Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS

TITRIMETRI
Nurul Nisa Ayu Alfani, S.TP, M.Gz
Titrasi
• Dasar Titrasi
• Titrasi = teknik analisis kuantitatif melalui penambahan volume tertentu larutan
titran ke dalam larutan analit hingga habis bereaksi.
• Gunakan stoikiometri reaksi titran dan analit untuk menghitung konsentrasi
larutan analit.
• Suatu kurva pH menunjukkan perubahan pH vs volume titran ketika titrasi
berjalan
• pH meter dapat digunakan untuk
memonitor perubahan pH selama titrasi
2) Indikator asam-basa dapat digunakan
untuk mengetahui tercapainya titik
kesetimbangan

Turunan pertama kurva menunjukkan


dimana perubahan kurva terjadi
Peralatan Titrasi
• Statif
• Buret
• Penjepit Buret
• Labu Erlenmeyer (gelas beaker)
• Analit (molaritas blm diketahui)
• Titran (larutan standar dengan
molaritas yang sudah diketahui)
• Indikator
• pH meter (opsional, namun
sangat direkomendasikan)
• Pengaduk (opsional,
direkomensasikan)
Penyiapan Titrasi

• Pastikan semua alat dalam keadaan bersih dan kering!


• Siapkan buret yang akan digunakan. Bilas dengan akuades.
Kemudian, bilas dengan larutan titran dan lewatkan melalui
stopcock untuk memastikan tidak ada air yang tersisa.
• Ukur volume analit yang ditambahkan ke dalam labu
Erlenmeyer, dan catat. Tambahkan beberapa tetes indikator.
Letakkan labu diatas pengaduk dan masukkan batang magnet
ke dalam labu.
• Isi buret dengan sejumlah tertentu titran, dan catat volume
awalnya. Tenggerkan buret pada statif menggunakan penjepit.
• Letakkan elektroda pH meter pada labu, dan tenggerkan
dengan menggunakan penjepit.
Memulai titrasi
• Nyalakan pengaduk pada kecepatan
rendah.
• Tambahkan beberapa mililiter titran
ke dalam analit dengan sedikit
memutar stopcock dan catat pH tiap
mililiter titran yang ditambahkan.
• Ketika titran diteteskan ke dalam
analit, indikator seketika akan
mengubah warna larutan, dan segera
hilang.
• Perubahan pH awal biasana relatif
kecil karena titran yang ditambahkan
akan langsung bereaksi dengan analit.
Titik Akhir

• Titik akhir telah tercapai


ketika perubahan warna
larutan telah terjadi
secara permanen.
• Akan terjadi lonjakan pH
jika semua analit telah
bereaksi karena akan
ada kelebihan titran di
dalam larutan. Contoh warna larutan pada titik akhir
menggunakan indikator fenolptalen
sebagai indikator. Warna berubah
menjadi pink pada titik akhir.
3) Titik penting:
• pH meningkat secara perlahan sebelum mencapai titik kesetimbangan
• pH berubah dengan cepat di dekat titik kesetimbangan
• Titik kesetimbangan pada titrasi asam kuat-basa kuat = 7

4) Titrasi basa kuat dengan asam kuat memiliki kurva yang hampir identik
II. Titrasi asam lemah dengan basa kuat
• Penambahan suatu basa kuat ke dalam suatu basa lemah akan menghasilkan larutan
Buffer jika basa ditambahkan tidak mencukupi untuk bereaksi dengan semua asam
lemah
HA + OH- A- + H2O
B. Titik penting
•pH meningkat dengan cepat pada awal titrasi menggunakan asam kuat
2)Peningkatan pH melambat dekat pKa karena adanya efek larutan buffer
pH = pKa + log([A-]/[HA]) = pKa + log(1) = pKa (ketika [A-] = [HA])
3)Kurva menanjak dengan cepat dekat titik kesetimbangan. Equivtitik
kesetimbangan > 7.0
4)Kurva titrasi relatif sama dengan kurva titrasi asam kuat-basa kuat setelah titik
kesetimbangan dimana konsentrasi OH- jauh lebih besar.
½ titik kesetimbangan
pH = pKa

12.5
III.Titrasi basa lemah dengan asam kuat
• Relatif mirip dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat.
• Tentukan spesi dengan konsentrasi terbesar menggunakan stoikiometri
• Hitung pH dari basa lemah, bufer, atau asam kuat

• Contoh: Titrasi 100 ml NH3 0.10 M (Kb = 1.8 x 10-5) dengan 0.1 M HCl.
IV. Titrasi asam dan basa poliprotik
1. Terdapat beberapa beberapa titik peningkatan (titik kesetimbangan)
2. Volume titran yang digunakan untuk mencapai titik-titik kesetimbangan sama.
CO32- + H+ HCO3- Kb1 = KW/Ka2 = 1.8 x 10-4 (pKb1 = 3.74)
HCO3- + H+ H2CO3 Kb2 = KW/Ka1 = 2.3 x 10-8 (pKb2 = 7.64)

pKa2 = 10.26
pKb1 = 3.74

pKa1 = 6.36
pKb2 = 7.64

½ Eq. pt 1 Eq. pt 1 ½ Eq. pt 2 Eq. pt 2


IV.Indikator asam-basa
• Menentukan titik kesetimbangan pada titrasi
• Menggunakan pH meter
• Plot lah kurva pH vs volume titran
• Bagian tengah daerah vertikal =
ttk kesetimbangan
• Menggunakan indikator asam-basa
• Indikator asam-basa=molekul yang mengubah warna larutan berdasarkan pH
• Pilihlah indikator asam-basa yang berubah warna pada titik ekuivalen
• Titik akhir (End Point)= titik ketika indikator berubah warna. Jika salam
memiliki indikator, titik akhir ang ditunjukkan akan berbeda.
• Indikator biasanya merupakan asam lemah yang melepaskan proton (yang
menyebabkan perubahan warna) ketika OH- mencapai konsentrasii tertentu
HIn + OH- In- + H2O
B. Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalch
• pH = pKa + log([In-]/[HIn])
• pH = pKa + log(1/10) untuk perubahan warna
• log(1/10) = -1
• pH awal terjadinya perubahan warna selalu terjadi pada titik pKa – 1 untuk
semua indikator
• Untuk larutan basa yang dititrasi dengan asam, [In-]/[HIn] = 10/1 untuk
perubahan warna
• Log(10/1) = +1, pH terjadinya perubahan warna terjadi pada pKa + 1
• Kisaran untuk perubahan warna indikator = pKa +/- 1
TITRASI
REDUKSI-
OKSIDASI
Penyesuaian bilangan oksidasi analit
Beberapa analit kadang berada dalam dua atau lebih bilangan oksidasi, sehingga perlu
disesuaikan/disamakan menggunakan suatu reduktor atau oksidator terterntu.

Misalnya. Penyesuaian pH dengan reagen tambahan


Fe(II), Fe(III) Fe(II)
4

Titrasi
Ce 4+

2– )
Preoksidasi : Peroksidisulfat
((NH4)2S2O8 ) Natrium bismutat (NaBiO 3)

Hidrogen peroksida (H
2O2)

Prereduksi : Timah klorida ( SnCl


2 )

krom klorida
Reduktor Jones (zink terlapisi zink amalgam)
reduktor Walden (solid Ag dan HCl 1M )
Reduktor Jones :
2Zn (s) + Hg2+  Zn2+ + Zn(Hg) (s)
Reagen yang digunakan dalam titrasi redoks

Agen pereduksi

Garam Fe(II):
ammonium iron(II) sulfat heksahidrat (Garam Mohr) FeSO4(NH4)2SO4· 6H2O
besi(II) etilena diamina sulfat (Garam Oesper) FeC2H4(NH3)2(SO4)2· 4H2O
Natrium tiosulfat pentahidrat Na2S2O3·5H2O
Arsenat trioksida: arsen oksida As2O3
Natrium oksalat dan asam oksalat dihidrat Na2(COO)2 , (COOH)2·2H2O
Titanium triklorida TiCl3
Kalium ferosianida K4Fe(CN)6 · 3H2O
Natrium Tiosulfat, Na2S2O3
Ion tiosulfat merupakan reduktor tingkat menengah yang secara luas
digunakan untuk menentukan oksidator melalui suatu prosedur tidak
langsung yang melibatkan iodin sebagai intermediet. Dengan iodin, ion
tiosulfat teroksidasi secara kualitatif menjadi ion tetrationat berdasarkan
persamaan setengah reaksi:
2S2O3 2–  S4O6 2– + 2e Eo = 0.08

Misalnya. Penentuan hipoklorit dalam kaporit [CaCl(OCl)H2O]:


OCl– + 2I– + 2H+  Cl– + I2 + H2O (KI berlebih)
I2 + 2 S2O3 2–  2I– + S4O6 2–
Indikator: larutan pati (-amilosa)
Model molekul ion tiosulfat
Struktur monomer dari gula amilosa

Skema struktur kompleks amilum-


iodin. Rantai amilum membentuk
suatu heliks disekelililng unit I6.

Pemandangan dari bawah heliks


amilum, bagian dalam dari heliks.
Arsen oksida, As4O6

As4O6 + 6H2O = 4H3AsO3


H3AsO3 + I3– + H2O = H3AsO4 + 3I– + 2H+

Molekul As4O6 terdiri atas


tetrahedral As4 dengan atom
oksigen sebagai penghubung
pada masing2 sisi.
Reagen yang digunakan dalm titrasi redox

Oksidator

Kalium permanganat KMnO4 : permanganometri


Serat sulfat / Serat amonium sulfat Ce(SO4)2·2(NH4)2SO4· 4H2O :
Serimetri
Kalium dikromat K2Cr2O7 : Dikrometri
Iodin I2 : iodometri, iodimetri
Kalium iodat KIO3 : Iodatimetri
Kalium bromat KBrO3 : Bromatimetri
natium nitrit NaNO2 :
kalsium hipoklorit Ca(ClO)2 :

Titrasi permanganometri
Oksidasi dengan permanganat: reduksi permanganat

KMnO4 merupakan oksidator kuat yang paling sering digunakan.


Digunakan dalam larutan asam kuat (H2SO4 1M atau HCl, pH  1)
MnO4– + 8H+ + 5e = Mn2 + + 4H2 O Eo = 1.51 V
violet tak berwarna
KMnO4 sebagai indikator .
Dalam larutan asam lemah, netral, atau basa
MnO4– + 4H+ + 3e = MnO2 (s) + 2H2 O Eo = 1.695 V
padatan coklat mangan dioksida
Dalam larutan basa kuat (NaOH 2M)
MnO4– + e = MnO42 – Eo = 0.558 V
hijau
Penyiapan larutan kalium permanganat 0.1 N
larutan KMnO4 tidak selalu dalam keadaan murni. Akuades terkadang mengandung
sejumlah kecil material organik yang bereaksi dengan lambat dengan permanganat
membentuk mangan dioksida. Mangan dioksida meningkatkan autodekomposisi
permanganat.

1) Larutkan sekitar 3.2 g KMnO4 (mw=158.04) dalam 1000 ml air, panaskan


larutan hingga mendidih, dan turunkan suhu nya sedikit dibawah titik didih
selama 1 jam. dapat juga, membiarkan larutan pada suhu ruang selama 2-3
hari.
2) Saring larutan melalui penyaring sintered-glass untuk menghilangkan MnO2.
3) Pindahkan filtrat pada botol tertutup. Bersihkan botol sebelumnya dengan
cairan pembersih.
4) Lindungi larutan dari penguapan, debu, dan uap pereduksi, dan simpan
dalam keadaan gelap
5) Jika terdapat endapan mangan dioksida, saring kembali larutan, dan
standarisasi kembali.
Aplikasi permanganometri
(1) H2O2
2KMnO4 + 5 H2O2 + 3H2SO4 = 2MnSO4 + K2SO4 + 5O2 + 8H2O

(2) NaNO2
2NaNO2 + H2SO4 = Na2SO4 + HNO2
2KMnO4 + 5 HNO2 + 3H2SO4 = 2MnSO4 + K2SO4 + 5HNO3 + 3H2O

(3) FeSO4
2KMnO4 + 510 FeSO4 + 8H2SO4 = 2MnSO4 + K2SO4 + 5Fe2(SO4)3 + 8H2O

(4) CaO
CaO + 2HCl = CaCl2 + H2O
CaCl2 + H2C2O4 = CaC2O4 + 2HCl (asam oksalat berlebih)
2KMnO4 + 5 H2C2O4 + 3H2SO4 = 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8H2O (titrasi balik)

(5) Kalsium glukonat


[CH2OH(CHOH)4COO]2Ca + 2HCl = CaCl + 2CH2OH9CHOH)4COOH
(NH4)2C2O4 + CaCl2 = CaC2O4 + 2 NH4Cl
CaCl2 + H2SO4 = H2C2O4 + CaSO4
Oksidasi dengan Ce4+
Ce4+ + e = Ce3+ 1.7 V dalam 1 N HClO4

kuning tak berwarna 1.61 V dalam 1N HNO3

1.47 V dalam 1N HCl

1.44 V dalam 1M HSO4


Indikator : ferroin, difenilamina

Penyiapan dan standarisasi larutan :


Amonium heksanitratoserat, (NH4)2Ce(NO3)6, (grade standar primer)
Ce(HSO4)4, (NH4)4Ce(SO4)4·2H2O
Standarisasi dengan natrium oksalat.
Aplikasi Serimetri

(1) Menadion (2-metilnaftoquinon: vitamin K3)

O HCl, Zn OH
CH3 Reduksi CH3

2 Ce(SO4)2
O OH

(2) Besi
2FeSO4 + 2 (NH4)4Ce(SO4)4 = Fe2(SO4)3 + Ce2(SO4)3 + 4
(NH4)2SO4
Oksidasi dengan kalium dikromat

Cr2O72– + 14H+ + 6e = 2Cr3+ + 7H2O Eo = 1.36 V

K2Cr2O7 meru4akan standar primer.

Indikator : asam difenilamine sulfit


Contoh titrasi redoks (hidroquinon vs laruta standar dikromat)

Cr2O72– + 14H+ + 6e  2 Cr3+ + 7 H2O


Eo= 1.33
3 HO OH  O O + 2H+ + 2e Eo= 0.700

3 OH + Cr2O72– + 8H+  3 O + 2 Cr3+ + 7


HO O H2O

Eo= Eokatoda – Eoanoda = 1.33 – 0.700 = 0.63


V

K = 10 nEo/0.05916 = 10 6(0.63) / 0.05916 = 10 64


Sangat besar: kuantitatif: reaksi selesai
Indikator redoks: difeilamina
tidak berwarna hingga violet
Iodimetri dan iodometri 

Iodimetri : analit yang tereduksi dititrasi secara langsung dengan


iodin.

Iodometri : analit teroksidasi ditambahkan ke dalam iodida berlebih


menghasilkan iodin, yang dititrasi dengan larutan standar tiosulfat.
Kelarutannya iodin ditingkatkan dengan kompleksasi menggunakan KI:
I2 + I– = I3– K = 7 102
Bromatimetri
KBrO3 BrO3– + 5Br– + 6H+  3Br2 + H2O
2I– + Br2  I2 + 2Br–
I2 + 2 S2O32–  2I– + 2S4O62–
Reaksi substitusi BrO3– + 5Br– + 6H+  3Br2 + H2O

2I– + Br2  I2 + 2Br–


I2 + 2 S2O32–  2I– + S4O62–
pH 4-9

Al3+ + 3HOC9H6N  Al(OC9H6N)3 (s) + 3H+

4M HCl panas

Al(OC9H6N)3 (s)  3HOC9H6N + Al3+

3HOC9H6N + 6 Br2  3HOC9H4NBr2 + 6HBr

1 mol Al3+  3 mol HOC9H6N  6 mol Br2  2 mol KBrO3


Reaksi adisi
Penentuan kadar air dengan reagen Karl Fisher
Reaksi Karl Fisher :
I2 + SO2 + 2H2O  2HI + H2SO4
Untuk menentukan kadar air dalamjumlah kecil, Karl Fischer(1935) mengajukan reagen
yang dibuat dari larutan metanol anhidrat yang mengandung iodin, sulfur dioksida, dan
piridin anhidrat dengan rasio mol 1:3:10. reaksi dengan air melibatkan reaksi berikut:
C5H5N•I2 + C5H5N•SO2 + C5H5N + H2O  2 C5H5N•HI + C5H5N•SO3
C5H5N+•SO3– + CH3OH  C5H5N(H)SO4CH3
Piridinium sulfit dapat juga bereaksi dengan air.
C5H5N+•SO3– + H2O  C5H5NH+SO4H–
Sangat disarankan menggunakan larutan baru karena adanya berbagai reaksi samping
yang melibatkan iodin. Reagen disimpan dalam wadah desikator yang terlindungi.
Titik akhir dapat dideteksi dengan visual (pada titik akhir, perubahan warna dari coklap
gelap menjadi kuning) atau metode titrasi elektrometrik, atau fotometrik (serapan pada
700 nm). Deteksi air melalui teknik kolometri menggunakan reagen Karl Fischer cukup
populer.
Reagen Karl Fisher bebas piridin

Belakangan ini, piridin telah digantikan dalam reagen Karl Fisher dengan amina
yang lain, biasanya dengan imidazol.
(1) Solvolisis 2ROH + SO2  RSO3– + ROH2+
(2) Buffering B + RSO3– + ROH2+  BH+SO3R– + ROH
(3) Redox B•I2 + BH+SO3R– + B + H2O  BH+SO4R– + 2 BH+I–
Rangkuman

Preoksidasi Indikator redoks


oksidator Indikator kanji
reduktor Indikator sendiri
Titrasi redioks Titrasi Karl Fisher
Permanganometri Reagen Karl Fisher
Serimetri
Dikrometri
Iodimetri
Iodometri
Iodatimetri
Bromatimetri

Anda mungkin juga menyukai