Nama Kelompok :
1. Suryani (P07133318001)
2. Dinan Fadiati (P07133318002)
3. M.Deka Andriansyah (P07133318003)
4. Rahmad Suhendra (P07133318004)
5. Diah Ayu Fitriana (P07133318009)
6. Ludfi Novia Sari (P07133318011)
7. Andy Putra Hermawan (P07133318013)
8. Hening Rofika Damayanti (P07133318015)
9. Kurnia Isa (P07133318017)
KATA PENGANTAR
1
Puji Syukur atas hidayah dan rahmat ilmu serta kekuatan dari Allah SWT
karena berkat Rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan dapat terselesaikan. Kami menyadari
bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pun dengan makalah ini, namun kami
berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan baru bagi pembaca dan
penulis sendiri.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
2
C. Tujuan Makalah......................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
A. Pengertian Nyamuk Aedes aegypti.........................................................................6
B. Klasifikasi Aedes aegpty........................................................................................6
C. Siklus Hidup Aedes aegypti L...................................................................................7
D. Pengendalian Vektor...............................................................................................7
E. Konsep Pengendalian Vektor..................................................................................7
F. Metode Pengendalian Vektor..................................................................................8
G. Macam Pengendalian Vektor..................................................................................8
H. Pengertian Insektisida, IGR dan BTI......................................................................8
BAB III...........................................................................................................................11
PEMBAHASAN.............................................................................................................11
A. Aplikasi Pengendalian Larva Vektor DBD...........................................................11
B. Dampak Pengendalian Larva Vektor DBD dengan Insektisida.............................19
C. Cara Mengatasi Dampak Penggunaan Insektisida................................................19
BAB IV............................................................................................................................21
PENUTUP......................................................................................................................21
A. Kesimpulan..........................................................................................................21
B. Saran....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit DBD telah melanda berbagai daerah di Indonesia.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh
nyamuk Aedes aegepty Virus ini ditularkan dari orang ke orang oleh
nyamuk Aedes aegypti. DBD merupakan salah satu penyakit menular yang
dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Meningkatnya
3
kasus DBD di berbagai tempat memacu peningkatan upaya pengendalian
populasi nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor DBD baik oleh dinas
terkait maupun oleh masyarakat. Secara umum pengendalian DBD
dilakukan secara terpadu yaitu Pengamatan Jentik Berkala (PJB),
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3 M serta fogging (insektisida).
Upaya pengendalian populasi nyamuk dengan menggunakan bahan kimia
insektisida seringkali menjadi pilihan utama karena mudah dan hasilnya
langsung dapat terlihat oleh masyarakat. Beberapa golongan insektisida
sudah banyak digunakan program dalam pengendalian nyamuk.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana aplikasi pengendalian Larva Vektor DBD?
2. Bagaimana dampak pengendalian vektor DBD fase pra dewasa
dengan Insektisida?
3. Bagaimana cara mengatasi dampak penggunaan insektisida dalam
pengendalian larva vektor DBD?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui cara aplikasi pengendalian vektor DBD pada
fase pra dewasa.
2. Untuk mengetahui dampak pengendalian Vektor DBD dengan
insektisida pada fase pra dewasa.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi dampak penggunaan insektisida
dalam pengendalian larva Vektor DBD.
A. Pengertian Nyamuk Aedes aegypti
4
penghujan. Phylum
Nyamuk Aedes Sub phylum
aegypti Class
merupakan vektor Ordo
virus dengue Family
penyebab Genus
penyakit Demam Spesies
Berdarah Dengue
(DBD) terutama
di daerah tropis
dan subtropis.
Walaupun
beberapa spesies
dari Aedes sp.
dapat pula
berperan sebagai
vektor tetapi
Aedes aegypti
tetap merupakan
vektor utama
dalam penyebaran
penyakit DBD.
B. Klasifikasi
Aedes aegpty
Menurut Maskoer
Jasin (1984),
Aedes aegpty
diklasifikasikan
sebagai
berikut:Kingdom
5
: Animalia : Diptera
: Arthropoda : Culicidae
: Invertebrata : Aedes
: Insecta : Aedes aegyp
i
6
C. Siklus Hidup Aedes aegypti L
BAB III
PEMBAHASAN
1. Temephos
Temephos merupakan salah satu bahan insektisida yang berfungsi
sebagai pengendalian vektor DBD (demam berdarah dengue). Secara kimia
temephos termasuk dari golongan organofosfat atau fosfat organik.
Penggunaan temephos dapat dilakukan dengan cara membubuhkan larutan
temephos yang berasal dari bubuk temephos yang dilarutkan dalam air.
Nugroho (2013) menyebutkan bahwa bahan kimia ini mampu membunuh
larva nyamuk dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu terdapat
penelitian yang menyatakan bahwa temephos dapat membunuh larva nyamuk
secara cepat yaitu dengan mengabsorpsi lebih dari 99% temephos dalam tubuh
nyamuk dengan rentang waktu 24 jam (Matsumura, 1997 dalam Yulidar,
2014).
Perkembangan nyamuk Ae. aegypti dimulai dari larva, pupa hingga
imago. Spesies ini termasuk dalam serangga yang bermetamorfosis secara
sempurna. Wahyuni (2005) menyatakan bahwa dalam perkembangannya,
nyamuk Ae. aegypti dapat diputus siklus hidupnya dengan menggunakan
temephos. Selanjutnya dijelaskan oleh Hadi (1993) dalam Setianingsih dkk.
(2015), bahwa temephos ini merupakan salah satu larvasida sehingga dapat
membunuh pada tahap larva. Dengan melihat manfaat tersebut, penggunaan
temephos dapat memberikan dampak positif bagi keberhasilan dalam
pencegahan penyakit DBD. Beberapa jenis insektisida dengan bahan aktif
temephos yaitu:
a. Jentika
Jentika adalah larvasida berbentuk butiran (granule) pengendali larva/jentik
nyamuk Aedes Aegypty untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dilingkungan pemukiman masyarakat.
Cara Aplikasi : Penaburan pada tempat-tempat penampungan air
Keunggulan produk:
1) Efektif mengendalikan larva jentik nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Culex quinquefasciatus.
2) Hemat, dosis aplikasi yang rendah
3) Memiliki toksisitas rendah terhadap mamalia
4) Mudah diaplikasikan dengan penaburan pada tempat-tempat
penampungan air
5) Lulus uji lapangan dari lembaga litbang yang terakreditasi dan
berwenang memenuhi syarat dan ketentuan Permenkes No. 374 Tahun
2010 tentang Pengendalian Vektor
6) Larvasida ini memiliki efek Fast Knock-Down yang ampuh dan
cepat terhadap serangga sasaran hingga menurunkan tingkat populasi
nyamuk dilingkungan sekitarnya, toksisitas rendah terhadap mamalia,
tidak berbau serta ramah lingkungan.
Bahan Aktif Temephos 1%
Bentuk Butiran (Granule)
Kemasan Pail (25 Kg)
No. Registrasi RI.
Vendor / Formulator JJM
Aplikasi Penebaran / Baiting (umpan)
Hama Sasaran Jentik Nyamuk DBD
b. Abate
Abate adalah larvasida berbentuk butiran (granule) pembasmi larva/jentik
nyamuk Aedes Aegypty yang telah lama dikenal oleh masyarakat. Harganya
terjangkau namun manfaatnya sangat besar terhadap pengendalian jentik
nyamuk untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD).
Cara Pengaplikasiannya yaitu untuk penyemprotan skala besar dengan
sprayer ransel, larutkan dosis yang direkomendasikan dalam 50 - 100 liter
air. Untuk penyemprotan udara, larutkan dosis yang direkomendasikan
dalam 20 - 30 liter air. Untuk penyemprotan pada satu lokasi, cukup
larutkan dosis yang direkomendasikan dalam 1 liter air.
Keunggulan Larvasida ini memiliki efek Fast Knock-Down yang ampuh
dan cepat terhadap serangga sasaran hingga menurunkan tingkat populasi
nyamuk dilingkungan sekitarnya, toksisitas rendah terhadap mamalia, tidak
berbau serta ramah lingkungan.
c. Abate (Sachet)
Larvasida berbentuk butiran (granule) pembasmi larva/jentik nyamuk
Aedes Aegypty yang telah lama dikenal oleh masyarakat. Harganya
terjangkau namun manfaatnya sangat besar terhadap pengendalian jentik
nyamuk untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit Demam Berdarah
Dengue.
Pengaplikasiannya untuk penyemprotan skala besar dengan sprayer ransel,
larutkan dosis yang direkomendasikan dalam 50 - 100 liter air. Untuk
penyemprotan udara, larutkan dosis yang direkomendasikan dalam 20 - 30
liter air. Untuk penyemprotan pada satu lokasi, cukup larutkan dosis yang
direkomendasikan dalam 1 liter air.
Keunggulan Larvasida ini memiliki efek Fast Knock-Down yang ampuh
dan cepat terhadap serangga sasaran hingga menurunkan tingkat populasi
nyamuk dilingkungan sekitarnya, toksisitas rendah terhadap mamalia, tidak
berbau serta ramah lingkungan.
2. Insect Growth Regulator (IGR)
Beberapa insektisida yang termasuk dalam jenis IGR yaitu:
a. Altosid (Granule)
Altosid mengandung S-metophrene 1,3% berebentuk butiran kasar
(granule) yang merupakan IGR (Insect Growth Regulator) dengan cara
kerja yang menghambat terbentuknya Cytine, sehingga pupa/ larva/ jentik
tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Keunggulan penggunaan altosid: Larvasida ini memiliki efek Fast Knock
Down yang ampuh dan cepat terhadap serangga sasaran hingga
menurunkan tingkat populasi nyamuk dilingkungan sekitarnya, toksisitas
rendah terhadap mamalia, tidak berbau serta ramah lingkungan, dan sangat
efektif pada air dengan tingkat polusi tinggi.
Cara Aplikasi Altosid: Cara aplikasi altosid adalah menempatkannya pada
tempat perkembang biakan nyamuk yang areal dan lokasinya relatif sulit
dan terpencil seperti rawa-rawa, hutan bakau, bekas galian pasir (lagun)
dan lain-lain. Granule (butiran-butiran) tersebut di bungkus dengan kain
dan di ikat pada pasak (tiang) kemudian di masukkan kedalam air yang di
ketahui sebagai tempat potensial nyamuk.
Dosis Altosid 1,3 G yang dianjurkan adalah 2,5gr per 100 liter air.
Bahan Aktif S-Metophrene 1.3%
Bentuk Granule (Butiran)
Kemasan Bag @18,8 Kg
No. Registrasi RI.1041/5-2004/T
Vendor/ Formulator -
Aplikasi Baiting (umpan)
Hama Sasaran Jentik Nyamuk DBD/ Malaria
b. Altosid (Briket)
Altosid (briket) adalah larvasida berbentuk briket (block) yang
merupakan IGR (Insect Growth Regulator) yang menghambat terbentuknya
Cytine, sehingga pupa/larva/jentik tidak berkembang menjadi nyamuk
dewasa. Altosid berisi arang (charcoal) yang melindungi zat akktif dari
sinar matahari. Tetap efektif pada serangga yang resisten terhadap
Organophosphat, carbonat dan pyrethroid.
Dosis Altosid 1,8 BR pada kedalaman lebih dari 70 Cm adalah 1
briket per 10m2 luas permukaan air, dan 2 briket apabila kedalaman air
lebih dari 70 Cm untuk 1m3 volume air.
Cara aplikasi altosid (briket) adalah dengan menempatkannya pada
tempat perkembang biakan nyamuk yang areal dan lokasinya relatif sulit
dan terpencil seperti rawa-rawa, hutan bakau, bekas galian pasir (lagun)
dan lain-lain. Briket tersebut di bungkus dengan kain berpori atau jaring
yang di ikat pada pasak (tiang) kemudian di masukkan kedalam air lebih
kurang 15-20 cm yang di ketahui sebagai tempat potensial nyamuk.
Keunggulan Larvasida ini memiliki efek Fast Knock-Down yang
ampuh dan cepat terhadap jentik hingga menurunkan tingkat populasi
nyamuk dilingkungan sekitarnya, toksisitas rendah terhadap mamalia, tidak
berbau serta ramah lingkungan, dan sangat efektif pada air dengan tingkat
polusi tinggi seperti safety tank. Metophrene akan dilepas secara bertahap
sehingga efektif sampai 150 hari pada air tergenang.
c. Sumilarv
Larvasida berbentuk butiran (granule) yang merupakan IGR (Insect
Growth Regulator) penghambat berkembangnya larva/jentik nyamuk
Anopheles guns mencegah terjadinya penyebaran penyakit malaria.
Aplikasi senyawa ini dapat dilakukan di tempat terbuka atau di air minum.
Dosis tergantung pemakaian. Keunggulan Larvasida ini memiliki efek Fast
Knock-Down yang ampuh & cepat terhadap serangga sasaran hingga
menurunkan tingkat populasi nyamuk dilingkungan sekitarnya, toksisitas
rendah terhadap mamalia, tidak berbau serta ramah lingkungan.
b. Vectobac WG
Merupakan larvasida biologi satu-satunya di dunia yang telah di teliti
di sebagian besar Negara dan terbukti efektif dan aman, baik untuk
lingkungan maupun manusia (bahkan dapat ditaburkan ke dalam air
minum).Vectobac WG yang merupakan larvasida biologi ditemukan
pertama kali oleh perusahaan Abbot Company, salah satu perusahaan
farmasi besar di Amerika serikat. Awalnya adalah pada suatu daerah di
Israel terjadi wabah penyakit yang di akibatkan oleh serangga nyamuk, dan
pada saat penanggulangan wabah penyakit tersebut dengan cara
memberantas nyamuk dan jentiknya, mereka menemukan salah satu danau
yang ternyata hampir tidak ditemukan jentik maupun nyamuk disana.
Setelah dilakukan penelitian akhirnya mereka menemukan suatu
bascil di tubuh ikan yang ada di danau tersebut yang ternyata adalah
pembasmi jentik nyamuk disana. Dari bacsil inilah dikembangkan menjadi
larvasida yang ternyata sangat efektif dalam membasmi jentik, karena
itulah sekarang Vectobac WG dikenal sebagai larvasida yang berbahan aktif
BTI (bacsillus Thuringiensis Israelensis) yang merupakan satu-satunya
larvasida di dunia yang berbahan aktif biologi, kelebihan bahan aktif ini
adalah aman untuk manusia dan species lain, karena hanya akan bereaksi
terhadap jentik, bahkan aman untuk diminum.
Aplikasi vectobac WG adalah dengan cara menggunakan alat semprot
(hand sprayer) kecil yang terbuat dari plastik, berukuran 1 liter. Dosis
aplikasi yang digunakan untuk masing-masing kobakan tergantung pada
luas kobakan yang akan dikendalikan.
Keunggulan Larvasida ini memiliki efek Fast Knock-Down yang
ampuh & cepat terhadap jentik sasaran, toksisitas rendah terhadap mamalia,
tidak berbau serta ramah lingkungan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Damar, dkk. 2010. Efektifitas Larvasida Insect Growth Regulator (IGR). Jakarta
Nur Solichah, dkk. 2016. Journal Pengaruh Pemberian Larvasida Insect Growth
Regulator (IGR) Berbahan Aktif Pyriproxyfen terhadap Perubahan Angka
Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Bulusan Semarang. Semarang
Sonny Harianja, Dekaaprianto. 2017. Alat Pest Kontrol (Pengendali Hama) dan
Pestisida Public Health (Insektisida, Larvasida,Termitisida, Rodentisida
dan Fumigant). Jakarta