XII MIA 1
UPAYA BANGSA INDONESIA
DALAM MENGHADAPI
ANCAMAN DISINTEGRASI
BANGSA
1. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT
DENGAN IDEOLOGI.
Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun
• Sejak merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung
pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Namun ketika
golongan kiri terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan
bergabung dengan partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi
Rakyat (FDR) yang didirikan Amir Syarifuddin pada bulan Februari 1948. Pada awal
September 1948 pimpinan PKI dipegang Muso. Berbagai upaya dilakukan oleh PKI
untuk meraih kekuasaan. Di bawah pimpinan Musso, PKI berhasil menarik partai
dan organisasi kiri dalam FDR bergabung ke dalam PKI. Partai ini lalu mendorong
dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani.
Sebagian kekuatan, kekuatan bersenjata juga berhasil masuk dalam pengaruh
mereka.
Pertempuran antara kekuatan-kekuatan bersenjata yang memihak PKI dengan
TNI mulai meletus. PKI dan kelompok pendukungnya kemudian memusatkan diri
di Madiun. Muso pun kemudian pada tanggal 18 September 1948
memproklamirkan Republik Soviet Indonesia.
• Dikemukakan antara lain oleh John D. • Menurut teori ini tokoh-tokoh PKI
Legge, teori ini menyatakan bahwa tidak adalah penanggungjawab peristiwa
ada dalang tunggal dan tidak ada kudeta, dengan cara memperalat unsur-
skenario besar dalam G30S. Kejadian ini unsur tentara. Dasarnya adalah
hanya merupakan hasil dari perpaduan serangkaian kejadian dan aksi yang telah
antara, seperti yang disebut Soekarno : dilancarkan PKI antara tahun 1959-1965.
“unsur-unsur Nekolim (negara Barat), Dasar lainnya adalah bahwa setelah
pimpinan PKI yang keblinger serta G30S, beberapa perlawanan bersenjata
oknum-oknum ABRI yang tidak benar”. yang dilakukan oleh kelompok yang
Semuanya pecah dalam improvisasi di menamakan diri CC PKI sempat terjadi di
lapangan. Blitar Selatan, Grobogan, dan Klaten.
•
UPAYA BANGSA INDONESIA
MENGHADAPI DESINTEGRASI
BANGSA
2. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT
DENGAN KEPENTINGAN.
2. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT
DENGAN KEPENTINGAN.
Tahun 1950-1959 merupakan masa memanasnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia.
Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI
dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR (Parlemen). Dalam waktu lima tahun (1950 -
1955) PNI dan Masyumi secara bergantian memegang hegemoni poltik dalam empat kabinet yang
pernah berlaku. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;
KABINET NATSIR
(6 SEPTEMBER 1950 – 21 MARET 1951)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk Sartono (Ketua
PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah
bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951). Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik
Djojosukatro dari PNI dan Soekiman Wijosandjojo dari Masyumi sebagai formatur dan berhasil
membentuk kabinet koalisi Masyumi-PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman-
Soewirjo.
Tujuan program ini sendiri
tidak dapat tercapai dengan
baik meskipun anggaran yang
digelontorkan pemerintah
cukup besar. Kegagalan
program ini disebabkan
karena :
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk Sartono (Ketua
PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah
bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951). Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik
Djojosukatro dari PNI dan Soekiman Wijosandjojo dari Masyumi sebagai formatur dan berhasil
membentuk kabinet koalisi Masyumi-PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman-
Soewirjo.
Program pokok dari Kabinet
Soekiman adalah:
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja
selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo,
sehingga bernama Kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo
adalah:
• Program dalam negeri:
• Menyelenggarakan pemilihan umum
untuk memilih Dewan Konstituante,
DPR, dan DPRD
• Meningkatkan kemakmuran rakyat,
• Meningkatkan pendidikan rakyat, dan • Program luar negeri:
Kabinet Ali Sastroamidjojo yang terbentuk pada 31 Juli 1953 merupakan kabinet ke-empat yang
dibentuk selama Masa Demokrasi Liberal. Kabinet ini mendapatkan dukungan banyak partai di
Parlemen, termasuk Partai Nahdlatul Ulama (NU). Kabinet ini diketuai oleh PM. Ali Sastroamijoyo dan
Wakil PM. Mr. Wongsonegoro dari Partai Indonesia Raya (PIR).
Program pokok dari Kabinet
Ali Sastroamijoyo I:
• Meningkatkan keamanan
dan kemakmuran
• Menyelenggarakan Pemilu
dengan segera
• Pembebasan Irian Barat
secepatnya
• Pelaksanaan politik bebas- Dalam menjalankan fungsinya, kabinet ini berhasil
aktif melakukan suatu prestasi yaitu:
• Merampungkan persiapan pemilu yang akan
• Peninjauan kembali diselenggarakan 29 September 1955
persetujuan KMB. • Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA)
pada tahun 1955
• Penyelesaian pertikaian
politik.
KABINET BURHANUDDIN HARAHAP
(12 AGUSTUS 1955 – 3 MARET 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin Harahap berasal dari
Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.
Program pokok dari Kabinet Djuanda dikenal sebagai Panca Karya yaitu:
• Membentuk Dewan Nasional
• Normalisasi keadaan RI
• Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
• Perjuangan pengembalian Irian Jaya
• Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
PEMILIHAN UMUM INDONESIA 1955
Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia yang diadakan pada
tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia paling demokratis. Pemilu
tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung
kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosoewirjo. Dalam
keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di
daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini
bertujuan memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante.
Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua
kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini
dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo
mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, dan kepala pemerintahan telah dipegang oleh
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
Akhir Masa Demokrasi Liberal Di
Indonesia.
Kekacauan politik yang timbul karena pertikaian partai politik di Parlemen menyebabkan sering
jatuh bangunnya kabinet sehinggi menghambat pembangunan. Hal ini diperparah dengan Dewan
Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara
Indinesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap.
Kegagalan konstituante disebabkan karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan
partainya saja tanpa mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada Presiden
Soekarno agar mengambil kebijakan untuk mengatasi kemelut politik. Oleh karena itu pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut;
• Pembubaran Konstituante.
• Berlakunya kembali UUD 1945.
• Tidak berlakunya UUDS 1950.
• Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka
secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku lagi di Indonesia dan mulainya
sistem Presidensil dengan Demokrasi Terpimpin ala Soekarno.
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN
INTEGRASI BANGSA INDONESIA
Daud Beureuh
B. MENCARI SISTEM EKONOMI NASIONAL
1. Pemikiran Ekonomi Nasional
Pemikiran ekonomi pada 1950an pada umumnya merupakan upaya
mengembangkan struktur perekonomian kolonial menjadi perekonomian nasional.
Hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut adalah sudah berakarnya
sistem perekonomian kolonial yang cukup lama
Soemitro Djojohadikusumo berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia
pada hakekatnya adalah pembangunan ekonomi baru. Soemitro mencoba mempraktikkan
pemikirannya tersebut pada sektor perdagangan
Gagasan Soemitro kemudian dituangkan dalam program Kabinet Natsir dalam
wujud pencanangan Rencana Urgensi Perekonomian (RUP) yang sering disebut juga
dengan Plan Soemitro. Wujud dari RUP tersebut kemudian dicanangkan Program
Benteng. Sayangnya dalam pelaksanaan Program Benteng banyaknya Penyelewengan
yang terjadi.
Pada Oktober 1956 bahwa pemerintah akan memberikan lisensi khusus pada
pengusaha pribumi. Ternyata kebijakan pemerintah ini memunculkan reaksi
negatif .
Namun usul Indonesia ini tidak diterima oleh Pemerintah Belanda, sehingga
pemerintah Indonesia secara sepihak melaksanakan rancangan fineknya dengan
membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada tanggal 13 Febuari 1956 dengan tujuan
melepaskan diri dari ikatan ekonomi dengan Belanda
SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI
MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1965)
Kronologis dekrit
• 10 november 1959- dewan konstituante bersidang membuat undang-undang baru
gagal
• 21 februari 1957- presiden soekarno mengajukan “KONSEPSI PRESIDEN”
ISI KONSEPSI PRESIDEN
1. Dibentuk “KABINET GOTONG ROYONG”
yang terdiri dari wakil-wakil semua partai termasauk PKI ditambah golongan fungsional(GOLKAR)
2. Dibentuk “DEWAN NASIONAL”
Yang beranggotakan wakil-wakil semua partai dan golongan fungsional dalam masyarakat
Partai-partai yang menolak konsepsi presiden:
• Masyumi
• Nahdatul ulama
• PSII
• Partai Khatolik demokrat
• Partai rakyat indonesia
ALASAN PENOLAKAN KONSEPSI PRESIDEN
1. Hak mengubah tata negara secara radikal ada pada dewan konstituante
2. Secara prinsipial partai-partai menolak konsepsi presiden karena PKI diikutsertakan dalam pemerintahan
22 april 1959 : dihadapkan dewan konstituante presiden soekarno menganjurkan untuk kembali kepada UUD
1945
30 mei 1959 : diadakan 3 kali pemungutan suara hasilnya lebih banyak yang memilih kembali kepada UUD 1945
Tanggal 1 dan 2 juli 1959 : pengambilan suara kembali diadakan tetapi gagal menghasilkan keputusan
3 juni 1959 : Setelah 3 kali pengambilan suara gagal konstituante mengadakan rases (istirahat) ternyata itu rases
untuk selamanya
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959
• pembubaran Konstituante.
• Berlakunya kembali UUD 1945 DAN TIDAK BERLAKUNYA uuds 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS
Demokrasi terpimpin artinya : demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan(sila ke4 ) yang dilakukan(dipimpin) oleh presiden sendiri yaitu presiden
soekarno.
TINDAK LANJUT DEKRIT
• Pimpinan nasional TNI-AD mengeluarkan perintah harian untuk mengamankan dekrit
• Demokrasi liberal diganti menjadi demokrasi terpimpin
• Presiden membentuk kabinet baru dengan nama “Kabinet Raya” menggantikan kabinet djuanda
• Pembentukan lembaga-lembaga negara
• Mr.Sartono(PNI)
• Mr.Iskaq Tjokroadisuryo(PNI)
• Prawoto Mangkusasmito(masyumi)
• Sutomo (partai rakyat indonesia)
Liga Demokrasi
Anggota: PSII, Masyumi, NU, IPKI, partai katolik, parkindo, liga muslim
Setelah soekarno pulang dari luar negri, soekarno membubarkan liga
demokrasi sebagai gantinya, soekarno membentuk ( FRONT NASIONAL DAN
MUSYAWARAH PEMBANTU PIMPINAN REVOLUSI)