Anda di halaman 1dari 26

Spektrum Atom Hidrogen, Percobaan

Rutherford, Teori Atom Bohr, Dualisme


Sifat Partikel
Risa Rahmawati Sunarya
Penemuan Elektron & Model Atom Thompson

Sifat-sifat sinar katoda

Sinar katoda Sinar katoda Sinar katoda Sinar katoda


merambat dibelokkan dibelokkan mengasilkan
dalam arah oleh medan oleh medan pendaran
garis lurus listrik magnet pada dinding
Tabung sinar tabung
katoda meng-
hasilkan berkas Jelly positif
elektron, yang Model atom
Sinar katoda
keluar dari Thompson:
adalah berkas
kutub negatif atom adalah
elektron !!
menuju kutub jelly positif
positif yang dilekati
Elektron
elektron-
adalah bagian
Elektron (roti Elektron
dari atom !! (negatif)
kismis)
Percobaan Sinar Katoda (Chang,
2010)

Muatan 1 e = 1,6022 x 10-19 C,


Massa 1 e = = = 9,10 x 10-28 gram
Tabung Sinar Katoda
(Chang, 2010)
muatan e = 1,76 x 108
coulomb/gram

Model atom Thomson


(Tro, 2011)

Percobaan Tetesan Minyak Milikan (Silberberg, 2009) Yerimadesi, dkk


Kimia, M1KB1
Percobaan Rutherford

Percobaan ini dilakukan untuk Detektor yang


menguji kebenaran model atom dapat digerakkan
Thompson yang berupa jelly Sumber
bermuatan positif yang dilekati partikel 
oleh elektron-elektron yang
bermuatan negatif (Model roti kismis)

Lembaran tipis emas ditembakkan


dengan sinar alfa dari suatu sumber Foil
emas
radioaktif. Intensitas partikel alfa Penghalang timbal
Yang dihamburkan pada berbagai untuk mekolimasi
sudut diukur. sinar 

Jika model atom Thompson Jelly positif tempat


benar, maka lintasan Partikel  melekatnya elektron
partikel alfa hanya mengalami
sedikit pembelokan. Tidak ada
partikel alfa yang dihambur-
kan dengan sudut besar
Hasil Percobaan Rutherford

Sebagian besar partikel alfa


menembus foil emas. Sebagian
kecil partikel dipantulkan dengan
sudut yang sangat besar. Bahkan
ada sebagian yang sangat kecil
partikel alfa yang dipantulkan
dalam arah yang hampir
berlawanan dengan sinar datang.
Model Rutherford:
elektron mengitari inti
Dugaan proses dalam orbit lingkaran
tumbukan yang
terjadi. Massa
emas terkonsentrasi
pada inti bermuatan Inti
positif yang atom
ukurannya sangat emas
kecil. Sebagian
besar volum zat
adalah ruang
kosong
Masalah dengan model atom Rutherford

Elektron mengitari inti dalam


orbit lingkaran mengalami
percepatan terus-menerus
(sentripetal). Partikel bermu-
atan yang mengalami perce-
patan memancarkan akan
gelombang EM (frekuensi sama
dengan frekuensi putaran
Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet
elektron)
yang semula lingkaran berubah menjadi spiral.

Energi elektron makin


kecil, lintasannya makin
dekat ke inti, dan freku-
Frekuenksi kontinu
ensi putaran berubah-
terus menerus. Tidak sesuai dengan pengamatan spektrum
Lintasan elektron berupa emisi atom berupa garis-garis terpisah
spiral. Akhirnya elektron
jatuh ke inti (atom H
tidak stabil) Na
Frekuensi yang dipancarkan
Hg
atom kontinu.
Kelemahan Model Atom Thompson
Tidak dapat menjelaskan mengapa dalam percobaan hamburan partikel
alfa oleh foil emas sebagian kecil partikel dipantulkan dengan sudut
yang sangat besar. Bahkan ada sebagian yang sangat kecil partikel alfa
yang dipantulkan dalam arah yang hampir berlawanan dengan sinar
datang.
Kelemahan Model Atom Rutherford
• Tidak dapat menjelaskan mengapa atom stabil (elektron tidak jatuh ke
inti atau lintasan elektron tidak berupa spiral).
• Tidak dapat menjelaskan mengapa spektrum atom hidrogen adalah
diskrit (tidak kontinu)
Merupakan penyempurnaan model atom
Model atom Bohr Rutherford. Konsep kuantum diperkenal
kan pertama kali pada atom.

Terdapat orbit tertentu yang


dimiliki elektron sekitar inti
di mana tidak terjadi pemancaran

Orbit stationer
gelombang elektromagnetik
meskipun elektron memiliki
percepatan (prinsip kuantisasi orbit).
Orbit tersebut disebut orbit
stasioner. Pandangan ini tidak
sesuai dengan elektrodinamika
klasik.

Pemancaran atau penyerapan


gelombang EM terjadi jika elektron

M arkan
meloncat dari satu orbit stasioner

gel manc
ke orbit orbit stasioner lain.

.E
Frekuensi gelombang EM yang

Me
M
dipancarkan/diserap memenuhi en eny
erg er
i ap
hf = Eorb-akhir – Eorb-awal
Postulat kuantisasi Bohr

Orbit stasioner memiliki Niels Bohr


momentum sudut yang
merupakan kelipatan h
bulat dari L = m v rn = n 2
h/2 n = 1, 2, 3, …,
h : konstanta Planck
(h = 6,63 x 10-34 J/Hz)
n : bilangan kuantum orbit
rn : jari-jari orbit yang berkaitan
dengan bilangan kuantum n
Kuantisasi jari-jari Orbit

Gaya tarik inti pada elektron e : muatan elektron


yang berada pada orbit stasioner (1) Ze : muatan inti
dengan bilangan kuantum n m : massa elektron
k : 1/4o
Elektron tetap pada orbitnya o : permitivitas vakum
jika terpenuhi (2)

Dari persamaan kuantisasi


(3)
momentum sudut dapat
ditulis

Substitusi (3) ke dalam (2)


(4) Jari-jari
dan atur ulang, diperoleh
Bohr

Persamaan (4) merupakan persamaan kuantisasi jari-jari orbit stasioner.

Khusus untuk atom dengan


hidrogen (Z=1), = 0,529  10-10 m
Kuantisasi Energi

Dari persamaan (2) dapat


diturunkan energi kinetik
elektron pada orbit dengan (5)
bilangan kuantum n

Energi potensial
elektron pada orbit dengan (6)
bilangan kuantum n

Energi total
elektron pada orbit dengan (7)
bilangan kuantum n

Substitusi rn yang diberikan


oleh persamaan (4) ke dalam
(8)
persamaan (7) diperoleh
persamaan kuantisasi energi

Khusus untuk atom


dengan = 13,6 eV (8)
hidrogen dengan Z=1,
Keadaan dasar dan keadaan tereksitasi atom H

Jika elektron berada pada orbit dengan n = 1 maka atom H dikatakan


berada pada keadaan dasar. Tetapi jika elektron berada pada orbit dengan
n > 1 maka atom dikatakan berada pada keadaan tereksitasi

Keadaan dasar Keadaan tereksitasi

n=1 n=1 n=1

n=2 n=2 n=2

n=3 n=3 n=3


Transisi elektron dalam atom H

Jika atom mendapat energi dari luar, maka energi tersebut dapat diserap
oleh elektron untuk meloncat dari orbit dengan bilangan kuantum
kecil ke orbit dengan bilangan kuantum besar. Atom selanjutnya berada
dalam keadaan tereksitasi.

Keadaan tereksitasi bukan merupakan keadaan stabil. Elektron hanya


bertahan sesaat pada orbit dengan bilangan kuantum n > 1, sebelum
kembali ke bilangan n = 1 (atom kembali ke keadaan dasar)

Selama menuju ke orbit dengan n = 1, bisa terjadi elektron melewati orbit


Antara, yaitu dengan n > 1.

Setiap transisi elektron dari orbit dengan n besar ke n kecil, dipancarkan


gelombang elektromagnetik dengan energi sama dengan selisih energi
elektron pada dua orbit tersebut, atau

hf = Em – En (9)

m : bilangan kuantum orbit awal, n : bilangan kuantum orbit akhir


Deret spektrum emisi atom H

Dengan menggunakan hubungan (10)

Persamaan (9) dapat ditulis (11)

Substitusi persamaan (8) ke


(12)
dalam persamaan (11) diperoleh

Pada tahun 1885 Balmer menunjukkan 434 nm 656 nm


bahwa panjang gelombang spektrum
tampak atom hidrogen dapat difit
dengan rumus

(13)
410 nm 486 nm

m = 3, 4, …; dan R = 1,097  107 m-1,


disebut konstanta Rydberg Spektrum tampak atom H
Perbandingan dengan hasil eksperimen

Dengan menggunakan persamaan (8) dan (12) diperoleh

= 1,0974  10-7 m-1

yang persis sama dengan konstanta Rydberg yang diperoleh secara


eksperimen, seperti pada persamaan (13). Ini berarti, model atom Bohr
Sangat sesuai dengan hasil pengamatan !!!!

Dengan memasukkan n = 2 pada persamaan (12) diperoleh rumus


yang persis sama dengan rumus empiris Balmer di persamaan (13).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa, spektrum tampak atom hidrogen
dihasilkan akibat perpindahan elektron dari orbit dengan bilangan
kuantum n > 2 ke orbit dengan bilangan kuantum n = 2.

Lebih jauh, teori Bohr juga meramalkan keberadaan deret spektrum lain
yang dimiliki atom hidrogen di daerah ultraviolet dan inframerah.
Deret spektrum atom hidrogen
Atom hidrogen juga memiliki grup spektrum di daerah ultraviolet yang di-
kenal dengan deret Lyman. Grup spektrum ini dihasilkan oleh transisi
elektron dari orbit dengan bilangan kuantum n > 1 ke orbit dengan
bilangan kuantum n = 1.

Grup spektrum di daerah inframerah yang dikenal dengan deret Paschen


dihasilkan jika terjadi transisi elektron dari orbit dengan bilangan
kuantum n > 3 ke orbit dengan bilangan kuantum n = 3, deret Bracket
dihasilkan oleh transisi ke n = 4, dan deret Pfund akibat transisi ke n = 5.
Ketidakpastian Heisenberg
Elektron terpental

Ada ketidakpastian hasil pengukuran keadaan


partikel-partikel kecil, seperti foton dan Foton
datang
elektron, betapapun telitinya alat ukut yang
digunakan. Ketidakpastian muncul karena
Foton yang
pengukuran pada dasarnya mengganggu dipantulkan
keadaan partikel yang diukur. Efek gangguan
tersebut makin besar jika partikel yang diukur Pengamat
memiliki massa sangat kecil.
Pengukuran posisi
Ilustrasi: pengukuran posisi elektron dengan foton
elektron dengan foton

Foton memiliki momentum (1)

Ketika foton menumbuk elektron, terjadi


transfer momentum ke elektron yang besarnya
tidak diketahui. Tetapi besarnya kira-kira sama (2)
dengan momentum foton. Jadi ketidakpastian
momentum elektron setelah pengukuran
Foton merupakan gelombang. Ketelitian pengukuran dengan foton sangat
bergantung pada panjang gelombang foton. Makin kecil panjang gelombang
foton, makin teliti hasil pengukuran yang diperoleh. Ketidakpastian
pengukuran posisi benda kira-kira sama dengan panjang gelombang foton.

Jadi, setelah pengukuran diperoleh


ketidakpastian posisi elektron (3)
yang kira-kira sama dengan panjang
gelombang foton.

Perkalian ketidakpastian
momentum dan (4)
posisi elektron memenuhi

Energi kinetik elektron dapat ditulis

Ketidakpastian pengukuran momentun


Elektron menghasilkan ketidakpastian (5)
dalam pengukuran energinya
Ketidakpastian posisi elektron dapat
(6)
ditulis sebagai

dengan t adalah ketidakpastian


pengukuran waktu

Substitusi persamaan (5) dan (6)


ke dalam persamaan (4)
(7)
diperoleh hubungan ketidak-
pastian energi dan waktu
Mikroskop Elektron

Salah satu aplikasi dari dualisme sifat


partikel dan gelombang dari partikel
adalah perancangan mikroskop elektron.
 Sifat partikel dari elektron memungkinkan
elektron dipercepat dan dibelokkan dalam
medan magnet atau medan listrik.
 Sifat gelombang dari elektron memungkinkan
elektron digunakan untuk mengamati benda
yang ketelitiannya bergantung pada panjang
gelombang.

Mikroskop elektron
yang banyak dipakai
saat ini adalah
scanning electron
microscope (SEM),
transmission electron
microscope (TEM),
dan scanning tunneling
microscope (STM). Lensa magnetik Skema TEM
 Pada TEM, elektron menembus objek yang
akan diamati, mirip dengan cahaya yang
menembus objek pada mikroskop optik.
berkas elektron difokuskan atau
dibelokkan oleh lensa magnetik
atau listrik.
 Berkas elektron yang menembus objek
dideteksi dan bayangan benda
dibangun dengan komputer.
 Objek harus sangat tipis (kurang dari
beberapa nanometer agar dapat
ditembus elektron)

 Pada SEM, berkas tipis elektron


menghantam permukaan benda sehingga
terjadi pantulan elektron oleh permukaan
Skema TEM
denda atau menculnya elektron sekunder
yang keluar dari permukaan benda.
 Eketron yang dipantulkan oleh permukaan benda dan elektron sekunder
yang keluar dari permukaan benda dideteksi. Proses pengukuran dilakukan
berulang-ulang dengan menscan berkas elektron ke seluruh permukaan
benda.
 Dengan komputer, hasil scan tersebut digunakan untuk membuat
bayangan permukaan benda.
 Pada STM, probe yang sangat runcing
(ujungnya hanya terdiri dari satu atau
beberapa atom) discan sepanjang
permukaan bahan.
 Arus yang dihasilkan akibat loncatan
elektron dari permukaan bahan ke
probe dideteksi.
 Arus yang dideteksi, diolah dengan
komputer, senhingga profil permukaan
bahan dapat dibentuk
Bayangan TEM bagian sel darah putih

Bayangan STM
permukaan kristal

Probe STM
mendeteksi arus
tunneling dan
discan sepanjang
permukaan
Bayangan SEM satu neuron

Anda mungkin juga menyukai