Anda di halaman 1dari 29

Winasih Rachmawati, M.Si., Apt.

winasih12@gmail.com
Titrasi Asam-Basa
Adalah penetuan kadar asam oleh basa atau sebaliknya

Asidimetri merupakan cara penetapan kadar basa dalam suatu


sampel dengan menggunakan larutan baku asam yang sesuai.

Alkalimetri adalah cara penetapan kadar asam dengan


menggunakan larutan baku basa yang sesuai.
Beberapa Istilah dalam Titrasi Asam Basa

1. Standar primer : larutan yang telah dibuat dan diketahui kadarnya


dengan pasti

Syarat-syarat zat untuk baku primer:


Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C)
dan disimpan dalam keadaan murni.
Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih

Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukan
pun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat (dalam labu ukur)

Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, boraks,
asam benzoat( C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl.
2. Standar sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui


dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe2(SO4)3

Syarat-syarat larutan baku sekunder :


Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
3. Larutan sampel : larutan yang akan ditentukan
kadarnya.

4. (larutan) indikator : (larutan) zat yang diperlukan


untuk mengakhiri titrasi

Indikator asam-basa : ialah zat yang berbeda


warnanya dalam suasana asam dan dalam suasana
basa
Indikator asidi - alkalimetri
(Jenkins, 1957).
Kisaran pH dan perubahan warna indikator pp

asam 8,3 campuran 10 basa


tak berwarna rosa merah

Pemilihan indikator
Dipilih indikator yg mempuyai perubahan warna pada pH
paling dekat dengan pH Titik Ekivalen (TE) senyawa garam
yang tebentuk
Titik Ekivalen ( TE) dan TITIK AKHIR TITRASI (TAT )
TE : - saat reaksi antara asam dengan basa tepat
ekivalen secara stokhiometri;
- yaitu mmol asam = mmol basa
- Pada saat ini seharusnya titrasi dihentikan (secara
teoritis)
TAT - Saat titrasi dihentikan
- saat terjadinya perubahan warna indikator

TAT dapat terjadi setelah atau sebelum TE, tergantung


pH perubahan warna indikator dan pH larutan akhir
Dasar perhitungan volumetri

mmol lart. standar = mmol larutan sampel .. ( 1 )


atau :
Vst x Nst = Vx x Nx . . . . . . . . . . . . . . .. (2)

Dengan : Vst : volume larutan standar (terbaca dari buret )


Nst : normalita larutan standar ( dibuat; diketahui)
Vx : volume larutan sample (diambil sejumlah
tertentu dengan pipet volume)
Nx : normalita larutan sample

Dan : Vml x N = mmol


Untuk Titrasi Asam-Basa

VA x NA = VB x NB ...................( 3)

atau : mmol asam = mmol basa

Dengan : A = asam dan B = basa

Dasar Reaksi Titrasi Asam Basa : NETRALISASI

Reaksi : Asam + Basa Garam + Air

Contoh : (1) HCL + NaOH NaCl + H2O


( 2) H2SO4 + 2 KOH K2SO4 + 2 H2O
Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat
Dititrasi 10 ml H Cl 0,1N dengan larutan 0,1 N NaOH
-Selama titrasi terjadi reaksi: HCl + NaOH NaCl + H2O

Proses titrasi :
1. Sebelum penambahan NaOH :
pH lart HCl = - log [ HCl ] = - log 0,1 = 1

2. Setelah penambahan NaOH , sebelum TE


( volume NaOH pada saat TE = 10 ml )
- Misalnya penambahan NaOH sebanyak 5 ml ;
Semula : HCl = 10 ml x 0,1N = 1 mmol
NaOH = 5 ml x 0,1 N = 0,5 mmol
(habis bereaksi)
HCl sisa = 1 - 0,5 mmol = 0,5 mmol/15 ml = 0,033 M
Sehingga pH larutan pada saat ini = - log 0,033 = 1,5
3.Pada saat ekivalen = TE
( penambahan NaOH = 10 ml )
- HCl dan NaOH habis bereaksi
- terbentuk NaCl : netral pH lart. = 7

Dalam praktek tidak ada indikator yang perubahan


warnanya tepat pada pH 7,
Digunakan indikator pp yang berubah warna
dari tidak berwarna menjadi rosa pada pH 8,3
( kelebihan basa )
TAT setelah TE
4. Pada saat kelebihan NaOH
( mis penambahan NaOH = 11 ml )

- NaOH sisa = mmol NaOH mmol HCl


= 11 ml x 0,1 mmol/ml - 10 ml x 0,1 mmol/ml
= 0,1 mmol
= 0,1 mmol / vol. Tot = 0,1 mmol / 21 ml
= 0,005 M
pOH = - log [ NaOH ] = - log 0,005 = 3 0,7 = 2,3

pH larutan = 14 - 2,3 = 11,7


Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

Misalnya titrasi 10 ml 0,1 N CH3COOH ( Ka = 1 x 10-5 ) dengan


0, 1 N NaOH
(dari rumus 2 : ekivalen terjadi setelah penambahan NaOH
sebanyak 10 ml)

Selama titrasi terjadi reaksi :


CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Perhitungan pH selama proses titrasi


1. Sebelum penambahan NaOH
[H+] = Ka x M = 10-5 x 0,1 = 10-3 M pH lart = 3
2. Setelah Penambahan NaOH 5 ml ( sebelum ekivalen )
- [ asam ] semula = 10 ml x 0,1 N = 1 mmol = 1 mmol
- [NaOH] = 5 ml x 0,1 N = 0,5 mmol - 0,5 mmol ( habis )
- dari reaksi :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Semula 1 mmol 0,5 mmol 0 mmol
Bereaksi 0,5 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol (hasil)
Sisa 0,5 mmol 0 0,5 mmol

CH3COONa yang terbentuk = 0,5 mmol


CH3COOH sisa = 1 - 0,5 mmol = 0,5 mmol

pH = pKa + log [garam]/ [asam] sisa


= 5 + log [0,5/15] / [0,5/15] = 5
3. Pada saat ekivalen
* CH3COOH dan NaOH : habis
* terbentuk garam CH3COONa

[garam] = 10 x 0,1 N = 1 mmolek = 1 mmol/20 ml = 0,05

pH garam = ( pKw + pKa + log [garam] )


= ( 14 + 5 + log 0,05 )
= 8,85

Catatan : Keadaan ini juga berlaku untuk titrasi basa lemah


( NH4OH ) dengan asam kuat ( HCl )
Soal 1
Jika 20,60 mL larutan
HCl 0,0100 M
digunakan untuk
mentitrasi 30,00 mL
larutan NaOH 0,010 N
sampai titik ekivalen,
berapakah konsentrasi
larutan NaOH?
Jawaban a)
Soal 2
Berapakah volume
0,105 M HCl untuk
mentitrasi larutan
berikut sampai titik
ekivalen?
a) 22,5 mL NH3 0,118 M
b) 125,0 mL larutan
yang mengandung 1,35
gram NaOH per liter
Jawaban 2.b
Soal 3
Soal 4
Soal 5
Soal 6
Soal 7
Soal 8
Soal 9
Soal 10
SEMOGA DIBERI KEMUDAHAN UNTUK MENYERAP ILMU
YANG TELAH DIBERIKAN

Anda mungkin juga menyukai