.
Stridor masih ada
Ronchi basah halus
Tak menggunakan retraksi otot dada
A :Jaln nafas belum efektif
P :Pertahankan intervensi

13.30 2 S : Ibu mengatakan panas badan anak turun


O: Suhu 37,20C
Mukosa lembab
Bab cair sehari 1 kali
A:Masih beresiko kurang volume cairan
P :Pertahankan intervensi

13.35 3 S : Anak menolak untuk makan


O: Anak makan hanya 5 sendok
A:Masalah belum teratasi.
P :Pertahankan intervensi.

IMPLEMENTASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 23Oktober 2004

WAKTU DP IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD


NO
07.30 2  Memonitor tanda vital Suhu 37,80C

08.00 1  Mendengarkan pernafasan Suara nafas stridor,


 ( suara nafas, pengguanaan auskultasi vesikuler,
otot Bantu pernafasan) terdengar ronchi basah
halus

57
08.15 2  Mengkaji turgor kulit. Turgor kulit kurang,akral
hangat
08.30 1  Mengatur posisi tidur Posisi tidur kepala lebih
tinggi 30
08.45 3  Memberi diet  Makan hanya
 Menemani pasien pada saat dihabiskan 2 sendok
makan dengan memberi
rieward atas keberhasilan
pasien untuk makan
 Anjurkan ibu untuk
menyuapnya
 Memberi kan diet personde  200 cc SGM
09.00 2  Anjurkan pasien untuk minum masuk tidak muntah
yang banyak
 Monitor intake dan output  Anak minum mau
 Monitor infus BAK 1 kali
 Rawat luka infus dengan kasa  Infus lancer tidak
betadin ada udara.
 Menyuntik cefotaksin 250 mg,
gentamicin 20 mg,
deksametason 1 amp
10.00 1  Melakukan fisioterapi dada Pasien tenang pada saat
( perkusi dan batuk efektif) diperkusi
 Menghisap lender Lendir tidak bisa keluar
 Memberikan obat peroral
Ambroksol
Parasetamol sirup 1 cth
Vitamin B complek
Vitamin C
12.00 2  Monitor tanda vital RR36x/m, suhu 37,80C,
Nadi 130x/m isi dan
12.30 1  Monitor pernafasan tekanancukup
Diet SGM masuk 200 CC
13.00 2  Memberikan diet personde tidak tumpah

58
EVALUASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 23 Oktober 2004

Waktu No DP Evaluasi TTD


13.00 1 S :Ibu pasien mengatakn anak tenang
O :Suhu 37,20 C, RR 28x/m, Denyut nadi 124x/m isi
dan tekanan cukup.
Stridor masih ada
Ronchi basah halus
Tak menggunakan retraksi otot dada
A :Jaln nafas belum efektif
P :Pertahankan intervensi

13.30 2 S : Ibu mengatakan panas badan anak turun


O: Suhu 37,20C
Mukosa lembab
Bab cair sehari 1 kali
A:Masih beresiko kurang volume cairan
P :Pertahankan intervensi
13.35 3 S : Anak menolak untuk makan
O: Anak makan hanya ½ porsi
A:Masalah belum teratasi.
P :Pertahankan intervensi.

59
HASIL PENILAIAN PELAKSANAAN MTBS
( MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT)

Inisial Pasien :
Umur :
DX :
Ruang : IRNA C1 LT 2/ Non Infeksi
Tanggal :

NO PROSEDUR SKOR CATATAN


1 Inspeksi Chest indrawing 6
2 Mendengar stidor 6
3 Inspeksi klien letargi 6
4 Pemeriksaan turgor kulit 6
5 Observasi mata cekung
6 Pemeriksaan kaku kuduk 6
7 Inspeksi ruam campak 6
8 Inspeksi kekeruhan mata dan 6
nanah dari mata
9 Inspeksi petechie 6
10 Inspeksi perdarahan di hidung 6
11 Inspeksi cairan yang keluara dari 6
hidung
12 Palpasi pembengkaan belakang 6
telinga
13 Inspeksi tanda kepucatan telapak 6
tangan
14 Inspeksi anak yang sangat kurus 6
15 Inspeksi anak yang menmgalami 6
pembengkaan dikedua kaki

60
LAMPIRAN

61

Anda mungkin juga menyukai