Anda di halaman 1dari 56

MUHAMMAD FIKRI DERMAWAN

XII MIA 1
UPAYA BANGSA INDONESIA
DALAM MENGHADAPI
ANCAMAN DISINTEGRASI
BANGSA
1. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT
DENGAN IDEOLOGI.
Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun

• Sejak merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung
pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Namun ketika
golongan kiri terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan
bergabung dengan partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi
Rakyat (FDR) yang didirikan Amir Syarifuddin pada bulan Februari 1948. Pada awal
September 1948 pimpinan PKI dipegang Muso. Berbagai upaya dilakukan oleh PKI
untuk meraih kekuasaan. Di bawah pimpinan Musso, PKI berhasil menarik partai
dan organisasi kiri dalam FDR bergabung ke dalam PKI. Partai ini lalu mendorong
dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani.
Sebagian kekuatan, kekuatan bersenjata juga berhasil masuk dalam pengaruh
mereka.
Pertempuran antara kekuatan-kekuatan bersenjata yang memihak PKI dengan
TNI mulai meletus. PKI dan kelompok pendukungnya kemudian memusatkan diri
di Madiun. Muso pun kemudian pada tanggal 18 September 1948
memproklamirkan Republik Soviet Indonesia.

Di awal pemberontakan, pembunuhan terhadap pejabat pemerintah dan para


pemimpin partai yang anti komunis terjadi. Kaum santri juga menjadi korban.
Tetapi pasukan pemerintah yang dipelopori Divisi Siliwangi kemudian berhasil
mendesak mundur pemberontak.

Puncaknya adalah ketika Muso tewas tertembak. Amir Syarifuddin juga


tertangkap. Ia akhirnya dijatuhi hukuman mati. Tokoh-tokoh muda PKI seperti
Aidit dan Lukman berhasil melarikan diri. Merekalah yang kelak di tahun 1965,
berhasil menjadikan PKI kembali menjadi partai besar di Indonesia sebelum
terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ribuan orang tewas dan
ditangkap pemerintah akibat pemberontakan Madiun ini. PKI gagal mengambil
alih kekuasaan.
GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 (G30S/PKI)
• 1. Gerakan 30 September merupakan
persoalan internal Angkatan Darat (AD)
• 2. Dalang Gerakan 30 September adalah
• Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA)
• Dikemukakan antara lain oleh Ben
Anderson, W.F.Wertheim, dan Coen
Hotsapel, teori ini menyatakan bahwa • Teori ini berasal antara lain dari tulisan
G30S hanyalah peristiwa yang timbul Peter Dale Scott atau Geoffrey
akibat adanya persoalan di kalangan AD Robinson. Menurut teori ini AS sangat
sendiri. khawatir Indonesia jatuh ke tangan
komunis. PKI pada masa itu memang
tengah kuat-kuatnya menanamkan
pengaruh di Indonesia.
• Hal ini misalnya didasarkan pada
pernyataan pemimpin Gerakan, yaitu
Letnan Kolonel Untung yang
menyatakan bahwa para pemimpin AD • Karena itu CIA kemudian bekerjasama
hidup bermewahmewahan dan dengan suatu kelompok dalam tubuh AD
memperkaya diri sehingga untuk memprovokasi PKI agar
mencemarkan nama baik AD. Pendapat melakukan gerakan kudeta. Setelah itu,
seperti ini sebenarnya berlawanan ganti PKI yang dihancurkan. Tujuan akhir
dengan kenyataan yang ada. Jenderal skenario CIA ini adalah menjatuhkan
Nasution misalnya, Panglima Angkatan kekuasaan Soekarno.
Bersenjata ini justru hidupnya
sederhana.
• 3. Gerakan 30 September • 4. Soekarno adalah dalang
merupakan pertemuan antara Gerakan 30 September. Teori
kepentingan Inggris-AS. yang dikemukakan

antara lain oleh Anthony Dake dan


• Menurut teori ini G30S adalah John Hughes ini beranjak dari asumsi
titik temu antara keinginan bahwa Soekarno berkeinginan
Inggris yang ingin sikap melenyapkan kekuatan oposisi
konfrontatif Soekarno terhadap terhadap dirinya, yang berasal dari
Malaysia bisa diakhiri melalui sebagian perwira tinggi AD. Karena
penggulingan kekuasaan PKI dekat dengan Soekarno, partai
Soekarno, dengan keinginan AS
agar Indonesia terbebas dari inipun terseret. Dasar teori ini antara
komunisme. Dimasa itu, lain berasal dari kesaksian Shri Biju
Soekarno memang tengah Patnaik, seorang pilot asal India yang
gencar melancarkan provokasi menjadi sahabat banyak pejabat
menyerang Malaysia yang Indonesia sejak masa revolusi. Ia
dikatakannya sebagai negara mengatakan bahwa pada 30
boneka Inggris. Teori September 1965 tengah malam
dikemukakan antara lain oleh Soekarno memintanya untuk
Greg Poulgrain. meninggalkan Jakarta sebelum subuh
• 6. Dalang Gerakan 30
September adalah
• 5. Tidak ada pemeran tunggal dan
skenario besar dalam peristiwa
PKI
Gerakan 30 September (teori chaos).

• Dikemukakan antara lain oleh John D. • Menurut teori ini tokoh-tokoh PKI
Legge, teori ini menyatakan bahwa tidak adalah penanggungjawab peristiwa
ada dalang tunggal dan tidak ada kudeta, dengan cara memperalat unsur-
skenario besar dalam G30S. Kejadian ini unsur tentara. Dasarnya adalah
hanya merupakan hasil dari perpaduan serangkaian kejadian dan aksi yang telah
antara, seperti yang disebut Soekarno : dilancarkan PKI antara tahun 1959-1965.
“unsur-unsur Nekolim (negara Barat), Dasar lainnya adalah bahwa setelah
pimpinan PKI yang keblinger serta G30S, beberapa perlawanan bersenjata
oknum-oknum ABRI yang tidak benar”. yang dilakukan oleh kelompok yang
Semuanya pecah dalam improvisasi di menamakan diri CC PKI sempat terjadi di
lapangan. Blitar Selatan, Grobogan, dan Klaten.

UPAYA BANGSA INDONESIA
MENGHADAPI DESINTEGRASI
BANGSA
2. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT
DENGAN KEPENTINGAN.
2. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT
DENGAN KEPENTINGAN.

A. Peristiwa Andi Aziz


Seperti halnya pemberontakan APRA di
Bandung, peristiwa Andi Aziz berawal dari
tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya
yang berasal dari KNIL (pasukan Belanda di
Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia
agar hanya mereka yang dijadikan pasukan
APRIS di Negara Indonesia Timur (NIT). Ketika
akhirnya tentara Indonesia benar-benar
didatangkan ke Sulawesi Selatan dengan
tujuan memelihara keamanan, hal ini
menyulut ketidakpuasan di kalangan pasukan
Andi Aziz.

Ada kekhawatiran dari kalangan tentara


KNIL bahwa mereka akan diperlakukan secara
diskriminatif oleh pimpinan APRIS/TNI.
Pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi Aziz ini
kemudian bereaksi dengan menduduki
beberapa tempat penting, bahkan menawan
Panglima Teritorium (wilayah) Indonesia
Timur, Pemerintahpun bertindak tegas
dengan mengirimkan pasukan dibawah
pimpinan Kolonel Alex Kawilarang
B.Pemberontaka
n Republik
Maluku
Selatan (RMS)

Pemberontakan RMS dilakukan


dengan tujuan memisahkan diri dari
Republik Indonesia dan menggantinya
dengan negara sendiri.
Diproklamasikan oleh mantan Jaksa
Agung Negara Indonesia Timur, Dr.
Ch.R.S. Soumokil pada April 1950, RMS
didukung oleh mantan pasukan KNIL.
Upaya penyelesaian secara damai
awalnya dilakukan oleh pemerintah
Indonesia, yang mengutus dr. Leimena
untuk berunding. Namun upaya ini
mengalami kegagalan. Pemerintahpun
langsung mengambil tindakan tegas,
dengan melakukan operasi militer di
bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.
3. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAIT
DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN.

• Pemberontakan PRRI dan Permesta


• Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di
dalam tubuh Angkatan Darat, berupa kekecewaan atas minimnya kesejahteraan
tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer untuk
menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Persoalan kemudian ternyata malah
meluas pada tuntutan otonomi daerah. Ada ketidakadilan yang dirasakan beberapa
tokoh militer dan sipil di daerah terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak
adil dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan
pembentukan dewan-dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada
Desember 1956 dan Februari 1957, seperti :
• a. Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
• b. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
• c. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
• d. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
• Bagi Syafruddin, pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya untuk menyelamatkan
negara Indonesia, dan bukan memisahkan diri. Apalagi PKI saat itu mulai memiliki
pengaruh di pusat. Tokoh-tokoh sipil yang ikut dalam PRRI sebagian memang
berasal dari partai Masyumi yang dikenal anti PKI. Berita proklamasi PRRI ternyata
disambut dengan antusias pula oleh para tokoh masyarakat Manado, Sulawesi
Utara. Kegagalan musyawarah dengan pemerintah, menjadikan mereka
mendukung PRRI, mendeklarasikan Permesta sekaligus memutuskan hubungan
dengan pemerintah pusat (kabinet Juanda). Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu
langsung bertindak tegas. Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak
yang diam-diam ternyata didukung Amerika Serikat. AS berkepentingan dengan
pemberontakan ini karena kekhawatiran mereka terhadap pemerintah pusat
Indonesia yang bisa saja semakin dipengaruhi komunis. Pada tahun itu juga
pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil dipadamkan.
SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK
DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI
PARLEMENTER (1950-1959)
MASA DEMOKRASI LIBERAL
INDONESIA 1950-1959
Demokrasi Liberal
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi
parlementer-liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat dan masa ini
disebut Masa Demokrasi Liberal. Indonesia sendiri pada tahun 1950an terbagi
menjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi berdasarkan Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) yang juga bernafaskan liberal.
Secara umum, demokrasi liberal adalah salah satu bentuk sistem
pemerintahan yang berkiblat pada demokrasi. Demokrasi liberal berarti
demokrasi yang liberal. Liberal disini dalam artian perwakilan atau
representatif.
Dengan pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan Republik Indonesia
dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang
perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem multi
partai pada masa demokrasi liberal mendorong untuk lahirnya banyak partai-
partai politik dengan ragam ideologi dan tujuan politik.
Demokrasi Liberal sendiri berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam
kenyataanya bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demokrasi Liberal tidak cocok
dan tidak sesuai dengan kehidupan politik bangsa Indonesia yang majemuk.
PELAKSANAAN PEMERINTAH

Tahun 1950-1959 merupakan masa memanasnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia.
Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI
dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR (Parlemen). Dalam waktu lima tahun (1950 -
1955) PNI dan Masyumi secara bergantian memegang hegemoni poltik dalam empat kabinet yang
pernah berlaku. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;
KABINET NATSIR
(6 SEPTEMBER 1950 – 21 MARET 1951)

Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk Sartono (Ketua
PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah
bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951). Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik
Djojosukatro dari PNI dan Soekiman Wijosandjojo dari Masyumi sebagai formatur dan berhasil
membentuk kabinet koalisi Masyumi-PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman-
Soewirjo.
Tujuan program ini sendiri
tidak dapat tercapai dengan
baik meskipun anggaran yang
digelontorkan pemerintah
cukup besar. Kegagalan
program ini disebabkan
karena :

• Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing


dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka
sistem ekonomi liberal.
• Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang
cenderung konsumtif.
Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
• Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada
• Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman. pemerintah.
• Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan • Para pengusaha kurang mandiri untuk
susunan pemerintahan. mengembangkan usahanya.
• Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang. • Para pengusaha ingin cepat mendapatkan
keuntungan besar dan menikmati cara hidup
• Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat. mewah.
• Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat. • Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan
mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang
mereka peroleh.
2. KABINET SUKIMAN
(27 APRIL 1951 – 3 APRIL 1952)

Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk Sartono (Ketua
PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah
bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951). Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik
Djojosukatro dari PNI dan Soekiman Wijosandjojo dari Masyumi sebagai formatur dan berhasil
membentuk kabinet koalisi Masyumi-PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman-
Soewirjo.
Program pokok dari Kabinet
Soekiman adalah:

• Menjamin keamanan dan


ketentraman
• Mengusahakan kemakmuran rakyat
dan memperbaharui hukum agraria
agar sesuai dengan kepentingan
petani.
• Mempercepat persiapan pemilihan
umum.
• Menjalankan politik luar negeri
secara bebas aktif serta
memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayah RI secepatnya.
• Menyiapkan undang – undang
tentang pengakuan serikat buruh,
perjanjian kerja sama, penetapan
upah minimum, dan penyelesaian
pertikaian buruh.
KABINET WILOPO
(3 APRIL 1952 – 3 JUNI 1953)

Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja
selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo,
sehingga bernama Kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo
adalah:
• Program dalam negeri:
• Menyelenggarakan pemilihan umum
untuk memilih Dewan Konstituante,
DPR, dan DPRD
• Meningkatkan kemakmuran rakyat,
• Meningkatkan pendidikan rakyat, dan • Program luar negeri:

• Pemulihan stabilitas keamanan • Penyelesaian masalah hubungan


negara Indonesia-Belanda,
• Pengembalian Irian Barat ke
pangkuan Indonesia, serta
• Menjalankan politik luar negeri yang
bebas-aktif.
KABINET ALI SASTROAMIJOYO I
(31 JULI 1953 – 12 AGUSTUS 1955)

Kabinet Ali Sastroamidjojo yang terbentuk pada 31 Juli 1953 merupakan kabinet ke-empat yang
dibentuk selama Masa Demokrasi Liberal. Kabinet ini mendapatkan dukungan banyak partai di
Parlemen, termasuk Partai Nahdlatul Ulama (NU). Kabinet ini diketuai oleh PM. Ali Sastroamijoyo dan
Wakil PM. Mr. Wongsonegoro dari Partai Indonesia Raya (PIR).
Program pokok dari Kabinet
Ali Sastroamijoyo I:
• Meningkatkan keamanan
dan kemakmuran
• Menyelenggarakan Pemilu
dengan segera
• Pembebasan Irian Barat
secepatnya
• Pelaksanaan politik bebas- Dalam menjalankan fungsinya, kabinet ini berhasil
aktif melakukan suatu prestasi yaitu:
• Merampungkan persiapan pemilu yang akan
• Peninjauan kembali diselenggarakan 29 September 1955
persetujuan KMB. • Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA)
pada tahun 1955
• Penyelesaian pertikaian
politik.
KABINET BURHANUDDIN HARAHAP
(12 AGUSTUS 1955 – 3 MARET 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin Harahap berasal dari
Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.

Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:


• Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat
kepada pemerintah.
• Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya
parlemen baru
• Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
• Perjuangan pengembalian Irian Barat
• Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Pemilu yang dilakukan pada tahun
1955 menghasilkan 4 partai besar di
Parlemen yaitu, PNI, NU, Masyumi,
dan PKI. Pemilu itu diikuti oleh 27
dari 70 partai yang lolos seleksi.
` Kabinet Burhanuddin Harap ini Kabinet ini mengalami ganggung
mencatatkan sejumlah keberhasilan ketika kebijakan yang diambil
dalam menjalankan fungsinya, seperti: berdampak pada banyaknya mutasi
• Keberhasilan menyelenggarakan Pemilu dalam lingkungan pemerintahan
pada 29 September 1955 untuk memilih yang dianggap menimbulkan
anggota DPR dan 15 Desember untuk ketidaktenangan. Kabinet ini sendiri
memilih Dewan Konstituante. mengembalikan mandatnya kepada
• Membubarkan Uni Indonesia-Belanda Presiden Soekarno ketika anggota
Parlemen yang baru kurang
• Menjalin hubungan yang harmonis memberikan dukungan kepada
dengan Angkatan Darat
kabinet.
• Bersama dengan Polisi Militer melakukan
penangkapan para pejabat tinggi yang
terlibat korupsi
Pada tanggal 20 Maret 1956, didukung oleh tiga partai besar di Parlemen: PNI, NU, dan
Masyumi. Ali Sastroamijoyo mendapatkan mandat untuk kedua kalinya membentuk
KABINET ALI SASTRAMOJOYO II
kabinet.
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini
(20 MARET 1956
disebut – 4 MARET
Rencana Pembangunan
sebagai berikut:
1957)
Lima Tahun yang memuat program jangka panjang,

• Perjuangan pengembalian Irian Barat


• Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-
anggota DPRD.
• Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
• Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
• Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
• Pembatalan KMB
• Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik
luar negeri bebas aktif
• Melaksanakan keputusan KAA.
KABINET DJUANDA
(9 APRIL 1957- 5 JULI 1959)
Kabinet baru kemudian dipimpin oleh Ir. Djuanda yang kemudian membentuk kabinet yang terdiri dari
para menteri yang ahli dalam bidangnya. Kabinet ini dikenal dengan istilah Zaket Kabinet karena harus
berisi unsur ahli dan golongan intelektual dan tidak adanya unsur partai politik di dalamnya.

Program pokok dari Kabinet Djuanda dikenal sebagai Panca Karya yaitu:
• Membentuk Dewan Nasional
• Normalisasi keadaan RI
• Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
• Perjuangan pengembalian Irian Jaya
• Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
PEMILIHAN UMUM INDONESIA 1955
Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia yang diadakan pada
tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia paling demokratis. Pemilu
tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung
kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosoewirjo. Dalam
keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di
daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini
bertujuan memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante.
Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua
kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini
dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo
mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, dan kepala pemerintahan telah dipegang oleh
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
Akhir Masa Demokrasi Liberal Di
Indonesia.
Kekacauan politik yang timbul karena pertikaian partai politik di Parlemen menyebabkan sering
jatuh bangunnya kabinet sehinggi menghambat pembangunan. Hal ini diperparah dengan Dewan
Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara
Indinesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap.
Kegagalan konstituante disebabkan karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan
partainya saja tanpa mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada Presiden
Soekarno agar mengambil kebijakan untuk mengatasi kemelut politik. Oleh karena itu pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut;
• Pembubaran Konstituante.
• Berlakunya kembali UUD 1945.
• Tidak berlakunya UUDS 1950.
• Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka
secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku lagi di Indonesia dan mulainya
sistem Presidensil dengan Demokrasi Terpimpin ala Soekarno.
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN
INTEGRASI BANGSA INDONESIA

Muso bersama amir PKI memberontak


syarifuddin menyatukan karena menginginkan
berbagai kelompok kiri ke indonesia menjadi
dalam PKI negara komunis
1. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi
a) Pemberontakan PKI Madiun
Upaya penumpasan
18 september 1948 PKI
dilakukan divisi
dimadiun mengumumkan
siliwangi 1 & 2
terbentuknya pemerintah
pimpinan kol
front nasional bagi
sungkono & kol gatot
karesidenan madiun
subroto
b) Pemberontakan DI/TII
Kartosuwiryo memproklamirkan NII pada 7 agustus 1949 berawal dari isi
perjanjian renville yang mengharuskan menarik pasukannya yang berada di dalam
garis van mook keputusan ini mengharuskan pemerintahan RI menarik pasukan divisi
siliwangi keluar dari wilayah dabar yang dikuasai belanda

Kartosuwiryo menolak hadil renville, pemberontakan dipimpin oleh


kartosuwiryo & 4 orang lainnya didaerah yang berbeda.

Untuk mewujudkan cita-citanya yaitu mendirikan negara islam indonesia, ia


mendirikan pesantren di garut yang juga dijadikan tempat latihan kemiliteran. Setelah
memiliki banyak pengikut didirikan tentara islam indonesia operasi penumpasan ;
operasi baratayudha.

amir fatah operasi penumpasan ; operasi gerakan benteng negara


Ibnu hajar Mantan TNI yang membelot dengan membentuk KRYT

Daud Beureuh
B. MENCARI SISTEM EKONOMI NASIONAL
1. Pemikiran Ekonomi Nasional
Pemikiran ekonomi pada 1950an pada umumnya merupakan upaya
mengembangkan struktur perekonomian kolonial menjadi perekonomian nasional.
Hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut adalah sudah berakarnya
sistem perekonomian kolonial yang cukup lama
Soemitro Djojohadikusumo berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia
pada hakekatnya adalah pembangunan ekonomi baru. Soemitro mencoba mempraktikkan
pemikirannya tersebut pada sektor perdagangan
Gagasan Soemitro kemudian dituangkan dalam program Kabinet Natsir dalam
wujud pencanangan Rencana Urgensi Perekonomian (RUP) yang sering disebut juga
dengan Plan Soemitro. Wujud dari RUP tersebut kemudian dicanangkan Program
Benteng. Sayangnya dalam pelaksanaan Program Benteng banyaknya Penyelewengan
yang terjadi.
Pada Oktober 1956 bahwa pemerintah akan memberikan lisensi khusus pada
pengusaha pribumi. Ternyata kebijakan pemerintah ini memunculkan reaksi
negatif .

Pemerintah melakukan upaya untuk menguatkan perekonomian Indonesia.


Pada Tanggal 20 Maret 1950, Menteri Keuangan, Syafrudin Prawiranegara,
mengambil kebijakan memotong uang dengan memberlakukan nilai setengahnya
untuk mata uang yang mempunyai nominal Rp2,50 ke atas. Kebijakan ini dikenal
dengan istilah Gunting Syafrudin.

Program pembangunan rencana lima tahun pertama kali dijalankan pada


masa Kabinet Ali Sastroamidjojo II. Tujuan dari Rencana Lima Tahun adalah
mendorong munculnya industri besar, munculnya perusahaan-perusahaan yang
melayani kepentingan umum dan jasa pada sektor publik yang hasilnya
diharapkan mampu mendorong penanaman modal dalam sektor swasta.
Sejak tahun 1957 nasionalisasi yang dilakukan pemerintah terbagi dalam dua
tahap; pertama, tahap pengambilalihan, penyitaan dan penguasaan atau sering
disebut “di bawah pengawasan”. Kedua, pemerintah mulai mengambil kebijakan
yang pasti, yakni perusahaan-perusahaan yang diambil alih itu kemudian
dinasionalisasikan. Tahap ini dimulai pada Desember 1958 dengan dikeluarkannya
UU tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik
Belanda di Indonesia.

2. Sistem Ekonomi Liberal


Sesudah pengakuan kedaulatan, Pemerintah Indonesia menanggung beban
ekonomi dan keuangan yang cukup berat dampak dari disepakatinya ketentuan-
ketentuan KMB, yaitu meningkatnya nilai utang Indonesia, baik utang luar negeri
maupun utang dalam negeri.

Permasalahan jangka pendek yang dihadapi pemerintah Indonesia saat itu


adalah tingginya jumlah mata uang yang beredar dan meningkatnya biaya hidup.
Permasalahan jangka panjang yang dihadapi pemerintah adalah pertambahan jumlah
penduduk dengan tingkat hidup yang rendah.
Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap, Indonesia mengirim
delegasi ke Belanda dengan misi merundingkan masalah Finansial Ekonomi
(Finek). Perundingan ini dilakukan pada tangal 7 Januari 1956. Rancangan
persetujuan Finek yang diajukan Indonesia terhadap pemerintah Belanda adalah
sebagai berikut:

1. Pembatalan Persetujuan Finek hasil KMB


2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral
3.Hubungan finek didasarkan atas undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh
perjanjian lain.

Namun usul Indonesia ini tidak diterima oleh Pemerintah Belanda, sehingga
pemerintah Indonesia secara sepihak melaksanakan rancangan fineknya dengan
membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada tanggal 13 Febuari 1956 dengan tujuan
melepaskan diri dari ikatan ekonomi dengan Belanda
SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI
MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1965)

Diawali dengan dekrit presiden 5 juli

Latar belakang dekrit presiden 5 juli 1959


• Kegagalan merumuskan UUD baru
• Jalan bantu kembali ke UUD 1945

Kronologis dekrit
• 10 november 1959- dewan konstituante bersidang membuat undang-undang baru
gagal
• 21 februari 1957- presiden soekarno mengajukan “KONSEPSI PRESIDEN”
ISI KONSEPSI PRESIDEN
1. Dibentuk “KABINET GOTONG ROYONG”
yang terdiri dari wakil-wakil semua partai termasauk PKI ditambah golongan fungsional(GOLKAR)
2. Dibentuk “DEWAN NASIONAL”
Yang beranggotakan wakil-wakil semua partai dan golongan fungsional dalam masyarakat
Partai-partai yang menolak konsepsi presiden:
• Masyumi
• Nahdatul ulama
• PSII
• Partai Khatolik demokrat
• Partai rakyat indonesia
ALASAN PENOLAKAN KONSEPSI PRESIDEN
1. Hak mengubah tata negara secara radikal ada pada dewan konstituante
2. Secara prinsipial partai-partai menolak konsepsi presiden karena PKI diikutsertakan dalam pemerintahan

22 april 1959 : dihadapkan dewan konstituante presiden soekarno menganjurkan untuk kembali kepada UUD
1945
30 mei 1959 : diadakan 3 kali pemungutan suara hasilnya lebih banyak yang memilih kembali kepada UUD 1945
Tanggal 1 dan 2 juli 1959 : pengambilan suara kembali diadakan tetapi gagal menghasilkan keputusan
3 juni 1959 : Setelah 3 kali pengambilan suara gagal konstituante mengadakan rases (istirahat) ternyata itu rases
untuk selamanya
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

• pembubaran Konstituante.
• Berlakunya kembali UUD 1945 DAN TIDAK BERLAKUNYA uuds 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS

Demokrasi terpimpin artinya : demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan(sila ke4 ) yang dilakukan(dipimpin) oleh presiden sendiri yaitu presiden
soekarno.
TINDAK LANJUT DEKRIT
• Pimpinan nasional TNI-AD mengeluarkan perintah harian untuk mengamankan dekrit
• Demokrasi liberal diganti menjadi demokrasi terpimpin
• Presiden membentuk kabinet baru dengan nama “Kabinet Raya” menggantikan kabinet djuanda
• Pembentukan lembaga-lembaga negara

Lembaga-lembaga negara(tercantum dalam UUD45 maupun tidak)


• MPR(S)
• DPA
• DPR GR (GOTONG ROYONG)
• Front Nasional
PROGRAM KABINET KARYA(KERJA)
• Keamanan dalam negri
• Pembebasan irian barat
• Peningkatan sandang pangan

TINDAKAN SOEKARNO TERHADAP ABRI

• TNI dan Polisi disatukan tahun 1946


• Presiden soekarno melakukan politik imbangan (balance of power)antara sesama ABRI
• Presiden menciptakan kondisi “unggul mengungguli, baik antar angkatan maupun ABRI dengan partai politik
• Presiden soekarno adalah panglima tertinggi di dalam ABRI
SEMBOYAN PRESIDEN SOEKARNO
Politik adalah diatas segala-galanya politik adalah panglima
Demokrasi terpimpin banyak mendapat tantangan yaitu:

• Mr.Sartono(PNI)
• Mr.Iskaq Tjokroadisuryo(PNI)
• Prawoto Mangkusasmito(masyumi)
• Sutomo (partai rakyat indonesia)

Liga Demokrasi
Anggota: PSII, Masyumi, NU, IPKI, partai katolik, parkindo, liga muslim
Setelah soekarno pulang dari luar negri, soekarno membubarkan liga
demokrasi sebagai gantinya, soekarno membentuk ( FRONT NASIONAL DAN
MUSYAWARAH PEMBANTU PIMPINAN REVOLUSI)

Pada masa demokrasi terpimpin ada 3 kekuatan politik yaitu:


1. Presiden soekarno
2. PKI
3. TNI AD

Soekarno lebih membela PKI


• Nasakom
• Presiden banyak mengangkat wakil-wakil PKI duduk dalam kursi
pemerintahan
• Ajaran komunis mendapat kesempatan berkembang lewat jalur persekolahan
• TNI yang memberantas PKI justru mendapat kecaman dari soekarno

Para pendukkung pancasila berupaya menarik perhatian soekarno dengan cara


membentuk
1. Barisan pendukung soekarno
2. Partai murba
Bidang politik Bidang ekonomi

Membubarkan DPR hasil pemilu Melaksanakan ekonomi


1955 dengan dasar penpres no terpimpin dimana presiden
3/1959 dan membentuk DPR-GR terjun langsung mengatur
dengan dasar penpres no 4/1960 ekonomi yang terpusat pada
pemerintah pusat, perekonomian
Membubarkan MPR dan terpusat pada satu tangan
membentuk MPRS dengan dasar
penetapan presiden no 2 tahun Akibat : perekonomian lesu
1959 bahkan inflasi yang sangat tajam
pada tahun 1965 yang mencapai
650%

Sebab kegagalan ekonomi :


1. Presiden langsung terjun dan
mengatur perekonomian
2. Tidak ada ukuran yang obyektif
dalam menilai suatu usaha atau
hasil lain

Anda mungkin juga menyukai