Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENSTRUASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampuh : Dwi Yanthi,.S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh Kelompok 3 :
Wa Ode Ainunnisa.H P00320020043
Dewi Cahyani P003200200
Afrilia Difani P003200200
Fatmi Aulia P003200200
Iin Jesika P003200200
Maretza Wijaya P003200200
Nisa Lestari P003200200
Nurul Hikmah P003200200
Ratni Anjani P003200200
Siti Aprilia Fandini.H P003200200
Anggi P003200200
S
Kelas : 2A Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Maternitas tentang Asuhan Keperawatan Gangguan Menstruasi. Dalam menyusun tugas ini,
tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penyusun alami, namun berkat dukungan, dorongan
dan semangat dari orang terdekat, sehingga penyusun mampu menyelesaikannya.
Oleh karena itu penyusun pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada : 1. Teman teman kelompok atas semua usaha dan kerja samanya untuk
menyelesaikan tugas ini. 2. Dosen pembimbing kami Dwi Yanthi.,S.Kep.,Ns.,Msc. yang telah
memberikan tugas ini. 3. Teman-teman Kelas IIA yang telah memberikan semangat dan motivasi
bagi penyusun untuk menyelesaikan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas ini. Oleh karena itu
segala kritikan dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan baik.Semoga tugas
katarak ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel
tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas
dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin
faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai
antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita,
status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira
sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada
kesehatan dan pengaruhpengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga
40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam
hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan
fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan
oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan
indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut
hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang.
Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak
menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding
uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menstruasi?
2. Bagaimana siklus mestruas?
3. Apa saja gangguan menstruasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan menstruasi
2. Untuk mengetahui Bagaimana siklus mestruasi
3. Untuk mengetahu Apa saja gangguan menstruasi
BAB II
PEMBASAHAN

A. DEFINISI MENSTRUASI
Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan
perdarahan akibat pengeluaran hormon estrogen dan progesteron yang turun dan berhenti
sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti vasodilatasi (Manuaba,
2009). Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal dari
endometrium yang nekrotik (Kusmiyati, dkk, 2008).
Menstruasi yang terjadi setiap bulan secara terus menerus disebut sebagai siklus
menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga
menopause (sekitar usia 45- 55 tahun). Normalnya menstruasi berlangsung selama 3-7 hari.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35
hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita
memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi sampai
hari dimana perdarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung
sampai dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum perdarahan menstruasi bulan
berikutnya dimulai.

B. SIKLUS MENSTRUASI
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indug
telur) dan siklus uterus (rahim).
1) Siklus Ovarium
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
a. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan
sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan
folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit
meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-
masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya
hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan.
Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua
lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari,
rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi
biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
b. Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur.
Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan
kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah
dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul
pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung
selama beberapa menit sampai beberapa jam.
c. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus
luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu
tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru
dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.
Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali
jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG
(hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang
menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes
kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
2) Siklus Uterus
Siklus uterus berupa pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus-
endometrium. Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam
uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerja sama yang sangat terkoordinasi antara
hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
a. Fase menstruasi atau deskuamasi
Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan perdarahan.
Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale, stadium ini
berlangsung 4 hari. Potongan-potongan endometrium dan lendir akan keluar ketika
menstruasi, darah menstruasi tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah
pembekuan darah dan mencairkan potongan - potongan mukosa.
b. Fase post menstruasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara berangsur -
angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel
- sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm,
stadium ini dimulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± selama 4 hari.
c. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung
dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi dalam 2
subfase yaitu :

 Fase proliferasi dini


Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini
dikenal dar epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari
mulut kelenjar. Kelenjar ini kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar
ini merupakan ciri khas fase proliferasi : sel - sel kelenjar mengalami mitosis.
Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana
terlihat perubahan - perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid.
Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel – selnya berbentuk
bintang dan lonjong dengan tonjolan - tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma
relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.
 Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal dari
permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
d. Fase pramenstruasi atau stadium sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Pada fase ini
endometrium kira - kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang,
berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium
telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang
dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
 Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena
kehilangan cairan.
 Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan
menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang
mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah
kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar.

