Disusun Oleh :
Kelompok 4
1.Arofi Sasanti ST182006
2. Artha Tri H ST182007
3. Ary Muslikhah ST182008
4. Christian Candra P ST182009
5. Esti Coma ST182013
6. Ferdin Alfino I ST182016
7. Muhamad Dammar S ST182024
8. Rendra Bagus S ST182040
9. Viviyana Eka Nur Q ST182051
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan kritis yang dibimbing oleh
ibuNs.Ari Febru Nurlaily, S.Kep, M.Kep.. dalam menempuh Pendidikan Sarjana
Keperawatan. Kami berharap setelah memahami makalah ini teman-teman dapat
menambah pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan dan juga kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan makalah ini. Demikian makalah kami, kami
mengucapkan terima kasih.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah orang yang bersama individu selama kebanyakan waktu kritis
kehidupan mereka. Perawat adalah orang yang bersama individu ketika mereka
lahir, ketika mereka cedera atau sakit, ketika mereka meninggal. Individu berbagi
banyak hal yang intim dalam kehidupan mereka dengan perawat; mereka
tidur individu yang sakit dan menderita selama 24 jam sehari. Mereka ada ketika
pasien tidak dapat tidur karena nyeri atau ketakutan atau kesepian. Mereka ada
Kebutuhan pasien.
Salah satu fungsi dan peran seorang perawat adalah menjadi advokat bagi
pasien. Dalam hal ini peran sebagai advokat pasien merupakan dasar dan inti dari
dalam hal ini. Sebagai peran utama dari perawat, advokasi merupakan bagian dari
kode etik pasien. perawat dalam perannya sebagai advokat pasien menggunakan
skill sebagai pendidik, konselor, dan leader guna melindungi dan mendukung hak
pasien.
Pada tahun 1985 “The American association colleges of nursing “
perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada diskusi formal
maupun informal dengan sejawat atau teman. Praktik keperawatan, termasuk etika
kepedulian, rasa haru, dan menghormati martabat manusia (Purba & Pujiastuti,
2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang tepat adalah
“Bagaimana peran dan fungsi advokasi dalam keperawatan kritis”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi advokasi dalam keperawatan
kritis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi peran dan fungsi perawat.
b. Untuk mengetahui tujuan perawat.
c. Untuk mengetahui landasan hukum perawat.
d. Untuk mengetahui peran advokasi perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PERAN
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
secara efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu (Bastable,2012). Peran
Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi
B. PERAN PERAWAT
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat
2. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya
3. Edukator
kesehatan.
4. Koordinator
5. Kolaborator
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
6. Konsultan
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
yang diberikan.
7. Peneliti / Pembaharu
C. FUNGSI PERAWAT
sakit di mana segala aktifitas yang dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan
sebagai berikut:
tim kesehatan yang lain, membela kepentingan pasien dan membantu klien
dalam memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan. Peran
5. Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
7. Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang
melakukan tugasnya.
fungsi diantaranya:
a. Fungsi Independent
Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
b. Fungsi Dependen
yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada
c. Fungsi Interdependen
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang
lainnya.
D. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum menurut Undang-undang nomer 38 tahun 2014 tentang
hak warga negara dan tanggung jawab negara. Hak asasi bidang kesehatan ini
secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh Perawat yang
E. PERAN ADVOKASI
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
sebagaimanusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-
kesehatan klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak
1. Sebagai pembela pasien, perawat juga perlu berupaya melindungi hak pasien
merupakan isu yang harusdihadapi pasien. hak pasien lain yang melibatkan
peran perawat sebagai pembela adalah hakprivasi dan hak menolak terapi.
Sebagai bagian dan salah satu peran dari perawat, advokasi menjadi dasar
4. Memberi bantuan mengandung dua peran,yaitu peran aksi dan peran non aksi.
5. Bekerja dengan profesi kesehatan yang lainnya dan menjadi penengah antar
profesi kesehatan
yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
Pada ronde multi disiplin yang berada pada bedside pasien. Perawat melaporkan
billing dan kie trakeostomi dan keberatan biaya, Dokter anestesi melaporkan MBO
DPJP melihat tidak setuju MBO dan setuju untuk trakeostomi. Keluarga dipanggil
untuk terlibat dijelaskan kondisi MBO, dan diminta keluar. Keluarga bertanya-tanya
MBO, masalah biaya. Perawat memanggil perawat yang hadir di ronde, menanyakan
pemahaman keluarga ttg kondisi pasien. Keluarga menolak kondisi yang dijelaskan.
Analisa Kasus : Adanya klarifikasi dari perawat tentang status kesadaran pasien
yang Somnolen dalam deskripsi kasus akan tetapi dalam percakapan ronde pasien
berada pada kondisi MBO. Masukan dari perawat agar diskusi tidak berlangsung di
bedside pasien akan tetapi pada ruangan lain. Masukan lain adalah bahasa yang
digunakan oleh perawat belum membumi, adanya istilah medis yang sering
digunakan seperti MBO, dll. Adanya pertanyaan tentang siapa yang harusnya
memberikan penjelasan pertama kali apakah dokter atau perawatnya?. Dalam kasus
keluarga, begitu pula sebaliknya perawat dapat menjelaskan kondisi dan keputusan
tim kesehatan saat ronde. Perawat dapat memfasilitasi keluarga untuk pengambilan
keputusan dalam keluarga. Sehingga perawat dapat membawa hasil diskusi tersebut
saat ronde multidisplin berlangsung dalam rangka membantu tim dan dpjp dalam
pengambilan keputusan.
Kasus 1
seorang pasien di ruang VK IGD dilakukan kuretase dan mengalami perdarahan
hebat, tubuh menggigil, lemas dan mata berkunang-kunang. Namun tidak ada advice
dari dokter untuk menangani keluhan pasien. Apa yang akan teman-teman lakukan
sebagai perawat yang melaksanakan peran advokat dengan advice tersebut? Berikan
alasannya?
Kasus 2 :
Dokter menyuruh perawat untuk meresusitasi bayi karena saturasi O2 sudah tidak
bagus, perawat disuruh bagging, Silahkan dikritisi kasus tersebut. Apa yang akan
teman-teman lakukan sebagai perawat yang melaksanakan peran advokat dengan
advice tersebut? Berikan alasannya?
Analisa kasus : Yang dilakukan sebagai advokat adalah menjelaskan prosedur
tindakan dan memintakan inform content terlebih dahulu alasannya dalam hal ini
perawat melindungi hak-hak pasien dan keluarga dengan tindakan yg aakan
dilakukan oleh perawat atau tenaga medis.
Kasus 3 :
Seorang pasien bernama Ny. S sudah 3 hari dirawat dengan diagnosa riwayat stroke
iskemi kondisi pasien tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24 x/mt, N:
68 x/mt. Selama 3 hari belum dilakukan pemeriksaan langsung oleh doketr, pasien
mendapatkan perawatan minimal dengan terapi farmakologi dan belum dilakuakan
pemeriksaan penunjang. Keluarga pasien terus menanyakan kapan dokter akan
memeriksa pasien, dan menanyakan apakah karena kami menggunakan BPJS
sehingga tidak dapat dilakukan perawatan segera. Apa yang akan teman-teman
lakukan sebagai perawat yang melaksanakan peran advokat dengan advice tersebut?
Berikan alasannya?
Analisa kasus : Memberikan informasi segala kondisi pasien dan terapi yang
diberikan pada pasien, menjelaskan kepada keluarga bahwa dengan kondisi pasien
demikian membutuhkan pemeriksaan penunjang, dengan tidak melibatkan pasien
BPJS atau bukan. Sebagi perawat bisa memberikan advice untuk di adakan
conference kepada dokter terhadap kondisi pasien, menolongkan pasien perlu di
tangani secara darurat (segara) atau membutuhkan kolaborasi dengan dokter lainnya
sehinggga membutuhkan waktu untuk menunggu di tangani.
Kasus 4 :
Seorang gadis berusia 15 tahun bernama sdri. S datang ke IGD masih mengenakan
seragam sekolah diantar gurunya diterima langsung oleh perawat yang dinas saat itu,
gadis tersebut mengeluhkan sesak napas dan dadanya sakit sekali berulang-ulang
mengatakannya sambil menangis. Hasil pemeriksaan perawat ditemukan TTV dalam
batas normal dan KUnya dalam kondisi baik. Sdri. S menginginkan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyakitnya. Silahkan dikritisi kasus
tersebut. Dokter belum melakukan pemeriksaan. Apa yang akan teman-teman
lakukan sebagai perawat yang melaksanakan peran advokat dengan advice tersebut?
Berikan alasannya?
Analisa kasus : Pada hal ini sebagai advokasi yg pertama kita lakukan adalah konsul
dengan dokter terlebih dahlu ,dan melakukan konfirmasi dengan keaadaan pasien
apakah sama yg dilakukan pemeriksaan terhadap perawat. Kemudian memberi
masukan ke dokter apakah pasien perlu konsul dengan psikolog atau psikiater
mungkin pasien hanya merasa cemas berlebih dan merasa sesak nafas , jika iyaaa
menyarankan pasien dan keluarga untuk periksa ke poli jiwa atau psikolog dengan
menjelaskan kepada pasien dan kelurga bahwa pasien tidak perlu penanganan
kegawatdaruratan di IGD.