stroke,obstruksi jalan napas, menghirup asap, kercunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma, MCI
(myocardial infarction ) atau gagal jantung, dll. Pemberian bantuan hidup dasar kepada korban henti
jantung sangat penting dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah kematian otak karena kurangnya
suplai oksigen.
http://3.bp.blogspot.com/_8Z869lPmoNo/TPYO3rwUpRI/AAAAAAAABCM/TfuA1bCZuXg/s400/2010_ECC
_Update_square.pngAHA tahun 2010 merekomendasikan pemberian resusitasi jantung par dari siquens
ABC ke CAB. Pedoman baru ini
Pengenalan segera henti jantung tiba-tiba didasarkan pada pemeriksaan tingkat kesadaran dan tidak
adanya napas normal (seperti, korbantidak bernapas atau hanya gasping /terengah-engah). Penolong
dalm memeriksa nadi korban tidak boleh lebih dari 10 detik. Jika nadi tidak dapat dipastikan dalam 10
detik, maka dianggap tidak ada nadi dan RJP harus dimulai atau memakai AED (automatic external
defibrilator) jika tersedia.
Perubahan pada RJP ini berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi tapi tidak padabayi baru lahir.
“Look, Listen and Feel " telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup dasar
Kompresi dada diubah dari ABC ke CAB, denagn jumlah kompresi dada lebih dari 100 kali per menit, yang
terdiri dari kombinasi 30 kompresi dan 1 ventilasi.
Penolong terus melakukan RJP hingga terjadi return of spontaneous circulation (ROSC).
Kedalaman kompresi untuk korban dewasa telah diubah dari 1 ½ - 2 inchi menjadi 2 inchi (5 cm).
Kecepatan dan kedalaman kompresi diberikan dengan adekuat dan memungkinkan full chest recoil
antara kompresi.
A. Danger
Pastikan sebelum menolong korban, penolong mengamati segi keamanan diri penolong, lingkungan, dan
korban.
B. Response
Cek respon korban dengan teknik “touch and talk” yaitu dengan menepuk atau menggoyang goyangkan
bahu korban bersamaan dengan memanggil nama atau sebutan koban. Kemungkinan kesadaran korban:
minta bantuan dengan berteriak dan menghubungi tim yang lebih expert.
C. Circulation
Cek nadi korban (neonatus dan bayi - nadi brakialis; anak, dewasa dan ibu hamil – nadi karotis). Jika lebih
dari 10 detik nadi sulit dideteksi maka segera lakukan kompresi dada. Kompresi pada:
1. Neonatus
- Kompresi dada dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan adekuat setidaknya 100 x/ menit.
- Setiap siklus terdiri dari 3 kali kompresi dan 1 kali ventilasi (3 : 1).
2. Bayi
- Kompresi dikalukan di sternum, tepatnya diantara puting susu menggunakan teknik ibu jari atau
dua jari.
Melingkari dada bagian lateral dengan kedua tangan serta menempatkan ibu jari pada tulang dada dan
jari-jari tangan.
- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit.
- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) jika penolong hanya satu orang. Jika
dua orang penolong maka 15 kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).
3. Anak
- Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan posisi lengan 90o
terhadap dada korban.
- Kompresi dikalukan di sternum, tepatnya diantara puting susu (midsternal) menggunakan satu
tangan (transverse karpal).
- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit.
- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) jika penolong hanya satu orang. Jika
dua orang penolong maka 15 kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).
4. Dewasa
- Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan posisi lengan 90o
terhadap dada korban.
- Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus simfoideus ke sisi kiri
menggunakan dua tangan, tangan pertama diatas tanag yang lain dengan jari saling bertaut.
- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit. Kedalam
kompresi 2 inchi atau 5 cm.
- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh satu atau dua penolong.
- Nadi dievaluasi setiap 2 menit.
5. Ibu Hamil.
- Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan posisi lengan 90o
terhadap dada korban.
- Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus simfoideus ke sisi kiri
menggunakan dua tangan, tangan pertama diatas tanag yang lain dengan jari saling bertaut.
- Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit. Kedalam
kompresi 2 inchi atau 5 cm.
- Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh satu atau dua penolong.
Teknik ini dilakukan jika korban tidak mengalami cedera servikal. Membaringkan korban terlentang pada
permukaan yang datar dan kerasb. Meletakkan telapak tangan pada dahi pasien. Menekan dahi sedikit
mengarah ke depan dengan telapak tangan. Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengahdari tangan
lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang pasien. Menengadahkan kepala dan menahan/menekan
dahi pasien secara bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi.
- Jaw Trust
Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras. Mendorong ramus vertikal
mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.
Miringkan pasien ke salah satu sisi. Keluarkan apa saja objek yang terlihat dalam mulut. Ambil gigi/palsu
yang lepas. Tinggalkan gigi palsu yang utuh pada tempatnya
E. Breathing
Pada dua penolong atau lebih, setelah alat intubasi terpasang selama pemberian RJP, ventilasi diberikan
setiap 6-8 detik sekali atau dalam satu menit 8-10 ventilasi tanpa usaha sinkronisasi antara kompresi dan
ventilasi. Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian ventilasi. Ventilasi diberikan dalam waktu
satu detik dengan volume sesuai tidal. Penolong menggunakan mouth barrier untuk proteksi.
2. Lanjutkan 30 kompresi dan 2 siklus napas sampai 5 siklus kemudian dievaluasi kembali nadi korban.
- Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio 30 : 2. Jika
ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap (recovery position)
- Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10- 12x/menit dan
monitor nadi setiap 2 menit. Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga
agar jalan nafas tetap terbuka.