C. GANGGUAN MENSTRUASI
1) Disminore
a. Definisi
Suzannec (2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi
pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba dkk (2006)
dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan
gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan menstruasi yang sangat
menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung bawah yang terasa
seperti kram (Varney, 2004).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea


Menurut Prawirohardjo (1999), ada beberapa faktor diduga berperan dalam
timbulnya dysmenorrhea yaitu :
 Faktor psikis
Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea
hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua
keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada
genitalia maupun perubahan psikis.
 Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat tinggi dibandingkan
dengan wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi
menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan
menimbulkan nyeri.
 Prostaglandin
Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α).
Pelepasan prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya
membran sel akibat pelepasan lisosim. Prostaglandin menyebabkan peningkatan
aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara
peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan
tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium
yang hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh
prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel
miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin
dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain
dysmenorrhea timbul pula diare, mual, dan muntah.
 Faktor Hormonal
Kadar progesteron yang rendah menyebabkan terbentuknya PGF2α dalam jumlah
banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan
terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim
fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui
perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat. Peningkatan prostaglandin pada
endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir
menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus.

c. Faktor Risiko Dysmenorrhea


Menurut Damianus (2006), ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan
terjadinya dysmenorrhea yaitu :
 Wanita yang merokok
 Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol akan memperpanjang
nyeri pada saat menstruasi
 Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas
 Wanita yang tidak memiliki anak
 Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12 tahun)
 Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga

d. Gejala Dysmenorrhea
Menurut Kasdu (2005), gejala dysmenorrhea yang sering muncul adalah :
 Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi
 Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai
 Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang
masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.
 Nyeri pada perut bagian bahwa, yang bisa menjalar ke punggung bagian bahwa dan
tungkai.
 Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang
terus menerus.
 Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.

e. Klasifikasi Dysmenorrhea
Berdasakan derajat nyerinya dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Dysmenorrhea ringan
Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang
berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup
istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar tetapi
tetap berlokasi di daerah peruh bawah.
2) Dysmenorrhea sedang
Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri saat
menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah,
memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah
mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.
3) Dysmenorrhea berat
Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat menstruasi
dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing, sakit kepala
bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat sedemikian lama
yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan
pengobatan dysmenorrhea.

Menurut Jones (2001), dysmenorrhea berdasarkan penyebabnya diklasifikasikan menjadi


dua yaitu :
1) Dysminorrhea primer
Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis genitalis
yang dapat diidentifikasi. Dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar
usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15-25 tahun. Akan
tetapi, dysmenorrhea primer juga mengenai sekitar 50-70% wanita yang masih
menstruasi. Dysmenorrhea primer diduga sebagai akibat dari pembentukan
prostaglandin yang berlebih, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara
berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme anteriolar. Nyeri dymenorrhea primer
seperti mirip kejang spasmodik, yang dirasakan pada perut bagian bawah (area
suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah dapat juga disertai dengan
mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan
sebagainya. Nyeri mulai dirasakan 24 jam saat menstruasi dan bisa bertahan selama 48-
72 jam (Baradero, 2006 & Suzannec, 2001).
2) Dysmenorrhea sekunder
Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi yang disertai
kelainan anatomis genitalis. Dysmenorrhea sekunder terjadi pada wanita berusia 30-45
tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun. Nyeri dysmenorrhea sekunder
dimulai 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, dan nyerinya semakin hebat serta
mencapai puncak pada akhir menstruasi yang bisa berlangsung selama 2 hari atau lebih.
Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau
di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi
peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari menstruasi
sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi,
proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Penyebab dysmenorrhea sekunder seperti:
endometriosis, adenomiosis, radang pelvis, sindrom menoragia, fibroid dan polip dapat
pula disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang abnormal.

f. Patofisiologis Dysmenorrhea
Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini terjadi
peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan sifatnya, prolaktin dapat
meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga terlibat dalam dysmenorrhea adalah
hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat terkait dengan infertilitas pada wanita,
dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsi-eklamsi, dan anafilaktik syok. Pada fase menstruasi
prostaglandin meningkatkan respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan
hormon oksitosin ini juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi uterus.

