Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AGRESI MILITER BELANDA I

DISUSUN OLEH:

1. Anugrah Romadhon
2. Jauhari Maktum
3. Sunarsih
4. Sahriyah
5. Isnaini Maulidia

SMA NEGERI 3 BANGKALAN


TAHUN PELAJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agresi Militer Belanda I” ini
dengan tepat waktu. Dengan di susunnya makalah ini diharapkan dapat membantu anda
dalam menganalisa dan memahami mengenai Agresi Militer Belanda I.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan dan penelitian ini, baik dari isi maupun penulisannya .untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan
penuyusunan ini dimasa yang akan datang.
Tidak lupa pula kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan
semua pihak sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Bangkalan, 28 April 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Agresi Militer Belanda I.............................................................2

2.2 Kronologi Peristiwa Agresi Militer Belanda I.....................................................2

2.3 Langkah Pemerintah Menghadapi Agresi Militer Belanda I...............................5

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan..............................................................................................................8

3.2 Saran.....................................................................................................................8

Daftar Pustaka........................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk suatu Uni Indonesia-
Belanda, terdiri dari Negeri Belanda (meliputi Negeri Belanda, Suriname, Curacao), dan
Republik Indonesia Serikat. Uni itu akan diketuai oleh Ratu Belanda. Namun persetujuan
perdamaian ini hanya berlangsung singkat. Kedua belah pihak saling tidak mempercayai dan
mengesahkan persetujuan itu sehingga menimpulkan pertikaian-pertikaian politik yang sengit
mengenai konsesi-konsesi yang telah dibuat. Setelah selesai perundingan di Linggajati bulan
November 1946, di samping terus memperkuat angkatan perangnya di seluruh Indonesia
terutama di Jawa dan Sumatera, untuk mengukuhkan kekuasaan mereka di wilayah Indonesia
Timur, sebagai kelanjutan “Konferensi Malino” 15 – 25 Juli 1946, van Mook
menyelenggarakan pertemuan lanjutan di Pangkal Pinang pada 1 Oktober 1946. Kemudian
Belanda menggelar “Konferensi Besar” di Denpasar tanggal 18 – 24 Desember 1946, dimana
kemudian dibentuk negara Indonesia Timur. Tindakan Van Mook membenarkan keragu-
raguan pemerintah dan rakyat Indonesia tentang kesetiaan Belanda dalam melaksanakan
persetujuan Linggajati. Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk
mendatangkan pasukan yang lebih banyak dari negerinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan
yaitu:
 Apa latar belakang Agresi Militer Belanda I?
 Bagaimana Kronologi Agresi Militer Belanda I?
 Bagaimana Pemerintah Menghadapi Agresi Militer Belanda I?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
 Mengetahui latar belakang Agresi Militer Belanda I
 Mengetahui Kronologi Agresi Militer Belanda I
 Mengetahui Pemerintah Menghadapi Agresi Militer Belanda I

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Latar Belakang Agresi Militer Belanda I


Perundingan Linggajati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan
pasukan yang lebih banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang
Republik Indonesia mereka mengajukan tuntutan sebagai berikut:
1. Supaya dibentuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh
Indonesia sampai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti Republik
Indonesia ditiadakan.
2. Pembentukan gendermeri (pasukan Keamananan) bersama yang akan masuk ke
daerah Republik Indonesia.
Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri.
Penolakan itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik
Indonesia. Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-kota besar di
Pulau Jawa dan sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan modern
menyebabakan satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar kota.
Tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum agar supaya RI menarik
mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pimpinan RI menolak permintaan
Belanda ini. Agresi pertama dilakukan Belanda terutama karena perbedaan pendapat
mengenai status kekuasaan di Pulau Jawa, Madura dan sumatera sebelum dibentuk Negara
Indonesia Serikat. Belanda ingin menjalankan hubungan luar negeri Indonesia dan keinginan
itu ditolak Indonesia. (Ensiklopedi Nasional Indonesia 1 : 1988)

2.2 Kronologi Peristiwa Agresi Militer Belanda I


Sekitar bulan Mei 1947 pihak belanda sudah memutuskan bahwa mereka harus
menyerang Republic secara langsung. Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam pihak belanda
melancarkan aksi Polisional mereka yang pertama. Pasukan-pasukan bergerak dari Jakarta
dan Bandung untuk untuk menduduk Jawa Barat (tidak termasuk banten), dan dari Surabaya
untuk menduduki Madura dan Ujung timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil
mengamankan wilayah semarang.. dengan demikian, Belanda menguasai semua pelabuhan
perairan dalam di jawa, di Sumatera, perkebunan-perkebunan disekitar Medan instalasi-
instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah padang diamankan pasukan
Republic bergerak mundur  dalam dan menghancurkan apa  yang dapat mereka hancurkan.

2
Dibeberapa daerah terjadi aksi-aksi pembalasan detik terakhir: orang-orang Cina di Jawa
Barat dan kaum bangsawan dipenjarakan di Sumatera timur dibunuh. Beberapa orang
Belanda, termasuk Van Mook, ingin melanjutkan merebutkan Yogyakarta dan membentuk
suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang tidak
menyukai ‘aksi polisionil’ tersebut mengiring Belanda untuk segera menghentikan
penaklukan sepenuhnya terhadap Republik.

Lokasi dan Tujuan


Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan
tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis
agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-
daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di
Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya
adalah wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus,
yaitu Korps Speciaale Troepen (KST) di bawah Westerling yang kini berpangkat Kapten, dan
Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST
(pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari pembantaian di Sulawesi Selatan belum
pernah beraksi lagi, kini ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera
Tujuan utama Agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya
dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk
dunia Internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan
menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda,
Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda
tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggajati. Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah
mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan
berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia (Wikipedia.com)
Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik
Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan
pertambangan.

3
Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan
pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya
ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas
Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda
Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.
Pada 9 Desember 1947, terjadi Pembantaian Rawagede dimana tentara Belanda
membantai 431 penduduk desa Rawagede, yang terletak di antara Karawang dan Bekasi,
Jawa Barat.
Pihak Belanda menamakan agresi ini aksi polisionil 1. Beberapa buku sejarah
Indonesia menyebutnya perang kemerdekaan 1. Walaupun serangan tentara itu dilakukan
mendadak, pihak trepublik sudah menduganya. Adanya serangan ini justru merugikan
Belanda di mata Internasional.

Akibat dan Reaksi


Sebagai reaksi, Pemerintah India dan Australia pada tanggal 30 juli 1947 mendesak
dewan keamanan PBB untuk membicarakan serangan belanda itu. Pada tanggal 1 agustus
1947, dewan keamanan PBB menyerukan agar sejak tanggal 4 agustus kedua pihak
menghentikan tembak menembak. Atas usul amerika serikat, dewan keamanan PBB juga
membentuk komisi jasa baik yang terdiri dari 3 negara. Tugas komisi itu adalah mengawasi
gencatan senjata antara Indonesia dan belanda. Indonesia memilih Australia yang diwakili
oleh Richard Kirby, sedangkan Belanda memilih Belgia yang diwakili oleh Paul Van
Zeeland. Kedua pihak tersebut kemudian memilih amerika serikat yang diwakili oleh Dr.
Frank Porter Graham. Komisi yang baru mulai bekerja pada bulan oktober 1947 ini lebih
dikenal di Indonesia dengan sebutan komisi tiga Negara. (Ensiklopedi Nasional Indonesia 1 :
1988)
Perserikatan Bangsa-Bangsa kini terlibat langsung dalam konflik tersebut, suatu
keterlibatan akhirnya akan menjebak pihak Belanda pada posisi diplomatic yang sulit. India
dan Australia sangat aktif mendukung Republik di dalam PBB, dimana Uni Soviet juga
memberikan  dukunganya. Akan tetapi, peranan  yang paling penting ahirnya dimainkan oleh
Amerika Serikat. Mereka yang menentukan kebijakan Belanda, bahkan yang lebih progresif
diantara mereka, mereka yakin bahwa sejarah dan pikiran sehat memberi mereka hak untuk
menetukan perkembangan Indonesia, tetapi hak ini hanya dapat dijalankan dengan cara
menghancurkan Republic terlebih dahulu. Sekutu-sekutu utama negeri Belanda, terutama
Inggris, Australia dan Amerika (Negara yang paling diandalakan Belanda untuk memberi

4
bantuan pembangunan kembali di masa sesudah perang), tidak mengakui hak semacam itu
kecuali kalau rakyat Indonesia mengakuinya, yang jelas tidak demikian apabila pihak
Belanda harus menyandarkan diri pada penaklukan militer.mereka mulai mendesak negeri
Belanda supaya mengambil sikap yang tidak begitu kaku, dan PBB menjadi forum umum
untuk memeriksa tindakan-tindakan Belanda. Keadaan ini justru semakin memperbesar hasrat
Belanda untuk menemukan cara penyelesaian secepatnya di Indonesia.
Pada akhir bulan Juli 1947 pihak Belanda menyadari bahwa mereka harus menerima
himbauan PBB agar diadakan suatu gencatan senjata, yang diperintahkan oleh Pihak Belanda
dan Sukarno pada tanggal 4 Agutus. PBB kemudian memperkenankan Sjahrir untuk
berbicara atas nama Republik, tetapi tidak bersedia menerima para wakil dari daerah-daerah
yang dikuasai Belanda. Pada bulan Oktober dibentuklah suatu komite Jasa Baik PBB yang
beranggotakan wakil-wakil Amerika, Australia dan Belgia untuk membantu perundingan-
perundingan Belanda-Republik dalam mencapai gencatan senjata yang baru.sejak bulan
Agustus pihak Belanda telah melanjutkan operasi-operasi pembersihan di belakang garis
terdepan, mereka, dmana banyak kaum pejuang republic tinggal.

2.4 Langkah Menghadapi Agresi Militer Belanda I


Agresi terbuka Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 menimbulkan reaksi yang hebat
dari dunia. Pada tangggal 30 juli 1947 pemerintah India dan Austtralia mengajukan
permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukan dalam daftar acara dewan
keamanan. Permintaan itu diterima baik dan pada tanggl 31 Juli dimasukan sebagai acara
pembicaraan dewan keamanan. Tanggal 1 Agustus 1947 dewan Keamanan memerintahkan
penghentian permusuhan kedua belah pihak, yang dimulai pada tanggal 4 Agustus 1947.
Sementara itu untuk mengawasi gencatan senjata dibentuk komisi konsuler, yang anggota-
anggotanya terdiri daripada konsul jenderal yang ada di Indonesia. Komisis konsuler diketuai
oleh Amerika Dr. Walter Foote dan beranggotakan konsul Jenderal Cina, konsul jenderal
Belgia, Konsul Jenderal Perancis, konsul Jenderal Inggris, dan Konsul Jenderal Perancis.
Dalam laporanya kepada dewan keamanan, komisi konsuler menyatakan bahwa sejak tanggal
30 Juli samapai 4 Agustus pasukan Belanda masih mengadakan  gerakan militer. Pemerintah
Indonesia menolak garis demarkasi yang dituntut oleh pihak Belanda berdasarkan kemajuan-
kemajuan pasukanya setelah perintah gencatan senjata. Perintah penghentian tembak
menembak tidak memuaskan. Belum ada tindakan yang praktis untuk meneyelesaikan
masalah penghentian tembak-menembak untuk mengurangi jumlah korban yang jatuh.

5
Dewan keamanan yang memperdebatkan masalah Indonesia akhirnya menyetujui
usul Amerika Serikat, bahwa ubtuk mengawasi penghentian permusuhan ini harus dibentuk
sebuah komisi-komisi jasa baik. Indonesia dan belanda dipersilahkan masing-masing memilih
satu negara yang dipercaya untuk mengawasi tembak menembak. Dua negara yang terpilih
oleh Indonesia dan Belanda dipersilahkan memilih satu negara untuk ikut serta sebagai
anggota komisi. Pemerintah Indonesia meminta Australia menjadi anggota komisi, Belanda
memilih Belgia dan kedua negara memilih Amerika serikat untuk menjadi anggota ketiga dari
Komisi. Dalam masalah militer, KTN mengambil inisiatif tetapi dalam masalah politik KTN
hanya memberikan saran dan usul, tidak mempunyai hak untuk memutuskan persoalan
politik. KTN memulai bekerja di Indonesia pada bulan Oktober 1947. setelah KTN
mengadakan pembicaraan dengan kedua pemerintah, akhirnya disepakati untuk kembali ke
meja perundingan. Belanda mengajukan Jakarta sebagai tempat berunding, tetapi ditolak oleh
pihak republik . Republik menganggap bahwa di Jakrta tidak ada kebebasan untuk
menyatakan pendapat dan tidak ada jawatan RI yang aktif, akibat aksi militer. (Merdeka
dalam SNI VI). Republik menginginkan perundingan diselenggarakan pada suatu tempat
diluar pendudukan Belanda. KTN mengambil jalan tengah dan mengususlkan agar kedua
belah pihak menerima tempat perundingan di atas sebuah kapal Amerika serikat yang
disediakan atas perantara KTN.
Sebelum itu sebelumnya sudah dibentuk komisi untuk melaksanakan gencatan
senjata yang disebut komisi teknis. Anggota-anggota komisi teknis dari pihak Republik di
bawah pimpinan Menteri kesehatan Dr. Leimena. Anggota-anggotanya adalah Mr. Abdul
Madjid, Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo, mayor Jenderal Didi Kartasasmitha, Kolonel
Simbolon dan Letnan Kolonel Bustomi. Komisi teknis pihak Belanda dipimpin oleh Van
Vredenburgh dengan anggota-anggotanya : Mayor Jenderal Buurman van Vreden, Kolonel
Drost, Mr. Zulkarnaen, Letkol Surio Santoso, Dr. Stuyt dan Dr. P.J. Koets. Di dalam
perundingan Komisi Teknis yang telah dilakukan, usul mengenai daerah bebas militer
dianggap kurang praktis dan Belanda tetap menuntut dipertahankanya garis Van Mook yakni
suatu garis yang menghubungkan pucuk-pucuk Pasukan belanda yang dimajukan sesudah
keluarnya perintah dewan keamanan untuk menghentikan tembak-menembak. Kemudian
mereka mengeluarkan pernyataan dari tempat perundinganya di Kaliurang, yang berisi:
dilarang melakukan sabotase, intimidasi, pembalasan dendam, dan tindakan yang semacam
terhadap orang-orang, golongan dan harta benda kedua pihak.
Setelah jatuhnya kabinet Sjahrir III, Presiden menunjuk Mr. Amir Sjarifuddin untuk
menyusun Kabinet baru. Setelah Amir berhasil menyusun kabinet baru, mulailah delegasi

6
untuk menghadapi perundingan dengan Belanda. Delegasi republik dipimpin oleh Mr.
Sjarifu. din sendiri, dengan Ali Sastroamidjojo sebagai wakil ketua. Anggota-anggota terdiri
dari: dr. Tjoa Siek Ien, Sultan Sutan Sjahrir, H.A. Salim, mr. Nasrun, dan dua anggota
cadangan masing-masing Ir. Juanda dan Setiadjid, serta 32 orang penasehat. Delegasi
Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Widjoatmodjo, dengan Mr. H. A. L. van Vredenburg
sebagai Wakil Ketua.
Pada bulan Januari 1948 tercapai suatu persetujuan baru di atas kapal Amerika USS
Renville di pelabuhan Jakarta. Persetujuan ini mengakui suatu gencatan senjata disepanjang
apa yang disebut dengan “garis Van Mook”, suatu garis buatan yang menghubungkan titik-
titik terdepan pihak Belanda walaupun dalam kenyataanya masih tetap ada banyak daerah
yang dikuasai pihak republic di belakangnya. Walaupun persetujuan ini tampaknya seperti
kemenangan besar pihak Belanda dalam perundingan, namun tindakan yang bijaksana dari
pihak Republik dalam menerima persetujuan itu (suatu tindakan yang sebagian didorong oleh
kurangnya amunisi di pihak Republik) menyebabkan mereka memenangkan kemauan baik
Amerika yang sangat menetukan
Penghinaan dari ‘aksi polisionil’ pertama dan persetujuan Renville yang
mengikutinya menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Sjarifuddin. Anggota-anggota
Masyumi dan PNI dalam kabinetnya meletakan jabatan ketika persetujuan renville
ditandatangani, dan kemudian Amir meletakan jabatanya sebagai perdana menteri pada
tanggal 23 Januari 1948.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Agresi militer Belanda yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947, yang sasaran utamanya
adalah di tiga tempat yaitu tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sasaran mereka adalah kawasan perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai
seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, serta wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan
pabrik-pabrik gula. Agresi tersebut mendapat perhatian dari Dewan Keamanan PBB serta
beberapa negara yang juga mendukung Indonesia. Hingga akhirnya dibentuklah Committee
of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai
Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih
oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang
netral.

3.2 Saran

Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas
mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses
pembelajaran.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kahin, George McTurnan. 1995. Nasionalisme dan Revolusi Di Indonesia. Sebelas Maret
University Press dan Pustaka Sinar Harapan.

Ricklefs. 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Website:

WikipediaIndonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_I)

Anda mungkin juga menyukai