Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 1 Sejarah

Demokrasi di Dunia
1. ANTONIO ANDREAN (1)
2. AURELIA REGINA (2)
3. DAYLEN FEBRIO (7)
4. FEBBY (10)
5. KLYMENA HARDI (16)
6. Parmadi (21)
7. Vincentius Valentino (27)
8. VIOLA (28)
Perkembangan Demokrasi
Yunani
• Sejarah kuno Yunani

• - sampai 3000-an tahun Sebelum Masehi (jadi 5000 tahun yang lalu) – 1000
tahun Sebelum
Masehi, bangsa Kykladen.

• Tahun 2600 Sebelum Masehi – 1200 Sebelum Masehi, bangsa kretis atau
minois memasuki

• Kreta, yang berakhir karena gunung berapi (tahun 1500 - 14500 SM)

• Budaya Mykene antara tahun 1600 sampai 1200 SM

• Waktu geometri antara tahun 1200 sampai 800 SM - Waktu Arkhais 800 – 500
SM, waktu gelap Yunani

• Waktu perang dengan Persia 500 – 336 SM - Epos Hellenisme 336 – 145 SM

• Waktunya orang Romawi 146 SM – 330 M

• - Perioda Byzantium 330 M-1453 M


Demokrasi merupakan istilah untuk pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Istilah ini pertama kali dikenal di
masyarakat Yunani Kuno, sekitar abad ke 7 SM. Perkembangan demokrasi terutama berlangsung di kota Athena,
yang merupakan salah satu kota terpenting di masa itu.
 
Demokrasi di Athena diterapkan sejak diberlakukannya konstitusi Athena pada tahun 594 SM oleh Solon, seorang
negarawan yang menjabat sebagai archon atau pemimpin kota Athena. Sistem demokrasi ini menggantikan
sistem aristokrasi dimana Athena dikuasai oleh para aristokrat atau bangsawan. Sistem demokrasi ini kemudian
diperkuat oleh Cleisthenes pada tahun 508 SM.
 
Pada demokrasi Athena, setiap warga negara pria yang merdeka (bukan budak, atau warga negara dan kota asing)
diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi dalam pertemuan menyusun peraturan dan penyelenggaraan
pemerintahan.
 
Pada masa ini, Athena diperintah lewat lembaga yang disebut “eklesia” yang beranggotakan setiap warga negara pria
yang sudah mengikuti pendidikan militer. Karena itu, pemerintahan di Athena disebut dengan “demokrasi
langsung”, yang berbeda dengan demokrasi pada masa kini, yang dilakukan secara demokrasi representatif
dengan perwakilan.
 
Jabatan pemerintahan pada Athena dipilih dengan undian, dari para calon yang terdiri dari warga negara yang
mencalonkan dirinya. Sistem undian ini tidak digunakan untuk jabatan penting seperti jenderal pasukan perang
dan jabatan yang menggatur keuangan Athena.
 
Sistem pemerintahan ini berbeda dengan sistem aristokrasi dan monarki seperti yang diterapkan di negara-negara kota
di Yunani Kuno lainnya seperti Sparta.
 
Demokrasi di Athena berakhir setelah Aleksander Agung memimpin pasukan Macedonia menaklukkan negara-negara
kota di Yunani Kuno pada 336 SM.
Perkembangan Demokrasi

Eropa
• Sementara sistem demokrasi di Yunani telah berlangsung sejak lama, demokrasi di Eropa
baru dimulai sekitar abad ke-6 hingga ke-15. Pada masa itu di Eropa berlaku sistem Vassal
(budak) dan Lord (tuan). Kebebasan sangat dibatasi pada masa itu, semua aspek
kehidupan sosial dan spiritual dikuasi oleh Paus dan kaum gereja.
• Demokrasi tumbuh di Eropa bagian barat karena kebanyakan kaum budak dan rakyat jelata
ingin melepaskan diri dari kebiasaan adat. Kekuasaan otoritas gereja yang tidak selalu adil
dan menyejahterakan seluruh masyarakat membuat orang-orang kecil merasa tidak
dihargai. Mereka pun bangkit dengan mengubah sistem menjadi demokrasi.
• Beberapa negara di Eropa Barat telah mengaku menjadi negara demokratis, namun banyak
yang belum sepenuhnya menjalankan sistem demokrasi. Contoh negara besar yang nyata
beralih sistem ke demokrasi tercatat dalam sejarah keruntuhan Uni Soviet. Setelah negara
ini mengalami konflik sampai pecah menjadi beberapa negara kecil, negara pecahan ini
menerapkan sistem demokratis karena tidak ingin mengulang lagi sejarah kelam sosialis –
komunis.
• Pemkembangan demokrasi di Eropa juga turut dipengaruhi oleh kemunculan Magna
Charta (piagam besar) di Inggris pada 12 Juni 1215. Magna Charta muncul sebagai akibat
perselisihan antara Paus dan para kaum gereja dengan raja, yang waktu itu diperintah oleh
raja John. Perselisihan terjadi atas pemberberlakuan hak dan keinginan raja yang harus
didasarkan pada hukum yang legal.
• Keberadaan Magna Charta ini memang tak banyak dirasakan dampaknya oleh rakyat
jelata, mengingat hanya berlaku untuk kalangan bangsawan dan raja saja, namun
kemunculan piagam ini menjadi langkah awal berlakunya demokrasi di benua biru.
Perkembangan
Demokrasi Pada
Revolusi Amerika
Kolonis Amerika menyatakan "tolak pajak tanpa perwakilan rakyat", dimulai dengan Kongres
Undang-Undang Stempel pada 1765. Mereka menolak wewenang Parlemen Britania untuk
memungut pajak karena mereka tidak memiliki perwakilan dalam badan pemerintahan. Protes
terus bergejolak menjadi Pembantaian Boston pada 1770 dan pembakaran Gaspee di Rhode
Island pada tahun 1772, diikuti oleh Pesta Teh Boston pada Desember 1773. Britania
menanggapi dengan menutup Pelabuhan Boston dan memberlakukan serangkaian hukuman
tegas yang secara efektif menghapuskan hak pemerintahan mandiri Koloni Massachusetts
Bay. Koloni-koloni lain mengikuti setelah Massachusetts, dan sekelompok pemimpin Patriot
Amerika membentuk pemerintahan sendiri pada akhir 1774 di Kongres Kontinental untuk
mengoordinir perlawanan terhadap Britania Raya; kolonis lainnya memilih tetap setia pada
Kerajaan dan dikenal dengan Loyalis atau Tories.

Ketegangan meletus menjadi pertempuran antara milisi Patriot dan loyalis Britania ketika
utusan Raja George berupaya memusnahkan pasokan militer kolonial di Lexington dan
Concord pada 19 April 1775. Konflik kemudian berkembang menjadi perang, ketika para
Patriot (kemudian dibantu Prancis) melawan Britania Raya dan Loyalis dalam Perang Revolusi
Amerika (1775-1783). Masing-masing tiga belas koloni membentuk Kongres Provinsi yang
mengambil alih kekuasaan dari pemerintah kolonial sebelumnya, menekan Loyalisme, dan
merekrut Angkatan Darat Kontinental yang dipimpin Jenderal George Washington. Kongres
Kontinental menyatakan Raja George adalah tiran yang menginjak-injak hak kolonis sebagai
warga Inggris, dan mendeklarasikan koloni Amerika sebagai negara bebas dan merdeka pada
2 Juli 1776. Kepemimpinan Patriot mengadopsi filosofi
politik liberalisme dan republikanisme untuk menolak monarki dan aristokrasi, dan
menegaskan bahwa semua manusia memiliki hak yang sama.

Hasil revolusi Amerika yang penting di antaranya adalah lahirnya Konstitusi Amerika Serikat, pembentukan
pemerintahan nasional federal kuat yang terdiri dari eksekutif, yudikatif, dan Kongres bikameral yang
mewakili negara bagian di Senat dan perwakilan penduduk di Dewan Perwakilan Rakyat.[1][2] Revolusi
juga mengakibatkan migrasi sekitar 60.000 Loyalis ke wilayah jajahan Britania lainnya, terutama ke
Amerika Utara Britania (Kanada).
Perkembangan Demokrasi
Pada
Revolusi Prancis
Revolusi ini merupakan salah satu dari revolusi besar dunia
yang mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat.
Monarki absolut yang telah memerintah Prancis selama
berabad-abad runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat Prancis
mengalami transformasi sosial politik yang epik; feodalisme,
aristokrasi, dan monarki mutlak diruntuhkan oleh kelompok
politik radikal sayap kiri, oleh massa di jalan-jalan, dan oleh
masyarakat petani di perdesaan.Ide-ide lama yang
berhubungan dengan tradisi dan hierarki monarki, aristokrat,
dan Gereja Katolik digulingkan secara tiba-tiba dan
digantikan oleh prinsip-prinsip baru; Liberté, égalité,
fraternité (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan).

Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada monarki


lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan
tradisi-tradisi monarki lama untuk mencegah pemberontakan
rakyat. Pertentangan antara pendukung dan penentang
Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya.
• Faktor lainnya yang dianggap sebagai penyebab Revolusi
Prancis adalah kebencian terhadap pemerintah, yang
muncul seiring dengan berkembangnya cita-cita
Pencerahan. Ini termasuk kebencian terhadap absolutisme
kerajaan; kebencian oleh masyarakat petani, buruh, dan
kaum borjuis terhadap hak-hak istimewa yang dimiliki oleh
kaum bangsawan; kebencian terhadap Gereja Katolik atas
pengaruhnya dalam kebijakan publik dan di lembaga-
lembaga negara; keinginan untuk memperjuangkan
kebebasan beragama; kebencian para pendeta perdesaan
miskin terhadap uskup aristokrat; keinginan untuk
mewujudkan kesetaraan sosial, politik, ekonomi, serta
(khususnya saat Revolusi berlangsung) republikanisme;
kebencian terhadap Ratu Marie Antoinette, yang dituduh
sebagai seorang pemboros dan mata-mata Austria; serta
kemarahan terhadap Raja karena memecat bendahara
keuangan Jacques Necker, salah satu orang yang dianggap
sebagai wakil rakyat di kerajaan.[6]
Perkembangan
Demokrasi Pada

Abad 20
Akibat dari keinginan menyelenggarakan hak-hak politik secara efektif timbullah
gagasan

bahwa cara yang terbaik untuk membatasi kekuasaan pemerintah adalah dengan
suatu konstitusi. Undang-undang menjamin hak-hak politik dan
menyelenggarakan pembagian kekusaan Negara dengan sedemikian rupa,
sehingga kekusaan eksekutif di imbangi dengan kekuasaan parlemen dan
lembaga hukum. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme (constitutionalism),
sedangkan Negara yang menganut gagasan ini disebut constitutional state.

Dalam abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 gagasan mengenai perlunya


pembatasan mendapatkan perumusan yang yuridis, ahli hukum Eropa Barat
yaitu Immanuel Kant memakai istilah Rechtsstaat sedangkan menurut A.V. Dicey
memakai istilah Rule of Law. Dalam abad ke 20 gagasan bahwa pemerintah
dilarang campur tangan dalam urusa warga Negara baik dibidang social maupun
ekonomi lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan oleh karenanya harus aktif

menatur kehidupan ekonomi dan social.

Sesudah perang Dunia II International Commission Of Jurists tahun 1965 sangat memperluas
konsep mengenai Rule Of Law, bahwa disamping hak-hak politik juga hak-hak social dan
ekonomi harus diakui dan dipelihara, dalam arti bahwa standar dasar social ekonomi.
International Commission Of Jurists dalam konfrensinya di Bangkok perumusan yang paling
umum mengenai sistem politik yang demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana
hak untuk membuat suatu keputusann-keputusan politik diselenggarakan oleh warga
Negara melalui wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka
melalui suatu prose pemilihan yang bebas. Ini dinamakan "demokrasi berdasarkan
perwakilan".
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai