Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SIMPAN PINJAM, SEWA-MENYEWA


& JUAL BELI

DISUSUN OLEH:
ISLAMIYATUL HASANAH
XI-MIPA 4

SMA NEGERI 3 BANGKALAN


TAHUN PELAJARAN 2015-2016

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Simpan pinjam, sewa-
menyewa, dan jual beli” ini dengan tepat waktu. Dengan di susunnya makalah ini
diharapkan dapat membantu anda dalam menganalisa dan memahami mengenai simpan
pinjam, sewa-menyewa dan jual beli dalam islam.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan dan penelitian ini, baik dari isi maupun penulisannya .untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan
penuyusunan ini dimasa yang akan datang.
Tidak lupa pula kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan
semua pihak sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Bangkalan, 13 Mei 2016

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Simpan Pinjam.....................................................................................................2

2.2 Sewa-Menyewa....................................................................................................3

2.3 Jual Beli................................................................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan..............................................................................................................8

3.2 Saran.....................................................................................................................8

Daftar Pustaka........................................................................................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fiqih Muamalah merupakan segenap peraturan hukum Islam mengenai perilaku
manusia di dunia yang berkaitan dengan harta. Fiqih muamalah mencakup masalah transaksi
komersial seperti pinjam meminjam, sewa menyewa dan gadai. Jadi fiqih muamalah berarti
serangakaian aturan hukum Islam yang mengatur pola akad atau transaksi antar manusia yang
berkaitan dengan harta. Aturan yang mengikat dan mengatur para pihak yang melaksanakan
muamalah tertentu.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat ini aktivitas ekonomi sebagai salah satu
aspek terpenting dalam kehidupan manusia berkembang cukup dinamis dan begitu cepat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan
yaitu:
 Apa pengertian, hukum dan rukun simpan pinjam dalam Islam?
 Apa pengertian, hukum dan rukun sewa-menyewa dalam Islam?
 Apa pengertian, hukum dan rukun jual beli dalam Islam?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
 Mengetahui pengertian, hukum dan rukun simpan pinjam dalam Islam
 Mengetahui pengertian, hukum dan rukun sewa-menyewa dalam Islam
 Mengetahui pengertian, hukum dan rukun jual beli dalam Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Simpan Pinjam


Pengertian Pinjam meminjam
Pinjam meminjam bahasa arabnya “Ariyah” sedangkan yang dimaksud dari
pinjam meminjam dalah seseorang meminjam sesuatu kepada orang lain karena
dirinya tiak mempunyai dengan maksud untuk diambil manfaatnya dan barang
tersebut memberikan manfaat yang halal, dengan suatu perjanjian akan
mengembalikan dengan utuh baik zat, bentuk dan kondisinya sesuai dengan waktu
yang dijanjikan. Pinjam meminjam dalam bermasyarakat adalah suatu yang wajar dan
biasa terjadi, akan tetapi bukan berarti kita seenaknya meminjam tanpa rasa tanggung
jawab. Kita tetap harus dapat tanggung jawab. Kita tetap harus dapat menjaga
perasaan dan menjaga kondisi barang yang dipinjam, sehingga unsur tolong-
menolong tetap terjaga dan tidak menimbulkan perselisihan. Firman Allah Swt.

Hukum Pinjam Meminjam


a)       Mubah, artinya boleh, ini merupakan hukum asal dari pinjam meminjam.
b)      Sunnah, artinya pinjam meminjam yang dilakukan merupakan suatu kebutuhan akan
hajatnya, lantaran dirinya tidak punya, misalnya meminjam sepeda untuk mengantarkan
tamu, meminjam uang untuk bayar sekolah anaknya dan sebagainya.
c)       Wajib, artinya pinjam meminjam yang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak
dan kalau tidak meminjam akan menemukan suatu kerugian misalnya : ada seseorang
yang tidak punya kain lantaran hilang atau kecurian semuanya, maka apabil atidak
pinjam kain pada orang lain akan telanjang, hal ini wajib pinjam dan yang punya
kainjuga wajib meminjami.
d)      Haram, artinya pinjam meminjam yang dipergunakan untuk kemaksiatan atau untuk
berbuat jahat, misalnya seseorang meminjam pisau untuk membunuh, hal ini dilarang
oleh agama. Contoh lain, pinjam tempat (rumah) untuk berbuat maksiat.

3. Rukun Pinjam Meminjam


a)     Adanya Mu’iir ( ‫ ) ُم ِع ْي ٌر‬yaitu, orang yang meminjami
b)     Adanya Musta’iir ( ‫ ) ُم ْست َِع ْي ٌر‬yaitu, orang yang meminjam
c)      Adanya Musta’aar ( ‫ ) ُم ْستَ َعا ٌر‬yaitu, barang yang akan dipinjam

2
d)     Dengan perjanjian waktu untuk mengembalikan. Ada pendapat lain bahwa waktu tidak
menjadi syarat perjanjian dalam pinjam meminjam, sebab pada hakekatnya pinjam
meminjam adalah tanggung jawab bersama dan saling percaya, sehingga apabila terjadi
suatu kerusakan atau keadaan yang harus mengeluarkan biaya menjadi tanggung jawab
peminjam. Hadits Nabi Saw :
ِ ‫اَ ْل َع‬
ِ ‫اريَةُ ُمَؤ َدةٌ َوال َّر ِع ْي ُم غ‬
‫َـار ٌم‬
Artinya : “Pinjaman itu wajib dikembalikan dan orang-orang yang menanggung
sesuatu harus membayar.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
e)     Adanya lafadz ijab dan qabul, yaitu ucapan rela dan suka atas barang yang dipinjam.

Syarat Pinjam Meminjam


a)     Bagi pemberi pinjam (mu’iir) dan peminjam (musta’iir) harus baligh, berakal dan tidak
ada unsur paksaan
b)     Barang yang akan dipinjam benar-benar miliknya, ada manfaatnya, tidak habis kalau
dipakai dan tidak mudah rusak
c)      Lafadz ijab qabul yaitu suka rela untuk meminjamkan, ucapan rasa tanggung jawab atas
barang yang dipinjam dan saling pengertian.

2.2 Sewa Menyewa


Pengertian dan Hukum Sewa Menyewa
Sewa menyewa menurut syariat Islam mengandung pengertian menyeahkan
sesuatu kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan membayar sejumlah
uang sebagai ongkos atau ganti barang yang disewa.
Sewa menyewa adalah salah satu menolong kepada orang lain yang sangat
membutuhkan, apabila pada zaman sekarang, kehidupan semakin sulit, kebutuhan
sangat banyak sementara uang tidak cukup untuk membeli sendiri. Dari hal itu
keberadaan biro jasa yang menawarkan beberapa peralatan yang dapat disewakan
maupun perumahan dari barang yang mewah sampai yang sederhana dari yang mahal
sampai yang murah adalah sangat dibutuhkan. Oleh sebaba itu, mengenai sewa
menyewa apat digolongkan menjadi dua yaitu :
a.       Sewa menyewa benda atau barang, seperti sewa menyewa rumah, komputer, mobil,
peralatan hajatan dan sebagainya.
b.      Sewa menyewa tenaga atau jasa, seperti menjadi guru, tukang cukur, buruh bahkan
sampai menyewa seorang peempuan untuk menyusui anaknya.

3
Rukun dan Syarat Sewa Menyewa
Rukun dan syarat sewa menyewa adalah sebagai berikut :
a.        Ada pihak penyewa dan yang menyewakan; syarat kedua belah pihak adalah :
-       Berakal
-       Tidak dipaksa (dengan kehendak sendiri)
-       Sudah baligh
b.        Ada barang yang akan disewakan; syaratnya :
-       Diketahui jenisnya
-       Diketahui kadarnya
-       Diketahui sifatnya
c.         Ada manfaat pada benda/barang yang disewakan; syarat-syaratnya adalah :
-       Manfaat yang benar-benar berharga
-       Keadaan manfaat dapat diberikan oleh orang yang menyewakan
d.        Adanya perjanjian batas waktu sewa menyewa.

Benda yang Tidak Boleh Disewakan


Di atas sudah dijelaskan bahwa sewa menyewa pada dasarnya hampir sama
dengan jual beli, maka benda yang dilarang dalam jual beli juga dilarang dalam sewa
menyewa, akan tetapi untuk lebih jelasnya akan diberikan berapa contoh sewa
menyewa yang dilarang menurut syariat Islam, antara lain:
a.       Sewa menyewa barang untuk kepentingan maksiat atau perbuatan jahat, misalnya
menyewakan mobil untuk merampok
b.      Menyewakan harga diri sendiri, misalnya menyewakan tenaga untuk membunuh orang
lain (pembunuh bayaran), WTS dan sebagainya
c.       Menyewa tempat untuk kemaksiatan misalnya sebagai tempat judi dan lain sebagainya

Batalnya Sewa Menyewa


a.       Menyewa barang tertentu, seperti kuda atau rumah, habis masa sewa atau aqadnya
dengan sebab matinya atau rubahnya rumah yang telah disepakati. Akan tetapi sekiranya
barang yang disewa itu dijual oleh yang menyewakan dan belum selesai masa aqadnya,
maka sewa menyewa tidak batal

4
b.      Menyewa barang yang dalam tanggungan seseorang, seperti menyewa mobil yang tidak
ditentukan mobil jenis apa, maka rusaknya mobil yang dipakai tidak membatalkan aqad
sewa menyewa, bahkan yang menyewakan mobil wajib mengganti dengan mobil lain
sampai habis masa aqadnya atau sampai pada tujuan yang ditentukan. Bahkan aqad sewa
menyewa tidak batal dengan sebab matinya seseorang yang menyewakan atau yang
menyewa bila batas masanya belum habis dan sewa menyewa dapat dilanjutkan oleh ahli
warisnya.

Mengambil Manfaat Barang Sewaan


Sewa Menyewa ditengah-tengah masyarakat adalah hal yang sering terjadi,
menyewakan sesuatu dengan tujuan memperoleh jasa dari barang yang disewakan,
sedangkan bagi yang menyewa dengan tujuan untuk mengambil manfaat dari barang
yang disewakan.
Mengambil manfaat barang sewaan tentunya manfaat yang berharga, manfaat
yang tidak berharga atau membahayakan tentunya tidak diperbolehkan menurut
agama Islam, seperti menyewa orang untuk membunuh.
Pada ulama berpendapat bahwa sewa menyewa jangan menimbulkan
perselisihan, artinya seseorang yang menyewa tidak boleh berbuat seenaknya terhadap
sesuatu yang disewa tanpa tanggung jawab. Oleh karena itu, sebelum kita melakukan
sewa menyewa terlabih dahulu harus ada perjanjian dan saling pengertian.

2.3 Jual Beli


Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa disebut ‫البيع‬, secara bahasa berarti ‫( اعطاءشيءفىمقابلةشيء‬memberikan
sesuatu untuk ditukar dengan sesuatu).
Adapun menurut istilah syara’ adalah:
“Menukar suatu barang dengan barang (alat tukar yang syah) dengan  ijab qabul dan
berdasarkan suka sama suka.”
Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa jual beli harus dilakukan berdasarkan suka sama
suka.
Artinya: “…Janganlah kamu makan harta yang ada di antara kamu dengan jalan batal,
melainkan dengan jalan jual beli suka sama suka….”(QS. An Nisa’: 29)

5
Hukum Jual Beli
Jual beli hukum asalnya jâiz atau mubah/boleh (halal) berdasarkan dalil dari al-Quran, hadis
dan ijma’ para ulama.
…‫…التأكلوااموالكم بينكم با لباطل اال ان تكون تجارة ان تكون تجارة ان تراض منكم‬
Artinya: “….janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu….. “
(QS. An Nisa’29)

3. Syarat Jual Beli


A. Penjual dan Pembeli
1. Berakal, agar dia tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
2.      Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa).
3. Tidak mubazir (pemboros)
B. Uang dan Benda yang di beli
1. Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan,
seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak.
2. Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dilarang
pula mengambil tukarannya karena hal itu termasuk dalam arti menyia-nyiakan
(memboroskan) harta yang terlarang.
3. Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat
diserahkan kepada yang membeli, misalnya ikan dalam laut, barang rampasan yang
masih berada ditangan yang merampasnya, barang yang sedang dijaminkan, sebab
semua itu mengandung tipu daya (kecohan).
4. Barang itu diketahui oleh si penjual dan si pembeli. Zat, bentuk, kadar (ukuran), dan
sifat-sifatnya jelas sehingga antara penjual dan pembeli keduanya tidak saling kecoh-
mengecoh.
Rukun Jual Beli
1. akad (ijab Kabul),
2. orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli),
3. ma’kud alaib (objek akad).

Jual Beli Yang Dilarang


a. Terlarang karena kurang syarat atau rukun

6
- Jual beli system ijon (belum jelas barangnya)
Jual beli ini dilarang karena barang yang akan dibeli masih samar.
‫عن بيع الثما رحتى يبد وصال حيامتفق عليهعن ابن مر نهى النبى ص م‬
“dari Ibnu Umar ra. Nabi saw melarang jual beli buah-buahansehingga nyata baiknya buah
itu”.(Muttafaq ‘alaih)
- Jual beli anak binatang ternak yang masih di dalam kandungan
Jual beli ini dilarang karena barangnya belum ada dan tidak tampak juga.
- Jual beli sperma hewan
Jual beli sperma hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan betina, agar dapat
memperoleh turunan.
‫رواه مسلمعن بيع فضل الماءنهى رسول هللا ص معن جابربن عبدهللا قا ل‬
“Rasulullah saw telah melarang jual beli air jantan binatang.”(HR. Muslim).
-  Jual beli barang yang belum dimiliki
‫قال رسول هللا ص د ال تبيعنـ شيأ استريته حتى تقبضه‬:‫رواه احموالبيهقىم‬
Artinya: “Nabi saw telah bersabda janganlah engkau menjual sesuatu yang baru saja
engkau beli sehingga engkau menerima (memegangbarang itu)”. (HR. Ahmad Baihaqi).
b. Jual beli yang sah tetapi terlarang
- Jual beli pada waktu khutbah/sholat Jum’at bagi laki-laki.
- Jual beli dengan niat untuk ditimbun saat masyarakat membutuhkan
‫قال رسول هللا ص م ال يختكر اال خا طىءمسلم‬
“Rasulullah saw telah bersabda tidaklah seseorang menimbun barang kecuali orang yang
durhaka”. (HR. Muslim).
-          Jual beli yang tidak mengetahui harga pasar
-          Jual beli yang masih dalam tawaran orang lain
-          Jual beli untuk kemaksiatan

Hikmah Jual Beli


Allah mensyari’atkan jual beli sebagai penberian keluangan dan keleluasaan dari-NYA untuk
hamba-hamba-NYA, yang  membawa hikmah bagi manusia diantaranya:
1. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak
milik orang lain.
2. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan.
3. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau secara
bathil.

7
4. Penjual dan pembeli sama-sama mendapat rizki Allah
5. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Realitas sekarang konsep muamalah sedikit banyak telah bercampur aduk dengan
konsep yang diadopsi dari luar Islam. Tidak bisa dipungkiri ada pihak yang dalam
menjalankan tujuannya mencari keuntungan semata. Adapun dalam Gadai, sebagian orang
masih ragu terhadap hukum pemanfataan barang gadai, karena dalam hukum gadai
dikhawatirkan terdapat penyalahgunaan dalam pemanfaatan barang gadai.

Di sinilah bertapa pentingnya pembahasan tentang Pinjam-meminjam, Sewa-


menyewa, dan Gadai untuk diketahui umat islam. Agar nantinya pelaksanaan kegiatan
tersebut sesuai dengan syariat Islam.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan 
bahkan jauh dari kesempurnaan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chairuman Pasaribu, 1994. Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika, Jakarta.

Imam Musthofa, 2014. Fiqih Muamalah Kotemporer, KAUKABA, Yogjakarta.

Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, 2007. Strategi Pembelajaran Terpadu, Familia,

Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai