Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 1
BAB I ........................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 3
Bab II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 4
2.1 Awal Mula Peristiwa Tanjung Priok .................................................................... 4
2.2 Kronologi Pembantaian.......................................................................................... 5
2.3 Pasca-peristiwa ........................................................................................................ 7
BAB III..................................................................................................................................... 8
KESIMPULAN & SARAN .................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 8
3.2 Saran ........................................................................................................................ 9

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peristiwa Tanjung Priok ini berawal dari kekuasaan ideologi Pancasila oleh
Presiden Suharto pada akhir tahun 1970an. Orde Baru dan Presiden Suharto setelah
menyingkiran gerakan politik kiri memandang organisasi-organisasi Islam politik
sebagai musuh utamanya.
Organisasi Islam politik disebut sebagai kelompok “ekstrim kanan“ yang
mengancam kesejahteraan masyarakat. Mereka menentang kebijakan-kebijakan
seperti indoktrinasi ideologi di institusi-institusi pendidikan atau perencanaan
perundang-undangan asas tunggal, dimana kebijakan tersebut memaksa partai-
partai dan organisasi-organisasi untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya
dasar ideologi mereka.
Kelompok islam menentang karena tidak mau menempatkan agamanya di
posisi ke dua. Demikian juga di Tanjung Priok, sebuah daerah pelabuhan di sebelah
utara Jakarta, pada awal tahun 1984 muncul sebuah gerakan perlawanan Oleh sebab
itu masalah ini menimbulkan implikasi yang luas di masyarakat.
Tragedi Tanjung Priok ini merupakan salah satu peristiwa pelanggaran hak
asasi manusia tingkat berat yang terjadi akibat aparat keamanan bertindak
berlebihan dalam menghadapi aksi demonstrasi masyarakat. Namun, provokasi dan
hasutan diduga sebagai akar yang membuat aksi protes terhadap kebijakan
Soeharto itu berujung tragedi.1

1
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tragedi Tanjung Priok: Dari
Provokasi, Subversi, hingga Pelanggaran HAM",
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/12/14471401/tragedi-tanjung-priok-dari-
provokasi-subversi-hingga-pelanggaran-ham

2
Demonstran yang jumlahnya sekitar tiga ribu orang, yang datang dari arah
Pelabuhan Tanjung Pirok, Jakarta Utara, diberondong tembakan oleh puluhan
anggota TNI yang bersiaga di depan Mapolres Jakarta Utara.2
.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa kaitannya antara HAM dengan Demokrasi ?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya kasus Tanjung Periok ?
3. Bagaimana keterkaitan kasus Tanjung Periok terhadap HAM ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kaitan antara HAM dengan demokrasi
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus Tanjung Periok
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara kasus Tanjung Periok terhadap HAM

2
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 33 Tahun Lalu, Pamflet
Berujung Tragedi di Tanjung Priok,
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/09/12/33-tahun-lalu-pamflet-berujung-
tragedi-di-tanjung-priok.

3
Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Awal Mula Peristiwa Tanjung Priok


Pada pertengahan tahun 1984, di Indonesia beredar isu tentang RUU
organisasi sosial yang mengharuskan penerimaan azas tunggal. Hal ini
menimbulkan implikasi yang luas. Diantara pengunjung masjid As Saadah,
terdapat seorang mubaligh yang terkenal, menyampaikan ceramah pada
jama’ahnya dengan menjadikan isu ini sebagi topik pembicarannya, sebab
RUU itu sudah lama menjadi masalah yang kontroversial.
Pada tanggal 7 September 1984, seorang Babinsa beragama Katholik
sersan satu Harmanu datang ke musholla kecil yang bernama “Musholla As-
sa’adah” dan memerintahkan untuk mencabut pamflet yang berisi tulisan
problema yang dihadapi kaum muslimin pada masa itu, dan disertai
pengumuman tentang kegiatan pengajian yang akan datang.
Tak heran jika kemudian orang-orang yang disitu marah melihat tingkah
laku Babinsa itu. pada hari berikutnya Babinsa itu datang lagi beserta rekannya,
untuk mengecek apakah perintahnya sudah dijalankan apa belum. Setelah
kedatangan kedua itulah muncul isu yang menyatakan, kalau militer telah
menghina kehormatan tempat suci karena masuk mushola tanpa menyopot
sepatu, dan menyirami pamflet-pamflet di musholla dengan air comberan.
Para pengurus Assa’adah lalu meminta bantuan kepada Syarifuddin
Rambe dan Syafwan Sulaeman, dua pengurus DKM (Dewan Keluarga Masjid)
Baitul Makmur, yang letaknya memang berdekatan dengan Mushola
Assa’adah.
Syarifuddin dan Syafwan berinsiatif mengundang Hermanu dan kawan-
kawannya untuk bermusyawarah. Alih-alih menemui kata kata mufakat, massa
yang berkumpul di luar mushola malah membakar sepeda motor Hermanu.

4
Akibatnya Syarifuddin, Syafwan dan dua orang pengurus musola Akhmad Sahi
serta Mohammad Nur langsung diciduk.

2.2 Kronologi Pembantaian


Massa yang marah lantas mengadukan penahanan empat aktivis masjid
itu kepada Amir Biki, salah seorang tokoh masyarakat yang dikenal memiliki
hubungan luas dengan para pejabat militer di lingkungan DKI Jakarta. Secara
cepat Amir melakukan pendekatan ke pihak Polres Jakarta Utara dan Kodim
0502 Jakarta Utara namun upayanya sia-sia.
Guna mendesak pembebasan empat kawan mereka yang ditahan
tersebut, para aktivis masjid di Koja lantas mengadakan sejenis tabligh akbar di
suatu lapangan pada 12 September 1984, tepat usai magrib. Beberapa ustadz
berganti turun naik mimbar untuk melancarkan kecaman mereka kepada pihak
militer dan pemerintah Indonesia. Amir sendiri naik ke atas mimbar dan
memberikan ultimatum kepada para penahan untuk membebaskan keempat
aktivis masjid hingga pukul 23.00.
Ketika itu massa terbagi kedalam dua regu. Yang pertama mulai
bergerak ke arah Markas Kodim Jakarta Utara. Namun sebelum mencapai
tempat itu, tepat di depan Mapolres Jakarta Utara, sekitar satu regu tentara
bersenjata berat plus ranpur dan truk-truk militer melakukan penghadangan.
Terjadi aksi dorong mendorong dan ketika satu letusan pistol berbunyi,
berhamburanlah peluru-peluru tajam dari moncong senjata-senjata berat itu.
Teriakan histeris menggema, darah pun tumpah. Dalam peristiwa itu Amir Biki
sendiri meninggal karena terkena tembakan.3
Dan regu yang kedua bergerak menuju Polres. Setelah sampai di depan
Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh pasukan ABRI
berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan.

3
Hendi Johari. Peristiwa Tanjung Priok: Darah Pun Mengalir di Utara Jakarta.
Historia. https://historia.id/modern/articles/peristiwa-tanjung-priok-darah-pun-
mengalir-di-utara-jakarta-D8JmQ.

5
Massa demonstran berhadapan langsung dengan pasukan tentara yang siap
tempur.
Pada saat pasukan mulai memblokir jalan protokol, mendadak para
demonstran sudah dikepung dari segala penjuru. Saat itu massa tidaklah
beringas, sebagian besar mereka hanya duduk-duduk sambil mengumandankan
takbir.
Saat itu militer mundur dua langkah, tanpa peringatan lebih dahulu
terdengarlah suara tembakan, lalu diikuti oleh pasukan yang langsung
mengarahkan moncong senjatanya ke arah demonstran, lalu memuntahkan
senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di
hadapan mereka.
Tak lama berselang datang konvoi truk militer dari arah pelabuhan
menerjang dan menelindas demostran yang sedang bertiarap di jalan. Dia buah
mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam kecepatan tinggi yang penuh
dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan peluru-peluru dan
senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap dan
bersembunyi di pinggir-pinggir jalan.
Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian
yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau
yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang
dilalui oleh mobil truk tersebut.
Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian
itu pergi, tidak lama kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil
pemadam kebakaran yang bertugas menyiram dan membersihkan darah-darah
di jalan raya dan di sisinya, sampai bersih.

6
2.3 Pasca-peristiwa
Setelah peristiwa itu, banyak yang menyayangkan atas tindakan yang
dilakukan ABRI. Muncul pendapat hal itu merupakan peristiwa yang
melanggar HAM dan harus segera diselesaikan. Kemudian, mengutip Harian
Kompas edisi 6 Januari 1986, kasus itu berlanjut kepada sidang subversi.
Sejumlah orang diadili atas tuduhan melawan pemerintahan yang sah.
Terdakwa seperti Salim Qadar dijatuhi hukuman 20 tahun penjara dan
Tonny Ardie 17 tahun 6 bulan penjara. Selain mereka terdapat terdakwa lain,
Ratono, yang didakwa telah merongrong dan menyelewengkan ideologi serta
haluan negara yang salah. Tidak hanya itu, bahkan pemerintah menahan
anggota Petisi 50, AM Fatwa. Sebab, kelompok itu menerbitkan "Lembaran
Putih" yang berisi penjelasan mengenai tragedi itu, yang berbeda dengan versi
pemerintah. AM Fatwa terkena jerat subversi.4
Selain dalam penangkapan dan penahanan, dalam persidangan juga
ditemukan ketidakjujuran selama prosesi. Hasil dari KP3T menyebutkan nama-
nama yang terlibat dalam aksi pelanggaran HAM tersebut, yaitu dari Babinsa,
Kesatuan Arhanud, Koramil Koja, Polres Jakarta Utara dan beberapa perwira
tinggi selama kejadian itu. Karena termasuk pelanggaran HAM berat,
pemerintah diminta untuk menuntaskan kasus itu. Kasus ini akhirnya dianggap
sudah diselesaikan melalui proses mediasi dan islah yang panjang.5

4
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tragedi Tanjung Priok: Dari
Provokasi, Subversi, hingga Pelanggaran HAM",
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/12/14471401/tragedi-tanjung-priok-dari-
provokasi-subversi-hingga-pelanggaran-ham.

5
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 33 Tahun Lalu, Pamflet
Berujung Tragedi di Tanjung Priok,
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/09/12/33-tahun-lalu-pamflet-berujung-
tragedi-di-tanjung-priok.

7
BAB III

KESIMPULAN & SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi


Manusiaadalah hak paling dasar dan pokok yang dimiliki oleh manusia sejak ia
lahir tanpa membedakan bangsa, ras, suku, agama, dan jenis kelamin dan tidak
dapat direnggut oleh orang lain.

Pada masa orde baru, masa pemerintahan Presiden Soeharto, terdapat


banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia. Salah satunya ialah kasus Tanjung Periok
yang dilakukan oleh ABRI pada jemaah disekitar Mushola As-Saadah. Kasus ini
merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM terberat di Indonesia.

Peristiwa Tanjung Priuk timbul karena adanya pemikiran dari sebagian


warga Indonesia yang bergama Islam untuk menentang Pancasila Dan UUD 1945.
Oleh sebab itu di tahun 1984 ketika Soeharto mengeluarkan kebijaksanaan
pemerintah tentang adanya asas Tunggal, yaitu Pancasila, sebagai satu-satunya
platform ideologi politik untuk seluruh partai dan lembaga politik di Indonesia,
orang orang ini tidak setuju.

Bahkan keinginan Soeharto ini ditanggapi dengan sinis oleh sebagian besar
tokoh Islam di Indonesia. Mubaligh Abdul Qodir Djaelani membuat pernyataan
yang menentang azas tunggal Pancasila. Malamnya, di Jalan Sindang, Tanjung
Priok, diadakan tabligh. Ribuan orang berkumpul dengan semangat membara,
disemangati khotbah dari Amir Biki, Syarifin Maloko, Yayan Hendrayana.Dan
pada saat itulah terjadi pembantaian jemaah oleh ABRI yang menewaskan ratusan
korban jiwa.

8
3.2 Saran
Kita berharap pemikiran seperti ini tidak ada lagi dalam kehidupan
bangsa Indonesia, mampu berpikir jernih tentang Pancasila Dan Uud 1945 agar
permasalahan yang sama tidak terulang dan energi kita tidak habis hanya untuk
menyeledsaikan masalah yang tidak perlu.
Bagi TNI hanya satu NKRI harga Mati dan Pancasila harus
dipertahanankan. Sejarah sudah membuktikan bahwa Pancasila adalah azas
yang tepat untuk mebangun Indonesia yang lebih baik dan melestarikan
sepanjang masa. Ini yang akan dipedomani dan tidak ada istilah tawar atau
kompromi bagi pemikiran anti Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai