Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SISTEM KARDIOVASKULER

MAKALAH CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT


(CABG)

Disusun Oleh :

Karmelia Tuto Lanang


ST162029

PROGRAM STUDI SARJANAKEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk memenuhi tugas mata
kuliah “ SISTEM KARDIOVASKULER ” yang merupakan tugas untuk memperoleh
nilai pada mata kuliah yang bersangkutan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari akan keterbatasan dan
kemampuan,sehingga penulis banyak mendapat masukan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:
1. Ns. Fakhrudin Sani, selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Sistem
Kardiovaskuler yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua, yang telah mendukung penulis dengan bantuan moril dan
material selama melaksanakan perkuliahan.
Sebagai manusia yang lemah, penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Surakarta, Agustus 2017

Penulis
Daftar isi

Kata pengantar .......................................................................................................i


Daftar isi .................................................................................................................ii
Bab I pendahuluan .....................................................................................................1
A. Latar belakang .......................................................................................................1
B. Tujuan penelitian ............................................................................................... 3

Bab II Pembahasan .............................................................................................. 4


A. Pengertian Coronary Artery Bypass Graft ....................................................... 4
B. Indikasi Coronary Artery Bypass Graft ......................................................... 7
C. Komplikasi Coronary Artery Bypass Graft ...................................................... 9
D. Tindakan Coronary Artery Bypass Graft...........................................................10

Bab II Kesimpulan dan Saran ............................................................................11


A. Kesimpulan .....................................................................................................11
B. Saran ...............................................................................................................12
Daftar pustaka ......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan
berkembang, termasuk Indonesia. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada
tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh
kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di
Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi)
merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar
26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh
kanker(6%).
Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus ini, dilakukanlah penanganan yang
berupa operasi bypass arteri koroner yang merupakan jenis operasi dimana darah
dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga aliran darah dan oksigen ke jantung
meningkat. Operasi ini juga dirujuk ke CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
Arteri koroner bertanggung jawab untuk membawa darah ke otot jantung.
Kadang-kadang arteri bisa tersumbat yang disebabkan oleh plak dan bahan lemak
lainnya. Sumbatan ini akhirnya memperlambat aliran darah atau dapat menghentikan
aliran darahsepenuhnya. Ketika seseorang memiliki penyumbatan arteri koroner, ia
akan mengalami nyeri di dada atau mengembangkan serangan jantung. Namun,
dengan melakukan operasi bypass arteri koroner, aliran darah ke jantung membaik
dan akhirnya mengurangi nyeri dada dan risiko serangan jantung.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami tentang CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengertian CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
b. Mengidentifikasi indikasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
c. Mengidentifikasi kontra indikasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
d. Mengidentifikasi komplikasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
e. Mengidentifikasi prosedur CABG (Coronary Artery Bypass Grafting
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian CABG

Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu penanganan


intervensi dari Penyakit Jantung Koroner, dengan cara membuat saluran baru
melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) atau bedah pintas koroner
merupakan salah satu upaya atau tindakan yang di lakukan untuk revaskularisasi
pada penderita penyakit jantung koroner. Upaya ini bertujuan untuk mengatasi
berkurang atau terhambatnya aliran arteri koroner akibat adanya penyempitan
bahkan penyumbatan ke otot jantung dengan memberikan aliran darah baru ke otot
jantung yang mengalami gangguan pembuluh suplai darah akibat tersumbatnya
aliran darah koroner.
Coronary Artery Bypass Grafting merupakan salah satu penanganan intervensi dari
PJK dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami
penyempitan atau penyumbatan. Coronary Artery Bypass Grafting adalah operasi pintas
koroner yang dilakukan untuk membuat saluran baru melewati bagian arteri koroner yang
mengalami penyempitan atau penyumbatan .
Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang
menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan
bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Operasi CABG sangat ideal
untuk pasien dengan penyempitan di beberapa cabang arteri koroner (Kulick & Shiel,
2007). Rekomendasi untuk melakukan CABG didasarkan atas beratnya keluhan angina
dalam aktifitas sehari-hari. Respon terhadap intervensi non bedah PCI atau stent dan obat-
obatan serta harapan hidup pasca operasi yang didasarkan atas fungsi jantung secara
umum sebelum operasi.

B. Tujuan Pemasangan CABG

Pengobatan penyakit jantung adalah untuk memaksimalkan curah jantung.


Melaui pembedahan, ini dapat di lakukan dengan memperbaiki fungsi otot
miokardia dan aliran darah melaui tandur bypass arteri koroner (CABG) dan atau
penggantian katup yang rusak. Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)
bertujuan untuk mengatasi terhambatnya aliran artery coronaria akibat adanya
penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung.
(Smeltzer & Bare, 2008)

1. Meningkatkan sirkulasi darah ke arteri koroner

2. Mencegah terjadinya iskemia yang luas

3. Meningkatkan kualitas hidup

4. Meningkatkan toleransi aktifitas

5. Memperpanjang masa hidup

C. Etiologi
Operasi CABG merupakan salah satu penanganan penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :
1. Faktor yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan
ras.
2. Faktor yang dapat diubah :
a) Mayor : peningkatan lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan
toleransi glukosa, giet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori.
b) Minor : gaya hidup yang kurang bergerak, stress dan tipe
kepribadian.

D. Patofisiologi

Faktor – faktor risiko Terdapat plak pada dinding


aterosklerosis arteri koroner

Kolesterol, merokok, obesitas, Penyempitan lumen arteri,


hipertensi, hipertensi, DM, gaya hidup ruptur plak, trombosis,
spasme arteri

Penyumbatan arteri koronaria

Aterosklerosis
Operasi CABG (Coronary Artery
Bypass Grafth)

Lapisan endotel pembuluh arteri koroner yang normal akan mengalami


kerusakan oleh adanya faktor risiko antara lain : hipertensi, asap rokok, diet,
diabetes melitus, hiperkolesterolemia, obesitas, merokok, dan kepribadian. Akibat
kerusakan endotel tersebut maka terbentuk plak atherosklerosik pada dinding arteri
koroner. Plak tersebut mengakibatkan penyempitan arteri, ruptur plak, trombosis
dan spasme arteri. Kemudian terjadi penyumbatan arteri koronaria. Sehingga perlu
dilakukannya operasi CABG (Coronary Artery Bypass Grafth).
E. Indikasi CABG

Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA):


1. Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan

2. Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis

3. Angina yang tidak stabil

4. Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang
maksimal
5. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerah miokardium
6. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik

7. Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %

8. Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang signifikan

9. Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA

10. Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease)
dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan
pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien
dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil
dan lesi proksimal LAD yang berat
11. Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri yaitu arteri
koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior
sinistra
F. Kontraindikasi CABG

1. Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang
dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah
aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan
pada graft sehingga hasil operasi akan menjadi sia-sia.
2. Tidak ada gejala angina.

3. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.

4. Fungsi ventrikel kiri jelek ( kurang dari 30 % )

G. Komplikasi

(Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008)

1. Nyeri pasca operasi


Setelah dilakukan bedah jantung, pasien dapat mengalami nyeri yang diakibatkan luka
insisi dada atau kaki, selang dada atau peregangan iga selama operasi. Ketidaknyamanan
insisi kaki sering memburuk setelah pasien berjalan khususnya bila terjadi
pembengkakan kaki. Peregangan otot punggung dan leher saat iga diregangkan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan punggung dan leher. Nyeri dapat merangsang sistem
saraf simpatis, meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan darah yang dapat
mengganggu hemodinamik pasien. Ketidaknyamanan dapat juga mengakibatkan
penurunan ekspansi dada, peningkatan atelektasis dan retensi sekresi. Tindakan yang
harus dilakukan yaitu memberikan kenyamanan maksimal, menghilangkan faktor-faktor
peningkatan persepsi nyeri seperti ansietas, kelelahan dengan memberikan penghilang
nyeri.
2. Penurunan curah jantung
Disebabkan adanya perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup atau keduanya.
Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat menurunkan curah jantung. Aritmia
sering terjadi 24 jam – 36 jam paska operasi. Takikardi menjadi berbahaya karena
mempengaruhi curah jantung dengan menurunkan waktu pengisian diastolik ventrikel,
perfusi arteri koroner dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Bila penyebab
dasar dapat diidentifikasikan maka dapat diperbaiki.
3. Perubahan cairan

Setelah operasi Coronary Bypass Grafting (CABG) volume cairan tubuh total
meningkat sebagai akibat dari hemodilusi. Peningkatan vasopressin, dan perfusi non
perfusi ginjal yang mengaktifkan mekanisme renin-angiotensin-aldosterone (RAA).
Ketidakseimbangan elektrolit pasca operasi paling umum adalah kadar kalsium
abnormal. Hipokalemia dapat diakibatkan oleh hemodilusi, diuretik dan efek-efek
aldosteron yang menyebabkan sekresi kalium ke dalam urine pada tubulus distal ginjal
saat natrium diserap. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat jumlah besar larutan
kardioplegia atau gagal ginjal akut

4. Perubahan tekanan darah

Setelah bedah jantung ditemukan adanya hipertensi atau hipotensi.Intervensi


keperawatan diarahkan pada antisipasi perubahan dan melakukan intervensi untuk
mencegah atau untuk memperbaiki dengan segala tekanan darah pada rentang
normotensi.
a. Hipotensi
Pada graft vena safena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah, vena tidak
memiliki dinding otot seperti yang di miliki oleh arteri, sehingga mengakibatkan iskemia
miokard. Hipotensi juga dapat disebabkan oleh penurunan volume intravaskuler,
vasodilatasi sebagai akibat penghangatan kembali, kontraktilitas ventrikel yang buruk
atau disritmia.Tindakan dengan pemberian cairan atau obat vasopressor dapat dilakukan
jika hipotensi disebabkan oleh penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Hipertensi
Hipertensi setelah paska operasi jantung dapat menyebabkan rupture atau kebocoran
jalur jahitan dan meningkatkan pendarahan. Dapat juga disebabkan karena riwayat
hipertensi, peningkatan kadar katekolamin atau renin, hipotermia atau nyeri, terkadang
ditemukan tanpa penyebab yang jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh narkotik
analgesik atau sedatif intravena. Hipertensi ini umumnya bersifat sementara dan dapat di
turunkan dalam 24 jam. Bila tidak mungkin, anti hipertensi oral dapat di mulai untuk
memudahkan penghentian nitroprusid. Pada klinik sering digunakan gabungan inotropik
dan vasodilator seperti golongan milirinone.
5. Perdarahan pasca operasi (European Society of Cardiology,
2008) Ada 2 jenis perdarahan, yaitu:
a. Perdarahan arteri

Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang mengancam hidup yang
biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan pada satu dari 3 sisi:
Anastomosis proksimal graft vena ke aorta, anastomosis distal graft vena ke arteri
koroner atau kanulasi sisi ke aorta dimana darah yang mengandung O2 dikembalikan ke
pasien selama bypass.

b. Perdarahan vena

Hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh masalah pembedahan atau
koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau lebih pembuluh darah mengakibatkan
pendarahan. Tindakan ditujukan pada penurunan jumlah perdarahan dan memperbaiki
penyebab dasar.
6. Infeksi luka
Infeksi luka luka pasca operasi dapat terjadi pada kaki atau insisi sternotomi median
atau pada sisi pemasangan selang dada. Perawatan untuk mencegah infeksi yaitu dengan
mempertahankan insisi bersih dan kering dan mengganti balutan dengan teknik aseptik.
Infeksi juga dapat didukung dari keadaan pasien dengan nutrisi tidak adekuat dan
immobilisasi.
7. Tamponade jantung awal
Tamponade jantung terjadi apabila darah terakumulasi di sekitar jantung akibat
kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan darah dan menekan miokard. Hal ini
mengancam aliran balik vena, menurunkan curah jantung dan tekanan darah. Tindakan
meliputi pemberian cairan dan vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan
tekanan darah sampai dekompresi bedah dilakukan.
8. Post perfusion syndrome

