Anda di halaman 1dari 64

PELATIHAN KEPERAWATAN TINGKAT DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

KATUP JANTUNG (MITRAL REGURGITASI)

Nama :

Ns. Komang Tatis Yunny Wulandari, S. Kep

Ns. Dewa Ayu Made Mety Utami, S. Kep

Ns. Ni Putu Tri Pramana Sandi Suanda, S. Kep

Asal Institusi : Bali International Hospital

IKATAN NERS KARDIOVASKULER INDONESIA (INKAVIN)

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi kasus pelatihan keperawatan
kardiologi dasar, dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Operasi MV Repair
Pada Kasus Mitral Regurgitasi Severe di Ruang ICU Dewasa RS Jantung Jakarta” .

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan,
dukungan dan doanya. Kami berharap makalah ini bermanfaat dalam membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para peserta pelatihan.

Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 17 Agustus 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………… 1


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… 2
BAB I : PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 5
BAB II : TINJAUAN TEORI ..................................................................... 6
A. Konsep Dasar
1. Pengertian .................................................................................... 6
2. Etologi ......................................................................................... 6
3. Manifestasi Klinis ........................................................................ 8
4. Patofisiologi ................................................................................. 8
5. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 9
6. Penatalaksanaan Medik ............................................................... 10
7. Indikasi Operasi Katup Jantung Mitral ………………………... 13
8. Kontraindikasi Operasi Katup Jantung Mitral ………………… 14
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ..................................................................................... 15
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 18
3. Perencanaan .................................................................................. 19
BAB III : TINJAUAN KASUS....................................................................
A. Pengkajian ......................................................................................... 32
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 41
C. Analisa Data ...................................................................................... 42
D. Intervensi Keperawatan …………………………………………… 45
E. Evaluasi .............................................................................................50
BAB IV : PEMBAHASAN .......................................................................... 59
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 61
A. Kesimpulan ........................................................................................ 61
B. Saran .................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 63

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ vital pada system organ manusia. Fungsi jantung adalah untuk
memompa darah yang mengandung oksigen dan nutrien keseluruh tubuh. Jantung terdiri dari
beberapa ruang yang dibatasi oleh beberapa katup diantaranya adalah katup atrioventrikuler
dan katup semilunar. Katup atrioventrikuler terdiri dari katup mitral (bikuspid) dan katup
trikuspid yang terdapat diantara atrium dan ventrikel, sedangkan katup semilunar berada
diantara ventrikel dengan aorta atau arteri pulmonalis.
Gangguan katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang
melintasi katup jantung. Keempat katup jantung ini berfungsi untuk mempertahankan aliran
darah searah melalui bilik-bilik jantung. Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif,
menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam bilik dan pembuluh darah jantung.
Gangguan fungsional pada katup-katup ini yaitu regurgitasi dimana katup tidak dapat
menutup rapat sehingga darah dapat mengalir balik (insufisiensi katup dan inkompetensi
katup) dan stenosis dimana lubang katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah
mengalami hambatan. Regurgitasi dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup,
dikenal sebagai “lesi campuran” atau terjadi sendiri yang disebut sebagai “lesi murni.
Gangguan katup jantung yang sering ditemukan yaitu pada kasus mitral regurgitasi.
Regurgitasi katup mitral merupakan salah satu kelainan katup jantung dimana katup mitral
tidak tertutup dengan sempurna sehingga menyebabkan kebocoran aliran darah dari ventrikel
ke atrium kiri jantung, kebocoran ini menyebabkan darah tidak mengalir secara efisien ke
seluruh tubuh dan membuat jantung harus bekerja ekstra untuk memompanya.
Prevalensi mitral regurgitasi sedang atau parah meningkat seiring bertambahnya usia,
dengan lebih dari 2- 2,5 juta pasien di Amerika Serikat pada tahun 2000, dan diperkirakan
akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 karena peningkatan harapan hidup (Dziadzko
et al., 2018). Mitral regurgitasi (MR) adalah penyakit katup jantung yang secara klinis paling
umum ditemui baik dalam studi populasi dan studi berbasis masyarakat di Amerika Serikat:
1) Pada Euro heart survey terhadap penyakit jantung katup, MR merupakan penyakit katup
asli tunggal nomor dua paling sering dan menyumbang sebanyak 31,6% dari pasien penyakit

3
jantung katup dengan etiologi degeneratif sebanyak 61,3%, rematik 14,2%, endokarditis
3,5%, inflamasi 0,8%, kongenital 4,8%, iskemik 7,3%, lain-lain 8,1%. 2) Pada pasien yang
menjalani intervensi bedah untuk MR berat, etiologi yang paling umum adalah Mitral Valve
Prolaps (20%-70% kasus), Mitral Regurgitasi iskemik (13%-30% kasus), penyakit rematik
(3%-40% kasus), dan endokarditis (10%-12% kasus).
Penyakit kelainan katup jantung khususnya mitral regurgitasi menjadi salah satu masalah
penting kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang utama sehingga
sangat diperlukan peran perawat dalam penanganan pasien katup jantung. Adapun peran
perawat yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan
masalah sesuai dengan metode dan proses keperawatan yang teridiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi (Gledis & Gobel, 2016).
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok kami merasa tertarik dalam pembuatan makalah
yang berjudul tentang “Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Post Operasi Repair Mitral
Regurgitasi di Rumah Sakit Jantung Jakarta”.

B. Rumusan Masalah
Ditinjau dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny. N dengan Post Operasi
Repair Mitral Regurgitasi di Rumah Sakit Jantung Jakarta?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Operasi Repair
Mitral Regurgitasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Post Operasi Repair Mitral
Regurgitasi.
b. Mampu menegakkan diasnosa keperawatan pada pasien dengan Post Operasi Repair
Mitral Regurgitasi.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Post Operasi Repair Mitral
Regurgitasi.

4
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Post Operasi Repair Mitral
Regurgitasi
e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan Post Operasi
Repair Mitral Regurgitasi.
D. Manfaat Penulisan
Asuhan keperawatan ini disusun oleh penulis mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
1. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah agar penulis dapat menegakkan diagnosa dan intervensi
dengan tepat untuk pasien dengan masalah keperawatan pada sistem kardiovaskuler
khususnya dengan pasien yang mengalami gangguan katup jantung, sehingga perawat
dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan yang tepat.
2. Bagi Tempat Penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi masukan atau saran dalam
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan katup jantup.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan katup jantung.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Regurgitasi katup mitral adalah jenis gangguan pada katup jantung yang umum
terjadi ketika katup mitral tidak menutup dengan benar. Insufisiensi mitral adalah
daun katup mitral yang tidak dapat menutup dengan rapat sehingga terjadi aliran
darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik. (Rahmayuni, 2019).
Kondisi ini juga kadang disebut inkompetensi mitral atau insufisiensi mitral (Luna,
2017). Pada regurgitasi katup mitral, terdapat aliran darah balik dari ventrikel kiri ke
atrium kiri pada saat sistolik (Bonis et al, 2016). Mitral regurgitasi terjadi akibat
abnormalitas berbagai komponen katup mitral, seperti daun katup, anulus, chorda
tendinae dan muskulus papilaris. Penyebab-penyebab utama dari MR diantaranya
mitral valve prolapse (MVP), penyakit jantung rematik, endokarditis infektif,
kalsifikasi annulus, kardiomiopati, dan penyakit jantung iskemik (Songja, 2017).
2. Etiologi
Etilogi kelainan katup mitral dapat dibagi atas reumatik dan non rheumatik:
1) Reumatik
Penyakit jantung rematik atau rheumatic heart disease (RHD) adalah kondisi
ketika katup jantung rusak dalam jangka panjang karena demam reumatik.
Demam rematik disebabkan oleh infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus
grup A Penyakit jantung reumatik adalah kelainan katup jantung yang menetap
akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral.
Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis atau regurgitasi atau
keduanya.
2) Non Rheumatik
a) Degenerative Katup Mitral
Perubahan myxomatous atau degenerasi katup mitral dapat terjadi dikarenakan
kelainan hormonal dan dapat juga dikarenakan hubungan pasti antara patologi
ini dan berbagai penyakit virus yang memiliki efek merusak pada selebaran
jantung, serta infeksi streptokokus, yang menyebabkan kerusakan langsung
tidak hanya pada alat katup, tetapi juga pada endokardium jantung.
b) Endokarditis infektif

