Anda di halaman 1dari 32

OM SWASTYASTU

PERISTIWA G30S PKI


KELOMPOK 1
1. A.A Gede Guna W. (01)
2. Cok Bagus Danan (05)
3. Made Brama Atmaja (11)
4. Dwi Yuni Putri (18)
5. Rita Rusitadewi (25)
6. Rai Sekar Widhi (36)
Latar Belakang G 30 S/PKI
Pada masa demokrasi terpimpin lembaga-lembaga negara harus berintikan Nasakom, maka telah
terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Ditetapkannya Manipol sebagai satu-satunya revolusi Indonesia, akhirnya dimanfaatkan oleh PKI untuk
mengesampingkan Pancasila seperti yang dinyatakan oleh pimpinan PKI. D.N. Aidit bahwa “Pancasila
dibutuhkan hanya alat pemersatu. Jika rakyat sudah bersatu, maka Pancasila tidak diperlukan lagi “.

Dengan pernyataan tersebut, jelas bahwa PKI bertujuan menggeser dasar negara Pancasila dan
menggantikan dengan dasar komunisme. PKI kemudian semakin giat menyusun kekuatan untuk
mempersiapkan pemberontakan dan pengkhianatan.
Persiapan-persiapan dilakukan baik ke dalam maupun ke luar. Tindakan ke luar negeri berusaha untuk
membelokkan politik luar negeri yang bebas dan aktif yang condong ke blok komunis, sedangkan
tindakan ke dalam negeri meliputi berbagai bidang.
1) TNI dipandang PKI sebagai penghalang utama dalam
mencapai tujuannya, maka PKI mengadakan pengacauan-
pengacauan terhadap rakyat yang dikenal dengan aksi
sepihak. Hal ini dilakukan untuk menguji kekuatan TNI.

Aksi sepihak ini dilakukan ormas PKI yaitu Barisan Tani


Indonesia (BTI) di Boyolali (Jawa Tengah) dan di Bandar Besty
(Sumatra Timur) dengan merampas tanah-tanah milik orang
lain dan dibagikan kepada anggota BTI (Land Reform).

Aksi ini menimbulkan keributan dan kerusuhan di


masyarakat, sehingga TNI dan polisi mengambil tindakan
tegas untuk meredakan kerusuhan.
Bidang Politik dan Militer
2) PKI mengusulkan kepada pemerintah untuk
membentuk angkatan kelima, di samping keempat
angkatan dalam ABRI yang telah ada (AD, AL, AU dan
kepolisian).

Angkatan kelima terdiri atas anggota-anggota organisasi


massa yang dipersenjatai. Tujuannya jelas, agar PKI
mempunyai kekuatan bersenjata untuk menandingi ABRI.
Usul PKI ini ditolak oleh ABRI, maka usaha PKI gagal.

3) PKI berusaha menghancurkan lawan-lawan politiknya. Di


antara partai-partai politik yang masih berani menghadapi
teror PKI adalah Partai Murba. PKI berhasil mempengaruhi
presiden, sehingga Partai Murba dibubarkan (1964).
Di samping itu PKI berhasil memecah belah PNI yaitu:
a) PNI yang dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo dan Ir. Surakhman merupakan PNI
yang terpengaruh oleh PKI.
b) PNI yang dipimpin oleh Osa Maliki dan Prof. Usep Ranawijaya merupakan
PNI yang berhaluan marhaenis sejati.

4) PKI mengajukan tuntutan kepada presiden untuk membentuk


kabinet Nasakom. Tuntutan itu dikabulkan, namun orang-orang
PKI tidak memegang suatu departemen. Mereka hanya sebagai
menteri negara (menteri tanpa potofolio).
5) Di bidang militer PKI berusaha untuk
mendoktrinasikan perwira-perwira dengan ajaran
komunisme dan menyusup di kalangan ABRI.

6) PKI menyebarkan isu tentang “Dewan


Jenderal” yang akan memberontak terhadap
pemerintah.

7) PKI mengadakan latihan militer yang diikuti oleh


Pemuda Rakyat dan
Dalam bidang sosial dan budaya, PKI berusaha mendominasi kegiatan-
kegiatan dengan mendirikan organisasi massa, di antaranya adalah :

1) Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) Lekra adalah lembaga kesenian


yang dibentuk oleh PKI dalam rangka menanamkan ajaran-ajaran komunis.

2) Pemuda Rakyat (PR)

3) Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)

4) Barisan Tani Indonesia (BTI)


Juli 1960: PKI Melancarkan Kecaman

Pada Juli tahun 1960 PKI melancarkan kecaman-


kecaman kepada kabinet dan juga tentara. Ketika
tentara bereaksi, Soekarno segera turun tangan
sampai persoalan ini sementara selesai. Hal itu
malah menjadikan hubungan antara Soekarno dan
PKI semakin dekat.
Agustus 1960: Partai Masyumi dan
Partai Sosialis Indonesia
Dibubarkan
Bulan Agustus tahun 1960, Masyumi
dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang
merupakan partai pesaing PKI
dibubarkan pemerintah.

PKI pun semakin giat melakukan


mobilisasi massa untuk meningkatkan
pengaruh dan memperbanyak
anggota. Partai-partali lainnya seperti
NU dan PNI pun dilumpuhkan.
Tahun 1963: PKI Mendesak Untuk Kekuasaan
Persaingan pun semakin
sengit. PKI berusaha Sedangkan di daerah
mendesak untuk Pada tahun persoalan yang muncul
mendapatkan kekuasaan sebelumnya partai ini lebih pelik karena
yang semakin besar. umumnya hanya bersinggungan dengan
Oleh karena itu, PKI melancarkan kritik konflik yang lebih
melakukan strategi radikal. Aksi ini
untuk mencapai terhadap pemerintah merupakan aksi
tujuannya. Di tingkat khususnya para pengambilalihan tanah
pusat Partai Komunis menteri yang
Indonesia mulai milik pihak-pihak mapan
berusaha secara mempunyai di desa dengan paksa
sungguh-sungguh untuk pandangan politik yang dan menolak janji bagi
duduk di dalam kabinet. beda dengan PKI. hasil yang sama.
Selama tahun 1964 perlawanan terhadap
aksi sepihak semakin lama semakin kuat.
Hubungan antara PKI dan AD (Angkatan
Darat) semakin memanas.
Sindiran dan kritik dilontarkan kepada
petinggi AD.
Tahun 1965: Menyerang Pejabat Anti PKI
Pada bulan awal-awal tahun 1945, PKI menyerang para pejabat
yang anti dengan PKI dengan menuduh “Kapitalis Birokrat
Korup!". Unsur pembentukan angkatan ke 5 selain Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Polisi yang dikemukakan
oleh PKI diakui memang semakin memperkeruh suasana terutama
dalam hubungan antara PKI dan AD. Tentara telah membayangkan
bagaimana 21 Juta tani dan buruh bersenjata bebas dari
pengawasan mereka.

Gagasan ini berarti pengukuhan aksi politik yang matang.


Bermuara pada dominasi PKI yang hendak mendirikan
pemerintahan komunis yang pro dengan RRC ( Republik Rakyat
Cina) di Indonesia. Usulan ini pada akhirnya memang gagal
direalisasikan.
Isu Dewan Jenderal AD
PKI kemudian meniupkan isu tentang adanya Dewan Jenderal di kubu Angkatan
Darat yang sedang mempersiapkan sebuah kudeta.

Namun, pertentangan antara PKI dan AD masuk pada puncaknya. Pelda Soejono
yang berusaha untuk menghentikan penyerobotan tanah perkebunan tewas
dibunuh oleh sekelompok orang dari BPI dalam peristiwa Bandar Betsy di
Sumatera Utara.

Jenderal Ahmad Yani menuntut agar mereka yang terlibat dalam peristiwa
Bandar Betsy diadili. Sementara itu di Mangpingan, PKI berusaha mengambil alih
secara paksa tanah wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 Hektar.
Peristiwa G30S PKI
Suasana pertentangan antara PKI dan AD beserta golongan lain
non PKI semakin memanas. Menjelang tanggal 30 September
1965. Apalagi pada bulan Juli sebelumnya, Soekarno tiba-tiba
jatuh sakit. Tim dokter Cina yang didatangkan DN Aidit untuk
memeriksa Soekarno menyimpulkan bahwa Presiden RI tersebut
kemungkinan akan meninggal atau lumpuh.

Maka dalam rapat politik biro PKI pada tanggal 28 September


1965. Pimpinan PKI pun memutuskan untuk bergerak. Dipimpin
oleh Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI.
Pasukan pemberontak melaksanakan Gerakan 30 September atau
Peristiwa G30S PKI dengan menculik dan juga membunh para
Jenderal dan perwira di pagi buta pada tanggal 1 Oktober 1965.
Jenazah para korban kemudian dimasukan ke dalam sumur tua
yang berada di daerah lubang buaya Jakarta.
7 Jenderal Korban PKI
Tujuan G30SPKI
Tujuan dari Pemberontakan G30S/PKI itu
sendiri adalah untuk:Mengubah ideologi dan
dasar negara Republik Indonesia dari
Pancasila menjadi Komunis dan juga
merebut pemerintahan dari Pemerintah
Republik Indonesia pada saat itu.
PENUMPASAN G30S PKI
1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai
sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari.
Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat
Telekomunikasi dapat direbut kembali
tanpa pertumpahan darah oleh satuan
RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo
Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328
Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri.
Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI
berada di sekitar Halim Perdana Kusuma,
sasaran diarahkan ke sana.
2 Oktober 1965

Pada tanggal 2 Oktober, Bandara Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD
di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada
pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3 Oktober 1965

• Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan


RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil
menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha
pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk
Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G
30 S/PKI yang berhasil melarikan diri, didapat
keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut
dibawa ke Lubang Buaya. Setelah daerah tersebut
diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3
Oktober 1965 ditemukan tempat para perwira yang
diculik dan dibunuh tersebut. Mayat para perwira itu
dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris
tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12
meter, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur
Lubang Buaya.
4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang
Buaya dilanjutkan kembali (karena ditunda pada
tanggal 3 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan
hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO –
AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD,
Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat
diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya
kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang
menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa
kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.

( pengangkatan jenazah Brigjen Soetojo )


• 5-6 Oktober 1965
Pada tanggal 5 oktober, para
jenazah perwira yang gugur
disemayamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata, dan pada tanggal
6 Oktober, dengan surat keputusan
pemerintah yang diambil dalam
Sidang Kabinet Dwikora, para
perwira TNI – AD tersebut
ditetapakan sebagai Pahlawan
Revolusi.
Setelah menghilang selama beberapa bulan
setelah kegagalan G 30 S/PKI, akhirnya, pada
tanggal 11 oktober 1965 Letkol Untung bin
Syamsuri dapat ditangkap. Beliau merupakan
komandan kompi batalyon 454 yang merupakan
kekuatan militer pada saat meletusnya G 30
S/PKI. Beliau lalu diadili dan dieksekusi tanggal
6 Maret 1966.
Dampak dari G30S/PKI
Dampak Politik

Kondisi politik Indonesia semakin tidak


Presiden Soekarno kehilangan
stabil sebab muncul pertentangan dalam
kewibawaannya di mata rakyat Indonesia.
lembaga tinggi negara.

Sikap pemerintah yang belum dapat mengambil


keputusan untuk membubarkan PKI sehingga
menimbulkan kemarahan rakyat.
Munculnya aksi demonstrasi secara besar-
besaran yang dilakukan rakyat beserta mahasiswa
yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi
Pemerintah mengadakan reshuffle
Mahasiswa Indonesia) , KAPPI (Kesatuan Aksi
(pembaharuan) terhadap Kabinet Dwikora
Pemuda Pelajar Indonesia), dan KAPI (Kesatuan
menjadi Kabinet Dwikora yang disempurnakan
Aksi Pelajar Indonesia) menuntut pembubaran
dengan ditunjuknya kabinet yang anggotanya
terhadap PKI beserta ormas-ormasnya.
seratus menteri sehingga dikenal dengan
Tuntutan mereka dikenal dengan istilah
Kabinet Seratus Menteri
Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat yaitu
1) Pembubaran PKI.
2) Pembersihan Kabinet Dwikora dan unsur-unsur
PKI.
3) Penurunan harga-harga barang.
Pada tanggal 11 Maret 1966 diselenggarakan
sidang kabinet yang ingin membahas kemelut
politik nasional. Namun sidang mi tidak dapat
diselesaikan dengan baik karena adanya
pasukan tak dikenal yang ada di luar gedung Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden
yang dianggap membahayakan keselamatan Soekarno mengeluarkan Surat Perintah
Presiden Soekarno. Sebelas Maret atau yang dikenal dengan istilah
Supersemar yang isinya Presiden Soekarno
memberi perintah kepada Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengambil tindakan yang
dianggap penting dan perlu agar terjamin
keamanan dan ketertiban, jalannya
Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden
pemerintahan dan jalannya revolusi, serta
Soekarno membubarkan KAMI sebab dianggap
menjamin keselamatan pribadi dan
telah menjadi pemicu munculnya aksi
kewibawaan Presiden.
demonstrasi dan turun ke jalan yang dilakukan
oleh para pemuda Indonesia dan mahasiswa
Indonesia.
Dampak di Bidang Ekonomi

Di Bidang Ekonomi, Peristiwa G30S/PKI telah menyebabkan akibat berupa


infalasi yang tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga barang, bahkan
melebihi 600 persen setahun. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah
mengeluarkan dua kebijakan ekonomi yaitu:
1. Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp. 1000
menjadi Rp.100
2. Menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali lipat tetapi
kebijakan ini justru menyebabkan kenaikan harga barang yang sulit
untuk dikendalikan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai