Anda di halaman 1dari 42

UKURAN PEMUSATAN DATA; RATA-RATA, MODUS, MEDIAN,

KUARTIL, DESIL, DAN PERSENTIL

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistik Pendidikan
Dosen Pengampu : Devi Solehat, M.Pd.

Oleh

1. Abdul Haris (11150163000061)


2. Farah khorun Nisa (11150163000068)
3. Sri pijiaji (11150163000082)
4. Vella Attaqi (11150163000085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
Daftar Isi

BAB I Pendahuluan ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II Pembahasan ....................................................................................................... 3

A. Pengertian Ukuran Pemusatan Data ..................................................................... 3

B. Macam-Macam Ukuran Pemusatan Data ............................................................. 3

A. Mean ................................................................................................................ 3

B. Median ............................................................................................................. 14

C. Modus .............................................................................................................. 17

D. Kuartil ............................................................................................................ 21

E. Desil ............................................................................................................... 25

F. Persentil .......................................................................................................... 31

BAB III Penutup ............................................................................................................ 38

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 38

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 39

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam dunia pendidikan, seorang pendidik senantiasa terlibat pada masalah
penilaian atau evaluasi hasil belajar dari jenjang pendidikan yang telah ditentukan.
Secara umum, kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan
data kuantitatif. Untuk memudahkan pengambilan data tersebut akan dibutuhkan alat
bantu, yaitu alat bantu untuk mengolah, menganalisis, dan meyimpulkan hasil yang
telah dicapai dalam kegiatan penelitian tersebut yang disebut Statistik1.
Statistik dapat diartikan sebagai kumpulan angka-angka yang dapat memberikan
gambaran mengenai suatu masalah. Sedangkan Statistika adalah kajian ilmu atau
metode ilmiah tentang data, yang mempelajari mulai pengumpulan pengaturan,
perhitungan, penggambaran, penganalisisan data, sampai pada penarikan kesimpulan
yang valid berdasarkan penganalisisan yang dilakukan dan pembuatan keputusan
secara rasional2.
Statistik dibagi menjadi 2 yaitu statistik induktif dan deskriptif. Di tinjau dari
zaman Masehi, untuk mendapatkan informasi mengenai banyak hal seperti pajak,
perang hasil pertanian, dan bahkan pertandingan atletik lebih mudah dengan
menggunakan Statistik Deskriptif. Statistik Deskriptif ini dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam penyajian sejumlah data statistik yang besar agar
menjadi bentuk yang ringkas seperti disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan
grafik yang layak.
Deskripsi data yang dilakukan meliputi ukuran pemusatan dan penyebaran data.
Ukuran pemusatan data meliputi nilai rata-rata (mean), nilai rata-rata pertengahan
(median), dan modus. Sedangkan ukuran penyebaran data yang akan dibahas
meliputi kuartil, desil, dan presentil.

1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan. ( Depok : Raja Grafindo Persada, 2012) Hlm. 11
2
Maulana, Statistika dalam Penelitian Pendidikan : Konsep Dasar dan Kajian Praktis. (Sumedang : UPI
Sumedang Press, 2016) Hlm. 1-2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mean, Median, Modus?
2. Apa yang dimaksud dengan Desil dan Presentil
3. Bagaimana pengolahan data dengan menggunakan Mean, Median, Modus?
4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan Rata-rata, Median, dan Modus?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Rata-rata, Median, Modus
2. Agar mahasiswadapat mengetahui dan memahami pengolahan data Rata-rata,
Median, Modus
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui desil dan presentil
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Rata-rata, Median,
dan Modus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ukuran Pemusatan Data


Ukuran pemusatan data adalah suatu nilai data dari serangkaian data yang dapat
mewakili data tersebut3. Ukuran Pemusatan data meliputi Rata-rata hitung (Mean),
Median, Modus, dan Ukuran Letak (kuartil, Desil dan Percentil).

B. Macam-macam Ukuran Pemusatan Data


Ukuran Pemusatan data yang sering digunakan :
A. Mean
Secara singkat pengertian mean dapt dikemukakan sebagai berikut:
Mean dari sekelompok (sederetan) angka (bilangan) adalah jumlah dari
keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi dengan banyaknya angka
(bilangan) tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dikemukan contoh sebagai berikut: Misalkan
seorang siswa madrasah aliyah memiliki nilai hasil ulangan dalam bidang studi
agama Islam, pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa inggris,
Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Alam, berturut-turut: 8, 9, 7, 4, 6,
dan 5. Untuk memperoleh Mean nilai hasil ulangan tersebut, keenam butir nilai
yang ada itu kita jumlahkan, lalu kita bagi dengan banyaknya nilai tersebut, yaitu:
8+9+7+4+6+5
(8+9+7+4+6+5):6 atau = 6,50.
6

Jika keenam bilangan tersebut dilambangkan dengan X1, X2, X3, X4, X5, dan
X6. Sedangkan banyak nilai itu kita lambangkan dengan N, maka Mean dari
keenam butir nilai tersebut adalah =

X1 + X 2 + X 3 + X 4 + X 5
𝑀𝑥 =
𝑁

Apabila kita rumuskan secara umum, maka:

3
Syofian Sirega, Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi(Jakarta: Kencana, 2015) Hlm.22

3
X1 + X 2 + X 3 + X 4 + X 5 … . … 𝑋 𝑛
𝑀𝑥 =
𝑁

Atau dapat disingkat menjadi:

∑𝑋
𝑀𝑥 =
𝑁

Inilah rumus umum atau rumus dasar untuk mencari mean.

a. Cara Mencari mean


Mencari mean dapat dilakukan dengan berbagai macam cara; tergantung
dari data yang akan dicari Mean-nya itu; apakah data tungggal ataukah Data
kelompok
1. Cara mencari Mean untuk data tunggal
Ada dua macamcara yang dapat digunakan untuk mencari mean
dari data tunggal (data yang tidak dikelompokan), yaitu:
(1) Cara mencari mean dari data tunggal yang seluruh skornya
berfrekuensi satu, dan
(2) cara mencari mean dari data tunggal dimana sebagian atau seluruh
skornya berfrekuensi lebih dari satu.
Cara mencari mean data tunggal, yang seluruh skornya
berfrekuensi satu. Rumus yang kita gunakan untuk mencari mean data
Tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu adalah (seperti yang telah
∑𝑋
dicantumkan diatas): 𝑀𝑥 = 𝑁

𝑀𝑥 = 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑟𝑖

∑ 𝑋 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖) 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎

𝑁 = 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑠 (𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖)

Contoh:

4
Jika nilai hasil ulangan dari seorang siswa MAN tadi kita hitung. Mean-nya
dengan menggunakan Tabel Distribusi Frekuensi, maka proses perhitungannya
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

X F
9 1
8 1
7 1
6 1
5 1
4 1
39 =∑ 𝑋 6=N

Dari Tabel 3.1. telah kita peroleh ∑ 𝑋 = 39, sedangkan N = 6 dengan demikian :

∑𝑋 39
𝑀𝑥 = = = 6,50
𝑁 6

2. Cara Mencari Mean Data Tunggal yang Sebagian atau Seluruh Skornya
Berfrekuensi Lebih dari Satu
Karena Data Tunggal yang akan kita hitung'Mean-nya baik sebagian atau
seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu, maka rumus untuk mencari Mean
seperti yang telah dikemukakan di atas perlu dimodifikasi, yaitu dengan jalan
memasukan atau mengikutsertakan frekuensi skor yang ada ke dalam rumus.
Dengan demikian rumus di atas berubah menjadi
∑ 𝑓𝑋
𝑀𝑥 = 𝑁

Karena Data Tunggal yang akan kita hitung'Mean-nya baik sebagian atau
seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu, maka rumus untuk mencari Mean
seperti yang telah dikemukakan di atas perlu dimodifikasi, yaitu dengan jalan
memasukan atau mengikutsertakan frekuensi skor yang ada ke dalam rumus.
Dengan demikian rumus di atas berubah menjadi

5
Dalam Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) bidang Studi Ilmu Jiwa
Perkembangan, yang diikuti 100 orang siswa kelas terakhir PGA Negeri,
diperoleh Nilai Hasil EBTA sebagaimana tertera pada Tabel 3.2. Dapat dilihat
bahwa sebagian besar nilai hasil EBTA itu berfrekuensi lebih dari satu. Untuk
memperoleh Mean dari data semacam itu, tiaptiap skor atau nilai yang ada
terlebih dahulu harus dikalikan dengan frekuensinya masing-masing; setelah itu
dijumlahkan, dan akhirnya dibagi dengan N. Dengan demikian kita perlu
menyiapkan tabel perhitungannya,
Tabel 3.2
X F
10 1
9 2
8 4
7 20
8 35
5 22
4 11
3 4
2 1
Total 100 = N

yang terdiri dari tiga kolom. Pada kolom 1 kita muat nilai hasil EBTA yang akan
kita cari Mean-nya, kolom 2 memuat frekuensi masing-masing nilai hasil EBTA
tersebut, sedangkan pada kolom 3 memuat hasil perkalian tiap-tiap skor (nilai)
yang ada dengan frekuensi masing-masing.

Perhatikan Tabel 3.3.

X F Fx
10 1 10
9 2 18

6
8 4 32
7 20 140
6 35 210
5 22 110
4 11 44
3 4 12
2 1 2
Total 100 = N 578 =∑ 𝑓𝑥
Dari table 3.3. telah berhasil kita peroleh ∑ 𝑓𝑥 = 578, sedangkan N telah
diketahui = 100. Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan mudah,
dengan menggunakan rumus:

∑ 𝑓𝑋
𝑀𝑥 =
𝑁

Maka:
∑𝑋 578
𝑀𝑥 = = = 5,780 𝑎𝑡𝑎𝑢 5,78 .
𝑁 100

3. Cara Mencari Mean untuk Data Kelompok


Untuk data kelompok Mean dapat diperoleh dengan menggunakan dua metode,
yaitu Metode Panjang dan Metode Singkat.
a. Mencari Mean Data Kelompok dengan Menggunakan Metode Panjang.
Pada perhitungan Mean yang menggunakan metode panjang, semua
kelompok data (interval) yang ada terlebih dahulu dicari Nilai Tengah atau
Midpoint-nya. Setelah itu, tiap midpoint diperkalikan dengan frekuensi yang
dimiliki oleh masing-masing interval yang bersangkutan. \

Rumus Mean dengan Metode Panjang adalah sebagai berikut:

∑ 𝑓𝑋
𝑀𝑥 =
𝑁

𝑀𝑥 = Mean yang kita cari

7
∑ 𝑓𝑋 = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint dari masing-masing
interval, dengan frekuensinya.

𝑁 = Number of cases

Contoh

Dalam tes seleksi penerimaan siswa baru SMA swasta yang diikuti 800 orang
calon.diperoleh Nilai Hasil Tes Bidang Studi Fisika sebagai berikut (lihat Tabel
3.4).

Langkah yang harus ditempuh dalam mencari Mean dari data kemolmpok dengan
Metode Panjang adalah:

a. Mentepkan (menghitung) Nilai Tengah (Midpoint) masing-masing interval


(lihat kolom 3 tabel 3.5), diberi lambang X.
b. memperkalikan frekuensi masing-masing interval, dengan Midpoint-nya atau f
dikalikan dengan X (lihat kolom 4 tabel 3.5.), sehingga diperoleh fX.
c. Menjumlahkan fX, sehingga diperoleh fx
d. Menghitung Mean-nya dengan rumus:

∑ 𝑓𝑋
𝑀𝑥 =
𝑁

Tabel 3.4

Interval Nilai F
75-79 8
70-74 16
65-69 32
60-64 160
55-59 240
50-54 176
45-49 88

8
40-44 40
35-39 32
30-34 8
Total 800 =N

Tabel 3.5

Interval Nilai F X fX
75-79 8 77 616
70-74 16 72 1152
65-69 32 67 2144
60-64 160 62 9920
55-59 240 57 13680
50-54 176 52 9152
45-49 88 47 4136
40-44 40 42 1680
35-39 32 37 1184
30-34 8 32 256
Total 800 =N - 43920 = ∑ 𝑓𝑥
Dari table 3.5 telah kita peroleh ∑ 𝑓𝑥 = 43920, adapun N = 800. Dengan
demikian:

∑ 𝑓𝑋 4392
𝑀𝑥 = = = 54,90.
𝑁 800

Seperti dapat kita amati dan rasakan, maka dalam proses perhitungan untuk
mencari mean data kelompokan dengan menggunkan metode panjang, kita
bekerja dengan bilangan yang cukup besar. Karena itu jika dalam perhitungan kita
tidak dibantu oleh mesin hitung atau kalkulator, maka disamping sangat
diperlukan ketelitian, resiko kesalahan yang kita hadapI pun cukup besar. Itulah
sebabnya para ahli statistic mengemukakan cara lain yang lebih praktis, dalam

9
arti: perhitungan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah, dengan risiko
kesalahan yang kecil.

b. Mencari data kelompokan dengan metode singkat:


jika dalam perhitungan mean digunakan metode, maka rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut.:

∑𝑓𝑋′
𝑀𝑥 = 𝑀′ + 𝑖 ( )
𝑁

𝑀𝑥 = 𝑚𝑒𝑎𝑛

𝑀′ = 𝑀𝑒𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛

𝑖 = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙𝑙 𝑐𝑙𝑎𝑠𝑠 (𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 / 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎)

∑𝑓𝑋 ′ =
jumlah antara hasil perkalian titik tengah buatan sendiri dengan frekuensi masing −
masing interval.

𝑁 = 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑠

Contoh :

jika misalnya data yang disajikan pada tabel 3.4 kita cari Mean-nya dengan
menggunakan metode singkat, maka proses perhitungan dan langkah
perhitungannya adalah (lihat tabel 3.6)

Interval Nilai F X X’ fX’


75-79 8 77 +4 +32
70-74 16 72 +3 +48
65-69 32 67 +2 +64
60-64 160 62 +1 +160
55-59 240 57 0 0

10
50-54 176 52 -1 -176
45-49 88 47 -2 -176
40-44 40 42 -3 -120
35-39 32 37 -4 -128
30-34 8 32 -5 -40
Total 800 =N - -336 =∑𝑓𝑋 ′
Langkah I: mencari mean terkaan sendiri atau taksiran sendiri (yaitu 𝑀’).

Dalam menetapkan 𝑀’ dapat kita tempuh cara:

a. Memilih satu midpoint dalam midpoint yang ada dalam tabel frekuensi, yaitu
Midpoint dari interval nilai yang memiliki frekuensi tertinggi (terbesar).
Seperti dapat kita lihat pada tabel 3.6, interval nilai yang memiliki frekuensi
tertinggi adalah interval 55 − 59 dengan frekuensi =240. Dengan demikian,
midpoint yang kita pilih sebagai Mean terkaan (M’) adalah 57
b. Cara lainnya ialah, dengan memilih satu di antara midpoint yang ada pada
tabel distribusi frekuensi, yang terletak di tengah-tengah deretan interval nilai
dalam tabel distribusi frekuensi tersebut. Karena banyaknya deretan interval
dalam Tabel 3.6 itu ada 12 baris, maka midpoint yang dapat kita pilih sebagai
Mean Terkaan adalah midpoint nomor ke (12 ∶ 2), atau nomor ke-6, baik
nomor ke-6 dari bawah atau nomor ke-6 dari atas. Jika yang kita pilih adalah
midpoint nomor ke-6 dari bawah, maka Mean Terkaan kita adalah = 57.
Apabila yang kita pilih sebagai Mean Terkaan adalah midpoint nomor ke-6
dari atas, maka Mean Terkaan kita itu adalah 52.
Dalam contoh di atas, kita telah menetapkan 𝑀 = 57.

Langkah II: Menetapkan 𝑋′ (titik tengah buatan kita sendiri).

Caranya adalah sebagai berikut: Di sebelah kanan 𝑀′ yang telah kita pilih
atau kita tetapkan itu (lihat kolom 3 Tabel 3.6), kita cantumkan angka 0.
Selanjutnya secara bertdrut-turut di atas kita tuliskan: +1, +2, +3, 𝑑𝑎𝑛 + 4;
sedangkan di bawah nol secara berturut-turut kita
tuliskan: −1, −2, −3, − 4, 𝑑𝑎𝑛 − 5.

11
Langkah III: Memperkalikan frekuensi dari masing-masing interval, dengan 𝑥 ′
(jadi 𝑓 dikalikan dengan 𝑥 ′ = 𝑓𝑥 ′ )

Seperti dapat dilihat pada kolom 5 Tabel 3.6. Setelah perkalian dapat
diselesaikan, lalu dijumlahkan. Dalam Tabel 3.6 kita peroleh ∑ 𝑓𝑥′ = 336.

Langkah IV: Menghitung Mean-nya, dengan menggunakan rumus

∑𝑓𝑋′
𝑀𝑥 = 𝑀′ + 𝑖 ( )
𝑁

Karena 𝑀′, 𝑖, 𝐵𝑖′ 𝑑𝑎𝑛 𝑁 telah kita ketahui (yaitu: 𝑀′ = 57, 𝑖 = 5, ∑𝑓𝑥 ’ =
−336, 𝑑𝑎𝑛 𝑁 = 800, maka dengan mensubstitusikannya ke dalam rumus di
atas, dapat kita peroleh Mean-nya: “

∑𝑓𝑋′ −336
𝑀𝑥 = 𝑀′ + 𝑖 ( ) = 57 + 5 ( 800 )
𝑁

1680
57 − = 54,90
800

Dengan rumus atau metode singkat ternyata Mean yang ' kita peroleh
adalah persis sama dengan Mean yang kita peroleh dengan menggunakan metode
panjang, yaitu: 𝑀 = 54,90.

Dapat kita amati dan kita rasakan bahwa dengan menggunakan metode
singkat, perhitungan dapat berjalan dengan cepat, risiko kesalahan hitung dapat
ditekan sampai seminimal mungkin (sebab di sini kita tidak berhadapan dengan
bilangan yang besar), sedangkan hasilnya persis sama.

c. Penggunaan Mean
Sebagai salah satu Ukuran Rata-rata, Mean kita gunakan apabila kita
berhadapan dengan kenyataan seperti dikemukakan Berikut ini:
1. Bahwa data statistik yang kita hadapi merupakan data yang distribusi
frekuensinya bersifat normal atau simetris; setidak-tidaknya mendekati
normal. Jadi, apabila data statistik yang kita hadapi bersifat a symetrik,
maka untuk mencari Nilai Rata-rata data yang demikian itu hendaknya

12
jangan menggunakan Mean, sebab Nilai Rata-rata yang diperoleh nantinya
akan terlalu jauh menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya .
2. Bahwa dalam kegiatan analisis data, kita menghendaki kadar kemantapan
atau kadar kepercayaan yang setinggi mungkin. Seperti dapat kita amati
pada perhitungan Mean yang telah dikemukakan contohnya, maka Mean
yang kita peroleh adalah hasil dari perhitungan yang dilakukan ter hadap
semua angka, tanpa kecuali; karena itu, sebagai ukuran rata-rata, Mean
cukup dapat: diandalkan, atau memiliki reliabilitas yang tinggi
3. Bahwa dalam penganalisisan data selanjutnya, terhadap data yang sedang
kita hadapi atau kita teliti itu, akan kita kenai ukuran-ukuran statistik
selain Mean, misalnya: Deviasi Rata-rata, Deviasi Standar, Korelasi dan
sebagainya.

d. Kelemahan Mean
Seperti telah dikemukakan pada awal pembicaraan tentang Mean,
maka dalam dunia statistik, Mean dikenal sebagai ukuran rata-rata yang
menduduki tempat paling penting jika dibanx dingkan dengan ukuran rata-rata
lainnya. Namun demikian, hal itu bukanlah berarti bahwa Mean tidak
memiliki kelemahan.
Sebagai ukuran rata-rata, Mean menyandang kelemahan seperti
dikemukakan di bawah ini:
1. Karena Mean itu diperoleh atau berasal dari hasil perhitungan terhadap
seluruh angka yang ada, maka -jika dibandingkan dengan ukuran rata-rata
lainnya- perhitungannya relatif lebih sukar.
2. Dalam menghitung Mean, sangat diperlukan ketelitian dan kesabaran,
lebih-lebih apabila kita dihadapkan kepada bilangan yang cukup besar,
sedangkan kita tidak memiliki alat bantu perhitungan, seperti: mesin
hitung, kalkulator, dan sebagainya.
3. Sebagai salah satu ukuran rata-rata, Mean kadang-kadang sangat
dipengaruhi oleh angka atau nilai ekstrimnya, sehingga hasil yang
diperoleh kadang terlalu jauh dari kenyataan yang ada.

13
Contoh:

Siswa “A” memiliki nilai rapor untuk lima macam bidang studi, masing-masing 6,
6, 6, 6, dan 6, sehingga Nilai Rata-rata Hitungnya : 30 : 5 = 6. Siswa “B” untuk
kelima bidang Studi yang sama, memperoleh nilai 10, 4, 3, 8, dan 5, sehingga
Nilai Rata-ratanya juga : 30 : 5 = 6 Siswa “C” untuk kelima bidang studi tersebut
memiliki nilai-nilai 10, 2, 2, 6, dan 10 yang berarti Nilai Rata-rata hitungannya =
30:5 = 6

B. Median
Median (Me) adalah nilai tengah dari suatu gugusan data yang telah
disusun dari data terkecil sampai data terbesar atau sebaliknya dari data terbesar
sampai data terkecil4. Median juga dapat diartikan suatu nilai atau suatu angka
yang membagi suatu distribusi data ke dalam dua bagian yang sama besar.
Dengan kata lain, Nilai Rata-rata Pertengahan atau Median adalah nilai atau
angka yang diatas nilai atau angka tersebut terdapat 1/2N dan dibawahnya juga
terdapat 1/2N. itulah sebabnya Nilai Pertengahan atau Nilai posisi Tengah, yaitu
nilai yang menunjukkan pertengahan dari distribusi data5.

Median dibagi menjadi 2, yaitu

A. Median Data Tunggal


1
𝑀𝑒 = (𝑛 + 1)
2
Dimana
n= Jumlah Data

Contoh soal 1

Data Ganjil : 50, 40, 70,75, 75, 80, 65, 30, 75

4
Syofian Sirega, Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Kencana, 2015) Hlm. 35
5
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan ( Depok : Raja Grafindo Persada, 2012) Hlm. 93

14
Langkah menjawab :

a. Urutkan data dari terkecil sampai terbesar :


30, 40, 50, 65, 70, 75, 75, 75, 80
b. Cari posisi median dengan rumus: 𝑀𝑒 = 1/2(𝑛 + 1)
𝑀𝑒 = 1/2(9 + 1) = 5 (posisi Me pada data ke-5) sehingga nilai, Me =
70

Contoh soal 2

Data Genap : 50, 40, 70, 75, 75, 80, 65, 30, 75, 95

Langkah menjawab :

a. Urutkan data dari terkecil sampai terbesar:


30, 40, 50, 65, 70, 75, 75, 75, 80, 95
b. Cari posisi median dengan rumus: 𝑀𝑒 = 1/2(𝑛 + 1)
𝑀𝑒 = 1/2(10 + 1) = 5,5 (posisi Me pada data ke-5,5)
Jadi, Me = (data ke-5 + data ke-6)/2
= (70 + 75)/2 = 72,5

B. Median Data Kelompok


1
𝑛 − 𝐽𝑓
𝑀𝑒 = 𝐵𝑏 + 𝑃 (2 )
𝑓

Dimana :

Me = Median

𝐵𝑏 = Batas bawah kelas yang mengandung nilaimedium

P = Panjang kelas

n = Jumlah data

15
f = Banyak frekuensi kelas median

Jf = Jumlah dari semua frekuensi kumulatif sebelum kelas median

Langkah –langkah mencari nilai median data kelompok sebagai berikut :

a. Cari nilai interval kelas yang mengandung unsur median dengan rumus:
1
𝑛.
2

b. Menentukan batas bawah kelas median 𝐵𝐵 .


c. Menentukan panjang kelas median (P).
d. Menentukan banyak frekuensi kelas median.
e. Menentukan nilai dari semua frekuensi sebelumkelas median (JF).
f. Menghitung nilai median.

Contoh Soal

Diketahui nilai ujian statistika kelas selasa pagi ruang R.506 di Fakultas Ilmu
Komunikasi UPI YAI tahun 2008 yang diikuti oleh 65 orang mahasiswa. Berapa
median dari nilai statistik?

Distribusi Frekuensi Nilai Ujian Statistik

No. Kelas Interval Kelas Frekuensi


1. 25-34 6
2. 35-44 8
3. 45-54 11
4. 55-64 14
5. 65-74 12
6. 75-84 8
7. 85-94 6
65

16
Hitunglah nilai median dari nilai statistik?

Langkah – langkah menjawab :

a. Cari nilai interval yang mengandung unsur median dengan rumus : ½ (n) = ½
(65) = 32,5. Langkah selanjutnya yaitu menentukan kelas median dengan cara
menjumlahkan nilai frekuensi dari kelas awal sampai dengan kelas yang
menunjukkan hasil penjumlahan mencapai nilai 32,5 atau lebih (6 + 8 + 11 +
14 = 39). Jadi, median terletak dikelas ke-4.
b. Menentukan batas bawah kelas median (𝐵𝑏 ) :
𝐵𝑏 = 55-0,5 = 54,5
c. Menentukan panjang kelas median : P = 55 sampai 64 = 9
d. Menentukan jumlah frekuensi di kelas median (f) = 14
e. Carilah jumlah semua frekuensi kumulatif di bawah kelas median : Jf = 6 + 8 +
11 = 25
f. Menghitung nilai median dengan rumus :
1
𝑛 − 𝐽𝑓
𝑀𝑒 = 𝐵𝑏 + 𝑃 (2 )
𝑓

1
(65) − 25
𝑀𝑒 = 54,5 + 9 (2 ) = 59,46
14

C. Modus
a. Pengertian Modus
Modus adalah nilai yang sering muncul, Modus digunakan untuk
menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi.Modus dari sekumpulan
pengamatan (data) ialah nilai yang paling sering mucul atau mempunyai
frekuensi tertinggi. Dalam data bisa terdapat satu modus (unimodus), dua
modus (bimodus), lebih dari dua modus (multimodus), atau sama sekali tidak
memiliki modus.

6
Opcit. Hal 37

17
Modus sangat baik jika digunakan untuk data yang memiliki skala
kategorik yaitu nominal atau ordinal. Pada data yang sudah dibuat dalam
distribusi frekuensi, maka modus adalah interval kelas (biasanya diwakili oleh
titik tengahnya) yangmemiliki frekuensi paling banyak. Berkaitan dengan notasi
atau lambang, modus tidak memilki notasi khusus, notasi yang sering
digunakan adalah M0.
b. Cara mencari Modus
Modus dapat dihitung atau dicari dengan cara berikut, untuk data tunggal,
modus dapat dilihat secara langsung pada skor yangpaling banyak muncul atau
paling banyak frekuensinya. Untuk data kelompok, dapat dicari dengan dua cara
yaitu
1. Titik tengah interval kelas yang memiliki frekuensi (f) paling bayak
2. Rumus
𝑑1
M0 = L+ P [𝑑 ]
1 +𝑑2

Keterangan
L= adalah tepi bawah kelas modus (kelas yang memiliki frekuensi tertingi
P= adalah panjang kelas
d1 = adalah selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
d2 =adalah selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya 7

Contoh modus data tunggal


a. Modus dari data 3, 4, 4, 6, 6, 6, 8, 9, adalah 6 karena 6 paling sering muncul
yaitu sebanyak 3 kali.
b. Modus dari data 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11 tidak ada, atau dikatakan data ini tidak
mempunyai modus karena frekuensi datum sama yaitu 1 kali.
c. Data 20, 20, 25, 25, 29, 29, 30, 30 tidak mempunyai modus karena frekuensi
masing-masing datum sama yaitu 2 kali.
d. Modus dari 2, 4, 6, 6, 9, 9, 11, 12 adalah 6 dan 9 karena 6 dan 9 sama-sama
mempunyai frekuensi 2.

7
M. Maulana, Statistika dalam Penelitian Pendidikan Konsep Dasar dan Kajian Praktis ( Bandung : UPI
sumedang press, 2016)hlm 91-92

18
e. Modus dari 1, 1, 2, 3, 4, 4, 5, 6, 7, 7, 8 adalah 1, 4, dan 7, karena masing-
masing muncul sebanyak 2 kali.

Contoh I : perhitungan modus data kelompok


Nilai Tepi Tepi Panjang Titik Frekuensi Frekuensi
Ulangan bawah atas Kelas Tengah kumulatif
xi
51-60 50,5 60,5 10 55,5 1 1
61-70 60,5 70,5 10 65,5 3 4
71-80 70,5 80,5 10 75,5 4 8
81-90 80,5 90,5 10 85,5 7 15
91-100 90,5 100,5 10 95,5 3 18
Kelas modus adalah kelas dengan frekuensi tertinggi fi = 7 yaitu 81-90,
maka modusnya adalah...?
Diketahui
L = 80,5
P = 90,5-80,5 = 10
d1 =7-4 = 3
d2 = 4
ditanya M0 ...?
Jawab :
𝑑1
M0 = L+ P [𝑑 ]
1 +𝑑2

3
= 80,5 + 10[3+4]
3
= 80,5 + 10 (7)

= 80,5 + 4,3 = 84,8

Contoh II
Carilah modus dari kelas interval berikut ini
Kelas Frekuensi

19
Interval
27-38 7
39-50 5
51-62 7
63-74 10
75-86 6
87-98 5
Diketahui
1
L = 2 (62+63) = 62,5

P = 63 sampai 74 = 12 selisisihnya
d1 = 10-7 = 3
d2 = 10-6= 4
Ditanya M0...?
Jawab :
𝑑1
M0 = L+ P [𝑑 ]
1 +𝑑2

3
= 62,5 + 12[3+4]
3
= 62,5 + 1 (7)

= 62,5 + 0,43 = 67,648

c. Kelebihan dan Kekurangan modus


Kelebihan
1. Modus dapat digunakan untuk data kualitatip, namun sebaknya digunakan
untuk data kuantitatif
2. Modus tidak dipengaruhi oleh adanya angka-angka ekstrim pada data yang
tersedia
3. Modus juga dapat dihitung untuk data yang telah dikelompokan dengan
kelas terbuka
Kekurangan

8 Soping,. Pengantar Statitk Jilid 1.( Malang : Gunung Samudra 2015) hlm. 83

20
1. Modus tidak selalu ada dalam satu set data
2. kadang dalam satu set data terdapat dua atau lebih modus. Jika hal tersebut
tejadi maka modus sulit untuk digunakan
3. kurang mempertimbangan semua nilai

D. Kuartil
a. Pengertian Quartil
Secara umum kuartil merupakan sekumpulan data yang dibagi menjadi
empat bagian yang sama banyak, sesudah disusun menurut urutan nilainya,
maka bilangan pembaginya disebut kuartil. Nilai kuartil merupakan nilai dari
sekumpulan data yang dibagi menjadi empat bagian yang sama, dan yang
membagi data tersebut dinamakan kuartil. Selain itu juga terdapat pengertian
lainnya yang menyebutkan kuartil merupakan nilai atau angka yang membagi
data terkecil sampai data terbesar atau sebaliknya dari data terbesar sampai
data terkecil .
Ada tiga buah kuartil, yakni kuatil pertama, kuartil kedua, dan kuartil
ketiga yang masing-masing disingkat dengan K1, K2, dan K3. Pemberian nama
ini dimulai dari nilai kuartil paling kecil. Jika sekumpulan data dibagi menjadi
empat bagian yang sama banyak, sesudah disusun menurut urutan nilainya. 9
b. Cara menghitung Quartil
Untuk menentukan nilai kuartil caranya adalah :
1. Susun data menurut urutannya
2. Tentukan letak kuartil
3. Menentukan nilai kuartil
a. menentukan nilai Ki dengan (i = 1,2,3) ukuran data tersebut adalah
1
Letak Ki = 4 (n+1)

Contoh
1. Untuk data ,2,3,8,8,12 berapa letak Ki...?
Diketahui n = 5

9
Riduawan, Pengantar statistika sosial (Bandung: Alfabeta, 2009).hlm 43

21
Ditanya K1..?
Jawab =
1
K1 = 4 (6+1)
1
= 4 (5+1) = 1,5

Data ke 1,5 yaitu antara data ke 2 dan ke 3


2. sampel dengan data 75,82, 66,57, 64,56, 92,94, 86,52,60,70. Setelah
disusun menjadi 52,56,57,60,64,66,70,75,82,86,92,94. Letak K1
adalah?
Jawab :
Diketahui n = 12
Ditanya Ki..?
1(12+1)
Letak K1= = 3,25
4

1
data ke 34 , yaitu antara data ke -3 dan data ke-4

1
Nilai K1= data ke-3 + 4(data ke-4 – data ke-3)]

1
K1= 57 + 4(60 – 57) = 57,75

b. Untuk menentukan K2 (median)


2
Letak K2= 4 (𝑛 + 1)

Contoh
Tentukan K2 dari data : 7,3,8,5,9,4,8,3,10,2,7,6,8,7,2,6,9,
Dik : N = 17
Data terurut : 2,2,3,3,4,5,6,6,7,7,7,8,8,8,9,9,10
Ditanya K2 ...?
Jawab =
2
K2 = 4
(𝑛 + 1)

22
2
= 4 (17 + 1)

= 9
Untuk X9 yaitu 7

c. Untuk menentukan K3
3
Letak K3 = 4 (𝑛 + 1)

Contoh
data perumpaan nilai statistik I sebanyak 10 mahasiswa: 60, 80, 90,
70, 85, 95, 75, 65, 50, 55. Tentukanlah nilai kuartil K1 dan K3.
Dik:
Data terurut = 50, 55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95
N = 10
Dit: K3...?
Jawab =
3
K3 = (𝑛 + 1)
4
3
= 4 (10 + 1)

= 8,25
Dari hasil di atas, maka data 8,25 berada diantara data 8 dan sehingga
menjadi seperti berikut :
K3 = data ke- 8 + 0,25 (data ke- 9 – data ke- 8)
K3 = 85 + 0,25 (90 – 85)
K3 = 85 + 1,25
K3 = 86, 25

Mencari kuartil dalam bentuk data berkelompok terlebih dahulu


adanya tabel distribusi frekuensi. Hal ini juga disampaikan oleh Riduwan
(2009: 106), menyebutkan bahwa mencari kuartil data kelompok haruslah
dibuat susunan distribusi frekuensi terlebih dahulu, dalam hal ini semata-mata
untuk mempermudah perhitungan. Selain itu Riduwan juga

23
menerangkan langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekuensi (2009:
106), yaitu:
1. Menyusun data dari yang terkecil sampai yang terbesar
2. Menghitung rentang (range)
3. Jumlah kelas
4. Dan panjang kelas intervalnya.
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, Kuartil
dihitung dengan rumus :
𝑖𝑛
−𝐹
K1 = Tb + p ( 4 𝑓 )

Keterangan

b = Tepi bawah interval kelas Ki ( b = batas bawah - 0,5)


p = Panjang kelas interval
i = Letak Ki
n = Banyak data
F = Frekuensi kumulatif sebelum kelas Ki
f = Frekuensi pada kelas Ki

Contoh
Tabel
Nilai Ujian fi
11-20 2
21-30 7
31-40 4
41-50 6
51-60 5
61-70 6

Jumlah 30

24
Kembali pada hasil ujian 80 mahasiswa seperti dalam tabel di atas ini, maka
untuk menentukan kuartil kesatu yaitu

1
K1 = (𝑛 + 1)
4

1
=4 x 30 = 7,5 data,

Tb = 20,5

P =10
f =7
F = 2.
Dengan i=1 dan n=30 maka
1 𝑥 30
−2
4
K1 = 20.5 + 10( )
7

K1 = 20,5 + 7,86 = 28,36

Diantara kegunaan kuartil adalah untuk mengetahui simetris (normal)


atau simetrisnya suatu kurva. Dalam hal ini patokan yang kita gunakan adalah
sebagai berikut:

a. Jika Q3-Q2 = Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva normal.


b. Jika Q3-Q2 > Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/ berat ke
kiri(juling positif).
c. Jika Q3-Q2 < Q2- Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/ berat ke
kanan(juling negatif).10

E. Desil
Desil (D) adalah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi
frekuensi dari data yang diselidiki ke dalam 10 bagain yang sama besar, yang
masing-masing sebesar 1/10 N11. Jadi, sebanyak 9 buah titik desil, keseimbilan

10
Andi, Statistika Data Kajian Deskriftif, Inferensi, dan Non Parametrik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group
,2007)hlm 49
11
Sudijono Anas, Pengantar Statistika Pendidikan (Jakarta: PT Raja Gradindo Persada, 2006) hlm. 117-
118

25
buah desil itu membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam 10 bagian yang
sama besar.
Desil adalah nilai-nilai yang membagi seangkaian data atau suatu
distribusi frekuensi menjadi sepuluh bagian yang sama. Jadi ada sembilan ukuran
desil.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka data diartikan bahwa desil (Ds)
merupakan angka yang membagi data menjadi 10 bagian yang sama setelah
melalui penyusunan data terlebih dahulu. Data itu dapat disusun dimulai dari
angka terkecil sampai dengan angka terbesar. Untuk menentukan nilai desil dapat
dilakukan dengan dua kategori yaitu, nilai desil yang belum dikelompokkan (data
tunggal), dan juga data yang sudah dikelompokkan (data kelompok).
a. Desil data tunggal
Langkah pertama menyusun data:
1. mengurutkan data dimulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menentukan letak desil yang diminta dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
Di = desil ke –
n = jumlah data
i = urutan desil

Berikut ini adalah contoh dari desil data tunggal :


Dengan data perumpaan nilai statistik I sebanyak 10 mahasiswa: 60, 80, 90, 70,
85, 95, 75, 65, 70, 65. Tentukanlah nilai desil Ds3 dan Ds6.
Penyelesaian :
1. Mengurutkan data dari yang terendah (terkecil) sampai terbesar (tertinggi):
60, 65, 65, 70, 70, 75, 80, 85, 90, 95
2. Tentukan letak desil Ds3 dan Ds6 dengan penjelasan seperti di bawah ini:
a. Menentukan Ds3,

26
Dari hasil di atas, maka data ke 3,3 berada di antara data 3 dan 4 sehingga
menjadi seperti berikut :
Ds3 = data ke- 3 + 0,30 (data ke- 4 – data ke- 3)
Ds3 = 65 + 0,30 (70 – 65)
Ds3 = 65 + 1,5
Ds3 = 66,5
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi Ds3 menunjukkan nilai
66,5.
b. Menentukan D6,

Dari hasil di atas, maka data ke- 6,6 berada di antara data 6 dan 7 sehingga
menjadi seperti berikut :
D6 = data ke- 6 + 0,6 (data ke- 7 – data ke- 6)
D6 = 75 + 0,6 (80 – 75)
D6 = 75 + 3
D6 = 78

27
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi D3 menunjukkan nilai 78.

b. Desil data berkelompok


Mencari desil dalam bentuk data berkelompok terlebih dahulu dengan adanya
tabel distribusi frekuensi. Mencari desil data berkelompok haruslah dibuat
susunan dristribusi frekuensi terlebih dahulu, dalam hal ini semata-mata untuk
mempermudah perhitungan. langkah-langkah pembuatan tabel distribusi
frekuensi yaitu:
1. Menyusun data dari yang terkecil sampai yang terbesar
2. Menghitung rentang (range)
3. Jumlah kelas
4. Dan panjang kelas intervalnya.
Setelah tabel distribusi frekuensi terbentuk, maka dilanjutkan dengan
mencari nilai desil dengan rumus yang diungkapkan Andi (2007: 83), seperti
berikut:

Keteragan:
b = Tepi bawah interval kelas Dsi ( b = batas bawah - 0,5)
p = Panjang kelas interval
i = letak Dsi
n = Banyak data
F = Frekuensi kumulatif sebelum kelas Dsi
f = Frekuensi pada kelas Dsi

Berikut ini adalah contoh dari desil data berkelompok


1. Buatlah tabel distribusi frekuensi dan hitunglah desil Ds4 dan Ds7 dari
data nilai statistik I di bawah ini:
29 43 43 48 49 51 56 60 60 60

28
61 63 63 63 65 66 67 67 68 70
70 70 70 71 71 71 72 72 72 73
73 74 74 74 74 75 75 76 76 77
78 79 79 80 80 80 80 81 81 81
82 82 83 83 83 84 85 86 86 87
88 88 88 88 89 90 90 90 91 91
91 92 92 93 93 93 95 97 98 98
Penyelesaian:
1. Langkah pembuatan tabel distribusi
a. Menentukan range (rentang)
R = nilai max – nilai min
R = 98 - 29 = 69
b. Menentukan jumlah kelas
K = 1+Log n. 3,3
K = 1+Log 80. 3,3
K = 7,3
c. Menentukan panjang kelas interval

Tabel 2. Distribusi frekuensi nilai statistik I

Nilai F
F
Statistik kumulatif
29-38 1 1
39-48 3 4
49-58 3 7
59-68 12 19
69-78 22 41

29
79-88 23 64
89-98 16 80
Jumlah 80 -

2. Langkah-langkah menentukan nilai Ds4


a. Menentukan letak kelas interval dari nilai D4

Dari hasil perhitungan di atas, maka data ke- 32 berada pada kelas
69-78 atau terletak pada kelas interval ke- 5.
b. Menentukan batas bawah

Berdasarkan hal di atas, maka langkah selanjutnya adalah


memasukkan angka angka tersebut ke dalam rumus untuk
mencari nilai Ds4

Jadi berdasarkan dari perhitungan di atas, maka nilai desil Ds4


yang didapat adalah: 74,4.

30
F. Presentil
Sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang sama, akan
menghasilkan 99 pembagi berturut-turut yang dinamakan persentil pertama,
persentil kedua, …, persentil ke- 99. Persentil (Ps) ialah nilai yang membagi data
menjadi 100 bagian yang sama. Setelah disusun dari angka terkecil sampai ke
yang terbesar. Harga persentil ada 99 bagian yaitu Ps1, Ps2, Ps3, ......., Ps99. Nilai
persentil merupakan nilai yang sekumpulan data yang dibagi menjadi seratus
bagian yang sama, dan yang membagi data tersebut dinamakan persentil.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa persentil
merupakan nilai dari sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang
sama. Selain itu persentil memiliki 99 bagian, dimulai dari Ps1 sampai dengan
Ps99. Untuk menentukan nilai-nilai persentil tersebut dapat dibagi menjadi dua
yaitu data yang belum dikelompokkan (data tunggal) dan data yang sudah
dikelompokkan (data kelompok).
a. Persentil data tunggal
Nilai persentil yang belum dikelompokkan (data tunggal), memiliki beberapa
langkah-langkah, yaitu:
1. Langkah pertama menyusun data, dengan mengurutkan data dimulai dari
yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Menentukan letak persentil yang diminta dengan menggunakan rumus:

Keterangan
Pi = persentil ke –
n = jumlah data
i = urutan persentil

Perhatikanlah contoh Berikut ini tentang data tunggal :

31
Dengan data perumpaan nilai statistik I sebanyak 12 mahasiswa: 50, 55, 60,
80, 90, 70, 85, 95, 75, 70, 70, 65. Tentukanlah nilai persentil Ps22 dan Ps73
Penyelesaian :
Langkah penyelesaian
1. Mengurutkan data dari yang terendah (terkecil) sampai terbesar
(tertinggi).
50, 55, 60, 65, 70, 70, 70, 75, 80, 85, 90, 95
2. Tentukan letak persentil Ps22 dan Ps93 dengan penjelasan seperti di bawah
ini
a. Menentukan Ps22,

Dari hasil perhitungan di atas, maka data ke- 2,86 berada di antara
data 2 dan sehingga menjadi seperti berikut :
Ps22 = data ke- 2 + 0,86 (data ke- 3 – data ke- 2)
Ps22 = 55 + 0,86 (60 – 55)
Ps22 = 55 + 4,3
Ps22 = 59,3
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi
Ps22 menunjukkan nilai 59,3.
b. Menentukan D93,

32
Dari hasil di atas, maka data ke- 9,49 berada di antara data 9 dan 10
sehingga menjadi seperti berikut :
Ps73 = data ke- 9 + 0,49 (data ke- 10 – data ke- 9)
Ps73 = 80 + 0,49 (85 – 80)
Ps73 = 80 + 2,45
Ps73 = 82,45
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka posisi
Ps73 menunjukkan nilai 82,45.

b. Persentil data berkelompok


Mencari persentil dalam bentuk data berkelompok terlebih dahulu
dengan adanya tabel distribusi frekuensi. Mencari persentil data berkelompok
haruslah dibuat susunan dristribusi frekuensi terlebih dahulu, dalam hal ini
semata-mata untuk mempermudah perhitungan. Langkah-langkah pembuatan
tabel distribusi frekuensi yaitu:
1. Menyusun data dari yang terkecil sampai yang terbesar
2. Menghitung rentang (range)
3. Jumlah kelas
4. Dan panjang kelas intervalnya.

Setelah tabel distribusi terbentuk, maka dilanjutkan dengan mencari nilai


persetil dengan rumus:

33
Keterangan
b = Tepi bawah interval kelas Psi ( b = batas bawah - 0,5)
p = Panjang kelas interval
i = letak Psi
n = Banyak data
F = Frekuensi kumulatif sebelum kelas Psi
f = Frekuensi pada kelas Psi

Berikut ini adalah contoh dari persentil data berkelompok


1. Buatlah tabel distribusi dan hitunglah persentil Ps20 dari data nilai statistik
I dibawah ini:
29 43 43 48 49 51 56 60 60 60
61 63 63 63 65 66 67 67 68 70
70 70 70 71 71 71 72 72 72 73
73 74 74 74 74 75 75 76 76 77
78 79 79 80 80 80 80 81 81 81
82 82 83 83 83 84 85 86 86 87
88 88 88 88 89 90 90 90 91 91
91 92 92 93 93 93 95 97 98 98
Penyelesaian:
Adapun langkah-langkah dalam penyelesaian ini, ialah sebagai berikut:
1. Langkah pembuatan tabel distribusi
a. Menentukan range (rentang)
R = nilai max – nilai min
R = 98 -29 = 69
b. Menentukan jumlah kelas
K = 1+Log n. 3,3
K = 1+Log 80. 3,3

34
K = 7,3
c. Menentukan panjang kelas interval

Tabel 3. Distribusi frekuensi nilai statistik I

Nilai F
F
Statistik kumulatif
2 1
1
9-38
39-48 3 4
49-58 3 7
59-68 12 19
69-78 22 41
79-88 23 64
89-98 16 80
Jumlah 80 -
1. Langkah-langkah menentukan nilai Ps20
Berdasarkan tabel di atas, maka letak Ps20 dapat dihitung seperti
dibawah ini
a. Menentukan letak kelas interval dari nilai Ps20

Dari hasil perhitungan di atas, maka data ke- 16 berada pada kelas
59-68 atau terletak pada kelas interval ke- 4.

35
b. Menentukan batas bawah

c. memasukkan angka-angka tersebut ke dalam rumus untuk mencari


nilai Ps20

Jadi berdasarkan dari perhitungan di atas, maka nilai dari persentil


Ps20 yang didapat adalah: 66.

2. Tentukan P30 dari data berikut

36
37
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data.
2. Mean dihitung dengan menjumlahkan semua nilai data pengamatan kemudian
dibagi dengan banyaknya data.
3. Median dari n pengukuran atau pengamatan x1, x2 ,…, xn adalah nilai
pengamatan yang terletak di tengah gugus data setelah data tersebut diurutkan.
4. Modus adalah data yang paling sering muncul/terjadi.
5. Dari data di atas kita bisa menyimpulkan bahwa Statistika Deskriptif masih
berkaitan dengan pelajaran matematika , contohnya ukuran penyebaran data .
Ukuran penyebaran data bisa dibilang hampir mirip dengan matematika hanya
saja ukuran penyebaran data lebih mendalam di banding matematika .

38
B. DAFTAR PUSTAKA
Sudijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan ( Depok : Raja Grafindo Persada,
2012)
Maulana. M, Statistika dalam Penelitian Pendidikan : Konsep Dasar dan Kajian
Praktis. (Sumedang : UPI Sumedang Press, 2016)
Sirega Sofiyan . Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Kencana,
2015)
Soping.. Pengantar Statitk Jilid 1(Malang : Gunung Samudra,2015)
Riduawan. Pengantar statistika social (Bandung: Alfabeta, 2009)

39

Anda mungkin juga menyukai