g. Penatalaksanaan Medis
Terapi dysmenorrhea terbagi atas dua macam yaitu :
1) Terapi Farmakologi
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat anti peradangan non steroid
akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai
hari 1-2 menstruasi. Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi
mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi, Jika nyeri terus
dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang
mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua
obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi
pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dysmenorrhea.
Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya
laparoskopi). Jika dysmenorrhea sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu
suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas.
2) Terapi Non Farmakologi
 Istirahat yang cukup
 Olah raga yang teratur (terutama berjalan). Olah raga mampu meningkatkan produksi
endorphin otak yang dapat menurunkan stress sehingga secara tidak langsung juga
mengurangi nyeri
 Pemijitan. Pijatan lembut pada bagian tubuh klien yang nyeri dengan menggunakan
tangan akan menyebabkan relaksasi otot dan memberikan efek sedasi.
 Yoga
 Orgasme pada aktivitas seksual
 Kompres hangat di daerah perut. Suhu panas dapat memperingan keluhan. Lakukan
pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung
bawah atau mandi dengan air hangat
 TENS (Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation). Tindakan ini melalui
pendekatan gate control of pain atau gerbang transmisi nyeri yaitu memblok stimuli
nyeri dengan stimuli kurang nyeri kepada serabut-serabut besar. Stimuli listrik dapat
mengakibatkan opiat dan non opiat jalur yang menurun.
 Distraksi pendengaran. Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara
burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai
dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik
dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti
irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

2) Amenorrhea
a. Definisi
Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. Amenorrhea
adalah suatu keadaan tidak adanya haid, selama 3 bulan atau lebih. Amenorrhea dapat
diklasifikasikan menjadi :

 Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan
sesudah menopause.
 Amenorrhea Patologik
a) Amenorrhea Primer : Wanita umur 18 tahun keatas tidak pernah haid. Penyebab :
kelainan congenital dan kelainan genetik.
b) Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat
lagi. Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor,
penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress psikologis.

b. Etiologi / Penyebab
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah :
 Hymen Imperforata : Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi
terhambat untuk keluar.
 Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak mencukupi
untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya
sedikit.
 Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
 Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
 Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
 Endometrium tidak bereaksi
 Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar
dan ginjal.

c. Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
 Tidak terjadi haid
 Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
 Nyeri kepala
 Badan lemah
d. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas dan osteoporosis.

e. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa
tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan
oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea
primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ). Kegagalan
ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel,
dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan
yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang
banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone
steroid seksual ( estrogen dan progesterone ) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga
terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah
defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan
latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin
menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada keadaan
tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi
opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.

d. Penatalaksanaan
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah
kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat
dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan. Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk
mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim,
perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi, histeroskopi dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan
seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah
kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan
pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat
mempengaruhi kadar hprmone prolaktin dalam tubuh.

3) Hipermenorea atau menoragia


a. Definisi
Menoragia adalah perdarahan lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal
(lebih dari 8 hari) dengan kehilangan darah lebih dari 80-100 ml (Sarwono, 2002).

Menoragia merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan lama haid
4-6 hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80cc, itu sudah abnormal. Dalam istilah
kedokteran disebut hipermenorea (menoragia) atau menstruasi berlebihan.

b. Etiologi
a. Gangguan hormone estrogen yang akan menyebabkan pertumbuhan
endometrium. Akibatnya terjadi peluruhan jaringan endometrium abnormal dan sekali-
kali akan menyebabkan perdarahan yang memanjang dan peluruhan yang tidak teratur.
b. Anovulasi, yaitu kegagalan pelepasan ovarium atau produksi telur yang matang
menyebabkan 90% dari perdarahan uterus yang tidak normal. Ini terjadi pada wanita
saat dan akhir masa produktif. Anovulasi ini menyebabkan pola menstruasi yang
bervariasi, perdarahan yang lebih berat, atau yang lebih ringan dari biasanya.
Anovulasi ini disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
a. Sekresi estrogen berlebihan terjadi gagal berovulasi akan menyebabkan tidak
terbentuknya korpus luteum yang akan memproduksi progesteron untuk perubahan
sekresi endometrium. Sekresi estrogen berlebih awalnya akan menyebabkan
hyperplasia adenomatous, hyperplasia atypical, dan akhirnya adenokarsinoma.
b. Prolactin berlebihan dan mengganggu kelenjar hipotalamus.
c. Sindrom polikista ovarium bisa menyebabkan anovulasi karena berhubungan dengan
sekresi gonadotropin yang tidak normal dan aktivitas androgen yang berlebihan.
d. Infeksi berat bisa menyebabkan perdarahan yang berat karena terganggunya
mekanisme pengumpulan darah, perokok, dan radang serviks merupakan risiko
infeksi serviks.
e. Penyebab organic seperti luka uterus, termasuk letomioma, polip, hyperplasia
endometrial, dan maligna.

c. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan menstruasi
yang terus meningkat, darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia, tekanan pada
pelvis, dan sering berkemih.
Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala
gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan menduga kanker
ovarium. Flatulens dan rasa penuh setelah memakan makanan kecil dan lingkar abdomen
yang terus meningkat merupakan gejala-gejala signifikan.
Gejala Klinis :
a. Perdarahan haid lebih dari 80-100 ml
b. Lamanya haid lebih dari 8 hari.

d. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon
(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH).
Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada
pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah
kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan
mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi
berasal dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan
progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal
yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada
beberapa kondisi patologis. Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan
adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi.
Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi.
Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen
menurun dan mengakibatkan perdarahan.

e. Penatalaksanaan
 Suplemen zat besi (jika kondisi menorhagia disertai anemia, kelainan darah yang
disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atau hemoglobin).
 Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.
 Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
 Progesteron (terapi hormon)
 Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

4) Hipomenorea
a. Definisi
Hipomenore merupakan suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau
lebih kurang dari biasanya. Pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan
jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, tidak banyak berdarah. Hipomenore tidak
mengganggu fertilitas.

b. Etiologi
Penyebab hipomenore yaitu gangguan hormonal, kesuburan endometrium kurang
akibat dari kurang gizi, atau wanita dengan penyakit tertentu, kekurangan estrogen maupun
progesteron, stenosis hymen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri(sindrom asherman) serta
faktor psikologis seperti stres.

c. Manifestasi Klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya
berupa spotting.

d. Patofisiologi
Jumlah perdarahan haid yang kurang dapat terjadi secara normal. Hal ini karena
ovulasi, dan lapisan endomaterial gagal untuk berkembang secara normal. Anovulasi terjadi
karena rendahnya tingkat hormon tiroid, tingkat prolaktin tinggi, tingkat insulin tinggi,
tingkat androgen tinggi dan masalah dengan hormon lain juga dapat menyebabkan periode
langka. Menstruasi yang jarang juga dapat terjadi setelah penggunaan jangka panjang dari
kontrasepsi oral sebagai akibat dari endomaterial atrofi progresif. Faktor psikologis seperti
stres karena ujian, atau kegembiraan yang berlebihan tentang peristiwa yang akan datang
dapat menyebabkan hypomenore. Faktor ini menekan aktivitas pusat di otak yang
merangsang indung telur selama siklus ovarium (untuk mengeluarkan hormon seperti
estrogen dan progesteron), dan dapat berakibat pada produksi yang rendah hormon ini.

e. Penatalaksanaan
Pada umumnya hipomenore tidak memerlukan terapi. Tindakan keperawatan antara lain :
a. Menenangkan dan mengurangi kecemasan klien.
b. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.

D. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Menstruasi


1) Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan
wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti:
1. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit dahulu
pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri serupa
yang timbul pada setiap siklus menstruasi. Dismenore primer biasanya mulai
sesaat setelah menarche. Kadang-kadang pasien mengemukakan riwayat

kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf.


b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Keluarga
2. Nutrisi
3. Pola Latihan
4. Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
5. Konsep diri (body image)
6. Skala nyeri 4-6
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
1. B1 (Breath) : Pernapasan tidak teratur
2. B2 (Blood) : Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg), Akral Basah dan dingin
3. B3 (Brain) : Penurunan Konsentrasi, Pusing, Konjungtiva Anemia
4. B4 (Bladder) : Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
5. B5 (Bowel): Nyeri pada adomen, Nafsu makan Menurun
6. B6 (Bone): Badan mudah capek, Nyeri pada punggung
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau
suatu
keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
2. Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis adalah
normal.
2) Diagnosa Keperawata
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (peningkatan kontraksi
uterus saat menstruasi )
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping
3. Deficit pengetahuan berhubungan kurang terpapar informasi
3) Luaran dan Intervensi Keperawatan
no Diagnose keperawatan Luaran Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera tindakan keperawatan 1.identifikasi
fisiologi (peningkatan selam 1 x 24 jam maka lokasi,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
kontraksi uterus saat tingkat nyeri dengan nyeri ,
menstruasi ) krriteria hasil : 2.identifikasi skala nyeri
1.keluhan nyeri dari 3. identifikasi factor yang memperberat
meningkat menjadi cukup dan memperingan nyeri
menurun 4.identifikasi pengaruh nyeri pada
2.meringis dari meningkat kualitas hidup
menjadi cukup menurun 5.fasilitasi istirahat dan tidur
3.tekanan darah dari 6.jelaskan strategi meredakan nyeri
memburuk menjadi 7.kolaborasi pemberian analgetik
membaik
4.gelisah dari meningkat
menjadi menurun
2 Koping tidak efektif Setelah dilakukan Promosi koping
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1.identifikasi kegiatan jangka panjang
ketidakadekuatan selama 1 x 24 jam maka sesuai tujuan
strategi koping status koping dengan 2.identifikasi pemahaman proses
krriteria hasil : penyakit
1.verbalisasi kemampuan 3.identifikasi metode penyelesaian
mengatasi masalah dari masalah
meningkat menjadi 4.motivasi untuk menentukan harapan
menurun yang realitas
2.perawatan/pengobatan 5.fasilitasi dalam memperoleh informasi
kemampuan membina tyang dibutuhkan
hubungan dari meningkat
menjadi menurun
3.kemampuan memenuhi
peran sesuai usia dari
meningkat menjadi
menurun

3 Deficit pengetahuan selama 1 x 24 jam maka Edukasi kesehatan


berhubungan kurang tingkat pengetahuan 1.identifikasi kesiapan dan kemampuan
terpapar informasi dengan krriteria hasil : menerima informasi
1.kemampuan 2.identifikasi factor-faktor yang dapat
menggambarkan meningkatkan dan menurunkan motivasi
pengalaman sebelumnya hidup bersih dan sehat
yang sesuai dengan topic 3.jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
dari meningkat menjadi kesepakatan
menurun 4.berikan kesempatan bertanya
2.pertanyaan dari masalah 5.jelaskan factor resiko yang dapat
yang dihadapi dari mempengaruhi kesehatan
menurun menjadi
meningkat
3.persepsi yang keliru dari
meningkat menjadi
menurun

4) Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan dalam menilai tindakan keperwatan yang telah
ditenrukan ,untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan
perdarahan akibat pengeluaran hormon estrogen dan progesteron yang turun dan berhenti
sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti vasodilatasi. Suzannec
(2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada perut bagian
bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba dkk (2006) dysmenorrhea adalah rasa
sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-
hari.
Dysmenorrhea merupakan menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi
pada perut bagian bawah dan punggung bawah yang terasa seperti kram Amennorhea
adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. Amenorrhea adalah suatu
keadaan tidak adanya haid, selama 3 bulan atau lebih. Menoragia adalah perdarahan lebih
banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) dengan kehilangan darah
lebih dari 80-100 ml (Sarwono, 2002).

Menoragia merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan lama haid
4-6 hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80cc, itu sudah abnormal. Dalam istilah
kedokteran disebut hipermenorea (menoragia) atau menstruasi berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Rizal. 2015. Asuhan Keperawatan gangguan Menstruasi. Makalah. Yang diakses di
https://pdfcoffee.com/gangguan-menstruasi-5-pdf-free.html pada Rabu, 30 Maret 2022

Erlina, Suhelda. 2019. Makalah Keperawatan Maternitas II Gangguan Menstruasi (Amenorea


Hipogonadotropik, Desmonire Dan Endometriosis). Yang diakses di
https://pdfcoffee.com/makalah-gangguan-menstruasi-5-pdf-free.html pada Rabu, 30 Maret
2022

Anda mungkin juga menyukai