6
Endokarditis adalah infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian dalam
jantung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh masuknya bakteri ke aliran
darah, yang kemudian menginfeksi bagian jantung yang rusak.
c) Dilatasi penyakit jantung
Kardiomiopati dilatasi atau dilated cardiomyopathy (DCM) adalah gangguan
miokard yang didefinisikan oleh dilatasi dan gangguan fungsi sistolik ventrikel
kiri, atau kedua ventrikel, tanpa adanya penyakit arteri koroner, kelainan
katup, atau penyakit perikard.
d) Penyakit iskemik dengan ventrikel kiri melebar
Ischaemia Heart Disease yaitu penyakit jantung iskemik, keadaan
berkurangnya pasokan darah pada otot jantung yang menyebabkan nyeri di
bagian tengah dada dengan intensitas yang beragam dan dapat menjalar ke
lengan serta rahang. Lumen pembuluh darah jantung biasanya menyempit
karena plak ateromatosa.
e) Pecah korda tendinae
Corda tendinea yang menghubungkan kedua katup atrioventrkular dengan
muskulus papilaris yang bersesuaian pada ventrikel jantung). Pecah korda
tendinae bisa terjadi karena
 Trauma
 Infark miokard
Kondisi ini terjadi saat aliran darah ke arteri koroner jantung mengalami
penyempitan. Kedua hal ini akan membuat otot jantung kekurangan
oksigen dan mengalami kerusakan.
f) Gangguan otot papilaris
Gangguan otot jantung atau kardiomiopati adalah penyakit yang mempersulit
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.Menurut Starry (2014)
3. Manifestasi Klinik
Menurut Songia (2017) tanda dan gejala regurgitasi katup mitral adalah sebagai
berikut:
a. Batuk (Keadaan Kongesti)
b. Kelelahan
c. Merasakan sensasi jantung berdebar (palpitasi)

7
d. Sesak ada malam hari atau Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) adalah sesak
nafas atau kesulitan bernafas yang terjadi pada malam hari sehingga penderitanya
terbangun dari tidurnya. PND disebabkan oleh tekanan pada paru-paru saat tidur,
sehingga tekanan oksigen di paru menurun dan paru-paru menjadi kaku
e. Swollen pada kaki atau pergelangan kaki
4. Patofisiologi
Kelainan pada katup jantung khususnya pada katup mitral yaitu regurgitasi katup
mitral menyebabkan perubahan arah aliran darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri
sehingga terjadi peningkatan beban volume atrium kiri, timbul kongesti paru akibat
edema pada paru, yang pada akhirnya menyebabkan sesak nafas. Perubahan arah
aliran beban akhir ventrikel yang menurun menyebabkan hipertropi ventrikel kiri,
sehingga terjadi gagal jantung pada bagian kiri (Songja, 2017). Regurgitasi mitral
akibat reumatik terjadi karena katup tidak bisa menutup sempurna waktu sistol.
Perubahan-perubahan katup mitral tersebut adalah kalsifikasi, penebalan dan distorsi
daun katup. Hal ini mengakibatkan koaptasi yang tidak sempurna waktu sistol. Selain
itu, pemendekan korda tendinea mengakibatkan katup tertarik ke ventrikel terutama
bagian posterior dan dapat juga terjadi annulus atau rupture korda tendinea. Selama
fase sistol terjadi aliran regurgitan ke atrium kiri, mengakibatkan gelombang V yang
tinggi di atrium kiri, sedangkan aliran ke aorta berkurang. Waktu diastole, darah
mengalir dari atrium kiri ke ventrikel. Darah atrium kiri tersebut berasal dari paru-
paru melalui vena pulmonalis dan juga darah regurgitan yang berasal dari ventrikel
kiri waktu sistol sebelumnya. Ventrikel kiri cepat distensi, apeks bergerak ke bawah
secara mendadak, menarik katup, kordae dan otot papilaris. Hal ini menimbulkan
vibrasi membentuk bunyi jantung ketiga (Starry, 2014).
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kelainan katup
jantung antara lain :
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG dilakukan untuk menilai adanya penebalan atau hipertrofi otot
jantung akibat penyakit jantung koroner yang dapat mempengaruhi fungsi katup.
Biasanya ditemukan gambaran RV hipertropi dan P mitral.
b. Echocardiography

8
Echocardiography memberikan data diagnostik untuk menilai fungsi, ukuran,
bentuk dan pergerakan jantung dan katup, sehingga bisa mengidentifikasi
kebocoran katup dan aliran balik jika ada.
c. Treadmil
Treadmil merupakan pemeriksaan untuk menilai gejala yang mungkin tidak
dikeluhkan pasien sebelumnya dan muncul saat latihan.
d. Rontgen Thorax
Rontgen thorax dapat mendeteksi adanya pembesaran atrium kiri dan pembesaran
ventrikel kiri.
e. Multislice Computed Tomography (MSCT)
MSCT dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keparahan kelainan katup, dan
digunakan sebagai bagian dari evaluasi pre prosedur penggantian katup
transcatheter.
f. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung merupakan pemeriksaan invasive yang dapat menilai jenis
kelainan pada katup, juga dapat menilai aliran balik pada jantung akibat kelainan
katup.
6. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi Obat-obatan
Belum ada obat-obatan yang sepenuhya mengobati penyakit katup jantung. Akan
tetapi, dokter dapat meresepkan obat yang bisa meringankan gejala dan
menghambat perkembangan penyakit. Obat-obatan digunakan bila ada tanda dan
gejala antara lain :
1) Diuretik
Seperti furosemid berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari dalam aliran darah
dan jaringan tubuh, sehingga beban jantung dapat berkurang.
2) Beta Bloker
Seperti bisoprolol berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan meringankan
kerja jantung dengan cara membuat jantung berdetak lebih lambat.
3) Anti Aritmia
Seperti amiodaron, berfungsi untuk mengontrol gangguan irama jantung.
4) ACE Inhibitor
Seperti captropil dan ramipril, berfungsi mengurangi beban kerja jantung.
5) Vasodilator

9
Seperti nitrogliserin yang berfungsi untuk meringankan kerja jantung dan
menjaga aliran darah tidak berbalik kembali.
6) Obat Statin
Jika kadar kolestrol pasien sangat tinggi, dokter mungkin juga akan
memberikan obat untuk menurunkan dan menyarankan pasien untuk
menerapkan pola makan yang sehat. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya
penyakit jantung lain, misalnya penyakit jantung koroner yang akan
memperburuk gejala penyakit katup jantung.
b. Intervensi non bedah
1) Percutaneous Transvenous Mitral Commisurotomy
Tindakan intervensi non bedah (intervensi perkutan) dengan metode balonisasi
dari kelainan katup jantung yang ditujukan terutama pada katup yang
mengalami penyempitan atau stenosis seperti stenosis mitral, stenosis
pulmonal, stenosis aorta dan stenosis trikuspid.
2) Intra Aortic Ballon Pump (IABP)
Penggunaan intra aortic ballon pump (IABP) dapat membantu mengobati
kondisi akibat MR akut yang parah. Dengan menurunkan tekanan aorta sistolik,
IABP menurunkan afterload ventrikel kiri, meningkatkan curah jantung dan
menurukan volume regurgitasi. Intra aortic ballon pump merupakan salah satu
tehnik yang digunakan pada pasien dengan gagal jantung sebagai usaha untuk
memperbaiki keseimbangan supply dan demand oksigen miokardium.
Umumnya IABP dilaksanakan pada pasien pasca IMA dengan atau tanpa syok
kardiogenik. Alat ini terdiri dari alat untuk memompakan gas, gas untuk
mengisi balon yaitu helium atau CO2, serta balon aorta. Diameter balon
bergantung pada diameter aorta. Balon mengembang selama diastole,
menyebabkan peningkatan tekanan diastolik, sehingga meningkatkan aliran
darah arteri koroner dan meningkatkan perfusi miokard. Balon mengempis
selama sistol, mengurangi after load, menurunkan kebutuhan oksigen miokard
dan meningkatkan cadangan oksigen miokard. Hasil akhir pemasangan balon
diharapkan dapat menurunkan preload dan afterload, sehingga workload
jantung menurun, EDP menurun, dan aliran darah ke arteri koronaria
meningkat serta meningkatkan supply darah ke sistemik dan kerja jantung
menurun.
c. Intervensi Bedah

10
Intervensi bedah atau operasi katup mitral adalah operasi yang dilakukan dengan
memperbaiki (repair) atau mengganti (replace) katup jantung yang tidak berfungsi
dengan baik.
1) Repair Katup
Perbaikan katup jantung dilakukan ketika memungkinkan untuk tetap
mempertahankan katup jantung dan menjaga fungsi jantung. Untuk
memperbaiki katup jantung, dokter bedah jantung dapat melakukan pemisahan
katup jantung yang menyatu, penggantian serabut penyokong katup jantung,
pembuangan jaringan katup yang berlebihan sehingga katup jantung dapat
menutup dengan baik.
2) Valvuloplasty
Valvuloplasty adalah operasi untuk memperbaiki katup jantung yang sudah
menyempit. Prosedur ini disebut juga sebagai ballon valvuloplasty atau
penggantian katup jantung ballon valvotomy. Valvuloplasti dilakukan apabila
seseorang mengalami penyakit jantung yang ditandai dengan penebalan lipatan
katup jantung. Saat mengalami kondisi ini, katup bisa saling menempel dan
kaku, sehingga mengakibatkan stenosis. Akibatnya, katup jantung tidak dapat
terbuka lebar dan aliran darah pun berkurang.
3) Annuloplasty
Annuloplasty adalah prosedur yang dilakukan untuk menguatkan atau
mengencangkan cincin (annulus) di sekeliling katup jantung. Operasi ini dapat
dilaksanakan bersama dengan prosedur lain untuk memperbaiki kelainan katup
jantung. Misalnya, katup jantung yang bocor. Annuloplasty melibatkan
pemasangan alat berbentuk seperti cincin di sekitar katup jantung. Dengan ini,
bentuk dan fungsi katup jantung yang bocor diharapkan bisa diperbaiki
sehingga fungsinya kembali normal.
4) Replacement Katup
Jika katup tidak dapat diperbaiki, maka akan diganti dengan katup yang baru.
Katup baru dijahit di tepi jaringan dari katup asli. Terdapat beberapa jenis katup
yang digunakan, yaitu :
a. Katup Biologi
Katup-katup jaringan (juga disebut katup biologi atau bioprosthetic)
terbuat dari jaringan manusia atau hewan. Katup jantung jaringan hewan
yaitu jaringan babi (Procine) atau jaringan sapi (Bovine). Katup jaringan

11
mungkin mempunyai beberapa bagian-bagian buatan untuk membantu
memberikan dukungan pada katup dan membantu penempatan. Keuntungan
dari katup jantung biologis adalah tidak bersifat trombogenik dalam arti
bahwa kebanyakan orang-orang tidak memerlukan obat pengencer darah
seumur hidup, kecuali mereka mempunyai kondisi-kondisi lain, seperti
atrial fibrillation. Katup biologis, secara tradisional, tidak dipertimbangan
dapat bertahan selama katup mekanik, terutama pada orang-orang yang
lebih muda. Katup biologi sebelumnya yang tersedia biasanya perlu diganti
setelah kira-kira 10 tahun. Bagaimanapun, beberapa studi kasus
menunjukan bahwa beberapa katup biologi mungkin bertahan paling sedikit
17 tahun tanpa penurunan dalam fungsinya. Ini menghadirkan tonggak
sejarah baru dalam daya tahan dari katup biologi.
Kekurangannya adalah katup dari jaringan ini terdegenerasi dan
mengalami kalsifikasi, dan pasien-pasien memerlukan operasi ulang.
Sekitar 50% pasien memerlukan penggantian ulang katup dalam 10 hingga
15 tahun. Katup jenis ini bertahan sedikit lebih lama pada posisi trikuspid
daripada dalam posisi disebelah kiri jantung. Katup-katup aortik memiliki
durabilitas yang sedikit lebih baik dibandingkan katup-katup mitral.
Kegagalan bioprosthetic dapat dideteksi dengan evaluasi klinis dan
echocardiography dua-dimensi dan doppler.
Katup biologi ini daya tahannya sangat tergantung dari usia pasien.
Katup ini lebih baik jika dipasang pada pasien yang berusia diatas 70 tahun
karena penurunan fungsinya lebih lambat pada usia geriatri. Pada pasien
yang muda (20 tahun atau lebih muda), katup ini dapat terkalsifikasi dengan
sangat cepat. Perburukan katup biologi ini akan muncul dalam beberapa
bulan atau tahun pada anak-anak dan remaja, sehingga sangat tidak
dianjurkan penggantian katup biologi pada anak-anak, remaja, dan usia
dibawah 35 sampai 40 tahun. Meskipun demikian, masih ada indikasi
penggantian katup jantung dengan katup biologi pada usia muda, yaitu pada
perempuan yang masih ingin mengandung, bioprosthesis menghindari
pemakaian warfarin dan kematian janin selama kehamilan.
b. Katup mekanik

12
Katup-katup mekanik merupakan katup-katup buatan yang umumnya
berbahan dasar logam campuran. Terbuat secara total dari bagian-bagian
mekanik yang ditolerir dengan baik oleh tubuh. Keuntungan dari katup
jantung mekanik adalah kekokohan dari katup ini. Mereka didesain untuk
berlangsung / bertahan bertahun-tahun. Ada juga kelemahan-kelemahannya,
seperti berhubungan dengan material
buatan yang terlibat, pasien yang
memakai katup ini akan
memerlukan pemakaian obat-obat
pengencer darah seumur hidup
untuk mencegah terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada katup
mekanik. Gumpalan-gumpalan ini
dapat meningkatkan risiko stroke.

7. Indikasi Operasi Katup Jantung Mitral


Pembedahan katup mitral diindikasikan untuk penyakit katup yang parah,
biasanya bergejala, meskipun pembedahan juga diindikasikan pada kasus asimtomatik
tertentu. Tingkat keparahan penyakit katup dinilai berdasarkan kriteria ekokardiografi
standar. Pencitraan resonansi magnetik jantung dapat membantu dalam pengaturan
tertentu, misalnya, regurgitasi mitral iskemik kronis di mana penilaian perfusi
miokard dan viabilitas juga penting.

Kriteria spesifik mitral regurgitasi :

Kriteria EROA Rvol RF Grade


Mild MR <0.2 cm2 <30 ml <30% I
Moderate MR 0.2 – 0.29 cm2 30 – 44 ml 30 – 39% II
Moderate to severe MR 0.30 – 0.39 cm2 45 – 59 ml 40 – 49% III
Severe MR >0.4 cm2 >60 ml >50% IV

Indikasi pembedahan mitral regurgitasi severe berdasarkan AHA/ACC 2020 dan


ESC/EACTS 2021 :

a. Katup mitral severe simptomatik


13
b. Katup mitral regurgitasi severe akut besar kemungkinan dilakukan repair
c. Katup mitral severe asimptomatik dengan LVEF <60% dan atau LVESD (Left
ventriket end sistolik diameter >40 mm
d. Katup mitral severe asimptomatik dengan AF baru atau SPAP (Pulmonal
Hipertensi) >50 mmHg
e. Katup mitral severe asimptomatik dengan LA dilatasi
8. Kontraindikasi Operasi Katup Jantung
Operasi katup jantung adalah tindakan medis yang cukup rumit. Ada beberapa
kondisi yang perlu diwapadai sebelum menjalani operasi katup jantung, karena
dikhawatirkan menimbulkan komplikasi. Kondisi tersebut diantaranya :
a. Menderita kardiomiopati
b. Memiliki riwayat terkena serangan jantung
c. Memiliki benjolan atau gumpalan darah di jantung
d. Mengalami lemah otot jantung ventrikel kiri sehingga menyebabkan volume darah
yang dipompa berkurang
e. Menderita hipertensi pulmonal
f. Menderita gagal ginjal stadium akhir.

14
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Data yang akan dikumpulkan mencakup:
a. Identitas
Identitas dalam pengkajian ada 2, yaitu :
1) Identitas pasien : nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal MRS, tanggal, no register dan diagnose medis.
2) Identitas penanggung jawab berisi nama penanggung jawab, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan penanggung jawab serta status hubungna dengan
pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan mitral
regurgitasi keluhan utama yang muncul adalah batuk, kelelahan, merasakan
sensasi jantung berdetak (palpitasi), nyeri dada sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pertanyaan yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala
mitral regurgitasi adalah, yakni munculnya kelelahan, palpitasi, batuk, dan nyeri
dada yang disertasi sesak nafas. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang
mengganggu pasien.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obatobatan yang biasanya diminum oleh pasien
pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keturunan lain seperti DM, Hipertensi
f. Pengkajian data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual :

15
1) Aktifitas dan istirahat :
2) Sirkulasi :
3) Integritas Ego
4) Makanan / Cairan
5) Neurosensori
6) Nyeri / Kenyamanan
7) Pernafasan
8) Keamanan
9) Riwayat Psikososial
a) Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya
b) Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri
c) Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi Rumah Sakit
d) Tanggapan klien tentang beban biaya Rumah Sakit
e) Tanggapan klien tentang penyakitnya
10) Riwayat Spiritual
a) Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya
b) Support system dalam keluarga
c) Ritual yang biasa dijalankan
11) Aktifitas Sehari-hari
a) Nutrisi : Selera makan, menu makan dalam 24 jam. Frekuensi makan
dalam 24 jam. Makanan yang disukai dan makanan pantangan.
Pembatasan pola makanan. Cara makan (bersama keluarga, alat makan
yang digunakan). Ritual sebelum makan, dan lain-lain.
b) Cairan : Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, frekuensi minum,
kebutuhan cairan dalam 24 jam.
c) Eliminasi (BAB & BAK): Tempat pembuangan, frekuensi? kapan?
teratur?, konsistensi, kesulitan dan cara menanganinya, obat-obat untuk
memperlancar BAB/BAK. d) Istirahat Tidur Apakah cepat tertidur, jam
tidur (siang/malam), bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan, apakah
tidur secara rutin.
d) Olahraga Program olahraga tertentu, berapa lama melakukan dan jenisnya,
perasaan setelah melakukan olahraga.

16
e) Rokok / alkohol dan obat-obatan Apakah merokok? jenis? berapa banyak?
kapan mulai merokok? Apakah minum minuman keras? berapa minum
/hari/minggu? jenis minuman? apakah banyak minum ketika stress?
f) Personal hygiene Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan,
mandiri/dibantu), cuci rambut, gunting kuku, gosok gigi.
g. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal
berikut:
1) Keadaan Umum
Cek bila pasien kelihatan lelah, kekuatiran terhadap sesuatu, keracunan,
takipnea, sianosis, edema periferal, wajah kongenital dan isnpeksi warna
merah muda pada pipi (malar flush : indikasi mitral stenosis) serta
penampilannya
2) Tanda-tanda Vital :
 Tekanan Darah
 Nadi
 Pernapasan
 Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
 Suhu
3) Pemeriksaan head to toe
 Mata (konjungtiva)
Inspeksi : anemis atau tidak anemis, bagian iris mata apakah berwarna
abu-abu disekeliling iris mata (corneal arcus) dan lesi kuning disekeliling
mata ( Xanthelasma).
 Mulut
Inspeksi : adanya central cyanosis atau tidak, apakah ada angular
stomatitis
 Leher apakah ada pembesaran JVP, kelenjar tiroid dan limfe, apabila JVP
normal maka perlu dilajutkan pemeriksaan Hepatojugular Reflux
Maneuver (normalnya terjadi peningkatan sementara ≤ 1-3 cm selama 15
detik palpasi, bila peningkatan berkelanjutan dan ≤ 4cm maka dapat
disimpulkan pasien mengalami hepatujuglar reflux (HJR) positif.
 Dada

17
Pemeriksaan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi).
Inspeksi : melihat gerakan dinding dada, bentuk dada, kesimetrisan dada,
dan letak ictus cordis.
Palpasi : Meraba pergeseran PMI, getaran dinding dada, dan denyut ictus
cordis.
Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa kanan atas : ICS II
Linea Para Sternalis Dextra, kanan bawah : ICS IV Linea Para
Sternalis Dextra, kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis sinistra,
kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis Sinistra.
Auskultasi : Holosistolik biasanya dilakukan radiasi pada aksila – (S1 soft,
S2 yang umum) memiliki intensitas yang sama panjang,
termasuk murmur pansistolik pada mitral regurgitasi, regurgitasi
trikuspid dan defek septal ventricular
 Abdomen
Terdapat asites dan hati teraba dibawah arkus kosta kanan.
 Ekstremitas
Lengan-tangan : reflex, warna dan tekstur kulit, edema, finger clubbing,
bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
h. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
2) Rontgen dada
3) Ekokardigrafi dan dopler warna
4) Monitoring holter
5) Pemeriksaan laboratorium lengkap
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa yang
mungkin muncul adalah :
a. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan preload, perubahan afterload, perubahan kontraktilitas (D.0008)
b. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard (D.0077)
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan (D.0056)

18
d. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan tindakan pembedahan (D.0056)
f. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (D.0142)
g. Risiko Pendarahan berhubungan tindakan pembedahan (D.0012)

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Standar luaran keperawatan
akan menjadi acuan bagi perawat dalam menetapkan kondisi atau status kesehatan
seoptimal mungkin yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien setelah pemberian
intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

19
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung (I.02075)
(D.0011) keperawatan selama 2 x Observasi
24 jam diharapkan terjadi - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan curah jantung dispenea, kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea,
dengan kriteria hasil: peningkatan CPV)
1. Ejection fraction - Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
meningkat (5) peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
2. Palpitasi menurun (5) ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Takikardi menurun - Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
(5) - Monitor intake dan output cairan
4. Lelah menurun (5) - Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
5. Edema menurun (5) - Monitor saturasi oksigen
6. Distensi vena - Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
jugularis menurun (5) presivitasi yang mengurangi nyeri)
7. Dispnea menurun (5) - Monitor EKG 12 sadapan
8. PND (paroxymal - Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
nocturnal dispnea) - Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung,
menurun (5) BNP, Ntpro-BNP)
9. Ortopnea menurun (5) - Monitor fungsi alat pacu jantung

20
10. Batuk menurun (5) - Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
11. Suara jantung S3 dan - Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat
S4 menurun (5) (mis. Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
12. Murmur menurun (5) Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

21
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 2 x Observasi :
24 jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, karakterisrik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
berkurang dengan kriteria nyeri
hasil: - Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri (L08066) - Identifikasi respon Nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun (5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
2. Meringis menurun (5) - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
3. Sikap protektif menurun (5) - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
4. Gelisah menurun (5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
5. Frekuensi nadi membaik (5) - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
6. Tekanan darah membaik (5) - Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik :
Kontrol Nyeri (L08063) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya
1. Melaporkan nyeri terkontrol hypnosis, akupresur, terapi musik, aroma erapi, teknik imajinasi
meningkat (5) terbimbing).
2. Kemampuan mengenali onset nyeri - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya suhu
meningkat (5) ruangan, pencahayaan, kebisingan).
3. Kemampuan mengenali penyebab - Fasilitasi istirahat dan tidur.
nyeri meningkat (5) - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

22
4. Kemampuan menggunakan Teknik meredakan nyeri.
non-farmakologis meningkat (5) Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Edukasi Manajemen Nyeri (I.12391)


Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
- Jadwalkan pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.

23
- Aiarkan teknik non fakmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Edukasi Proses Penyakit (I.12444)


Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
- Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
- Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit.
- Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit.
- Jelaskan tanda gejala yang ditimbulkan oleh penyakit.
- Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi.
- Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan.
- Ajarkan cara meminimalkan efek samping dan intervensi atau
pengobatan.
- Informasikan kondisi pasien saat ini.
- Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau tidak
biasa.

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi (I. 05178)

24
(D0056) keperawatan selama 2 x Observasi
24 jam diharapkan pasien - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
dapat melakukan aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan emosional
secara bertahap dengan - Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil: - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Toleransi aktivitas (L.05047) Terapeutik
1. Keluhan Lelah menurun - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
2. Dispnea saat aktivitas menurun kunjungan)
3. Dispnea setelah aktivitas menurun - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
4. Frekuensi nadi membaik - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Terapi Aktivitas (I.05186)

25
Observasi
- Identifikasi deficit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
- Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu,
energy, atau gerak

26
- Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional
(mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia, jika sesaui
- Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kart)
- Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi mengembankan motiskalai dan penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam

27
menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
Risiko Infeksi (D.0142) Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)
1) Kebersihan tangan meingkat (5) Observasi
2) Kebersihan badan meningkat (5) - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
3) Nafsu makan meningkat (5) Terapeutik
4) Kemerahan menurun (5) - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
5) Nyeri menurun (5) pasien
6) Kadar sel darah putih membaik (5) - Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

28
Kolaborasi
- Pemberian antibiotik jika perlu
untuk menghindari konstipasi

< anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan

< anjurkan melapor jika terjadi perdarahan

Kolaborasi:

< kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan

< anjurkan pemberian darah jika perlu

<anjurkan pelunak tinja jika perlu

obin/hem
sebelum dan setelah kehilangan
Risiko Perdarahan Tingkat perdarahan (L. 02017) Pencegahan perdarahan (I.02067)
(D.0012) - Kelembapan membran mukosa Observasi
meningkat (5) - Monitor tanda dan gejala pendarahan
- Kelembapan kulit meningkat (5) - Monitor niali hematokrit/hemoglobin ebelum dan setelah kehilangan
- Kognitif meningkat (5) darah
- Hemoglobin membaik (5) - Monitor tanda-tanda vital ortostatik
- Hematokrit meningkat (5) - Monitor koagulasi (mis. PT,PTT, fibrinogen, degradasi fibrin dan atau

29
- Tekanan darah membaik (5) platelet
- Denyut nadi apikal membaik (5) Terapeutik
- Suhu tubuh membaik (5) - Pertahankan bed rest selama pendarahan
- Batasi tindakan invasif, jika perlu
Tingkat cedera (L. 14136) - Gunakan kasur pencegahan dekubitus
1. Toleransi aktivitas meningkat (5) - Hindari pengukuran suhu rektal
2. Nafsu makan meningkat (5) Edukasi
3. Toleransi makan meningkat (5) - Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
4. Perdarahan menurun (5) - Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
5. Ekspresi wajah kesakitan menurun - Anjurkan menggunakan asupan cairan untuk menghindarkan konstipasi
(5) - Anjurkan menghindaran aspirin atau koagulan
6. Tekanan darah membaik (5) - Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
7. Frekuensi nadi membaik (5) - Anjurkan segera melaporjika terjadi pendarahan
8. Frekensi nafas membaik (5) Kolaborasi
9. Pola istirahat/tidur membaik (5) - Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan , jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
Kontrol risiko (L.14128)
1. Kemampuan mencari informasi
tentang faktor risiko meningkat
(5)
2. Kemampuan mengidentifikasi

30
fator risiko meningkat (5)
3. Kemampuan melakukan strategi
kontrol risiko meningkat (5)
4. Kemampuan mengubah prilaku
meningkat (5)
5. Komitmen terhadap strategi
meningkat (5)
6. Kemampuan modifikasi gaya
hidup meningkat (5)
7. Kemampuan menghindar faktor
risiko meningkat (5)
8. Kemampuan mengenali perubahan
status kesehatan meningkat (5)
9. Kemampuan berpartisipasi dalam
skirining risiko meningkat (5)
10. Penggunaan fasilitas kesehatan
meningkat (5)
11. Pemantauan perubahan status
kesehatan meningkat (5)

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan pelaksanan Asuhan Keperawatan Ny. N
dengan Post operasi repair katup mitral regurgitasi di ruang Intensive Care Unit (ICU) lantai
4, Rumah Sakit Jantung Jakarta, yang dilaksanakan selama 2 hari tanggal 14 Juli – 16 Juli
2023 yang disusun berdasarkan tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan sampai dengan
evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 14 Juli – 16 Juli 2023 pada Ny.
N dengan Post operasi Mitral Valve Repair e.c MR Severe di ruang Intensive Care Unit
(ICU), Rumah Sakit Jantung Jakarta. Pengkajian dilakukan dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. N, data yang didapat merupakan data primer
yang didapat dari keluarga Ny. N dan dari hasil data perkembangan perawat diruangan.
1. Identitas
Nama : Ny N
Nomor RM : 071xxx
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal lahir, usia : 12 Juli 1971, 52 tahun
Alamat : Jl. Perma II No.10, DKI Jakarta
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosis medis : ASD Sekundum, L-R Shunt, PH High Flow Low Resistant,
MR Severe, TR Moderate
2. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dan badan merasa lemas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien sudah dilakukan pemeriksaan Kateterisasi jantung pada tanggal 31 Maret
2023 dan echocardiography ulang pada tanggal 06 April 2023. Klien datang bersama
keluarga ke Rumah sakit jantung Jakarta pada tanggal 13 Juli 2023 untuk persiapan
pre operasi. Pasien mengeluh nyeri pundak hingga ke dada, dan merasakan sensasi
pegal, nyeri muncul saat pasien duduk. Adapun pemeriksaan penunjang yang

32
dilakukan diantaranya pemeriksaan EKG, Laboratorium. Pada tanggal 14 Juli 2023
pasien dilakukan operasi Katup Mitral Repair.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
satu bulan terakhir merasakan mudah lelah disertai sesak nafas saat aktivitas dan
berkurang saat istirahat, pasien saat tidur terkadang harus menggunakan 2 bantal agar
merasa nyaman dan tidak sesak. Pasien tidak pernah mengalami covid.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan ayah dari klien mempunyai riwayat penyakit jantung.
Untuk saudara ada yang memiliki riwayat hipertensi.
6. Riwayat pengobatan
Adapun riwayat pengobatan klien yaitu Candesartan 1x8 mg dan Furosemid 1x40
mg
7. Kondisi sosial budaya dan kebiasaan
Klien mengatakan bahwa ia sebagai ibu rumah tangga. Klien tidak ada pantangan
dalam makanan, tidak ada alergi, tidak merokok maupun meminum alkohol.
8. Dukungan motivasi untuk berperilaku sehat
Klien terbiasa konsumsi obat antihipertensi sehingga hipertensinya terkontrol.
Klien juga mengurangi konsumsi makanan yang tinggi lemak dan garam.
9. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital: tekanan darah 130/65(86) mmHg, Nadi 62x/menit dan kuat, RR
20x/menit, SaO2 97% room air, Suhu 36.50C
b. Antropometri: berat badan 64,5 kg dan tinggi badan 156 cm,
c. Kepala dan leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan
vena jugularis (JVP).
d. Dada: Suara napas terdengar vasikuler, tidak ada suara tambahan pernapasan.
Tidak ada suara jantung tambahan. Bentuk dada dan pergerakan pernafasan tidak
nampak otot bantu pernafasan. Terpasang drainase.
e. Abdomen: Bentuk abdomen normal, tidak ada benjolan/massa, tidak ada tanda-
tanda Asites, perkusi abdomen timpani, Genital: terpasang kateter urin.
f. Ekstremitas: akral hangat, nadi kuat, tidak ada pelemahan tungkai maupun tangan,
tidak ada edema, CRT < 3 detik.

33
10. Hasil pemeriksaan penunjang
a. Foto Toraks:
Foto Toraks Pre Operasi Foto Toraks Post Operasi

Hasil : Hasil:
Cor CTR>50%, apeks bergeser ke Multiple sternal wire
laterokaudal ETT dengan tip di proyeksi 2 corpus diatas
Hilus melebar carina
Corakan bronkhovaskular meningkat CVC dengan tip di proyeksi distal SVC
Infiltrate paracardial bilateral Valvular prothesa in situ
Diafragma licin SG cath dengan tip di proyeksi mid thorakal
Sinus kostofrenikus lancip Cor CTR>50%, apeks bergeser ke
laterokaudal, trunkus pulmonal menonjol
Kesan: Hilus melebar
Cardiomegali dengan konfigurasi mitral Corakan bronkhovaskular meningkat
Gambaran hipertensi pulmonal Diafragma licin
Infiltrate paracardial bilateral Sinus Kostofrenikus lancip

Kesan :
Cardiomegaly dengan dilatasi trunkus
pulmonal -> gambaran konfigurasi mitral
Hilus prominent

34
Tidak tampak gambaran kongestif pulmonal
b. EKG
Pre operasi

Post Operasi

c. Echo:
 Pre Operasi

Kesimpulan:

35
ASD Sekumdum, L-R Shunt

MR Severe e.c Prolaps AML, PML

TR Moderate

PH

LA Dilatasi, LV Fungsi baik, EF : 72%

RA, RV Dilatasi, RV Fungsi baik, TAPSE 3,8 cm

 Post Operasi

Kesimpulan:

Residual MR mild, sentral

Residual TR moderate, TVG 33 mmHg

Residual ASD kecil, 2 mm, L-R shunt (disela-sela jahitan)

LV fungsi baik, EF 82%

36
d. Kateterisasi
Tanggal 31/03/2023

Kesimpulan:

ASD secundum L-R shunt, high flow, low resistance, reactive oksigen test

FR 4 – 27, PAR 1,6 – 0,17 WU, PARI 2,6 – 0,3 WU, m2, RR 0,07—0,01 Normal
Coroner

Jika klinis baik, rencana besok rawat jalan

Maju konfrensi bedah

37
e. Pemeriksaan Laboratorium:
Laboratorium 12 Juli 2023 pre operasi

Nilai Normal
Hb 13.3 12.0-14.0 g/dl
Hematokrit 36.8 37-43%
Leukosit 9136 5000-1000 (/uL)
Trombosit 331000 150000-400000 (/uL)
Ureum 27 13-43 mg/dL
Kreatinin 0.69 0.6-1.2 mg/dL
Natrium 132.3 1350147 mEq/L
Kalium 4.06 3.5-5.0 mEq/L
Chlorida 107.9 95-105 mEq/L
GDS 92 <140 mg/dL
Protombin Time (PT 10 9.8-12.6 Detik
INR 0.96
APTT 75.3 31.0-47.0 Detik
PCR Negatif Negatif

Laboratorium Post Operasi 15 Juli 2023

Nilai Normal
Hb 10.4 12.0-14.0 g/dl
Hematokrit 29.7 37-43%
Leukosit 1100011 5000-10000 (/uL)
Trombosit 126400 150000-400000 (/uL)
APTT 46.6 31.0-47.0 detik
Ureum 31,0 17-49 mg/dL
Creatinin 0,9 0,6-1,2

38
Analisa Gas Hasil Nilai Rujukan
Darah Arteri

Ph 7,424 7,350-7,450 mm/Hg


PCO2 36,5 35,00-45,00 mm/Hg
SO2 99 95,00-98,00%
TCO2 25,3 22,00-29,00 mmol/L
HCO3 24,2 21,00-28,00 mmol/L
PO2 128 83,00-108,00 mm/Hg
BE-b 0,5 83,00-108,00 mm/Hg
BE-ecf -0,6 -2 - +3 mmol/L
Hematocrit 31 Female 35-45% Male 39-49%
Hemoglobin 10,4 Female 12-15,6% Male 14-
17,8%
Natrium 133,3 135-147 mEq/L
Kalium 4,32 3,5-5,0 mEq/L
Clorida 108 98-106 mmol/L
Calcium Ion 1,19 1,09-1,3 mmol/L
Magnesium Ion 0,58 0,45-0,6 mmol/L
Glukosa sewaktu 150 < 140 mg/dl
Lactat 0,8 0,7-2,5 mmol/L

f. Obat- Obatan
Pre operasi

Farsix tablet 1x40 mg


Candesartan tablet 1x8 mg
Lorazepam tablet 1x2 mg
Minosep gargle 3x10 mls

39
Post Operasi

Asam Traneksamat 500 mg IV 3x500 mg


Cefazolin 1 gram IV 3x1 gram
Dexamethason 5 mg 3x5 mg
Pantoprazole 40 mg
Furosemide 40 mg
Warfarin 2 mg
Bisoprolol 2.5 mg
Dopamin 5 mcg/kg/mnt
Milrinon 0.2 mcg/kg/mnt
Morfin 5 mcg/kg/mnt
Heparin 5 iu/kg/jam
Ringer Fundin 500 mg
Ringer Lactat 500 mg

g. Prosedure operasi
Dilakukan TEE intra operasi dengan hasil: kontraktilitas baik, ASD 3,1 x 3,2
cm secundum near IVC, MR severe PV reversal (+) at early systolic, P2 flail PG
76 mmHg, annulus 3,4 cm. TR moderate-severe PG 86 mmHg, annulus 5,08 cm,
no AR, no AS, no PR, no PS, diameter annulus pulmonal 2x aorta.

Insisi Mediasternatomy. Selanjutnya pericardium dibuka, persiapan


pericardium patch kemudian difiksasi ke tepi luka. Heparin diberikan. Kanulasi
pada Aorta, SVC dan diikuti IVC. Setelah nilai ACT tercapai, mesin pintas
jantung paru segera dijalankan (on bypass), total on bypass, suhu diturunkan.
Klem silang aorta segera dipasang. Cairan kardioplegia diberikan secara
antegrade, jantung segera asistol.

Selanjutnya buka RA, tampak ASD. Evaluasi katup mitral, tampak temuan
seperti diatas. Diputuskan untuk melakukan mitral valve repair dengan reseksi
triangular P2, leaflet plasty P1-P2, serta pemasangan Edward Physio

40
Annuloplasty Ring size 34 mm dengan 14 jahitan tanpa pledget. Tutup ASD
dengan pericardium patch.

Suhu dinaikan Kembali, dearing jantung kiri melalui kanul kardioplegia, klem
silang aorta dilepas. Irama jantung Sinus Rhtym. Evaluasi katup tricuspid,
tampak temuan seperti diatas. Kemudian dilakukan repair katup tricuspid dengan
annuloplasty De-Vega, tutup RA. Hemodinamik stabil, mesin jantung paru
dihentikan (off bypass).MUF selama 10 menit, hasil : 500ml. Dilakukan evaluasi
pemeriksaan TEE dengan hasil : Kontraktilitas baik, no residual ASD, MR
trivial-mild from PMC, TR mild PG 16 mmHg, no AR, no AS, no PR, no PS.
Dekanulasi kanul SVC dan IVC.

Protamin diberikan dilanjutkan dengan dekanulasi aorta. Perdarahan dirawat


secara seksama. Dipasang 1 buah drain di medistenal dan 1 buah minidrain NGT
di intrapericard. Sternum ditutup Kembali menggunakn steel wire. Luka ditutup
lapis demi lapis. Operasi selesai

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (D.0142)
3. Risiko Pendarahan berhubungan tindakan pembedahan (D.0012)

41
C. ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Agen Pencedera fisik Nyeri Akut
- Pasien mengatakan saat ini nyeri luka operasi masih dirasakan bila mobilisasi dan (Prosedur operasi)
batuk dan nyeri berkurang dengan istirahat atau posisi terlentang, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk didaerah dada hingga perut (luka operasi), skala nyeri 4-5, Luka insisi

nyeri dirasakan terus menerus.


Trauma jaringan
DO :
Mengaktifasi reseptor
- TD : 107/57 mmHg
nyeri
- HR : 76 x/menit
- RR : 15x/menit
Melalui sistem syaraf
- Suhu : 36.1 C
- Spo2 : 100% dengan NC 2 lpm
Merangsang thalamus
- Cvc line connect Morphine 5mcg/kgBB/menit
dan korteks serebri
- Terdapat luka post operasi di median sternotomy
- Terpasang drain di mediastinal dan intraperikard Menstimulus respon
- Pasien terbaring di tempat tidur nyeri
- Aktivitas dan mobilisasi pasien dibantu oleh perawat
Nyeri akut

42
2. DS : Pembedahan Resiko Infeksi
- Pasien mengatakan nyeri di area luka operasi.
DO : luka insisi

- Terdapat luka post operasi di median sternotomy


port de entry
- Terpasang drain di mediastinal dan intraperikard
mikroorganisme
- Luka tertutup kassa dan plester
- TD : 114/66 mmHg
Resiko Infeksi
- HR : 74 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36.0 C
- Spo2 : 100% dengan NC 2 lpm
- Leukosit 11000(/uL)
- Lebar luka kurang lebih 12-13 cm
- Luka tampak merah tapi kering
- Luka tidak terdapat rembesan
- Terpasang dower cateter
- Kolaborasi pemberian obat antibiotic :
Cefazolin 1 gram
3. DS : Tindakan Resiko Perdarahan
- Tidak ada pembedahan
DO :

43
- Terpasang drain di mediastinal produksi 3 jam 0-0-30 ml Luka insisi
- Terpasang minidrain 3jam 6-3-11 ml
- Penggunaan obat harian warfarin 2 mg, heparin 5 iu/kg/jam Penggunaan obat-

- TD : 116/76 mmHg obatan yang

- HR : 74 x/menit mempengaruhi faktor

- RR : 20 x/menit koagulan

- Suhu : 36.8 C
Risiko pendarahan
- Spo2 : 100% dengan NC 2 lpm
- Hemoglobin 10,4 g/dl (tanggal 15/07/2023)
- Hematokrit 31 % (tanggal 15/07/2023)
- APTT 60,8 detik (tanggal 15/07/2023)

44
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
maka nyeri akut menurun intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Meringis menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memberat dan memperingan nyeri
- Pola nafas membaik (5) 5. Monitor efek samping penggunan analgetik
- Tekanan darah dalam batas Terapeutik
normal (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(Relaksasi nafas dalam)
2. Kontrol lingkungan yang membeerat rasa nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

45
Kolaborasi
Mobilitas Fisik (L.05042) 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam Dukungan Mobilisasi (I.05173)
maka mobilitas fisik meningkat Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Pergerakan Ektremitas (5) 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Kekuatan otot (5) 3. Monitor frekuesi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
- Rentang gerak ROM (5) mobilisasi
- Kaku sendi (5) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Gerakan terbatas (5) Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
2. Risiko Infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)
(D.0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
maka resiko infeksi menurun Terapeutik
dengan kriteria hasil : 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

46
- Kebersihan tangan meningkat lingkungan pasien
(5) 2. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
- Kebersihan badan meningkat (5) Edukasi
- Nafsu makan meningkat (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kemerahan menurun (5) 2. Ajarkan cuci tangan dengan benar
- Nyeri menurun (5) 3. Ajarkan etika batuk
- Kadar sel darah putih membaik 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
(5) 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
1. Pemberian antibiotik jika perlu
Perawatan selang dada (I.01022)
Observasi
1. Identifikasi indikasi dilakukan pemasangan selang dada
2. Monitor kebocoran udara dari selang dada
3. Monitor fungsi, posisi dan kepatenan aliran selang (undulasi cairan
pada selang)
4. Monitor jumlah cairan pada tabung
5. Monitor volume dan warna darah
6. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
1. Lakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah perawatan dada

47
2. Pastikan sambungan selang tetap tertutup sempurna
3. Fasilitasi batuk, nafas dalam dan ubah posisi
4. Lakukan perawatan diarea pemasangan selang sesuai kebutuhan
5. Lakukan pelepasan selang dada, sesuai indikasi
Edukasi
1. Ajarkan mengenali tanda-tanda infeksi

3. Risiko Perdarahan Tingkat perdarahan (L. 02017) Pencegahan perdarahan (I.02067)


(D.0012) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan
maka tingkat pendarahan 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
menurun dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda vital
- Kognitif meningkat (5) 4. Monitor koagulasi (mis. PT,APTT, fibrinogen)
- Hemoglobin membaik (5) Terapeutik
- Hematokrit meningkat (5) 1. Batasi tindakan invasif, jika perlu
- Tekanan darah membaik (5) Edukasi
- Suhu tubuh membaik (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
2. Jelaskan pengunaan dan efek samping mengkonsumi terapi warfarin
dan double antiplatelet
3. Jelaskan untuk mengurangi konsumsi sayuran hijau
4. Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan

48
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan , jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu

49
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
 Implementasi hari pertama 15 Juli 2023

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Nyeri Akut (D.0077) Manajemen Nyeri (I.08238) S:
Observasi - Pasien mengatakan nyeri luka operasi jika bergerak, dan nyeri
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, berkurang dengan istirahat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-
durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas tusuk didaerah dada (luka operasi), skala nyeri 4-5, nyeri
nyeri dirasakan terus menerus.
2) Mengidentifikasi skala nyeri O:
Terapeutik - Pasien tampak melakukan relaksasi nafas dalam
1) Memberikan teknik nonfarmakologis - Pasien tampak kooperatif dengan kegiatan yang diberikan
untuk mengurangi rasa nyeri perawat
(Relaksasi nafas dalam) - Pasien menyepakati dengan aktivitas yang sudah dijadwalkan
Edukasi - Pasien tampak melakukan mobilisasi duduk di tempat tidur
1) Menjelaskan penyebab, periode dan dengan dibantu perawat
pemicu nyeri -
2) Mengajarkan teknik nonfarmakologis - TTV
untuk mengurangi rasa nyeri TD : 116/76 ( mmHg)
Kolaborasi HR : 74x/menit
1) Berkolaborasi pemberian analgetik RR : 20 x/menit
Spo2 : 99% dengan NC 2lpm

50
Dukungan Mobilisasi (I.05173) Suhu :36.8 C
Observasi - Cvc connect morphine 5mcg/kgBB/menit
1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau - Pasien tampak memahami penyebab dan pemicu nyeri
keluhan fisik lainnya, toleransi fisik A :
melakukan pergerakan - Masalah belum teratasi
2) Memonitor frekuesi jantung dan P :
tekanan darah sebelum memulai - Lanjutkan intervensi
mobilisasi dan kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
1) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dan
melakukan pergerakan
Edukasi
1) Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2) Menganjurkan melakukan mobilisasi
dini
3) Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

2. Resiko Infeksi Pencegahan infeksi (I.14539) S:


(D.0142) - Pasien mengatakan nyeri luka operasi jika bergerak, dan nyeri

51
Observasi berkurang dengan istirahat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
1) Memonitor tanda dan gejala infeksi didaerah dada (luka operasi), skala nyeri 4-5
Terapeutik O:
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah - Terdapat luka post operasi di median sternotomy
kontak dengan pasien dan lingkungan - Terpasang drain mediastinal dan intrapericard
pasien - Luka tertutup kassa dan plester
2) Mempertahankan teknik aseptik pada - Pasien mengetahui tanda dan gejala infeksi
pasien beresiko tinggi - Pasien tampak sudah bisa melakukan cuci tangan dengan benar
Edukasi - Pasien tampak batuk efektif dengan benar
1) Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Pasien makan habis ½ porsi
2) Mengajarkan cuci tangan dengan benar - Produksi drain mediastinal 3 jam 0-0-30 ml
3) Mengajarkan etika batuk - Aspirasi minidrain 3jam 6-3-11 ml
4) Meganjurkan meningkatkan asupan - Leukosit 11.000/uL
nutrisi - Terpasang dower cateter produksi urin 3 jam 95-100-130
Perawatan selang dada (I.01022) - TTV
Observasi TD : 116/76 ( mmHg)
1) Memonitor kebocoran udara dari selang HR : 74x/menit
dada RR : 20 x/menit
2) Memonitor fungsi, posisi dan kepatenan Spo2 : 99% dengan NC 2lpm
aliran selang (undulasi cairan pada Suhu :36.8 C
selang) - Tidak terdapat kebocoran udara dari selang dada

52
3) Memonitor jumlah cairan pada tabung - Fungsi, posisi dan kepatenan aliran selang tampak keadaan baik
4) Memonitor volume dan warna darah A:
5) Memonitor tanda-tanda infeksi - Masalah belum teratasi
Terapeutik P:
1) Memastikan sambungan selang tetap - Lanjutkan intervensi
tertutup sempurna
2) Memfasilitasi batuk, nafas dalam dan
ubah posisi
3. Risiko Perdarahan Pencegahan perdarahan (I.02067) S:-
(D.0012) Observasi O:
1) Memonitor tanda dan gejala - Terpasang drain di mediastinal produksi 3 jam 0-0-30 ml
pendarahan - Terpasang minidrain 3jam 6- 3 -11 ml
2) Memonitor nilai - Penggunaan obat harian warfarin 2 mg, heparin 5 iu/kg/jam
hematokrit/hemoglobin TD : 116/76 ( mmHg)
3) Memonitor tanda-tanda vital HR : 74 x/menit
4) Memonitor koagulasi (mis. PT,APTT, RR : 20 x/menit
fibrinogen) Spo2 : 99% dengan NC 2lpm
Terapeutik Suhu :36.0 C
1) Membatasi tindakan invasif, jika perlu - Hemoglobin 10.4 g/dl (tanggal 15/7/2023)
Edukasi - Hematokrit 31% (tanggal 15/7/2023)
1) Menjelaskan tanda dan gejala - APTT 60,8 detik (tanggal 15/7/2023)
pendarahan - Pasien tampak memahami tentang tanda dan gejala perdarahan,

53
2) Menjelaskan penggunaan dan efek memahami efek samping penggunaan terapi warfarin dan
samping mengkonsumi terapi warfarin double antiplatelet, memahami mengurangi konsumsi sayuran
dan double antiplatelet hijau
3) Menjelaskan untuk mengurangi A :
konsumsi sayuran hijau - Masalah belum teratasi
4) Menganjurkan segera melapor jika P :
terjadi pendarahan Lanjutkan intervensi
Kolaborasi
1) Berkolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan , jika perlu
Berkolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu

54
 Implementasi hari kedua (16 Juli 2023)

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Nyeri Akut (D.0077) Manajemen Nyeri (I.08238) S:
Observasi - Pasien mengatakan nyeri luka operasi sudah berkurang skala 1-
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 2 saat mobilisasi
durasi, frekuensi, kualitas dan - Pasien mengatakan bisa istirahat dengan nyaman
intensitas nyeri - Pasien mengatakan mulai lebih terbiasa untuk bergerak
2) Mengidentifikasi skala nyeri -
3) Mengidentifikasi faktor yang O :
memberat dan memperingan nyeri - Pasien tampak melakukan relaksasi nafas dalam
Terapeutik - Pasien tampak semangat saat akan melakukan aktivitas miring
1) Mengontrol lingkungan yang kanan kiri
memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, - Pasien tampak melakukan aktivitas makan sendiri
pencahayaan, kebisingan) - Pasien tampak melakukan dibimbing fisioterapi
- TTV
Dukungan Mobilisasi (I.05173) TD : 106/76 (85) mmHg
Observasi HR : 87x/menit
1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau RR : 16 x/menit
keluhan fisik lainnya, toleransi fisik Spo2 : 98% dengan room air
melakukan pergerakan Suhu :36.2 C
2) Memonitor frekuesi jantung dan A :

55
tekanan darah sebelum memulai - Masalah teratasi sebagian
mobilisasi dan kondisi umum selama P :
melakukan mobilisasi - Lanjutkan intervensi
Terapeutik
2) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dan
melakukan pergerakan
Edukasi
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
5) Menganjurkan melakukan mobilisasi
dini
6) Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

2. Resiko Infeksi Pencegahan infeksi (I.14539) S:


(D.0142) Observasi - Pasien mengatakan nyeri luka operasi berkurang skala 1-2 saat
1) Memonitor tanda dan gejala infeksi mobilisasi
Terapeutik O:
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah - Pasien tampak sudah bisa melakukan cuci tangan dengan benar
kontak dengan pasien dan lingkungan - Pasien tampak batuk efektif dengan benar
pasien - Pasien makan habis 1 porsi

56
2) Mempertahankan teknik aseptik - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Edukasi - Produksi drain mediastinal 3 jam 0-0-0 ml
1) Meganjurkan meningkatkan asupan - Aspirasi minidrain 3jam 0 ml
nutrisi - Leukosit 15.160/uL
- Terpasang dower cateter produksi urin 3 jam 140-130-95
- TTV
TD : 106/76 (85) mmHg
HR : 87x/menit
RR : 16 x/menit
Spo2 : 98% dengan room air
Suhu :36.2 C
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi
3. Risiko Perdarahan Pencegahan perdarahan (I.02067) S:-
(D.0012) Observasi O:
1) Memonitor tanda dan gejala pendarahan - Hemodinamik :
2) Memonitor tanda-tanda vital TD : 106/76 (85) mmHg
3) Memonitor koagulasi (mis. PT,APTT, HR : 87x/menit
fibrinogen) RR : 16 x/menit

57
Terapeutik Spo2 : 98% dengan room air
1) Membatasi tindakan invasif, jika perlu Suhu :36.2 C
Kolaborasi - Terpasang drain di mediastinal produksi 3 jam 0-10-10 ml
1) Berkolaborasi pemberian obat - Terpasang minidrain 3jam 1-0-1 ml
pengontrol perdarahan , jika perlu - Penggunaan obat harian warfarin 2 mg, heparin 5 iu/kg/jam
Berkolaborasi pemberian produk darah, - Tidak ada tanda-tanda perdarahan
jika perlu - APTT 70,5 detik (16/7/2023)
- PT 13,3 detik (16/7/2023)
- INR 1,29 (16/7/2023)
- Hemoglobin 9.2 g/dl (16/7/2023)
- Hematokrit 28.3% (16/72023)
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

58
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan, pasien Ny. N berusia 52 Tahun. Saat
dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri di area luka operasi dan badannya terasa
lemah.
Klien datang ke RS JHC dan di rencanakan untuk tindakan operasi katup. Pasien
mengatakan satu bulan terakhir merasakan mudah lelah disertai sesak nafas saat aktivitas
dan berkurang saat istirahat, pasien saat tidur terkadang harus menggunakan 2 bantal agar
merasa nyaman dan tidak sesak.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun lalu dan tidak terdapat riwayat
covid. Sebelum operasi katup, pasien dilakukan pemeriksaan data penunjang diantaranya
Toraks Foto, cek laboratorium, EKG, Kateterisasi jantung, Echocardiography hingga
dilakukan cardiac conference untuk keputusan operasi.
Kemudian, pada teori dikatakan salah satu penyebab Mitral Regurgitasi adalah
penyakit hipertensi, yang ditandai dengan sesak nafas, mudah lelah saat aktivitas, fatique,
murmur, tanda-tanda gagal jantung. Pada pengkajian tersebut terbukti berlandaskan teori
terdapat tanda dan gejalanya.
B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan, didapatkan 3 diagnosa keperawatan,
yang dimana hanya diambil 1 diagnosa prioritas, pemilihan diagnosa tersebut berdasarkan
hasil data pengkajian, yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(D.0077). Dimana terdapat luka post operasi di area median sternotomy dan terpasang
drain di mediastinal dan intrapericard.
Berikutnya risiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan tindakan invasif. Alat-alat
invasif yang terpasang ditubuh pasien merupakan pot de entry kuman dan bakteri. Pada
Ny. N terdapat beberapa alat yang berisiko terjadinya infeksi yaitu terpasang CVC
disubklavia kiri, terdapat luka post operasi median sternotomy drain di mediastinal dan
intrapericard serta dower catheter yang berisiko infeksi. Diagnosa selanjutnya risiko
perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan (D.0012) dikarenakan pasien
masih terpasang drain, hasil PT meningkat, penggunaan warfarin dan double antiplatelet.

59
Terdapat sedikit perbedaan dengan teori dalam pengambilan diagnosa keperawatan,
dimana tidak semua diagnosa dalam teori dapat diambil karena tidak muncul pada
keadaan klinis pasien.
C. Intervensi Keperawatan
Dalam melakukan intervensi dari hasil kajian ada 3 diagnosa. Intervensi yang
dilakukan disesuaikan dengan kondisi pasien tetapi pada prinsipnya dalam pemberian
intervensi keperawatan berpedoman pada tinjauan teoritis. Intervensi yang diambil adalah
tindakan yang dapat dilakukan langsung kepada pasien, intervensi dari 1 diagnosa
prioritas adalah pemantauan nyeri yang diantaranya identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan intesitas nyeri, skala nyeri, faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, mobilisasi fisik.
D. Implementasi Keperawatan
Dalam melakukan implementasi dari 3 diagnosa, saat dilapangan tidak semua
intervensi dapat dilakukan. Untuk pemantauan nyeri tim mengidentifikasi lokasi, skala
nyeri, faktor yang memperberat dan mengeringan nyeri, monitor efek samping dari
pemberian analgetik, membantu mobilisasi fisik sederhana, memfasilitasi aktivitas dalam
mobilisasi.
Untuk risiko infeksi memonitor tanda dan gejela infeksi, mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, mempertahankan teknik
aseptik, mengajarkan cuci tangan dengan benar, mengajurkan asupan nutrisi, memonitor
kebocoran udara pada selang dada, monitor jumlah cairan dan warna darah, kolaborasi
pemberian antibiotik dan pantau hasil leukosit. Dan terakhir diagnosa resiko perdarahan
dilakukan dengan pantau ketat produksi drain, hasil pemeriksaan APTT, PT dan INR.
Implementasi tersebut dilakukan secara bertahap dengan bantuan perawat ICU dan
perawat rehabilitasi medik (Fisioterapi) di RS JHC. Untuk implementasi edukasi
kesehatan, tim lebih mengarah diskusi terbuka bersama pasien.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
berguna untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Waktu dari
pencapaian keberhasilan asuhan keperawatan disesuaikan dengan berat ringannya
diagnosa keperawatan. Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan masalah
belum teratasi penuh baru sebagian, tim menjadikan sumber SLKI menjadi kriteria
kecapaian masalah. Dalam asuhan keperawatan ini, masalah belum teratasi dikarena
keterbatasan waktu untuk memberikan intervensi kepada pasien.
60
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mitral regurgitasi merupakan keadaan dimana terjadi refluks darah dari ventrikel kiri
ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna.
Kelainan katup mitral ini disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan
sempurna pada saat systole. Tindakan pembedahan pada mitral regurgitasi yaitu perbaikan
katup mitral (Mitral Valve Repair) dan penggantian katup (Mitral Valve Replacement),
serta tindakan non bedah dengan pemberian obat-obatan seperti diuretic, antikoagulan,
ace inhibitor, angiotensin II receptor blockers.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh, oleh karena itu tahap pengkajian pada pasien MR memegang peranan
penting dalam menggali dan mengenali masalah yang timbul. Dalam membuat
perencanaan penulis berpedoman pada teori-teori yang ada dalam literatur, namun untuk
literatur secara akurat dan terinci tentang MR penulis melakukan penggabungan
berdasarkan kesesuaian antara teori. Penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan
paska bedah Katup mitral regurgitasi repair pada Ny. N dengan diagnosa medis paska
bedah MR Severe e.c Pulmonal Hipertensi di RS Jantung Jakarta melalui praktek
lapangan dengan menerapkan proses keperawatan yang komprehensif dengan pendekatan
SDKI, SIKI, SLKI. Asuhan keperawatan paska bedah Katup merupakan hal yang penting
untuk dilaksanakan karena asuhan keperawatan paska bedah dapat menentukan
keberhasilan pasien dalam melewati masa kritis paska pembedahan.
Pada asuhan keperawatan yang telah diberikan, terdapat beberapa pencapaian yang
telah dilalui oleh pasien yaitu ditandai dengan nyeri pada bagian paska operasi berkurang,
serta tidak terjadinya tanda-tanda resiko infeksi dan risiko perdarahan pada bagian paska
operasi.
B. Saran
Dalam upaya peningkatan kualitas dari pelayanan asuhan keperawatan post operasi
katup mitral regurgitasi maka kami penulis ingin menyampaikan saran dan satu pemikiran
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Pasien
Bagi pasien dapat lebih mengetahui faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
kembali gangguan pada katup serta lebih menjaga gaya hidup. Mampu mengetahui dan
61
mengimplementasikan apa saja aktivitas yang dapat dilakukan. Mentaati farmakoterapi
paska tindakan katup repair. Serta konsisten untuk mengikuti rehabilitas sehingga
fungsi fisik dapat kembali optimal.
2. Bagi Perawat
Sebagai tenaga kesehatan diharapkan selalu mengupgrade ilmu-ilmu terbaru
mengenal perawatan penyakit mitral regurgitasi
3. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana fasilitas kesehatan bagi masyarakat agar selalu
mempertahankan kualitas pelayanan.

62
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin. (2014) .Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular
dan hematologi. Jakarta: Salemba Madika.

De Bonis M, Al-Attar N, Antunes M, Borger M, et al. (2016) .“Surgical and interventional


management of mitral valve regurgitation: a position statement from the European
Society of Cardiology Working Groups on Cardiovascular Surgery and Valvular Heart
Disease.” Eur Heart J. 37(2): 133-139.

Dziadzko, V. et al. (2018) ‘Outcome and undertreatment of mitral regurgitation: a community


cohort study’, The Lancet, 391(10124), pp. 960–969. doi: 10.1016/S0140-
6736(18)30473-2.

Luna M. (2017).“Treating Mitral Regurgitation in 2017.” UT Southwestern Medical center.

Songia P, Porro B, Chiesa M, et al. (2017) . “Identification of Patients Affected by Mitral


Valve Proplapse with Severe Regurgitation: A Multivariable Regression Model.”
Oxidative Medicine and Cellular Longevity.

Starry, Homenta. (2014). Buku Praktis Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Rahmayuni, E. (2019) ‘Perbedaan Karakteristik Klinis dan Ekokardiografi Pasien Mitral


Regurgitasi Degeneratif dengan Mitral Regurgitasi Rematik di RSUP Dr. M. Djamil
Padang’, Diploma Thesis, Universitas Andalas, pp. 1–3.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik ((1st ed)).

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. (1st ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. (1st ed.). DPP PPNI.

63

Anda mungkin juga menyukai