Anda di halaman 1dari 35

MODUL 3 (SKENARIO 1)

GANGGUAN HAID
BLOK REPRODUKSI

Tutor : dr. Sri Julyani, M.Kes, Sp.PK


DISUSUN OLEH : Kelompok 7
1. Asyima Batari Putri Utami 11020150150
2. Ilva Sukardi 11020160007
3. Indra Aprianto 11020160029
4. Sitti Putri Sriyanti Asis 11020160037
5. Rani Meiriska Nur Indah S 11020160047
6. Syafira Alim 11020160057
7. St.Halima Asrah 11020160067
8. Nabila Said Amri 11020160097
9. Andry Pratama 11020160107
10. Gita Ananda Pratiwi 11020160117

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil Tutorial dari kelompok 7 ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita yakni
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh
kebodohan menuju ke alam yang penuh dengan ilmu.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan khususnya kepada dr.Sri Julyani,
M.Kes, Sp.PK yang telah banyak membantu selama proses Tutorial. Dan kami
juga mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses
Tutorial kami telah berbuat salah,baik disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga laporan hasil PBL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang
telah membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan
setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai
Reproduksi.

Makassar, 21 Maret 2019

Kelompok 7
A. PENGENALAN SKENARIO
Seorang perempuan, berusia 14 tahun, Nona. Datang ke poliklinik dengan
keluhan tidak haid selama 5 bulan, HPHT 1 Oktober 2018 di usia 13 tahun.
Riwayat menarche di usia 13 tahun.

B. KLARIFIKASI KATA SULIT DAN KATA KUNCI

Kata Sulit

1. Menarche : Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan.1

Kata Kunci

1. Perempuan, berusia 14 tahun, Nona.

2. Tidak haid selama 5 bulan.

3. HPHT 1 Oktober 2018 di usia 13 tahun.

4. Riwayat menarche di usia 13 tahun.

C. IDENTIFIKASI MASALAH

Pertanyaan Penting

1. Jelaskan siklus haid normal!

2. Jelaskan klasifikasi gangguan haid!

3. Jelaskan patofisiologi amenore!

4. Jelaskan pembagian dari amenore!

5. Apa saja yang menyebabkan amenore?

6. Bagaimana hubungan usia dengan kejadian amenore?

7. Bagaimana penanganan dari gangguan haid?

8. Sebutkan pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk deteksi dini amenore!


9. Sebutkan komplikasi dari gangguan haid!

10. Bagaimanakah perspektif Islam sesuai skenario!

D. JAWABAN PERTANYAAN

1. Siklus Haid

Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium.


Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal.
Di endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase
menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi.1

A. Siklus Endometrium

Siklus Endometrium Menstruasi adalah pengeluaran darah secara


periodik, cairan jaringan, dan debris sel-sel endometrium dari uterus dalam
jumlah yang bervariasi. Biasanya menstruasi terjadi selang waktu 22-35
hari dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari. 1

1. Fase Menstruasi

Pada fase menstruasi lapisan endometrium superifisial dan media


dilepaskan, tetapi lapisan basal profunda endometrium dipertahankan.
Endometrium yang lepas bersama dengan cairan jaringan dan darah
membentuk koagulum di dalam uterus. Koagulum ini segera dicairkan
oleh fibrinolisin dan cairan, yang tidak berkoagulasi yang dikeluarkan
melalui serviks dengan kontraksi uterus. Jika jumlah darah yang
dikeluarkan pada proses ini sangat banyak mungkin fibrinolisin tidak
mencukupi sehingga wanita ini mengeluarkan bekuan darah dari
serviks. 1

2. Fase Proliferatif
Pada fase proliferatif terjadi proses perbaikan regeneratif, setelah
endometrium meluruh sewaktu menstruasi. Permukaan endometrium
dibentuk kembali dengan metaplasia sel-sel stroma dan pertumbuhan
keluar sel-sel epitel kelenjar endometrium dan dalam tiga hari setelah
menstruasi berhenti, perbaikan seluruh endometrium sudah selesai.
Pada fase proliferatif dini, endomentrium tipis, kelenjarnya sedikit,
sempit, lurus, dan dilapisi sel kuboid, dan stromanya padat. Fase
regeneratif dini berlangsung dari hari ke tiga siklus menstruasi hingga
hari ke tujuh, ketika proliferasi semakin cepat. Kelenjar-kelenjar epitel
bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak lurus terhadap
permukaan. Sel-selnya menjadi kolumner dengan nukleus di basal sel-
sel stroma berproriferasi, tetap padat dan berbentuk kumparan.
Pembelahan sel terjadi pada kelenjar dan stroma. Pada saat menembus
endometrium basal, masing-masing arteri berjalan lurus, tetapi pada
lapisan superfisial dan media arteri berubah menjadi spiral. 1

3. Fase Luteal

Pada fase luteal, jika terjadi ovulasi maka endometrium akan


mengalami perubahan yang nyata, kecuali pada awal dan akhir masa
reproduksi. Perubahan ini mulai pada 2 hari terakhir fase proliferatif,
tetapi meningkat secara signifikan setelah ovulasi. Vakuol-vakuol
sekretorik yang kaya glikogen tampak di dalam sel-sel yang melapisi
kelenjar endometrium. Pada mulanya vakuol-vakuol tersebut terdapat
di bagian basal dan menggeser inti sel ke arah superfisial. Jumlahnya
cepat meningkat dan kelenjar menjadi berkelok-kelok. Pada hari ke
enam setelah ovulasi, fase sekresi mencapai puncak. Vakuol-vakuol
telah melewati nukleus. Beberapa di antaranya telah mengeluarkan
mukus ke dalam rongga kelenjar. Arteri spiral bertambah panjang
dengan meluruskan gulungan. Apabila tidak ada kehamilan, sekresi
estrogen dan progesteron menurun karena korpus luteum menjadi tua.
Penuaan ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan
endoperoksidase bebas di dalam endometrium. Enzim-enzim ini
menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan mensekresi
prostaglandin (PGF2α dan PGE2) dan prostasiklin. PGF2α merupakan
suatu vasokonstriktor yang kuat dan menyebabkan kontraksi uterus,
PGE2 menyebabkan kontraksi uterus dan vasodilatasi, sedangkan
prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang menyebabkan relaksasi
otot dan menghambat agregasi trombosit. Perbandingan PGF2α
dengan kedua prostaglandin meningkat selama menstruasi. Perubahan
ini mengurangi aliran darah melalui kapiler endometrium dan
menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan endometrium ke kapiler,
sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Hal ini tersebut
menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan
terus berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang disuplai
oleh arteri spiral menjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemik.
Daerah nikrotik dari endometrium mengelupas ke dalam rongga uterus
disertai dengan darah dan cairan jaringan, sehingga menstruasi
terjadi.1

4. Fase Iskemik/ Premenstrual


Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum
yang mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri spiral
menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional
terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan
basal dan perdarahan menstruasi dimulai. 1
. Siklus Ovarium
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis mengeluarkan LH
(lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai
matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan
LH sebelum terjadi ovulasi. mempengaruhi folikel yang terpilih. Di
dalam folikel yang terpilih, oosit matur (folikel de Graaf) terjadi ovulasi,
sisa folikel yang kosong di dalam ovarium berformasi menjadi korpus
luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional pada 8 hari
setelah ovulasi, dan mensekresi hormone estrogen dan progesteron.
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar
hormon progesterone menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.2
2. Klasifikasi Gangguan Haid

Gangguan Haid 3
1. Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid
a. Hipermenorea (menoragia)
b. Hipomenorea
2. Gangguan Siklus Haid
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Gangguan Perdarahan di Luar Siklus Haid
a. Menometroragia
4. Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Haid
a. Dismenorea
b. Sindroma prahaid

Saat ini banyak istilah yang digunakan untuk terminologi keluhan


gangguan haid. Speroff menyebutkan berbagai definisi tradisional pada gangguan
haid, yaitu menoragia, metroragia, oligomenorea, dan polimenorea. Terminologi
gangguan haid tersebut berdasarkan karakteristik haid normal yaitu durasi 4 - 7
hari, jumlah darah 30 - 80 ml, dan interval 24 - 35 hari.3

Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid


a. Menoragia (Hipermenorea)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak dan
atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur. Secara
klinis menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80
ml per siklus dan durasi haid Iebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah
darah haid secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila ganti
pembalut 2 - 5 kali per hari menunjukkan jumlah darah haid normal.
Menoragia adalah bila ganti pembalut lebih dari 6 kali per hari. WHO
melaporkan 18 juta perempuan usia 30 - 55 tahun mengalami haid yang
berlebih dan dari jumlah tersebut 10% termasuk dalam kategori menoragia.3
Penyebab menoragia terletak pada kondisi dalam uterus. Hemostasis di
endometrium pada siklus haid berhubungan erat dengan platelet dan fibrin.
Formasi trobin akan membentuk plugs dan selanjutnya diikuti vasokonstriksi
sehingga terjadi hemostasis. Pada penyakit darah tertentu misalnya penyakit
von Willebrands dan trombositopenia terjadi defisiensi komponen tersebut
sehingga menyebabkan terjadi menoragia. Gangguan anatomi juga akan
menyebabkan terjadi menoragia, termasuk di antaranya adalah mioma uteri,
polip dan hiperplasia endometrium. Mioma yang terletak pada dinding uterus
akan mengganggu kontraktilitas otot rahim, permukaan endometrium menjadi
lebih luas dan akan menyebabkan pembesaran pembuluh darah serta berisiko
mengalami nekrosis. Proses patologis ini akan menghambat hemostasis
normal.3

b. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit
dan atau durasi lebih pendek dari normal. Terdapat beberapa penyebab
hipomenorea yaitu gangguanorganik misalnya pada uterus pascaoperasi
miomektomi dan gangguan endokrin. Hipomenorea menunjukkan bahwa
tebal endometrium tipis dan perlu evaluasi lebih lanjut.3

Gangguan Siklus Haid


a. Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
yaitu kurang dari 21 hari. Seringkali sulit membedakan polimenorea dengan
metroragia yang merupakan perdarahan antara dua siklus haid. Penyebab
polimenorea bermacam-macam antara lain gangguan endokrin yang
menyebabkan gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti ovarium
karena peradangan.3
b. Oligomenorea
Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal
yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik yang
disebabkan oleh peningkatan hormon androgen sehingga terjadi gangguan
ovulasi. Pada remaja oligomenorea dapat terjadi karena imaturitas poros
hipotalamus hipofisis ovarium endometrium. Penyebab lain hipomenorea
antara lain stres fisik dan emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi.
Oligomenorea memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab.
Perhatian perlu diberikan bila oligomenorea disertai dengan obesitas dan
infertilitas karena mungkin berhubungan dengan sindroma metabolik.3

c. Amenore

Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan

mencakup salah satu tiga tanda sebagai berikut.

1. Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya


pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder.
2. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan
normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.
3. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada
perempuan yang sebelumnya pernah haid.3

Gangguan Perdarahan di Luar Siklus Haid


Menometroragia
Menometrorrhagia, didefinisikan sebagai perdarahan uterus yang berlebihan
dan berkepanjangan yang terjadi pada interval yang tidak teratur dan atau sering,
terjadi pada hingga 24% wanita berusia 40-50 tahun.4
Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Haid
a. Disminore
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai
dari yang ringan sampai berat. Keparahan dismenorea berhubungan langsung
dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu
diikuti dengan rasa mulas/nyeri. Namun, yang dimaksud dengan dismenorea
pada topik ini adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan tersebut
datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat anti
nyeri.3

b. Sindroma Prahaid
Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas,
lelah, susah konsentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut,
dan sakit pada payudara. Sindroma prahaid biasanya ditemukan 7 – 10 hari
menjelang haid. Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga hormon
estrogen, progesteron, prolaktin, dan aldosteron berperan dalam terjadinya
sindroma prahaid. Gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron
akan menyebabkan retensi cairan dan natrium sehingga berpotensi
menyebabkan terjadi keluhan sindroma prahaid. Perempuan yang peka
terhadap faktor psikologis, perubahan hormon sering mengalami gangguan
prahaid.3

3. Patofisiologi Amenore

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagau bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama
dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetic.
Pasien dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh hal ini menganggap dan
menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminism.
Vagina kadang-kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya
terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak
terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal
inguinalis. Keadaan seperti ini yang menyebabkan pasien mengalami amenorea
yang permanen.5
Amenorea primer juga dapat disebabkan karena kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropik amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan LH dalam serum.
Akibatnya, ketidakadekuatan hormone ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progresteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progresteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merangsang. Terjadilah amenorea. Hal ini
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofisis
anterior, seperi adenoma pituitary.5
Hypergonadotropik amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenorea
primer. Hypergonadotropik amenorrhoea adalah kondisi dimana terdapat kadar
FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak
mampu menghasilkan estrogen dan progresteron. Hal ini menandakan bahwa
ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari
hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau premature menopause adalah
penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih
muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropik amenorrhoea. Disgenesis
gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstruasi dan
tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad (ovarium) tidak
berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.5
Amenorea sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium
dapat bekerja secara fungsional. Amenorea yang terjadi mungkin saja
disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar
uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium seperti
kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.5
4. Pembagian Amenore
Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan

mencakup salah satu tiga tanda sebagai berikut.

1. Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan
atau perkembangan tanda kelamin sekunder.
2. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan
normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.
3. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada
perempuan yang sebelumnya pernah haid.3

Amenore dibagi menjadi dua bentuk, yaitu : 6


1. Amenore Fisiologik
a. Prapubertas
b. Pasca menopause
c. Hamil
d. Laktasi
2. Amenore Patologik
a. Amenore primer yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada wanita usia
16 tahun yang disebabkan oleh: 6
 Pubertas terlambat
 Kegagalan dari fungsi indung telur
 Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
 Gangguan pada susunan saraf pusat
 Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah
haid, dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina
normal
b. Amenore sekunder yaitu tidak terjadinya haid selama 3 siklus atau 6
siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus haid biasa. kehamilan,
setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi. 6

Jika sebab-sebab tersebut bisa disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:6


1. Obat-obatan
2. Stres dan depresi
3. Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga
berlebihan, obesitas
4. Gangguan hipotalamus dan hipofisis
5. Gangguan indung telur
6. Penyakit kronik

Tanda dan Gejala:


Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16 tahun,
dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara,
perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak
mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan haid.
Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.6

Kompartemen Gangguan Haid


Kompartemen I: Gangguan pada Uterus
Sindrom Asherman
Pada sindrom Asherman, amenore sekunder terjadi setelah kerusakan
endometrium. Umumnya hal ini disebabkan kuretase berlebihan yang
kemudian menghasilkan jaringan parut intrauterin. Pola yang khas yaitu sinekia
multipel yang tampak pada histerogram. Diagnosis dengan histeroskopi lebih
akurat karena dapat mendeteksi perlekatan minimal yang tidak tampak pada
histerogram. Perlekatan dapat terjadi secara sebagian atau seluruhnya menutup
rongga endometrium atau kanalis servikalis. Sindrom Asherman dapat juga
terjadi setelah pembedahan uterus, meliputi seksio saesaria atau miomektomi.
Pasien dengan sindrom Asherman dapat memiliki masalah lain selain amenore,
termasuk keguguran dan dismenore. Pasien dengan abortus berulang,
infertilitas, atau kegagalan kehamilan harus menjalani pemeriksaan rongga
endometrium dengan histerogram atau histeroskopi. 9
Kompartemen II: Gangguan pada Ovarium
Tumor Ovarium
Amenorea yang terjadi dapat disebabkan oleh tumor ovarium yang tidak
memroduksi hormon maupun oleh tumor ovarium yang memroduksi hormon.
Tumor ovarium yang tidak memproduksi hormon akan merusak seluruh
jaringan ovarium. Hormon yang diproduksi oleh tumor ovarium ialah androgen
dan estrogen. Androgen yang tinggi menekan sekresi gonadotropin, sehingga
menyebabkan amenorea, hirsutisme, hipertrofi klitoris, perubahan suara, dan
akne. Tumor yang memproduksi estrogen jarang menyebabkan amenorea,
namun sering terjadi perdarahan yang memanjang akibat hiperplasia
endometrium. 9

Kegagalan Ovarium Dini/Premature Ovarian Failure (POF)


Sekitar 1% wanita akan mengalami kegagalan ovarium dini (deplesi dini
dari folikel ovarium) sebelum usia 40 tahun. Etiologi dari kegagalan ovarium
dini pada sebagian besar kasus belum diketahui dan lebih sering terjadi pada
keluarga yang memiliki sindrom X fragil; hal ini berguna bila kegagalan
ovarium dini familial diidentifikasi. Perlu ditekankan bahwa pembawa mutasi
X fragil ialah pada peningkatan risiko untuk kegagalan ovarium dini.
Gangguan autosomal dominan yaitu sindrom blefaro-fimosis (kelainan kelopak
mata), telah diidentifikasi berhubungan dengan kegagalan ovarium dini, yang
disebabkan oeh mutasi dalam gen faktor transkripsi (FOXL2) pada kromosom
3. Selain itu, kegagalan ovarium dini dapat disebabkan oleh destruksi folikel
karena infeksi, misalnya ooforitis gondok, atau kerusakan fisik (misalnya
radiasi atau kemoterapi). 9

Sindrom Resistensi Ovarium


Sindrom resistensi ovarium terjadi pada wanita amenore dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, namun memiliki peningkatan
kadar gonadotropin. Wanita ini akan sulit untuk hamil, bahkan dengan dosis
gonadotropin eksogen yang tinggi. Penyebab pasti kelainan ini belum
sepenuhnya terungkap. Diduga adanya gangguan pembentukan reseptor
gonadotropin di ovarium akibat proses autoimun. Perlu dilakukan biopsi
ovarium untuk membedakan dengan menopause prekok. 9

Kompartemen III: Gangguan pada Hipofisis Anterior


Sindrom Sheehan
Penyebab terbanyak amenorea karena gangguan di hipofisis ialah sindrom
Sheehan yang terjadi akibat adanya iskemik atau nekrosis adenohipofisis.
Kelainan ini sering dijumpai pada postpartum dengan perdarahan banyak.
Perlu diketahui, bahwa adenohipofisis sangat sensitif dalam kehamilan. Gejala
baru muncul bila ¾ dari adenohipofisis mengalami kerusakan. Bila hal ini
terjadi, maka semua hormon yang dihasilkan oleh adenohipofisis akan
mengalami gangguan. 9

Amenorea Galaktorea
Pada wanita dengan oligomenore, amenore, galaktorea atau infertilitas,
harus diperiksa kadar prolaktin serum. Hiperprolaktinemia diperkirakan terjadi
pada 9% wanita dengan amenore, 25% wanita dengan galaktorea, dan 70%
wanita dengan amenore dan galaktorea. Prolaktin merupakan hormon yang
diproduksi oleh sel-sel laktotrof yang terletak di bagian distal lobus anterior
hipofisis. Pengeluaran prolaktin dihambat oleh prolactin inhibiting factor (PIF)
yang identik dengan dopamin. Bila PIF ini tidak berfungsi, atau produksinya
berkurang maka akan terjadi hiperprolaktinemia. Tidak berfungsinya PIF dapat
disebabkan oleh: gangguan di hipotalamus; obat-obatan (psikofarmaka,
estrogen, domperidon, simetidin); kerusakan pada sistem portal hipofisis; dan
tumor hipofisis yang menghasilkan prolaktin (prolaktinoma), hipertiroid, dan
akromegali. 9
Kompartemen IV: Gangguan pada Sistem Saraf Pusat
Amenore Hipotalamik
Gangguan hipotalamus didiagnosis dengan menyingkirkan lesi hipofisis.
Gangguan ini sering berhubungan dengan keadaan yang penuh dengan tekanan.
Penyebab fungsional yang paling sering ditemukan berupa gangguan psikis.
Gangguan fungsional seperti ini paling banyak dijumpai pada wanita
pengungsi, dipenjara, sering mengalami stres, atau hidup dalam ketakutan.
Pasien dengan amenore hipotalamik (hipogonadotropin hipogonadisme)
memiliki defisiensi dari sekresi pulsatil GnRH. Tingkat penekanan GnRH
menentukan bagaimana klinis pasien ini. Penekanan ringan dapat berhubungan
dengan efek marginal dari reproduksi, khususnya fase luteal yang tidak
adekuat. Penekanan sedang dapat menghasilkan anovulasi dengan
ketidakteraturan menstruasi, dan penekanan yang kuat bermanifestasi sebagai
amenore hipotalamik. 9

Anoreksia Nervosa dan Bulimia


Wanita yang mengalami gangguan pola makan seperti anoreksia nervosa
dan bulimia dapat menyebabkan gangguan psikis, dan neurotik, sehingga dapat
terjadi kerusakan organ (atrofi). Bila kerusakan tersebut mengenai hipotalamus,
maka dengan sendirinya hipotalamus tidak dapat lagi memroduksi GnRH.
Pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun berhenti. Akibatmya pematangan
folikel dan ovulasi di ovarium tidak terjadi. Anoreksia nervosa diagnosis bila
ditemukan gejala berikut: 9
1. Onset antara usia 10 dan 30 tahun.
2. Penurunan berat badan sebanyak 25% atau 15% di bawah normal untuk
usia dan tinggi badan.
3. Kelakuan khusus: penyangkalan, gambar tubuh yang berubah, perlakuan
yang tidak biasa terhadap makanan.
4. Sedikitnya satu dari berikut ini: rambut halus (lanugo), bradikardi,
overaktivitas, episode makan berlebihan (bulimia), muntah, yang dapat
diinduksi oleh diri sendiri
5. Amenore
6. Tidak ada penyakit medis yang diketahui.
7. Tidak ada kelainan psikiatrik lain
Bulimia merupakan sebuah sindrom yang ditandai dengan makan berlebihan
yang episodik dan diikuti dengan induksi muntah, puasa, dan penggunaan
laksatif dan diuretik, bahkan edema. Tampaknya ini merupakan permasalahan
yang berkembang pada wanita muda. Perilaku bulimik sering tampak pada
pasien dengan anoreksia nervosa. Pasien dengan bulimia memiliki insidensi
gejala depresif yang tinggi atau gangguan kecemasan. Baik anoreksia nervosa
maupun bulimia menetap sebagai masalah kronis yang berjangka waktu lama
yang ditemukan pada 50% kasus. 9

5. Penyebab Amenore

1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang, sehingga darah


menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini diketahui bila
cewek sudah waktunya mens tetapi belum mendapatkannya. Dia mengeuh
sakit perut setiap bulan.7
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi
haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan hormon ini menyebabkan
endometrium tidak terbentuk dan keadaan ini menyebabkan cewek tidak
mengalami masa subur karena sel telur tidak terbentuk.7
 Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan
berat  badan.
 Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan.
 Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor.
 Endometrium tidak bereaksi.
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan
hepar dan ginjal.8

Berdasarkan skenario, kemungkinan penyebab dari amenore wanita


tersebut yaitu karena terjadinya menstruasi anavulatori yang dimana hormone
tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga
endometrium dan sel telur tidak terbentuk dan menyebabkan wanita tersebut
tidak mengalami masa subur.

5. Hubungan Usia 14 Tahun dengan Amenore

Dikatakan amenorea sekunder bila seorang wanita usia reproduktif yang


pernah mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya tiga bulan
berturut-turut. Penyebab tidak datangnya haid ialah gangguan pada organ-
organ yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, yaitu:
hipotalamushipofisis (amenorea sentral), ovarium (amenorea ovarium), dan
uterus (amenorea uteriner). Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4%
wanita usia reproduktif, sebagian besar kasus disebabkan oleh sindroma
ovarium polikistik (SOPK), amenorea hipotalamik, hiperprolaktinemia, dan
kegagalan ovarium dini.9

Prinsip dasar fisiologi dari fungsi menstruasi memungkinkan


penyusunan beberapa sistem kompartemen yang tepat di mana siklus
menstruasi bergantung. Prinsip ini berguna untuk mendapatkan evaluasi
diagnostik yang memisahkan penyebab dari amenore ke dalam kompartemen
berikut ini: kompartemen I, gangguan pada uterus; kompartemen II, gangguan
pada ovarium; kompartemen III, gangguan pada hipofisis anterior; dan
kompartemen IV, gangguan pada sistem saraf pusat (hipotalamus). Dalam hal
ini sesuai dengan skenario akan dijelaskan lebih terperinci mengenai
kompartemen IV: Gangguan pada sistem saraf pusat (hipotalamus).9
Amenore Hipotalamik

Gangguan hipotalamus didiagnosis dengan menyingkirkan lesi


hipofisis. Gangguan ini sering berhubungan dengan keadaan yang penuh
dengan tekanan. Penyebab fungsional yang paling sering ditemukan berupa
gangguan psikis. Gangguan fungsional seperti ini paling banyak dijumpai
pada wanita pengungsi, dipenjara, sering mengalami stres, atau hidup dalam
ketakutan. Pasien dengn amenore hipotalamik (hipogonadotropin
hipogonadisme) memiliki defisiensi dari sekresi pulsatil GnRH. Tingkat
penekanan GnRH menentukan bagaimana klinis pasien ini. Penekanan ringan
dapat berhubungan dengan efek marginal dari reprofuksi, khususnya fase
luteal yang tidak adekuat. Penekanan sedang dapat menghasilkan anovulasi
dengan ketidakteraturan menstruasi, dan penekanan yang kuat bermanifestasi
sebagai amenore hipotalamik. 9

Anoreksia Nervosa dan Bulimia

Wanita yang mengalami gangguan pola makan seperti anoreksia


nervosa danbulimia dapat menyebabkan gangguan psikis, dan neurotik,
sehingga dapat terjadi kerusakan organ (atrofi). Bila kerusakan tersebut
mengenai hipotalamus, maka dengan sendirinya hipotalamus tidak dapat lagi
memroduksi GnRH. Pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun berhenti.
Akibatmya pematangan folikel dan ovulasi di ovarium tidak terjadi.
Anoreksia nervosa diagnosis bila ditemukan gejala berikut: 9

1. Onset antara usia 10 dan 30 tahun.


2. Penurunan berat badan sebanyak 25% atau 15% di bawah normal untuk
usia dan tinggi badan.
3. Kelakuan khusus: penyangkalan, gambar tubuh yang berubah, perlakuan
yang tidak biasa terhadap makanan.
4. Sedikitnya satu dari berikut ini: rambut halus (lanugo), bradikardi,
overaktivitas, episode makan berlebihan (bulimia), muntah, yang dapat
diinduksi oleh diri sendiri.
5. Amenore.
6. Tidak ada penyakit medis yang diketahui.
7. Tidak ada kelainan psikiatrik lain Bulimia merupakan sebuah sindrom
yang ditandai dengan makan berlebihan yang episodik dan diikuti dengan
induksi muntah, puasa, dan penggunaan laksatif dan diuretik, bahkan
enema. Tampaknya ini merupakan permasalahan yang berkembang pada
wanita muda. Perilaku bulimik sering tampak pada pasien dengan
anoreksia nervosa. Pasien dengan bulimia memiliki insidensi gejala
depresif yang tinggi atau gangguan kecemasan. Baik anoreksia nervosa
maupun bulimia menetap sebagai masalah kronis yang berjangka waktu
lama yang ditemukan pada 50% kasus. 9

Olah Raga dan Amenore

Atlet wanita dengan olahraga yang penuh tekanan memiliki


peningkatan insidensi bermakna dari ketidakteraturan menstruasi dan
amenore akibat efek penekanan hipotalamus. Bila latihan dimulai sebelum
menarke, menarke dapat tertunda hingga 2-3 tahun, dan insidensi berikutnya
dari ketidakteraturan menstruasi lebih tinggi. Olahraga menurunkan
gonadotropin dan meningkatkan prolaktin, hormon pertumbuhan, testosteron,
ACTH, steroid adrenal, dan endorfin sebagai akibat dari sekresi yang
meningkat maupun bersihan yang berkurang.3,13 Hormon yang melepaskan
kortikotropin (CRH) secara langsung menghambat sekresi GnRH
hipotalamik, mungkin dengan meningkatkan sekresi opioid endogen. Wanita
dengan amenore hipotalamik (termasuk olahragawan dan wanita dengan
gangguan pola makan) memperlihatkan hiperkortisolisme (karena
peningkatan CRH dan ACTH), yang menunjukkan bahwa ini merupakan jalur
dimana tekanan mengganggu fungsi reproduktif. Atlet amenore yang
memiliki kadar kortisol kembali ke rentang normal memperoleh kembali
fungsi menstrual dalam 6 bulan, kebalikan dengan atlet yang
mempertahankan kadar kortisol yang meningkat dan terus mengalami
amenore. 9
Terdapat beberapa perbedaan penting antara reaksi anorektik dan
anoreksia nervosa sejati. Pasien dengan anoreksia nervosa sejati memiliki
persepsi yang salah tentang realitas dan kurang kesadaran diri terhadap
penyakit dan masalahnya sedangkan pasien dengan reaksi anorektik memiliki
kemampuan untuk menilai diri sendiri. Atlet wanita yang bertanding dapat
mengalami reaksi anorektik mereka dengan sengaja berusaha untuk
mengurangi berat badan. Seorang dokter harus waspada akan masalah ini dan
akan ditemui oleh pasien karena keluhan yang terjadi baik amenore maupun
penurunan berat badan yang tidak terkontrol lagi. 9

Kesimpulannya, berdasarkan skenario hubungan anatra usia perempuan


14 tahun yang masih remaja dengan kejadian aminore memiliki kaitan
diantara keduanya. Dalam hal ini bisa kita hubungkan dengan prinsip
diagnostik yang dapat kita gunakan yaitu kompartemen I, gangguan pada
uterus; kompartemen II, gangguan pada ovarium; kompartemen III, gangguan
pada hipofisis anterior; dan kompartemen IV, gangguan pada sistem saraf
pusat (hipotalamus). Adapun yang sangat mendekati berdasarkan usia dan
kejadian aminore yaitu kompartemen IV (gangguan hipotalamus) tentu saja
dilihat dari usia yang cenderung terkena berdasarkan diatas 10-30 tahun. 9

6. Penanganan Gangguan Haid


Berdasarkan skenario, didapatkan bahwa pasien mengalami Amenorea.
Amenorea diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan kompartemennya:
Kompartemen I (Gangguan pada Uterus dan Patensi (Outflow Tact)
1. Sindroma Asherman; terjadi kerusakan endometrium akibat tindakan kuret
berlebihan yang terlalu dalan sehingga terjadi perlekatan intrauteri.
Penanganan sindroma Asherman dilakukan dengan melakukan: 10
a. Dilatasi kuret untuk menghilangkan perlekatan.
b. Saat ini, visualisasi langsung menggunakan histeroskopi dan dengan
memakai alat gunting dan kateter untuk menghilangkan perlekatan
memberikan hasil lebih baik dibandingkan tindakan dilatasi kuret
secara membuta. Selanjutnya, dipasang IUD untuk mencegah
perlekatan pasca operasi.
c. Penggunaan kateter pediatri Foley yang diisikan cairan 3 ml dan
dipasang di dalam rongga uterus selama 7 hari bisa menjadi alternatif.
d. Untuk memacu pertumbuhan endometrium dan mengembalikan siklus
haid diberikan stimulus esterogen 2,5 mg setiap hari selama 3 minggu
dan progestin 10 mg setiap hari pada minggu ke 3.
2. Endometritis Tuberkulosa; Terapi spesifik terhadap tuberkulosa
diharapkab dapat mengembalikan siklus haid. 10
3. Agenesis Duktus Mulleri; tidak ada atau hypoplasia vagina, biasanya juga
tidak ditemukan adanya uterus dan tuba falopii. Penanganan dilakukan
dengan tindakan bedah rekonstruksi neovagina dan bisa juga tanpa
tindakan bedah berupa dilatasi vagina. 10
4. Sindroma Insensivitas Androgen; merupakan penyakit genetik X-linked
recessiveI yang bertanggung jawab pada reseptor androgen intraseluler
dengan gonad laki-laki dengan fenotip perempuan (male
pseudohermaphrodite). Penanganan yang dilakukan adalah jika penderita
merasa dirinya perempuan dan dapat berfungsi sebagai perempuan, kecuali
keluhan amenorea dan infertilitas maka dilatasi bisa dilakukan untuk
memperbaiki fungsi vagina dan bila diperlukan dapat dilakukan tindakan
bedah rekonstruksi membentuk neovagina. 10

Kompartemen II (Gangguan pada Ovarium)

1. Sindroma Turner; Kelainan gonad/disgenesis gonad yang pada


pemeriksaan kariotipe menunjukkan satu kromosom X tidak ada atau
abnormal (45X). Penanganan yang dilakukan adalah diberikan pengobatan
substitusi hormone siklik esterogen dan progesteron. Pengobatan
sebaiknya diberikan setelah terjadi penutupan garis epifisis untuk
mencegah penutupan garis epifisis lebih awal. 10
2. Premature Ovarian Failure (POF); adalah hilangnya fungsi ovarium
sebelum umur 40 tahun. Penanganan dengan pemberian substitusi
hormone esterogen-progesteron akan berguna mengurangi keluhan dan
mencegah komplikasi jangka Panjang osteophorosis. Pemberian obat
steroid bermanfaat pada POF dengan penyakit autoimun. 10
3. Sindroma Ovarium Resisten Gonadotropin; penanganan relatif sama
dengan Premature Ovarian Failure yaitu bersifat simtomatis saja. 10
4. Sindroma Sweyer; yaitu keadaan perempuan amenorea dengan kariotipe 46
XY, kadar testosteron normal perempuan dan tidak didapatkan
perkembangan seksual karena tidak didapatkannya hormon esterogen.
Penanganan sebaiknya dilakukan pengangkutan streak gonad segera
setelah diagnosis ditegakkan. 10

Kompartemen III (Gangguan pada Hipofisis)

1. Adenoma Hipofisis Sekresi Prolaktin; keadaan terjadi amenorea dengan


kadar prolaktin tinggi dan dapat juga disertai galaktorea. Keadaan seperti
ini dapat ditangani dengan tindakan bedah, radiasi, dan medikamentosa
bromokriptin. 10
2. Empty Sella Syndrome; merupakan kelainan kongenital yang ditandai
dengan tidak lengkapnya diafragma sella sehingga terjadi ekstensi ruang
subarachnoid ke dalam fosa hipofisis. Pada penanganan dianjurkan
melakukan surveilens pemeriksaan kadar prolaktin dan foto untuk melihat
perkembangan kelainan tersebut dan pengobatan hormone serta induksi
ovulasi bisa ditawarkan untuk pengobatan selanjutnya. 10

Kompartemen IV (Gangguan pada Hipotalamus/Susunan Saraf Pusat)

1. Amenorea Hipotalamus; defisiensi sekresi pulsatile GnRH akan


menyebabkan gangguan pengeluaran gonadotropin. Kelainan di
hipotalamus ditegakkan dengan melakukan eksklusi adanya lesi di
hipofisis dan biasanya berhubungan dengan gangguan psikis. 10
2. Penurunan Berat Badan Berlebih
a. Anoreksia Nervosa; suatu keadaan dimulai dengan diet untuk
mengontrol berat badan, selanjutnya diikuti ketakutan tidak bisa
disiplin menjaga berat badan. 10
b. Bullimia; suatu keadaan yang ditandai dengan episode makan
berlebihan dan dilanjutkan dengan menginduksi muntah, puasa atau
penggunaan obat pencahar dan diuretika. 10

Penanganan harus dilakukan oleh ahli psikiatri untuk melakukan intervensi


psikologis berupa cognitive-behavioral therapy. Pendekatan secara terpadu
melibatkan dokter psikiatri, ahli nutrisi, dan orang tua sangat bermanfaat. 10

3. Sindroma Kallmann; kelainan kongenital hipogonadotropin


hipogonadisme disebabkan oleh defisit sekresi GnRH. Penanganan induksi
ovulasi dengan gonadotropin eksogen memberikan hasil baik tetapi tidak
klomifen sitrat.10

Berdasarkan skenario, pasien tersebut baru berusia 14 tahun dan telah terjadi
menarche pada usia 13 tahun. Sehingga, kemungkinan untuk terjadinya
gangguan pada kompartemen 1 (Gangguan pada uterus) dan kompartemen 2
(Gangguan pada ovarium) dapat disingkirkan. Kemungkinan pada skenario ini,
terjadi gangguan pada kompartemen 3 (gangguan pada hipofisis) atau bisa juga
terjadi gangguan pada kompartemen 4 (Gangguan pada hipotalamus/ sistem
saraf pusat).

7. Pemeriksaan Penunjang untuk Gangguan Haid

Dari klasifikasi di atas dapat kita lihat bahwa gejala amenorea dijumpai
pada penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang bermacam-macam.
Sudah jelas bahwa untuk menegakkan diagnosis yang tepat berdasarkan
etiologi,tidak jarang di perlukan pemeriksaan-pemeriksaan yang beraneka
ragam,rumit, dan mahal harganya. Dewasa ini tidak banyak klinik yang
mempunyai cukup fasilitas untuk melaksanakan semua semua pemeriksaan,
dan hal itu pun tidak selalu perlu. Dibawah ini dibicarakan dahulu metode-
metode yang dapat dilakukan oleh semu klinik, dan disebut pula
pemeriksaan-pemerikasaanyang memerlukan fasilits-fasilitas khusus. Perlu
dikemukakan di sini bahwa ada jenis-jenis amenorea yang memerlukan
pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga yang dapat ditetapkan
diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana. 11

Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama, harus


diketahui apakah amenorea itu primer atau sekunder. Selanjutnya,perlu
diketahui apakah ada hubungan antara amenorea danfaktor-faktor yang dapat
menimbulkan gangguan emosional; apakah ada kemungkinan kehamilan;
apakah penderita menderita penyakit akut atau menahun; apakah ada gejala-
gejala penyakit metabolik, dan lain-lain. 11

Sesudah anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan umum yang seksama,


keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk-petunjuk yang
berharga. Apakah penderita pendek atau tinggi, apakah berat badan sesuai
dengan tingginya, apakah ciri-ciri kelamin sekunder bertumbuh dengan baik
atau tidak,apakah ada tanda hirsutisme; semu itu penting untuk pembuatan
diagnosis. 11

Pada pemeriksaan ginekologi umumnya dapat diketahui adanya berbagai


jenis ginatresi, adanya aplasia vaginae, keadaan klitoris, aplasia uteri,adanya
tumor, ovarium dan sebagainya. 11

Dengan anamnesis, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan ginekologi,


banyak kasus amenore dapat diketahui sebabnya. 11

Apabila pemeriksaan klinik tidak memberi gambaran yang jelas mengenai


sebab amenorea, makadapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai
berikut : 11
1. Pemeriksaan foto Roentgen dari thoraks terhadap tuberkulosis
pulmonum, dan dari sella tursia untuk mengetahui apakah ada perubahan
pada sella tersebut.
2. Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen yang
dapat dibuktikan berkat pengaruhnya.
3. Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes mellitus
4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya
lapangan visus jika ada kemungkinan tumor hipofisis.
5. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium, dan untuk
mengetahui adanya endometritis tuberkulosa
6. Pemeriksaan metabolisme basal, atau jika ada fasilitasnya , pemeriksaan
T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi glandua tiroidea.

Pemeriksaan-pemeriksaan yang memerlukan fasilitas khusus : 11

1. Laparoskopi : dengan laparoskopi diketahui adanya hipoplasia uteri yang


besar, aplasia uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium
polikistik(sindrom Stein-Leventhal) dan sebagainya.
2. Pemeriksaan kromatin seks untuk mengetahui apakah penderita secara
genetik seorang wanita. Akan tetapi, kromosom seks positif belum berarti
bahwa penderita yang bersangkutan seorang wanita yang genetik normal
oleh karena kromatin seks positif dijumpai pula pada gambaran
kromosom 44 XXY, 44 XXX, atau gambaran mosaik seperti XX/XO,
XXXY atau XXYY.
3. Pembuatan kariogram dengan pembiakan sel-sel guna mempelajari hal-
hal kromosom, antara lain seperti fenotipe tidak sesuai dengan genotipe.
4. Pemeriksaan kadar hormon.
Diatas sudah disebut pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi
glandula tiroidea. Selain itu, pemeriksaan-pemeriksaan kadar FSH, LH,
estrogen, prolaktin, dan 17-ketosteroid mempunyai arti yang penting.
Pada defisiensi fungsi hipofisis misalnya kadar FSH rendah, sedang pada
defisiensi ovarium umumnya kadar FSH tinggi dan kadar estrogen
rendah. Pada hiperfungsi glandula suprarenalis kadar 17-kelosteroid
meningkat.

Dapat pula diagnosis diferensial dari amenorea didekati dengan


melakukan tes-tes dinamakan tes-tes fungsional. 11

1. Diberikan sebagai langkah pertama kepada penderita 100 mg progesteron


(dalam minyak) intramuskulus. Jika sesudah 2-7 hari terjadi perdarahan
(withdrawal bleeding), ini berarti bahwa dalam tubuh ada estrogen
endogen. Dapat diambil kesimpulan bahwa poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium masih berfungsi, meskipun minimal. Pada penderita ini tidak
adanya galaktorea, dan adanya kadar prolaktin normal, menyingkirkan
kemungkinan adanya tumor hipofisis. Jika ditemukan kadarprolaktin
tinggi, perlu dipikirkan tumor hipofisis. Potret Roentgen biasa atau
politomografi dari sella tursika dapat membantu untuk mengetahui ada
tidaknya tumor itu. 11
Jika tidak terjadi perdarahan, ada 2 kemungkinan : 11
(a) uterus tidak bereaksi ;
(b) tidak terdapat pebuatan estrogen.
2. Untuk membedakan antara 2 kemungkinan ini, sebagai langkah ke-2,
diberikan kepada penderita 2,5 mg conjugated estrogen (Premarin,
Oestrofeminal) tiap hari untuk 21 hari, ditambah dengan 10 mg Asetas
medroksiprogesteron sehari untuk 5 hari terakhir. Jika tidak timbul
perdarahan dalam 2 minggu setelah berhentinya pemberian obat, dapat
disimpulkan bahwa uterus tidak berfungsi lagi (misalnya pada adhesi
intra uterin yang luas seperti sindrom Asherman). 11
3. Jika timbul perdarahan, dapat dilakukan langkah ke-3. Langkah ini terdiri
atas pemeriksaan kadar FSH dengan jalan radioimmuno-assay. 11
a. Jika kadar FSH lebih tinggi dari 40 MIU/ml, sebab amenorea ialah
gangguan fungsi ovarium (angka normal berkisar antara 5-25
MIU/ml misalnya pada menopause prematur).
b. Jika kadar FSH rendah, maka sebab amenorea ialah gangguan fungsi
hipofisis atau alat-alat lebih atas.

Dengan pemeriksaan foto Roentgen dari sella tursika dapat ditentukan


ada tidaknya tumor hipofisis.11

9. Komplikasi Gangguan Haid

1. Komplikasi Amenorrhea

a. Osteoporosis : Amenore dialami perempuan karena


kadar estrogen yang rendah di dalam tubuh, diketahui pembentukan
tulang melibatkan 3 komponen yaitu eritropoitin, vitamin D, dan
hormon estrogen jika kadar estrogen menurun maka pembentukan
tulang juga terhambat karena tidak adanya hormon estrogen yang
membantu dalam pembentukan tulang. Kondisi ini
menyebabkan osteopenia dan osteoporosis. 13

b. Gangguan kesuburan: Aminorrhea menyebabkan sulit terjadinya


pembuahan karena terganggunya siklus menstruasi.13

2. Komplikasi Menorrhagia

a. Anemia: Menorrhagia adalah gangguan menstruasi yang menjadi


penyebab paling umum seorang perempuan mengalami anemia.
Kehilangan sekitar 80ml darah setiap kali menstruasi dapat
menyebabkan gangguan anemia. dimana, anemia yang paling ringan
sekalipun dapat menyebabkan penurunan asupan oksigen tubuh,
sehingga perempuan yang mengalaminya akan merasa kelelahan.
Gejala anemia yang lain adalah napas tersengal-sengal, detak jantung
meningkat, pusing, sakit kepala, dengingan pada telinga, sensitif,
pucat, tungkai lemas dan pelupa. 13

b. Gangguan kesuburan: Menorrhagia yang dialami karena gangguan


ovulasi, kista, myoma, atau endometriosis adalah kondisi yang
berhubungan dengan ketidaksuburan. 13

c. Penurunan kualitas hidup: PMS yang sangat berat, dan Menorrhagia,


dapat mengganggu aktivitas harian, sehingga seorang perempuan tidak
bisa bekerja dan menjalani kehidupan seperti biasa. 13

Berdasarkan skenario diatas lebih mengarah ke aminore primer karena


pada skenario perempuan usia 14 tahun tidak haid selama 5 bulan atau
haidnya yang tidak teratur dan komplikasi dari aminore itu sendiri dapat
mengakibatkan osteoporosis yang dimana kadar estrogen didalam tubuh itu
menurun, jika kadar estrogen menurun maka pembentukan tulang juga
terhambat karena tidak adanya hormon estrogen yang membantu dalam
pembentukan tulang, juga dapat mengakibatkan gangguan kesuburan karena
terganggunya siklus menstruasi yang dapat menyebabkan sulit terjadinya
pembuahan.

10. Perspektif Islam

Haid menurut bahasa, haid berarti sesuatu yang mengalir. Dan menurut
arti syara’ ialah darah yang terjadi pada wanita secara alami, bukan karena
suatu sebab, dan pada waktu tertentu.

Sifat darah ini berwarna merah kehitaman yang kental, keluar dalam
jangka waktu tertentu, bersifat panas, dan memiliki bau yang khas atau tidak
sedap. pada setiap wanita kebiasaannya pun berbeda-beda. Ada yang ketika
keluar haid ini disertai dengan rasa sakit pada bagian pinggul, namun ada
yang tidak merasakan sakit. Ada yang lama haidnya 3 hari, ada pula yang
lebih dari 10 hari. Ada yang ketika keluar didahului dengan lendir kuning
kecoklatan, ada pula yang langsung berupa darah merah yang kental. Dan
pada setiap kondisi inilah yang harus dikenali oleh setiap wanita, karena
dengan mengenali masa dan karakteristik darah haid inilah akar dimana
seorang wanita dapat membedakannya dengan darah-darah lain yang keluar
kemudian.

Batasan Haid :

1. Menurut Ulama Syafi’iyyah batas minimal masa haid adalah sehari


semalam, dan batas maksimalnya adalah 15 hari. Jika lebih dari 15 hari
maka darah itu darah Istihadhah dan wajib bagi wanita tersebut untuk
mandi dan shalat. 
2. Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa mengatakan
bahwa tidak ada batasan yang pasti mengenai minimal dan maksimal masa
haid itu. 

Hadist tentang Haid:

Dalil pertama: Firman Allah subhaanahu wa ta’aala :

[ ‫] ویسألونك عن المحيض قل هو أذى فاعتزلوا النساء في المحيض وال تقربوهن حتى یطـهرن‬

“ Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah : “ haid itu adalah


suatu kotoran”, oleh sebab itu , hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita
di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci…” (QS. Al Baqarah : 222)

Dalam ayat ini, yang dijadikan Allah sebagai batas akhir larangan adalah
kesucian, bukan berlalunya sehari semalam, atau tiga hari, ataupun lima belas
hari. Hal ini menunjukkan bahwa illat (alasan) hukumnya (larangan
menjauhui istri) adalah haid, yakni ada atau tidaknya. Jadi, jika ada haid
berlakulah hukum itu dan jika telah suci (tidak haid) tidak berlaku lagi
hukum-hukum haid tersebut.

Dalil kedua : Diriwayatkan dalam shahih Muslim bahwa Nabi Muhammad


shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah yang mendapatkan haid
ketika dalam keadaan Ihram untuk umrah :

" ‫" افعلي ما یفعل الحاج غير أن ال تطوفي بالبيت حتى تطهري‬

“Lakukankanlah apa yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan


melakukan thawaf di Ka’bah sebelum kamu suci”( HR. Muslim :4/ 30)

Kata Aisyah: “ Setelah masuk hari raya kurban, barulah aku suci”. Dalam
shahih Al- Bukhari, diriwayatkan bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada Aisyah :

" ‫ فإذا طهرت فاخرجي إلى التنعيم‬،‫" انتظري‬

“Tunggulah, jika kamu suci, maka keluarlah ke tan’im”.

Dalam hadits ini, yang dijadikan Nabi ‘alaihi wa sallam sebagai batas
akhir larangan adalah kesucian, bukan suatu masa tertentu, ini menunjukkan
bahwa hukum tersebut berkaitan dengan haid, yakni ada dan tidaknya.

Istihadhah

Istihadhah adalah keluarnya darah terus menerus pada seorang wanita


tanpa henti sama sekali atau berhenti sebentar seperti sehari atau dua hari
dalam sebulan. Sifat darah istihadhah ini umumnya berwarna merah segar
seperti darah pada umumnya, encer, dan tidak berbau. Darah ini tidak
diketahui batasannya, dan ia hanya akan berhenti setelah keadaan normal atau
darahnya mengering.

Dalil kondisi pertama, yakni keluarnya darah terus menerus tanpa henti
sama sekali, hadits riwayat Al Bukhari dari Aisyah Radhiayallahu ‘anha
bahwa Fathimah binti Abu Hubaisy berkata kepada Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam :

" ‫ أستحاض فال أطهر‬: ‫ وفي روایة‬.‫" یا رسول اهللا إني أستحاض‬

“ Ya rasulullah , sungguh aku istihadhah (tak pernah suci) Dalam riwayat


lain: Aku mengalami istihadhah, maka tak pernah suci”.

Dalam kondisi kedua, yakni darah tidak berhenti kecuali sebentar, hadits
dari Hamnah binti Jahsy ketika datang kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa
sallam dan berkata :

‫ " یــا رســول اهللا إني‬.‫والترمــذي وصــححه ونقــل عن اإلمــام أحمــد تصــحيحه وعن البخــاري تحســينه‬
‫أستحاض حيضة آبيرة شدیدة " رواه أحمد وأبو داود‬

“Ya Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami Istihadhah yang deras


sekali”

(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi dengan menyatakan shahih,


disebutkan pula bahwa hadits ini menurut Imam Ahmad shahih, sedang
menurut Al Baihaqi hasan.

Hadist tentang Istihadhah:

ْ َ‫ فَقَال‬- ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


:‫ت‬ َ -‫ي‬ ْ َ‫ َسأَل‬:‫ش‬
َّ ِ‫ت النَّب‬ ٍ ‫ «أَ َّن فَا ِط َمةَ بِ ْنت أَبِي حُ بَ ْي‬- ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا‬
ِ ‫ َر‬- َ‫ع َْن عَائِ َشة‬
ِ ‫صاَل ةَ قَـ ْد َر اأْل َي َِّام الَّتِي ُك ْن‬
‫ت‬ َّ ‫ َولَ ِك ْن د َِعي ال‬،‫ق‬ ٌ ْ‫ك ِعر‬ َ ِ‫إن َذل‬
َّ ‫ اَل‬:‫صاَل ةَ؟ قَا َل‬ َّ ‫ع ال‬ ُ ‫ أَفَأ َ َد‬،ُ‫طهُر‬ْ َ‫إنِّي أُ ْست ََحاضُ فَاَل أ‬

َ ‫ ثُ َّم ا ْغتَ ِسلِي َو‬،‫يضينَ فِيهَا‬


‫صلِّي‬ ِ ‫ت َِح‬

dari 'Aisyah 'anha, ia berkata: "Fathimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Wahai Rasulullah, aku terkena istihadhah,
sehingga aku tidak bersuci, apakah aku harus meninggalkan shalat? ' Maka
beliau bersabda, " "Jangan, karena itu hanyalah darah penyakit. Akan tetapi
tinggalkanlah shalat selama masa haidmu, setelah itu mandi dan kerjakanlah
shalat." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
‫َب قَـ ْد ُرهَا فَا ْغ ِسـلِي‬ َ ‫ت ْال َح ْي‬
َّ ‫ فَــا ْت ُر ِكي‬:ُ‫ضة‬
َ ‫ فَـإ ِ َذا َذه‬،‫الصـاَل ةَ فِيهَــا‬ ْ َ‫ فَإ ِ َذا أَ ْقبَل‬،‫ض ِة‬
َ ‫ت بِ ْال َح ْي‬
ْ ‫َوفِي ِر َوايَ ٍة " َولَ ْي َس‬
‫صلِّي‬
َ ‫ َع ْنك ال َّد َم َو‬.

Dalam riwayat yang lain: "itu bukanlah darah haid. Apabila datang masa
haid, hendaklah kamu meninggalkan shalat. Apabila telah berlalu masa-masa
haidnya, hendaklah kamu mandi dan mendirikan shalat." (HR. Al-Bukhrari).

Kesimpulan

1. Ada perbedaan antara darah haid dan darah istihadhah. Adapun darah
istihadzah adalah darah yang keluar kapan saja, sedangkan darah haid
hanya keluar pada waktu tertentu. 
2. Darah istihadhah jika menimpa wanita, maka tidak menghalanginya untuk
mengerjakan shalat, atau ibadah yang lainnya, karena hukum wanita
mustahadhah (yang tertimpa istihadhah) adalah suci.
3. Adapun darah haid jika menimpa wanita maka menghalanginya utk
melakukan shalat dan tidak perlu mengantinya.
4. Darah Haid najis maka wajib dicuci.

DAFTAR PUSTAKA

1. Febrianto, aldo. 2016. Pengaruh Olahraga terhadap Siklus Haid.


Semarang. Universitas Diponegoro.
2. Sinaga, ernawati. 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta.
Universitas Nasional.
3. M.Anwar, A.Baziad, R.P. Prabowo. 2017. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga.
Cetakan Ketiga. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal
73, 162,163,164,173,182,13.
4. Donnez J. 2011. Menometrorrhagia during the premenopause: an
overview. www.ncbi.nlm.nih.gov
5. Anwar, Mochammad. 2014. Ilmu Kandungan Ed. 3. Jakarta: P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Suwito Tjondro Hudono. 2011. Pemeriksaan Ginekologi dalam Sarwono
Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
7. Suparyanto. 2011. Amenorrhea. www.jurnalmedika.com/ Diakses 22
November 2014.
8. Winknjosastro. 2008.  Ilmu KandungaN. Jakarta : YBPSP.
9. Erna Suparman, E.S. 2017. Amenore Sekunder. Tinjauan dan Diagnosis.
Jurnal Biomedik. Hal 144-148
10. Baziad A., Prabowo P. 2017. Ilmu Kandungan.Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
11. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Halaman, 208-210.
12. Speroff L, Marc AF. Amenorrhea. 2005. Clinical Gynecologic
Endocrinology & Infertility (7th ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
13. Baziad A. Amenorea . In Endokrinologi Ginekologi (3rd ed). Jakarta:
Media Aesculapius, 2016.

Anda mungkin juga menyukai