Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kinetika dan Kesetimbangan
Disusun oleh :
Kelompok 2
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Illahi Rabbi atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sang pencipta alam dan pemberi kehidupan bagi hamba hamba-Nya
dengan hendak-Nya kami sanggup menyelesaikan makalah tentang “Lanjutan Pendahuluan Sel
Elektrokimia” dengan lancar.
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Kinetika dan Kesetimbangan juga
untuk menambah wawasan keilmuan kita tentang Pendahuluan Sel Elektrokimia Sehingga bertambah
pula pengetahuan tentang hal tersebut.
Akhir kata “Tiada Gading yang Tak Retak” tiada karya yang sempurna selain dari karya-Nya.
Demikian pula dengan makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran kami harapkan sebagai bahan evaluasi di masa mendatang. Semoga makalah ini
bermanfaat, dan menambah khazanah keilmuannya kepada kita semua Aamiin.
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi)
kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan prinsip
reaksi redoks dalam aplikasinya. Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari
tentang perpindahan elektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda).
Elektroda terdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena
elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran
elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan
elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari rekasi reduksi dan oksidasi yang
berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi terjadi peristiwa penangkapan elektron
sedangkan reaksi oksidasi merupakan peristiwa pelepasan elektron yang terjadi pada media
pengantar pada sel elektrokimia.
Sel elektrolisis dan sel Volta merupakan hasil terapan dari sel elektrokimia yang
menggunakan media elektroda dan larutan elektrolit. Elektroda akan mengalami reaksi kimia
yang terjadi pada katoda maupun anoda. Hasil dari interaksi-interaksi pada elektroda ini yang
akan menjadi media penghantar energi yang dihasilkan. Sampai saat ini, sel elektrokimia
masih memiliki peranan penting di dalam kemajuan teknologi modern sampai industri
otomotif maupun rumah tangga.
Reaksi kimia yang terjadi dalam sel elektrokimia yang dimaksudkan merupakan sel
volta dan sel elektrolisis. Yang menggunakan jembatan garam dalam berlangsungnya reaksi
tersebut. Sehingga, terdapatnya perbedaan potensial diantara kedua elektrode yang dapat
diukur menggunakan voltmeter. Selain itu juga digunakan larutan elektrolit agar reaksi dapat
berlangsung. Oleh karena itu, disini saya berusaha untuk mengkaitkan hubungan antara
“termodinamika dalam sel elektrokimia”.
Dalam elektrokimia, persamaan Nernst adalah suatu persamaan yang
menghubungkan potensial reduksi dari suatu reaksi elektrokimia (reaksi setengah-sel atau sel
penuh) dengan potensial elektrode standar, suhu, dan aktivitas (terkadang didekati
dengan konsentrasi) dari spesi kimia yang mengalami reduksi dan oksidasi.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu reaksi redoks?
2. Bagaimana termodinamika sel elektrokimia?
3. Bagaimana persamaan Nernst dan penerapannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai reaksi redoks.
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai termodinamika sel elektrokimia.
3. Untuk mengetahui penjelasan dari persamaan nernst.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reaksi Redoks
1. Pengertian Redoks
Reaksi redoks merupakan adanya proses penerimaan elektron atau penurunan bilangan oksidasi
(reduksi),dan adanya pelepasan elektron atau peningkatan bilangan oksidasi (oksidasi).sel
elektrokimia merupakan suatu sel atau tempat terjadinya aliran elektron yang disebabkan oleh
adanya perubahan energi kimia atau energi listrik dan sebaliknya.Reaksi redoks adalah reaksi
kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang di dalamnya terdapat serah
terima elektron antar zat. untuk reaksi yang cukup kompleks, ada dua metode yang dapat
digunakan untuk meyetarakannnya suatu persamaan reaksi, yaitu:
Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air,
dan memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik).
Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung
dalam air dan memiliki persamaan ionik.
a.) Reaksi reduksi
Reaksi Reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan oksidasi melalui penangkapan
elektron, contohnya :
Cu2+ (aq) + 2e → Cu (s)
Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi peningkatan bilangan oksidasi melalui
pelepasan elektron, contohnya :
Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e
Dalam reaksi redoks, reaksi reduksi dan oksidasi terjadi secara simultan, maka reaksi diatas
menjadi :
Cu2+ (aq) + Zn (s) → Cu (s) + Zn2+ (aq)
Reaksi autoredoks, atau istilah lainnya reaksi disproporsionasi adalah reaksi dimana
suatu zat dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Contoh :
Cl2 (g) + 2 KOH (aq) → KBr (aq) + KClO (aq) + 2 H2O (l)
2. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi berkaitan dengan muatan atom dalam suatu senyawa. Bilangan oksidasi adalah
suatu bilangan yang menunjukkan ukuran kemampuan suatu atom untuk melepas atau
menangkap elektron dalam pembentukan suatu senyawa. Untuk menentukan besarnya bilangan
oksidasi suatu unsur dalam senyawa dengan mengikuti aturan berikut ini :
a. Unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0 (nol).
Contoh:
- Bilangan oksidasi atom Na dalam unsur Na = 0
- Bilangan oksidasi atom Ca dalam unsur Ca = 0
- Bilangan oksidasi atom Fe dalam unsur Fe = 0
- Bilangan oksidasi atom H dalam unsur H2 = 0
- Bilangan oksidasi atom P dalam unsur P4 = 0
- Bilangan oksidasi atom S dalam unsur S8 = 0
4
b. Unsur Fluorin (F) dalam semua senyawanya selalu mempunyai bilangan oksidasi = –1.
Fluorin merupakan unsur yang paling elektronegatif dan membutuhkan 1 elektron.
c. Unsur logam dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi selalu bertanda positif. Bilangan
oksidasi beberapa unsur logam adalah sebagai berikut :
- Bilangan oksidasi logam golongan IA (logam alkali : Li, Na, K, Rb, Cs) dalam
senyawanya sama dengan +1
- Bilangan oksidasi logam golongan IIA (logam alkali tanah : Be, Mg, Ca, Sr, Ba) dalam
senyawanya dengan +2 dan (Ni, Zn)
- Bilangan oksidasi unsur alumunium dalam senyawanya sama dengan +3
- Bilangan oksidasi logam transisi dalam senyawanya dapat lebih dari satu jenis.
Contoh dalam senyawanya, bilangan oksidasi unsur :
Hg = +1 dan +2
Cu = +1 dan +2
Au = +1 dan +3
Fe = +2 dan +3
Co = +2 dan +3
Cr = +2 dan +3
Sn = +2 dan +4
Pb = +2 dan +4
Pt = +2 dan +4
d. Unsur H dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi = +1, kecuali dalam
senyawanya dengan logam (hidrida), bilangan oksidasi H = –1.
Contoh:
- Bilangan oksidasi H dalam H2O, HCl, dan NH3, NaOH, Ca(OH)2 adalah +1 Bilangan
oksidasi H dalam LiH, NaH, KH, CaH2, BaH2 adalah –1 .
e. Umumnya bilangan oksidasi unsur O dalam senyawanya = –2, misalnya dalam H2O,
KOH, H2SO4, Na3PO4,Na2O dan CaO. Kecuali :
- dalam senyawa peroksida, seperti senyawa H2O2,Na2O2, BaO2 bilangan oksidasi
O = –1
- dalam senyawa superoksida, seperti KO2, NaO2 bilangan oksidasi O = -1/2
- dalam senyawa F2O bilangan oksidasi O = +2
f. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam senyawa netral sama dengan 0 (nol). Contoh:
5
- Senyawa H3PO4 mempunyai muatan = 0. (3 x biloks H) + (1 x biloks P) + (4 x biloks
O) = 0 S
- senyawa HNO3 mempunyai muatan = 0. (1 x biloks H) + (1 x biloks N) + (3 x biloks
O) = 0
- Senyawa Al2(SO4)3 mempunyai muatan = 0. (2 x biloks Al) + (3 x biloks S) + (12 x
biloks O) = 0
g. Bilangan oksidasi unsur dalam ion monoatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh:
- Bilangan oksidasi Fe dalam ion Fe3+ sama dengan +3
- Bilangan oksidasi Br dalam ion Br– sama dengan –1
- Bilangan oksidasi Na dalam ion Na+ sama dengan +1
- Bilangan oksidasi Mg dalam ion Mg2+ sama dengan +2
h. Jumlah bilangan oksidasi semua atom dalam ion poliatomik sama dengan muatan ionnya.
Contoh:
- Ion NO3 – bermuatan = –1, biloks O=-2 maka :
(1 x biloks N) + (3 x biloks O) = -1
Biloks N + (3x(-2)) = -1
Biloks N = +5
- Ion MnO4¯ bermuatan = –1, biloks O=-2 maka :
(1 x biloks Mn) + (4 x biloks O) = -1
Biloks Mn + (4x(-2)) = -1
Biloks N = +7
6
Penyusunan unsur-unsur berdasarkan deret kereaktifan logam dikenal dengan deret volta.
Deret volta menggambarkan urutan kekuatan pendesakan suatu logam terhadap ion logam
yang lain. Unsur yang terletak di sebelah kiri hidrogen lebih mudah mengalami oksidasi
dibanding yang terletak di sebelah kanan hidrogen. Logam yang memiliki sifat reduktor lebih
kuat akan mendesak ion logam lain yang sifat reduktornya kecil. Adapun unsur-unsur dalam
deret volta adalah sebagai berikut :
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-H-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Logam di sebelah kiri hidrogen memiliki E° negatif, sedangkan di sebelah kanan H memiliki
E° positif. Di sebelah kiri H merupakan logam-logam yang aktif, sedangkan disebelah kanan
H merupakan logam-logam mulia. Makin ke kanan sifat reduktor makin lemah, makin ke kiri
sifat reduktor makin kuat. Unsur-unsur dalam deret volta hanya mampu mereduksi unsur-
unsur di sebelah kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi unsur-unsur di sebelah kirinya.
Misalnya, Zn mampu mereduksi Ni, tetapi tidak mampu mereduksi Mn. Reaksi spontan atau
tidak spontan dapat juga diprediksi dengan menggunakan deret Volta tersebut.
Mg + CuSO4 → MgSO4 + Cu
7
Sebagai contoh ion cerium(IV) dapat direduksi menjadi cerium(III), sesuai persamaan reaksi
berikut:
Ce4+ (aq) + e → Ce3+ (aq)
Seri reaksi oksidasi dan reduksi dapat digabung dalam sistem reaksi berikut:
(keadaan teroksidasi) + ne ⇄ (keadaan tereduksi) Reaksi tersebut merupakan persamaan umum
untuk semua reaksi pada elektode. Dalam praktek reaksi oksidasi tidak pernah terjadi tanpa
adanya reaksi reduksi dan sebaliknya. Jadi reaksi di atas jika digabung akan menjadi satu sistem
reaksi redoks dimana akan terjadi transfer elektron dari ion besi(II) ke ion cerium(IV). Adanya
transfer elektron inilah yang menjadi dasar dalam sistem elektrokimia. Elektode merupakan
bagian penting dalam elektrokimia. Elektode ada dua, yaitu elektode negatif yang disebut katode
dan elektode positif disebut anode. Namun penetapan muatan anode dan katode sangat tergantung
dari jenis sistem sel, yaitu sel potensial atau sel elektrolisis. Di katode inilah terjadi reaksi reduksi,
sedangkan reaksi oksidasi terjadi di anode.
∆𝐺 = 𝑊𝑚𝑎𝑘(𝑢𝑠𝑒𝑓𝑢𝑙)
Dari hukum Termodinamika diketahui bahwa apabila kerja dilakukan oleh sistem maka
harganya adalah negatif, dengan demikian maka pada proses spontan, ∆𝐺 < 0. Sebaliknya, kerja
harus dilakukan untuk menghasilkan perubahan yang tidak spontan, karena ∆𝐺 > 0.
Dalam sel volta, kerja yang terjadi adalah kerja listrik. Kerja listrik ini adalah kerja dari muatan
listrik yang bergerak. Kerja listrik adalah hasil kali dari jumlah mol elektron yang terlibat, muatan
listrik per mol elektron (yang disebut tetapan Faraday, F), dan emf (volt) sel.
Tetapan Faraday adalah 96.500 coulomb per mol elektron (96.500 C/mol e–) dan E°sel dalam
volt (V). Tanda negatif menunjukkan bahwa kerja dilakukan oleh sel.
𝑊𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = – 𝑛 𝐹 𝐸𝑠𝑒𝑙
Kerja listrik dapat dilakukan sebagai kebalikan dari jumlah maksimum dari kerja useful. Maka
dari persamaan ∆G dan Wlistrik dapat dituliskan
8
∆𝐺 = – 𝑛 𝐹 𝐸𝑠𝑒𝑙
∆𝐺° = – 𝑛 𝐹 𝐸°𝑠𝑒𝑙
Contoh:
Pada reaksi berikut:
Cu2+ + 2e → Cu Eosel = + 0,34V
Mg2+ + 2e → Mg E osel = - 2,37V
terlibat 0,2 mol elektron. Tentukan nilai perubahan Energi bebas gibbs pada reaksi tersebut!
Pembahasan:
Eosel = Eokatoda - Eoanoda
ΔGo = -nFEosel
ΔGo = 71.603
Menentukan jumlah mol elektron yang terlibat. Jumlah mol elektron yang terlibat (n) adalah
jumlah mol elektron dari reaksi secara keseluruhan, bukan jumlah elektron yang terlibat pada
reaksi oksidasi atau reduksi. Cara yang paling mudah untuk menentukan jumlah mol elektron
yang terlibat adalah dengan melihat berapa banyak elektron yang harus dihilangkan untuk
memperoleh reaksi total.
Contoh:
Tentukan jumlah mol elektron (n) yang terlibat pada reaksi
Penyelesaian:
Reaksi total diperoleh dengan menjumlahkan reaksi oksidasi dan reduksi, dengan terlebih
dahulu menyamakan jumlah elektron. Jumlah yang sama inilah yang disebut n. Pada reaksi
oksidasi, Cu menjadi Cu2+ melibatkan 2 e-, sedangkan pada reaksi reduksi, Ag+ menjasi Ag
melibatkan 1 e-. Supaya elektron dapat dihilangkan, maka jumlah elektron di kedua reaksi harus
disamakan, yaitu 2, dengan mengalikan reaksi reduksi dengan 2. Maka jumlah elektron yang
terlibat adalah 2.
Bentuk persamaan umum untuk semua fungsi keadaan, dan sering muncul dalam
termodinamika. ekspresi yang sama ditemukan untuk entropi dan energi bebas.
Entropi (S) adalah fungsi keadaan dan merupakan kriteria yang menentukan apakah suatu
keadaan dapat dicapai dengan spontan. Untuk proses reversibel pada suhu konstan, perubahan
entropi, dS, diberikan oleh
𝑑𝑆 = 𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣/𝑇
Untuk proses ireversibel,
𝑑𝑆 > 𝑑𝑞/𝑇
10
Perubahan sistem entropi untuk proses ireversibel tidak berubah dibandingkan dengan yang
untuk proses reversibel sebagai entropi adalah fungsi keadaan. Perubahan entropi lingkungan
selalu -dq / dT. Dengan demikian total perubahan entropi adalah nol untuk proses reversibel dan>
0 untuk proses ireversibel. Ini adalah hukum kedua termodinamika
Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa:
“Aliran kalor memiliki arah.”
Dengan kata lain tidak semua proses dialam semesta adalah reversible.
Untuk kristal padat sempurna, hanya ada satu konfigurasi spasial yang mungkin dari
komponen kristal, dan sebagai bahan adalah di suhu nol mutlak, tidak ada perubahan dinamis
dalam kristal baik.
Perubahan sistem entropi untuk proses ireversibel tidak berubah dibandingkan dengan yang
untuk proses reversibel sebagai entropi adalah fungsi keadaan. Perubahan entropi lingkungan
selalu -dq / dT. Dengan demikian total perubahan entropi adalah nol untuk proses reversibel dan>
0 untuk proses ireversibel. Ini adalah hukum kedua termodinamika.
Untuk reaksi kimia entropi standar reaksi, perbedaan antara entropi standar reaktan dan produk
dapan dihitung dari:
Contoh:
Standar pembakaran benzene adalah 713271 kJ/mol, untuk CO2 adalah −394 kJ/mol, dan
untuk H2O, adalah −286 kJ/mol. Hitung standar panas pembentukan benzena!
Pembahasan:
11
−3271 = [(6) (−394) + (3) (−286)] – [(1) (x) + (15⁄2) (0)]
x = 49 kJ/mol
Solusi untuk hal di atas tergantung pada kenyataan bahwa reaksi pembakaran untuk C dan H2
juga merupakan reaksi pembentukan untuk CO2 dan H2O, dengan −394 kJ/mol entalpi formasi
untuk CO2 dan −286 kJ/mol entalpi pembentukan untuk H2O
Contoh:
2C (kristal) → 2C (grafit)
12
Tentukan ∆G pada 298 K dan tentukan apakah reaksi ini spontan atau tidak. Apa yang ∆G
katakan tentang laju reaksi ini? ∆H°f (C) kristal= 1.9kJ / mol; S°(C) kristal=2.38J/(molK);
Pembahasan:
ΔG = ΔH − TΔS
∆H = - 3.8kJ
∆S = 2(5,74J/(molK)) - 2(2,38J/(molK))
∆S = + 6,72 J / mol
∆G = - 5.51 kJ
Reaksi ini spontan. ∆G tidak mengatakan apa pun tentang kinetika; sementara reaksi ini
disukai termodinamika, itu terjadi pada skala waktu 100 juta tahun. Kristal adalah bahan meta-
stabil kinetik.
C. Persamaan Nernst
Aktifitas mempengaruhi terhadap potensial sel galvanic dari berbagai reaksi yang berada di
dalam sel. Seorang ahli kimia fisika, Nernst pada tahun 1889 menggunakan persamaan ini untuk
pertama kalinya yaitu untuk menyatakan hubungan antar potensial dari sebuah elektroda ion
metal-metal dan konsentrasi dari ion dalam sebuah larutan.
13
di mana :
∆𝐺° = energi-bebas ketika semua reaktan dan produk berada dalam kondisi standar
(aktivitas satu)
𝑅 = konstanta gas, 8,314 J/deg-mol
𝑇 = suhu absolut
Perlakuan dari kerja perubahan energi-bebas, dilakukan dengan memberikan bilangan electron
Avogadro melalui voltase 𝐸, yaitu (𝑁𝑒)𝐸 di mana :
𝑁 = bilangan Avogadro, dan
𝑒 = muatan electron
Maka produk 𝑁𝑒 adalah 96.500 C, atau disebut dengan 1 faraday atau 𝐹
Maka
∆𝐺° = −𝑛𝐹𝐸
𝑛 = banyaknya mol electron yang terlibat dalam reaksi
Jika semua reaktan dan produk berada dalam kondisi standar, maka
∆𝐺° = −𝑛𝐹𝐸°
Sehingga
[𝐶]𝑐 [𝐷]𝑑
−𝑛𝐹𝐸 = −𝑛𝐹𝐸° + 2,3𝑅𝑇 log
[𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏
di mana konsentrasi dimasukkan untuk menggantikan aktivitas. Maka dapat ditulis sebagai
2,3 𝑅𝑇 [𝐶]𝑐 [𝐷]𝑑
𝐸 = 𝐸° − log
𝑛𝐹 [𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏
dan pada 298° 𝐾 persamaannya menjadi
0,059 [𝐶 ]𝑐 [𝐷 ]𝑑
𝐸 = 𝐸° − log
𝑛 [𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏
Ini adalah bentuk umum dari persamaan Nernst. Perlu kita catat bahwa pada kesetimbangan,
𝐸 = 0, ∆𝐺 = 0 dan suku logaritmanya adalah konstanta kesetimbangan.
Maka
∆𝐺° = −2,3𝑅𝑇 log 𝐾
atau
0,059
𝐸° = log 𝐾
𝑛
𝐻2 𝑂 ⇌ 𝐻 + + 𝑂𝐻 −
𝐻2 𝑂 + 𝑒 ⇌ 1 𝐸𝑜 = −0,83 𝑉
𝐻 + 𝑂𝐻 −
2 2
𝐻+ + 𝑒 ⇌ 1 𝐸𝑜 = 0,00 𝑉
𝐻
2 2
𝑜
𝐻2 𝑂 ⇌ 𝐻 + + 𝑂𝐻 − 𝐸𝑠𝑒𝑙 = −0,83 𝑉
−0,83
𝑙𝑜𝑔 𝐾𝑤 = = −14,0
0,059
𝐾𝑤 = 1 × 10−14
b. Perhitungan Ksp
Sehingga
15
0,059
𝐸 = −0,41 − log[𝑀𝑛2+][𝑂𝐻 −]2
2
−0,41 × 2
𝑙𝑜𝑔 𝐾𝑠𝑝 = = −13,90
0,059
𝐾𝑠𝑝 = 1,3 × 10−14
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Reaksi redoks merupakan adanya proses penerimaan elektron atau penurunan
bilangan oksidasi (reduksi),dan adanya pelepasan elektron atau peningkatan
bilangan oksidasi (oksidasi). Dan Bilangan oksidasi berkaitan dengan muatan atom
dalam suatu senyawa, yaitu suatu bilangan yang menunjukkan ukuran kemampuan
suatu atom untuk melepas atau menangkap elektron dalam pembentukan suatu
senyawa.
2. Dalam materi termodinamika dan sel elektrokimia, dapat digunakan rumus
∆𝐺° = – 𝑛 𝐹 𝐸°𝑠𝑒𝑙 untuk dapat mengetahui nilai perubahan bebas Gibbs dalam
keadaan standar. Dan perbedaan antara entropi standar reaktan dan produk dapant
dihitung dari: ∆𝑆°𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝛴𝑆°𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 𝛴𝑆°𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 . Serta Perubahan energi
bebas suatu system pada suhu dan tekanan konstan dapat dicari dengan persamaan
Gibbs : 𝐴𝐺 = 𝛥𝐻 − 𝑇𝛥𝑆
0,059
3. Hasil penurunan persamaan nersnt ∆𝐺° = −2,3𝑅𝑇 log 𝐾 atau 𝐸° = log 𝐾,
𝑛
dan penerapan dari persamaan nersnt dapat menghitung nilai Kw dan Ksp
17
DAFTAR PUSTAKA
Miller Jr, G. Tyler. (1982). Chemistry: A Basic Introduction. Second Edition. Beltmon, California:
Wadsworth Publishing Company.
Mulyono HAM. (2002). Kimia 1 untuk SMU/MA Kelas 1. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit CV.
Acarya Media Utama.
Mulyono HAM. (2006). Kamus Kimia. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara.
Mulyono HAM. (2006). Pembuatan Reagen Kimia di Laboratorium. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit
PT. Bumi Aksara.
Profillia,Putri. Dkk (2016) Modul paket keahlian kimia kesehatan kelompok kompetensi G (redoks
dan Elektrokimia) Sekolah menengah kejuruan (SMK). Jakarta : Layout & Desainer Grafis:TIM.
R.A. Day, JR. & A.L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif / Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
18