Anda di halaman 1dari 10

Makalah

ZOONOSIS
(PES)

DISUSUN

Oleh :

PUTRI WULANDARI
(C031201001)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023 /2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "PENYAKIT PES "
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Zoonosis. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang PES bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 2 November 2023

Putri Wulandari

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4


1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

2.1 Etiologi ....................................................................................................... 5


2.2 Cara Penularan............................................................................................... 5
2.3 Tanda Klinis ............................................................................................... 6
2.4 Diagnosa ..................................................................................................... 7
2.5 Pengobatan ................................................................................................. 7
2.6 Pencegahan ................................................................................................. 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 8


3.2 Saran .............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan
manusia. Tingginya populasi tikus dapat berdampak pada kerugian di berbagai
bidang kehidupan manusia. Tikus juga dapat menularkan beberapa penyakit lain
diantaranya adalah murine typhus, salmonellosis, richettsial pox, rabies, dan
trichinosiss. Gigitan pinjal yang ada pada tubuh tikus, dapat mengakibatkan
penyakit pes (Manyullei, 2019).
Pes merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat (KKM) yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis,
melalui gigitan pinjal yang hidup pada tikus. Pes atau sampar (plague) adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Meskipun bakteri
tersebut terdapat pada hewan, tetapi penyakit juga bisa menular ke manusia. Salah
satu cara penularannya dengan gigitan kutu tikus atau kontak langsung dengan
cairan tubuh hewan yang terinfeksi pes (Barbieri et al., 2021).
Pes sendiri disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes pernah menjadi
wabah dan merupakan penyakit zoonosis (Barberi et al., 2021). Pes/sampar adalah
wabah yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Yersinia Pestis. Penyebaran
penyakit pes disebakan berpindahnya pinjal dari tikus satu ke tikus lainnya dan
manusia (Alfikri et al., 2020).
Pes termasuk salah satu penyakit yang tercantum dalam daftar penyakit
karantina Internasional yang disebabkan oleh Yersinia pestis melalui gigitan pinjal
dari tikus. Pes terjadi pertama kali di Indonesia melalui Pelabuhan Surabaya pada
tahun 1910 dari Pelabuhan Rangoon (Myanmar). Kasus pes di Kabupaten Pasuruan
terjadi pada tahun 1987 yang menyebabkan 20 kematian dari 24 penderita suspek.
Kasus pes terakhir terjadi pada tahun 2007 yang menyebabkan 1 orang meninggal
dari 40 kasus suspek (Lubis et al., 2016). Oleh karena itu perlu diketahui segala hal
mengenai penyakit Pes agar kasusnya tidak terulang lagi dan menimbulkan sedikit
atau bahkan tidak ada kerugian.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Etiologi dari penyakit pes?
2. Bagaimana cara penularan penyakit pes?
3. Apa tanda klinis dari penyakit pes?
4. Bagaimana cara mendiagnoa penyakit pes?
5. Bagimana cara pengobatan peyakit pes?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit pes?

1.3 Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit pes
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan penyakit pes
3. Untuk mengetahui tanda klinis dari penyakit pes
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnoa penyakit pes
5. Untuk mengetahui bagimana cara pengobatan peyakit pes
6. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit pes

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi
Penyakit pes disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis yang merupakan
bakteri gram negatif. Bakteri ini dibawa oleh pinjal sebagai vektor dan tikus sebagai
reservoir. Penyakit pes merupakan penyakit yang menular dan dapat
mengakibatkan kematian. Tikus merupakan reservoir dan pinjal merupakan vektor
penularnya, sehingga penularan ke mamalia ataupun manusia dapat terjadi melalui
gigitan pinjal atau kontak langsung dengan tikus yang terinfeksi bakteri Yersinia
pestis (Alfikri et al., 2020).
2.2 Cara Penularan
Pes atau sampar (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Yersinia pestis. Meskipun bakteri tersebut terdapat pada hewan, tetapi
penyakit juga bisa menular ke manusia. Salah satu cara penularannya dengan
gigitan kutu tikus atau kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi
pes, ataupun melalui makanan yang terkotaminasi. Perantara wabah pes yang
paling sering ialah kutu yang ada pada tikus tetapi tidak menutup kemungkinan
hewan seperti anjing, tupai, marmut, kucing, kelinci dan bajing bisa terjangkit
penyakit pes. Bakteri tersebut juga dapat masuk ke dalam tubuh bila seseorang
mengalami luka yang terbuka pada kulit yang terpapar pada darah binatang yang
terinfeksi. Rute penularan antarmanusia dan infeksi manusia dapat melalui aerosol,
konsumsi daging mentah atau kurang matang, serta gigitan kutu manusia. Begitu
manusia terinfeksi, penularan antarmanusia dapat terjadi terjadi melalui aerosol
(dalam kasus wabah paru) dan ektoparasit pada tubuh mausia misalnya P. irritans
(Barbieri et al., 2021).

5
Gambar 1. Rute penularan pes pada hewan (Barbieri et al., 2021).

Gambar 2. Rute penularan pes antar manusia (Barbieri et al., 2021).

2.3 Tanda Klinis


Untuk infeksi yang disebabkan oleh kutu akan menyebabkan nyeri khas,
pembesaran kelenjar getah bening yang disebut bubo, diikuti oleh penyebaran
septikemik. Sedangkan untuk penularan melalui aerosol ataupun kontak dekat
dengan mamalia yang terinfeksi menyebabkan wabah pneumonia primer dan unuk
prnularan melalui makanan yang terkontaminasi akan menyebabkan gangguan
pada faring dan gastrointestinal (Barbieri et al., 2021).
Wabah pes, yang ditularkan melalui ditandai dengan terjadinya septikemia,
dan pneumonia, pembesaran kelenjar getah bening, myalgia, diare, abses anoreksia,
lesu, demam dan malise 2 hingga 7 hari etelah gigitan kutu menular. Bahkan, dapat
menyebabkan kematian. Saat dilakukan nekropsi kelenjar getah bening yang
membesar ditemukan terjadinya hemoragik atau nekrotik begitu pula bagian
periglandular akan tampak hemoragik dan edema serta akan ditemukan
lemfadenopati (Nichols et al., 2014).

6
2.4 Diagnosa
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian laboratorium, dapat dengan
melakukan isolasi bakteri Y pestis melalui kultur, Pengujian DFA pada jaringan
menuntut jejak pada slide, aspirasi kelenjar getah bening, tenggorokan ataupun
spesimen usap luka penentuan diagnose, PCR dan rapid diagnostic tests juga dapat
dilakukan. Sebaiknya dilakukan secapat mungkin (Nichols et al., 2014).
2.5 Pengobatan
Pengobatan wabah telah dijelaskan dalam berbagai jurnal yang membahas
kesehatan. Namun, dalam bidang kesokteran hewan sendiri masih terbatas jadi
sebagian besar data diekstrapolasi dari pengobatan manusia dan penelitian yang
melibatkan tikus sebagai hewan coba (Nichols et al., 2014). Untuk pengobatan pada
manusia sendiri umumnya dilakukan pemberian streptomosin inj. 2 g (dewasa)
sehari, sulfadiasine 3x2 tablet sehari, tetrasiklin 3x1 capsul sehari untuk penderita
penyakit pes paru-paru dan bubo. Penduduk sekitar yang berada dekat dengan
pasien diberikan obat streptomosin inj. 1 g (dewasa) sehari, sulfadiasine 2x1 tablet
sehari (Alfikri et al., 2020).
2.6 Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan primer sebelum potensi paparan terhadap Y.
pestis mungkin termasuk menghindari daerah yang diketahui terdapat wabah
epizootic, menghindari kontak dengan hewan sakit, menjauhkan diri dari
ektoparasit yang berpotensi terkontaminasi, orang-orang harus menghindari
paparan kutu dari hewan pengerat yang sakit, dan mengenakan pakaian pelindung
pakaian, gunakan bahan pelindung untuk menghindari paparan ektoparasit saat
berada di luar ruangan, dan aplikasikan obat nyamuk yang mengandung
diethyltoluamide pada kaki dan pergelangan kaki. Selain itu, dianjurkan untuk
melakukan vaksinasi karena bagimanapu pencegahan adalah hal yang sangat perlu
dalam menangani suatu penyakit (Barbieri et al., 2021).

7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pes merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat (KKM) yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis,
melalui gigitan pinjal yang hidup pada tikus. Pes atau sampar (plague) adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Meskipun bakteri
tersebut terdapat pada hewan, tetapi penyakit juga bisa menular ke manusia. Salah
satu cara penularannya dengan gigitan kutu tikus atau kontak langsung dengan
cairan tubuh hewan yang terinfeksi pes.
3.2 Saran
Semoga kedepannya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan mengenai penyakit pes.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alfikri, Aditya Wahyu, Sutiyah dan Isawati. 2020. Wabah Penyakit Pes dan Upaya
Penanggulangannya Di Kabupaten Boyolali Tahun 1968-1979. Jurnal
Candi. 20 (2) : 70-92.

Barbieri, Signoli, D., Chevé, C., Costedoat , S., Tzortzis,d G., Aboudharam.,
Raoult., dan M. Drancourt 2020. Yersinia pestis: the natural history of
plague. Clinical microbiology reviews. 34(1) : 10-1128.

Nichols, M. C., Ettestad, P. J., VinHatton, E. S., Melman, S. D., Onischuk, L.,
Pierce, E. A., & Aragon, A. S. 2014. Yersinia pestis infection in dogs: 62
cases (2003–2011). Journal of the American Veterinary Medical
Association. 244(10) : 1176-1180.

Manyullei, S., Birawida, A. B., dan Suleman, I. F. 2019. Studi Kepadatan Tikus
dan Ektoparasit di Pelabuhan Laut Soekarno Hatta Tahun 2019. Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan. 2(2) : 100-108.

Lubis, Cika Nirbaya, Agus Suwandono, dan Mateus Sakundarno. 2016. Gambaran
Perilaku Masyarakat Terhadap Risiko Penyakit Pes Pada Dusun Fokus Dan
Dusun Terancam Pes. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(4) : 334-340.

Anda mungkin juga menyukai