Anda di halaman 1dari 77

JAI

Volume IV Nomor 01, Maret 2012


ISSN 2089-970X
www.janesti.com

Jurnal Anestesiologi Indonesia


Dipersembahkan untuk kemanusiaan khususnya bangsa Indonesia
melalui insan yang berkarya, belajar dan tertarik di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif

Diterbitkan oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
(PERDATIN) Jawa Tengah
Pelindung:
Ÿ Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Ÿ Ketua Program Studi Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK UNDIP
Ÿ Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi
dan Terapi Intensif (PERDATIN) Jawa Tengah

Ketua Redaksi:
dr. Uripno Budiono, SpAn

Wakil Ketua Redaksi:


dr. Johan Arifin, SpAn, KAP

Anggota Redaksi:
dr. Abdul Lian Siregar, SpAn, KNA
dr. Hariyo Satoto, SpAn
dr. Witjaksono, MKes, SpAn, KAR
dr. Ery Leksana, SpAn, KIC, KAO
dr. Heru Dwi Jatmiko, SpAn, KAKV, KAP
dr. Jati Listianto Pujo, SpAn, KIC
dr. Doso Sutiyono, SpAn
dr. Widya Istanto N, SpAn, KAKV, KAR
dr. Yulia Wahyu Villyastuti, SpAn
dr. Himawan Sasongko, SpAn, MSi.Med
dr. Aria Dian Primatika, SpAn, MSi.Med
dr. Danu Soesilowati, SpAn
dr. Hari Hendriarto, SpAn, MSi.Med

Mitra Bestari:
Prof. dr.Soenarjo,SpAn, KMN, KAKV (Semarang)
Prof. dr.Marwoto, SpAn, KIC, KAO (Semarang)
Dr. dr. Sofyan Harahap, SpAn, KNA (Semarang)
Dr. dr. Hari Bagianto, SpAn, KIC (Malang)
Dr. dr. Syarif Sudirman, Sp.An (Surakarta)
Prof. Dr. dr. Made Wiryana, Sp.An, KIC (Denpasar)

Seksi Usaha:
dr. Mochamat, Sp.An

Administrasi:
Maryani, Yulia Sekar Ayu Milasari, SAP

Jurnal Anestesiologi Indonesia (JAI) diterbitkan 3


kali per tahun, setiap bulan Maret, Juli dan
November sejak tahun 2009. Harga Rp.200.000,-
per tahun.
Bagi pengirim artikel penelitian yang dimuat di JAI,
dikenakan kontribusi senilai Rp. 500.000,-.
Untuk berlangganan dan sirkulasi:
Ibu Nik Sumarni (081326271093)

Alamat Redaksi:
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNDIP/ RS Dr. Kariadi,
Jl. Dr. Sutomo 16 Semarang.
Telp. 024-8444346.
Email: info@janesti.com
Website: www.janesti.com
Sejawat terhormat,

Jurnal Anestesiologi Indonesia (JAI) edisi ini memuat beberapa artikel penelitian.
Diantaranya adalah mengenai pengaruh terapi cairan terhadap asam basa tubuh, oral
hygiene pada penderita dengan ventilator mekanik, dan pengaruh penggunaan mesin
Cardiopulmonary Bypass terhadap jumlah leukosit.

Dua tinjauan pustaka, mengenai perkembangan sirkuit anestesi dan awareness dan recall
intraoperatif diharapkan menambah wawasan kita dalam bidang anestesi.

Seiring dengan semakin berkembangnya sistem informasi, maka Jurnal Anestesiologi


Indonesia membangun situs web www.janesti.com untuk memudahkan akses informasi
berkala ilmiah dan memberikan kesempatan yang luas agar situs web tersebut dapat di-link
atau dijadikan referensi ilmiah.

Semoga bermanfaat.

Salam,

dr. Uripno Budiono, SpAn

Ucapan Terima Kasih

Kepada Mitra Bestari Jurnal Anestesiologi Indonesia


Vol. IV No. 1 Tahun 2012:

Prof. dr.Soenarjo,SpAn, KMN, KAKV (Semarang)


Prof. dr.Marwoto, SpAn, KIC, KAO (Semarang)
Dr. dr. Mohamad Sofyan Harahap, SpAn, KNA (Semarang)
Dr. dr. Hari Bagianto, SpAn, KIC (Malang)
DAFTAR ISI
PENELITIAN Hal
Suriyadi, Mohamad Sofyan Harahap, Ery Leksana
Perbedaan Pengaruh Pemberian HES 6 % Dalam Larutan Berimbang Dengan HES 6 % 1
Dalam Larutan Nacl 0,9 % Terhadap Perubahan pH, Strong Ion Difference Dan Klorida
Pada Pasien Bedah Sesar Dengan Anestesi Spinal
Terdapat penurunan pH, penurunan SID dan peningkatan kadar klorida pada kelompok
HES 6% dalam larutan NaCl 0,9% dibandingkan HES 6% terdalam larutan berimbang
secara tidak bermakna.

Mochamat, Johan Arifin, Jati Listiyanto Pujo


Perbedaan Jumlah Bakteri Orofaring Pada Tindakan Oral Hygiene Menggunakan 9
Chlorhexidine Dan Povidone Iodine Pada Penderita Dengan Ventilator Mekanik
Penurunan jumlah bakteri orofaring pada tindakan oral hygiene dengan chlorhexidine
0,2% tidak berbeda bermakna dengan povidone iodine 1%.

M Mukhlis Rudi P, Hariyo Satoto, Uripno Budiono


Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Nacl 0,9% Terhadap 17
Keseimbangan Asam-Basa Pada Pasien Sectio Caesaria Dengan Anestesi Regional
Pemberian RL pada pasien sectio caesaria lebih menguntungkan dibandingkan NaCl,
karena NaCl sangat mempengaruhi pergeseran SID keseimbangan asam-basa Stewart .

Rapto Hardian, Hariyo Satoto, Soenarjo


Pengaruh Penggunaan Mesin Cardiopulmonary Bypass Terhadap Kadar Leukosit pada 29
Operasi Bedah Jantung
Terdapat peningkatan jumlah leukosit pada penggunaan mesin CPB terutama pada menit
ke 30. Pada menit ke 15 belum terdapat peningkatan jumlah leukosit yang bermakna
akibat pemakaian mesin CPB .

TINJAUAN PUSTAKA
Taufik Eko Nugroho, Himawan Sasongko, Soenarjo
Perkembangan Sirkuit Anestesi 36
Sirkuit anestesi atau dikenal dengan sistem pernafasan merupakan sistem yang berfungsi
menghantarkan oksigen dan gas anestesi dari mesin anestesi kepada pasien yang
dioperasi. Sirkuit anestesi diklasifikasikan sebagai rebreathing dan non-rebreathing
berdasarkan ada tidaknya udara ekspirasi yang dihirup kembali

Aunun Rofiq, Witjaksono, Widya Istanto


Awareness dan Recall Intraoperatif 51
Awareness introperatif dan recall postoperative bukanlah fenomena yang tidak
berhubungan sama sekali. Recall secara khas memberikan estimasi yang tidak
sebenarnya terhadap insidensi awareness intraoperatif dan hanya merepresentasikan
puncak dari fenomena gunung es
Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN

Pengaruh HES 6 % Dalam Larutan Berimbang Dengan HES 6 % Dalam


Larutan Nacl 0,9 % Terhadap pH, Strong Ion Difference Dan Klorida Pada
Pasien Bedah Sesar Dengan Anestesi Spinal
Suriyadi*, Mohamad Sofyan Harahap**, Ery Leksana**
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Patut Patuh Patju, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
**Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT

Background: Colloid administration as preload on caesarian section with spinal


anesthesia is more effective than crystalloid administration. Colloid solvent-based-on
administration has been improved due to the effect of acid-base balance.
Purpose: To analyze the effect of HES 6% in balance solution and HES 6% in NaCl 0,9%
solution on pH, SID and chloride change in caesarian section delivery with spinal
anesthesia.
Methode: This is second stage experimental clinical trial, double blind randomized with
consecutive sampling, divided into two groups (n=24), HES 6% in balance solution and
HES 6% in NaCl 0,9% solution. T-test or Wilcoxon Signed Rank Test was performed to
compare pH, SID and chloride level in each group whereas Independent t-test or Mann
Whitney U-test was used to compare both.
Result: There was no significant difference on pH, SID and chloride level after
administration of HES 6% in balance solution and HES 6% in NaCl 0,9% on caesarian
section.
Conclusion: There is increasing on chloride concentration not significantly after
administration of HES in NaCl 0,9% solution, while pH and SID decrease after the
administration of two solution.

Keyword: HES 6%, balance solution, NaCl 0,9% solution, pH, SID, chloride level

ABSTRAK

Latar belakang penelitian: Pemberian koloid sebagai preload pada bedah sesar dengan
anestesi spinal lebih efektif dibandingkan kristaloid. Kebijakan pemilihan koloid
berdasarkan jenis pelarutnya mulai dikembangkan terkait dengan dampak terhadap
keseimbangan asam-basa.
Tujuan: Melihat perbedaan pengaruh pemberian preload HES 6% dalam larutan NaCl
0,9% dengan HES 6% dalam larutan berimbang terhadap perubahan pH, SID dan kadar
klorida pada pasien bedah sesar dengan anestesi spinal
Metode: Merupakan uji klinik eksperimental tahap II yang dilakukan secara acak
tersamar ganda, menggunakan consecutive sampling, dibagi dua kelompok (n=24),
kelompok HES 6% dalam larutan berimbang dan HES 6% dalam larutan NaCl 0,9%. Uji
statistik t-test atau Wilcoxon signed rank test digunakan untuk membandingkan nilai
pHSID, dan kadar klorida pada masing-masing kelompok, sedangkan uji statistik
antarkelompok digunakan independent t-test atau Mann-Whitney U-test

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 1


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Hasil: Nilai pH, SID, dan kadar klorida kelompok HES 6 % dalam larutan
sebelum dan sesudah operasi antara berimbang dan HES 6% dalam larutan
NaCl 0,9% terdapat perbedaan yang 6% terdalam larutan berimbang secara
tidak bermakna (p>0,05) tidak bermakna.
Kesimpulan: Terdapat penurunan pH,
penurunan SID dan peningkatan kadar Kata Kunci: HES 6 %, larutan
klorida pada kelompok HES 6% dalam berimbang, larutan NaCl 0,9 %, pH, SID,
larutan NaCl 0,9% dibandingkan HES klorida
_________________________________________________________________________

PENDAHULUAN mL HES 6 % dibandingkan kelompok


yang mendapatkan preload 1 liter Ringer
Anestesi spinal merupakan salah satu Laktat.4 Penelitian Ueyama (1999)
teknik yang paling sering dipilih pada membandingkan kelompok yang diberi
operasi bedah sesar. Efek samping yang preload Ringer Laktat 1,5 liter, koloid
paling sering dijumpai pada teknik HES 6 % 1 Liter, dan koloid HES 6%
anestesi spinal adalah hipotensi sebagai 500 ml, didapatkan hasil bahwa
akibat blok simpatis dalam ruang kelompok yang mendapatkan preload
subarakhnoid. Hipotensi pada parturien HES 6% 1 liter lebih sedikit mengalami
(kondisi tekanan intraabdominal tinggi) hipotensi dibandingkan kelompok
menyebabkan insidensi penurunan lainnya.5
tekanan darah + 20 % lebih sering
dibandingkan pasien lain.1 Konsep berbasis pendekatan Stewart
menguraikan bahwa terdapat beberapa
Aliran darah uterus secara langsung independent variabel yang menentukan
ditentukan tekanan darah maternal. Oleh keseimbangan asam-basa, antara lain:
karena itu hipotensi yang tidak dikelola tekanan parsial CO2 arteri (PaCO2) dan
dengan baik akan berpengaruh pada ibu Strong Ion Difference (SID) merupakan
dan janin. Pengelolaan pencegahan variabel yang penting dalam pemberian
hipotensi dilakukan dengna memastikan cairan infus.6,7
terpasangnya akses vena yang lancar
sebelum anestesi spinal, pemberian cairan Pemberian cairan yang tidak
intravena untuk meningkatkan preload mengandung elektrolit berimbang
dan pemberian vasopressor (efedrin). dikatakan mempunyai tendensi
memperberat kondisi asidosis yang
Berdasarkan system review analgesia semula mungkin sudah ada karena proses
spinal, didapatkan hasil bahwa hipoperfusi.8
kemampuan cairan kristaloid sebagai
cairan preloading untuk mencegah Penelitian Base dkk, menunjukkan kadar
hipotensi tidak konsisten dan koloid klorida serum secara signifikan lebih
dalam hal ini lebih efektif daripada rendah setelah pemberian larutan
kristaloid.2 Cairan koloid juga mampu berimbang dibandingkan pemberian HES
menurunkan kebutuhan pemakaian dalam larutan NaCl 0,9% dan terkait
efedrin sebagai vasopressor dan dengan keseimbangan asam-basa,
menurunkan insidensi terjadinya mual penggunaan HES dalam larutan
muntah hingga penurunan kesadaran.3 berimbang menunjukkan keuntungan
Penelitian Riley dkk, menunjukkan yang lebih jelas.9
bahwa hipotensi lebih sedikit terjadi pada
kelompok yang mendapatkan preload 500

2 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Penelitian Nicholas dkk, menunjukkan strong ion difference, kadar klorida


bahwa tingkat klorida pascaoperasi dilakukan menggunakan sampel darah
meningkat lebih tinggi pada kelompok pasien 1 jam sebelum dan setelah
HES dalam larutan NaCl 0,9% diberikan cairan preload untuk diperiksa
dibandingkan kelompok HES dalam pada Laboratorium Patologi Klinik RSUP
larutan berimbang. Base excess standar dr. Kariadi Semarang. Larutan berimbang
pascaoperasi menunjukkan penurunan didefenisikan sebagai larutan isotonik
yang lebih besar pada kelompok HES yang mengandung komposisi elektrolit
dalam NaCl 0,9 %, namun tidak (Na+, K+, Cl-, Ca++ dan laktat) yang
kelompok HES pada larutan berimbang. menyerupai komposisi cairan
Asidosis metabolik hiperkloremik terjadi ekstraseluler. Larutan NaCl adalah
pada dua pertiga pasien kelompok HES larutan isotonik yang mengandung
dalam NaCl 0,9 % namun tidak pada komposisi elektrolit Na+ dan Cl-.
kelompok HES dalam larutan
berimbang. 10 Kriteria inklusi adalah parturien berusia
19 hingga 35 tahun, status fisik ASA I-II,
Berdasarkan latar belakang tersebut menjalani operasi SC cito dan elektif
berkembang suatu pemikiran apakah dengan anestesi spinal, BMI normal
pemberian preload pada anestesi spinal (18,5-24,9), dan setuju mengikuti
menggunakan cairan koloid yang penelitian yang diperoleh menggunakan
mengandung pelarut NaCl 0,9 % bila consecutive sampling yang dibagi
dibandingkan cairan koloid yang menjadi dua kelompok. Kelompok 1
mengandung pelarut berimbang menggunakan cairan HES 6 % dalam
menimbulkan perubahan kadar klorida larutan berimbang sebagai cairan preload
yang bermakna, serta mempengaruhi anestesi spinal pada operasi bedah sesar
keseimbangan asam basa yang dapat dan Kelompok 2 menggunakan cairan
dilihat dari nilai strong ion difference HES 6 % dalam larutan NaCl 0,9 %
(SID) dan pH pada pemeriksaan gas sebagai cairan preload anestesi spinal
darah. pada operasi bedah sesar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Kriteria eksklusi adalah pasien
menganalisis perbedaan pengaruh mendapatkan pemberian cairan koloid
pemberian HES 6 % dalam larutan NaCl >500 mL, transfusi darah selama
0,9% dan HES 6 % dalam larutan perlakuan, durante operasi mengalami
berimbang terhadap komponen komplikasi anestesi maupun
keseimbangan asam basa dengan pembedahan.
parameter pH, SID, dan kadar klorida
pada operasi bedah sesar menggunakan Analisis menggunakan uji normalitas
anestesi spinal. data dan analisis inferensial untuk
menguji hipotesis dengan menggunakan
METODE independent t-test dan Mann Whitney U
test.
Jenis penelitian ini adalah uji klinik
eksperimental tahap II dengan desain Etika penelitian dilakukan informed
acak tersamar ganda. Penelitian ini consent tertulis dengan penjelasan tujuan
dilakukan sejak November 2010 hingga dan manfaat penelitian. Segala
Januari 2011 pada pasien bedah sesar di konseskuensi khususnya mengenai
Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Kariadi pembiayaan ditanggung oleh peneliti.
Semarang. Pemeriksaan laboratorium pH, Pasien dengan pembedahan elektif

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 3


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dengan anestesi spinal tetap diberikan HASIL


pengelolaan anestesi sesuai standar yang
berlaku. Data pribadi penderita dijamin Karakteristik umum subjek penelitian
kerahasiaannya. Tidak terdapat conflict of terlihat pada tabel 1
interest dengan pihak mana pun.

Tabel 1. Karakteristik Umum Subjek penelitian

No Variabel HES 6% dalam HES 6 % dalam p


larutan berimbang
larutan NaCl 0,9 %

1 Umur (tahun) 26,830 + 4,449 27,250 + 4,465 0,748*

2 Body Mass Index 22,40 (18,90-24,80) 22,35(18,60-24,80) 0,929*

3 Status ASA

ASA I 13 (27,1) 12 (25) 0,773**

ASA II 11 (22,9) 12 (25)

*uji independent t-test, **uji kai-kuadrat

Uji normalitas Shapiro-Wilk uji statistik dilakukan dengan


digambarkan pada tabel di atas, di mana independent t-test. Karakteristik status
karakteristik umum umur dan BMI pada ASA dengan skala nominal digunakan uji
masing-masing kelompok memiliki kai-kuadrat. Hasilnya didapatkan data
distribusi yang normal (p>0,05), sehingga homogen (p>0,05) dari semua variabel

Tabel 2. Uji normalitas masing-masing kelompok


Variabel P

HES 6 % dalam larutan berimbang HES 6 % dalam larutan NaCl 0,9 %

Pre Post Pre Post

pH 0,176* 0,417* 0,206* 0,526*

SID 0,053* 0,053* 0,023** 0,039**

Klorida 0,148* 0,482* 0,146 0,283*

*distribusi normal

**distribusi tidak normal

Berdasarkan uji normalitas data dalam larutan NaCl 0,9 % terlihat


sebagaimana terlihat dalam tabel, bahwa distribusi normal (p>0,05), maka
nilai pH dan klorida HES 6 % dalam digunakan uji paired t-test. Nilai SID
larutan berimbang maupun HES 6% pada kelompok HES 6% dalam larutan

4 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

berimbang didapatkan distribusi normal larutan NaCl 0,9 % didapatkan distribusi


(p>0.05) sehingga digunakan paired t test tidak normal (p<0.05) sehingga
sedangkan kelompok HES 6 % dalam digunakan wilcoxon signed rank test.

Tabel 3. Perbedaan pengaruh pemberian HES 6 % dalam larutan berimbang


dan HES 6% dalam larutan NaCl 0,9 % terhadap perubahan nilai pH, SID, dan klorida

HES 6 % dalam HES 6 % dalam p


larutan berimbang larutan NaCl 0,9 %

pH pre 7,40 + 0,025 7,40 + 0,030 0,759*

pH post 7,40 + 0,023 7,40 + 0,026 0,773*

p 0,831* 0,435*

SID pre 37,92 + 1,28 37,96 + 1,40 0,908***

SID post 37,88 + 1,23 37,54 + 1,14 0,329***

p 0,885* 0,199**

Klorida pre 102,96 + 2,88 102,5 + 2,04 0,528*

Klorida post 102,67 + 2,51 103,13 + 1,75 0,467*

p 0,480* 0,109*

*uji dengan paired t-test

*uji dengan Wilcoxon Signed Rank Test


*** uji dengan Mann Whitney U Test

Dari tabel di atas kita lihat bahwa, rerata dalam larutan NaCl 0,9 % tidak ada
nilai pH, SID, dan klorida sebelum dan perbedaan bermakna (p>0,05)
sesudah operasi antara kelompok HES 6
% dalam larutan berimbang dan HES 6% Bila dalam tubuh terdapat penambahan
dalam larutan NaCl 0,9 % terdapat asam, pH akan turun karena asam
perbedan yang tidak bermakna (p>0,05). ditangkap oleh unsur basa dari sistem
penyangga sehingga perubahan pH dapat
PEMBAHASAN dinetralkan. Demikian juga sebaliknya
bila dalam tubuh terdapat penambahan
Karakteristik kedua kelompok penelitian basa, pH akan naik, basa akan diikat oleh
yaitu umur, BMI, status fisik (ASA) asam dari sistem penyangga, sehingga
setelah diuji tidak ada perbedaan kenaikan pH dapat dikurangi. pH yang
bermakna (Tabel 1) sehingga layak untuk konstan dipelihara secara bersama oleh
dibandingkan. sistem penyangga (buffer) tubuh, paru-
paru dan ginjal.6
Pada tabel 3 terlihat pH sebelum dan
sesudah operasi pada kelompok HES 6 % Pada tabel 3 terlihat bahwa nilai SID
dalam larutan berimbang dan HES 6 % sebelum dan sesudah operasi pada

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 5


Jurnal Anestesiologi Indonesia

kelompok HES 6 % dalam larutan merupakan variabel terpenting dalam


berimbang dan HES 6 % dalam larutan pengaturan asam basa antarmembran.
NaCl 0,9% tidak terdapat perbedaan yang Ion-ion kuat dapat melewati membran
bermakna (p>0,05). melalui mekanisme channel ion (pasif)
atau pompa transpor (aktif). Ion-ion kuat
Pada keadaan hiperkloremia, setiap ini juga dpat bergerak mengikuti atau
peningkatan klorida akan menurunkan melawan perbedaan konsentrasi.
SID. Secara normal SID selalu positif,
maka akan sama jika setiap penurunan Kadar klorida sebelum dan sesudah
SID akan menurunkan [OH-]. Penurunan operasi pada kelompok HES 6% dalam
[OH-] menyebabkan asidosis.12 Pada larutan berimbang dan HES 6% dalam
pemberian NaCl 0,9% tidak terjadi larutan NaCl 0,9% tidak terdapat
perbaikan SID karena mempunya perbedaan bermakna (p>0,05), namun
komposisi klorida yang sama dengan terdapat kecenderungan adanya
natrium.13 peningkatan kadar klorida setelah operasi
pada kelompok HES 6% dalam larutan
Menurut Stewart, status asam-basa cairan NaCl 0,9%.
tubuh ditentukan oleh PCO2, SID,
konsentrasi total asam lemah nonvolatil Klorida adalah elektrolit utama yang
(albumin, fosfat).11 berada dalam cairan ekstraseluler dan
merupakan elektrolit bermuatan negatif
Difusi CO2 melewati membran sangat berkompetisi dengan bikarbonat dalam
mudah dan cepat, sehingga setiap mengikat natrium yang berperan dalam
perubahan yang terjadi pada PCO2 akan menjaga keseimbangan elektrolit. Bila
cepat diatasi oleh perubahan ventilasi. kadar bikarbonat serum menurun, klorida
Konsekuensinya adalah konsentrasi [H+] akan meningkat menyebabkan asidosis
di semua cairan kompartemen tubuh metabolik hiperkloremik.
mudah berubah atau diatur dan perubahan
pada PCO2 tidak akan menyebabkan Ginjal berperan dalam mengeluarkan
terjadinya perbedaan konsentrasi [H+] asam dari tubuh (misalnya, jika pH urin
pada masing-masing kompartemen lebih rendah dalam plasma, H+ akan
sehingga CO2 tidak berkontribusi dalam diekskresi oleh ginjal). Namun,
menyebabkan perbedaan status asam basa berdasarkan teori Stewart, mekanisme
antarmembran. tersebut bukan terjadi melalui mekanisme
ekskresi H+, melainkan regulasi tubuh
Protein terbanyak terdapat intrasel dan terhadap SID (terutama Cl- melalui
plasma kecuali interstitial. Albumin tubulus ginjal). Ion klorida akan difiltrasi
karena bermolekul besar tidak dapat namun tidak direabsorbsi, sehingga nilai
melewati membran kecuali saat SID dalam plasma dijaga tetap seimbang.
kebocoran/kerusakan membran. Dengan Amoniagenesis di ginjal berfungsi
dasar ini, tiap perubahan konsentrasi [H+] menghasilkan NH4+ agar Cl- dapat
antarmembran bukan berasal dari diekskresikan dalam bentuk NH4Cl.11
pergerakan protein. Konsentrasi fosfat
dalam plasma sedikit sekali dan diatur Contoh lain adalah interaksi asam basa
sepenuhnya oleh regulasi kalsium antarmembran di lambung. Cairan
sehingga transfer fosfat melewati lambung bersifat asam bukan karena
membran juga tidak berkontribusi secara transpor H+ ke dalam lambung,
bermakna dalam interaksi asam basa. SID melainkan pergerakan ion klorida. Ion

6 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

klorida akan diekskresi ke dalam serupa dengan sampel jumlah cairan yang
lambung dari plasma sehingga SID cairan lebih banyak serta jenis operasi yang
lambung menjadi kecil dan karena SID berbeda.
kecil maka [H+] akan lebih banyak dari
[OH-], maka pH akan turun, sehingga DAFTAR PUSTAKA
berdaasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan dengan menjaga SID tetap 1. Birnbach DJ, Browne IM. Anesthesia for
normal dapat diasumsikan pH tubuh juga obstetrics. In: Miller RD. Miller‟s
anesthesia. 6th ed. Pennsylvania:
normal.11 Elsevier Churcill Livingston, 2005; 326-
29.
Kelemahan penelitian ini adalah tidak 2. Mulyono I, Harijanto E, Sunatrio S.
memeriksa secara keseluruhan asam basa Cairan koloid. Panduan tatalaksana
Stewart seperti penilaian terhadap kadar terapi cairan perioperatif. Perhimpunan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan
albumin dan unmeasured anionin. Reanimasi Indonesia. 2009; 130-31.
Penelitian ini juga hanya dilakukan pada 3. Abdelrachman RS, Elzeftawy AE, et al.
operasi bedah sesar dengan perdarahan Comparison of colloid versus crystalloid
kurang dari 500 ml, hal ini berhubungan preload for preventation of hypotension
dengan etika dan keselamatan pasien during spinal anesthesia for elective
section caesarian. Tanta Medical
karena belum ada penelitian sebelumnya. Sciences Journal Vol (2) No (1) January
2007; pp. 131-41 ISSN:1687-5788.
4. Rilley ET, Cohen SE, Rubenstein AJ,
SIMPULAN Flanagan B. Prevention of hypotension
after spinal anesthesia for caesarean
Dari penelitian ini didapatkan hasil section: six persent hetastarch versus
bahwa terdapat penurunan pH dan SID lactated ringer solution. AnestAnalg
pada kelompok HES 6% dalam larutan 1995; 81(4):838-42.
5. Ueyama H, Le H, Tanigami H, Mashimo
NaCl 0,9% dibandingkan HES 6 % dalam T, Yoshiva I. Effect of crystalloid and
larutan berimbang secara tidak bermakna. colloid preload on blood volum in the
Selain itu, juga terdapat peningkatan parturient undergoing spinal for elective
kadar klorida pada kelompok HES 6 % caesarian section. Anesthesiology 1999;
dalam larutan NaCl 0,9% dibandingkan 91; 1571-6.
6. Zander R. Fluid management.
kelompok HES 6% dalam larutan Bibliomed, Melsungen (Germany) 2006.
berimbang secara tidak bermakna. www.physioklin.de/immages/stories/pdf/
literatur/Z/fluidmanagement060728.pdf
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran (accesed 6 November 2006).
yang dapat diberikan peneliti antara lain 7. Ery Leksana. SIRS, sepsis,
keseimbangan asam basa, shock dan
HES 6% dalam larutan berimbang dan terapi cairan. SMF/Bag. Anestesi dan
HES 6% dalam larutan NaCl 0,9% dalam Terapi Intensif RSUP dr. Kariadi/Fak.
jumlah 500 mL dapat digunakan sebagai Kedokteran UNDIP Semarang. 2006
cairan preload tanpa mempengaruhi nilai 8. Brill SA, Stewart TR, Brundage SI,
pH, SID, dan klorida secara bermakna, Schreiber MA. Base deficit does not
predict mortality when secondary to
walaupun tampak adanya kecenderungan hyperchloremic acidosis. Shock 2002;
terjadinya peningkatan klorida pada 17: 459-62.
penggunaan HES 6% dalam larutan NaCl 9. Base E, Standl T, Mahl C, Jungheinrich
0,9%. Selain itu, penelitian ini dapat C. Comparisson of 6 HES in balanced
dijadikan dasar pertimbangan untuk electrolyte solution versus 6 % HES
saline solution in cardiac surgery.
memilih jenis cairan koloid sebagai Critical care
cairan preload pada bedah sesar dengan 2006.www.ccforum.com/content/10/SI/p
anestesi spinal serta perlu dilakukan studi 176 (accesed 6 November 2006).

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 7


Jurnal Anestesiologi Indonesia

10. Nicholas J. Wilkes, Rex Woolf, Marjorie and crystalloid solutions on acid-base
Mutch, Susan V. Mallett. The effect of and electrolyte status and gastric
balanced versus salin-based hetastarch
11. mucosal perfusion in erderly surgical elektrolit. Dalam: Patofisiologi konsep
patients. Anest-Analg 2001; 93:811-816. klinis proses penyakit. Edisi 1. Jakarta:
12. Finucane BT. Compllications of regional EGC; 1994: 302-23.
anaesthesia. Churchill Livingstone. New 14. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar
York. 2000. metodologi penelitian klinis. Edisi ke 2.
13. Price LA, Wilson LM. Gangguan pada Jakarta: CV Sagung Seto, 2002: p146-5
volume cairan, osmolaritas dan

8 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN
Perbedaan Jumlah Bakteri Orofaring Pada Tindakan Oral Hygiene Menggunakan
Chlorhexidine Dan Povidone Iodine Pada Penderita Dengan Ventilator Mekanik
Mochamat*, Johan Arifin*, Jati Listiyanto Pujo*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT
Background: Oral hygiene antiseptic is one of the manner can reduce incident
ventilator associated pneumonia (VAP). Chlorhexidine and povidone iodine can reduce
number of bacteria on decontamination oropharyngel process
Objectives: To find the difference in decrease in the number of oropharyngeal bacteria
on oral hygiene with chlorhexidine 0.2% and povidone 0.1% on patients with
mechanical ventilator
Methods: A randomized clinical control trial study on 30 patients with mechanical
ventilator. Patients were divided into 2 groups (n=15), group 1 using chlorhexidine 0,2%
and group 2 using povidone iodine 1%. Each group was given oral hygiene every 12
hours for 48 hours. Each group was taken secretions from the oropharynx before and
after treatment, for later examination in counting the number and type of
oropharyngeal bacteria. Statistical test using paired t-test, Wilcoxon, and Mann
Whitney (with degrees of significance <0.05)
Result: In this study, a decrease in the number of oropharyngeal bacteria of
chlorhexidine group 140±76.625 (significant difference, p =0.000) while in
povidone iodine group amounted to 100.80±97.209 (significant difference,
p=0.008). While the comparative difference test result obtained both groups did not
differ significantly (p-0.234).
Conclusion: The decrease number of oropharyngeal bacteria on oral hygiene with
chlorhexidine 0,2% was not different from povidone iodine 1%

Keywords: Chlorhexidine 0,2%, povidone iodine 1%, number of oropharyngeal


bacteria, oral hygiene, mechanical ventilator.

ABSTRAK
Latar belakang: Antiseptik oral hygiene merupakan salah satu cara yang dapat
menurunkan insiden ventilator associated pneumonia (VAP). Chlorhexidine dan
povidone iodine merupakan antiseptik yang mampu menurunkan jumlah bakteri pada
proses dekontaminasi orofaring.
Tujuan: Untuk mengetahui adanya perbedaan penurunan jumlah bakteri orofaring
pada tindakan oral hygiene dengan chlorhexidine 0.2% dan povidone iodine 1% pada
penderita dengan ventilator mekanik.
Metode : Merupakan penelitian Randomized clinical control trial pada 30 penderita
dengan ventilator mekanik. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok (n=15), kelompok
1 menggunakan chlorhexidine 0,2% dan kelompok 2 menggunakan povidone iodine
1%. Masing-masing kelompok diberikan oral hygiene tiap 12 jam selama 48 jam. Tiap
kelompok diambil sekret dari orofaring sebelum dan setelah perlakuan, untuk kemudian

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 9


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dilakukan pemeriksaan hitung jumlah kedua kelompok didapatkan hasil


dan jenis bakteri orofaring. Uji berbeda tidak bermakna(p=0,234).
statistik menggunakan paired t- Kesimpulan : Penurunan jumlah bakteri
test,Wilcoxon, dan Mann Whitney orofaring pada tindakan oral hygiene
(dengan derjat kemaknaan < 0,05). dengan chlorhexidine 0,2% tidak
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan berbeda bermakna dengan povidone
penurunan jumlah bakteri orofaring iodine 1%.
pada kelompok chlorhexidine sebesar
140±76,625 (berbeda bermakna, Kata Kunci : Chlorhexidine 0,2 %,
p=0,000) sedangkan pada kelompok povidone iodine 1%, jumlah bakteri
povidone iodine sebesar 100,80±97,209 orofaring, oral hygiene, ventilator
(berbeda bermakna, /p=0,008). mekanik.
Sedangkan pada uji selisih komparatif
_____________________________________________________________________

PENDAHULUAN yang terkait dengan rentang VAP dari


20% menjadi 41% di berbagai unit
Kesehatan mulut yang baik tercermin dari perawatan intensif.1
campuran seimbang dari bakteri gram
positif dan gram negatif, integritas Salah satu faktor risiko pneumonia adalah
fungsional orofaring, dan sinkronisasi kolonisasi pada orofaring oleh flora yang
mekanisme menelan. Selama rawat inap, berpotensi patogen seperti
bakteri patogen dapat menggantikan flora Staphylococcus aureus, Streptococcus
normal orofaring dalam waktu 48 jam pneumoniae, atau bakteri gram-negatif
dan dapat berkolonisasi di saluran napas1, bentuk batang. Beberapa faktor yang
gigi, gusi, atau keduanya, yang terlibat berkontribusi terhadap hubungan antara
sebagai tempat cadangan patogen untuk kesehatan mulut dan perkembangan
pernafasan, dapat memberikan kontribusi pneumonia terkait ventilator. Dalam
pada proses terjadinya pneumonia. Tetapi waktu 48 jam dari masuk ke unit
kesehatan mulut dapat menurun akibat perawatan intensif (ICU), flora oral
sakit kritis atau pada penggunaan pasien sakit perubahan yang didominasi
ventilator mekanik.2 Pada pasien sakit flora gram negatif yang mencakup lebih
kritis yang terintubasi, pipa endotrakhea banyak organism virulen. Plak gigi juga
dan pipa orofaring yang digunakan untuk dapat menyediakan habitat bagi
melindungi jalan napas dapat bertindak mikroorganisme yang bertanggung jawab
sebagai vektor untuk migrasi dari atas rerjadinya pneumonia terkait
organisme patogen.1 Pneumonia ventilator, dan plak gigi pada pasien di
nosokomial adalah kontributor yang ICU dapat dijadikan tempat kolonisasi
signifikan untuk morbiditas dan oleh flora berpotensi potensi patogen
mortalitas pasien. Hal tersebut memiliki pada pernapasan seperti Methicillin-
angka kematian tertinggi infeksi Resistant Staphylococcus Aureus
nosokomial dan merupakan infeksi yang (MRSA) dan Pseudomonas aeruginosa.4
paling umum di unit perawatan intensif.3
Kombinasi kesehatan mulut dan alat jalan Kolonisasi orofaring dengan
napas yang buruk dapat meningkatkan mikroorganisme yang berpotensi
resiko pneumonia terkait ventilator atau patogen, dari berbagai mikroorganisme
yang disebut ventilator associated gram negatif dan gram positif, adalah
pneumonia (VAP). Tingkat kematian penting dalam proses patogenesis VAP.

10 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Beberapa strategi untuk mencegah METODE


terjadinya kolonisasi orofaring telah
dievaluasi. Aplikasi dengan Penelitian ini merupakan penelitian
menggunakan antibiotik yang tidak dengan bentuk rancangan randomized
diserap, baik dalam bentuk larutan atau clinical control trial. Dalam rancangan
pasta, untuk rongga orofaring telah eksperimental, pengukuran atau observasi
dikaitkan dengan pengurangan yang dilakukan diawal & setelah perlakuan:
signifikan dari VAP dalam sebuah Kelompok 1 chlorhexidine 0,2% sebagai
penelitian double blind dengan kontrol oral hygiene pada penderita dengan
dua plasebo. Akan tetapi profilaksis yang ventilator mekanik Kelompok 2 povidone
terus menerus dengan menggunaan iodine 1% sebagai oral hygiene pada
antibiotik dapat meningkatkan risiko penderita dengan ventilator mekanik
terjadinya resistensi patogen, dan oleh Ruang lingkup keilmuan : Anestesiologi
karena itu tidak direkomendasikan.5 dan Terapi Intensif, Mikrobiologi Klinik
Ruang Lingkup tempat ICU RSUP Dr.
Dekontaminasi oral pada penderita Kariadi Semarang Ruang lingkup waktu
dengan ventilator mekanik menggunakan Februari-April 2011 Populasi terjangkau
antiseptik berkaitan dengan kejadian Semua penderita di ICU RSUP Dr.
rendah akan terkena pneumonia terkait Kariadi pada bulan Februari - April 2011
ventilator. Baik dengan menggunakan
antibiotik ataupun antiseptik, Semua penderita dengan ventilator
dekontaminasi oral akan menurunkan mekanik di ICU RSUP Dr. Kariadi yang
angka mortalitas dan durasi penggunaan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
ventilator mekanik serta lama rawat inap pada bulan Februari-April 2011. Sampel
di ruang rawat intensif. 6 yang ada dikelompokkan menjadi dua
kelompok perlakuan. Sampel
Antiseptik atau antimikroba peptida dikelompokkan dengan cara probability
dengan penggunaan terapeutik yang sampling, dimana penderita pertama
terbatas, seperti chlorhexidine dan dikelompokkan dalam kelompok 1,
cholistin dapat menjadi alternatif menarik penderita kedua dimasukkan kedalam
untuk dekontaminasi orofaringeal. kelompok 2. Peneliti tidak mengetahui
Chlorhexidine memiliki berbagai penderita karena urutan penderita
aktivitas melawan mikroorganisme gram berdasarkan undian terhadap 2 kelompok
positif, termasuk patogen multiresisten secara acak.
seperti Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus (MRSA) dan Kelompok 1 menggunakan obat oral
Vancomisin resistant Enterococcus hygiene chlorhexidine 0,2% Kelompok 2
(VRE), meskipun kegiatan terhadap menggunakan obat oral hygiene povidone
mikroorganisme gram negatif mungkin iodine 1% Penderita dengan ventilator
kurang optimal. mekanik Laki-laki dan perempuan
dewasa. Kriteria eksklusi yakni penderita
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk yang Alergi atau terdapat kontraindikasi
mengetahui Adakah perbedaan jumlah terhadap obat yang digunakan dalam
bakteri orofaring pada tindakan oral penelitian, penderita dengan penyakit
hygiene menggunakan chlorhexidine keganasan, penderita dengan HIV,
0,2% dibandingkan povidone iodine 1% penderita menggunakan kortikosteroid
pada penderita dengan ventilator dalam jangka lama.
mekanik.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 11


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Dari perhitungan jumlah sampel bersedia untuk mengikuti penelitian dan


didapatkan jumlah sampel : N = 14,533 mengisi formulir informed consent.
orang. Dalam penelitan ini akan Penderita secara berurutan dibagi
digunakan sampel sebesar 15 orang. menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 :
Total sampel adalah 30 orang dibagi Chlorhexidine dan kelompok 2 :
menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 = 15 Povidone iodine, sehingga masing-
orang Kelompok 2 = 15 orang masing kelompok berjumlah 16 orang.
Pada kelompok 1 diberikan chlorhexidine
Chlorhexidine 0,2% sebagai oral hygiene 0,2% sebanyak 25 ml. Pada kelompok 2
diberikan pada kelompok 1 diberikan diberikan povidone iodine 1% sebanyak
setelah terpasang ventilator mekanik, 25 ml.
dengan besar pemberian 25 ml setiap 12
jam Pemberian povidone iodine Povidone Hasil analisis disajikan dalam bentuk
iodine 1% sebagai obat antiseptik oral grafik box plot. Analisis analitik akan
diberikan pada sampel kelompok 2, dilakukan untuk menguji hasil kultur
diberikan setelah terpasang ventilator mikrobiologi pada kedua kelompok
mekanik, dengan besar pemberian 25 ml perlakuan dengan uji non parametrik
setiap 12 jam jumlah kolonisasi bakteri Mann Whitney, Wilcoxon. Semua uji
dari sekret oral analitik menggunakan p = 0,05. Semua
perhitungan statistik menggunakan
Variabel terikat dengan skala numerik, software Statitical Package for Social
yang menunjukkan salah satu diagnosis Science (SPSS) 15.
mikrobiologis VAP. Ditentukan dengan
penghitungan bakteri hasil kultur di HASIL
media McConkey dan nutrien agar dari
sampel sekret orofaring 12 jam setelah 4 Telah dilakukan penelitian tentang
kali perlakuan. perbedaan jumlah bakteri orofaring pada
tindakan oral hygiene menggunakan
Seleksi penderita dilakukan saat dirawat chlorhexidine 0,2% dibandingkan
di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang pada povidone iodine 1% pada penderita
penderita yang mengunakan ventilator dengan ventilator mekanik pada 30 orang
mekanik, berdasarkan kriteria yang telah setelah memenuhi kriteria inklusi dan
ditetapkan sebelumnya. Keluarga kriteria eksklusi tertentu. Karakteristik
penderita diberikan penjelasan tentang subyek penelitian ditampilkan pada tabel
hal-hal yang akan dilakukan, serta berikut.

Tabel 1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian

No Variabel Chlorhexidine Povidone iodine p

1. Umur (tahun) 49,47±16,128 48,20±13,718 0,917*

2. Jenis kelamin 15(26,7-23,3) 15(23,3-26,7) 0,133**

*uji Mann Whitney U **uji kai-kuadrat

Uji normalitas Shapiro-Wilk digambarkan umum umur pada kelompok


pada tabel di atas, dimana karakteristik chlorhexidine memiliki distribusi yang

12 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

normal (p > 0,05), sedangkan kelompok Jumlah bakteri orofaring yang diambil
povidone iodine memiliki distribusi tidak sebelum dan sesudah mendapat perlakuan
normal (p < 0,05) sehingga untuk uji pada masing-masing kelompok subyek
homogenitas diperlukan Mann Whitney U penelitian ditampilkan dalam tabel
test. Karakteristik jenis kelamin dengan berikut:
skala nominal digunakan uji kai-kuadrat
(x2). Hasilnya didapatkan data homogen
(p > 0,05) dari semua variabel.

Tabel 2. Jumlah bakteri ororfaring pada masing-masing kelompok

Chlorhexidine Povidone iodine


Variabel Pre Post Pre Post

(mean±SD) (mean±SD) (mean±SD) (mean±SD)

Jumlah
bakteri 300±0,0 160±76,625 294,67±20,656 193,87±97,592

Data perubahan jumlah bakteri orofaring pada variabel jumlah bakteri pada
sebelum dan sesudah mendapat perlakuan kelompok chlorhexidine didapatkan
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan distribusi normal, maka untuk masing-
didapatkan distribusi data normal (p > masing kelompok penelitian digunakan
0,05) pada kelompok chlorhexidine dan paired T-test. Jumlah bakteri pada
tidak normal pada kelompok povidone kelompok povidone iodine didapatkan
iodine (p < 0,05) distribusi tidak normal (p < 0,05),
sehingga digunakan Wilcoxon Signed
Berdasarkan uji normalitas data Rank Test. Hasil analisis disajikan dalam
sebagaimana terlihat pada tabel di atas, tabel berikut.

Tabel 3. Uji normalitas masing-masing kelompok

P
Variabel Chlorhexidine Povidone iodine
Pre Post Pre Post

Jumlah 0,676 0,676 0,000 0,009


bakteri
*uji dengan Shapiro-Wilk

Tabel 4. Uji pre dan post masing-masing kelompok

Jumlah bakteri Chlorhexidine Povidone iodine

Pre 300±0,0 294,67±20,656


Post 160±76,625 193,87±97,592

P 0,000* 0,008**
*uji dengan paired t-test
**uji dengan Wilcoxon Signed Rank Test

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 13


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel menunjukkan jumlah bakteri 20% menjadi 41% di berbagai unit


orofaring pada kelompok chlorhexidine perawatan intensif.
sebelum perlakuan 300 ± 0,0 dan setelah
perlakuan 160 ± 76,625, yang berarti Dalam waktu 48 jam dari masuk ke unit
mengalami penurunan sebesar 140 ± perawatan intensif (ICU), flora oral
76,625. Kelompok povidone iodine pasien sakit perubahan yang didominasi
jumlah bakteri orofaring sebelum flora gram negatif yang mencakup lebih
perlakuan 294,67 ± 20,656 dan setelah banyak organism virulen.4 Kolonisasi
perlakuan 193,87 ± 97,592, yang berarti orofaring dengan mikroorganisme yang
mengalami penurunan sebesar 100,80 ± berpotensi patogen, dari berbagai
97,209. mikroorganisme gram negatif dan gram
positif, adalah penting dalam proses
Hasil uji statistik yang dilakukan patogenesis VAP. Beberapa strategi
menggunakan paired t-test pada untuk mencegah terjadinya kolonisasi
kelompok chlorhexidine menunjukkan orofaring telah dievaluasi.5
perbedaan yang bermakna (p<0,05), Dekontaminasi oral pada penderita
sedangkan uji statistik menggunakan dengan ventilator mekanik menggunakan
Wilcoxon Signed Rank Test pada antiseptik berkaitan dengan kejadian
kelompok povidone iodine juga rendah akan terkena pneumonia terkait
menunjukkan perbedaan yang bermakna ventilator. Dengan menurunnya
(p<0,05). pertumbuhan kuman di orofaring,
diharapkan bahwa insiden VAP juga
Pada analisis komparatif antarkelompok
menurun, hal ini dibuktikan dalam
digunakan Mann Whitney U-test. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tantipong
analisis disajikan dalam box plot berikut.
dan Chan.
Perbandingan jumlah bakteri orofaring Penelitian yang dilakukan ini adalah
dari kedua kelompok perlakuan Pada membandingkan jumlah bakteri orofaring
analisis komparatif antarkelompok pada tindakan oral hygiene dengan
didapatkan penurunan jumlah bakteri chlorhexidine dan povidone iodine pada
orofaring pada kelompok chlorhexidine penderita dengan ventilator mekanik.
dibandingkan kelompok povidone iodine Penelitian yang dilakukan oleh Susan
dengan perbedaan tidak bermakna Houston dkk telah membuktikan bahwa
(p=0,234) chlorhexidine mampu menurunkan
jumlah bakteri pada pasien yang
Pada pasien sakit kritis yang terintubasi, terintubasi lebih dari 24 jam. Penelitian
pipa endotrakhea yang digunakan untuk Ishikawa dkk juga membuktikan terjadi
melindungi jalan napas dapat bertindak penurunan jumlah total bakteri orofaring
sebagai vektor untuk migrasi dari dengan menggunakan povidone iodine
organisme patogen.1 Pneumonia kumur. Namun belum terdapat penelitian
nosokomial adalah kontributor yang yang membandingkan kedua obat
signifikan untuk morbiditas dan tersebut dalam menurunkan jumlah
mortalitas pasien. Kombinasi kesehatan bakteri orofaring.
mulut dan alat jalan napas yang buruk
dapat meningkatkan resiko pneumonia Pada penelitian ini digunakan 30 subyek
terkait ventilator, ventilator associated penelitian dengan karakteristik yang telah
pneumonia (VAP). Tingkat kematian diseleksi melalui kriteria inklusi dan
yang terkait dengan rentang VAP dari eksklusi didapatkan 30 pasien dengan
karakeristik umur, jenis kelamin yang

14 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

tidak berbeda bermakna (p > 0,05) dengan cara mempersingkat pengiriman


sehingga layak dibandingkan. serta langsung dilakukan pemeriksaan
saat sampel diterima petugas.
Hasil analisis pada kedua kelompok
menunjukkan bahwa jumlah bakteri SIMPULAN
orofaring pada kelompok chlorhexidine
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan Terdapat penurunan jumlah bakteri
berbeda bermakna (p=0,000), sedangkan orofaring pada kelompok
kelompok povidone iodine juga berbeda chlorhexidine secara bermakna. Terdapat
bermakana (p=0,008). Sedangkan selisih penurunan jumlah bakteri orofaring pada
jumlah bakteri orofaring pada kedua kelompok povidone iodine secara
kelompok dianalisis dengan uji bermakna. Terdapat penurunan jumlah
komparatif Mann Whitney, dengan hasil bakteri orofaring pada kelompok
menunjukkan tidak berbeda bermakna chlorhexidine dibandingkan kelompok
0=0,234). Meskipun didapatkan hasil povidone iodine secara tidak bermakna.
tidak berbeda bermakna pada uji Sebaiknya chlorhexidine digunakan
komparatif kedua kelompok, akan tetapi sebagai oral hygiene terpilih pada
chlorhexidine lebih efektif dalam penderita dengan ventilator mekanik
menurunkan jumlah bakteri orofaring dibandingkan povidone iodine.
dibanding povidone iodine. Hal dilihat
DAFTAR PUSTAKA
dari penurunan jumlah bakteri sebelum
dan sesudah perlakuan pada kelompok 1. Hunter JD. Ventilator associated pneumonia.
chlorhexidine sebesar 140±76,625( Postgraduate medical journal ( serial on
p=0,000), sedangkan pada kelompok internet) 2006 (cited 2010 Dec 10); 82
(965): 172-78. Available from :
povidone iodine sebesar 100,80±97,209 http//pmj.bmj.com/content/82/965/172.full
(p=0,008). 2. Kohl BA, Hanson CW. Critical care
protocols. In: Miller RD, editor. Miller's
Hasil ini dapat dihubungkan dengan anesthesia
kemampuan chlorhexidine yang bekerja 7th ed. America: Elsevier, 2010;Vol 2:23-87.
pada spektrum luas, bekerja cepat, 3. Chan EY, Ruest A, Meade M, Cook DJ. Oral
mempunyai aktivitas residu, absorbsi decontamination for prevention of
pneumonia in mechanically ventilated adults:
yang minimal serta mempunyai aktivitas systematic review and meta-analysis. BMJ
pada darah atau jaringan yang lebih baik (serial on internet) 2007 (cited 2010 Dec
dibandingkan povidone iodine, Penelitian 10);334:889. Available from
yang dilakukan oleh Mimoz dkk juga :http//www.medscape.com/viewarticle/70783
menyebutkan bahwa chlorhexidine lebih 3_4
4. Wiryana M. Ventilator associated
efektif dibandingkan povidone iodine pneumonia. Jurnal penyakit dalam (serial on
dalam menurunkan kontaminasi kultur internet) 2007 (cited 2010 Dec 12); 8(3):254-
darah serta oleh Rabih dkk dengan hasil 69. Available from : http
yang sama namun dilakukan pada kateter //ejournal.unud.ac.id/.../ventilator%20associa
vena sentral. ted%20pneumonia
5. Jelic S, Cunningham JA, Factor P. Clinical
review:airway hygiene in the intensive care
Kekurangan pada penelitian ini adalah unit. Critical care (serial on internet) 2008
ketidakmampuan peneliti dalam (cited 2010 Dec 19); 12:209. Available from
mengontrol waktu antara pengambilan :http// www.ncbi.nlm.nih.gov > Journal List
sampel di ICU, pengiriman, serta > Crit Care > v.12(2); 2008
pemeriksaan sampel di laboratorium 6. Koeman M, Hak F, Ramsay G, Joore,
Kaasjager K, Hans, et al. Oral
mikrobiologi klinik. Peneliti telali decontamination
berusaha meminimalkan kekurangan with chlorhexidine reduces the incidence of

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 15


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ventilator-associated pneumonia. American 9);51(9):932-6. Available from :


journal of respiratory and critical care http//pubget.com/paper/15525622
medicine (serial on internet) 2006 (cited 2010 8. Tantipong H, Morkchareonpong C, Jaiyindee
Dec 9); 173 : 1348-1355. Available from : S, Thamlikitkul V. Randomized controlled
http://ajrccm.atsjournals.org/cgi/content/short trial and meta-analysis of oral
/173/12/1348 decontamination with 2% chlorhexidine
7. Ogata J, Minami K, Miyamoto H, Horishita solution for the prevention of ventilator
T, Ogawa M, Sata T, et al. Gargling with associated pneumonia. Infect control hosp
povidone-iodine reduces the transport of epidemiol (serial on internet) 2009 (cited
bacteria during oral intubation. Can j anaesth 2010 Dec 10);30(l):101-2. Available from :
(serial on internet) 2004 (cited 2010 Dec http//pubget.com/paper/1817936

16 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN
Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Nacl 0,9% Terhadap
Keseimbangan Asam-Basa Pada Pasien Sectio Caesaria Dengan Anestesi Regional
M Mukhlis Rudi P*, Hariyo Satoto**, Uripno Budiono**
* Bagian Anestesiologi FK Unsoed/ RSUD Margono Soekardjo, Purwokerto
**Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT
Back ground : Administration of crystalloid solution in patients prone for surgery,
especially sectio caesarian rarely completed with blood electrolyte examination previously
so could cause electrolyte imbalance and worse metabolic and healing process. Because of
fluid intervention during surgery, post operative electrolyte examination are important to
control electrolyte level and acid base balance.
Method : An experimental study with double blind randomize control trial method which
purposed to find the better solution, RL or NaCl 0,9% for SID acid base balance on Stewart
method. Patients prepared for sectio caesarian as require for regional anesthesia and
prevent nausea and vomit. At the operation theatre an intravenous line inserted while at the
same time blood venous sample was taken. Before inducing anesthesia patient received pre
medication and fluid “loading” to prevent regional anesthesia induce hypotension. During
surgery patient received crystalloid solution. At the end of surgery venous blood are
examined. The noted data for statistic count in this study is electrolyte level. Statistical t-test
are used in this study.
Result : Pre operative SID of RL (38,58 ± 2,28) show alkalosis state, while SID of NaCl
(37,42 ± 1,18) show acidosis. Post operative mean of RL SID (37,79 ± 1,18) more stable
than alkalosis NaCl SID (39,67 ± 3,10).
Conclusion : Administration of RL solution in caesarean section patients is more benefit
than sodium chloride (NaCl) 0,9% because of it lack effect on SID acid-base balance
shifting.

Keywords : Crystalloid solution, Stewart Acid base balance, caesarian section, regional
anesthesia.

ABSTRAK
Latar belakang: Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya sectio
caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit, sehingga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan memperberat proses metabolik
dan penyembuhannya. Pemeriksaan elektrolit setelah operasi sangat penting, karena
intervensi cairan selama operasi, dengan alasan untuk mengontrol elektrolit dan
keseimbangan asam-basa.
Metode: Penelitian ini termasuk eksperimental berupa uji klinik tahap 2 yang dilakukan
secara acak tersamar ganda dengan tujuan untuk mengetahui cairan mana yang lebih
baik, RL ataupun NaCl 0,9% terhadap strong ion difference (SID) keseimbangan asam-
basa yang didasarkan pada metode Stewart.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 17


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Pasien yang dipersiapkan untuk Hasil: Rerata sebelum operasi SID RL


menjalani operasi SC, sebagai salah satu (38,58±2,28) menunjukkan alkalosis,
persyaratan untuk menjalani tindakan sedangkan SID NaCl (37,42±4,35)
pembiusan dan mencegah mual muntah. menunjukkan asidosis. Rerata setelah
Kemudian dilakukan pemasangan jalur operasi SID RL (37,79±1,18)
intravena serta pengambilan darah vena menunjukkan kestabilan dibandingkan
di ruang bedah sentral dan diberikan rerata SID NaCl (39,67±3,10) yang
premedikasi serta “loading” cairan alkalosis.
sebelum dibius dengan tujuan untuk Kesimpulan: Pemberian RL pada pasien
mencegah terjadinya hipotensi akibat sectio caesaria lebih menguntungkan
obat regional anestesinya. Setelah itu, dibandingkan NaCl, karena NaCl sangat
selama operasi pasien diberikan cairan mempengaruhi pergeseran SID
kristaloid. Setelah operasi selesai, keseimbangan asam-basa Stewart.
dilakukan pemeriksaan darah vena.
Data-data yang dicatat untuk Kata kunci: Cairan kristaloid,
perhitungan statistik yang termasuk keseimbangan asam-basa Stewart,
dalam tujuan penelitian ini adalah kadar caesarian section, anestesi regional.
elektrolit. Uji statistik dengan
menggunakan t-test.
_________________________________________________________________________

PENDAHULUAN dalam tubuh, antara lain keseimbangan


antar elektrolit.
Pasien yang menjalani pembedahan
terbagi dalam beberapa klasifikasi Kasus-kasus dengan perdarahan kurang
berdasarkan pada beberapa hal yaitu dari 15% EBV banyak ditemukan pada
hemodinamik dan perkiraan volume operasi sectio caesaria, laparotomi tanpa
darah (estimated blood volume/ EBV). reseksi usus, bedah urologi, pasien
Selama ini volume perdarahan yang trauma ortopedi tertutup, trauma kepala
terjadi diganti berdasarkan jumlah yang (EDH), dan operasi-operasi lain dengan
keluar tanpa memperhatikan perdarahan yang dikendalikan. Selama
keseimbangan asam-basa dengan ini, penggantian cairan pada pasien
menggunakan cairan ringer laktat (RL) operasi dengan perdarahan kurang dari
ataupun NaCl 0,9%. Dengan 15% EBV lebih banyak menggunakan
memperhatikan keseimbangan asam- cairan kristaloid Ringer Laktat (RL) atau
basa, akan sangat membantu dalam NaCl 0,9% dibandingkan koloid hydroxy
mengelola pasien pasca operasi. ethyl starch (HES), sementara pasien
dengan regional anestesi lebih banyak
Penelitian ini khusus dilakukan pada menggunakan koloid.
pasien yang menjalani operasi dengan
perkiraan perdarahan kurang dari 15% Pada 25 kasus penelitian pendahuluan,
EBV, karena dievaluasi berkaitan dengan pasien dengan sectio caesaria dengan
penggantian volume perdarahan. Pada status fisik ASA (American Society of
operasi dengan perdarahan lebih dari Anesthesiologist) 1 – 2 dan menggunakan
15% EBV, dianjurkan penggantian cairan teknik anestesi regional di RSUP Dr
dengan darah. Selama penggantian cairan Kariadi dan pemeriksaan BGA (blood
tersebut terjadi perubahan metabolik gas analysis) pre-operatif dan post-
operatif pada tahun 2006 selama bulan

18 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Februari – Mei 2006, sebanyak 76% (19 kristaloid, RL ataupun NaCl, pada pasien
kasus) mengalami asidosis, sedangkan operatif memerlukan penggantian cairan
sisanya mengalami alkalosis. yang cepat, dengan harapan dapat
mempertahankan kadar oksigen dalam
Setelah pemberian cairan kristaloid, tidak jaringan secara adekuat. Pemberian
dilakukan pengecekan ulang BGA, kristaloid harus tetap memperhatikan
elektrolit dan albumin. Pengecekan ulang kebutuhannya, karena bila berlebih dapat
tersebut merupakan hal yang penting menimbulkan edema yang berat serta
karena berkaitan dengan perbaikan atau dapat mempengaruhi keseimbangan
kesembuhan luka. elektrolit tubuh yang berakibat gangguan
keseimbangan asam-basa.1
Keseimbangan asam basa merupakan
keseimbangan antar komponen elektrolit Penilaian keseimbangan asam-basa
cairan tubuh yang dinilai dengan dengan metode Stewart memiliki
menggunakan persamaan dari Stewart. kelebihan dibandingkan metode
Penilaian didasarkan pada hasil Hendersen-Hasselbalch, dimana
pemeriksaan laboratorium BGA, kelebihan Stewart terletak pada
albumin, dan elektrolit (Na, K, Cl, Mg, konsistensi penilaian pada faktor
PO ) preoperatif dan postoperatif. kompensasi tubuh dalam
4
mempertahankan keseimbangan asam-
Berdasarkan gambaran awal dari kasus basa. Faktor kompensasi yang tidak
yang terjadi pada pasien yang menjalani didapatkan pada Hendersen-Hasselbalch
operasi sectio caesaria dengan regional adalah faktor yang menilai proses
anestesi, maka kejadian yang hampir pertukaran cairan tubuh yang dipengaruhi
sama mungkin akan terjadi pada pasien oleh tekanan onkotik. Penentu tekanan
operatif lain yang menggunakan regional onkotik tersebut adalah albumin.
anestesi dengan perdarahan yang tidak
lebih dari 15% EBV, sehingga pasien- Pemilihan keseimbangan asam-basa
pasien tersebut tidak memburuk Stewart didasarkan pada kenyataan yang
keseimbangan asam-basa dan akan terjadi di ICU (intensive care unit) RSUP
mempermudah perbaikan metabolik yang Dr. Kariadi, bahwa terapi cairan yang
terganggu selama tindakan operasi, didasarkan pada Handersson-Hasselbalch
ataupun pasca operasi. Setelah operasi tidak lebih baik daripada Stewart. Bukti
selesai, sebaiknya pasien dilakukan dari keseimbangan tersebut dinilai dari
pemeriksaan elektrolit, albumin, dan hasil pemeriksaan laboratorium blood gas
BGA ulang, dengan maksud agar dapat analysis (BGA), elektrolit, albumin, dan
mengetahui pengaruh pemberian cairan kondisi obyektif dari pasien. Berdasarkan
tersebut terhadap keseimbangan elektrolit kenyataan di ICU RSUP Dr. Kariadi
dan asam-basa tubuh. tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
yang membandingkan antara cairan dasar
Penelitian yang dilakukan selama ini (RL dengan NaCl 0,9%), karena kedua
hanya berkisar pada masalah cairan tersebut selain murah juga mudah
perbandingan antar cairan kristaloid didapat di daerah. Pemeriksaan yang
terhadap keseimbangan asam-basa akan dilakukan adalah penghitungan
Hendersen-Hasselbalch, akan tetapi strong ion difference (SID) yang
belum dilakukan penelitian yang lebih bersumber dari hasil pemeriksaan
spesifik dengan menggunakan metode elektrolit, sedangkan albumin dan pCO
2
Stewart. Padahal pemberian cairan tidak diperiksa dikarenakan SID (strong

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 19


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ion difference) lebih mewakili status semua penderita yang dipersiapkan untuk
keseimbangan asam-basa Stewart. Tujuan operasi elektif, usia 20 – 35 tahun, ASA
penelitian ini adalah untuk membuktikan I-II, posisi terlentang, di mana semua
bahwa cairan RL lebih baik dibanding penderita yang memenuhi kriteria
NaCl 0,9% dalam mempertahankan dimasukkan dalam sampel sampai jumlah
keseimbangan asam-basa Stewart dalam yang diperlukan terpenuhi, bersedia
tindakan operasi. menjadi sukarelawan. Berdasarkan
jumlah sampel, maka penderita
METODE dikelompokkan ke dalam 2 kelompok
penelitian, yaitu :
Jenis penelitian ini termasuk
eksperimental berupa uji klinik tahap 2 1. Kelompok A (perlakuan 1) : penderita
yang dilakukan secara acak tersamar dengan diberikan infus RL
ganda dengan tujuan untuk mengetahui 2. Kelompok B (perlakuan 2) : penderita
efektivitas pemberian infus RL dan infus dengan diberikan infus NaCl
NaCL terhadap keseimbangan asam-basa
yang didasarkan pada metode Stewart. Data-data yang dicatat untuk perhitungan
Subyek penelitian ini adalah Semua statistik yang termasuk dalam tujuan
pasien RSUP Dr. Kariadi dengan operasi penelitian ini adalah kadar elektrolit (Na,
elektif ataupun cito sectio caesaria usia K, Cl). Data yang diperoleh dicatat dalam
20-35 tahun dengan status fisik ASA I-II, suatu lembar penelitian khusus yang telah
berat badan 50-70 kg, tinggi badan 150- disediakan satu lembar untuk setiap
170 cm, tidak ada indikasi kontra untuk penderita. Data diolah dan dianalisis
tindakan regional anestesi. Lama operasi dengan komputer menggunakan program
antara 60-120 menit. Penelitian dilakukan SPSS 13.0 dan dinyatakan dalam nilai
di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. rerata ± simpang baku. Uji statistik
Kariadi Semarang menggunakan t-test dan derajat
kemaknaan p < 0,05. Penyajian data
Kriteria inklusi : dalam bentuk tabel.
 Umur antara 20 – 35 tahun
 Status fisiknya ASA I – II HASIL
 Diberikan cairan kristaloid (RL/
NaCl) Penelitian ini menganalisa pengaruh
 Pembiusan dengan anestesi pemberian cairan kristaloid RL dan NaCl
regional 0,9% terhadap keseimbangan asam-basa
menurut metode Stewart. Analisa yang
Kriteria eksklusi : dilakukan pada karakteristik penderita
 Terdapat permasalahan yang berdasarkan umur dan lama operasi,
timbul yang akibat oleh anestesi distribusi SID kedua kelompok sebelum
regional, seperti alergi, spinal dan sesudah operasi, rerata SID kedua
tinggi ataupun total spinal. kelompok sebelum dan sesudah operasi,
 Adanya perdarahan masif serta rerata masing-masing kelompok
sebelum dan sesudah operasi. Penelitian
 Dilakukan tindakan anestesi
dilakukan terhadap 48 pasien yang
umum karena anestesi regional
terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 24
gagal
orang diberikan RL dan 24 orang
diberikan NaCl 0,9%.
Cara pemilihan sampel dilakukan dengan
cara Consecutive Sampling terhadap

20 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 1. Karakteristik Pasien Kelompok RL dan NaCl 0,9%

Karakteristik Kelompok SID RL Kelompok SID NaCl P

(n=24) (n=24)

1.Umur 26,54±2,963 26,58±3,55 0,965

2. Lama operasi 84,79±13,947 84,79±12,022 1

Nilai pada tiap kelompok dalam rata-rata


± simpangan baku, karakteristik penderita
oparasi untuk nilai SID dari kelompok
SID RL tidak berbeda bermakna dengan
kelompok SID NaCl, karena p > 0,05.

Distribusi kelompok RL pra operasi


didapatkan pasien yang mengalami
asidosis sebanyak 33,33% dan yang
mengalami alkalosis hipernatremik
sebanyak 58,33% dan yang normal
sebanyak 8,33%. Kelompok NaCl 0,9%
didapatkan asidosis sebesar 58%,
sedangkan yang mengalami alkalosis
sebesar 42%.
Hasil dari grafik boxplot (grafik 51), SID
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov- praoperasi menunjukkan bahwa nilai
Smirnov diperoleh nilai p = 0,017 atau median kelompok SID RL pra operasi
p<0,05, dengan demikian data dari nilai lebih tinggi dibandingkan kelompok SID
SID RL pra operasi adalah tidak normal. NaCl pra operasi.
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-
Smirnov SID NaCl diperoleh probabilitas Distribusi SID kelompok RL pasca
0,733 atau p>0,05, dengan demikian data operasi menunjukkan bahwa pasien yang
nilai dari SID NaCl pra operasi adalah mengalami asidosis sebanyak 25% (6
normal. orang) dan yang mengalami alkalosis
sebanyak 29,16% (7 orang), sedangkan
Nilai SID untuk kelompok SID RL dan sisanya 45, 83% (11 orang) normal.
SID NaCl dengan mengunakan uji t (p = Distribusi SID kelompok NaCl pasca
0,253) dan Mann Whitney (p = 0,264), operasi menunjukkan bahwa pasien yang
karena p > 0,05 ini berarti nilai SID dari mengalami asidosis sebanyak 54 % (13
kelompok SID RL dan SID NaCl orang), sedangkan sisanya 46% (11
sebelum operasi tidak berbeda. orang) mengalami alkalosis.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 21


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov- Nilai SID untuk kelompok SID RL dan
Smirnov diperoleh probabilitas 0,063 SID NaCl dengan mengunakan uji t (p =
atau p > 0,05. Dengan demikian data nilai 0,01) dan Mann-Whitney (p = 0,043),
dari SID RL pasca operasi adalah normal, karena p < 0,05 ini berarti nilai SID dari
sedangkan hasil uji normalitas SID NaCl kelompok SID RL dan SID NaCl setelah
dengan Kolmogorov-Smirnov diperoleh operasi berbeda secara bermakna.
probabilitas 0,455 atau p > 0,05, dengan
demikian data nilai dari SID NaCl pasca
operasi adalah normal.

Median dari SID kelompok SID NaCl NaCl pasca operasi menunjukan
pasca operasi lebih tinggi dibadingkan distribusi agak miring ke kanan, ini
dengan kelompok SID RL pasca operasi berarti kelompok SID RL dan SID NaCl
(grafik 2). Kelompok SID RL dan SID pasca operasi berdistribusi tidak normal.

Tabel 2. Rerata SID pada kelompok RL, NaCl Pra dan Pasca Operasi

Waktu Operasi Kelompok SID Kelompok SID NaCl P


RL

Sebelum Operasi (Pra) 38,58±2,28 37,42±4,35 0,253

Setelah Operasi (Pasca) 37,79±1,18 39,67±3,10 0,01*

*Significant<0,05 (independent t test)

SID RL sebelum operasi rata-ratanya SID RL setelah operasi rata-ratanya


adalah 38,58 dengan standar deviasi adalah 37,79 dengan standar deviasi
(simpangan baku) 2,28 ini berarti secara (simpangan baku) 1,18 ini berarti secara
garis besar alkalosis, sedangkan untuk garis besar asidosis, sedangkan untuk
SID NaCl sebelum operasi rata-ratanya SID NaCl setelah operasi rata-ratanya
adalah 37,42 dengan standar deviasi adalah 39,67 dengan standar deviasi
(simpangan baku) 4,35 ini berarti secara (simpangan baku) 3,10 ini berarti secara
garis besar asidosis. garis besar alkalosis.

22 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 3. Rerata SID pada kelompok NaCl Pra dan Pasca Operasi

Waktu Operasi Kelompok SID RL Kelompok SID NaCl P

Sebelum dan Sesudah 37,42 ± 4,35 37,92 ± 4,14 0,218


Operasi

Untuk rata-rata SID NaCl sebelum operasi juga tidak beda jauh yaitu 37,92
operasi adalah 37,42 dengan standar dengan standar deviasi 4,14 ini berarti
deviasi 4,35 ini berarti bersifat asidosis bersifat asidosis (<38).
(<38), sedangkan untuk SID NaCl setelah

Nilai median dari SID kelompok SID tebal median agak kebawah, ini
NaCl pra sama dengan kelompok SID menunjukan distribusi miring ke kanan.
NaCl pasca operasi (gambar 3). Maka dapat dikatakan kelompok SID
Kelompok SID NaCl pra dan SID NaCl NaCl pra dan SID NaCl pasca
pasca operasi mempunyai garis hitam berdistribusi tidak normal.

Tabel 4. Rerata SID pada kelompok RL pra dan pasca operasi

Waktu operasi Kelompok SID RL Pra Kelompok SID RL Pasca P

Sebelum dan sesudah 38,58 ± 2,28 37,96 ± 0.91 0,074


operasi

Untuk rata-rata SID RL sebelum operasi turun menjadi 37,96 dengan standar
adalah 38,58 dengan standar deviasi 2,28 deviasi 0,91 ini berarti bersifat netral
ini berarti bersifat alkalosis (>38), (=38).
sedangkan untuk SID RL setelah operasi

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 23


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Nilai median dari SID kelompok SID RL atau bahkan alkalosis yang lebih berat,
pasca operasi lebih rendah dibandingkan dikarenakan keseimbangan kadar natrium
kelompok SID RL pra operasi. Kelompok dan kloridanya dalam cairan tersebut.
SID RL pasca menunjukkan garis hitam Namun, bila diberikan larutan RL,
median agak kebawah, berarti distribusi pergeseran keseimbangan asam-basanya
miring ke kanan, sedangkan untuk tidaklah terlalu besar, dikarenakan
kelompok SID RL pra, garis hitam kandungan natrium dan kloridanya
median paling atas ini menunjukan tidaklah sama, selain itu juga adanya
distribusi miring ke kiri, ini berarti tambahan laktat, yang nantinya akan
kelompok SID RL pasca operasi dimetabolisme melalui siklus Kreb yang
berdistribusi tidak normal. kemudian akan di buffer oleh bikarbonat
menjadi asam bikarbonat dan akhirnya
akan dilepaskan melalui paru-paru 1,2,
PEMBAHASAN sehingga tidak sampai menggeser
timbangan asam-basa secara berlebihan
Pemberian cairan pengganti selama ke salah satu sisi.
tindakan operatif, selama ini memang
menjadi suatu hal yang kontroversial Hasil SID untuk kelompok RL dan SID
dalam menentukan mana yang lebih NaCl dengan mengunakan uji t (p=0,253)
efektif dan efisien dalam penggantian dan Mann Whitney (P=0,264), karena p >
cairan. Keduanya dianggap merupakan 0,05 ini berarti nilai SID dari kelompok
cairan dasar yang paling baik yang SID RL dan SID NaCl sebelum operasi
didasarkan pada kandungannya. tidak berbeda bermakna, hal ini mungkin
terjadi, karena intervensi cairan yang
Hasil penelitian yang telah dilakukan, diberikan hanyalah 500 cc dan berfungsi
menunjukkan bahwa infus NaCl 0,9% sebagai ”loading” yang bertujuan untuk
akan berpengaruh pada pergeseran mengatasi kemungkinan terjadinya
keseimbangan asam-basa Stewart, karena hipotensi yang diakibatkan oleh anestesi
apabila pasien dengan SID < 38, regional. Untuk menimbulkan perubahan
kemudian diberikan larutan NaCl 0,9% yang nyata pada SID, paling tidak
dalam jumlah yang disesuaikan dibutuhkan intervensi hingga 3 kali
kebutuhannya, kemungkinan yang timbul perdarahan yang hilang. Kondisi
adalah menjadi asidosis yang lebih berat elektrolit pasien sebelum operasi juga

24 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

akan sangat mempengaruhi SID pasca sedangkan 8,33% (SID = 38) terdapat
intervensi.3 pada pemberian infus RL. Kemudian
alkalosis banyak terjadi pada pasien
SID cairan RL dan NaCL 0,9% untuk dengan pemberian RL sebelum operasi
kelompok RL dan NaCl dengan sebesar 58,33%, sedangkan pada NaCl
mengunakan uji t (p=0,01) dan Mann- hanya 16,66%. Berarti kedua kelompok
Whitney (p=0,043), karena p < 0,05 ini tersebut tidak berbeda. Distribusi data
berarti nilai SID dari kelompok SID RL SID pasca operasi, menunjukkan bahwa
dan SID NaCl setelah operasi berbeda asidosis yang berat (SID < 35) terjadi
secara bermakna. Pemberian cairan yang pada pemberian NaCl (25%), alkalosis
disesuaikan dengan perdarahannya, akan juga lebih banyak terjadi pada pemberian
mengakibatkan perubahan pada NaCl (25%).
keseimbangan elektrolit, karena setiap
perdarahan atau keluarnya cairan tubuh Rerata SID kelompok NaCl pra operasi
akan disertai dengan perubahan sebesar 37,42±4,35 dan pasca operasi
keseimbangan elektrolit tubuh.4,5,6 37,92±4,14 menunjukkan bahwa NaCl
bersifat asidosis (<38). Sedangkan pada
Selain itu, bila dilihat tonisitas cairannya, RL rata-rata SID sebelum operasi adalah
NaCl 0,9% lebih hipertonis bila 38,58 dengan standar deviasi 2,28 ini
dibandingkan dengan RL, karena berarti bersifat alkalosis (>38),
mengandung Na+ (154 mmol/L) yang sedangkan SID setelah operasi turun
tinggi, serta Cl- yang tinggi (154 menjadi 37,96 dengan standar deviasi
mmol/L). Padahal kandungan Na+ 0,19 ini berarti bersifat netral (=38).
plasma hanya berkisar antara 135-147 Berdasarkan analisa data yang dilakukan,
mmol/L, sedangkan Cl- plasma sebesar menunjukkan bahwa RL ataupun NaCl
94-111 mmol/L. Pemberian infus NaCl secara statistik berbeda tidak bermakna,
0,9% dalam jumlah yang besar akan akan tetapi perbedaan sebesar 1,00 secara
berakibat pada asidosis.2 klinis sangatlah bermakna.

Selama dilakukan penelitian, tidak Pemberian cairan kristaloid (RL / NaCl


ditemukan gangguan-gangguan akibat 0,9%) pada kedua kelompok pasien yang
pemberian cairan, seperti alergi dan mual menjalani SC sangatlah bervariasi,
muntah. Sehingga, pemberian cairan disesuaikan dengan perdarahan yang
pengganti selama dan setelah tindakan keluar selama tindakan operasi. Sehingga
operasi, bila sesuai dengan kebutuhannya perbedaan secara klinis SID kedua cairan
tidak akan menimbulkan efek tersebut. sangatlah penting, karena pergeseran
Rasa mual yang timbul, biasanya lebih sedikit saja dari keseimbangan akan
sering disebabkan oleh manipulasi berakibat fatal terhadap kondisi pasien.
operator selama operasi. Menurut Magner Berdasarkan distribusi SID pemberian
dkk (2004), bahwa pemberian oksigenasi cairan kristaloid pasca operasi,
selama operasi akan berperan dalam menunjukkan bahwa SID 24 pasien yang
menurunkan kejadian mual-muntah pasca diberikan RL berkisar antara 35-41.
operasi (PONV)7. Sedangkan yang diberikan NaCl < 35 dan
> 41 tanpa SID yang normal, yang berarti
Distribusi data SID pada kelompok RL memperberat kondisi asidosis ataupun
dan NaCl sebelum operasi menunjukkan alkalosis.
bahwa 33,33% (SID < 35) terjadi pada
pasien dengan pemberian NaCl awal,

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 25


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Cairan pengganti yang diberikan Bagaimanapun juga, kelebihan akumulasi


didasarkan pada 5 aspek utama yang cairan, terutama sekali dalam jaringan
penting untuk dipertimbangkan, antara interstisial harus dihindari. Hipotesis
lain : 4 Starling menganalisa dan menjelaskan
1. jenis cairan yang harus diberikan perubahan cairan yang melintasi
2. jumlah cairan harus jelas membran biologis. Berdasarkan
3. kriteria petunjuk terapi cairan harus persamaan tersebut, tekanan onkotik
jelas koloid merupakan faktor yang penting
4. kemungkinan efek samping yang dalam menentukan aliran cairan yang
harus dipertimbangkan melintasi membran kapiler antara ruang
5. biaya intravaskuler dan interstisial. Jadi, adanya
manipulasi tekanan onkotik koloid
Hipovolemi berhubungan dengan menjadi jaminan sirkulasi volume
perubahan aliran yang tidak kuat untuk intravaskuler yang adekuat.3
memenuhi jalur nutrisi sirkulasi. Selama
hipovolemik yang berhubungan dengan Besar dan durasi efek volume tergantung
disfungsi hemodinamik, organisme pada :
mencoba untuk mengkompensasi defisit 1. Kapasitas substansi ikatan air yang
perfusi dengan meredistribusi aliran ke spesifik
organ vital (jantung dan otak) yang 2. Berapa banyak substansi yang
mengakibatkan kurangnya perfusi pada diinfuskan bertahan di rongga
organ lain seperti usus, ginjal, otot, dan intravaskuler
kulit.
Dikarenakan sifat fisikokimia yang
Aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem berbagai macam, umumnya penggunaan
renin-angiotensin-aldosteron merupakan cairan untuk pengganti cairan dibedakan
mekanisme kompensatorik untuk secara luas dengan didasarkan pada
menjaga perfusi perifer. Banyaknya tekanan onkotik koloid, efek volume, dan
substansi vasoaktif yang beredar dan lamanya bertahan dalam intravaskuler.
mediator inflamasi merupakan kejadian
tambahan yang terjadi pada situasi Keseimbangan elektrolit dan asam-basa
tersebut. Bagaimanapun juga, harus dinilai dan apabila ada yang tidak
kompensasi aktivasi neurohumoral normal harus dikoreksi terlebih dahulu,
bermanfaat saat pertama kali, mekanisme karena pemberian cairan kristaloid (RL/
ini merusak dan mungkin mengakibatkan NaCl) akan sangat berpengaruh.
hasil yang buruk pada pasien sakit kritis. Kekurangan waktu paruh intravaskuler
Jadi, perbaikan yang adekuat volume dan hiponatremia, biasanya mengurangi
intravaskuler tetap merupakan tindakan penggunaaan cairan saline < 0,9% untuk
yang penting dalam pengaturan pasien cairan resusitasi dan pemeliharaan
bedah.4,5 intraoperatif. Penyebab utama pemilihan
NaCl dan RL atau larutan garam
Pemberian cairan mungkin bertahan berimbang yang lain adalah efeknya
dalam kompartemen intravaskuler atau terhadap rasio Na ekstraseluler dan
seimbang dengan kompartemen cairan keseimbangan asam-basa.
interstisial/ intraseluler. Tujuan utama
penatalaksanaan cairan adalah jaminan
hemodinamik yang stabil oleh perbaikan
sirkulasi volume plasma.

26 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 5. Pertimbangan kualitatif dalam pemilihan


terapi cairan intraoperatif Pemberian cairan RL sebaiknya diberikan
pada pasien-pasien yang akan menjalani
Pertimbangan
Kapasitas angkut oksigen operasi besar, dengan perdarahan kurang
Faktor koagulasi dari 15% dari EBV, karena dapat
Tekanan onkotik koloid mempertahankan keseimbangan asam-
Edema jaringan basa Stewart.
Keseimbangan elektrolit
Keseimbangan asam basa
Metabolisme glukosa/ nutrisi Sebaiknya perlu dilakukan penelitian
Abnormalitas serebral lanjutan untuk melakukan penilaian
terhadap parameter asam-basa Stewart
Aldosteron meningkat segera mengikuti yang lain, seperti penilain terhadap kadar
dan selama operasi, jadi meningkatkan albumin dan BGA (PCO2), karena untuk
absorbsi tubulus distal renal. Peningkatan menilai secara keseluruhan asam-basa
aviditas tubulus terhadap natrium, Stewart untuk kepentingan terapi, juga
memerlukan pendampingan absorbsi ion harus mempertimbangkan parameter
negatif Cl yang lain atau sekresi hidrogen yang lain.
atau ion K untuk menjaga netralitas
elektrik tubulus renal. Jadi, jumlah Cl Penelitian lain yang perlu dilakukan
berhubungan dengan peningkatan Na, adalah perbandingan antara cairan koloid
yang mungkin terjadi pada pemberian dengan pelarut yang berbeda-beda,
dalam NaCl 0,9% dalam jumlah besar, seperti koloid dengan pelarut RL
sekresi hidrogen dan K akan dibandingkan dengan koloid dalam
diminimalkan dengan akibat pelarut NaCl, kemudian dinilai status
hiperkloremik yang dipicu oleh asidosis keseimbangan asam basanya dengan
metabolik non-gap. Pemberian RL, menggunakan metode Stewart, karena
bagaimanapun juga akan lebih fisiologis saat ini perkembangan cairan untuk
(seimbang) antara Na dengan Cl dan tindakan operasi yang besar sudah
tidak akan mengakibatkan asidosis. menggunakan cairan koloid dengan
Pemberian RL dalam jumlah besar tujuan sebagai cairan resusitasi untuk
mungkin akan mengakibatkan alkalosis penggantian perdarahan diatas 15% EBV
metabolik pasca operasi yang berkaitan sebelum digantikan dengan darah.
dengan adanya peningkatan bikarbonat
dari metabolisme laktat.7,8,9,10
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN 1. Sunatrio S. Resusitasi Cairan. Media
Aesculapius. Jakarta. 2000.
Pemberian infus RL dan infus NaCl 2. Leksana E. SIRS, Sepsis, Keseimbangan
0,9%, yang mulai diberikan sebelum, Asam-Basa, Syok dan Terapi Cairan. CPD
selama, dan setelah operasi, kemudian IDSAI Jateng-Bagian Anestesi dan Terapi
Intensif FK Undip. Semarang. 2006
dilakukan penilaian terhadap SID (strong 3. Madyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S,
ion difference) menunjukkan hasil bahwa Ismael S, penyunting. Dasar-dasar
: Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara, 1995 : 187 – 212
1. Pemberian infus RL lebih baik 4. Boldt J. Intraoperative Fluid Therapy –
dibandingkan NaCl 0,9%. Crystalloid or Colloid Debate. Revista
2. NaCl 0,9% dapat menimbulkan Mexicana de Anesthesiologia. 2005; 28 : 23-
28
asidosis ataupun alkalosis lebih besar
pada pasien dibandingkan dengan RL.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 27


Jurnal Anestesiologi Indonesia

5. Boldt J. New Light on Volume Therapy in 7. Norris MC. Handbook of Obstetric


The Critically Ill. Yearbook of Intensive Care Anesthesia. Lippincot. Philadelphia. 2000
and Emergency Medicine. Springer. Berlin. 8. Hood Vl, Tannen RL. Protection of Acid
2003. Base Balance by pH Regulation of Acid
6. Magner JJ, McCaul C, Carton E, Gardiner J, Production. NEJM. 1998; 12 : 819-825
Buggy D. Effect of Intraoperative 9. Cooper N. Acute Care : Volume
Intravenous Crystalloid Infusion on PONV Resuscitation. BMJ. 2004; 12 : 145-146
after Gynaecological Laparoscopy : 10. Singh G, Chaudry KI, Chaudry IH.
Comparison of 30 and 10 ml kg-1. BJA. 2004 Crystalloid is as Effective as Blood in the
; 93(3) : 381-385 Resuscitation of Hemorrhagic Shock. Journal
of Annual Surgery. 1992; 04 : 377-382

28 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan Mesin Cardiopulmonary Bypass Terhadap Kadar


Leukosit pada Operasi Bedah Jantung
Rapto Hardian *, Hariyo Satoto**, Soenarjo**
* Bagian Anestesiologi FK Unlam/ RSUD Ulin, Banjarmasin
**Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT
Background: Recently more cardiopulmonary bypass device is used on cardiac surgery
procedure. The utilization of cardiopulmonary bypass device is increasing total leukocyte
count which could be one sign the Systemic inflammatory response syndrome (SIRS).
Purpose: to understand the effect of cardiopulmonary bypass device utilization on
leukocyte count increase on cardiac surgery.
Method: this is a prospective cohort observational study on 22 patients that underwent
cardiac surgery using Cardiopulmonary bypass device. Periphery blood samples for the
leukocyte count was obtained pre-sternotomy (Leukocyte 1), pre-cannulation (Leukocyte
2), 15th minute (Leukocyte 3) during CPB and 30th minute (Leukocyte 4) during CPB.
Blood sample was count using automatic device. Paired t-test and Wilcoxon signed ranks
test is used for statistical analysis (confidence interval < 0.05).
Result: patient's data characteristic will be presented as tables. This research shows no
significant results on Leukocyte 2 and Leukocyte 3, p = 0.170 (p > 0.05 ). However, there
is a significant result on Leukocyte 1 and Leukocyte 2, Leukocyte 1 and Leukocyte 3,
Leukocyte 1 and Leukocyte 4, Leukocyte 2 and Leukocyte 4, and Leukocyte 3 and
Leukocyte 4, with p = 0.019, p = 0.026, p = 0.001, p = 0.003 and p = 0.007 (p < 0.05 ),
respectively.
Conclusion: there is an increase on leukocyte count during CPB device utilization
especially on 30th minute. On 15th minute there is no significant increase on leukocyte
count during CPB device utilization.

Keyword: Leukocyte, cardiopulmonary bypass.

ABSTRAK
Latar belakang : Prosedur bedah jantung menggunakan mesin cardiopulmonary bypass
semakin banyak dilakukan. Penggunaan mesin cardiopulmonary bypass dianggap
menyebabkan peningkatan jumlah leukosit yang merupakan salah satu tanda terjadinya
Systemic inflammatory response syndrome (SIRS).
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh penggunaan mesin cardiopulmonary bypass
terhadap peningkatan jumlah leukosit pada operasi bedah jantung.
Metode : merupakan penelitian cohort observational prospective pada 22 pasien yang
menjalani operasi bedah jantung menggunakan Cardiopulmonary bypass. Pengambilan
sampel darah tepi untuk menghitung leukosit diambil pada saat pra sternotomy (Leukosit
1), pra kanulasi (Leukosit 2), menit ke 15 (Leukosit 3) selama CPB dan menit ke 30
(Leukosit 4) selama CPB. Sampel darah dihitung menggunakan mesin secara otomatis. Uji
statistik menggunakan Paired t-test dan Wilcoxon signed ranks test (dengan derajat
kemaknaan < 0,05).

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 29


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Hasil : karakteristik data penderita akan = 0,026, p = 0,001, p = 0,003 dan p =


disajikan dalam bentuk tabel. Pada 0,007 (p < 0,05).
penelitian ini didapatkan hasil uji pada Kesimpulan : terdapat peningkatan
Leukosit 2 dengan Leukosit 3 didapatkan jumlah leukosit pada pemakaian mesin
hasil yang tidak bermakna p = 0,170 (p CPB terutama pada menit ke 30. Pada
> 0,05 ). Hasil uji pada Leukosit 1 menit ke 15 belum terdapat peningkatan
dengan Leukosit 2, Leukosit 1 dengan jumlah leukosit yang bermakna akibat
Leukosit 3, Leukosit l dengan Leukosit 4, pemakaian mesin CPB
Leukosit 2 dengan Leukosit 4, dan
Leukosit 3 dengan Leukosit 4, didapatkan Kata kunci : Leukosit, cardiopulmonary
hasil yang bermakna dengan p = 0,019, p bypass.
______________________________________________________________________
PENDAHULUAN Salah satu komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan
Penyakit jantung, stroke, dan penyakit mesin ini adalah terjadinya suatu respon
periferal arterial merupakan penyakit inflamasi sistemik pada derajat tertentu
yang mematikan. Diseluruh dunia, dimana hal tersebut ditandai dengan
jumlah penderita penyakit ini makin hipotensi yang menetap, demam yang
bertambah. Ketiga kategori penyakit ini bukan disebabkan oleh karena infeksi,
tidak lepas dari gaya hidup yang kurang DIC, oedem jaringan yang luas, dan
sehat yang banyak dilakukan seiring kegagalan beberapa organ tubuh.
dengan berubahnya pola hidup. Badan Penyebab inflamasi sistemik ini terdiri
kesehatan dunia (WHO) melaporkan dari banyak hal, antara lain karena
pada tahun 2002 tercatat lebih dari tujuh penggunaan CPB.6
juta orang meninggal dunia akibat
penyakit arteri koroner/penyakit jantung Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
koroner di seluruh dubia. Angka mengetahui bagaimana proses inflamasi
kematian tersebut diperkirakan dan komplikasi yang terjadi pada
meningkat hingga 11 juta pada tahun pemakaian CPB maupun tidak. Ascione
2020.1,2 et al melakukan penelitian dan
mendapatkan hasil bahwa terjadi
Jenis operasi bedah jantung antara lain peningkatan jumlah IL-8 dan juga
operasi Coronary artery bypass graft peningkatan jumlah leukosit pasca
(CABG), operasi perbaikan atau operasi pada operasi CABG yang
penggantian katup jantung dan operasi
yang lainnya. Prosedur bedah jantung ini
biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu
menghentikan jantung secara sementara menggunakan CPB dibandingkan yang
(on-pump) dan pembedahan dengan tanpa menggunakan CPB (p < 0.01).
jantung yang masih berdenyut (off- Namun Wehlina et al menyatakan bahwa
pump).3 Penghentian jantung sementara tidak terdapat perbedaan jumlah sel pro
ini memerlukan alat pengganti fungsi inflamasi yang terinfeksi pada operasi
jantung dan paru sehingga sirkulasi tubuh CABG yang menggunakan CPB maupun
tetap terjaga. Alat pengganti jantung dan tanpa menggunakan CPB.7,8,9
paru tersebut dinamakan mesi
Banyak penelitian telah pula dilakukan
cardiopulmonary bypass (CPB). 4,5
untuk mengurangi jumlah leukosit yang
ada dalam sirkulasi. Leal-Noval et al
menyatakan penggunaan penyaring

30 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

leukosit menurunkan tingkat infkesi Uji normalitas jumlah leukosit sebelum


perioperatif, tingkat demam, dan tingkat dan sesudah perlakukan dilakukan
kejadian hiperdinamik. Gu et al dengan uji Saphiro-Wilkin atau uji
menyatakan penggunaan penyaring Kolmogorov-Smirnov. Analisa deskriptif
leukosit ini menurunkan jumlah leukosit dilakukan dengan menghitung proporsi
dalam sirkulasi sebesar 39% dan gambaran karakteristik responden yang
berakibat penurunan produksi IL-8 (p < hasilnya akan ditampilkan dalam tabel
0.05).10,11 silang. Mean ± SD jumlah leukosit
sebelum dan sesudah perlakuan juga
Berdasarkan hal-hal tersebutlah maka dihitung. Analisa analitik untuk menguji
peneliti ingin meneliti sejauh mana perbedaan jumlah leukosit sebelum dan
pengaruh alat cardio pulmonary bypass sesudah perlakukan dilakukan dengan
terhadap peningkatan jumlah leukosit paired t-test (bila distribusi normal) atau
pada operasi bedah jantung. uji Wilcoxon signed rank (bila distribusi
tidak normal). Hasil uji statistik akan
METODE
disajikan dalam bentuk tabel dan
Desain penelitian ini adalah penelitian penghitungan statistik menggunakan
cohort observational prospective. software SPSS 15.0.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi
HASIL
Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi
Semarang, dalam kurun waktu Januari Telah dilakukan penelitian tentang
2009 – Juni 2009. Populasi penelitian ini perbedaan jumlah leukosit terhadap
adalah semua penderita yang akan waktu lamanya penggunaan mesin CPB
menjalani operasi bedah jantung di pada 22 orang penderita yang menjalani
Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi operasi bedah jantung setelah memasuki
Semarang, yang menggunakan cardio kriteria inklusi dan eksklusi.
pulmonary bypass.
Pada tabel 1 didapatkan karakteristik
Kriteria inklusi terdiri dari jenis kelamin subyek pada umur memiliki rata-rata
laki-laki maupun perempuan, usia 14 51.45 dan standar deviasi 11.20. Pada
tahun ke atas, dan akan menjalani operasi LVEF memiliki rata-rata 53.64 dan
bedah jantung menggunakan mesin CPB. standar deviasi 9.328. Dari jenis
Sementara kriteria inklusinya adalah tindakan yang dilakukan, sebanyak 18
lama penggunaan alat CPB yang kurang pasien menjalani CABG dengan
dari 30 menit. persentase 81.8% dan sisanya 9.1%
pasien menjalani DVR serta MVR.
Pemilihan sampel dilakukan dengan
consecutive sampling, dimana setiap Pemasangan Swan Ganz dilakukan pada
penderita yang memenuhi kriteria seperti 18 pasien dengan persentase 81.8% dan
yang disebut diatas dimasukkan dalam sisanya 18.2% tidak dilakukan
sampel penelitian sampai jumlah yang pemasangan Swan-Ganz. Pada tabel 1
diperlukan terpenuhi. didapatkan karakteristik subyek pada
umur memiliki rata-rata 51.45 dan
Semua penderita telah mendapatkan
standar deviasi 11.20. Pada LVEF
penjelasan tentang prosedur yang akan
memiliki rata-rata 53.64 dan standar
dilakukan sebelumnya serta telah
deviasi 9.328. Dari jenis tindakan yang
memberikan pernyataan tertulis akan
dilakukan, sebanyak 18 pasien menjalani
kesediaannya dalam lembar informed
CABG dengan persentase 81.8% dan
consent.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 31


Jurnal Anestesiologi Indonesia

sisanya 9.1% pasien menjalani DVR serta persentase 81.8% dan sisanya 18.2%
MVR. Pemasangan Swan Ganz tidak dilakukan pemasangan Swan-Ganz.
dilakukan pada 18 pasien dengan

Tabel 1. Karakteristik umum subyek pada masing-masing kelompok

No. Variabel Frekuensi Mean Std. Persentase

1 Umur 22 51.45 11.207 -

2 LVEF 22 53.64 9.328 -

3 GDS 22 132.09 22.862 -

4 Jenis
tindakan

CABG 18 - - 81.8

DVR 2 - - 9.1

MVR 2 - - 9.1

5 Pemasangan
Swan Ganz

Ya 18 - - 81.8

Tidak 4 - - 18.2

Tabel 2. Jumlah rerata leukosit dan uji normalitasnya

No. Variabel Mean Std P

1 Leukosit 1 6731,0 2198,99 0,177

2 Leukosit 2 7121,8 2489,98 0,142

3 Leukosit 3 7798,2 2976,01 0,210

4 Leukosit 4 8784,5 4306,23 0,000

Uji normalitas leukosit ditunjukkan pada Hasil uji pada leukosit 2 dengan leukosit
tabel 2, dimana karakteristik subyek pada 3 didapatkan hasil yang tidak bermakna p
leukosit 1, leukosit 2, dan leukosit 3 = 0.170 (p > 0.05). Hasil uji pada
memiliki distribusi yang normal ( p > leukosit 1 dengan leukosit 2, leukosit 1
0.05 ), dan pada leukosit 4 memiliki dengan leukosit 3, leukosit 1 dengan
distribusi yang tidak normal (p < 0.05 ), leukosit 4, leukosit 2 dengan leukosit 4,
sehingga dilakukan uji statsitik dengan dan leukosit 3 dengan leukosit 4,
menggunakan Paired t-test dan uji didapatkan hasil yang bermakna dengan p
Wilcoxon signed ranks. = 0,019, p = 0.026, p = 0.001, p = 0.003,
dan p = 0.007 (p < 0.05).

32 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 3. Hasil Uji

No. Variabel P

1 Leukosit 1 - Leukosit 2 0,019

2 Leukosit 1 - Leukosit 3 0,026

3 Leukosit 1 - Leukosit 4 0,001

4 Leukosit 2 - Leukosit 3 0,170

5 Leukosit 2 - Leukosit 4 0,003

6 Leukosit 3 - Leukosit 4 0,007

PEMBAHASAN yang berakibat terjadi peningkatan


jumlah leukosit yang bermakna. Hasil uji
CPB mengaktifkan sistem pertahan tubuh pada leukosit 1 dengan leukosit 4
yang menyebabkan respon inflamasi pada didapatkan hasil yang bemakna p = 0.001
seluruh tubuh. Inflamasi ini diawali oleh (p < 0,05). Peningkatan leukosit terjadi
kerusakan dari beberapa komponen karena pembedahan ditambah dengan
darah. Kerusakan komponen darah dapat pemaparan darah terhadap mesin CPB
terjadi karena pompa pada CPB, selama 30 menit yang berakibat pada
peralatan cardiotomy suction, dan oleh peningkatan jumlah leukosit yang
karena kanul arteri yang dipakai, namun bermakna.16,17
sebagian besar kerusakan berasal dari
berulangnya perjalanan darah melewati Hasil uji pada leukosit 2 dengan leukosit
sirkuit CPB. Komponen darah yang 4 didapatkan hasil yang bermakna p =
paling banyak megalami kerusakan 0,003 (p < 0,05). Peningkatan leukosit
adalah sel darah merah. Leukosit juga oleh karena pemaparan darah terhadap
sensitif terhadap kerusakan yang terjadi mesin CPB selama 30 menit yang
yang berakibat terjadinya gangguan berakibat terjadinya peningkatan jumlah
fungsi leukosit itu sendiri. Pengaktifan leukosit yang bermakna. Hasil uji pada
sistem kontak terjadi oleh karena darah leukosit 3 dengan leukosit 4 didapatkan
terpapar dengan sirkuit CPB yang hasil yang bermakna p = 0,007 (p <
dikenali sebagai benda asing oleh tubuh. 0,05). Peningkatan leukosit oleh karena
Proses tersebut menyebabkan terjadinya pemaparan darah terhadap mesin CPB
aktivasi leukosit, terbentuk mikroemboli, selama 15 menit kedua yang berakibat
gangguan pembekuan, dan berlanjut ke terjadinya peningkatan jumlah leukosit
Systemic Inflamatory Response Syndrome yang bermakna. Hal ini terjadi karena
(SIRS).12,13,14,15 leukosit sudah teraktivasi pada 15 menit
pertama. Hasil tersebut sesuai dengan
Dari hasil uji pada leukosit 1 dengan hasil penelitian Moen skk. Moen dkk
leukosit 3 didapatkan hasil yang menyatakan bahwa pada 10 menit
bermakna dengan p = 0,026 (p < 0,05). pertama setelah CPB dimulai, terjadi
Hal tersebut terjadi oleh karena penurunan jumlah leukosit, namun pada
peningkatan leukosit karena pembedahan menit-menit berikutnya jumlah leukosit
ditambah dengan pemaparan darah mengalami peningkatan yang
terhadap mesin CPB selama 15 menit bermakna.17,18,19

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 33


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, telah ku%20Laporan%20Penelitian%202006/peny


banyak dilakukan usaha pencegahan agar akit%20jantung%20koroner.htm
4. Vallely M P, Bannon P G, Kritharides L. The
respon inflamasi sistemik dapat dicegah systemic inflammatory response syndrome
atau dikurangi. Usaha tersebut mulai dari and off-pump cardiac surgery. 2000.
menggunakan obat-obatan sampai dengan Available from:
modifikasi komponen dari CPB. http://www.hsforum.com/stories/articleReade
r$1905
Penggunaan obat-obatan untuk 5. Wikipedia. Coronary artery bypass surgery.
mengurangi respon inflamasi antara lain June 2009. Available from:
http://en.wikipedia.org/wiki/Coronary_artery
dengan menggunakan obat-obat _bypass_surgery
glukokortikoid, inhibitor protease 6. Hess P J. Systemic inflammatory response to
(aprotinin), heparin, inhibitor coronary artery bypass graft surgery.
phospodiesterase (milrinone) dan lain- September 2005. Available from:
lain. Sedangkan modifikasi dari http://www.medscape.comlviewarticle/51250
2_1
komponen mesin CPB antara lain dengan 7. Biglioli P, Cannata A, Alamanni F, et al.
cara menggunakan sirkuit heparin- Biological effects of off-pump vs. on-pump
coated, pemakaian filter dan lainnya.15,20 coronary artery surgery: focus on
inflammation, hemostasis and oxidative
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak stress. Eur J Cardiothorac Surg 2003;24:260-
dilakukannya pemeriksaan sitokin-sitokin 269
8. Levy J H, Tanaka K A. Inflammatory
proinflamasi yaitu interleukin (IL-6,IL-8) response to cardiopulmonary bypass. Ann
dan TNF-α. Menurut Ascione dkk serta Thorac Surg 2003;75:S715-S720
Biglioli dkk, ketiga faktor tersebut 9. Bull DA, Neumayer LA, Stringham JC,et al .
merupakan pertanda awal terjadinya Coronary artery bypass grafting with
respon inflamasi selain peningkatan cardiopulmonary bypass versus off-pump
cardiopulmonary bypass grafting: does
leukosit.7,21 eliminating the pump reduce morbidity and
cost?. Ann Thorac Surg 2001;71:170-175
SIMPULAN 10. Leal-Noval SR, Amaya R, Herruzo A,
Hernandez A, Ordonez A, et al. Effects of a
Terdapat peningkatan jumlah leukosit leukocyte depleting arterial line filter on
pada pemakaian mesin CPB terutama perioperative morbidity in patients
pada menit ke 30. Pada menit ke 15 undergoing cardiac surgery: a controlled
belum terdapat peningkatan jumlah randomized trial. Ann Thorac Surg
2005;80:1394-1400
leukosit yang bermakna akibat
11. Gu YJ, Vries AJ, Vosa P, et al. Leukocyte
pemakaian mesin CPB. depletion during cardiac operation: a new
approach through the venous bypass circuit.
DAFTAR PUSTAKA Ann Thorac Surg 1999;67:604-609
12. Ascione R, Lloyd CT, Underwood MJ, Lotto
1. Wikipedia. Serangan jantung. April 2009. AA, Pitsis AA, Angelini GD. Inflammatory
Available from: response after coronary revascularization
http://id.wikipedia.org/wiki/Seranganjantung with or without cardiopulmonary by pass.
2. Yahya A F. Terapi penyakit jantung koroner. Ann Thorac Surg 2000;69:1198-1204
2009. Available from: 13. Wehlin L, Vedinb J, Vaagea J, et al.
http://huxleyi.wordpress.com/2009/02/02/tera Activation of complement and leukocyte
pi-penyakitjantung-koroner/ receptors during on- and off pump coronary
3. Werdha A, Setyawati V, Primasari. Profil artery bypass surgery. Eur J Cardiothorac
penyakit jantung koroner (PJK) dan faktor Surg 2004;25:35-42
risiko PJK pada penduduk miskin perkotaan 14. Boyle EM, Pohlman TH, Johnson MC, et al.
di Jakarta. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Endothelial cell injury in cardiovascular
Badan Litbang Kesehatan. Available from: surgery: the systemic inflammatory response.
http://www.litbang.depkes.go.id/risbinkes/Bu Ann Thorac Surg 1997;63:277-284.

34 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

15. Hunt IJ, Day JRS. Cardiac surgery and of the inhibitory mechanisms and strategies. J
inflammation: the inflammatory response and Cardiovasc Surg (Torino). 2000
strategies to reduce the systemic Dec;41(6):849-62.
inflammatory response syndrom . Current 19. Salamonsen RF, Anderson J. Total leukocyte
Cardiology Reviews 2007; 3: 91-98 control for elective coronary bypass surgery
16. Paparella D, Yau TM, Young E. does not improve short-term outcome. Ann
Cardiopulmonary bypass induced Thorac Surg Vol. 79.2005 :2032-2038
inflammation: pathophysiology and 20. Chiba Y, Morioka K, et al. Effects of
treatment. Eur J Cardiothorac Surg depletion of leukocytes and platelets on
2002;21:232-244. cardiac dysfunction after cardiopulmonary
17. Lappegard KT, Fung M, et al. Artificial bypass. Ann Thorac Surg 1998;65:107-1 13
surface-induced cytokine synthesis: effect of 21. Moen O, Hogasen K, et al. Attenuation of
heparin coating and complement inhibition. changes in leukocyte surface markers and
Ann Thorac Surg 2004;78:38-44 complement activation with heparin-coated
18. Kaul TK, Fields BL. Leukocyte activation cardiopulmonary bypass. Ann Thorac Surg
during cardiopulmonary bypass: limitations 1997;63:105-11

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 35


Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sirkuit Anestesi


Taufik Eko Nugroho*, Himawan Sasongko*, Soenarjo*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT
For an anesthesiologist, an understanding of the functioning of anesthesia delivery systems
is very important. Based on the facts of the American Society of Anesthesiologists Data
(ASA), Caplan found that despite the demands of the patient against the errors of the
anesthesia delivery systems are rare, but when it happens it will be a big problem, which
often result in death or permanent brain damage.1,2 Anesthesia circuit, known as the
respiratory system is a system that functions to deliver oxygen and anesthetic gases from
the anesthesia machine to a patient who was operated. Anesthesia circuit is a pipe / tube
that is an extension of the upper respiratory tract of patients. Rebreathing anesthesia
circuit and is classified as a non-rebreathing based on presence or absence of expiratory
air is inhaled again. This circuit is also classified as open, semi open, semi closed and
closed based on the presence or absence of (1) reservoir bag, (2) expiratory air we breathe
again (rebreathing exhaled gas), (3) components to absorb korbondioksia and expiratory
(CO2 absorber) (4) one-way valve.

ABSTRAK
Bagi seorang ahli anestesi, pemahaman terhadap fungsi dari sistem penghantaran anestesi
ini sangatlah penting. Berdasarkan fakta dari data American Society of Anesthesiologists
(ASA), Caplan menemukan bahwa meskipun tuntutan dari pasien terhadap kesalahan dari
sistem penghantaran anestesi jarang terjadi, akan tetapi ketika itu terjadi maka akan
menjadi suatu masalah yang besar, yang sering mengakibatkan kematian atau kerusakan
otak yang menetap.
Sirkuit anestesi atau dikenal dengan sistem pernafasan merupakan sistem yang berfungsi
menghantarkan oksigen dan gas anestesi dari mesin anestesi kepada pasien yang
dioperasi. Sirkuit anestesi merupakan suatu pipa/tabung yang merupakan perpanjangan
dari saluran pernafasan atas pasien.
Sirkuit anestesi diklasifikasikan sebagai rebreathing dan non-rebreathing berdasarkan ada
tidaknya udara ekspirasi yang dihirup kembali. Sirkuit ini juga diklasifikasikan sebagai
open, semi open, semi closed dan closed berdasarkan ada tidaknya (1) reservoir bag, (2)
udara ekspirasi yang dihirup kembali (rebreathing exhaled gas), (3) komponen untuk
menyerap korbondioksia ekspirasi serta (CO2 absorber) (4) katup satu arah.
_________________________________________________________________________

PENDAHULUAN
Sistem penghantaran anestesi (Anesthesia seorang ahli anestesi, pemahaman
Delivery System) telah bekembang mulai terhadap fungsi dari sistem penghantaran
dari peralatan yang sederhana hingga anestesi ini sangatlah penting.
menjadi suatu sistem yang sangat Berdasarkan fakta dari data American
kompleks yang terdiri dari mesin Society of Anesthesiologists (ASA),
anestesi, sirkuit anestesi, vaporizer, Caplan menemukan bahwa meskipun
pembuangan gas serta monitor. Bagi tuntutan dari pasien terhadap kesalahan

36 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dari sistem penghantaran anestesi jarang jaringan dan selanjutnya mampu


terjadi, akan tetapi ketika itu terjadi maka mengangkut karbondioksida dari tubuh.
akan menjadi suatu masalah yang besar, Sistem pernafasan ini harus dapat
yang sering mengakibatkan kematian menjamin pasien mampu bernafas
atau kerusakan otak yang menetap.1,2 dengan nyaman, tanpa adanya
peningkatan usaha bernafas, tidak
Sirkuit anestesi atau dikenal dengan menambah ruang rugi (dead space)
sistem pernafasan merupakan sistem fisiologis serta dapat menghantarkan gas /
yang berfungsi menghantarkan oksigen agen anestesi secara lancar pada sistem
dan gas anestesi dari mesin anestesi pernafasan pasien. Sampai saat ini
kepada pasien yang dioperasi. Sirkuit berbagai teknik dan modifikasi sirkuit
anestesi merupakan suatu pipa/tabung anestesi telah dikembangkan dan masing-
yang merupakan perpanjangan dari masing mempunyai efisiensi,
saluran pernafasan atas pasien. kenyamanan dan kerumitan sendiri-
Komponen sirkuit anestesi pada saat sendiri. 3,4
sekarang ini terdiri dari kantong udara,
pipa yang berlekuk-lekuk, celah untuk Sirkuit anestesi diklasifikasikan sebagai
aliran udara segar, katup pengatur rebreathing dan non-rebreathing
tekanan dan penghubung pada pasien. berdasarkan ada tidaknya udara ekspirasi
Aliran gas dari sumber gas berupa yang dihirup kembali. Sirkuit ini juga
campuran oksigen dan zat anestesi akan diklasifikasikan sebagai open, semi open,
mengalir melalui vaporizer dan bersama semi closed dan closed berdasarkan ada
zat anestesi cair tersebut keluar menuju tidaknya (1) reservoir bag, (2) udara
sirkuit. Campuran oksigen dan zat ekspirasi yang dihirup kembali
anestesi yang berupa gas atau uap ini (rebreathing exhaled gas), (3) komponen
disebut sebagai fresh gas flow (FGF) untuk menyerap korbondioksia ekspirasi
(aliran gas segar). Sistem pernafasan (CO2 absorber) serta (4) katup satu arah
atau sirkuit anestesi ini dirancang untuk (Tabel 1). Meskipun dengan
mempertahankan tersedianya oksigen pengklasifikasian tersebut kadang
yang cukup di dalam paru sehingga menyebabkan kebingungan dibandingkan
mampu dihantarkan darah kepada pemahaman. 4,5
Tabel 1. Klasifikasi sirkuit Anestesi 5
Sistem Reservoir Bag Rebreathing CO2 absorbent Katup Aliran FGF
Open
Insuflasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak diketahui
Open Drop Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak diketahui
Semiopen
Mapleson A, B, C, D Ya Tidak Tidak Satu Tinggi
Mapleson E Tidak Tidak Tidak Tidak Tinggi
Mapleson F Ya Tidak Tidak Satu Tinggi
Semiclosed
Sistem lingkar Ya Ya Ya Tiga Sedang
Closed
Sistem Lingkar Ya Ya Ya Tiga Rendah

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 37


Jurnal Anestesiologi Indonesia

SISTEM INSUFLASI hubungan langsung antara sebuah


rangkaian alat pernafasan dengan pasien.
Istilah insuflasi menunjukkan peniupan Karena anak-anak sering menolak
gas anestesi di wajah pasien. Meskipun penempatan masker wajah atau melalui
insuflasi dikategorikan sebagai breathing intravena, insuflasi berguna sekali untuk
system, mungkin istilah ini lebih baik bila induksi pasien anak-anak dengan anestesi
dianggap sebagai suatu teknik anestesi inhalasi (gambar 1). Hal ini berguna
tanpa untuk situasi yang lain.4

Gambar 1. Insuflasi agen anestesi di wajah pasien anak selama induksi

Pada pembedahan ophtalmic (mata) menghindari kontak langsung dengan


dengan anestesi local, akumulasi CO2 di pasien, maka hembusan gas rebreathing
bawah kain (drapping) kepala dan leher, tidak akan terjadi jika alirannya cukup
dapat berbahaya. Insuflasi O2 dan udara tinggi. Pada teknik ini ventilasi tidak
di wajah pasien pada laju aliran tinggi (> dapat dikontrol sehingga gas yang masuk
10 L/menit) dapat menghindari masalah mengandung sejumlah udara atmosfer
ini (gambar 2). Karena insuflasi yang tidak dapat diprediksi.4

Gambar 2. Insuflasi O2 dan udara di bawah tirai kepala (drapping)

SISTEM OPEN-DROP Penggunaan sistem open drop diawali


oleh Simpson yang pertama kali
Meskipun anestesi tetes terbuka (open menggunakan kloroform pada tahun 1847
drop) tidak digunakan lagi dalam dengan cara sederhana yaitu dengan
kedokteran modern, tapi ada makna menyiramkan zat ini pada sebuah sapu
bersejarah yang akan dijelaskan di sini. tangan dan diletakkan menutupi mulut

38 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dan hidung penderita sehingga ia dapat tersedia. Walaupun alat ini sederhana,
menghirup uapnya.6 Kemudian tetapi konsentrasi udara dan oksigen yang
Schimmelbusch (1860-1895), seorang masuk dapat diprediksi dan dikontrol.
ahli bedah di Berlin menggunakan Alat ini dapat dilengkapi dengan perlatan
masker yang dapat dipakai untuk yang memungkinkan Intermitent
memberikan kloroform, etil klorida atau Positive- Pressure Ventilation (IPPV)
dietil eter.7 Masker Schimmelbusch dan pembuangan pasif, serta Continuous
berupa masker rangka besi dengan Positive Airway Pressure (CPAP) dan
cekungan untuk mengumpulkan agen Positive End-Expiratory Pressure
4
anestesi yang berlebihan dan dilengkapi (PEEP).
rangka kawat yang dapat dilepas untuk
menahan kain penutup (gambar 3).8
Pada teknik ini sejumlah zat anestesi
inhalasi diteteskan melalui masker yang
dipasang pada wajah penderita diatas
mulut dan hidung. Zat anestesi yang
mudah menguap, seperti ether atau
halothane menetes di atas kain tipis yang
menutupi wajah (masker
Schimmebusch), digunakan pada wajah
pasien. Zat anestesi diteteskan secara Gambar 3. Masker Schimmelbusch
perlahan-lahan di atas masker kemudian
dialirkan oksigen yang cukup Pada sebagian besar dasar alat (gambar
dibawahnya sehingga didapatkan 4), udara diambil melalui alat penguap
sirkulasi udara yang baik di bawah resistensi rendah saat pasien inspirasi.
masker. Ketika proses inspirasi, udara Pasien bernafas spontan dengan udara
melewati kain, menguapkan agen cair ruang dan agen inhalasi, sering
dan membawa zat anestesi dalam menimbulkan saturasi oksigen (SpO2)
konsentrasi tinggi pada pasien. <90%, sehingga dalam situasi ini
Penguapan menurunkan temperatur diperlukan IPPV, suplemen oksigen, atau
masker, mengakibatkan kondensasi uap keduanya. Fraksi inspirasi oksigen (FIO2)
air dan pengembunan serta penurunan dapat ditambahkan dengan menggunakan
tekanan uap anestesi (tekanan uap reservoir tabung terbuka sekitar 400 mL,
sebanding dengan suhu). Turunan dari yang melekat pada sebuah T-piece di sisi
anestesi open drop modern adalah atas vaporizer. Kisaran tidal volume dan
menggunakan vaporizer draw over yang laju pernafasan disebutkan bahwa laju
tergantung pada usaha nafas pasien untuk aliran oksigen 1 L/menit memberikan
mengambil udara ruangan melalui ruang FIO2 (30-40%) atau dengan 4 L/menit
vaporizer.4 memberikan FIO2 (60-80%).4 Beberapa
sistem draw-over komersial yang tersedia
SISTEM DRAW-OVER memiliki beberapa sifat, diantaranya
mudah dibawa, kuat, resistensi rendah
Alat draw-over merupakan rangkaian
terhadap aliran gas, dapat digunakan
nonbreathing yang menggunakan udara
dengan beberapa agen, serta dapat
sekitar sebagai pengangkut gas, walaupun
mengontrol pengeluaran uap.
suplemen O2 dapat digunakan jika

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 39


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 4. Diagram skema rangkaian anestesi draw-over

Keuntungan dari sistem draw-over adalah Ini merupakan peralatan anestesi inhalasi
sederhana dan mudah dibawa. Meskipun draw-over yang paling terkenal pada saat
begitu terdapat beberapa kelemahan pada itu. Bagi Angkatan perang India alat ini
sistem ini. Tidak adanya reservoir bag, merupakan perlengkapan anestesi yang
menyebabkan kedalaman tidal volume penting di tempat-tempat terpencil
tidak dapat dinilai selama ventilasi dimana tentara bertugas. OIB (Oxford
spontan. Adanya katup nonrebreathing, Inflating Bellow) merupakan alat yang
katup PEEP, dan rangkaian saringan digunakan untuk bantuan ventilasi
tertutup (filter-close) yang berada pada manual.9 Sedangkan peralatan Triservice
kepala pasien, menyebabkan kesulitan merupakan sistem draw over yang dibuat
pada pembedahan kepala dan leher serta oleh tentara Inggris untuk digunakan
pada kasus-kasus anak. Jika kepala pada saat perang (Gambar 6).10
ditutupi, maka katup nonbreathing sering
tertutup juga.4
EMO merupakan sistem anestesi draw
over yang dirancang oleh Epstein dan
Machintosh di Oxford pada tahun 1952
(Gambar 5).

Gambar 6. Peralatan Triservice

RANGKAIAN MAPLESON
Insuflasi dan sistem draw-over memiliki
beberapa kelemahan diantaranya
kurangnya kontrol terhadap konsentrasi
Gambar 5. Unit Vaporizer EMO dengan IOB
gas inspirasi dan kedalaman anestesi,
ketidakmampuan untuk membantu atau
mengontrol ventilasi, tidak ada

40 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

perlindungan terhadap udara panas menentukan kinerja sirkuit dan


ekspirasi atau kelembaban, manajemen merupakan dasar dari klasifikasi
jalan nafas yang sulit selama pembedahan Mapleson (tabel 2).4
pada kepala dan leher, serta polusi ruang
operasi karena gas buang yang besar. Sirkuit Mapleson cukup ringan,
Sistem Mapleson diperkenalkan di sederhana dan tidak memerlukan katup
Inggris oleh Prof. WW Mapleson tahun searah. Efisiensinya ditentukan oleh gas
1954. Sistem mapleson ini memecahkan segar yang dibutuhkan untuk
beberapa masalah ini dengan mengeliminasi CO2. Karena tidak ada
menambahkan komponen (pipa katup searah dan absorpsi CO2 maka
pernafasan, fresh gas inlets yaitu sisi rebreathing dicegah dengan katup
tempat masuknya gas segar, katup APL pengurang tekanan. Selama pernapasan
(Adjustable Pressure-Limitting) yaitu spontan, udara alveoli yang mengandung
katup untuk menyesuaikan batas tekanan, CO2 akan dikeluarkan melalui katup
dan reservoir bag) dalam sirkuit (APL). Bila aliran gas segar melebihi
pernafasan (Gambar 7). Lokasi dari ventilasi semenit alveoli sebelum inhalasi
komponen-komponen ini relatif terjadi maka kelebihannya akan dibuang
melalui katup (Gambar 8).1,4,10, 11

Gambar 7. Komponen Rangkaian Mapleson Gambar 8. Katup APL

Komponen-komponen Rangkaian (22 mm) menghasilkan jalur resistensi


Mapleson rendah dan reservoir yang potensial
untuk gas-gas anestesi). Untuk
Tabung Pernafasan (Breathing Tubes) meminimalkan kebutuhan FGF, volume
tabung pernafasan pada sebagian besar
Tabung pernafasan bergelombang –
rangkaian Mapleson harus setidaknya
terbuat dari karet (dapat digunakan lagi)
sama besar dengan volume tidal pasien.
atau plastik (sekali pakai) –
menghubungkan komponen-komponen Compliance tabung pernafasan
dari rangkaian Mapleson kepada pasien menentukan compliance dari sirkuit.
(gambar 7). Diameter tabung yang besar (Compliance didefinisikan sebagai

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 41


Jurnal Anestesiologi Indonesia

perubahan volume yang dihasilkan oleh ditampung oleh sebuah saluran


perubahan tekanan). Tabung pernafasan pembuangan. Semua katup-katup APL
panjang dengan compliance tinggi memungkinkan variabel ambang tekanan
meningkatkan perbedaan antara volume untuk ventilasi. Katup APL harus
gas yang dikirim ke sirkuit oleh reservoir sepenuhnya terbuka selama ventilasi
bag atau ventilator, dengan volume spontan, sehingga tekanan pada sirkuit
sebenarnya yang dikirim ke pasien. yang tertinggal dapat diabaikan saat
Contohnya, jika sebuah rangkaian inspirasi dan ekspirasi. Ventilasi bantuan
pernafasan dengan compliance 8 mL dan kontrol memerlukan tekanan positif
gas/cm H2O adalah tekanan selama selama inspirasi untuk mengembangkan
pengiriman, tidal volume menjadi 20 cm paru. Penutupan sebagian dari katup APL
H2O, 160 mL tidal volume akan hilang membatasi gas keluar, memungkinkan
pada rangkaian. 160 mL menggambarkan tekanan positif pada sirkuit selama
kombinasi dari kompresi gas dan kompresi reservoir bag.
ekspansi tabung pernafasan. Ini
merupakan pertimbangan penting pada Reservoir Bag (Breathing Bag)
setiap sirkuti yang memberikan ventilasi
Reservoir bag berfungsi sebagai
tekanan positif melalui tabung pernafasan
penyimpan gas anestesi dan sebuah cara
(seperti sistem lingkar). 4,11,12
untuk menghasilkan ventilasi tekanan
Fresh Gas Inlet positif. Komponen ini dirancang untuk
meningkatkan compliancenya, ketika
Gas (anestesi dengan oksigen atau udara) volumenya meningkat. Tiga tahap yang
dari mesin anestesi secara terus menerus jelas berbeda dari pengisian reservoir bag
masuk ke sirkuit melalui fresh gas inlet. dapat dilihat (gambar 9). Setelah
reservoir bag untuk orang dewasa
Katup APL (Adjustable Pressure – mencapai kapasitas 3 L (tahap I), tekanan
Limiting) naik dengan cepat ke puncak (tahap II).
Peningkatan volume lebih lanjut akan
Saat gas-gas anestesi memasuki sirkuti
menyebabkan tekanan berada pada posisi
pernafasan, tekanan akan meningkat jika
plateu atau sedikit menurun (tahap III).
aliran gas lebih besar daripada kombinasi
Efek ini membantu melindungi paru
jumlah gas yang dihirup pasien dan
pasien melawan tingginya tekanan udara
sirkuit. Gas-gas yang keluar dari sirkuit
ketika katup APL tanpa sengaja bearada
melalui sebuah katup APL mengontrol
dalam posisi tertutup, sementara gas
penambahan tekanan ini (Gambar 8).
segar terus mengalir ke dalam sirkuit.
Gas-gas pengeluaran akan memasuki 4,11,12
atmosfir ruang operasi atau sebaiknya

42 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 9. Fase peningkatan compliance dan elastisitas reservoir bag.

Tabel 2. Klasifikasi Mapleson

Karakteristik Kinerja Rangkaian sebelum inspirasi. Biasanya terdapat


Mapleson beberapa rebreathing udara ekspirasi
dalam sirkuit Mapleson. Aliran yang
Rangkaian Mapleson ringan, murah dan melalui rangkaian mengatur jumlah udara
sederhana. Efisiensi sirkuit pernafasan rebreathing tersebut. Untuk
diukur dengan FGF yang diperlukan meminimalkan terjadinya rebreathing,
untuk menghilangkan sebanyak mungkin diperlukan FGF yang tinggi.
CO2 rebreathing. Karena tidak ada katup
searah atau CO2 absorber pada sirkuit Selama ventilasi spontan, gas alveolar
Mapleson, rebreathing dicegah dengan yang mengandung CO2 akan
mengalirkan gas melalui katup APL dihembuskan ke dalam tabung pernafasan

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 43


Jurnal Anestesiologi Indonesia

atau langsung melalui sebuah katup APL merupakan coaxial dari sistem mapleson
yang terbuka. Sebelum inhalasi terjadi, A (Gambar 11). 4,14
jika FGF melebihi menit ventilasi
alveolar, masuknya FGF akan memaksa Sistem Mapleson B dan C
gas alveolar yang tersisa dalam tabung
Kedua sistem ini pada dasarnya adalah
pernafasan untuk keluar melalui katup
sama dan untuk mengurangi tingkat
APL. Jika volume tabung pernafasan
rebreathing pada tingkat yang dapat
sama dengan atau lebih besar dari tidal
diterima, diperlukan FGF sama atau dua
volume pasien, inspirasi berikutnya
kali menit volume diperlukan selama
hanya akan berisi gas segar. 4,14
ventilasi spontan ataupun terkontrol. Dari
Sistem Mapleson A dua sirkuit ini, sistem mapleson C
menjadi kurang efisien karena tidak
Sistem mapleson A atau dikenal sebagai memiliki tabung yang berfungsi menjaga
sistem Magill merupakan susatu sistem pemisahan gas alveoli dengan dead space
yang populer digunakan di Inggris dari gas ekspirasi, dan seluruh volume
(Gambar 10). Pada pernafasan spontan, ekspirasi akan bercampur dalam
selama ekspirasi, bagian pertama dari gas reservoir bag. Meski begitu, merupakan
ekspirasi berasal dari dead space anatomi sistem yang baik untuk ventilasi manual
dan tidak mengandung CO2. Gas tersebut pasien sebelum intubasi. 4,14
berjalan sepanjang tabung corrugated
hingga reservoir bag, akan tetapi tidak Sistem Mapleson B dan C
memasukinya karena kapasitas tabung
Kedua sistem ini pada dasarnya adalah
corrugated melebihi volume tidal. Ketika
sama dan untuk mengurangi tingkat
reservoir bag diisi dan tekanan sirkuit
rebreathing pada tingkat yang dapat
meningkat, katup ekspirasi (katup APL)
diterima, diperlukan FGF sama atau dua
akan terangkat. Pada keadaan ini gas
kali menit volume diperlukan selama
yang akan keluar pada siklus respirasi
ventilasi spontan ataupun terkontrol. Dari
adalah gas alveoli yang mengandung
dua sirkuit ini, sistem mapleson C
CO2. Pada fase ekspirasi yang
menjadi kurang efisien karena tidak
selanjutnya, FGF yang memasuki
memiliki tabung yang berfungsi menjaga
reservoir bag selanjutnya akan mengalir
pemisahan gas alveoli dengan dead space
melalui tabung corrugated dan
dari gas ekspirasi, dan seluruh volume
mendorong gas alveoli yang tersisa.
ekspirasi akan bercampur dalam
Sistem ini baik dalam mengeluarkan gas
reservoir bag. Meski begitu, merupakan
alveoli. Pada sistem ini rebreathing tidak
sistem yang baik untuk ventilasi manual
terjadi hingga FGF turun di bawah 70 %
pasien sebelum intubasi. 4,14
dari minute volume. 4,14
Ketika digunakan untuk ventilasi
mekanik dengan kompresi manual dari
reservoir bag, kemampuan dari sistem ini
untuk mengeluarkan gas alveoli dari
sistem ini menjadi hilang, sehingga
selama inspirasi FGF akan keluar melalui
katup APL. Pada keadaan ini sistem
menjadi tidak efisisen dan diperlukan
FGF 3 kali menit volume untuk
mencegah rebreathing.Sistem Lack Gambar 10. Mapleson A

44 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dan kinerja dari tiga sistem ini adalah


sama. 4,14

Sistem Mapleson D
Sistem ini merupakan sistem T-piece
yang memiliki cabang ekspirasi (tabung
corrugated) dengan reservoir bag dan
katup APL pada bagian akhir tabungnya
(Gambar 14). Selama ventilasi spontan
Gambar 11. Sistem Lack
sistem ini bekerja serupa dengan
mapleson E dan F, bahwa volume tidal
adalah kurang dari volume dari tabung
corrugated ekspirasi. Jika volume tidal
melebihi volume tabung corrugated
ekspirasi, campuran gas ekspirasi akan
dihirup dari reservoir bag. 4,14
Selama ventilasi kontrol sistem ini lebih
Gambar 12. Mapleson B efisien dibandingkan dengan mapleson A,
B, atau C. Efisiensi ini disebabkan
pemisahan pipa FGF dengan katup APL
(yang terletak jauh dari pasien). Desain
ini memungkinkan bahwa sebagian besar
gas yang dihirup selama inspirasi
merupakan FGF. Sistem Bain merupakan
coaxial dari sistem mapleson D (Gambar
15). 4,14
Gambar 13. Mapleson C

Sistem Mapleson D, E dan F


Sistem ini pada dasarnya merupakan
sistem T-pieces. Sistem ini digunakan
secara luas di Amerika dibandingkan
sistem mapleson A atau B. 14

Sistem T-pieces Gambar 14. Sistem Mapleson D

Sistem T-pieces didefinisikan sebagai


sirkuit nafas dimana FGF masuk diantara
sisi pasien dan sisi lubang ataupun katup
ekspirasi. Definisi fungsional ini kadang
membingungkan karena sistem ini tidak
harus memiliki suatu cabang terpisah
untuk sisi ekspirasi. Karena sistem ini
juga mencakup sistem yang sepertinya
tidak terlihat sebagai T-pieces. Sistem Gambar 15. Sistem Bain
Mapleson D, E dan F berbeda hanya pada
akhir dari cabang ekspirasi dari T-pieces,

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 45


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Sistem Mapleson E
Sistem Mapleson E merupakan T-pieces
yang sederhana dengan akhir cabang
ekspirasi yang terbuka yang
menggantikan reservoir bag. Sistem ini Gambar 17. Sistem Mapleson F (Jackson-Rees)
hanya untuk pernafasan spontan. Ukuran
dan bentuk dari tabung cabang ekspirasi
adalah penting. Tabung ini harus
memiliki diameter yang cukup untuk SISTEM LINGKAR / SISTEM
menghasilkan resistensi yang rendah CIRCLE
pada aliran gas, akan tetapi diameter yang Meskipun rangkaian Mapleson mengatasi
terlalu besar akan menghasilkan beberapa kelemahan dari insuflasi dan
campuran antara gas ekspirasi dan FGF sistem draw-over, tingginya FGF yang
sehingga menyebabkan efisiensi yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
berkurang. Kapasitas tabung cabang rebreathing menyebabkan pemborosan
ekspirasi harus melebihi volume tidal agen anestesi, polusi ruang operasi dan
untuk menghindari kemungkinan hilangnya panas pasien dan kelembaban.
terhirupnya udara bebas. Kurangnya Upaya untuk menghindari masalah ini,
kapasitas tabung cabang ekspirasi dapat sistem lingkar menambahkan beberapa
dikompensasi dengan meningkatkan FGF komponen ke dalam sirkuit pernafasan.
(Gambar 16). 4,14 1,4,11,14

Komponen-komponen Sistem Lingkar


Carbon dioksida absorbent (Pengisap
CO2)
Gambar 16. Sistem Mapleson E
Rebreathing gas alveolar memelihara
Sistem Mapleson F (Jackson-Rees) panas dan kelembaban. CO2 pada gas
yang dihembuskan harus dihilangkan
Sistem ini berbeda dengan sistem untuk mencegah hiperkapni. Secara
mapleson D, dimana katup APL ekspirasi kimiawi CO2 bergabung dengan air untuk
terletak pada ujung distal reservoir bag membentuk asam karbonat. CO2
yang terbuka yang dapat diatur oleh absorbent (seperti sodalime atau
operator. Sistem ini umumnya digunakan baralime) mengandung garam hidroksida
untuk mengatur ventilasi selama transport yang mampu menetralkan asam karbonat.
pasien dan pasien yang diintubasi. Sistem Produk akhir reaksi meliputi panas
ini juga populer digunakan pada anetesi (termasuk panas netralisasi), air dan
anak karena memiliki dead space dan kalsium karbonat. Sodalime adalah CO2
resistensi yang minimal. Kekurangan absorbent yang umum dan mampu
sistem ini meliputi kebutuhan akan FGF menyerap untuk 23 L CO2 per 100 g
yang tinggi untuk mencegah rebreathing, absorbent.
terjadinya tekanan yang tinggi dan
barotrauma jika katup ekspirasi tertutup Perubahan warna dari sebuah indikator
serta kurangnya humidifikasi. 4,14 pH oleh peningkatan konsentrasi ion
hidrogen memberi tanda terpakainya alat

46 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

penyerap. Absorbent harus diganti bila dengan 50% dari kapasitas penyerap.
50-70 % telah berubah warna. Meskipun Indikator pewarna dapat dipantau melalui
butiran yang telah digunakan dapat dinding transparan penyerap.
kembali ke warna aslinya jika Terpakainya penyerap biasanya pertama
diistirahatkan, tetapi pemulihan kapasitas terjadi pada lokasi dimana gas
CO2 absorbent yang terjadi tidak dihembuskan memasuki penyerap dan
signifikan. Ukuran butiran menunjukkan sepanjang dinding tabung yang halus.
dengan daya serap permukaan yang Absorbers generasi yang lebih baru dapat
tinggi dari butiran-butiran kecil dan aliran digunakan hingga CO2 ditemukan dalam
gas dengan resistensi yang rendah dari gas yang dihirup yang dapat diamati pada
butiran-butiran yang besar. Garam-garam monitor gas anestesi, yang menunjukkan
hidroksida mengiritasi kulit dan selaput saatnya tabung untuk diganti. 1,4,11,14
lendir. Meningkatkan kekerasan sodalime
dengan menambahkan silika
meminimalkan resiko menghirup debu
natrium hidrokida. Karena kapur barium
hidroksida memasukkan air ke dalam
struktur tersebut (air kristal), sehingga
cukup keras tanpa silika. Tambahan air
ditambahkan untuk kedua absorbent
selama pembungkusan untuk memberi
kondisi yang optimal untuk pembentukan
asam karbonat. Sodalime komersial
memiliki kandungan air 14 – 19 %.
Butiran penyerap dapat menyerap dan
kemudian melepaskan sejumlah volatile
anestesi (anestesi yang mudah menguap)
secara signifikan. Alat ini dapat Gambar 18. Carbon dioksida absorbers
merespon untuk induksi yang tertunda
atau muncul. Sodalime yang lebih kering Undirectional Valves (Katup searah)
besar kemungkinan akan menyerap dan
mengurangi anestesi inhalasi. 1,4,11,14 Katup searah, yang berfungsi sebagai
katup pengecek, mengandung sebuah
Carbon dioksida absorbers keramik atau piringan (disk) mika yang
diletakkan horizontal di atas sebuah
Butiran-butiran penyerap yang tempat katup berbentuk cincin (gambar
terkandung dalam satu atau dua tabung 19). Selanjutnya aliran gas mendorong
yang melekat antara kepala dan alas piringan ke atas, memungkinkan gas
lapisan. Bersama-sama, unit ini disebut untuk mengalir melalui sirkuit. Aliran
absorbers (gambar 18). Meskipun besar, balik mendorong piringan melawan
tabung ganda memungkinkan penyerapan tahanan, mencegah refluks. Kerusakan
CO2 yang lebih lengkap, frekuensi katup biasanya disebabkan oleh piringan
perubahan absorbent lebih sedikit/tidak yang bengkok atau wadah yang tidak
banyak, dan resistensi aliran gas lebih sesuai. Katup ekspirasi menerima gas
rendah. Untuk memastikan penyerapan alveolar yang lembab.
lengkap, tidal volume pasien tidak boleh
melebihi volume udara ruang antara
butiran penyerap, yang kurang lebih sama

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 47


Jurnal Anestesiologi Indonesia

katup ekspirasi. Gas ini keluar masuk


(dikeluarkan) melalui katup APL atau
rebreathing oleh pasien setelah melalui
penyerap. Penutupan katup inspirasi
selama ekspirasi mencegah pengeluaran
gas dari percampuran dengan gas segar
pada cabang inspirasi. Kerusakan katup
searah memungkinkan terjadinya
rebreathing CO2, sehingga menyebabkan
hiperkapni. 1,4,11,14

Optimalisasi desain sistem circle


Gambar 19. Sebuah katup searah (sistem lingkar)
Inhalasi membuka katup inspirasi, Meskipun komponen-komponen utama
memungkinkan pasien untuk bernafas sistem lingkar (katup searah,inlet gas
campuran dari gas segar dan gas yang segar, katup APL, penyerap CO2 dan
dihembuskan yang sudah melalui sebuah reservoir bag) dapat ditempatkan
penyerap CO2. Secara bersamaan, katup dalam beberapa susunan, tetapi berikut
ekspirasi menutup untuk mencegah ini susunan yang lebih dianjurkan
rebreathing dari hembusan gas yang (Gambar 20).
masih mengandung CO2. Selanjutnya
aliran gas dari pasien selama
penghembusan (exhalation) membuka

Gambar 20. Sebuah sistem lingkar

Katup searah tertutup secara relatif ke ditempatkan di Y-piece, karena


pasien untuk mencegah aliran balik ke menyebabkan kesulitan untuk
cabang inspirasi jika kebocoran rangkaian mengkonfirmasi kondisi dan fungsi yang
berkembang. Namun katup searah tidak tepat dari katup selama operasi.

48 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Inlet gas segar / fresh gas inlet besar laju FGF, semakin sedikit waktu
ditempatkan antara penyerap dan katup yang dibutuhkan untuk mengubah
inspirasi. Posisinya di hilir (ujung) dari konsentrasi gas segar anestesi, yang
katup inspirasi akan memungkinkan gas tercermin dalam sebuah perubahan
segar untuk memotong jalan pasien konsentrasi gas inspirasi anestesi.
selama pengeluaran nafas dan menjadi Kecepatan aliran induksi dan pemulihan
pemborosan (sia-sia). Gas segar yang yang lebih tinggi, dapat mengkompensasi
ditempatkan antara katup ekspirasi dan kebocoran dalam sirkuit dan mengurangi
penyerap akan diencerkan oleh gas resiko campuran gas tak terduga. 1,4,11,14
resirkulasi. Selanjutnya, anestesi inhalasi
dapat diserap atau dilepaskan oleh butiran Dead space
sodalime, sehingga memperlambat
Bagian dari tidal volume yang tidak
induksi dan kemunculannya.
mengalami ventilasi alveolar disebut
Katup APL harus ditempatkan tepat ruang kosong (dead space). Setiap
sebelum abesorber untuk memelihara peningkatan dalam dead space harus
kapasitas penyerapan dan untuk disertai oleh peningkatan yang sesuai
mengurangi pengeluaran gas segar. pada tidal volume jika ventilasi alveolar
Resistensi terhadap udara ekspirasi tetap tidak berubah. Karena terdapatnya
berkurang dangan menempatkan katup searah, perangkat dead space dalam
reservoir bag di cabang komponen suatu sistem lingkar terbatas pada daerah
ekspirasi. Kompresi reservoir bag selama distal titik percampuran gas inspirasi dan
ventilasi terkontrol akan mengeluarkan ekspirasi di Y-piece. Tidak seperti
gas ekspirasi melalui katup APL, rangkaian Mapleson, tabung nafas
sehingga juga memelihara absorbent. panjang tidak mempengaruhi dead space.
1,4,11,14 Seperti rangkaian Mapleson, panjang
rangkaian mempengaruhi compliance dan
Karakteristik Kinerja Sistem Lingkar dengan demikian sejumlah volume tidal
akan hilang ke rangkaian selama tekanan
Kebutuhan gas segar ventilasi positif. Sistem lingkar pada anak
mungkin memiliki suatu septum yang
Dengan adanya absorber, sistem lingkar
membagi gas inspirasi dan ekspirasi di Y-
dapat mencegah rebreathing CO2 pada
piece dan tabung-tabung pernafasan
FGF rendah atau yang dianggap rendah
dengan compliance rendah untuk
(</= 1 L) atau bahkan FGF yang sama
mengurangi dead space, meskipun alat
dengan pengambilan gas anestesi dan
ini jarang digunakan dalam praktek saat
oksigen dari pasien dan rangkaian itu
ini.
sendiri (anestesi sistem). Pada aliran gas
segar lebih dari 5 L/menit, rebreathing Resistensi
begitu minimal sehingga CO2 absorber
biasanya tidak diperlukan. Katup searah dan absorber meningkatkan
resistensi sistem lingkar, terutama pada
Dengan FGF rendah, konsentrasi oksigen laju respirasi yang tinggi dan tidal
dan anestesi inhalasi bervariasi yang volume yang besar. Meskipun demikian,
mencolok antara gas yang dihirup (gas bayi prematur dapat diventilasi dengan
pada fresh gas inlet) dan gas inspirasi sukses dengan menggunakan sistem
(gas pada inspiratory limb dari tabung lingkar.
pernafasan), yang merupakan campuran
gas segar dan gas yang dihembuskan
yang telah melewati penyerap. Semakin

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 49


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Pemeliharaan kelembaban dan panas 2. Eisenkraft JB, Longnecker DE, Brown DL,
Newman MF, Zapol WM. Anesthesia
Sistem penghantaran gas medis Delivery System. In: Anesthesiology. New
memberikan gas-gas yang tidak York : McGraw-Hill, 2008; 767 – 820
3. Bready LL, Mullin RM, Noorily SH.
dilembabkan ke sirkuit anestesi pada Anesthesia Breathing System. In: Decision
suhu kamar. Gas ekspirasi dipenuhi Making in Anesthesiology. 4th ed. Texas :
dengan uap air pada suhu tubuh. Oleh Mosby Elsevier, 2007; 14-8
karena itu, panas dan kelembaban gas 4. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ.
inspirasi tergantung pada proporsi relatif Breathing System. In: Clinical
Anesthesiology. 4th ed. McGraw-Hill. New
dari gas rebreathing ke gas segar York: Lange Medical Books, 2006; 242-52
inspirasi. Aliran yang tinggi akan disertai 5. Roth PA, Howley JE. Anesthesia Delivery
dengan kelembaban yang relatif rendah, Systems. In: Basic of Anesthesia. 5th ed.
sedangkan aliran yang rendah Philadelphia: Elsevier, 2007; 185-205
memungkinkan saturasi air yang lebih 6. Michael AE, Ramsay, MD. Anesthesia and
Pain Management at Baylor University
besar. Butiran absorbent menghasilkan Medical Center. New York: BUMC
sumber panas yang signifikan dan Proceedings, 2000; 151- 65.
kelembaban di dalam sistem lingkar. 7. Atkinson RS, Rushman, GB, Lee, Alfred J.
A Synopsis of Anaesthesia - Asian Economic
Kontaminasi bakteri ed. Singapore: Elsevier, 1988; 4 - 12
8. Col AK, Bhargava. Early Devices for
Resiko terdapatnya mikroorganisme pada Inhalation of Ether and Chloroform. Indian
komponen-komponen sistem lingkar Journal Anaesthesia, 2003: 47(3); 176 - 7
9. Col AK, Bhargava. Anaesthetic Devices.
secara teoritis dapat mengakibatkan Indian Journal Anaesthesia, 2003: 47(6); 437-
infeksi saluran pernafasan pada pasien 8
yang menggunakan sirkuit ini berikutnya. 10. Aitkenhead AR, Rowbotham DJ, Smith G.
Karena alasan ini, penyaring bakteri Anaesthetic Apparatus. In: Textbook of
kadang-kadang ditambahkan ke dalam Anesthesia. 4th ed. Philadelphia: Livingstone,
2002; 380 – 90
tabung pernafasan inspirasi atau ekspirasi 11. Barrash Pg, Cullen BF, Stoelting RK.
atau di Y-piece. Delivery System for Inhaled Anesthetics. In:
Clinical Anesthesia. 5th ed. Yale: Lippincott
Kekurangan sistem lingkar Williams & Wilkins, 2006; 558-94
12. Ward CS. Breathing Attachment and Their
Meskipun sebagian besar masalah Components. In: Anaesthetic Equipment –
rangkaian Mapleson terselesaikan oleh Physical Principles and Maintenance.2nd ed.
sistem lingkar, sistem ini tetap memiliki Portsmouth: Baillier Tindall, 1985; 122 - 70
13. Ward C, Moyle JT, Davey A. Breathing
kekurangan, seperti ukuran lebih besar System and Their Components. In: Ward‟s
dan kurang praktis dibawa, meningkatnya Anaesthetic Equipment. 4th ed. London:
kompleksitas, mengakibatkan resiko Saunders, 1992; 109 - 30
tinggi pemutusan atau malfungsi, 14. White DC, Calkins J. Anesthetic Machine
meningkatkan resistensi, dan kesulitan and Breathing System. In: General
Anesthesia. 5th ed. Philadelphia: Butlerworth
memprediksi konsentrasi gas inspirasi International edition, 1989; 440 – 54
selama FGF rendah. 1,4,11,14

DAFTAR PUSTAKA
1. Brockwell RC, Andrews JJ. Inhaled
Anesthetic Delivery Systems. In: Miller‟s
Anesthesia.7th ed. San Fransisco : Elsevier,
2010. ebook

50 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA
Awareness dan Recall Intraoperatif
Aunun Rofiq*, Witjaksono*, Widya Istanto Nurcahyo*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT

ASA reports the latest on intraoperative awareness conducted by the ASA is centered
around the postoperative recall. As can be inferred from this chapter, introperatif
awareness and postoperative recall is not a phenomenon that is not related at all, thereby
allowing clinicians and researchers to use one of the two partially substitute for the other.

Recall that typically do not provide actual estimates of the incidence of intraoperative
awareness and simply represents the peak of the iceberg phenomenon. Monitor brain
function can not be predicted with less recall very well, but better than the traditional
autonomic parameters in knowing lost or the emergence of consciousness. Monitor brain
function represents the rapid developments in anesthesia practice management. The ability
to recognize intraoperative awareness and prevention by maintaining a depth of hypnosis
level, offers great potential to prevent postoperative recall.

ABSTRAK
Laporan ASA terbaru mengenai awareness intraoperatif yang dilakukan oleh ASA
dipusatkan seputar recall postoperative. Seperti dapat disimpulkan dari Bab ini,
awareness introperatif dan recall postoperative bukanlah fenomena yang tidak
berhubungan sama sekali, sehingga membolehkan para klinisi dan peneliti untuk
menggunakan salah satu di antara keduanya sebagia substitusi bagi yang lain.

Recall secara khas memberikan estimasi yang tidak sebenarnya terhadap insidensi
awareness intraoperatif dan hanya merepresentasikan puncak dari fenomena gunung es.
Monitor fungsi otak tidak dapat memprediksi recall dengn sangat baik, tetapi lebih baik
dari parameter otonom yang tradisional dalam mengetahui hilang atau timbulnya
kesadaran. Monitor fungsi otak merepresentasikan perkembangan yang pesat dalam
manajemen praktek anestesi. Kemampuan untuk mengenali awareness intraoperatif dan
pencegahannya dengan mempertahankan kedalaman tingkat hypnosis, menawarkan
potensi yang besar untuk mencegah recall postoperative.
_________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Pernah nonton film “Awake” besutan mendengar semua percakapan yang


Joby Harold tahun 2007? Film itu terjadi selama dia dibius, dan menjumpai
mengisahkan tentang seorang yang harus bahwa dokter yang sekaligus temannya
menjalani operasi transplantasi jantung di ternyata memiliki rencana buruk
bawah pengaruh obat bius, tetapi tersadar terhadapnya. Tulisan kali ini agak lain
pada saat operasi berlangsung tanpa bisa dari sebelumnya, yaitu mencoba
bergerak atau bicara. Serunya, dia bisa

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 51


Jurnal Anestesiologi Indonesia

mengangkat tentang peristiwa pikiran. Setelah mendengarkan dan


“anesthesia awareness”, yaitu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
tersadarnya pasien pada saat operasi di sang dokter anestesi kemudian meminta
bawah pengaruh obat bius, sehingga ia maaf dan memberitahu dokter ginekologi.
bisa menyadari apa yang terjadi selama Setelah melakukan diskusi berulang kali
operasi. dan dua kali pertemuan psikoterapi,
pasien kemudian mengurungkan niatnya
Ada lagi suatu cerita, dimana seorang untuk membawa perkara ini ke meja
wanita, 30 tahun, terdaftar di sebuah hukum, dan memaafkan para dokter
rumah sakit untuk tindakan bedah tersebut.
sterilisasi dengan anestesi general.
Setelah induksi yang baik dan lancar Bangkitnya kesadaran adalah sebuah
pasien bangun dan mengeluh tidak dapat outcome yang tidak diinginkan, sebuah
bergerak. Pasien mendengar dokter komplikasi dari sebuah manajemen
ginekolog, yang datang terlambat, dan anestesi yang menjadi hal yang sangat
bertengkar dengan dokter anestesi, yang berpotensi untuk menimbulkan masalah
berkata padanya, “kemana saja engkau hukum. Pasien yang mampu mengingat
dokter, pasienmu sudah siap sejak satu tindakan opreasi yang dilakukan padanya,
jam yang lalu!!”. Pasien tersebut khususnya ketika pasien merasa nyeri,
kemudian merasa ada sensasi nyeri berpotensi untuk mengakibatkan
seperti ditusuk pisau di perutnya. Dia morbiditas yang lebih lama. Pengalaman
panik, dan menjadi ketakutan terhadap ini sangat tidak baik bagi pasien, yang
hal apa lagi yang akan terjadi padanya, dapat melemahkan dirinya dalam
takut akan rasa sakit yang lebih berat. menjalani aktivitas sehari-hari dalam
kehidupannya. Tulisan ini akan
Di dalam Recovery Room, pasien gelisah. membahas tentang kejadian dan
Staf yang menjaganya mengatakan bahwa memahamkan pasien maupun praktisi
kegelisahannya merupakan efek samping medis, serta mempresentasikan seni
yang umum terjadi dari tindakan anestesi, teknologi monitoring.
sehingga pasien sebaiknya tetap tenang.
Karena dia mengingat hal-hal yang Pada operasi-operasi besar yang
terjadi padanya selama operasi, dia membutuhkan ketelitian, ketepatan dan
memutuskan untuk bertanya lebih jauh waktu lama, pasien umumnya mendapat
tentang keadaan dirinya. Namun, sang anestesi umum untuk menghilangkan
perawat kurang menanggapinya, sehingga kesadaran dan rasa sakit. Anestesi umum
dia merasa diabaikan dan putus asa. yang modern menggunakan tiga golongan
Maka kemudian, dia merasa kecewa, obat untuk memberikan efek pembiusan,
marah, dan memutuskan untuk yaitu: obat yang menyebabkan tertidur
menghadap kepada dokter anestesi. Sang dan menghapuskan memori selama
dokter, juga pada awalnya tidak operasi (obat bius), obat yang
membenarkan apa yang ia rasakan, melemaskan otot untuk mencegah
karena melihat tanda vital pada pasien ini kontraksi otot yang tidak diinginkan
normal sepenuhnya. Namun, ketika sang selama operasi (pelemas otot), dan obat
pasien dapat mengulangi dengan sama penghilang rasa sakit yang kuat
persis kata-kata yang diucapkan dokter (analgesik kuat) seperti obat golongan
anestesi tersebut saat operasi ketika morfin. Obat pelemas otot menyebabkan
bertengkar dengan dokter ginekologi, pasien tidak bisa bergerak, termasuk tidak
sang dokter anestesi pun mulai berubah bisa bicara, atau bahkan bernafas,

52 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

sehingga seringkali dibantu dengan alat salah terjadi?”). Monitoring yang adekuat
bantu pernafasan. bergantung pada penggambaran yang
benar tentang keadaan pasien, sehingga
DEFINISI akan menimbulkan pertanyaan: apakah
kesadaran intraoperatif ini disertai
Istilah kesadaran (awareness) masih memori postoperatif? Bagaimana
kontroversial. Sejauh ini, laporan dari menguraikan kedua hal yang
ASA yang didiskusikan di akhir tulisan berhubungan namun tidak sama ini akan
ini belum dapat menjawab kerumitan kita diskusikan pada tulisan ini.
mengenai awareness ini. Salah satu yang
membuat kontroversi adalah istilah Untuk saat ini, mari kita bedakan
awareness yang masih ditujukan pada awareness dengan recall dan awareness
consciousness. Tentu saja, hilangnya tanpa recall. Walaupun konsekuensi dari
consciousness merupakan periode klinis awareness tanpa recall tidak diketahui,
yang umum, dan merupakan endpoint namun kami mempertimbangkan adanya
yang penting pada intraoperatif. Tetapi, hubungan antara kejadian dan fenomena
apa yang sebenarnya hilang ketika pasien awareness dengan recall yang belum
mulai hilang consciousness-nya? Prinsip dapat dimengerti sepenuhnya.
biologi pada keadaan mental ini, atau
keadaan yang semisal dengannya, belum Nah, walaupun telah diberi anestesi
dapat ditentukan secara pasti walaupun dengan perhitungan yang teliti dari dokter
telah banyak menarik perhatian para ahli anestesi, dilaporkan 1-2 dari 1000
ilmuwan.1 Karena alasan ini, secara orang mungkin mengalami “anaesthesia
praktis, kita dapat mengadopsi beberapa awareness”, yaitu tersadar selama
definisi. Umumnya, awareness pembiusan, dengan berbagai tingkatan.
merupakan keadaan didapatkannya Ada yang tersadar penuh, setengah
pengalaman secara sadar (seperti seorang tersadar, atau hanya sedikit tersadar.
yang mengatakan, “saya mendengar
seseorang berbicara”).2 Namun, pada Ada beberapa bentuk kesadaran ini,
anestesi klinik, istilah ini mempunyai antara lain:
makna yang berbeda, yaitu merujuk pada
adanya memori pada pasien atau mampu 1. Pasien sadar, dapat bergerak, tapi
mengingat tindakan bedah yang tidak merasakan sakit. Pasien
dilakukan (recall) (seperti, pasien semacam ini mungkin mendapatkan
berkata: “Saya mendengar dokter bedah analgesik yang cukup, tetapi kurang
bicara”). Oleh karena itu, ketika cukup obat untuk melemaskan otot
mendiskusikan mengenai awareness dan obat biusnya.
selama anestesi, kita tidak hanya merujuk 2. Pasien sadar, tapi tidak bisa bergerak
pada pengalaman subjektif, tetapi juga atau berteriak, dan tidak merasakan
memori yang ada. Perbedaan yang sakit. Pasien ini mungkin
signifikan ini, yaitu antara pengertian mendapatkan obat analgesik dan
awareness dari literatur dan yang pelemas otot dengan dosis yang
digunakan dalam anestesi klinis, akan cukup, tetapi kurang dalam obat
menjadi jelas ketika kita membicarakan biusnya.
tentang teknik monitoring (lihat Bab 3. Yang paling mengerikan buat pasien
tentang “ apakah terdapat tanda adalah jika pasien sadar, merasakan
peringatan selama anestesi yang sakitnya operasi, tetapi tidak bisa
memberitahu kita bahwa sesuatu yang bergerak atau berteriak, atau

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 53


Jurnal Anestesiologi Indonesia

mengerjakan apapun. Ini dapat resusitasi di lapangan yang telah


disebabkan karena kurangnya dosis ditambahkan dalam manajemen anestesi
analgesik dan obat biusnya, tetapi kasus berisiko tinggi di kamar operasi.
cukup mendapatkan pelemas otot. Ini Oleh sebab itu, penelitian-penelitian
merupakan situasi yang cukup modern yang terus dilakukan akan dapat
mengerikan dan kadang membuat menurunkan angka insidensi.
trauma pasien terhadap operasi.
Mestinya keadaan seperti ini bisa Selain peningkatan standar pelayanan,
segera disadari oleh dokternya, tapi metode penelitian juga sekarang ini
kadang2 karena pasien tidak bisa semakin akurat. Pada penelitian-
bereaksi, maka hal ini tidak disadari penelitian sebelumnya, sebagai contoh,
dan pasien akan sangat menderita. beberapa bukti anekdot dari recall post
Selain itu, fungsi otak pasien yang operasi telah ditemukan sebagai fakta
tersadar ini umumnya abnormal pada munculnya awareness intraoperatif.
3
karena di bawah pengaruh anestesi, Beberapa keterangan dramatis tentang
dan ketambahan lagi dengan efek dari insidensi lainnya juga pernah dilaporkan
obat-obat lain, maka seringkali dapat di masa lalu. Karena obat-obat sedatif
menimbulkan efek-efek yang aneh dapat mengubah persepsi terhadap
seperti seolah-olah jatuh ke dalam waktu,5 pasien dapat merasa sadar selama
neraka, merasa jiwanya keluar dari operasi, walaupun memori mereka
badannya, atau merasa akan mati. sebenarnya terbentuk di waktu yang lain
selama periode perioperatif. Mereka
INSIDENSI dapat bingung mendengar suara sebelum
atau sesudah ektubasi serta mendengar
Sebagaimana fenomena kompleks suara selama operasi. Untuk menghindari
lainnya, tidak banyak data statistik adanya kemungkinan kekeliruan laporan
tunggal yang menyebutkan angka karena subjektivitas pasien, ketika obat
insidensi kejadian ini. Sangat penting sedasi telah diberikan, kita harus dapat
untuk mengetahui konteks dari data memeriksa memori dengan hati-hati.
statistik yang ada. Dalam konteks tataran Penilaian yang benar, secara spesifik
klinis misalnya, perlu dipertimbangkan dapat menggambarkan dengan spesifik
penyebab insidensi awareness dengan apa yang terjadi selama periode anestesi.
recall ini, yaitu meliputi variable Dalam bentuk yang sangat sederhana,
intraoperatif, seperti respon sebuah sistematika wawancara (lihat tabel
kardiovaskular. Kita akan melihat kondisi 26-1) dipaparkan untuk mengeksplorasi
klinis lebih dekat ketika kita berbicara memori selama periode intraoperatif, dan
mengenai faktor risiko (lihat Bab, “Siapa telah diterima dengan baik di klinik dan
saja yang Berisiko?”). Konteks penting penelitian komunitas. Dengan
kedua adalah standar pelayanan, yang menanyakan kepada pasien 5 pertanyaan
selalu berubah dan meningkat. Sehingga, yang sederhana dan kurang spesifik
estimasi insidensi awareness dengan setelah recovery, kita menemukan hanya
recall akan menurun. Sebagai contoh, 1% insidensi recall setelah operasi, bukan
insidensi dilaporkan pada pasien trauma 43%.4
pada tahun 1980an yaitu 43%3, dan
sebuah observasi yang serupa 15 tahun Beberapa penelitian meneliti fungsi
kemudian hasilnya sebesar 1%4. memori selama anestesi dengan mengetes
Peningkatan yang luar biasa ini terjadi adanya stimuli spesifik selama anestesi,
karena adanya kemajuan dalam hal seperti daftar kata-kata yang

54 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

diperdengarkan lewat headphone. Setelah 7 senter kesehatan di negara tersebut.8


recovey, stimuli yang sama dimunculkan Semua pasien diberi anestesi general,
lagi, bersama dengan stimuli lain yang mempunyai status mental normal,
tidak diberikan selama anestesi. berkemampuan untuk memberikan
Penelitian ini menunjukan adanya respon informed consent, dan dapat
pasien terhadap stimulasi yang lama diwawancara setelah operasi. Pasien
maupun baru, dengan beberapa jenis diwawancara pertama di PACU (Post
stimulasi yang dites. Tulisan ini akan Anestesi Care Unit), dan wawancara
focus pada explicit memory (memori lanjutan dilakukan 1 minggu kemudian.
yang jelas), dimana dilakukan Peneliti mengetahui bahwa recall dapat
pengumpulan kembali informasi dalam terjadi terlambat, sehingga oleh
kesadaran. 6,7 karenanya dilakukan wawancara lanjutan.

Tabel 1. Kuosioner Inisial Postoperatif Sebagai pengganti penelitian luas


lainnya,9 peneliti mengklasifikasikan
1. Apa hal terakhir yang anda ingat sebelum
tidur? setiap individu ke dalam 4 kelompok
berikut:
2. Apa hal pertama yang anda ingat ketika 1. Tidak ada awareness (tidak ada
bangun dari tidur? laporan atau deskripsi yang samar,
3. Apakah anda ingat apa yang terjadi pada
atau apa yang dilaporkan sering
waktu di antara anda mulai tidur hingga terjadi dalam periode preoperasi dan
bangun dari tidur? postoperasi, seperti musik, orang
yang berbicara, pakaian yang dipakai)
4. Apakah anda bermimpi selama operasi?
2. Dreaming: Bermimpi (mungkin
5. Apakah hal yang paling buruk mengenai berhubungan dengan kesadaran)
operasi yang dilakukan pada anda? 3. Possible awareness (pasien tidak
dapat mengingat kejadian-kejadian
yang terjadi dengan jelas yang
Sistematika wawancara singkat untuk menunjukkan kesadaran)
mengetahui kesadaran dan recall (tabel 1) 4. Awareness (jika event yang dapat
dapat membantu, di mana pasien diingat dikonfirmasi kepada
biasanya enggan untuk melaporkan seseorang yang hadir atau peneliti
kesadarannya. Jika pasien mengakui diyakinkan bahwa memori tersebut
mengingat sesuatu selama intraoperasi, benar tetapi tidak ada konfirmasi
strategi yang lain dapat digunakan adalah yang bisa didapat)
seperti telah diberi contoh dan
didiskusikan di Bab “ Apa yang Harus Di dalam Recovery room, 0,3% pasien
Dilakukan?”. Penting untuk diperhatikan yang diwawancara dilaporkan mengingat
bahwa kelima pertanyaan ini adalah sesuatu di antara waktu akan tidur hingga
untuk menilai kesadaran intraoperatif bangun (menjawab ya untuk pertanyaan
dengan cara yang sederhana, terbuka dan 3, tabel 26-1). Selama periode follow-up
tidak berbias. satu minggu kemudian, angka
kejadiannya meningkat (0.6% dilaporkan
Menggunakan kuesioner ini, insidensi mempunyai memori intraoperatif).
awareness dengan recall ditemukan Sebaliknya, dreaming dilaporkan lebih
terbaru adalah 0,13% di US pada sering terjadi (6% menjawab ya pada
penelitian kohort-prospektif dengan pertanyaan no.4), dan menurun pada
sampel sebanyak 20.000 pasien dewasa di pariode follow-up (3,4%). Pada

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 55


Jurnal Anestesiologi Indonesia

wawancara dasar, 25 kasus awareness Pasien dengan recall dan awareness


(0,13%) teridentifikasi. Pada semua kemungkinan besar mampu mengingat
kasus, kejadian yang dapat diingat suara dan percakapan (30-90%), namun
terkonfirmasi atau dianggap tidak melihat, merasa, dan menghidu
kemungkinan besar benar-benar terjadi. sesuatu.14 Sejumlah angka yang
signifikan (hingga 40%) dapat mengingat
Insidensi recall setelah anestesi general di adanya nyeri, sebuah pengalaman yang
US dapat dibandingkan dengan yang dapat memediasi munculnya efek
diobservasi secara luas di negara-negara samping yang lebih besar (adverse
lain 9,10,11,12 Oleh karena itu, awareness aftereffect). Wawancara yang telah
dengan recall muncul sebagai fenomena dilakukan memberi kesan bahwa
yang terjadi di mana-mana dengan kesadaran yang banyak mengganggu
insidensi 1-2 per 1000 kasus, tidak pasien tidaklah penting, tetapi yang lebih
bergantung pada lokasi geografis, dan penting adalah ketidakmampuan untuk
perbedaan teknik anestesi. Dengan sekitar bergerak dan berkomunikasi (awake
200 juta anestesi general yang dilakukan paralisis). Walaupun nyeri tidak
di United State setiap tahunnya, kira-kira dirasakan, namun kurangnya kontrol
sebanyak 26.000 kasus terjadi awareness tubuh akan memberikan perasaan
dengan recall terjadi setiap tahun, atau terhadap hal yang lebih buruk akan
100 setiap hari kerja. muncul kemudian. Kebanyakan pasien
yang mengalami awake paralisis (70-
Mengapa Saya Harus Peduli? 90%) merasa panik dan gelisah, di mana
sebagian lain merasa lemah dan putus
Kebalikan dengan sebagian orang yang
asa. Kejadian ini seperti mengubur orang
berpikir angka kejadian ini yang sudah
hidup-hidup, dengan trauma mental yang
cukup tinggi untuk memicu dilakukannya
memuncak terutama ketika nyeri muncul.
usaha yang terus-menerus untuk
Sejumlah kecil pasien (15%) dapat
mencegah terjadinya awareness, sebagian
merasakan pengalaman berupa mati
lain berfikir bahwa kejadian recall
lemas, ancaman kematian, atau percaya
postoperasi sangat jarang terjadi dan
bahwa mereka sedang koma dan tidak
bukan merupakan kesulitan yang berarti.
akan pulih dari anestesi. Sekitar dua per
Jika anda berpikir sama, perhatikan
tiga pasien melaporkan perubahan
bahwa banyak pasien yang dikhawatirkan
perilaku setelah anestesi atau setelah
akan mendapat outcme yang buruk ini.
terjadi awareness.
Sebelum anestesi, hingga 54% khawatir
terhadap terjadinya nyeri, paralisis, dan Hingga 70% pasien yang mengalami
distress mental selama operasi. awareness dengan recall akan mengalami
Selanjutnya, ketika sakit, terjadinya pengalaman tidak menyenangkan yang
awareness merupakan sebab utama berlanjut, seperti kesulitan tidur, mimpi
ketidakpuasan pasien.10 Tidak buruk yang berulang, mangingat sesuatu
mengherankan jika terdapat perasaan dan yang sudah lalu (flashback), gelisah di
pengalaman subjektif pada orang yang waktu siang, dan penderitaan. Pasien-
sadar selama operasi. Walaupun tidak pasien ini juga akan merubah persepsi
semua kejadian awareness intraoperatif mereka tentang anestesi dan menjadi
perlu ditakuti, pembahasan tentang recall lebih takut dan khawatir dengan prosedur
yang terjadi pada pasien berikut dapat anestesi. Pasien menghindari rumah sakit
mewakilkan pola berpikir yang berbeda. dan dokter untuk menghindari teringatnya
pada pengalaman yang membuatnya
Memori pasien

56 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

trauma, suatu keadaan yang dapat yang mengalami pengalaman awareness


membahyakan keberhasilan pengobatan. postoperasi.
Jika simptom menetap selama 1 bulan
yang sangat mempengaruhi perasaan, Siapakah yang Berisiko?
perilaku, dan fungsi pasien, dapat
berkembang menjadi Post Traumatic Faktor Klinik
Stress Disorder (PTSD) (lihat tabel 26-
Penelitian pada penduduk Amerika,
2). Bergantung pada pengalaman
awareness dengan recall terjadi
awareness dan reaksi dari staf rumah
berhubungan dengan prosedur tindakan
sakit, sebanyak 15% dari pasien dengan
bedah (abdominal/thoraks, kardiak, dan
recall membutuhkan fisioterapi, di mana
oftalmologi, dll), dan kondisi pasien yang
10% diantaranya berkembang menjadi
sakit (ASA III-V). 8 Penelitian terbaru
PTSD.14,15 Bahkan beberapa tahun
menemukan kemungkinan hubungan
setelah kejadian tersebut, 50% pasien
penggunaan dosis obat anestesi yang
dapat tetap menderita dengan pengalaman
rendah, yang merupakan sebab umum
tersebut dan dapat menderita lumpuh
yang mengakibatkan awareness dengan
yang berat karena efek psikiatri ikutan.16
recall. Insidensi yang lebih tinggi
Karena itu, walaupun kejadian ini jarang
dilaporkan pada operasi Caesar, trauma
terjadi, awareness dengan recall ini dapat
dan bedar kardiak, yaitu 1-4%. 17,18,19
merubah hidup pasien. Pada Bab “Apa
Yang Harus Dilakukan?” menyajikan hal- Penggunaan obat muscle relaksan dapat
hal yang dapat anda lakukan, selama intra meningkatkan kejadian recall. Pada studi
dan postoperatif, ketika anda menjumpai di Swedia, banyak pasien mengalami
suspek awareness. apisode awareness dengan paralisis dua
Tabel 2. Gangguan stress postTraumatik
kali lebih besar dibandingkan dengan
pasien yang mendapat anestesi general
Pengalaman menetap terhadap kejadian-kejadian tanpa muscle relaksan.9 Jika obat muscle
(mimpi buruk, gelisah, kesukaran yang sangat) relaksan tidak diberikan, pasien dapat
mengalami awareness dan mampu
Penghindaran secara menetap tehadap stimuli
yang berhubungan (dokter, rumah sakit, check bergerak, dan anestesi sebaiknya
up) diperdalam. Pada penemuan dasar dari
penelitian ini, kewaspadaan dan
Pengalaman yang meningkat timbulnya dan penggunaan muscle ralksan yang
menetap
bijaksana harus diperhatikan. Obat
Respon general yang membeku muscle relaksan harus diberikan hanya
jika diperlukan oleh pasien, misalnya
Durasi simptom lebih dari 1 bulan untuk intubasi endotrakea, dan selama
ventilasi. Namun, menghindari
penggunaan muscle relaksan tidak
Penting untuk diperhatikan bahwa sekuel bermanfaat untuk mencegah timbulnya
ini berhubungan erat dengan penggunaan awareness. Sebagai contoh, beberapa
obat-obat muscle relaksan. Penelitian pasien tidak berusaha untuk bergerak
terhadap 14 pasien yang mengalami meskipun kesadaran mereka telah pulih.
awareness dan diberikan obat muscle
relaxan, 11 diantaranya dilaporkan Sementara pengguanan muscle relaksan
mengalami efek ikutan yang tidak mengakibatkan insidensi awareness
menyenangkan.9 Sebagai perbandingan, dengan recall, sebaliknya benzodiazepine
dari 4 orang yang nonparalisis tidak ada tidak. Karena efek sedatif yang

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 57


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dimilikinya, obat ini baik untuk secara langsung mencampuri memori


menghilangkan ansietas postopeartif, yang sudah terbentuk. Walaupun
sehingga umum digunakan. Karena efek diberikan sebelum dan selama intibasi,
sedatifnya, obat ini juga sering digunakan benzodiazepine tidak dapat mengurangi
untuk mencegah pasien untuk mengalami insidensi awareness dengan recall.
memori yang tidak menyenangkan. Obat
ini juga memiliki efek anterogard yang ASA mengevaluasi lebih dari 4000
besar, sehingga secara spesifik akan tuntutan dari sejumlah Perusahaan
mengacaukan memori yang baru dibentuk Asuransi penduduk Amerika terhadap
daripada memori yang sudah lama.20 terjadinya efek samping anestesi yang
Seseorang yang diberi benzodiazepine terjadi antara tahun 1961-1995.15
akan menerima dan memproses informasi Sebanyak 70% tuntutan terjadi selama
secara akurat, dan dapat merespon tahun 1980-1990. Tuntutan karena
terhadap pertanyaan atau komentar awareness terjadi sebanyak 2%, di mana
dengan benar, namun hanya sedikit dari terbagi dalam 2 kategori:
pengalaman ini yang disimpan dalam
memorinya. Efek amnesia anterogard 1. Awake Paralisis (18 tuntutan) dan
setelah obat diberikan ini dapat 2. Recall (61 tuntutan)
diharapkan ketika adanya efek samping
Sebagian besar tuntutan awake paralisis
(seperti nyeri) ingin dihindari.
ditemukan berhubungan dengan
Sebaliknya, penggunaan untuk profilaksis
kesalahan infuse (56%), atau siring pump
tidaklah umum, dan hanya sedikit
(44%): bag atau syringe yang megandung
pertimbangan mengenai isu etik yang
obat muscle relaksan tidak berlabel, ada
muncul, yaitu: ke mana efek samping
kesalahan dalam label, atau pelabelan
akan pergi jika tidak ke dalam memori?.21
yang sudah benar namun tidak diperiksa
Namun, berkebalikan dengan efek
sebelum pemberian obat. Periode dengan
samping yang diakibatkannya,
kerentanan tertinggi adalah saat
benzodiazepine sering diberikan setelah
preinduksi dan selama induksi ketika obat
sebuah efek samping muncul untuk
muscle relaksan diberikan sebagai
memperbaiki memori yang tidak
pengganti obat hipnosis atau sedatif.
menyenangkan. Pemberian obat ini untuk
Sebuah analisa menemukan bahwa
target memori retrogard kurang berguna
injeksi benzodiazepine setelah muscle
karena fakmakkokinetik obat ini, serta
relaksan merupakan usaha yang tidak
dapat menjelaskan mengapa tidak ada
menghasilkan hasil yang baik untuk
bukti dalam literatur yang memberi kesan
mendapatkan amnesia retrogard. Para ahli
bahwa benzodiazepine dan skopolamin
menduga sebagian besar kasus awake
lebih berhasil untuk menginduksi
paralisis (94%) merepresentasikan
amnesia diandingkan dengan anestesi
pelayanan yang di bawah standar, dan
biasa. Serupa dengan anestesi biasa,
karenanya pembebasan biasa pengobatan
benzodiazepine dapat mengganggu
seringkali diberikan (78%). Laporan yang
memori dengan menginduksi sedasi,
dibuat tidak menyebutkan adanya awake
tetapi tidak ada penelitian yang
paralisis ikutan.
mengesankan bahwa obat jenis ini juga

58 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 3. Penyebab Recall

Dosis obat anestesi yang tidak adekuat


Kegagalan peralatan, kebocoran (vaporizer yang kosong atau tidak tersambung)

Opiod-based anestesi (opioid bukanlah anestesi general)

Intubasi sulit (ingat untuk memberikan dosis ulang obat anestesi i.v)

Hipotensi (perlu dihentikan pemberian agen anestesi)

Adanya faktor risiko (dosis obat yang inadekuat mungkin dibutuhkan untuk menghindari efek
samping)

Recall seringkali terjadi dalam fase pada individu laki-laki dan perempuan
maintenance dari anestesi (80-85%), dan atau tidak,23 atau kecenderungan yang
sejumlah faktor-faktor yang lebih besar pada wanita dalam
mempengaruhi telah teridentifikasi (lihat penyimpanan obat dalam tubuh.
tabel 26-3). Di sisni, pelayanan anestesi Penelitian yang luas mengenai awareness
di bawah standar menjadi penyebab pada gender yang berbeda belum
sebagian kecil kasus (43%), dan memberikan hasil yang bermakna.8,9
pembiayaan pengobatan pasien
dibebaskan pada sekitar setengah dari Perbedaan individu
kasus yang ada. Sebanyak 84% dari
penuntut terhadap kasus recall menderita Persyaratan anestesi yang berbeda untuk
ditress emosional yang sementara, di setiap individu yang satu dengan yang
mana 10% di antaranya akan berkembang lain, dapat mencegah efek anestesi seperti
menjadi PTSD. munculnya awareness. Pertanyaan apakah
beberapa orang lebih mudah mangalami
Sebuah penelitian tertutup yang lebih awareness daripada sebagian orang
jauh menunjukkan bahwa, tidak lainnya jarang disebutkan. Laporan kasus
bergantung pada standar pelayanan, yang ada umumnya tidak
opiod-based anestesi intraoperatif, muscle menggambarkan pola yang umum pada
relaksan, dan tidak adanya agen anestesi pasien yang mengalami awareness
inhalasi atau dalam konsentrasi rendah postoperative, namun faktor risiko
meningkatkan jumlah tuntutan untuk lainnya telah banyak didiskusikan
recall setelah anestesi general.15 Variabel dibandingkan dengan karakter individu.
yang lain, seperti usia, status ASA, Sedikit pengecualian adalah adanya
petugas anestesi, penggunaan riwayat depresi 11 dan riwayat
benzodiazepine, perbedaan teknik mengalami awareness sebelumnya18,
induksi, dan agen inhalasi atau intravena, kedua faktor ini dapat membuat orang-
secara umum tidak mempengaruhi orang tertentu mempunyai risiko yang
kejadian recall. Jenis kelamin perempuan lebih besar mengalami awareness.
juga berhubungan dengan peningkatan Pengaruh dari ansietas dan distress
jumlah tuntutan terhadap kejadian recall, preoperatif 11 pada terjadinya awareness
walaupun tidak jelas apakah peningkatan intraoperatif masih controversial 12,
faktor risiko internal ini menggambarkan walaupun stress menimbulkan pengaruh
perbedaan metabolism obat yang berbeda neuromodulatori yang meregulasi

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 59


Jurnal Anestesiologi Indonesia

konsolidasi beberapa bentuk memori. kegelisahan yang umum pada pasien,


Efek regulatori ini tidak dapat dikenali serta dapat mereduksi ketakutan yang
dengan baik karena lebih fokus pada self- terjadi.
reporting daripada ukuran stress
psikologi. Akhirnya, penelitian kami Pada Intraoperatif
mengesankan bahwa pasien dengan
memori postoperatif yang baik sering Jika awareness dan paralisis tidak
berkembang memorinya selama anestesi diedukasikan pada preoperatif, maka
24
. Jangkauan efek implisit ini sering bersiaplah untuk berkomunikasi dengan
masih menetap daripada efek pasien anda ketika awareness terjadi
eksplisitnya. Sifat lainnya, seperti intraoperatif. Adanya feedback dari dunia
kecepatan proses informasi, merupakan luar akan menolong pasien untuk
predictor memori yang tidak berhasil. menguasai situasi yang mengejutkan
tersebut, seperti telah ditemukan pada
Pada Preoperatif penelitian kami yang terbaru.25 Pada
pasien dengan obat sedasi yang dalam
Pasien jarang diberi informasi bahwa pada operasi elektif, kita perlu memonitor
mereka akan dapat mengalami paralisis kesadaran pasien dengan memintanya
karena anestesi, yang akan menambah memegang tangan kita secara periodik.
kebingungan mereka ketika mereka Ketika pasien merespon dengan baik,
terbangun selama anestesi. Pada saat itu, berikan feedback dengan menjelaskan
mereka hanya mendapatkan mereka tidak apa yang sedang terjadi dan apa yang
dapat bergerak, berbicara, atau bernapas diharapkan. Beberapa pasien
dengan spontan. Pasien dapat membutuhkan anestesi yang lebih dalam.
membayangkan kejadian yang Pada postoperatif, pasien yang
mengejutkan itu sebagai sebuah mengalami awareness akan mengingat
pengalaman. Ini menimbulkan pertanyaan feedback yang kita berikan. Walaupun
apakah kejadian awareness harus kemungkinan terjadinya awareness telah
didiskusikan terlebih dahulu saat diedukasikan pada preoperatif sebagai
preoperatif, khususnya pada pasien bagian dari prosedur persetujuan,
dengan risiko tinggi dan jika feedback yang kita berikan akan
direncanakan akan menggunakan obat membantunya menghilangkan
muscle ralaksan secara continue. pengalaman buruk tersebut. Bab
Prevalensi ketakutan pasien akan nyeri mengenai perpindahan dengan tujuan
dan paralisis sebelum anestesi adalah tertentu (lihat Bab “Apakah Ada Tanda
alasan yang lain mengapa persoalan Peringatan Selama Anestesi Yang
awareness harus diedukasikan selama Memberitahu Kita Bahwa Sesuatu Yang
konsultasi preoperatif, walaupun Salah Terjadi?”) memaparkan dengan
sebenarnya dokter anestesi harus detail komunikasi kepada pasien anda
menghindari munculnya ketakutan yang selama anestesi dengan menggunakan
tidak perlu. Anda dapat menjelaskan gerakan tangan.
memori postoperatif yang tidak
menyenangkan seperti pengalaman akan Pada Postoperatif
nyeri. Jika muscle relaksan tidak
digunakan, pasien dapat diiberitahu Jika awareness tidak tercover dengan
bahwa mereka dapat bergerak jika mau. tindakan pada preoperatif dan
Dengan berkomunikasi dengan pasien postoperatif, pertimbangkan untuk
sebelum operasi, anda dapat menjawab menanyakan kepada pasien anda 5
pertanyaan standar (tabel 1) setelah

60 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

anestesi general. Beritahu pasien bahwa episode awareness yang berat dapat
awareness dengan recall dapat terjadi memicu pasien menjadi marah dan
terlambat atau mungkin absen sementara kecewa. Ajukan pertanyaan tambahan
karena residu obat sedasi dan obat yang (tabel 5) untuk mengeksplor pengalaman
menginduksi amnesia. Idealnya, yang dirasakannya, atau minta orang lain
pertanyaan tersebut diajukan selama di melakukannya, jika anda tidak leluasa
PACU atau sebelum penghentian melakukannya. Jangan mengabaikan
anestesi. Ini akan menjamin kevalidan pasien, dan pastikan untuk terus
penilaian terhadap memori. Ketika mengelola pasien. Ditambah,
berhadapan dengan pasien yang mungkin mewawancarai pasien sebelum
akan mengalami awareness, penting meninggalkan PACU atau rumah sakit
untuk mengobati pasien dengan benar adalah penting untuk memfasilitasi
(lihat tabel 4). Respon empati kita, adanya diskusi dan penjelasan yang
dengan penjelasan yang baik, akan dibutuhkan. Jika simptom menetap,
membantu Pasien memahami apa yang PTSD (tabel 2) dapat berkembang, dan
terjadi dan memaklumi kesalahan yang penting untuk merujuknya pada dokter
mungkin terjadi. Sebaliknya, pengabaian psikiatri atau psikoterapis untuk
terhadap pasien, penolakan terhadap mengobatinya.
pengalaman yang dirasakannya atau

Tabel 4. Mengelola Pengaruh yang Terjadi

Jaga komunikasi dan bagaimana mengelola pasien dengan penuh rasa hormat
Mewawancarai pasien setelah operasi
Dapatkan pengalaman yang dirasakan pasien dengan detail, jika ada
Jika awareness terjadi, mintalah maaf kepada pasien
Memberikan simpati kepada pengalaman yang tidak menyenangkan
Percaya pada kebenaran apa yang dikeluhkan pasien
Jelaskan apa yang (mungkin) terjadi, dan mengapa
Tawarkan diskusi ulangan dan rujukan ke psikiatri
Beritahu dokter bedah dan sejawat lain yang berhubungan
Buatlah keluhan yang dilaporkan pasien dalam grafik
Follow-up atau rencanakan untuk melakukan follow-up (1 minggu/1 bulan) setelah penghentian anestesi

Tabel 5. Pertanyaan Tambahan Untuk Pasien Dengan Recall Postoperatif

Apakah yang anda keluhkan (nyeri, paralisis, suara, penglihatan)?


Apakah anda merasakan sesuatu dalam mulut atau tenggorokan anda?
Apakah anda mampu bergerak?
Apa yang ada dalam pikiran anda?
Apakah anda berpikir bahwa anda bermimpi?
Berapa lama ini terjadi?
Apakah anda mencoba memberitahu seseorang?
Apakah anda memberitahu dokter anestesi/staf rumah sakit?
Apakah terdapat konsekuensi lain?
Apakah anda tidur lelap tadi malam?

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 61


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Catatan pada CM pasien akan muncul dalam jumlah yang cukup (76%)
mempersiapkan tindakan apa yang akan dari kasus awareness, dan pada kasus
dilakukan untuk meperbaiki keadaan control sebanyak 21%. Penelitian lain
pasien. Selain itu, jika komunikasi di mengesankan tanda klinis bukanlah
antara staf di ruang operasi yang hanya parameter yang sensitif dan spesifik
berisi hal-hal yang professional dan untuk mengukur tinggi rendahnya
menghormati pasien, memori buruk yang kemungkinan terjadinya awareness.
potensial akan berkembang tidak perlu
ditakuti. Konsentrasi Gas End-Tidal

Tanda Klinis Insiden recall serupa telah diteliti pada


populasi yang luas dari pasien yang
Kontras dengan yang telah banyak mendapatkan muscle relaksan, yang tidak
dipercaya, awareness dengan recall sering bergantung pada monitoring konsentrasi
tidak mengikuti pada pasien dengan gas anestesi end-tidal. 9 Berdasarkan
riwayat hipertensi, takikardi, atau tanda Penelitian terhadap kasus individu
klinis lain yang biasa kita cari saat maupun penelitian prospekstif yang luas
intraoperatif. Pada analisis terhadap terhadap konsentrasi gas end-tidal tidak
tuntutan legal, tidak ada tanda klinis pada direkomendasikan sebagai metode untuk
anestesi ringan pada sebagian besar mendeteksi terjadinya awareness.
kasus, yaitu: hipertensi ditemukan
sebanyak 15% dari kasus recall dan Gerakan Bertujuan
takikardi hanya 7%. Sebagian besar
pasien yang diberi muscle ralaksan, Metode yang bermanfaat adalah menilai
terjadinya gerakan sangat jarang. Pada gerakan tangan pasien dalam merespon
pasien yang tidak diberikan muscle perintah selama anestesi general atau
relaksan, perhatikan bahwa gerakan tidak sedasi (lihat gambar 26-1). Gerakan yang
membuat pasien mendapatkan kesadaran berulang dan konsisten dapat
kembali; ini hanyalah representasi dari mengindikasikan sangat baik bahwa
gerakan reflex tubuh. pasien anda bangun. Jangan mengambil
tindakan untuk memberikan tambahan
Sebuah penelitian memperlajari muscle realaksan, tetapi nilailah dulu
kemungkinan kasus awareness dapat status kesadaran pasien. Feedback yang
diidentifikasi dengan melihat catatan anda berikan akan dihargai ketika pasien
anestesi. Mereka menanyakan bangun (lihat bagian “Apa yang Harus
pengalaman dokter anestesi tentang Dilakukan?)
kemungkinan terjadinya awareness
dengan recall berdasarkan catatan medik Pegang tangan pasien, dan hindari untuk
pasien yang pernah mengalami ini.14 terus menulis. Mulailah menilai secara
Untuk setiap kasus awareness, dua kasus periodik, dengan memanggil nama depan
yang mirip dipilih di mana tidak ada pasien, sehingga pasien anda akan
memori yang dilaporkan. Kemudian mengetahui bahwa mereka dikenali.
dilakukan pengambilan seluruh kasus Tanpa memanggil namanya, pasien
secara random, dan dipilih 3 kasus, di sebenarnya mendengar anda namun tidak
mana salah satunya mengalami kasus merespon karena ia berpikir anda sedang
awareness. Peneliti mengemukakan bicara denagn orang lain. Setelah
kesulitan mengidentifikasi mana kasus memanggil namanya, minta pasien untuk
awareness yang sesungguhya. Pada memegang tangan anda jika ia dapat
penelitian ini, hipertesi dan takikardi mendengar suara anda, dan tunggu sekitar

62 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

10 detik. Jika tidak ada respon, ulangi stilmuasi auditori. Untuk contoh seperti
perintah untuk memastikan pasien ini, kami merekomendasikan untuk
memang tidak merespon. Selain itu, jika mengulang memerintahkan pasien untuk
pasien tidak memegang tangan anda, memegang tangan anda dua kali dan lihat
minta ia untuk memegang tangan anda apa yang terjadi. Jika ada respon, ulangi
dua kali. Tidak adanya respon terhadap lagi beberapa saat kemudian (dalam 5-10
perintah mungkin diakibatkan oleh menit). Jika pasien kembali sadar, ia akan
respon yang tidak adekuat yang merespon dengan baik dalam 5-10 menit.
menggambarkan munculnya kelemahan
(pasien merespon, tetapi tidak cukup
kuat), atau ini mungkin adalah reflex dari

Pegang tangan saya 1x

Tidak ada respon Respon 1x

Tidak ada respon “tidur” Pegang tangan saya 2x

Pegang tangan saya 1x Respon 2 sentuhan

Respon yang lemah Respon yang kuat

Secara umum, disepakati bahwa respon sedang merasakan nyeri. Jangan kaget
terhadap perintah untuk memegang mendapatkan beberapa pasien baik-baik
tangan dua kali yang didapatkan dengan saja padahal mereka dalam keadaan
jelas, membuktikan bahwa pasien dalam setengah bangun (partially awake). Kita
keadaan awareness. Ketika pasien harus membandingkan dengan pasien
memegang dua kali terhadap perintah yang merespon perintah dengan jelas dan
yang diberikan, (gambar 26-1), tegaskan konsisten tetapi tidak menginginkan
bahwa ia telah bangun dan lanjutkan anestesi yang lebih dalam.
dengan mengeksplor apa yang ia rasakan.
Minta ia untuk memegang dua kali lagi Dua catatan akhir pada gerakan. Pertama,
(atau tiga kali!) untuk melihat apakah pastikan untuk menjawab gerakan ketika
keadaannya baik-baik saja, atau untuk anda melihatnya, baik dengan respon
meregangkan jari-jarinya. Kita menilai gerakan yang jelas, samar, atau tak
perasaan pasien selama ia menerima infus teratur. Karena pasien dapat kehilangan
sedasi yang dalam. 25 Selain itu, anda kemampuan untuk memonitor
juga dapat mengeksplor keinginan keinginannya untuk bergerak di bawah
mereka untuk mendapatkan anestesi yang pengaruh obat sedatif (lhat bagian, “Apa
lebih dalam atau untuk melihat apakah ia yang harus Dilakukan?” dalam subbagian
intraoperatif), menjawab gerakan akan

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 63


Jurnal Anestesiologi Indonesia

memberitahu pasien bahwa mereka telah melakukan hal tersebut ketika


25
berhasil. Kedua, prosedur memeriksa diwawancarai kemudian. Begitu pula,
gerakan yang bertujuan seperti yang pasien dengan sengaja bangun selama
dideskripsikan di sini dapat digunakan prosedur neurosurgikal tertentu dan
untuk semua paralisis neuromuscular hanya mengingat sedikit dari apa yang
yang muncul. Ini membutuhkan terjadi.28 Penelitian ini menunjukkan
peningkatan tekanan tourniquet (sampai bahwa awareness tidak bermakna untuk
25 mmHg) di sekitar lengan bawah merefleksikan memori, dan ilustrasi yang
sebelum pemberian obat muscle relaksan, telah dilakukan menunjukkan bahwa
dan ini merupakan teknik isolasi awareness intraoperatif dan recall
formarm.26,27 Ini akan menghindari satu postoperatif mempunyai hubungan yang
tangan lainnya dari paralisis, yang dapat tidak erat. Wawancara postoperatif
digunakan sebagai tanda awareness, baik cenderung underestimate terhadap
spontan maupun dengan perintah. Teknik insidensi awareness, di mana akan
ini dapat digunakan pada awal operasi menghentikan perubahan perbaikan
yang lama, dengan menyediakan cuff selama monitoring intraoperatif.
yang mengempis secara berulang, atau Keterbatasan penggunaan wawancara
alat yang dapat membuat iskemi lainnya postoperatif dalam memonitoring dan
setelah 25-30 menit. Ketika mendeteksi awareness tidak berarti
musclerelaksan diberikan kembali, bahwa wawancara postoperatif ini harus
tourniquet akan kembali mengembang. diabaikan. Sebaliknya, kita dapat
memperoleh sumber informasi yang tidak
Penelitian dengan menggunakan respon terhingga dan mengidentifikasi pasien
terhadap perintah selama anestesi yang mengalami awareness yang dapat
menunjukkan secara konsisten bahwa dipercaya. Labih jauh, wawancara
lebih banyak pasien yang bangun pada postoperatif memberikan pasien
saat anestesi daripada hasil yang kesempatan untuk meringankan
didapatkan melalui wawancara kekacauan pikiran dan mentalnya dengan
postoperatif. Pada salah satu penelitian adanya dokter yang untuk kedua kalinya
terbaru kami, sebanyak 66% pasien bersedia mengatasi apapun yang ada
merespon terhadap perintah, tetapi hanya maupun hilang padanya.
satu dari empat orang yang ingat

Tabel 6. Penilaian Pencegahan

Kunjungan Preoperatif, menyebutkan possible awareness, khususnya kasus dengan risiko tinggi: section
cesarean, trauma, bedah thoraks, obesitas, penyalahgunaan obat atau alcohol, riwayat awareness sebelumya

Mengecek mesin penghantar anestesi sebelum memulai anestesi

Pertimbangkan untum meminimalisasi muscle relaksan

Nilai respon pasien terhadap peritah verbal (gambar 26-1)

Nilai kedalaman anestesi dengan EEG

64 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Walaupun awakeness intraoperatif dan Beberapa perubahan terkait waktu pada


recall postoperatif menunjukkan sinyal dapat dikonversi menjadi 9 elemen
hubungan yang tidak erat, terdapat bukti gelombang dan dikonversi menjadi
yang kuat bahwa memori post operatif frekuensi dan amplitudo yang mewakili,
muncul dari periode singkat saat yang dikenal dengan “Fourier
terjadinya kelemahan. Pada penelitian Transformation”. Jumlah kekuatan
kami pada pasien dengan sedasi yang spektrum adalah rangkaian nilai yang
dalam, sebagai contoh, pasien tanpa terpisah, komponen frekuensi, dan
recall postoperative (n=47) merespon kekuatan yang berhubungan. Pada
rata-rata 10% terhadap perintah yang spectrum kekuatan, frekuensi ikatan (δ, θ,
diberikan selama anestesi, di mana pasien α, β) dapat dipisahkan, sebagaimana
denagn recall (n=9) merespon sebesar frekuensi di bawah 50 atau 95% dari
30%. 25 Dugaan ini memberikan potensi kekuatan EEG reside (median frekuensi
yang besar bagi monitoring awareness (MF) dan spectral edge frekuensi (SEF),
intraoperatif dan membawa para ahli secara berturut-turut). Semua ini
untuk berpendapat bahwa pasien harus berhubungan dengan status
dimonitor untuk mendeteksi dan psikofisiologi, seperti tingkat kesadaran
mengenali terjadinya awareness secara atau tidur, dengan keberhasilan yang
efektif (lihat tabel 26-6 untuk Penilaian moderate. Variable kekuatan tidak
Pencegahan) diperlukan untuk menampilkan respon
yang sama untuk setiap obat, yang
EEG menghambat aplikasi klinis. Mereka juga
dapat menunjukkan respon bifasik yang
Telah banyak upaya dilaukan beberapa
tidak mudah diterjemahkan ke dalam
tahun ini untuk mengembangkan metode
suatu status khusus. Anestesi mengiduksi
monitoring terhadap anestesi yang
ledakan kekuatan variable, yang merujuk
adekuat untuk mencegah awareness
pada periode aktivitas isoelektrik voltase
intraoperatif. Dengan diketahuinya otak
tinggi versus rendah, dan analisis spectral
sebagai target efek samping dari agen
tidak dapat mengukur jumlah fase
anestesi dan telah terdemostrasikannya
coupling dalam EEG.
perubahan yang jelas dengan peningkatan
konsentrasi obat, upaya yang dilakukan
kini berkonsentrasi pada aktivitas EEG. Fase coupling merujuk pada sinkronisasi
Dengan beberapa pengecualian (seperti dari komponen frekuensi dan merupakan
tidur dengan gerakan mata cepat: rapid karakter penting dari system nonlinier
eye movement sleep), otak yang sadar seperti otak.29 Pengertian fisiologi dari
menghasilkan sinyal elektrik dengan fase relationship ini tidak sepenuhnya
gambaran yang tidak beraturan, gerakan dimengerti, tetapi sinkronisasi aktivitas
yang cepat (dengan frekunsi tinggi) dan otak telah berimplikasi pada mekanisme
amplitudo yang rendah (voltase). Monitor anestesi yang bervariasi.30 Frekuensi
EEG pada fase hipnosis menunjukkan relationship ini dapat diukur dengan
fakta bahwa obat sedatif menyebabkan bispektral analisis dari EEG dan, untuk
penurunan yang menyolok pada tujuan klinik, sebuah index linier, yaitu
amplitudo. Gambaran karakter EEG bispectral index (BIS)-yang berkembang
memberikan informasi yang sangat dengan rentang dari 0 (otak dalam
berguna pada status hypnosis. keadaan isoelektrik) sampai 100 (sadar
pebuh). BIS menggabungkan kekuatan
dan fase dari EEG, yang merupakan
abstraksi matematik, sebagaimana

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 65


Jurnal Anestesiologi Indonesia

parameter proses lainnya. Secara empiris, sensasi yang sempurna, yang


ini diperoleh dari estimasi parameter memberikan representasi system saraf.
EEG yang memisahkan dengan baik Secara klinis, ini mendorong petugas
status sedasi pada database yang luas dari anestesi untuk berpedoman pada
subjek yang mendapatkan obat hipnosis perubahan fisiologi sentral yang terjadi.
dan opioid. Unit monitoring dan sensor
elektroda pertama menerima persetujuan Ketika perbedaan pengukuran EEG
dari FDA (Food and Drug Association) dibandingkan, BIS cenderung berbeda
untuk sebuah izin marketing untuk dari SEF dan MF. Pada pembandingan
indikasi awareness telah disahkan pada langsung dari ketiganya, kita akan
pertengahan tahun 1990 dan 2003. menemukan hanya BIS yang dapat
membedakan antara subjek yang
Untuk mengevalusi teknologi monitoring nonresponsif dengan yang merespon
untuk mendeteksi awareness, kriteria secara tegas terhadap perintah.25
standar harus dibuat untuk menentukan Penelitian lainnya, dengan menggunakan
apakah pasien dalam keadaan sadar. agen yang bervariasi, mendukung
Secara eksperimental, ini hanya dapat supeioritas BIS sebagai monitor
diterima pada pasien yang tidak awareness.31-35 Penemuan juga ini
terstimulasi, sehingga banyak penelitian senada dengan dugaan bahwa BIS
terhadap kegunaan parameter EEG memberikan informasi EEG yang lebih
bergantung pada subjek sukarelawan atau banyak daripada variable lain, seperti
pasien pada periode preinsisi. Seperti SEF dan MF, sehingga sebagai
kriteria yang direkomendasikan, sebagian konsekuensinya, BIS dapat diharapkan
besar menggunakan respon terhadap sebagai parameter yang lebih akurat
perintah verbal (lihat bagian “Apakah untuk mendeteksi hilang atau timbulnya
Terdapat Tanda Peringatan Selama kesadaran.
Anestesi Yang Memberitahu Kita Bahwa
Sesuatu Yang Salah Terjadi?“ sub bagian Berdasarkan data dari database, BIS
Gerakan Bertujuan) atau stimulasi taktil. memberikan nilai probabilitas yang tidak
Beberapa menggunakan stimulasi noksius sempurna. Ini berarti bahwa perbedaan
untuk mengeksplorasi efek sedasi pada output dari monitor otak intraindividu
seluruh rentangnya. Namun, dengan dan interindividu diobservasi pada saat
menggunakan respon terhadap stimulasi kehilangan dan kembalinya kesadaran.
verbal, peneliti menyatakan bahwa Walaupun monitor fungsi otak
kesadaran lebih dari sekedar gerakan menampilkan hasil yang baik, tetap
karena stimulasi nyeri (seperti intubasi muncul teka-teki dalam observasi yang
dan insisi). Secara khas, dosis obat atau dilakukan (beberapa atribut atau artefak
titrasi berhubungan dengan status sedasi, atau kurang tepatnya interpretasi dari
yang berhubungan dengan pengukuran tanda-tanda yang ada).36 Kesempurnaan
nilai SEF, MF, dan/ atau BIS secara mungkin sulit, jika tidak impossible,
kontinue. Penemuan utama dari untuk mencapai standar biologis dari
penelitian terhadap teknologi monitoring consciousness, dan sedikit lebih luas,
ini adalah superioritas pengukuran EEG yaitu awareness. Sangat berguna bila kita
melebihi heart rate dan tekanan darah mengenali parameter tambahan daripada
dalam memprediksi hilang atau hanya bergantung pada satu parameter.
timbulnya kesadaran. Hal ini menjelaskan Walaupun BIS meningkatkan monitoring
bahwa tanda autonomik tidak cukup baik terhadap sedasi, penelitian yang ada juga
merefleksikan status otak, yang membuat telah menyoroti keterbatasan ini ketika ia

66 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

digunakan untuk memprediksi memori. korteks auditori. Ketika sejumlah cukup


Pada penelitian kami terhadap pasien bunyi klik didapatkan, rata-rata sinyal
trauma, walaupun BIS merupakan satu- memberikan gambaran gelombang AER
satunya predictor yang signifikan, ia yang terdiri atas rangkaian puncak dan
hanya dilengkapi dengan score memori lembah dengan latensi yang berbeda
yang sempit4, sehingga, walaupun kami (diekspresikan dalam beberapa
telah menggambarkan dengan jelas, milisekon) dan amplitude selama fase
hubungan non-random antara dalamnya bangun. Potensial midlatensi yang
hipnosis yang diukur dengan BIS dengan muncul setelah 10-100 ms menunjukkan
memori postoperatif, variasi yang luas perbedaan grade dari konsentrasi obat
pada skor memori tidak terjelaskan. Ini anestesi, sehingga ini sangat baik untuk
menunjukkan bahwa terdapat banyak memonitor kedalaman anestesi.37
faktor selain kedalaman hipnosis yang Keuntungan yang besar dari teknologi
berkontribusi kepada memori, yang AER adalah bahwa ia didapatkan dari
menggambarkan kekomplekan dan otak individual bukan dari status database
keanekaragaman sifat dari memori. Kami otak, dengan demikian menawarkan
juga telah melakukan observasi akurasi prediksi yang lebih besar. Selain
membandingkan pembacaan BIS pada itu, kuantifikasi sinyal real-time tidak
pasien dengan recall selama anestesi yang mungkin sampai adanya perkembangan
dalam dengan kelompok pasien tanpa teknologi fast-tracking38, dan meliputi
recall.25 Didisain sebagai monitor untuk teknologi yang diimplementasikan pada
menilai kesadaran, BIS dapat peralatan monitoring di ruang operasi.
memberikan sinyal awareness selama Indeks terbaru yang tersedia adalah (A-
intraoperatif, tetapi bukan pada saat line (Danmeter A/S, Odense, Denmark),
postoperatif. Dengan mengobservasi dan AA-Line ARX index (AAI) atau
hubungan terhadap awareness Auto Regrssive Model dengan algoritma
intraoperatif dan recall postoperative, Exogenous Input (ARX) untuk tujuan
muncul bahwa monitoring fungsi otak akademik dapat dibandingkan dengan
akan mempengaruhi recall secara tidak BIS, yang sering digunakan sebagai
langsung melalui kejadian awareness referensi penelitian yang mudah
yang lebih rendah jika status dilakukan. Keduanya memonitor stautus
unconsciousness dipertahankan secara sedasi dengan akurasi yang baik (85-
terus-menerus. 95%) dan berkorelasi baik dengan efek
samping bergantung konsentrasi obat
Monitor Elektro Encephalo Gram yang terkalkulasi.
yang lain Terdapat dua monitor lain yang secara
Alternatif alat yang dijadikan parameter esensi tidak berbeda dengan teknologi
lain yang sedang marak dikembangkan berbasis EEG yang telah dideskripsikan.
adalah AER (auditory evoked Response), Entropi spectral didapatkan dari kekuatan
yaitu sinyal elektrik lain yang didapatkan analisis EEG dan menunjukkan
dari otak. Tidak seperti EEG yang keterbatasan paparan yang terdahulu
meletakkan bispektral analisis pada (lihat bagian “EEG”).42,43 Narcotrent
jantung, AER diinduksi oleh bunyi klik mengklasifikasikan gambaran EEG pada
dari ayunan auditori. Pada jenis stimulasi status sedasi yang berbeda (yaitu dari A-
khusus ini, EEG menampilkan respon F)44,45, dengan keberhasilan yang
yang khas yang merepresentasikan terbatas.46,47
lintasan sinyal neuron dari koklea ke

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 67


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Epiphenomena: Apakah yang Ada di juga telah tercatat pada hipotensi sistolik
dalam Monitor? intraoperatif. Namun, faktor komorbiditas
tetap muncul sebagai faktor risiko
Hasil Jangka Pendek dan Jangka terbesar. Penelitian ini mengesankan
panjang penyebab yang mungkin dan telah
terkonfirmasinya hubungan efek antara
Monitoring status hipnosis dengan
dalamnya sedasi dan mortalitas,
menggunakan teknologi mutakhir (EEG)
monitoring terhadap kedalaman anestesi
mungkin bukan hanya bermanfaat saat
membuktikan pentingnya manajemen
anestesi, tetapi juga mempunyai implikasi
pasien, sehingga hasil observasi ini
pada prosedur operasi. Dibandingkan
membutuhkan penelitian yang lebih jauh.
dengan prosedur yang tidak
menggunakan monitor, titrasi sampai Insidensi yang Lebih Rendah
mencapai level hipnosis yang optimal
(cukup untuk mencegah awareness Tes tolok terhadap monitoring efikasi
namun tidak terlalu dalam), dapat adalah untuk mengetahui apakah
mengurangi semua efek samping obat teknologi yang digunakan dapat
dan secara umum mempercepat proses menurunkan insidensi awareness, yaitu
recovery, sebagai contoh penghentian di apakah teknologi dapat mereduksi
PACU.48,49 Sebagian besar bukti datang kejadian recall postoperative pada
dari penelitian dengan menggunakan BIS, penelitian control random. Karena recall
tetapi efek sekunder sekarang juga setelah anestesi jarang terjadi, jumlah
ditemukan pada AER dan pengukuran sampel yang besar dibutuhkan untuk
spectral. menggambarkan perbedaan antara
kelompok yang dimonitor menggunakan
Lebih jauh, ini juga berguna untuk teknologi dan kelompok yang dimonitor
merubah pengalaman dramatis. dengan alat pengukur lainnya. Pada saat
Manajemen anestesi selama operasi ini, penelitian control random hanya
sementara ini berimplikasi terhadap dilakukan dengan menggunakan BIS 18.
angka mortalitas dalam 1 tahun lebih. Di US, penelitian tentang awareness
Setelah laporan postoperative inisial,50 dengan menggunakan BIS, dengan
dua buah penelitian prospektif di Eropa51 kehadiran dokter anestesi selama
dan US52 terbaru memperkenalkan penelitian, menemukan tidak adanya
masalah ini pula. Keduanya menemukan hubungan antara penggunaan BIS dengan
angka yang signifikan (lebih dari 1000 insidensi awareness yang ditemukan.8
dan 4000) pasien nonkardiak dan hasil Pada penelitian control random yang
observasi terhadap angka kematian dalm dilakukan di Australia pada orang dewasa
1 tahun post operatif adalah sekitar 5,5%. dengan risiko tinggi terhadap terjadinya
di antara banyak faktor yang telah awareness, sekitar 2500 pasien diberikan
dilaporkan yang berhubungan dengan anestesi dengan monitor BIS di mana
kematian, kedua kelompok ini dikenali ketika diberikan anestesi dilakukan
dengan durasi dari anestesi yang dalam penyesuaian untuk memepertahankan
(waktu kumulatif), seperti diukur dengan BIS pada 40-60 di antara laringoskop dan
BIS<45, melengkapi faktor risiko yang penutupan luka, atau untuk perawatan
independen. Setiap jam dari anestesi rutin, di mana sensor EEG digunakan
dalam, memberikan peningkatan 24% tetapi unit monitoring BIS tidak
risiko kematian dalam 1 tahun post diaktifkan. Observasi blind pada
operasi, dibandingkan dengan durasi total kelompok ini melakukan folow-up
anestesi. Risiko yang tidak signifikan terhadap awareness dengan menggunakan

68 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

sistematika kuesioner yang sudah tantangan baru, karena EEG normal pada
dijelaskan sebelumnya.8,9 (tabel 26-1). anak sangat berbeda dengan dewasa tidak
Seperti sebelumnya, hasil pengukuran hanya pada jumlah yang besar, yang
yang utama adalah insidensi awareness menampilkan variasi yang besar.
yang terkonfirmasi. Anestesi dengan Parameter EEG ini seperti BIS kurang
menggunakan BIS mengurangi insidensi dapat dipercaya pada anak (tetapi lihat
sebanyak 82% (dari 11 menjadi 2 kasus), penelitian sebelumnya57). Secara umum,
sebuah angka yang menyerupai perubahan aktivitas elektrik pada otak
penemuan pada penelitian control selama pertumbuhan dan perkembangan
nonrandom di Swedia, dengan pasien membutuhkan pertimbangan kespesifikan
nonkardiak risiko rendah.53 penelitian usia dan kehati-hatian dalam
control trial di Australia, menemukan menginterpretasikan data EEG pada anak.
potensi yang jelas untuk mereduksi recall
postoperative dengan menggunakan Poin Kunci
teknik monitoring cerebral dibandingkan
1. Laporan ASA terbaru mengenai
dengan monitoring tradisional. Pada
awareness intraoperatif yang
kelompok ynag dimonitor dengan BIS,
dilakukan oleh ASA58 dipusatkan
awareness terjadi pada nilai di atas 55,
seputar recall postoperative. Seperti
yang sebanding dengan nilai dari
dapat disimpulkan dari Bab ini,
observasi terhadap respon yang jelas pada
awareness introperatif dan recall
perintah, yaitu 55-6025,26, mirip dengan
postoperative bukanlah fenomena
petunjuk dari pabrik untuk
yang tidak berhubungan sama sekali,
mempertahankan nilai di bawah 60 untuk
sehingga membolehkan para klinisi
menghindari awareness intraoperatif.
dan peneliti untuk menggunakan
Bagaimana awareness Mengenai salah satu di antara keduanya sebagia
Anak-Anak? substitusi bagi yang lain.
2. Recall secara khas memberikan
Kejadian dan pencegahan awareness pada estimasi yang tidak sebenarnya
anak-anak lebih controversial daripada terhadap insidensi awareness
pada dewasa. Mungkin karena intraoperatif dan hanya
pengambilan informasi yang lebih rumit, merepresentasikan puncak dari
penelitian tentang awareness pada anak fenomena gunung es.
ini jarang dilakukan. Sebuah penelitian 3. Monitor fungsi otak tidak dapat
prospektif terbaru, menunjukkan memprediksi recall dengn sangat
insidensi sebanyak 0,8%, mengesankan baik, tetapi lebih baik dari parameter
bahwa anak lebih berisiko 4-8 kali otonom yang tradisional dalam
daripada dewasa, sehingga perlu mengetahui hilang atau timbulnya
55
diperhatikan. saat ini, tidak jelas apakah kesadaran.
insidensi yang lebih besar ini adalah
sesuatu yang unik pada anak- Monitor fungsi otak merepresentasikan
sebagaimana peningkatan persyaratan perkembangan yang pesat dalam
anestesi-, atau apakah ini merefleksikan manajemen praktek anestesi.
sebuah overestimate karena spesifiknya Kemampuan untuk mengenali awareness
penelitian dan prosedur penilaian yang intraoperatif dan pencegahannya dengan
dilakukan. mempertahankan kedalaman tingkat
hypnosis, menawarkan potensi yang
Monitoring intraoperatif terhadap besar untuk mencegah recall
awareness pada anak juga menjadi postoperative.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 69


Jurnal Anestesiologi Indonesia

16. Lennmarken C, Bildfors K, Enlund G, et


DAFTAR PUSTAKA al. Victims of awareness. Acta Anaesth
1. Crick F, Koch C. A framework for Scand. 2002;46:229.
consciousness. Nat Neurosci. 17. Phillips AA, McLean RF, Devitt JH, et
2003;6:119. al. Recall of intraoperative events after
2. Tassi P, Muzet A. Defining the states of general anaesthesia and
consciousness. Neurosci Biobehav Rev. cardiopulmonary bypass. Can J Anaesth.
2001;25:175. 1993;40:922.
3. Bogetz MS, Katz JA. Recall of surgery 18. Myles PS, Leslie K, McNeil J, et al.
for major trauma. Anesthesiology. Bispectral index monitoring to prevent
1984;61:6. awareness during anaesthesia: The B-
4. Lubke GH, Kerssens C, Phaf RH, et al. Aware randomised controlled trial.
Dependence of explicit and implicit Lancet. 2004;363:1757.
memory on hypnotic state in trauma 19. Lyons G, Macdonald R. Awareness
patients. Anesthesiology. 1999;90:670. during caesarean section. Anaesthesia.
5. Crystal JD, Maxwell KW, Hohmann 1991;46:62.
AG. Cannabinoid modulation of 20. Buffett-Jerrott SE, Stewart SH.
sensitivity to time. Behav Brain Res. Cognitive and sedative effects of
2003;144:57. benzodiazepine use. Curr Pharm Des.
6. Andrade J. Learning during anaesthesia: 2002;8:45.
A review. Br J Psychol. 1995;86:479. 21. Hope MD. Pain and forgetting. JAMA.
7. Kerssens C, Sebel PS. BIS and memory 2003;289:617.
during anesthesia. In: Ghoneim MM, ed. 22. Myles PS, Leslie K, Forbes A, et al. A
Awareness during anesthesia. Woburn: large randomized trial of BIS monitoring
Butterworth-Heinemann; 2001:103. to prevent awareness in high risk
8. Sebel PS, Bowdle TA, Ghoneim MM, et patients: The B-Aware trial.
al. The incidence of awareness during Anesthesiology. 2003;99:A320.
anesthesia: A multicenter United States 23. Ciccone GK, Holdcroft A. Drugs and
study. Anesth Analg. 2004;99:833. sex differences: A review of drugs
9. Sandin RH, Enlund G, Samuelsson P, et relating to anaesthesia. Br J Anaesth.
al. Awareness during anaesthesia: A 1999;82:255.
prospective case study. Lancet. 24. Kerssens C, Lubke GH, Klein J, et al.
2000;355:707. Memory function during propofol and
10. Myles PS, Williams DL, Hendrata M, et alfentanil anesthesia: Predictive value of
al. Patient satisfaction after anaesthesia individual differences. Anesthesiology.
and surgery: Results of a prospective 2002;97:382.
survey of 10 811 patients. Br J Anaesth. 25. Kerssens C, Klein J, Bonke B.
2000;84:6. Awareness: Monitoring versus
11. Ranta SO, Laurila R, Saario J, et al. remembering what happened.
Awareness with recall during general Anesthesiology. 2003;99:570.
anesthesia: Incidence and risk factors. 26. Russell IF, Wang M. Absence of
Anesth Analg. 1998;86:1084. memory for intraoperative information
12. Liu WH, Thorp TAS, Graham SG, et al. during surgery with total intravenous
Incidence of awareness with recall anaesthesia. Br J Anaesth. 2001;86:196.
during general anaesthesia. Anaesthesia. 27. Tunstall ME. Detecting wakefulness
1991;46:435. during general anaesthesia for caesarean
13. Klafta JM, Roizen MF. Current section. Br Med J. 1977;1:1321.
understanding of patients' attitudes 28. Nordstrom O, Sandin R. Recall during
toward and preparation for anesthesia: A intermittent propofol anaesthesia. Br J
review. Anesth Analg. 1996;83:1314. Anaesth. 1996;76:699.
14. Moerman N, Bonke B, Oosting J. 29. Rampil IJ. A primer for EEG signal
Awareness and recall during general processing in anesthesia.
anesthesia. Facts and feelings. Anesthesiology. 1998;89:980.
Anesthesiology. 1993;79:454. 30. Mashour GA. Consciousness unbound:
15. Domino KB, Posner KL, Caplan RA, et Toward a paradigm of general
al. Awareness during anesthesia: A anesthesia. Anesthesiology.
closed claims analysis. Anesthesiology. 2004;100:428.
1999;90:1053.

70 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

31. Katoh T, Suzuki A, Ikeda K. effect site concentration: Comparison


Electroencephalographic derivatives as a with bispectral index and solitary used
tool for predicting the depth of sedation fast extracting auditory evoked potential
and anesthesia induced by sevoflurane. index. Anesthesiology. 2005;103:500.
Anesthesiology. 1998;88:642. 42. Vanluchene AL, Struys MM, Heyse BE,
32. Liu J, Singh H, White PF. et al. Spectral entropy measurement of
Electroencephalographic bispectral patient responsiveness during propofol
analysis predicts the depth of midazolam and remifentanil. A comparison with the
induced sedation. Anesthesiology. bispectral index. Br J Anaesth.
1996;84:64. 2004;93:645.
33. Liu J, Singh H, White PF. 43. Vanluchene AL, Vereecke H, Thas O, et
Electroencephalographic bispectral al. Spectral entropy as an
index correlates with intraoperative electroencephalographic measure of
recall and depth of propofol-induced anesthetic drug effect: A comparison
sedation. Anesth Analg. 1997;84:185. with bispectral index and processed
P.375 midlatency auditory evoked response.
34. Iselin-Chaves IA, Flaishon R, Sebel PS, Anesthesiology. 2004;101:34.
et al. The effect of the interaction of 44. Kreuer S, Biedler A, Larsen R, et al. The
propofol and alfentanil on recall, loss of NarcotrendTM-a new EEG monitor
consciousness and the bispectral index. designed to measure the depth of
Anesth Analg. 1998;87:949. anaesthesia: A comparison with
35. Glass PS, Bloom M, Kearse L, et al. bispectral index monitoring during
Bispectral analysis measures sedation propofol-remifentanil-anaesthesia.
and memory effects of propofol, Anaesthesist. 2001;50:921.
midazolam, isoflurane, and alfentanil in 45. Kreuer S, Bruhn J, Larsen R, et al.
healthy volunteers. Anesthesiology. Application of bispectral index and
1997;86:836. narcotrend index to the measurement of
36. Rampil I, Mychaskiw GI, Horowitz M. the electroencephalographic effects of
False negative BIS? Maybe, maybe not! isoflurane with and without burst
Anesth Analg. 2001;93:798. suppression. Anesthesiology.
37. Thornton C, Sharpe RM. Evoked 2004;101:847.
responses in anaesthesia. Br J Anaesth. 46. Russell IF. The Narcotrend „depth of
1998;81:771. anaesthesia‟ monitor cannot reliably
38. Jensen EW, Nygaard M, Henneberg detect consciousness during general
SW. On-line analysis of middle latency anaesthesia: An investigation using the
auditory evoked potentials (MLAEP) for isolated forearm technique. Br J
monitoring depth of anaesthesia in Anaesth. 2006;96:346.
laboratory rats. Med Eng Phys. 47. Schneider G, Kochs EF, Horn B, et al.
1998;20:722. Narcotrend does not adequately detect
39. Struys MM, Jensen EW, Smith W, et al. the transition between awareness and
Performance of the ARX-derived unconsciousness in surgical patients.
auditory evoked potential index as an Anesthesiology. 2004;101:1105.
indicator of anesthetic depth. 48. Johansen JW, Sebel PS, Sigl JC.
Anesthesiology. 2002;96:803. Clinical impact of hypnotictitration
40. Struys MM, Vereecke H, Moerman A, et guidelines based on EEG bispectral
al. Ability of the bispectral index, index (BIS) monitoring during routine
autoregressive modelling with anesthetic care. J Clin Anesth.
exogenous input-derived auditory 2000;12:433.
evoked potentials, and predicted 49. Johansen JW, Sebel PS. Development
propofol concentrations to measure and clinical application of
patient responsiveness during anesthesia electroencephalographic bispectrum
with propofol and remifentanil. monitoring. Anesthesiology.
Anesthesiology. 2003;99:802. 2000;93:1336.
41. Vereecke HE, Vasquez PM, Jensen EW, 50. Weldon BG, Mahla ME, Van der Aa
et al. New composite index based on MT, et al. Advancing age and deeper
midlatency auditory evoked potential intraoperative anesthetic levels are
and electroencephalographic parameters associated with increased first year death
to optimize correlation with propofol rates. Anesthesiology. 2002;96:A1097.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 71


Jurnal Anestesiologi Indonesia

51. Lennmarken C, Lindholm M, and the isolated forearm technique.


Greenwald SD, et al. Confirmation that Anesthesiology. 1997;86:613.
low intraoperative BISTM levels predict 55. Davidson AJ, Huang GH, Czarnecki C,
increased risk of post-operative et al. Awareness during anesthesia in
mortality. Anesthesiology. children: A prospective cohort study.
2003;99:A303. Anesth Analg. 2005;100:653.
52. Monk TG, Saini V, Weldon BC, et al. 56. Davis PJ. Goldilocks: The pediatric
Anesthetic management and one-year anesthesiologist's dilemma. Anesth
mortality after noncardiac surgery. Analg. 2005;100:650.
Anesth Analg. 2005;100:4. 57. Kerssens C, Sebel PS. To BIS or not to
53. Ekman A, Lindholm ML, Lennmarken BIS? That is the question. Anesth Analg.
C, et al. Reduction in the incidence of 2006;102:380.
awareness using BIS monitoring. Acta 58. Practice advisory for intraoperative
Anaesthesiol Scand. 2004;48:20. awareness and brain function
54. Flaishon R, Windsor A, Sigl J, et al. monitoring: A report by the American
Recovery of consciousness after Society of Anesthesiologists task force
thiopental or propofol: Bispectral index on intraoperative awareness.
Anesthesiology. 104:847, 2006

72 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai