Anda di halaman 1dari 99

KIMIA ANALISIS 1

Pratiwi Apridamayanti, M.Sc., Apt


Analisa Titrimetri
Pengertian
• Analisa kuantitatif berdasarkan volume konstan yang dihubungkan
dengan reaksi stoikiometri sederhana dari suatu reaksi kimia
Asas Umum
aA + tT  Produk
• Keterangan: a. molekul analit A (titrat)
b. molekul reagensia T (titran)
aA
+ tT (kadar yang diketahui) didalam buret

ad A setara T secara kimia


Lakukan titrasi blanko

Titik akhir ~ Titik Equivalen

(+) indikator utk meNgetahui kelebihan T

Respon
Indikator  TA ~ TE
Faktor yang harus diperhatikan
• Asam kuat
• Tidak mudah menguap
• Stabil
• Garam dari asam yang mudah larut
• Bukan senyawa pengoksida kuat (mis. HCl, H2SO4,
HCLO4)
• Dasar perhitungan kadar
1. Reaksi kimia harus benar
2. Rumus molekul harus benar
3. Mengetahui valensi
4. Mengetahui kesetaraan
Macam-macam standar
• Baku primer
• Digunakan untuk membakukan baku sekunder dan memiliki sifat stabil
• Ciri-cirinya: tersedia dalam bentuk murni, tidak higroskopis atau mudah untuk
dikeringkan, BE tinggi, merupakan golongan asam-basa kuat, tidak mudah
teroksidasi oleh oksigen dan karbondioksida di udara
• Baku sekunder
• Merupakan senyawa yang memiliki sifat yang tidak stabil sehingga perlu
dibakukan terlebih dahulu
Syarat Titrimetri
• Reaksi harus sederhana (tidak dapat produk lain)
• Reaksi berjalan cepat dan praktis (dimungkinkan menambah katalis
yang irreversible)
• Harus memiliki perubahan yang mencolok (dibantu penambahan
indikator)

*Titrasi blanko ditujukan untuk mengeliminasi zat pengotor


yang sifatnya sama dengan analitnya
Cara Titrasi
• Titrasi langsung
• Titrasi langsung pada zat yang akan ditetapkan
• Titrasi kembali
• Dilakukan dengan penambahan titran pada jumlah berlebihan, kelebihan
titran dititrasi dengan titran yang lainnya.
Asidi-Alkalimetri
Oleh
Pratiwi Apridamayanti, M.Sc., Apt
Pengertian
• Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam
• Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa yang bersifat asam
dengan menggunakan baku basa
Asam dan Basa
• Terdapat 3 pengertian asam-basa:
1. asam-basa Arrhenius
asam adalah senyawa jika dilarutkan dalam air terurai menjadi
ion hidrogen (H+)
basa adalah senyawa jika dilarutkan dalam air terurai menjadi
ion hidroksida
2. Asam-Basa Bronsted-Lewis
Bronsted (1923)
Asam adalah senyawa yang melepaskan proton
Basa adalah senyawa yan menangkap proton

A A+ + B
Proton + Basa Konjugatnya
Asam
Asam dapat berada dalam bentuk:
1. Molekul netral
CH3COOH H+ + CH3COO-

HCl H+ + Cl-

2. Ion positif
NH4+ H+ + NH3

3. Ion negatif
H2PO4- H+ + HPO42-
• Lewis (1938)

• Asam : penerima pasangan elektron


• Basa : pemberi pasangan elektron
HCl + H2O  Cl- + H3O+

HCl + NH3  Cl- + NH4+

H2O + CO32-  OH- + HCO3-

NH3 + BF3 N3H : BF3


Klasifikasi Asam-Basa
•Asam Kuat Basa Kuat
Terionisasi sempurna dlm air, semua Terionisasi sempurna dlm air, semua
molekul asam bereaksi dg air mghasilk molekul basa bereaksi dg air mghasilk
ion H3O+. Larutannya mrpk konduktor
ion OH-. Larutannya mrpk konduktor
baik (kuat)
baik (kuat)
Contoh ; HCl, H2SO4, HNO3
Contoh ; NaOH, KOH
•Asam Lemah Basa Lemah
Hanya sebagian saja dari molekul asam Hanya sebagian saja dari molekul basa
yg bereaksi dg air mghasilkan ion H3O+.
yg bereaksi dg air mghasilkan ion OH-.
Larutannya mrpk konduktor lemah Larutannya mrpk konduktor lemah
CH3COOH + H2O  CH3COO- + H3O+ NH3 + H2O  NH4+ +OH-
Indikator Asam-Basa
Indikator Warna asam Warna basa Kisaran
pH
Methyl orange Pink Kuning 3,4 - 4,4
Bromthymol blue Kuning Biru 6,0 – 7,6
Phenolphtalein Tdk berwarna Merah 8,3 – 10,0
thymolphthalein Tdk berwarna Hijau 8,5 – 10,5

HIn + H2O  In- + H3O+

[H3O+] [In-] [HIn] Ka


Ka = atau [H3O+] =
[HIn] [In-]
pH pada Titrasi
• pH selama titrasi dapat
dilakukan dengan set pH meter
peralatan seperti
disamping
• pH larutan diukur selama
penambahan titran Magnetic stirrer

pH

V Titran
pH pada Titrasi
Kurva titrasi = perhitungan konsentrasi H3O+

pH

Setelah TE
ekivalen

Titik ekivalen
(TE)
Sebelum TE
ekivalen
Awal
titrasi
V titran
Pembuatan larutan baku Asam dan Basa serta
pembakuannya
• Larutan baku asam = HCl dan H2SO4
• Larutan baku basa = NaOH, KOH, dan BrOH
Larutan Baku Asam Klorida
• Titrasi dengan HCl menggunakan konsentrasi 1N; 0,5N; dan 0,1N
• HCl yang tersedia dalam satuan % perlu diketahui kesetaraan % ~ N
• Diketahui Bj (ρ) = 1,19 g/ml dan BM = 36,5

• Untuk membuat konsentrasi HCL yang diinginkan maka


% x Bj (ρ) x 1000
N= 100 x BM
X valensi

V1 X N1 = V2 X N2
• Contoh
1. Bagaimana cara membuat HCl 0,5 N sebanyak 500 ml
dari HCl 37%?

• Pembakuan HCl 0,1 N


HCl merupakan baku sekunder sehingga sebelum
digunakan perlu dilakukan pembakuan terlebih
dahulu
• Langkah-langkah pembakuan HCl
1. Menggunakan 200 mg Na2CO3 yg harus
dikeringkan atau Na2B4O7.10H2O atau secara
argentometri (AgCl)
2. Menggunakan indikator metil jingga (MJ)
• Reaksi yang terjadi :
Na2CO3 + 2CHL 2 NaCL + H2O + CO2
• Berdasarkan reaksi diketahui valensi Na2CO3 = 2 HCL
maka perhitungan Normalitas
NNa2CO3 X Vol = NHCL X Vol ……… 1-1

mg Na2CO3 x Valensi
BM Na2CO3
= ml HCL x N HCL …………… 1-2

mg Na2CO3 x Valensi ……………… 1-3


N HCL =
BM Na2CO3 x ml HCL
Larutan Baku NaOH
• Menggunakan larutan bebas karbonat (CO3)
• Pengenceran dengan air bebas CO2
• Langkah – langkah pembakuan
1. 400 mg kalium biftalat (CO2H.C6H4.CO2K)
BM=204,221 yang telah dikeringkan (+) air bebas CO2
tutup dengan erlenmeyer
2. Titrasi dengan NaOH dengan indikator fenoftalin (pp)
dengan titik akhir larutan berubah menjadi merah
• Reaksi yang terjadi
COOH COONa

+ NaOH + H2 O

COOK COOK
• Dari reaksi dapat diketahui valensi
1 mol kalium biftalat = 1 mol NaOH
• Nkalium biftalat X Vol = N NaOH X Vol………….. (2-1)
Penggunaan Larutan Baku Asam dan Basa

• Sebanyak 500mg asam salisilat (BM=138,12) dilarutkan dalam 25 ml


etanol encer yg telah dinetralkan dengan NaOH 01N (+) ind PP dan
dititrasi dengan NaOH 0,1N dan dibutuhkan sebanyak 12,56 ml hingga
diperoleh warna merah muda. Berapa kadar asam salisilat
Argentometri
Pendahuluan
• Pengertian
• Argentometri merupakan metode untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan
dengan perak nitrat
Indikator pada penetapan titik akhir
1. Kalium kromat (K2CrO4)
• Dibuat sebagai larutan kadar 5%
• Digunakan pada metode Mohr
• Digunakan untuk menetapkan ion klorida pada suasana larutan
netral
• Titik akhir yang diperoleh memberikan endapan merah.
AgCl + K2CrO4  Ag2CrO4 + 2 KCl
2. Feri amonium sulfat
• Merupakan larutan 40% feri amonium sulfat + asam
nitrat 6N
• Digunakan pada metode volhard
• Menggunakan baku amonium tiosianat (NH4CNS)
dalam suasana asam nitrat.
-
• Titik akhir diperoleh kelebihan ion tiosianat (CNS)
bereaksi dengan besi(III) membentuk endapan merah

3+ 3+ 3-
2Fe + 6 CNS
-
Fe + Fe(CNS)6
3. Indikator adsorbsi
• Adalah zat warna asam atau basa yang berubah warnanya
karena adsorbsi oleh endapan pada titik akhir.
• Zat warna asam ialah flouresin, dikloroflouresein dan eosin
sedangkan zat warna basa ialah rodamin B
• Prinsip : akan terjadi adsobrsi oleh ion dengan indikator
4. Kalium iodida
• Larutan 1 g KI dalam 10 ml aquadest
• Untuk penetapan sianida
• Titik akhir berwana endapan kuning kenari

AgNo3 + 2 KCN KAg(CN)2 + KNO3

KAg(CN)2 +Ag+ Ag Ag(CN)2 + K+

Dengan adanya amonia (NH3) maka,


Ag Ag(CN)2 + NH3 2 Ag(NH3)+2 + 2CN-
2Ag(NH3)2 + I- AgI + NH3
Indikator pada penetapan titik akhir
Indikator Penggunaan Perubahan warna Keterangan
pada titik akhir
Flouresein Ion Cl, Br, I, CNS, Hijau kekuning- Larutan sedikit basa
dengan ion Ag kuningan menjadi atau netral
kemerah-merahan
Dikloroflouresein Ion Cl, Br, I, CNS, Hijau kekuning- pH larutan 4,4 – 7
dengan ion Ag kuningan menjadi
kemerah-merahan
Eosin Ion Br, I, CNS, dengan Kemerah-merahan Dalam larutan asam
ion Ag menjadi ungu asetat dengan pH 1-
kemerahan 2
Rhodamin Ion Ag dengan Br Jingga kemerah- Dalam larutan asam
merahan menjadi nitrat encer
ungu kemerah- keasaman tidak
merahan lebih 0,5N
Metode-metode dalam titrasi Argentometri
1. Metode Mohr
• Menetapkan kadar klorida dan bromida
• Menggunakan perak nitrak (AgNO3)
• Suasan larutan netral atau sedikit basa (pH=6,5-9)
• Indikator kalium kromat
• Titik akhir endapan merah

Suasana larutan asam dapat menyebabkan : Suasana larutan basa dapat menyebabkan :
i. CrO42- + 2H+ 2HCRO4- i. Ag+ + OH- AgOH
ii. 2HCrO4 + 2H+ Cr2O72- + 2H2O ii. AgOH + OH- Ag2O + H2O

Zat pengoksid yang dapat mengoksidasi analit Titik akhir salah


• Merupakan titrasi langsung
• Ciri-ciri volume blanko < volume sampel
• Penetapan kadar
Volume Titran x N titran x BM
%b/b = X 100%
mg sampel x Valensi
• Kerugian metode Mohr adl
i. Hanya mampu menetapkan ion bromida dan klorida, namun tidak
memberikan hasil yang baik utk ion iodida dan tiosianat (AgI dan
AgSCN mampu mengadsorbsi ion kromat)
ii. Titik akhir kurang sensitif jika larutan yang digunakan encer.
iii. Terjadi adsorbsi ion-ion dari sampel sehingga perlu dilakukan
penggojokan yg kuat jika mendekati TA titrasi.
2. Metode Volhard
• Merupakan titrasi tidak langsung, dengan
menggunakan baku AgNO3 berlebih.
• Dilakukan pada suasana asam
• Menggunakan baku KSCN / NH4SCN
• Indikator besi (III) nitrat atau besi (III) amonium
sulfat ((Fe (NH4)(SO4)2)).
• Menetapkan kadar ion klorida, bromida, dan
iodida.
• Penetapan kadar berdasarkan pada selisih volume
baku AgNO3 dengan baku KSCN/NH4SCN

(V1.N1 – V2.N2) x BM Ket. 1 = baku AgNO3


% b/b = X 100% 2 = baku NH4SCN
mg sampel x valensi
• Berikut reaksi yang terjadi
Cl- + Ag+ (berlebih) AgCl

Kelebihan ion perak dititrasi kembali dengan tiosianat


Ag+ + CNS- AgCNS
-10
SAgCl = 1,56 x 10
SAgCNS = 1,16 x 10-12
AgCNS akan bereaksi dengan Fe(NH4)(SO4)2

AgCNS Ag+ + CNS-

Fe(NH4)(SO4)2 Fe3+

Fe3+ + CNS- Fe(CNS)63-


Endapan merah bata
• Hal-hal yang harus diperhatikan pada titrasi volhard :
1. Perak klorida (AgCl) harus disaring terlebih dahulu.
Suspensi harus dididihkan beberapa menit supaya terjadi
koagulasi perak klorida dan melepaskan ion perak yang
diadsorbsi oleh permukaan perak klorida,setelah dingin
dititrasi.
2. Berikut reaksi yang terjadi
3. Penambahan larutan baku perak nitrat (+) kalium nitrat
sebagai koagulan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya desorbsi AgCl + CNS- AgCNS + Cl-
3. Metode K.Fajans
• Indikator diadsorbsi oleh endapan dengan TA warna pada
permukaan endapan
• Hal2 yang harus diperhatikan:
i. Endapan yang terbentuk adalah koloid
ii. Menggunakan garam netral (hindari senyawa dengan ion valensi
banyak karena memiliki daya mengkoagulasi)
iii. Larutan tidak boleh encer
iv. Ion indikator harus memiliki sifat yang berlawanan dengan ion
pengendap
v. Ion indikator tidak boleh diadsorbsi sebelum TA, tapi harus
diadsorbsi kuat setelah tercapai TA
vi. Indikator eosin (tidak digunakan pd titrasi klorida)
4. Metode leibeg Denigens
• TA diberikan dengan terbentuknya kekeruhan yang tetap
• Larutan bersifat basa
• Menentukan ion sianida (CN)
• Kekurangannya lambatnya terbentuk endapan ketika akan TA
• Disempurnakan oleh Deniges
• Modifikasi pada penambahan indikator KI 0,01 N dan amonia 0,2N untuk
melarutkan perak sianida
• Kekeruhan dari perak iodida merupakan TA (kuning kenari)
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2

Ag+ + Ag(CN)2- Ag Ag(CN)2

Ag Ag(CN)2 + NH3 2Ag(NH3)2+ + 2CN-

Ag(NH3)2+ + I- AgI + 2NH3

Pada saat kelebihan ion sianida maka


AgI + 2CN - Ag(CN)2- + I -
• Contoh soal
1. Sampel seberat 0,8165 g mengandung ion klorida, akan
dianalisis dengan cara melarutkan sampel didalam air
kemudian di(+)kan 50 ml baku AgNO3 0,124 M.
kelebihan perak(Ag) dititrasi dengan baku KCNS 0,099
ternyata diperlukan 11,76 ml untuk memperoleh TA.
a. Sebutkan metode analisis yang dilakukan
b. Berapa kadar klorida yang terdapat pada smapel
c. Ramalkan reaksi yang terjadi pada metode analisis tersebut
2. Sampel seberat 0,971 g mengandung klorida
dilarutkan dalam air dan ditambah perak nitrat
0,1705N sebanyak 50 ml untuk mengendapkan ion
klorida. Kelebihan perak nitrat dititrasi dengan kalium
tiosianat 0,1010N dengan indikato ferriamonium
sulfat sampai terbentuk warna merah-kecoklatan
dibutuhkan 25,70 ml kalium tiosianat.
a. Metode analisis apa yang digunakan
b. Tuliskan reaksi yang terjadi
c. Berapa kadar klorida yang terdapat didalam sampel
3. Ditimbang sebanyak 0,250 g sampel yang
mengandung ion klorida, kemudian dilarutkan dalam
250 ml air. Diambil sebanyak 10 ml sampel dan
dilarutkan sampai 100 ml, kemudian diambil sebanyak
50 ml digunakan sebagai sampel dan ditambahkan
1ml indikator kalium kromat dan dititrasi dengan
larutan perak nitrat 0,095N sehingga dibutuhkan
sebanyak 12,5 ml.
a. Metode analisis yang digunakan?
b. Tuliskan reaksi yang terjadi?
c. Berapa kadar klorida yang terdapat didalam
sampel?
• Indikator yang digunakan pada titrasi argentometri
1. K2CrO4
• Kadar 5%
• Pada metode mohr
• Suasana netral
• TA adalah endapan merah
2. Fe NH4(SO4)2
• Kadar 40%
• Suasana HNO3
• Metode volhard
• TA adalah endapan merah
3. Adsorbsi
• Metode K.Fajans
• Zat warna asam atau basa
• Contoh Florescin, eosin dan rodamin B
4. Kalium Iodida (KI)
• Modifikasi dari metode leibig
• TA terbentuk endapan kuning kenari
KOMPLEKSOMETRI
Pendahuluan
• A. Senyawa Kompleks
• Merupakan senyawa yang terbentuk antara 2 senyawa kimia
dengan mekanisme donor-akseptor elektron
• Senyawa kompleks terdiri dari komponen akseptor elektron yaitu
ion logam dan komponen donor elektron yg disebut ligan
• Ion logam merupakan senyawa koordinasi sehingga akan
membentuk ikatan kovalen koordinasi
+ cth. 2-Ag(NH3)2 biloks 2, ZnCl
3- 4
biloks 4 dan Fe(CN)6
• Ligan merupakan senyawa yang terikat pada ion logam yang terikat
sesuai dengan tempat yang disediakan
• Unidentat = liganda mampu berikatan dengan 1 atom senyawa cth. NH3
• Bidentat = liganda yang mampu berikatan dengan 2 atom senyawa cth.
Etilen diamin
• Polidentat = liganda yang mampu berikatan dengan >2 atom senyawa,
dikenal sebagai senyawa pembentuk kelat
B. Reaksi Pembentukan Ion Kompleks
 Senyawa reaksi antara ion logam dan molekul pembentuk
kompleks dimana
• Ion logam  atom pusat  akseptor elektron
• Molekul pembentuk kompleks  ligan  donor elektron
 Bilangan koordinasi adalah
• Bilangan yang menyatakan jumlah ligan yang membentuk
kompleks stabil
• Jumlah ruang yang tersedia disekitar atom/ion pusat
 Ikatan antara ligan dan atom pusat  ikatan kovalen
Ligan merupakan atom dengan elektronegatifitas tinggi
(N,S,O, dan Halogen)
• Ex. Etilendiamin (EDN) + 2+Cu
• Membentuk cincin heterosiklik
2+
• Dibentuk oleh atom pusat yaitu Cu
Senyawa Pembentuk Khelat
H CH2COOH
CH2COOH
HOOCH2C CH2 CH2
HOOCH2C CH2 CH2 N H
N N
N
CH2COOH
CH2COOH CH2COOH
CH2COOH

Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)


CH2COOH CH2COOH
HOOCH2C CH2COOH
N N
CH2COOH
H
Asam Nitrilo Asetat (NITA) CH2COOH
N

CH2COOH
Asam Diamino Sikloheksana Tetra Asetat (DCTA/DYCTA /Complexon)
Pembentukan Kompleks CH2COOH
HOOCH2C CH2 CH2 N
N
CH2COOH
CH2COOH

Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA)


• Merupakan turunan amino karboksilat berbasa empat
• Terdisosiasi menjadi:
H4Y H+ + H3Y-
H3Y- H+ + H2Y2-
H3Y2- H+ + HY3-
HY3- H+ + Y4-

• pH yang digunakan
4-
8-10 karena yang akan membentuk
komplek adalah tetra anion Y
Indikator pada Titrasi Kompleks
a. Indikator Logam
o Menggunakan larutan baku dinatrium edetat pada titrasi
kompleks
o Kompleks yang dihasilkan adalah kompleks warna dengan
adanya ion-ion logam bebas dan warna akan berubah
ketika ion-ion logam bebas hilang
o Syarat indikator logam:
 Stabil secara kimiawi
 Membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1
 Warna yang diberikan harus berbeda pada saat TA
 Reaksi warna indikator harus selektif untuk logam yang dititrasi
dan harus bebas dari gangguan yang disebabkan senyawa lain.
Contoh Indikator Logam
• Hitam eriokrom (Eriokrom Black T, Mordant Black II,
Solochrome Black)
• Reaksi yang terjadi
S3O-

OH
OH

K1 K2 N
-
H2I HI22- I3-
N
pH=8-10
N2O-

Logam Mg, Ca, Cd, Zn, Pb dan Hg dapat


Biru
dititrasi langsung dengan menggunakan 2+
M
indikator EBT
Logam Co, Ni, Cu, Pt dan Ti lebih stabil
S3O-
membentuk kompleks ketika bereaksi
dengan EBT M
O O

N
N

NO2

Merah Anggur
b. Indikator pH
Jika suatu logam bivalen atau polivalen ditambahkan pada
larutan dari garam EDTA maka ion hidrogen akan dibebaskan

M2+ + (H2-EDTA)2- (M-EDTA)2- + 2H+


c. Indikator redoks
 Indikator pada sistem redoks berdasarkan bahwa ion logam
harus merupakan sistem dengan gabungan redoks.
 EDTA membentuk khelat dengan logam dalam keadaan
teroksidasi, pada saat titik akhir kesetimbangan redoks dirubah
menyebabkan warna indikator direduksi sehingga terjadi
perubahan warna
Cara-Cara Titrasi dengan EDTA
1. Titrasi Langsung
o Titran : ion logam + buffer ad pH 9-10 + indikator
o Titran : standar EDTA
o Ditambahkan asam sitrat, asam tartrat ditujukan untuk
mencegah terjadinya pengendapan logam dengan ion
hidrogen.
2. Titrasi kembali
 Alasan penggunaan titrasi kembali adalah ion logam yang
akan dianalisis tidak dapat dititrasi langsung, membentuk
kompleks yang inert dengan EDTA daripada dengan
indikator
 Titrat : ion logam + EDTA>>> + dapar pd pH yg diinginkan
+ Indikator
 Titran : Standar Ion Logam
3. Titrasi Substitusi
Tujuan dilakukan karena TA tidak jelas, membentuk kompleks
stabil antara ion logam dan EDTA daripada ion logam lain
Ion logam dapat ditetapkan dengan kompleks Mg-EDTA
Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkan dengan bantuan
indikator hitam eriokrom
Titrat : ion logam + dapar + indikator (hitam eriokrom)
Titran : Mg + EDTA
Stabilitas ion logam-titran lebih stabil dibanding ion logam-
titrat
Mn+ + MgY2- (MY)n-4 + Mg2+
4. Titrasi Alkalimetri
Proton dari EDTA dibebaskan oleh logam berat kemudian
dititrasi dengan larutan baku alkali
CH2COOH

Na CH2 N
CH
CH2COOH

Dilakukan pada
Na
suasana larutan netral
Indikator yang digunakan adalah indikator asam-basa atau
potensiometri
Titrat : kompleks ion logam+EDTA dlm suasana netral
Titran : Na-DTA atau standar alkali
Contoh Soal
1. Sebanyak 200 mg sampel bismut subkarbonat ditimbang secara
seksama, dilarutkan dalam campuran 3 ml asam nitrat pekat dan 2
ml air dengan pemanasan perlahan-lahan, kemudian diencerkan
dengan air sampai 200 ml, (+) indikator jingga ksilenol kalium nitrat,
dilakukan titrasi dengan larutan EDTA 0,05M 17,65 ml EDTA
membuat warna pada larutan berubah dari warna merah menjadi
warna kuning.
a) Metode apa yang dilakukan
b) Berapa kadar Bi yang ada disampel (Ar Bi = 209)
2. Menurut farmakope indonesia kandungan Bi didalam
Bismuth subkarbonat tidak kurang dari 80,0% dan
tidak lebih dari 82,5%. Jika dalam 250 mg sampel
yang telah ditimbang secara seksama. Tentukan
volume EDTA 0,05 M yang digunakan selama titrasi
berlangsung
3. Diketahui sebanyak 12,5 ml EDTA 0,05 M setara
dengan ………….. mg Bi
TITRASI OKSIDASI REDUKSI
PENDAHULUAN
• Oksidasi merupakan proses hilangnya satu atau lebih
elektron dalam zat (atom, ion dan molekul).
• Zat yang mengalami oksidasi, maka keadaa oksidasi
berubah menjadi lebih positif
• Zat pengoksidasi mengalami peristiwa reaksi reduksi
• Banyaknya –OH yang terdapat dalam senyawa
menunjukkan senyawa tersebut adalah reduktor
• Reduksi merupakan proses penambahan satu atau
lebih elektron dalam zat (atom, ion, molekul)
• Bila zat mengalami reduksi, keadaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif
• Zat pereduksi mengalami peristiwa oksidasi
• Reduksi Oksidasi + ne
• Reduksi + ne Oksidasi
Fe2+ Fe3+ + e
H2 2H+ + 2e
Cu Cu2+ + 2e
2I- I2 + 2e
Jenis-Jenis Titrasi Oksidasi-Reduksi
1. Permanganometri
• Menggunakan permanganat sebagai alat pengoksidasi
Kondisi asam (H2SO4)
MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O

If dalam pelarut HCl maka reaksi,


2 MnO4- + 16 H+ + 10 Cl- 2 Mn2+ + 5Cl2 + 8 H2O

jika didalam larutan terdapat MnO2 maka akan terjadi


2 MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 2 MnO2 + 4H+
• Kalium permanganat sebagai oksidator dalam larutan
basa kuat
MnO4- + e- MnO42- (reaksi cepat)
MnO42- + 2H2O + 2e- MnO2 + 4OH- (reaksi lambat)
Reaksi reduksi sehingga terbentuk mangan oksida
• Kalium permanganat dalam air
4 MnO4- + 2H2O 4 MnO2 + 3O2 + 4OH-
Kalisator pembentuka MnO2 selanjutnya

• Pembakuan larutan baku kalium permanganat


• Menggunakan natrium oksalat, dengan reaksi
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
C2O42- 2 CO2 + 2e-
Reaksi yang terjadi
2MnO4- + 16 H+ + 5C2O22- 2Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2

Berdasarkan reaksi pada oksidasi natrium oksalat dan kalium


permanganat diketahui 5 mol = hilang 10 e maka diketahui valensi na-
oksalat = 2
mg Na2C2O4
N KMnO4 = x Valensi
ml KMnO4 x BM Na2C2O4
2. Serimetri
Serium(IV)sulfat didalam asam sulfat encer merupakan zat
pengoksidasi
Jika terjadi serium(IV) sulfat direduksi, maka reaksi
Ce4+ + e- Ce3+

Larutan serium(IV)sulfat memiliki kelebihan dibanding kalium


permanganat, yaitu
a) Larutan yang stabil dalam penyimpanan
b) Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang
mengandung klorida
c) Perubahan valensi dalam reaksi sederhana
d) Merupakan senyawa pengoksidasi yang baik
e) Merupakan larutan yang kurang berwarna sehingga tidak
mengaburkan pengamatan titik akhir dengan indikator
3. Iodium
Oksidator yang relatif lemah, dengan reaksi
I2 + 2e 2I-
Metode titrasi dengan iodium-iodida dibagi menjadi
a. Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan baku iodium (I2)
digunakan untuk penetapan vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida,
sulfit, ferosianida
b. Iodometri merupakan titrasi tak langsung, dimana sampel akan
direduksi dengan KI >>> akan menghasilkan iodium, kemudian
dititrasi dengan baku tiosulfat. Sehingga volume tiosulfat setara
dengan iod yg dihasilkan.
reaksi yg terjadi
2S2O32- + I2 2I- + S4O62-
Aplikasi
• Titrasi Langsung (iodimetri)
• Penetapan kadar vitamin C dilarutkan dalam air bebas CO2
dan H2SO4 encer
• Titrasi dengan larutan iodium
• Indikator kanji

OH
OH
O O
O O HC
HC
H2C + 2HI
H2C + I2

OH
OH O O
HO OH

TA terbentuk warna biru tetap


• Titrasi tidak langsung (iodometri)
• Penetapan teobromin (senyawa alkaloid)
• Kelebihan I2 dititrasi kembali oleh larutan Na2S2O3
• Indikator kanji

O O
CH3 CH3
H H
N N
N H N H
+ I2 >>>
. HI5
N N
O N O N

CH3 CH3

Teobromin

I2 kelebihan+ 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6


Aplikasi
1. Ditimbang sebanyak 250 mg sampel yang mengandung vitamin C,
masukkan kedalam erlenmeyer (+) 5ml H2SO4 2N, tambahkan 2ml
indikator kanji 0,5%. Titrasi dengan larutan I2 0,1N hingga terbentuk
warna biru diperlukan sebanyak 25 ml.
a. Berapakah kadar vitamin C didalam sampel?
b. Ramalkan reaksi yang terjadi! OH

O O
HC

H2C

OH
HO OH
2. Ditimbang sebanyak 500 mg sampel yang
mengandung Na-teofillin dilarutkan dalam air ad 100
ml. diambil sebanyak 10 ml larutan dimasukkan
kedalam erlenmeyer bertutup (+) 15 ml larutan CuSO4
0,1N dan 20 ml KI 20% tutup dan digojog, diamkan
selama 20 menit kemudian larutan dititrasi dengan
larutan baku Na-tiosulfat 0,1N dengan indikator 3ml
larutan kanji diperlukan sebanyak 5ml Na-tiosulfat
a. Tuliskan reaksi yang terjadi!
b. Berapa kadar teofillin yang terdapat dalam sampel?

O
H
H3C
N
N H

N
O N

CH3
4. Brom
 brom digunakan untuk menetapkan kadar senyawa organik
dan bereaksi secara adisi atau substitusi
Brom dapat diperoleh dari hasil pencampuran kalium bromat
(KBrO3) kalium bromida (KBr)
Pembuatan dan Pembakuan Larutan Brom 0,1N
 Menggunakan 3 g KBrO3 dan 15 g KBr ad air 1L
 Tambahkan 5 ml HCl pekat dan ditutup
 Tambahkan KI 20% kocok dan dibiarkan selama 5 menit
 Titrasi dengan Na-Tiosulfat 0,1N dengan indikator kanji
 Berikut reaksi yg terjadi

KBrO3 + 5KBr + 6HCl 3Br2 + 6KCl + 3H2O


Br2 + 2KI I2 + 2KBr
I2 + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
• TA dari berwarna biru sampai tak berwarna
• Pada reaksi Brom akan bereaksi dengan KI
menghasilkan Iodium dan selanjutnya iodium akan
dititrasi dengan Na-tiosulfat
• Brom tidak bisa bereaksi langsung dengan Na-2-
tiosulfat karena akan menghasilkan tetrationat (S4O6)
dan sulfat (SO4)2-
V XN
Na-tiosulfat Na-tiosulfat
• N Brom =
V Brom
ZAT YANG DIRUJUK

1. Konstituen mayor > 1%


2. Konstituen minor (0,01 -1) %
3. Konstituen Trace < 0,01 %


Mengetahui jenis

ANALISIS Lebih sukar dibanding


KUALITATIF kuantitatif

Didasarkan sifat analit


(Rx kimia)

Kendala : - tak kenal sifat


- tak paham Rx kimia
Mengetahui kuantita (ų)

Melakukan
ANALISIS pengukuran ulang → x
KUANTITATIF
Setiap pengukuran
ada error (ε)

x≠ц

Tujuan : x ≈ ц
STATISTIK
ε≈0


DASAR Rx :
-Netralisasi → asidi alkalimetri
- Redoks : 1. permangano
2. Iodi-Iodometri
3. Bromo-bromato
4. serimetri
- Pengendapan Back to main
menu
FAKTOR-FAKTOR DALAM
PEMILIHAN METODA ANALISIS
1. Tujuan analisis
2. Macamnya bahan yang akan digunakan
3. Jumlah bahan
4. Validasi yang diinginkan
5. Lamanya waktu yang diinginkan
6. Peralatan yang tersedia
TAHAPAN DALAM ANALISIS
1. Pengambilan sampel
- representatif
- random / acak
2. Mengubah analait
→ bentuk yang sesuai
3. Pengukuran
→ data dari lab / penelitian
4. Perhitungan
→ statistika
→ validasi analisis
Pengolahan Data Analisis
Oleh
Pratiwi Apridamayanti, M.Sc., Apt
METODA STATISTIKA DALAM ANALISIS
• TUJUAN : Menginterprestasikan data → diambil keputusan
tepat → x = ų
1.Penolakan hasil Pengukuran

Ada data yang menyimpang

Ditolak Diterima
d deviasi rata-rata
dianalisis
SD standar deviasi
• Bila memakai d
→ hasil analisis x ditolak jika : ∑‫׀‬x–x‫׀‬
d= n
‫ ׀‬x - x ‫ > ׀‬2,5 d → P : 95%
‫ ׀‬x – x ‫ > ׀‬4 d → P : 90%

• Bila memakai SD
→ hasil analisis x ditolak jika :
‫ ׀‬x - x ‫ > ׀‬2 SD → P : 95%
‫ ׀‬x - x ‫ > ׀‬3 SD → P : 90%

∑ ‫ ׀‬x – x ‫׀‬2
SD = N -1
• Cara menghitung penolakan hasil :
1. Hasil yang menyimpang dipisahkan
2. Sisa data dihitung x dan SDnya
3. Hitung ‫ ׀‬x - x ‫׀‬, x = data yang menyimpang
CONTOH SOAL
Pada penetapan kadar NaCl dalam sampel, diperoleh
hasil sbb :
1. 95,72%
2. 95,81% Apakah ada data yang
3. 95,83%
ditolak
4. 95,92%
5. 96,18% → gunakan P = 0,95
• Q-test (Dixon’s Q-test)
Q hitung = [ Nilai yg dicurigai – Nilai yg terdekat]
(Nilai tertinggi – Nilai terendah)
Q hitung > Q tabel maka hipotesis null ditolak, artinya
terdapat perbedaan bermakna pada nilai yang
dicurigai
Nilai Q hitung pada taraf kepercayaan 95% (P=0,05) pada
uji dua sisi

Banyaknya Data Q tabel (Q kritis)


4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524
2. Persyaratan Validasi dalam Analisis
a. Test Deviasi Normal → x = µ
Tahap : hitung x

Hitung SD

Hitung t → ( x - µ ) x N
↓ SD
Cari t. tabel / t. kritik db (N – 1)

Kesimpulan x berbeda µ → t. hitung > t. tabel

x = µ → t. hitung < t. tabel


b. Validasi Ketetapan
∑ ‫ ׀‬x – x ‫׀‬2 Menyatakan hasil akhir
SD = N -1 Batas kesalahan

SD x ± SD
CV = X 100%
X
x ± CV
SD
SE = SD
N x±t
N

db dan N
c. Menyatakan Hasil Akhir (Final result)
- Umumnya x
- Batas kesalahan (limits of error)

SD
t SD SE =
N N
t = harga yang tergantung db dan P

Jadi penulisan batas kesalahan SD


x±t
N
d. Regresi dan Korelasi
→ kurva yang menghubungkan antara 2 besaran

garis lurus → hub. - / +

Persamaan umum Y = BX + A
Y = besaran dependen
X = besaran independen
B = slope / koef. regresi / kemiringan
A = intersep / tetapan regresi
Korelasi → dinyatakan dengan r
TAHAPAN PENGGUNAANNYA
1. Cari persamaan antara 2 besaran
Y= BX + A
2. Tentukan r (hitungan)
3. Cari r kritik / r tabel
→ db = N – 2
P = 95% atau 99%
4. Kesimpulan
ditolak / korelasi tak bermakna → r tab > r hit.
ada korelasi → r tab < r hit
Harga r hitung = -1….1
Jika ada kolerasi → Y = BX + A
e. Analisa Varian
Untuk mengetahui pengaruh bermacam-macam
variabel terhadap hasil yang didapat
Ex : 1. Pengaruh cara pemberian terhadap efek
farmakologi
2. Pengaruh infus batang brotowali
terhadap efek hipoglikemik
Bila ada pengaruhnya antara variabel hasil
→ uji “ t ”/ uji “ F “
Bila tidak ada → tidak perlu uji “ t ”/ uji “ F “
f. Test “ t “
Menguji perbedaan 2 buah x
Tahap : 1. hitung x
2. hitung SE. diff
(nA – 1)2.SA2 + (nB -1)2.SB2 nA + nB
= nA + nB - 2
x nA - nB

3. Hitung harga t hitung ‫׀‬xA – xB ‫׀‬


t = SE. diff
4. Pengambilan kesimpulan
→ xA beda xB maka t hit > t tabel
→ xA = xB maka t hit < t tabel
f. Cara Menyatakan Kesalahan

1. Absolut 2. Relatif
↓ ↓
d = µ-û µ-û d
C= µ = µ

d X 100%
µ
Lebih mencerminkan
yang sesungguhnya
Gravimetri
Oleh
Pratiwi Apridamayanti, M.Sc., Apt
Dasar-Dasar Gravimetri
• Merupakan cara analisis kuantitatif berdasarkan berat
tetap (konstan), unsur yang dianalisis dipisahkan dari
sejumlah bahan yang dianalisis.
• Perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang
dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan stabil
sehingga dapat diketahui berat tetapnya.
• Berat unsur atau gugus yang dianalsis dihitung dari
rumus senyawa serta berat atom penyusun.
• Cara pemisahan unsur murni yang terdapat didalam
senyawa dapat dilakukan dengan:
• Cara pengendapan
• Cara penguapan atau pengeringan
• Cara analisis pengendapan dengan memakai listrik
• Cara fisik lainnya
• Cara pengendapan
• Senyawa penyusun yang akan ditetapkan diendapkan dari
larutannya dalam bentuk senyawa tak larut atau sukar larut
sehingga tidak ada senyawa yang hilang selama penyaringan,
pencucian dan pengendapan
• Cth menetapkan kadar AgCl, dikeringkan pada suhu 130°C
ditimbang sebagai AgCl
• Cth menetepkan logam Mg yang diendapkan sebagai
MgNH4PO4, dipijar berubah menjadi Mg2P2O7 ditimbang
bentuk Mg2P2O7
Faktor-faktor yang berpengaruh
1. Endapan harus tidak larut, sehingga tidak ada senyawa yang
hilang
2. Keadaan fisis endapan harus dapat segera dipisahkan dari
larutan dengan cara penyaringan serta dicuci hingga bebas
dari pengotor
3. Endapan harus diubah menjadi senyawa murni
Teknik Analisis Gravimetri
• Untuk senyawa anorganik
• Berdasarkan pada bobot konstan dengan suhu tinggi
• Melakukan penimbangan berturut-turut 2x dengan
selisih penimbangan kurang dari 0,5 mg
• Prinsip
• Unsur atau senyawa yang direaksikan dengan pereaksi
tertentu membentuk endapan stabil
• Endapan harus memiliki komposisi yang konstan
Pengandapan (Ksp)

Pengendapan sempurna (koloid, kristalin, gelatin)

Senyawa sukar larut, tidak hilang dalam


penyaringan, pencucian dan penimbangan

• Penyaringan
Penyaringan
• Tujuan : untuk mendapatkan endapan bebas

1. Kertas saring : bahan yang 2. Krus Gooch : dibuat dari 3. Gelas Sinter : kaca dapat
halus sampai sedang, porselin, pemanasan dilakukan pemanasan 100°C-
endapan berbentuk gelatinus dilakukan pada suhu kurang 150°C, silika dpt dilakukan
dengan pemanasan dilakukan 200°C pemanasan sampai 1000°C
pada suhu kurang 200°C
• Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan
penyaringan
• Sifat dari senyawa yang disaring
• Tidak melarutkan endapan yang akan dicuci
• Tidak membentuk senyawa yang sukar larut atau menguap
denga endapan
• Tidak mengandung zat-zat yang dapa menganggu pada saat
penapisan
• Tahapan pada gravimetri
• Cth P.K logam Ag
Sampel (+) NaCl AgCl Disaring

Dipanaskan 130°C

Ditimbang sampai diperoleh


bobot konstan
• Bobot konstan = penimbangan bobot senyawa 2x
berturut-turut setelah dilakukan
pemijaran/pemanasan dengan selisih bobot senyawa
tidak lebih dari 0,5 mg
Azas Umum Gravimetri
• aA + rR AaRr (produk tak larut)

Bobot A
% Analit A = X 100%
• % Analit A adlBobot
bobot
sampelendapan yang telah memenuhi

syaratnya dari hasil penimbangan bobot konstan

• Faktor gravimetri adl perbandingan berat atom dari


Bobot endapan konstan x faktor gravimetri
sampel dengan bobot endapan
% Analit A = X 100%
Bobot sampel
Contoh analisis gravimetri
• 1. sampel seberat 0,6025 g dari suatu sampel yang mengandung Cl
didalam air. Ditambahkan larutan perak nitrat berlebih menyebabkan
ion klorida mengendap. Endapan kemudian dicuci, dianaskan,
ditimbang sampai bobot konstan = 0,713 g. hitunglah berapa % analit
yang terkandung didalam sampel
2. Sampel biji besi seberat 0,603 g dilarutkan kedalam
asam (HNO3), dimana besi akan dioksidasi menjadi
bentuk +3. kemudian diendapkan sebagai oksida
berair Fe2O3xH2O dan disring , dicuci dan dipijarkan
menjadi bentuk Fe2O3 ditimbang sampai bobot tetap
seberat 0,340g. Hitunglah % besi yang terkandung
didalam sampel
3. Berapkah bobot sampel yang mengandung 20% ion
clorida yang harus diambil untuk dianalisis, jika akan
memperoleh endapan perak klorida sebanyak 0,670 g
4. Berat fosfor dalam sampel batuan fosfat seberat 0,75
g diendapkan sebagai MgNH4PO4X6H2O, dipijarkan
menjadi Mg2P2O7. jika bobot endapan setelah dipijar
0,25 g maka hitunglah % P2O5 dan %P yang terdapat
didalam sampel
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai