Hidrolisis
Disusun oleh :
Athallah Ardifa A
Muhammad Faza Q
M. Rafi Athallah
A. TUJUAN
B. Rumusan Masalah
C. Dasar Teori
Hidrolisis garam adalah reaksi peruraian suatu garam dalam air. Reaksi hidrolisis
terjadi antara ion – ion garam (dalam air) dengan air sehingga ion ( + ) dan ion ( - ) dari
garam bereaksi dengan air membentuk asam dan basa asalnya. Hidrolisis garam pada
dasranya merupakan reaksi asam basa Bronsted-Lowry.
Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air.
Namun demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung
pada jenis komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan
basa kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah
dengan basa lemah. Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan asam
dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian
garam yang larut bereaksi dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air
ini disebut hidrolisis (hidro yang berarti air dan lisis yang berarti penguraian).
2. Hidrolisis Total
(jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah).
Catatan : garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan
bersifat netral.
Beberapa jenis garam berdasarkan komponen asam basa pembentuknya. Di dalam air
garam ini mengalami ionisasi sempurna menjadi anion dan kation.
1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam
berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH
larutan ini sama dengan 7.
Contoh :
- Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan
anionnya. KOH terionisasi menjadi H+ dan Cl- . Masing – masing ion tidak bereaksi dengan
air, reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan
garam ini bersifat asam, pH < 7.
Contoh :
- Amonium klorida (NH4Cl) merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat, HCl dalam basa
lemah NH3. HCl akan terionisasi sempurna menjadi H+ dan Cl-sedangkan NH3 dalam
larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH- . Anion Cl- berasal dari asam
kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH4+ berasal dari basa lemah dapat
terhidrolisis.
Reaksi hidrolisis dari ammonium (NH4+) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini
menghasilkan ion oksonium (H3O+) yang bersifat asam (pH < 7). Secara umum reaksi ditulis :
BH+ + H2O → B+ H3O+
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial
dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini
bersifat basa (pH > 7).
Contoh :
- Natrium asetat (CH3COONa) terbentuk dari asam lemah CH3COOH dan basa kuat NaOH.
CH3COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH3COO- dan Na+. Anion CH3COO- berasal
dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedankan kation Na + berasal dari basa kuat yang
tidak dapat terhidrolisis.
CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Na+(aq) + H2O(l) → Tidak terjadi reaksi
CH3COO-(aq) + H2O(l) → CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Reaksi hidrolisis asetat (CH3COO-) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini mengahsilkan
ion OH- yang bersifat basa basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis :
A- + H2O → HA + OH-
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total
(sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan
garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan
kekuatan kation terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Contoh :
- Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah NH 3 akan terbentuk garam NH4CN.
HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H+ dan CN- sedangkan NH3 dalam air
terionisasi sebagian membentuk NH4+dan OH- . Anion basa CN- dan kation asam NH4+ dapat
terhidrolisis di dalam air.
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relative asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb).
- Jika Ka < Kb (asam lebih lemah daripada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak
dan larutan bersifat basa.
- Jika Ka > Kb (asam lebih kuat daripada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak dan
larutan bersifat asam.
- Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.
D. Prosedur percobaan
1. Alat
Pipet tetes Lakmus merah dan biru
Plat tetes Indicator universal
2. Bahan
B. Cara Kerja
1. Siapkan plat tetes dan letakkan potongan kertas lakmus merah dan biru pada setiap
lekukan
2. Tetesi kertas lakmus pada masing – masing lekukan dengan larutan uji yang telah
disediakan
3. Dengan cara yang sama, uji pula larutan garam dengan kertas indikator universal
4. Amati dan catat perubahan warna kertas lakmus pada lembar pengamatan berikut,
serta baca pH yang terukur melalui kertas lakmus indikator universal.
Perubahan Warna
Larutan Sifat Larutan pH
Lakmus Biru Lakmus Merah
D. Analisis
Larutan MgCl2, (NH4)2SO4, NaCl, NH4Cl, Pb(NO3)2, KNO3, ZnSO4, KI03 merubah lakmus biru
menjadi merah sehingga diketahui sifat garamnya adalah asam.
Larutan Na2CO3 dan Na2SO4, merubah lakmus merah menjadi biru sehingga diketahui
sifat garamnya adalah basa.
Larutan CH3COONa dan (CH3COO)2Pb tidak merubah lakmus merah dan biru sehingga
diketahui sifat garamnya adalah netral.
E. Kesimpulan
Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis (hidro yang berarti
air dan lisis yang berarti peruraian). Ada dua macam hidrolisis yaitu Hidrolisis
Parsial/Sebagian dan Hidrolisis Total. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak
mengalami hidrolisis dan bersifat netral. Di dalam air garam ini mengalami ionisasi
sempurna menjadi anion dan kation. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah
mengalami hidrolisis parsial/sebagian dan bersifat asam. Garam yang berasal asam lemah
dan basa kuat mengalami hidrolisis parsial/sebagian dan bersifat basa. Garam yang
terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total.