Disusun Oleh :
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk memenuhi tugas mata
kuliah “ SISTEM KARDIOVASKULER ” yang merupakan tugas untuk memperoleh
nilai pada mata kuliah yang bersangkutan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari akan keterbatasan dan
kemampuan,sehingga penulis banyak mendapat masukan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:
1. Ns. Fakhrudin Sani, selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Sistem
Kardiovaskuler yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua, yang telah mendukung penulis dengan bantuan moril dan
material selama melaksanakan perkuliahan.
Sebagai manusia yang lemah, penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar isi
A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan
berkembang, termasuk Indonesia. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada
tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh
kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di
Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi)
merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar
26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh
kanker(6%).
Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus ini, dilakukanlah penanganan yang
berupa operasi bypass arteri koroner yang merupakan jenis operasi dimana darah
dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga aliran darah dan oksigen ke jantung
meningkat. Operasi ini juga dirujuk ke CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
Arteri koroner bertanggung jawab untuk membawa darah ke otot jantung.
Kadang-kadang arteri bisa tersumbat yang disebabkan oleh plak dan bahan lemak
lainnya. Sumbatan ini akhirnya memperlambat aliran darah atau dapat menghentikan
aliran darahsepenuhnya. Ketika seseorang memiliki penyumbatan arteri koroner, ia
akan mengalami nyeri di dada atau mengembangkan serangan jantung. Namun,
dengan melakukan operasi bypass arteri koroner, aliran darah ke jantung membaik
dan akhirnya mengurangi nyeri dada dan risiko serangan jantung.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami tentang CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengertian CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
b. Mengidentifikasi indikasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
c. Mengidentifikasi kontra indikasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
d. Mengidentifikasi komplikasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
e. Mengidentifikasi prosedur CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian CABG
C. Etiologi
Operasi CABG merupakan salah satu penanganan penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :
1. Faktor yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan
ras.
2. Faktor yang dapat diubah :
a) Mayor : peningkatan lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan
toleransi glukosa, giet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori.
b) Minor : gaya hidup yang kurang bergerak, stress dan tipe
kepribadian.
D. Patofisiologi
Aterosklerosis
Operasi CABG (Coronary Artery
Bypass Grafth)
4. Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang
maksimal
5. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerah miokardium
6. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik
8. Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang signifikan
10. Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease)
dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan
pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien
dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil
dan lesi proksimal LAD yang berat
11. Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri yaitu arteri
koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior
sinistra
F. Kontraindikasi CABG
1. Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang
dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah
aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan
pada graft sehingga hasil operasi akan menjadi sia-sia.
2. Tidak ada gejala angina.
G. Komplikasi
Setelah operasi Coronary Bypass Grafting (CABG) volume cairan tubuh total
meningkat sebagai akibat dari hemodilusi. Peningkatan vasopressin, dan perfusi non
perfusi ginjal yang mengaktifkan mekanisme renin-angiotensin-aldosterone (RAA).
Ketidakseimbangan elektrolit pasca operasi paling umum adalah kadar kalsium
abnormal. Hipokalemia dapat diakibatkan oleh hemodilusi, diuretik dan efek-efek
aldosteron yang menyebabkan sekresi kalium ke dalam urine pada tubulus distal ginjal
saat natrium diserap. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat jumlah besar larutan
kardioplegia atau gagal ginjal akut
Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang mengancam hidup yang
biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan pada satu dari 3 sisi:
Anastomosis proksimal graft vena ke aorta, anastomosis distal graft vena ke arteri
koroner atau kanulasi sisi ke aorta dimana darah yang mengandung O2 dikembalikan ke
pasien selama bypass.
b. Perdarahan vena
Hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh masalah pembedahan atau
koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau lebih pembuluh darah mengakibatkan
pendarahan. Tindakan ditujukan pada penurunan jumlah perdarahan dan memperbaiki
penyebab dasar.
6. Infeksi luka
Infeksi luka luka pasca operasi dapat terjadi pada kaki atau insisi sternotomi median
atau pada sisi pemasangan selang dada. Perawatan untuk mencegah infeksi yaitu dengan
mempertahankan insisi bersih dan kering dan mengganti balutan dengan teknik aseptik.
Infeksi juga dapat didukung dari keadaan pasien dengan nutrisi tidak adekuat dan
immobilisasi.
7. Tamponade jantung awal
Tamponade jantung terjadi apabila darah terakumulasi di sekitar jantung akibat
kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan darah dan menekan miokard. Hal ini
mengancam aliran balik vena, menurunkan curah jantung dan tekanan darah. Tindakan
meliputi pemberian cairan dan vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan
tekanan darah sampai dekompresi bedah dilakukan.
8. Post perfusion syndrome
Dapat bervariasi dalam beratnya keadaan dari kerusakan sementara konsentrasi ringan
sampai periode agitasi dan kekacauan mental dan cedera serebrovaskuler atau koma.
Perubahan perfusi serebral dan mikro embolisme lemak atau agregasi trombosit selama
bypass dan embolisasi bekuan, bahan partikular atau udara, semua dapat menyebabkan
sequel neurologis. Tindakan meliputi mempertahankan curah jantung adekuat, tekanan
darah dan AGD (Analisa Gas Darah) menjamin perfusi serebral dan oksigenasi normal.
H. Prosedur CABG
1. Persiapan pasien :
a) Informed concernw
g) Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu (identifikasi dan
simpan yang aman atau berikan keluarganya).
h) Cek benda – benda asing dalam mulut.(Bhimji, 2011)
1) Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra,
arteri line dan saturasi oksigen.
2) Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.
3) Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri pasien
dan diplester.
4) Pasang plate diatermi di daerah pantat / pangkal femur bawah
5) Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan
diikat dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling
kecil.
6) Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft vena.
Hemodinamik stabil
b. Keuntungan dari teknik off pump menurut Benetti dan Ballester, 1995:
15) Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic cross
clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist untuk memasukkan
cardioplegia untuk menghentikan jantung.
16) Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria diluar
daerah yang diblok dan ujung alin dihubungkan pada aorta.
17) Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat stabilisator
dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung sebagian oleh klem C-
Shaped, jantung dihidupkan kembali dan penjahitan jaringan grafting ke
aorta dilakukan sembari jantung berdenyut.
18) Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin.
21) Setelah keadaan sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa dipindah
ke ruang rawat sampai pasien siap untuk pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Naga, Sholeh S. 2012. Buku panduan lengkap ilmu penyakit dalam. Jogjakarta: Diva
Press.
alfabeta.
Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem
penyakit jantung koroner pada kelompok usia < 45 tahun (studi kasus di
Makmun LH, Alwi I & Ranitya R. 2009. Panduan tatalaksana sindrom koroner akut
Latif Ch. 2011. Buku panduan pendidikan klinik dokter muda laboratorium ilmu