Dengan pernyataan tersebut, jelas bahwa PKI bertujuan menggeser dasar negara Pancasila dan
menggantikan dengan dasar komunisme. PKI kemudian semakin giat menyusun kekuatan untuk
mempersiapkan pemberontakan dan pengkhianatan.
Persiapan-persiapan dilakukan baik ke dalam maupun ke luar. Tindakan ke luar negeri berusaha untuk
membelokkan politik luar negeri yang bebas dan aktif yang condong ke blok komunis, sedangkan
tindakan ke dalam negeri meliputi berbagai bidang.
1) TNI dipandang PKI sebagai penghalang utama dalam
mencapai tujuannya, maka PKI mengadakan pengacauan-
pengacauan terhadap rakyat yang dikenal dengan aksi
sepihak. Hal ini dilakukan untuk menguji kekuatan TNI.
Namun, pertentangan antara PKI dan AD masuk pada puncaknya. Pelda Soejono
yang berusaha untuk menghentikan penyerobotan tanah perkebunan tewas
dibunuh oleh sekelompok orang dari BPI dalam peristiwa Bandar Betsy di
Sumatera Utara.
Jenderal Ahmad Yani menuntut agar mereka yang terlibat dalam peristiwa
Bandar Betsy diadili. Sementara itu di Mangpingan, PKI berusaha mengambil alih
secara paksa tanah wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 Hektar.
Peristiwa G30S PKI
Suasana pertentangan antara PKI dan AD beserta golongan lain
non PKI semakin memanas. Menjelang tanggal 30 September
1965. Apalagi pada bulan Juli sebelumnya, Soekarno tiba-tiba
jatuh sakit. Tim dokter Cina yang didatangkan DN Aidit untuk
memeriksa Soekarno menyimpulkan bahwa Presiden RI tersebut
kemungkinan akan meninggal atau lumpuh.
Pada tanggal 2 Oktober, Bandara Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD
di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada
pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3 Oktober 1965