Kelompok 2 Shift B
● Syifa Fauziah 260110190037
● Arraudha Adinda Putri 260110190038
● Eli Laelasari 260110190039
● Erlangga Ramadhan 260110190047
● Zio Van Lee 260110190049
● Intermediate
Kategori yang mencakup isolat bakteri dengan MIC agen antimikroba yang
mendekati tingkat darah dan jaringan yang biasanya dapat dicapai dan yang tingkat
responnya mungkin lebih rendah daripada isolat yang rentan. Kategori ini
menyatakan kemanjuran klinis di bagian tubuh yang obatnya terkonsentrasi secara
fisiologis atau ketika dosis obat yang lebih tinggi dari biasanya dapat digunakan
(CLSI, 2006).
● Resistant
Kategori yang menyatakan bahwa isolat bakteri tidak dapat dihambat oleh
konsentrasi agen yang biasanya dapat dicapai dengan jadwal dosis normal atau yang
menunjukkan diameter zona yang berada dalam kisaran di mana mekanisme
resistensi mikroba tertentu mungkin terjadi, dan kemanjuran klinis dari agen
terhadap isolat bakteri belum teruji secara pasti pada studi pengobatan (CLSI,
2006).
2. Jelaskan mekanisme resistensi antibiotik
● Mutasi DNA
Bakteri dapat melakukan proses evolusi vertikal dan juga evolusi horizontal.
Evolusi vertikal, merupakan mutasi yang diwariskan ke seluruh keturunan yang
dihasilkan dari sel inti. Evolusi horizontal, merupakan pertukaran gen antara
sel-sel bakteri yang berdekatan. Mutasi DNA spontan dapat terjadi pada plasmid
dalam suatu sel bakteri. Plasmid merupakan DNA ekstrakromosomal yang hanya
terdapat pada sel bakteri. Pertama-tama plasmid bereplikasi dalam sel inang dan
ditransfer ke sel bakteri lain. Plasmid tersebut dapat memindahkan informasi
genetik antara bakteri yang berbeda. Jenis transfer genetik tersebut dinamakan
konjugasi (Pelczar dan Chan, 1986).
● Transduksi
Transduksi merupakan perpindahan informasi genetik oleh virus penginfeksi
bakteri yang disebut bakteriofag. Fage berikatan pada membran sel bakteri lalu
melakukan injeksi. Terdapat 2 hal yang dilakukan oleh fage, yaitu DNA dapat
menjadi non infektif dan menggabungkan gen yang membawanya ke dalam DNA
bakteri itu sendiri atau virus dapat berkembang biak dan merusak sel inang
(Kenneth, 1995).
● Transposon antara DNA virus dan DNA bakteri
Transposisi merupakan transfer genetik yang menggunakan transposon, yaitu
bahan yang lebih kecil dari DNA untuk membawa gen resisten antibiotik.
Transposon dapat keluar dari plasmid dan bergabung dengan DNA inang yang
baru atau ke dalam plasmid setelah konjugasi. Informasi genetik yang dibawa
transposon masih dapat hidup meskipun plasmid yang mentransfer informasinya
telah mati.
Resistensi antibiotik dalam bakteri biofilm diduga terjadi karena lambat atau
tidak sempurnanya penetrasi antibiotik ke biofilm oleh adanya perubahan lingkungan
kimiawi mikro pada biofilm sehingga dapat melawan aksi antibiotik dan adanya
perubahan osmotik biofilm melalui perubahan proporsi relatif dari porin sehingga
mengurangi permeabilitas cell envelope terhadap antibiotik, serta diduga karena
subpopulasi mikroorganisme dalam biofilm akan membentuk struktur khas yang
memberikan perlindungan pada mikroorganisme (Corvianindya dan Brotosoetarno,
2004).
● Antibiotik empirik merupakan antibiotik yang dimulai karena dugaan infeksi, yang
belum diketahui jenis bakterinya (Kemenkes RI, 2015). Lama pemberian:
Antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus
dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta
data penunjang lainnya. (KPRA RSUD Dr. Saiful Anwar, 2016).
- Dasar pemilihan:
1) Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotika data epidemiologi dan pola
resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah sakit setempat.
2) Kondisi klinis pasien.
3) Ketersediaan antibiotika.
4) Kemampuan antibiotika untuk menembus ke dalam jaringan/organ yang
terinfeksi.
5) Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat
digunakan antibiotika kombinasi.
- Dasar pemilihan:
1) Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik.
2) Sensitivitas.
3) Biaya.
4) Kondisi klinis pasien.
5) Diutamakan antibiotika lini pertama/spektrum sempit.
6) Ketersediaan antibiotika (sesuai formularium rumah sakit).
7) Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) setempat yang
terkini.
8) Paling kecil memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
Penilaian dilakukan dengan cara melihat data dari form penggunaan antibiotik dan
rekam medik pasien untuk melihat perjalanan penyakit. Serta melihat gejala klinis dan
hasil laboratorium apakah sesuai dengan indikasi antibiotik yang tercatat dalam Lembar
Pengumpul Data (LPD).
Penilaian kualitas penggunaan antibiotik menggunakan alur gyssens, penilai harus
lebih dari 1 orang tim PPRA, sehingga jika terjadi perbedaan hasil penilaian dari tiap
penilai harus dilakukan diskusi panel pada kasus yang berbeda (Kemenkes RI, 2015).
Terdapat kategori hasil penilaian (Gyssens flowchart) :
Kategori IV A : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IV B : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih aman
Kategori IV C : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih murah
Kategori IV D : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain dengan spektrum
lebih sempit
Kategori VI : data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak dapat dinilai
Badan paM. 2001. Informasi penggunaan antibiotik. Majalah Farmacia 2 001: 16- 17.
Corvianindya, Y., Brotosoetarno S. 2004. Resistensi bakteri oral biofilm terhadap antibiotika
golongan betalaktam. IJD. 11(2): 83-87.
CSLI. 2006. Performance Standards for Antimicrobial Disk Susceptibility Tests; Approved
Standard, Ninth Edition. USA: Clinical and Laboratory Standards Institute.
Handayani, S. 2020. Buku Ajar Aspek Sosial Kedokteran Edisi 2. Surabaya: UNAIR Press.
Kemenkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015
tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Tersedia online
di http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn334-2015.pdf. [Diakses 3
November 2020].
Kenneth T. 1995. CALS Pathogen! Pest Resistance Discussion. Bacterial Resistance to
Antibiotic. Madison: CBC.
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. 2016.
Panduan Umum Penggunaan Antimikroba. Malang: RSSA Malang.
Mandell., Douglas dan Bennet. Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed.
Philadelphia: Eselvier.
Novita, W. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Daun Sirih (Piper betle L) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans secara In Vitro. JMJ. Vol 4(2): 140-155.
Pelczar MJ dan Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta: Universitas Indonesia.