Kelas : XI IPS 3 / 1
Latar Belakang
Pada tanggal 10 September 1984, Sersan Hermanu, seorang anggota Bintara Pembina
Desa tiba di Masjid As Saadah di Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan mengatakan kepada
pengurusnya, Amir Biki, untuk menghapus brosur dan spanduk yang mengkritik
pemerintah Biki menolak permintaan ini, lantas Hermanu memindahkannya sendiri; Saat
melakukannya, dia dilaporkan memasuki area sholat masjid tanpa melepas sepatunya
(sebuah pelanggaran serius terhadap etiket masjid).
Sebagai tanggapan, warga setempat, yang dipimpin oleh pengurus masjid Syarifuddin
Rambe dan Sofwan Sulaeman, membakar motornya dan menyerang Hermanu saat dia
sedang berbicara dengan petugas lain. Keduanya kemudian menangkap Rambe dan
Sulaeman, serta pengurus lain, Achmad Sahi, dan seorang pria pengangguran bernama
Muhamad Noor.
1. Pembunuhan massal
Pembunuhan massal yang juga diadakan secara mendadak ini diakibatkan oleh tindakan
berlebihan dari aparat penjaga yang terjadi yang mengakibatkan tewasnya puluhan jiwa.
Pembunuhan massal adalah termasuk dalam pelanggaran yang sangat berat.
2. Penangkapan sepihak
Penangkapan sepihak tanpa adanya kepastian dan hanya didasarkan keterkaitan pihak-pihak
dalam kasus Tanjung Priok ini juga merupakan pelanggaran hak asasi karena korban
penangkapan tidak dibiarkan berpendapat.
3. Penyiksaan
Penyiksaan yang terjadi dalam kejadian ini yaitu penyiksaan rakyat yang terlibat ataupun hanya
terduga sebagai pelaku kasus Tanjung Priok.
4. Penculikan
Penculikan ini juga dilakukan dengan menghilangkan jejak korban-korban peristiwa Tanjung
Priok serta penyembunyian identitas dari publik bahkan keluarga korban sendiri.
Nama : Antonio Andrean
Kelas : XI IPS 3 / 1
Adapun saksi-saksi yang dihadirkan di persidangan semua-nya adalah anggota militer, baik yang
masih aktif atau pun pensiunan. Dua saksi utama adalah dua orang anggota militer yang menodai
kesucian tempat ibadah. Meskipun tuduhan pokoknya, adalah para tertuduh telah menyebarkan
selebaran gelap, namun ternyata bahwa keterangan ang-gota militer dengan jelas mengakui, bahwa
pamflet yang menempel di mushalla memang disiram dengan air comberan.
Pesan moral yang saya dapat , dari kasus Tanjung Priok tersebut adalah seharusnya kita
sesama manusia apalagi anggota TNI jangan lah membuat kekerasan , jika ingin membubarkan
demonstrasi , bubarkan dengan damai dan tanpa kekerasan .