TITRIMETRI
Nurul Nisa Ayu Alfani, S.TP, M.Gz
Titrasi
• Dasar Titrasi
• Titrasi = teknik analisis kuantitatif melalui penambahan volume tertentu larutan
titran ke dalam larutan analit hingga habis bereaksi.
• Gunakan stoikiometri reaksi titran dan analit untuk menghitung konsentrasi
larutan analit.
• Suatu kurva pH menunjukkan perubahan pH vs volume titran ketika titrasi
berjalan
• pH meter dapat digunakan untuk
memonitor perubahan pH selama titrasi
2) Indikator asam-basa dapat digunakan
untuk mengetahui tercapainya titik
kesetimbangan
4) Titrasi basa kuat dengan asam kuat memiliki kurva yang hampir identik
II. Titrasi asam lemah dengan basa kuat
• Penambahan suatu basa kuat ke dalam suatu basa lemah akan menghasilkan larutan
Buffer jika basa ditambahkan tidak mencukupi untuk bereaksi dengan semua asam
lemah
HA + OH- A- + H2O
B. Titik penting
•pH meningkat dengan cepat pada awal titrasi menggunakan asam kuat
2)Peningkatan pH melambat dekat pKa karena adanya efek larutan buffer
pH = pKa + log([A-]/[HA]) = pKa + log(1) = pKa (ketika [A-] = [HA])
3)Kurva menanjak dengan cepat dekat titik kesetimbangan. Equivtitik
kesetimbangan > 7.0
4)Kurva titrasi relatif sama dengan kurva titrasi asam kuat-basa kuat setelah titik
kesetimbangan dimana konsentrasi OH- jauh lebih besar.
½ titik kesetimbangan
pH = pKa
12.5
III.Titrasi basa lemah dengan asam kuat
• Relatif mirip dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat.
• Tentukan spesi dengan konsentrasi terbesar menggunakan stoikiometri
• Hitung pH dari basa lemah, bufer, atau asam kuat
• Contoh: Titrasi 100 ml NH3 0.10 M (Kb = 1.8 x 10-5) dengan 0.1 M HCl.
IV. Titrasi asam dan basa poliprotik
1. Terdapat beberapa beberapa titik peningkatan (titik kesetimbangan)
2. Volume titran yang digunakan untuk mencapai titik-titik kesetimbangan sama.
CO32- + H+ HCO3- Kb1 = KW/Ka2 = 1.8 x 10-4 (pKb1 = 3.74)
HCO3- + H+ H2CO3 Kb2 = KW/Ka1 = 2.3 x 10-8 (pKb2 = 7.64)
pKa2 = 10.26
pKb1 = 3.74
pKa1 = 6.36
pKb2 = 7.64
Titrasi
Ce 4+
2– )
Preoksidasi : Peroksidisulfat
((NH4)2S2O8 ) Natrium bismutat (NaBiO 3)
Hidrogen peroksida (H
2O2)
krom klorida
Reduktor Jones (zink terlapisi zink amalgam)
reduktor Walden (solid Ag dan HCl 1M )
Reduktor Jones :
2Zn (s) + Hg2+ Zn2+ + Zn(Hg) (s)
Reagen yang digunakan dalam titrasi redoks
Agen pereduksi
Garam Fe(II):
ammonium iron(II) sulfat heksahidrat (Garam Mohr) FeSO4(NH4)2SO4· 6H2O
besi(II) etilena diamina sulfat (Garam Oesper) FeC2H4(NH3)2(SO4)2· 4H2O
Natrium tiosulfat pentahidrat Na2S2O3·5H2O
Arsenat trioksida: arsen oksida As2O3
Natrium oksalat dan asam oksalat dihidrat Na2(COO)2 , (COOH)2·2H2O
Titanium triklorida TiCl3
Kalium ferosianida K4Fe(CN)6 · 3H2O
Natrium Tiosulfat, Na2S2O3
Ion tiosulfat merupakan reduktor tingkat menengah yang secara luas
digunakan untuk menentukan oksidator melalui suatu prosedur tidak
langsung yang melibatkan iodin sebagai intermediet. Dengan iodin, ion
tiosulfat teroksidasi secara kualitatif menjadi ion tetrationat berdasarkan
persamaan setengah reaksi:
2S2O3 2– S4O6 2– + 2e Eo = 0.08
Oksidator
(2) NaNO2
2NaNO2 + H2SO4 = Na2SO4 + HNO2
2KMnO4 + 5 HNO2 + 3H2SO4 = 2MnSO4 + K2SO4 + 5HNO3 + 3H2O
(3) FeSO4
2KMnO4 + 510 FeSO4 + 8H2SO4 = 2MnSO4 + K2SO4 + 5Fe2(SO4)3 + 8H2O
(4) CaO
CaO + 2HCl = CaCl2 + H2O
CaCl2 + H2C2O4 = CaC2O4 + 2HCl (asam oksalat berlebih)
2KMnO4 + 5 H2C2O4 + 3H2SO4 = 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8H2O (titrasi balik)
O HCl, Zn OH
CH3 Reduksi CH3
2 Ce(SO4)2
O OH
(2) Besi
2FeSO4 + 2 (NH4)4Ce(SO4)4 = Fe2(SO4)3 + Ce2(SO4)3 + 4
(NH4)2SO4
Oksidasi dengan kalium dikromat
4M HCl panas
Belakangan ini, piridin telah digantikan dalam reagen Karl Fisher dengan amina
yang lain, biasanya dengan imidazol.
(1) Solvolisis 2ROH + SO2 RSO3– + ROH2+
(2) Buffering B + RSO3– + ROH2+ BH+SO3R– + ROH
(3) Redox B•I2 + BH+SO3R– + B + H2O BH+SO4R– + 2 BH+I–
Rangkuman