PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kesakitan dan kematian diare di negara berkembang masih sangat
tinggi. Angka kesakitan diare di negara Indonesia adalah 200 – 400 kejadian setiap
tahunnya dan 70-80 %-nya adalah anak balita (Brotowasisto, 19750). Diare
termasuk salah satu kelompok tiga penyebab penderita datang ke Puskesmas
(Dewa Nardi, dkk. 19910). Sedangkan di Rumah Sakit Dokter Kariadi pada
Bagian Anak kira-kira adalah 11.4 % dari seluruh penderita yang dirawat (Bagian
Catatan Medik, 1981). Angka kematian diare walaupun tampak menurun setelah
seminar rehidrasi tetapi dapat dikatakan pada beberapa rumah sakit masih harus
mendapat perhatian karena penyakit penyerta, gizi, dan infeksi, serta keterbatasan
sarana dalam pengelolaannya. Biddulph (1972) dan Morley (1974) membuat suatu
bagan cara pengelolaan diare dengan prinsip 5 D yaitu dehidrasi, diagnosa,
dietetik, drug atau pengobatan, dan dishacaridase deficiency.
Mengingat diare adalah penyebab penting kekurangan gizi hal ini
disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga penderita
makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan
berkurang pula. Oleh karena itu penatalaksanaan bagi penderita diare perlu
mendapatkan penanganan yang lebih serius khususnya untuk mengembalikan
cairan yang telah banyak keluar akibat diare, agar tingkat kematian karena diare
bisa ditekan seminimal mungkin.
Kebanyakan episode diare terjadi pada anak / bayi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6 – 11 bulan pada masa
diberikan makanan pendamping. Pola ini menggambarkan kurangnya kekebalan
aktif bayi, pengenalan makanan yang kemungkinan terpapar bakteri tinja dan
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai dapat
merangkak.
Dengan uraian di atas jelas bahwa diare khususnya anak-anak sangat
membahayakan akibat komplikasi yang sering terjadi yaitu dehidrasi dan proses
terjadinya sering sangat cepat (akut), sehingga tidak jarang terjadi keterlambatan
pertolongan karena ketidakpahaman orang tua / keluarga untuk mengenal tanda-
tanda dehidrasi.
1
Beberapa tindakan perlu segera dilakukan untuk mengatasi kondisi
dehidrasi tersebut antara lain dengan pemberian nutrisi yang adekuat. Suatu
patokan yang tetap harus dipegang pada penatalaksanaan diare adalah tidak
memuasakan anak pada saat kejadian diare. Pemberian nutrisi dapat dilakukan
melalui enteral dan parenteran. Pemberian nutrisi akan memacu regenerasi
mukosa, meningkatkan kapasitas digesti dan absorbsi. Pemberian nutrisi enteral
harus lebih diutamakan karena lebih murah, efek sampingnya sedikit, dan
rehabilitasi mukosa lebih cepat dan sempurna.
Bila pemberian makanan secara enteral tidak dapat dilakukan maka
nutrisi dapat dilakukan secara parenteral. Nutrisi parenteral adalah memberikan
nutrisi ke tubuh penderita diare melalui intra vena. Nutrien yang diberikan dapat
berupa air, elektrolit, asam amino, emulsi lemak, mineral, dan vitamin.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Diare adalah kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan terjadi karena
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali, dengan bentuk tinja cair atau encer
(WHO, 1980). Menurut bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran
Indonesia (1988), diare diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar yang tidak
normal atau tinja yang encer dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
B. Etiologi Diare
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylo
bacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus
dan lain-lain.
Infestasi parasit: Cacing, Jamur (Candida
Albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktrosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
3
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktrosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan: makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.
C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua
akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas
usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja, adanya kaosis
kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
4
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi ronjatan (shock) hiperolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
D. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
5
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam (Kusmaul).
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan tinja, meliputi:
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) pH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali serta analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
F. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Rengatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
6
G. Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Yang diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/mata Kuat <120 Sedang (120-140) Lemas >40
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
7
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis
Menurut Ngastiyah (1997); Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998);
Suharyono, Aswitha, Halimun (1998); dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI
(1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi
pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat
PWL NWL CWL Jumlah
Dehidrasi
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
8
Berat 125 100 25 250
Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
I. Pentatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
9
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
Kebutuhan kalori
1. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
2. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
3. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
4. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
10
5. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Mikronutrien
1. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
2. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur
tempe yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare.
Adapun sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus
bagi penderita diare dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak
usia 1 -5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30
gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta
air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender
ditambah 20 cc, campurkan tempe yang sudah diblender dengan tepung
beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc, aduk hingga rata,
lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan. Cara kedua:
tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine,
gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api
sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
c. Obat-obatan (farmakologik)
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan
sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan
nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
11
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan
lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara intake dan out put.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan
mikroorganisme.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang
disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak
mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau
kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pantau cairan IV
- Kaji asupan dan keluaran
- Kaji status hidrasi
- Pantau berat badan harian
- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
- Melalui mulut
12
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut
(misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian
meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang,
nasi, roti atau asi.
- Hindari memberikan susu produk.
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan
terhadap udara.
- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang
bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah
penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.
- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai
usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
- Rujuk layanan sosial bila perlu.
- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan
lingkungan.
- Kuatkan informasi tentang diet.
- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
BAB III
RESUME
13
A. HASIL STUDI KASUS
Dari pengkajian pada tanggal 19 Oktober 2004 di Ruang anak C1 lantai 2
didapatkan data bahwa anak S, jenis kelamin wanita 12 bulan dengan diagnosa
medis Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dengan keadaan umum pasien sadar,
berak cair 10 x dari jam 23-07 wib berak cair, berwarna kuning, tidak ada ampas,
disertai batuk pilek pasien tampak lemah, setiap berak kira-kira ¼ gelas belimbing,
turgor kulit kembali cepat, ubun-ubun sedikit cekung, mata cekung, mukosa bibir
agak kering, anak mau makan sedikit-sedikit dan minum sedikit tetapi sering.
BB : 10 kg, PB : 72 cm, LL : 14,5 cm, LK : 47 cm, LD : 47,5 cm. Pasien terpasang
infus KAEN 3B 1200/ 60/12 tts/menit. Terapi : peroral : Paracetamol 1 cth (k/p),
Ampicillin 3x 250 mg IV, Ambroksol 3x4 cth, Vit B complek3x1,
oralit 100 cc/BAB. Diet : 3 x bubur tempe dan 5x120 cc susu LLM. Hasil
laboratorium : Hb ; 12 gr/dl, HCT : 37 %, WBC : 13,0 MM, PLT : 363 MM,
GDS : 104 mg/dl, CA : 2.46mmol/L, Natrium darah : 138 mmol/l, Kalium : 2,7
mmol/l, Clorida : 114 mmol/l. Faeces : konsistensi cair, amoeba -, jamur +, lemak
++, bakteri ++, sudan III ++, leko -, eri -. Tanda-tanda vital : N : 120 x / menit,
RR : 28 x / menit, T: 37,8 oC.
Perkembangan anak sudah mampu merambat benda dan bisa berdiri,
anak sudah mampu makan biskuit sendiri, anak mampu mengucapkan kata-kata
mama, papa dan mengucapkan satu kata. Anak jika dirumah diasuh oleh ibu. Anak
S dirawat ini untuk yang pertama kali sebelumnya jika sakit hanya dibawa ke
bidan atau dokter praktek swasta saja. Dari hasil pengakajian anak S ditemukan
diagnosa keperawatan Resiko Tinggi kekurangan cairan, resiko tinggi gangguan
integritas kulit karena seringnya defekasi dan diare karena proses infeksi atau
malabsorbsi usus dan hospitalisasi oleh karena pengalaman pertama dirawat.
14
melalui infus.Selain itu apabila anak sudah mendapat makanan tambahan perlu
diberikan makanan tambahan, yang biasanya diberikan di RSDK adalah bubur
susu dan bubur tempe, karena pernah ada yang melakukan penelitian kalau bubur
tempe mengandung peragian yang dapat membunuh bakteri yang ada diusus.
Kalau anaknya sudah makan biasa, diberikan makanan yang biasa dikonsumsi
namun jangan sampai terlalu merangsang.
15
C. PERMASALAHAN
Dari studi kasus dan hasil diskusi, maka dapat disimpulkan permasalahan pada
pemberian asuhan keperawatan klien dengan diare antara lain yaitu :
1. Bagaimana pengaruh nutrisi terhadap diare?
2. Apakah syarat pemberian makanan ?
3. Apakah bahan makanan yang diberikan ?
4. Apakah jenis makanan yang diberikan pada anak diare ?
5. Apakah makanan yang harus dibatasi pada anak diare?
6. Bagaimana cara pemberian makanan pada anak diatas 4 bulan?
BAB IV
PEMBAHASAN
16
A. Bagaimana pengaruh nutrisi terhadap diare?
Ngastiyah dalam perawatan anak sakit (1997), menyatakan faktor
makanan dapat mempengaruhi diare diantaranya makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan. Disamping ini kadang tubuh seseorang terjadi intoleransi
makanan yang dapat menyebabkan diare juga. Adapun makanan yang sering
terjadi intoleransi pada tubuh yaitu disakarida, monosakarida yang sering terjadi
pada anak intoleransi terhadaplaktosa. Selain itu tubuh kadang terjadi intoleransi
lemak dan protein, dan ini juga dapat menyebabkan diare. Ditambah kuman
penyebab diare biasanya menyebar melalui fekal antara lain melalui makanan/
minuman yang tercemar tinja dan / kontak langsung dengan tinja penderita,
perilaku ini meningkatkan resiko terjadinya diare.
Pada studi kasus ( AN S )mengalami berak 10 kali setelah makan coklat
yang diberikan oleh tetangga. Hal ini ada beberapa kemungkinan anak terjadi diare
disamping terdapatnya bakteri kemungkinan anak terjadi intoleransi pada coklat,
karena coklat banyak mengandung lemak yang tinggi, disamping itu kemungkinan
tanggal kadaluwarsanya juga meragukan , sehingga anak terjadi diare karena
berbagai faktor, diantaranya bakteri dan makanan. Selain itu sosial ekonomi
keluarga yang lemah oleh karena orangtua masih hidup kontrak didaerah siliwangi
dan penghasilan yang pas- pasan sebagai supir, dimungkinkan adanya perilaku
yang meningkatkan resiko terjadi diare, ( cuci tangan sebelum dan sesudah makan,
kondisi jamban yang hanya 5 meter dari tempat penampungan air minum)
17
Sehingga pengelolaan diet untuk an S sudah sesuai dengan teori, Namun
pelaksanaannya orang tua takut untuk memberikan, sehingga pada diet yang
pertama yaitu jam 08.00 hanya diberikan 2 sendok. Namun setelah diberi penkes
oleh perawat pentingnya nutrisi untuk an S bubur tempe diberikan ½ porsi, hal ini
karena pada hari pertama anak masih terjadi hospitalisasi, tetapi setelah hari kedua
dan ketiga diet dihabiskan.
18
(eortel,bayam dan tomat), lemak dan minyak dan yang paling penting adalah
protein hewani maupun nabati.
Studi kasus jenis yang diberikan kepada an S sudah sagat sesuai dengan
teori yaitu oleh karena tidak minum ASI anak diberi susu formula , dan bubur susu
serta bubur tempe elama erawatan di Rumah Sakit Kariadi
19
daging ikan dan telur diberikan sebagai sumber protein hewani dan mineral.
Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra dapat diteruskan selama dua
minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak, (http/
cyberwomen.cbn.net.id/detilasp?kategori=Mother&newsno=859)
Pada studi kasus an S oleh karena anak sudah berusia 12 bulan dan sudah
tidak menetek ibu, maka diberi susu formula LLM, sedang untuk menambah
protein ,kalori dan mineral diberi bubur temped an bubur susu.Anak meras senang
karena makanan ini bahan bakunya sesuia dengan kebiasaan yang dikonsumsi
sebelum sakit
BAB V
PENUTUP
20
A. KESIMPULAN
1. Pengaruh nutrisi terhadap diare sangat besar oleh karena makanan yang
kurang hygiene dan perilaku seseorang yang kurang bersih,intoleransi
makanan dapat menyebabkan diare.
2. Syarat yang harus dipenuhi dalam memberikan makanan pada anak diare
adalah sesegera mungkin makanan diberikan dan secara bertahap serta dipilih
makanan yang mengandung resiko kecil.
3. Bahan makanan yang diperlukan untuk anak dengan diare yaitu bahan
makanan yang mengandung cukup kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Jenis makanan yang diberikan kepada anak yang diare tergantung usia,
apakah ASI, cair, saring, lunak dan makanan biasa.
5. Makanan yang dibatasi untuk anak diare adalah makanan yang terlalu
merangsang saluran pencernaan yang menyebabkan kerja usus menjadi lebih
berat.
6. Makanan yang disajikan untuk an S di Rumah Sakit Dokter Kariadi
adalah bubur tempe dan bubur susu.
B. SARAN
1. Perlu pengawasan perawat terhadap pemberian makanan terhadap anak,
meskipun pelaksanaannya yang memberikan / menyuapi adalah ibunya.
2. Kerjasama antara perawat, dokter, keluarga dalam mengawasi anak
mengkonsumsi makanan, hal ini untuk pelayanan kepada pasien.
3. Perlu diberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua yang anaknya
dirawat dengan diare, karena kenyataannya tanggapan orang tua sangat
senang ketika diberikan pendidikan kesehatan.
4. Perlu dipasang/ divasilitasi leaflet atau informasi tentang macam dan cara
pembuatan makanan untuk anak yang menderita diare
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Beth cecyl L, Sowden Linda A ( 2002 ) . Buku Saku Keperawatan Pediatrik,
Jakarta : EGC
2. Brunner & Suddart ( 2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Jakarta, EGC
3. http://cyberwomen.cbn.net.id/detilasp?kategori=Mother&newsno=859
4. Loehari & Wirjoatmojo M ( 1999) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Rehidrasi,
Jakarta, FKUI
9. Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta,
CV, Sagung Seto
10. Staf Pengajar IKA (2000), Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FKUI
11. Whaley’s and Wong (2001) Clinical manual of pediatric Nursing Edisi 4, USA
Mosby
Pathways Diare
Infeksi Molabsorbsi Makanan Beracun Faktor Psikologis
(Virus, Bakteri, Parasit) Makanan di usus
22
Reaksi Inflamasi Tek Osmotik Rangsang Saraf Parasimpatik
Tugor kulit
Reabsorbsi Na dalam Ginjal Perfusi jaringan <
MK: Defisit vol. cairan Produksi Urine Hipoksia, Sianosis, akral dingin
& elektrolit Gelisal, TD
Gagal Ginjal
MK: Shock hipovolemik
23
Nama : Devita Elsanti
Nim : G6B 204 008
Tanggal : 8/11/04
Semarang 8/11/04
Pembimbing Mahasiswa
24
PANDUAN JURNAL PRAKTEK HARIAN
Hari kedua dinas diruang PBRT adalah mencari kasus sesuai dengan kontrak
belajar, yaitu diare. Pengkajian dilakukan kepada an S, dengan hasil : keadaan umum
anak composmentis, rewel/ menangis terus. Tanda vital denyut nadi 128x/m isi cukup/
tekanan cukup kuat, pernafasan 28x/m, suhu 37,80C. Anak berak 10 x mulai dari jam
23.00- jam 08.00 berak cair, tak ada ampas, warna kuning, jumlah ¼ gelas blimbing
setiap berak, disertai mutah seperti apa yang dimakan/ diminum. An S batuk pilek sudah
3 hari yang lalu.
Perut anak tak kembung,peristaltic 32x/m, tanda- tanda dehidrasi positif yaitu : ubun-
ubun agak cekung, anak menangis tidak keluar air mata, mukosa bibir kering, rasa haus
tetapi kalu diberi minum mutah, produksi urin berkurang, terbukti mulai jam 23.00-
08.00 kencing 3x jumlah tidak sebanyak biasanya. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb ;
12 gr/dl, HCT : 37 %, WBC : 13,0 MM, PLT : 363 MM, GDS : 104 mg/dl, CA :
2.46mmol/L, Natrium darah : 138 mmol/l, Kalium : 2,7 mmol/l, Clorida :
114 mmol/l. Faeces : konsistensi cair, amoeba -, jamur +, lemak ++, bakteri ++, sudan
III ++, leko -, eri -. Program terapi Infus KAEN 3B 1200/60/12 tt/m,
amppicilin 3x250mg iv,amboksol 3x1cth, vit B complek 3x1cth. Diet 5x120 susu LLM,
3x bubur tempe.Pengkajian kepada orang tua dapat kami lakukan dengan lancer dan
orang tua kooperatif. Hasil pengkajian an S anak kedua dari pasangan NY W dan Tn H,
An S sudah tidak mendapat ASI sejak anak usia 3 bulan , sehingga anak beralih kesusu
formula yang cara memberikannya dengan dot. An S diare setelah makan kue coklat
pemberian tetangga tujuh jam sebelum diare. Diskusi dengan expert belum dapat kami
lakukan oleh karena kesibukan ruangan dan kesibukan expert.
Semarang 19/10/04
25
Nama : Sri Hidayati
Nim : G2B604031
Tanggal : 20/10/04
Semarang,20 /10/04
Pembimbing Mahasiswa
( ) ( Sri Hidayati )
26
PANDUAN JURNAL PRAKTEK HARIAN
Di hari kedua perawatan pasien ini penulis melakukan pengkajian ulang untuk
mengetahui perkembangan pasien.Didapat data tanda dehidrasi telah berkurang/ hilang
(ubun- ubun tidak lagi cekung, mukosa mulut lembab, mata sudah tidak cekung, apabila
menangis air mata sudah keluar, produksi urine cukup terbukti pasien kencing sehari 10x
masing- masing kurang lebih 150 cc.Peristaltik usus positif 20 x/m. Pada pemeriksaan
tanda vital didapat hasil Nadi 12 x/m isi cukup/ tekanan kuat, RR28x/m, suhu 37 0C.Oleh
karena pasien masih terpasang infuse, melakukan perawatan infuse daerah insersi,
monitor tanda- tanda infeksi local, monitor tetesan infuse. Monitor pasien tentang diet.
Diet yang disajikan satu porsi dimakan habis oleh pasien.Selanjutnya memberikan
suntikan ampicilin 250 mg iv, dan obat peroral. Obat masuk tidak ada reaksi alergi.
Diskusi dengan keluarga dan memberikan permainan dengan pasien, sehingga pasien
mulai tenang dan kooperatif. Kemudian penulis melakukan diskusi dengan expert.
Semua expert menjawab pertanyaan dengan baik, apalagi expert ke2 , menjawab
pertanyaan dengan jelas, sehingga penulis menjadi lebih jelas tentang tentang konsep
diare. Demikian pula expert pertama dan ketiga menjawab pertanyaan dengan senang
dan care.
Semarang 05/10/04
Pembimbing Mahasiswa
27
PANDUAN RENCANA AKTIVITAS BELAJAR HARIAN
Pembimbing Mahasiswa
( ) (Sri Hidayati)
28
PANDUAN JURNAL PRAKTEK HARIAN
Pada hari ketiga praktek pengambilan kasus, sesuai dengan panduan aktifitas
yaitu kami monitor keadaan pasien terutama tanda-tanda dehidrasi. Ternyata sudah tidak
ditemukan tanda dehidrasi, pasien berak 2x lembek, terdapat ampas, peristaltic usus
5x/m. N 120x/m isi dan ekanan kuat, RR 28x/, suhu 37 0C.Mengawasi diare, meliputi
pemasukan dan pengeluaran. Banyak mengekplorasi kepada orang tua tentang nutrisi,
tentang pengaruh nutrisi terhadap diare, syarat pemberian nutrisi untuk anak diare, bahan
makanan yang bisa disediakan untuk anak dengan diare, jenis makanan untuk anak diare
dan makanan yang perlu dihindari untuk anak diare. Kemudian penulis melakukan
pendidikan kesehatan kepada semua ibu yang anaknya dirawat dengan diare. Didalam
memberikan pendidikan kesehatan ini penulis mengunakan metode diskusi dan
demonstrasi, karena penulis ingin menunjukkan tentang contoh makanan yang bisa
disediakan untuk anak diare, dan harapannya sasaran dapat melihat dengan jelas dan
dapat praktek dirumah. Selanjutnya melakukan diskusi dengan expert.
Semarang 21/10/04
Pembimbing Mahasiswa
29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK S
DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
DI RUANG IRNA CI RSDK SEMARANG
(Kasus Kelolaan)
Nama Mahasiswa : Sri Hidayati
Tempat Praktek : IRNA C1
Tanggal : 19 Oktober 2004
I. IDENTITAS DATA
Nama Bayi : An S
TTL : 06/10/04
Umur : 1 tahun
Nama Ayah/ Ibu : Tn. S/ Ny.A
Pekerjaan ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Swasta
Alamat : Sri rejeki, siliwangi semarang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
30
4. Tindakan operasi : belum pernah
5. Riwayat alergi : tidak ada
6. Kecelakaan : belumpernah
7. Imunisasi : lengkap yaitu BGC, DPT 3x, Polio 4x, Hepatitis
3x, campak1x
Keterangan:
: laki-laki
: wanita
: klien
31
VI. RIWAYAT SOSIAL
Yang mengasuh : Ayah dan ibu
Hubungan dengan anggota keluarga : antar anggota keluarga saling
interaksi dan memperhatikan satu sama lain, dan saling mencurahkan
kasih saying.
Hubungan teman sebaya : pasien kalu dirumah bermain dengan
teman sebaya baik anak ini diajak oleh orang tua kadang tetangga yang
datang.
Pembawaan secara umum : pasien sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi
ada yaitu ubun-ubun agak cekung, mata cekung, mukosa bibir kering, bila
menangis tak keluar air mata, kencing sedikit. Anak rewel terus.
Lingkungan rumah : Ibu pasien mengatakan tinggal bersama
dengan suami dan orang tua. Rumah yang ditempatinya adalah kontrak.
Rumah yang ditempati permanent dengan ukuran 6 X 9 m2, dengan
jendela dikamar tamu, kamar tidur, dapur dan terdapat genting kaca, tidak
ada eternity, dengan MCK mengunakan WC jongkok dan kamar mandi.
Sumber air yang digunakan air PAM. Mempunyai halaman dengan
ukuran 3 X 9 m2, dengan lingkungan yang bersih dan rapi.
32
Pola istirahat/ tidur : pasien sehari tidur kurang lebih 10-12jam
( malam jam 20.00 –jam 06.00, dan siang selama 1 atau jam
Pola kebersihan : Mandi sehari 2x dimandikan oleh orang tuanya,
belum berlatih gosok gigi, gigi tumbuh 2.
Pola aktifitas bermain : Pasien hanya tidur lemah dan rewal belum
bermain
Pola eleminasi : By S BAB 6 x cair, tak ada ampas warna kuning,
jumlah 14 gelas blimbing, BAK sehai 10 x
33
XII. DATA PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 04/ 10/ 04
HB : 12,0 gr/ dl
HT : 37 %
Leukosit : 13,000 ribu/ mmk
Natrium : 138 mmol/ l
Kalium : 2,7 mmol/ l
Chlorida : 114
Trombosit : 168.000
34
Jantung
I : Ictus kordis tak tampak
Pa : ictus kordis teraba di SIC IV mid klavikula
Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung
A : Bunyi jantung murni BJ I-II
Paru :
I : Pengembangan kanan dan kiri simetris
Pa : Sulit dikaji
Pe : Sonor di seluruh lapang paru
A : Vesikuler, tak ada suara tambahan.
Abdomen :
Au ; Bising usus meningkat 32x/m
I : Datar, supel, , tidak asites.
Pa : tidak ada distensi, tak ada pembesaran hati dan limfa.
Pe : timpani
Genetalia : Bersih, jenis kelamin wanita.
Ektremitas : Normal, tidak sianosis, kapilery refill dua detik, tidak ada oeden.
Kulit : Bersih, tidak ada luka, turgor kembali cepat, akral hangat.
35
Parasetamol 3x3/4 cth
Ambroksol 3 x1 cth, B complek 3 x 1
36
Suhu : 37,80C
Daerah pemasangan infuse tidak
kemerahan, tidak bengkak, tidak
nyeri
XVII. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan b.d Pengeluaran berlebih
sekunder diare
2. Hospitalisasi b.d Pengalaman pertama dirumah sakit
3. Resti kerusakan integritas kulit b.d Seringnya buang air besar
4. Resti infeksi b.d Akibat tindakan invasif
RENCANA KEPERAWATAN
37
Memonitor setiap perkembangan
terutama tentang hospitalisaai
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X Kaji adanya kerusakan kulit setiap
24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit sehabis BAB
Kriteria Hasil : Ceboki dengan kapas lembab dan
Kuli bersih dan kering keringkan daerah perennial setiap
Kulit utuh selesai BAB
Ganti celana dan pengalas setiap
basah (BAB & BAK)
Berikan penkes kepada orang tua
untuk menmbersihkan perennial
setelah BAB &BAK kemudian
mengantinya dengan celana yang
bersih dan kering
Siapkan persediaan yang bersih
dankering
Hindari pakaian /alat tenun yang
lembab
Bila perlu berikan krem/ lotion untuk
perawatan perenial
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X Kaji adanya tanda- tanda infeksi baik
24 jam tidak terjadi infeksi local maupun sistemik
Kriteria Hasil : Monitor tetesan dan lokasi infuse
Tak terjadi tanda infeksi local (kemerahan, Monitor suhu tubuh
bengkak, nyeri) Lakukan cuci tangan sebelum dan
Tak terjadi tanda infeksi sistemik (Suhu sesudah melakukan prosedur
tubuh 36-37,50C, lekosit 3. 000- 9.000, Rawat daerah pemasangan infuse
demam) setiap hari
Jaga prinsip aseptic setiap melakukan
tindakan keperawatan
IMPLEMENTASI
Nama : AN S No rer :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 19 Oktober 2004
38
08.15 1 Memonitor frekuensi BAB Mulai pasien datang
dan konsistensi tinja j 23.00 sampai jam 08.00
BAB 6x air sedikit ampas,
3o cc, tidak ada lender
dan darah
08.30 3 Membersihkan perenial Sekitar perennial bersih,
dengan kapas basah dan kering, dan bersedia
menganjurkan kepada orang untuk melakukannya
tua untuk melakukannya sesuai anjuran
setiap anak BAB
Memonitor daerah pantat Pantat kemerahan
Memberikan krem/ lotion Alat tenun bersih dan
untuk perawatan perennial kering
Menganti alat tenun yang
kering dan bersih
09.00 1 Memberikan cairan Cairan infuse menetes
parenteral /infuse KAEN B3 lancer, tak ada udara
1200/60/12tts/m
09.30 4 Merawat daerah insersi intra Pasien menangis, luka
venus dengan kasa betadin insersi tertutup kasa
betadin, daerah
pemasangan infuse tidak
ada tanda merah,
bengkak, tidak nyeri
10.00 2 Membentuk trus dengan orang Perawat akrab/ terbentuk
tua/ ibu trus dengan ibu pasien
Melibatkan ibu pada setiap
tindakan keperawatan
Menjaga ruangan supaya tidak
gaduh
10.15 4 Menyuntik Obat masuk tidak ada
ampicillin 250 mg iv reaksi alergi
10.30 2 Mendiskusikan dengan teman Perawat bersedia untuk
perawat agar jangan terlalu tidak semua perawat
banyak yang memberikan mendatangi pasien
intervensi kepada an S
keperawatan sehingga anak
tidak asing dengan banyak
orang
10.45 2 Diskusi dengan dokter agar Dokter memahami dan
jangan terlalu banyak bersedia untuk tdk terlalu
memeriksa pasien dan perlu sering memeriksa
komunikasi yang baik
terhadap pasien dan orang tua
11.00 Mengkaji kepada orang tua Mainan kesukaan adalah
tentang mainan kesukaan panda
Memberikan mainan sesuai Pasien menerima boneka
dengan kesukaan ( boneka yang diberikan oleh
yang mirip panda) perawat
Mempertahankan kontak Anak mau senyum
39
kepada orang tua dan anak dengan mata menatap
dengan pendekatan yang pada saat di ajak cilup ba
kondusif untuk anak
11.30 4 ( dgn bermain )
Mengukur tanda vital Suhu : 37,50C, RR:
30x/m, nadi 128x/m isi
12.00 dan tekanan cukup
Memberikan bubur tempe Bubur dimakan hanya
habis ¼ porsi, tidak
13.00 muntah
Bermain dengan anak Anak mau diajak bermain
hanya 10 menit,
kemudian menangis
EVALUASI
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 19 Oktober 2004
40
kemerahan, tak nyeri
A: Pasien masih beresiko untuk terjadi infeksi
P :Pertahankan intervensi, monitor tanda infeksi local dan
sistemik
IMPLEMENTASI
Nama : AN S No rer :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 20 Oktober 2004
41
3 Monitor daerrah perenial menangis
Pasien belum bab dari
pagi
Kulit perennial utuh
EVALUASI
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 20 Oktober 2004
42
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 21 Oktober 2004
43
Kulit perennial utuh
EVALUASI
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 21 Oktober 2004
44
NASEHAT UNTUK PULANG
1. Jaga kebersihan terutama kebersihan alat makan, oleh karena bayi minum susu
dengan botol maka harus mempunyai persediaan botol lebih dari satu, botol harus
dicuci bersih kemudian di rebus setiap kali mau mengunakannya.
2. Pembuatan susu sesuai dengan ukuran jangan terlalu kental atau terlalu encer.
3. Pembuatan diet sesuai dengan usia anak, oleh karena anak usia I tahun/ 12 bulan,
bisa dengan bubur tempe, tetapi jangan terus- terusan supaya tidak bosan.
4. Apabila anak diberi makanan dewasa jangan terlalu keras, jangan terlalu asam,
jangan terlalu pedas.
5. Hendaknya mengkonsumsi makanan yang selalu baru jangan sampai basi.
6. Lakukan control satu minggu setelah pulang/ sewaktu- waktu apabila ada keluhan.
7. Lakukan control rutin satu bulan sekali ketempat pelayanan kesehatan untuk
memonitor pertumbuhan danperkembangan.
8. Gunakan air yang bersih dan terlindung dari kontaminasi
9. Mencuci tangan sebelum makan, sesudah BAB dengan sabun
10. Menggunakan jamban,memenuhi syarat kesehatan dan jarak lebik 10 meter dari
sumber air.
11. Membuang tinja yang benar, buang dijamban atau dikubur sebab tinja bayi dapat
menularkan penyakit.
45
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK M
DENGAN BRONCHO PNEMONIA
DI RUANG IRNA CI RSDK SEMARANG
(Kasus Resume)
Nama Mahasiswa : Sri Hidayati
Tempat Praktek : IRNA C1
Tanggal : 20 Oktober 2004
I. IDENTITAS DATA
Nama Bayi : An M
TTL : 15 April 2003
Umur : 18 bulan
Nama Ayah/ Ibu : Tn. W H/ Ny.Rd
Pekerjaan ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Tambakroto Kecamatan Sayang, Kab Demak
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
46
10. Obat-obatan yang digunakan : tidak ada
11. Tindakan operasi : belum pernah
12. Riwayat alergi : tidak ada
13. Kecelakaan : belum pernah
14. Imunisasi : lengkap yaitu BGC, DPT 3x, Polio 4x, Hepatitis
3x, campak1x
Keterangan:
: laki-laki
: wanita
: klien
18 bln
47
Keluarga tidak ada yang mempunyai sakit seperti ini, tidak mempunyai penyakit
keturunan dan tidak mempunyai penyakit menular. Anggota keluarga dalam
setahun terakhir tidak ada yang sakit sampai dirawat di rumah sakit.
48
WHZ = 11– 9,6: 0,9= 1,55 (Normal)
49
Tanggal 04/ 10/ 04
HB : 11,0 gr/ dl
HT : 35 %
Leukosit : 9.66 ribu/ mmk
Eritrosit : 17.6 ribu/ mmk
Natrium : 140 mmol/ l
Kalium : 3,7 mmol/ l
Chlorida : 112
Trombosit : 168.000
50
A : Bunyi jantung murni BJ I-II
Paru :
I : Pengembangan kanan dan kiri simetris
Pa : vocal vremitus simetris antara kanan dan kiri
Pe : Sonor di seluruh lapang paru
A :Terdengar ronchi.
Abdomen :
Au ; Bising usus meningkat 12x/m
I : Datar, supel, , tidak asites.
Pa : tidak ada distensi, tak ada pembesaran hati dan limfa.
Pe : timpani
Genetalia : Bersih, jenis kelamin wanita.
Ektremitas : Normal, tidak sianosis, kapilery refill dua detik, tidak ada oeden.
Kulit : Bersih, tidak ada luka, turgor kembali cepat, akral hangat.
51
Deksametason 3 x 1amp
Vitamin C3 x1
Vit B complek 3 x1 tb
Diet 3 X 200 CC SGM, 3x bubur tempe
PRIORITAS MASALAH
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d Akumulasi secret di jalan nafas
2. Resti volume cairan kurang dari kebutuhan b.d Peningkatan suhu tubuh,
pengeluaran cairan yang berlebihan
3. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Penurunan nafsu makan, peningkatan
metabolisme
52
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : AN S No reg :
Umur : 1 tahun Ruang : IRNA C1
Tanggal : 21 Oktober 2004
53
IMPLEMENTASI
Nama : AN M No rer :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 21 Oktober 2004
54
Nadi 130x/m isi dan
12.30 1 Monitor pernafasan tekanancukup
Diet SGM masuk 200 CC
13.00 2 Memberikan diet personde tidak tumpah
EVALUASI
Nama : AN M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1/ infeksi
Tanggal : 21 Oktober 2004
IMPLEMENTASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 22 Oktober 2004
55
hangat
08.30 1 Mengatur posisi tidur Posisi tidur kepala lebih
tinggi 30
08.45 3 Memberi diet Makan hanya
Menemani pasien pada saat dihabiskan 2 sendok
makan dengan memberi
rieward atas keberhasilan
pasien untuk makan
Anjurkan ibu untuk
menyuapnya
Memberikan diet personde 200 cc SGM
09.00 2 Anjurkan pasien untuk minum masuk tidak muntah
yang banyak
Monitor intake dan output Anak minum mau
Monitor infus BAK 1 kali
Rawat luka infus dengan kasa Infus lancer tidak
betadin ada udara.
Menyuntik cefotaksin 250 mg,
gentamicin 20 mg,
deksametason 1 amp
10.00 1 Melakukan fisioterapi dada Pasien tenang pada saat
( perkusi dan batuk efektif) diperkusi
Menghisap lender Lendir tidak bisa keluar
Memberikan obat peroral
Ambroksol
Parasetamol sirup 1 cth
Vitamin B complek
Vitamin C
12.00 2 Monitor tanda vital RR36x/m, suhu 37,80C,
Nadi 130x/m isi dan
12.30 1 Monitor pernafasan tekanancukup
Diet SGM masuk 200 CC
13.00 2 Memberikan diet personde tidak tumpah
56
EVALUASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 22 Oktober 2004
IMPLEMENTASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 23Oktober 2004
57
08.15 2 Mengkaji turgor kulit. Turgor kulit kurang,akral
hangat
08.30 1 Mengatur posisi tidur Posisi tidur kepala lebih
tinggi 30
08.45 3 Memberi diet Makan hanya
Menemani pasien pada saat dihabiskan 2 sendok
makan dengan memberi
rieward atas keberhasilan
pasien untuk makan
Anjurkan ibu untuk
menyuapnya
Memberi kan diet personde 200 cc SGM
09.00 2 Anjurkan pasien untuk minum masuk tidak muntah
yang banyak
Monitor intake dan output Anak minum mau
Monitor infus BAK 1 kali
Rawat luka infus dengan kasa Infus lancer tidak
betadin ada udara.
Menyuntik cefotaksin 250 mg,
gentamicin 20 mg,
deksametason 1 amp
10.00 1 Melakukan fisioterapi dada Pasien tenang pada saat
( perkusi dan batuk efektif) diperkusi
Menghisap lender Lendir tidak bisa keluar
Memberikan obat peroral
Ambroksol
Parasetamol sirup 1 cth
Vitamin B complek
Vitamin C
12.00 2 Monitor tanda vital RR36x/m, suhu 37,80C,
Nadi 130x/m isi dan
12.30 1 Monitor pernafasan tekanancukup
Diet SGM masuk 200 CC
13.00 2 Memberikan diet personde tidak tumpah
58
EVALUASI
Nama : An M No reg :
Umur : 18 bulan Ruang : IRNA C1
Tanggal : 23 Oktober 2004
59
HASIL PENILAIAN PELAKSANAAN MTBS
( MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT)
Inisial Pasien :
Umur :
DX :
Ruang : IRNA C1 LT 2/ Non Infeksi
Tanggal :
60
LAMPIRAN
61