Kerusakan sementara pada neuro kognitif, namun penelitian terbaru menunjukan


bahwa penurunan kognitif tidak disebabkan oleh CABG tetapi lebih merupakan
konsekuensi dari penyakit vaskuler.
9. Disfungsi neurologi

Dapat bervariasi dalam beratnya keadaan dari kerusakan sementara konsentrasi ringan
sampai periode agitasi dan kekacauan mental dan cedera serebrovaskuler atau koma.
Perubahan perfusi serebral dan mikro embolisme lemak atau agregasi trombosit selama
bypass dan embolisasi bekuan, bahan partikular atau udara, semua dapat menyebabkan
sequel neurologis. Tindakan meliputi mempertahankan curah jantung adekuat, tekanan
darah dan AGD (Analisa Gas Darah) menjamin perfusi serebral dan oksigenasi normal.

H. Prosedur CABG

A. Persiapan sebelum pelaksanaan operasi CABG

1. Persiapan pasien :

a) Informed concernw

b) Obat – obatan pra operasi: aspirin, nitrogliserin, nifedipin, diltiazem

c) Pemeriksaan laborat lengkap terutama: Hb, Hematokrit, jumlah leukosit,


kadar elektrolit, faal hemotasis, foto thorak, EGC, serta tes fungsi paru –
paru (vital capacity)
d) Persiapan darah 6 – 10 bag sesuai golongan darah pasien

e) Puasa m alam10 – 2 jam


f) Cukur area pembedahan

g) Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu (identifikasi dan
simpan yang aman atau berikan keluarganya).
h) Cek benda – benda asing dalam mulut.(Bhimji, 2011)

2. Persiapan alat dan bahan penunjang operasi:

a) Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang, dll)

b) Alat penunjang kamar operasi

c) Linen set (3 set)

d) Instrument dasar (1 set dasar bedah jantung dewasa)

e) Instrumen tambahan (1 set tambahan bedah jantung)

f) Intrumen AV graft (1 set)

g) Instrument mikrocoroner (1 set)

h) Instrument kateter (1 set)(Muttaqin, A,2009).

B. Penatalaksanaan (Smeltzer & Bare, 2008)

1) Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra,
arteri line dan saturasi oksigen.
2) Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.

3) Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri pasien
dan diplester.
4) Pasang plate diatermi di daerah pantat / pangkal femur bawah

5) Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan
diikat dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling
kecil.
6) Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft vena.

7) Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar.

8) Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.

9) Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu dibawah


bibir kesamping leher melewati mid aksila samping kanan kiri, kedua kaki
sampai batas malleolus ke pangkal paha (kedua kaki diangkat) kemudian
daerah pubis dan kemaluan didesinfeksi terakhir selnjutnya didesinfeksi
dengan larutan hibitan 1% seperti urutan tersebut diatas dan dikeringkan
dengan kasa steril.
10) Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai memeriksa
jantung.
11) Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini antara lain;
arteri thoracic internal, arteri radial, dan vena saphena.
12) Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin untuk
mencegah pembekuan darah.
13) Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan
jantung. Off Pump CABG :operasi bedah jantung ini tidak memakai mesin
jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tetap berdetak normal dan
paru-paru berfungsi seperti biasa.(Swierzewski, 2011).
a. Kriteria pasien off pump:

 Pasien yang direncanakan operasi elektif

 Hemodinamik stabil

 Ejection friction normal

 Pembuluh distal cukup besar

b. Keuntungan dari teknik off pump menurut Benetti dan Ballester, 1995:

 Meminimalkan efek trauma operasi

 Mobilisasi paska operasi dapat dilakukan lebih dini

 Drainage paska bedah minimal

 Tranfusi darah dan komponennya minimal

 Dapat cepat kembali pada pekerjaan semula

 Tersedia akses sternotomi untuk re-operasi


Mid CABG (bedah minimal invasif bypass jantung) prosedur ini dilakukan dengan
sayatan yang lebih kecil sekitar 3-4 cm. Dapat dilakukan tanpa jantung berhenti, dan
beberapa pasien dapat keluar RS dalam waktu 48 jam, karena tidak ada pemotongan
di tulang dada, masa pemulihan menjadi lebih cepatdengan rasa sakit yang
berkurang, masa rawat lebih singkat dan bekas luka lebih kecil. Tetapi prosedur ini
hanya dilakukan pada pasien yang penyumbatannya hanya dapat di bypass dengan
sayatan kecil dengan resiko komplikasi rendah
14) Pada operasi “on pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam jantung
dan menginstruksikan kepada petugas perfusionist untuk memulai
cardiopulmonary bypass (CPB). On pump CABG: Operasi ini dilakukan
dengan memakai mesin pintas jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini
jantung tidak berdenyut, dengan menggunakan obat yang disebut
cardioplegik. Sementara itu, peredaran darah dan pertukaran gas diambil alih
oleh mesin pintas jantung paru.(Smeltzer&Bare, 2008)
Prinsip cairan kardioplegik yang digunakan yaitu:

1. Konsentrasi kalium cukup tinggi sehingga cepat terjadi arrest

2. Dextrose sebagai sumber energi

3. Buffer pH untuk mencegah asidosis

4. Hiper osmolaritas untuk mencegah edema interstitial miokardium

5. Anastesi lokal untuk stabilitas membran sel


Pada teknik operasi ini, suhu diturunkan menjadi 28°- 30° C, yang bertujuan untuk
menurunkan kebutuhan jaringan akan oksigen seminimal mungkin, heart rate di
pertahankan 60 – 80 x/menit, tekanan arteri 70 – 80 mmHg. Suhu diturunkan
dengan cara pendingina topikal, yaitu(Smeltzer&Bare, 2008)
 Irigasi otot jantung dengan Ringer dingin (4° C), jantung direndam
dengan cairan tersebut.
 Memakai Ringer dingin seperti bubur (ice slush).

15) Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic cross
clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist untuk memasukkan
cardioplegia untuk menghentikan jantung.
16) Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria diluar
daerah yang diblok dan ujung alin dihubungkan pada aorta.
17) Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat stabilisator
dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung sebagian oleh klem C-
Shaped, jantung dihidupkan kembali dan penjahitan jaringan grafting ke
aorta dilakukan sembari jantung berdenyut.
18) Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin.

19) Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.

20) Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk


penyembuhan.

21) Setelah keadaan sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa dipindah
ke ruang rawat sampai pasien siap untuk pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Naga, Sholeh S. 2012. Buku panduan lengkap ilmu penyakit dalam. Jogjakarta: Diva

Press.

Saydam, Gouzali. 2011. Memahami Berbagai Penyakit Kardiovaskuler. Bandung:

alfabeta.

Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta. Salemba Medika.

Supriyono M. 2008. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

penyakit jantung koroner pada kelompok usia < 45 tahun (studi kasus di

RSUP dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang). Semarang: Undip.

Makmun LH, Alwi I & Ranitya R. 2009. Panduan tatalaksana sindrom koroner akut

dengan elevasi segmen ST. Jakarta: Interna Publishing.

Latif Ch. 2011. Buku panduan pendidikan klinik dokter muda laboratorium ilmu

penyakit dalam. Samarinda: Lab. Penyakit Dalam FK UNMU

Anda mungkin juga menyukai